PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A3420138
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
ANGGA ARDIYANSYAH. Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol. Studi Kasus Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng. Di bawah bimbingan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.
Kegiatan pengawasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan proyek lanskap agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan profesionalitas kerja dibidang arsitektur lanskap. Tujuan kegiatan
magang ini adalah untuk
meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek, khususnya proyek lanskap jalan tol. Kegiatan magang ini dilaksanakan dalam sebuah proyek penataan lanskap jalan tol pada ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) dengan cara berpartisipasi aktif sebagai seorang Landscape Inspector (LI) pada sebuah konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK), baik dalam kegiatan pengawasan lapang
maupun
kegiatan
administratif.
Pelaksanaan
konstruksi
lanskap
dilaksanakan oleh PT. Sinar Kemala (SK) dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora (BIF). Lokasi pelaksanaan pekerjaan penanaman terletak pada tiga lokasi berbeda, yaitu lanskap jalan tol ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km, lanskap ruas Jagorawi sepanjang 2,8 km dan nurseri Cipinang. Pekerjaan magang dimulai pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 didalam masa pekerjaan penanaman. Manajemen
proyek
yang
dimaksudkan
dalam
kegiatan
magang
mencakup pengertian proyek dan bagaimana sebuah proyek dijalankan, terutama pada pengaturan dan pengorganisasian sumber daya. Sumber daya dalam pelaksanaan proyek mencakup sumberdaya manusia dan modal. Kedua sumberdaya tersebut diorganisasikan ke dalam sebuah kegiatan manajemen yang mencakup kegiatan manejemen waktu, kualitas, perubahan, resiko dan masalah serta manajemen komunikasi dalam menghasilkan pelayanan jasa konsultasi yang baik kepada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC yang berperan sebagai pihak pemberi kerja. Dalam pekerjaan pengawasan, kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah dilaksanakannya pekerjaan pendahuluan berupa pemeriksaan terhadap dokumen kerja atau kontrak yang digunakan. Pemeriksaan tersebut mencakup
pemeriksaan aspek legal kontrak, konsep disain serta gambar kerja (shop drawings). Dalam kegiatan dihasilkan sejumlah koreksi terhadap kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam masing-masing dokumen. Kesalahan yang terdapat dalam dokumen kontrak mencakup ketidaklengkapan persyaratan administrasi, kesalahan notasi gambar kerja dan kesalahan perhitungan dalam dokumen kuantitas dan kualitas barang (Bill of Quantity). Setelah koreksi dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan agar menghasilkan kualitas produk pekerjaan sesuai dengan keinginan pemberi kerja. Pengawasan dilakukan terhadap pekerjaan persiapan, revitalisasi nurseri Cipinang, pekerjaan penanaman dan ruang terbuka gerbang tol. Kegiatan yand dilaksanakan selama pekerjaan persiapan mencakup kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengadaan kantor dan gudang lapang, pengadaan tempat penampungan tanaman sementara, pengadaaan keamanan dan keselamatan kerja, kegiatan pengaturan lalu lintas, pengadaan alat bantu kerja, kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan pematokan lubang tanam dan pengadaan penyangga bambu. Pengawasan pekerjaan penanaman dibagi kedalam dua daerah kerja, yaitu penanaman pada lanskap ruas jalan tol Cengkareng dan lanskap ruas jalan tol Jagorawi. Berdasarkan jumlah dan kategori, tanaman yang digunakan terdiri atas tanaman semak sebesar 95 %, pohon 1,97 %, perdu 1,55 %, rumput 1,18 % dan palm sebesar 0,38 %. Sedangkan berdasarkan bobot penanaman terhadap penyelesaian proyek yaitu semak 35,32 % , pohon 33,75 %, palm 26, 97 %, perdu 3,11 %, dan rumput 0,99 %. Pengawasan penataan ruang terbuka gerbang tol merupakan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi pot pada gerbang Prof. Dr. Sedyatmo dan gerbang tol Cililitan. Tanaman yang digunakan dalam penataan gerbang tol adalah pandan bali (Pandanus sp.), bunga kertas (Bougenvillea glabra.), lili bakung (Hymenocalis speciosa) dan lantana (Lantana cammara). Sedangkan pengawasan revitalisasi nurseri Cipinang mencakup pengawasan pembersihan lahan, instalasi paranet dan tiang penyangga, pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi, pengadaan titik air, pemangkasan pohon eksisting dan pembuatan lubang pengolahan kompos. Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah dan volume pekerjaan.
Pemeriksaan terhadap kuantitas dilakukan melalui pencacahan alat dan bahan yang digunakan pada masing-masing pekerjaan, sedangkan pengawasan terhadap kualitas pekerjaan dilakukan melalui kegiatan seleksi berdasarkan standar mutu masing-masing jenis pekerjaan. Hasil dari kegiatan pengawasan secara keseluruhan terangkum dalam lembar rencana dan realisasi proyek serta lembar dokumen perubahan kerja. Hasil
kemajuan
(progress)
kontraktor
secara
kumulatif
terhadap
penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Dalam pekerjaan ini, kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %. Diakhir masa pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Selain itu, juga terdapat sejumlah masalah yang berkenaan dengan teknis pelaksanaan di lapangan. Masalah tersebut mencakup penentuan titik tanam, ketidaksesuaian ukuran lubang, pengadaan tanah urugan dan hingga perawatan tanaman pasca-tanam. Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan penyelesaian pekerjaan, diperlukan pengadopsian metodologi proyek dengan perencanaan kerja mendetil. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan pengorganisasian
anggota
dengan
baik.
Sedangkan
untuk
mengatasi
permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga penutupan proyek.
PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ANGGA ARDIYANSYAH A34201038
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
Nama NRP
: :
PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Lanskap Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng) ANGGA ARDIYANSYAH A34201038
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. NIP 131 578 796
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 130 422 698
Tanggal lulus: …………………..
KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada rasul Allah yang paling mulia Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang setia hingga akhir masa. Skripsi ini berjudul “Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)” merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Dalam kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing studi yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dan Bapakku, A Fikar dan istri, Doni, Niko, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan secara moral, material, doa, dan nasihat serta semua pengorbanannya, 2. Omah, Mas Iya, Mba Ida, Mba Indri dan Mba Hera beserta suami di Bekasi, Om Mumuh dan Bi Euis yang ada di Majalengka, serta Om Didi dan Bi Tuti yang selalu memberikan dukungannya tanpa kenal lelah, 3. Bapak Ir. Soeliantoro selaku Direktur PT. Buetari Nusa Kreasi yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melangsungkan praktek. Bapak Ir. Soedirmanto untuk kesempatan, bimbingan dan arahannya selama magang. Bapak Ir. Khairul Tanjung dan Istri atas saran, bimbingan dan dorongannya, baik secara profesi maupun pribadi. 4. Mas Munawir, Yames Sumitra, Kang Asep dan Mas Aris sebagai rekan kerja yang sangat baik sepanjang pekerjaan, 5. Bapak Subari, Bapak Pudjo, Bapak Dede, Bapak Sugianto dan seluruh Satgas Pemeliharaan maupun pihak PT Sinar Kemala selaku Kontraktor Pelaksana yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada penulis,
6. Imam, Dudi Fahutan (rasa terimakasih yang sebesar-besarnya), Gin gin, Jupree, Yayat, Asril, Asbok, Icha, Hijrah, Iffa dan teman-teman lanskap lainnya yang selalu memberi semangat kepada penulis. 7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Juga semoga apa yang telah kita lakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin Yaa Rabbal’alamiin
Bogor, Juni 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1983, di
Bogor, Jawa Barat.
Penulis merupakan anak ke dua dari empat orang bersaudara pasangan Ahmad Firmansyah Rasyid dan Ika Rifka Tisna. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di TK Anggraeni pada tahun 1987, kampung Ciomas, Bogor. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Rimba Putra Madya Bogor. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan studi di SLTPN 6 Bogor, dan kemudian pada tahun 1998 melanjutkan ke SMUN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa studi, penulis pernah berperan sebagai anggota perencanaan rest area tol PalimananKanci, sebagai Lanskap Inspector (LI) pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng dan freelance ilustrator.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1.2. Tujuan Magang ........................................................................................... 1.2.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 1.2.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 1.3. Kegunaan Magang .......................................................................................
1 3 3 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan ............................................................................................................. 4 2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia ........................................................................ 4 2.3. Jalan Tol ....................................................................................................... 5 2.4. Lanskap Jalan .............................................................................................. 6 2.5. Proyek .......................................................................................................... 8 2.6. Manajemen Proyek ................................................................................... 10 2.7. Pelayanan Jasa Konsultasi ........................................................................ 11 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang ......................................................................... 3.2. Kerangka Kerja ........................................................................................... 3.3. Metode Pelaksanaan Magang .................................................................... 3.3.1. Persiapan ......................................................................................... 3.3.2. Pekerjaan Pengawasan ................................................................... 3.3.3. Pengumpulan Data ........................................................................... 3.3.4. Analisis ............................................................................................. 3.3.5. Perumusan Solusi ............................................................................ 3.4. Batasan Studi .............................................................................................
13 14 16 16 16 17 18 18 18
IV. ORGANISASI PROYEK 4.1. PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) ................................................................... 4.2. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) ............................................ 4.3. Organisasi Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol ................................... 4.3.1. Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk ............................................. 4.3.2. Konsultan Perencana ....................................................................... 4.3.3. Konsultan Pengawas ........................................................................ 4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap ..........................................
19 19 20 20 21 21 23
V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK 5.1. Manajemen Waktu ..................................................................................... 26
5.2. Manajemen Kualitas ................................................................................... 5.3. Manajemen Perubahan .............................................................................. 5.4. Manajemen Resiko ..................................................................................... 5.5. Manajemen Masalah/Kendala .................................................................... 5.6. Manajemen Komunikasi .............................................................................
26 27 27 28 28
VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 6.1. Pekerjaan Pendahuluan ............................................................................. 6.1.1. Pemeriksaan Aspek Legal Kontrak .................................................. 6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan ............ 6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Kerja Non-Penanaman ................... 6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Kerja Penanaman ........................... 6.1.3. Pemeriksaan Disain .......................................................................... 6.1.3.1. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Cengkareng ..................... 6.1.3.1.1. Konsep Areal Gerbang Bandara .............................. 6.1.3.1.2. Konsep Areal Median dan Bahu Jalan ..................... 6.1.3.2. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Jagorawi .......................... 6.1.3.2.1. Konsep Areal Gerbang Tol ...................................... 6.1.3.2.2. Konsep Areal Kantor Cabang .................................. 6.1.3.2.3. Konsep Areal Bahu Jalan ........................................ 6.1.3.2.4. Konsep Penataan Areal Median Jalan ..................... 6.1.3.2.5. Konsep Welcome Area Nurseri ................................ 6.1.4. Pemeriksaan (Review) Gambar Kerja .............................................. 6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan ............................................................ 6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor ............................................ 6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan ...................................... 6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (Nurseri) Sementara ............. 6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja ............................. 6.2.5. Pengaturan Lalu Lintas ..................................................................... 6.2.6. Pengadaan Foto Proyek ................................................................... 6.2.6. Pengadaan Alat Bantu Kerja ............................................................ 6.2.7. Pembersihan Lahan Penanaman ..................................................... 6.2.8. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam ............................................ 6.2.9. Pengadaan Steger Bambu ............................................................... 6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri .............................................. 6.3.1. Pembersihan Lahan ......................................................................... 6.3.2. Instalasi Paranet dan Tiang Penyangga ........................................... 6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi ............................................................ 6.3.4. Pengadaan Titik Air ......................................................................... 6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting ........................................................ 6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah .......................................... 6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman ......................................................... 6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman ................................... 6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman ........................................................ 6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam ............................................................... 6.4.4. Metode Penanaman .........................................................................
31 32 33 33 34 42 44 45 45 46 47 48 48 49 49 50 55 55 57 58 59 60 61 61 61 62 63 64 65 65 66 67 67 68 69 69 71 73 76
6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras ............................................... 6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak ............................................... 6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam ...................................................................... 6.5.1. Pemupukan ...................................................................................... 6.5.2. Penjarangan ..................................................................................... 6.5.3. Penyiraman ...................................................................................... 6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan .......................................................... 6.5.5. Penyiangan/Pendangiran ................................................................. 6.5.6. Pemupukan Awal .............................................................................. 6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol ......................................................... 6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman ............................................................. 6.6.2. Mekansime Pekerjaan Pemasangan Pot ......................................... 6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas .............................................. 6.7.1. Penyusunan Materi Rapat ................................................................ 6.7.2. Penerbitan Surat Resmi ................................................................... 6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas ......................
76 78 80 80 80 80 83 83 84 85 85 86 87 87 88 89
VII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek .................................................................................... 90 7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis ............................................................. 93 7.2. Peran Pengawasan .................................................................................... 97 VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan .................................................................................................... 98 8.2. Saran .......................................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100 LAMPIRAN ..................................................................................................... 102
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas ......................................................... 15 2. Alokasi waktu pekerjaan magang ..................................................................... 15 3. Jenis, sumber dan cara pengambilan data ..................................................... 17 4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga ............................... 20 5. Susunan anggota konsultan pengawas dan lingkup pekerjaannya .................. 22 6. Kontraktor dan sub-kontraktor pekerjaan lanskap CTC .................................. 23 7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC ........... 30 8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) ............................................. 31 9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas ...................................................... 33 10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan penanaman .. 35 11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng .......................................................................................... 38 12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi .............................................................................................. 39 13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja .................................... 43 14. Ringkasan pemeriksaan gambar rencana dan gambar kerja jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ................................................................................ 50 15. Hasil pemeriksaan (review) dan koreksi terhadap gambar kerja lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ........................................................... 51 16. Acuan skala gambar kerja ................................................................................ 54 17. Ketentuan ukuran lubang tanam ...................................................................... 74 18. Ketentuan jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman ........................................................................................................... 82 19. Jadwal pelaksanaan rapat mingguan (management meeting) ......................... 87 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas ......................... 88 21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC ...................... 91 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman ....................... 96
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Siklus pelaksanaan proyek ......................................................................... 10
2.
Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang ....................... 13
3.
Alur pikir pekerjaan magang ....................................................................... 14
4.
Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC .......................................................... 24
5.
Alur pelaksanaan kerja penataan lanskap jalan tol ................................... 25
6.
Persentase jumlah tanaman berdasrkan jumlah ....................................... 36
7.
Persentase jumlah tanaman berdasrkan bobot pekerjaan ......................... 37
8.
Kondisi tanaman palm pada lokasi penampungan (nurseri) sementara .... 41
9.
Konsep umum penataan lanskap ruas Cengkareng .................................. 44
10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Cengkareng ..... 45 11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi ........................................ 46 12. Konsep penataan gerbang tol .................................................................... 47 13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang ......................................... 48 14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi ..................................... 49 15. Konsep penataan median jalan ruas Jagorawi ........................................... 49 16. Konsep penataan area penerimaan nurseri ............................................... 50 17. Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak ................................ 56 18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi ............. 58 19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara .................................. 59 20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan ........................ 60 21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman ............................................... 62 22. Pekerjaan pematokan lubang tanam yang didampingi oleh konsultan pengawas ................................................................................................... 62 23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang .............................................................. 64 24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan .. 65 25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga .............................. 66 26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi ....................................................... 67 27. Pekerjaan pengadaan titik air penyiraman ................................................ 67 28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada nurseri Cipinang .......... 68 29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah ....................................... 69 30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek ..................... 70
31. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dalam pekerjaan penanaman ..... 71 32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam .......................................................... 75 33. Metode penanaman dan pemasangan steger tanaman yang ideal ........... 77 34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot ......................................................... 86
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan ............................ 103 2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan ........... 104 3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja ........................................... 105 4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala ............................................ 106 5. Alur manajemen komunikasi ...................................................................... 107 6. Visualisasi tanaman yang digunakan pekerjaan penataan lanskap CTC ............................................................................................... 108 7. Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi ..................................................... 109 8. Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi ..................................................... 110 9. Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi ..................................................... 111 10. Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi .................................................... 112 11. Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi .................................................... 113 12. Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi .................................................... 114 13. Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi .................................................... 115 14. Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi .................................................... 116 15. Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi .................................................... 117 16. Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi .................................................... 118 17. Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi .................................................... 119 18. Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi .................................................... 120 19. Jenis, lokasi, ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan ............. 121 20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm ........................ 122 21. Detil penanaman pot ................................................................................. 123 22. Aplikasi metode WBS (Work Break Down Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC.............................................................................. 124 23. Rencana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC .... 125 24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor ....... 126 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.392/PRT/M/2005 ...................................................................... 127 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ ............................... 129 27. Daftar istilah .............................................................................................. 133
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan darat merupakan unsur penting dalam usaha perkembangan perekonomian. Pada wilayah–wilayah yang telah tinggi tingkat perkembangannya serta telah menunjukkan adanya potensi ekonomi dan finansial yang cukup tinggi, terdapat kecenderungan ketidakefisienan waktu perjalanan dan berkurangnya kenyamanan berkendara. Untuk menghindari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu jalan arteri bertipe bebas hambatan yang menghubungkan antara satuan wilayah ekonomi yang ada di dalam sebuah pulau atau antar propinsi yang memungkinkan (PP No. 18 Tahun 1990) yang ditujukan untuk memperlancar arus lalu lintas pada daerah yang telah berkembang, menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi serta membantu meringankan beban pemerintah. Gagasan pemabangunan jalan arteri bertipe bebas hambatan dengan biaya yang diperoleh diluar APBN, yaitu berasal dari para pemakai jalan itu sendiri dihasilkan karena adanya asas pemerataan ekonomi yang diusung oleh pemerintah. Jalan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah jalan tol. Jalan tol pertama yang ada di Indonesia diresmikan oleh presiden Indonesia H.M. Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 dengan nama Jagorawi (Jakarta-BogorCiawi) dengan panjang 43 Km. Pada tanggal 1 Maret 1978, pemerintah terlebih dahulu membentuk dan meresmikan sebuah badan usaha yang bertugas dalam mengelola seluruh jalan tol yang ada di Indonesia dan dinamakan PT. Jasa Marga (Persero) sebagai salah satu bentuk badan usaha pemerintah yang bergerak
dalam
pelayanan
jasa
pengelolaan
jalan
tol.
Pada
awalnya
perkembangannya, keberadaan jalan tol lebih ditekankan pada pembangunan struktur jalan dan kurang memperhatikan penataan terhadap lanskap di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan sebagai bentuk peningkatan pelayanan terhadap pengguna jalan, penataan terhadap lanskap yang ada di sekitar jalan tol saat kini telah mendapatkan perhatian khusus dan menjadi salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan. Hal yang membedakan sebuah lanskap jalan tol dengan lanskap lainnya, yaitu : 1.) lanskap jalan tol merupakan bentang lanskap luas yang terdiri dari berbagai jenis lanskap yang berbeda, 2.) tingkat keberagaman tanaman yang
2 tinggi, 3.) kondisi iklim mikro pada daerah sepanjang jalan yang kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 4.) pertimbangan keamanankenyamanan pengguna jalan tol serta pertimbangan terhadap 5.) aspek visual dalam menciptakan suatu lanskap yang fungsional dan estetis. Lanskap jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah ruas jalan tol yang berfungsi selain untuk meningkatkan pelayanan, juga berkaitan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Dalam
hubungannya
dengan
ilmu
arsitektur
lanskap,
penanggulangan
permasalahan dari adanya dampak negatif suatu aktifitas manusia dilakukan melalui penataan lanskap yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan, perancangan, konstruksi lanskap dan kegiatan pengelolaan. Pada lanskap jalan tol, pengelolaan lanskap yang berada di dalam daerah milik jalan (damija) sepenuhnya berada dalam tanggung jawab PT. Jasa Marga (Persero) di bawah Departemen Bagian Pemeliharaan pada masing-masing kantor cabang yang termasuk ke dalam kegiatan rutin. Jenis pekerjaan pengeloaan jalan tol yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) mencakup pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan tol dan jalan penghubungnya yang meliputi pelaksanaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan penanganan darurat dan peningkatan jalan tol dan jalan penghubung (Peraturan Menteri PU No. 02 tahun 2007 pasal 13). Dalam praktiknya, PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol tidak melaksanakan seluruh kegiatan pemeliharaan tersebut secara mandiri. Sejumlah pekerjaan pengelolaan dilimpahkan kepada pihak rekanan melalui proses lelang pekerjaan atau tender, termasuk didalamnya adalah pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang berada dibawah daerah kerja PT. Jasa Marga (Persero) cabang CTC yang merupakan lokasi magang. Pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap jalan tol merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur lanskap yang kurang mendapat perhatian dan jarang digunakan dalam penelaahan dan penelitian untuk pengembangan ilmu arsitektur lanskap. Hal ini menjadikan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap, dalam kasus ini adalah lanskap jalan tol sebagai sebuah kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan ditelaah lebih lanjut.
3 1.2. Tujuan Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1. Tujuan Umum Kegiatan magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dari kegiatan/ pekerjaan yang sesungguhnya di lapang pada bidang arsitektur lanskap, khususnya pekerjaan pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol serta melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan pengawasan.
1.2.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan memahami sistematika dan alur pelaksanaan sebuah proyek lanskap jalan tol, melaksanakan tugas pengawasan yang didelegasikan serta melakukan analisis terhadap berbagai kondisi dan pelaksanaan di lapang dan alternatif pemecahan masalah.
1.3. Kegunaan Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, profesionalitas dan pengalaman kerja di dalam dunia arsitektur lanskap, khususnya pada manajemen proyek lanskap jalan tol. Selain itu, hasil magang ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi pihak (stake holder) yang terlibat dalam pelaksanaan sebuah proyek lanskap.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang
diperuntukkan
bagi
kepentingan
lalu-lintas
serta
merupakan satu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hirarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996).
2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia Sesuai Undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan atas dua kategori utama, yaitu : 1) Jalan
primer,
yaitu
jaringan
jalan
pada
tingkat
nasional
yang
menghubungkan satu kota dengan kota lainnya; dan 2) Jalan sekunder, yaitu jaringan jalan yang berada di dalam kota Sedangkan secara hirarkis, jalan masih terbagi lagi dalam tiga kelompok berdasarkan peranannya sebagai prasarana transportasi: 1) Jalan arteri, diperuntukkan bagi perjalanan jarak jauh dengan kecepatan tinggi. Adapun jalan yang diklasifikasikan sebagai jalan arteri adalah jalan propinsi, jalan tol dan atau jalan bebas hambatan 2) Jalan kolektor, disediakan bagi lalu lintas jarak menengah dengan kecepatan kendaraan sedang, jalan yang termasuk dalam kategori ini adalah jalan kabupaten 3) Jalan lokal, merupakan jalan yang berfungsi untuk melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri jarak dekat dengan kecepatan kendaraaan rendah Jalan sebagai bagian dari lanskap jalan, terdiri atas sejumlah komponen jalan yang saling berhubungan satu sama lain, Peraturan No. 13 Tahun 1980 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga mendefinisikan komponen tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu: 1) Daerah Manfaat Jalan (damaja) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.
5 Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan. 2) Daerah Milik Jalan (damija) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Damija dimanfaatkan untuk Damaja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan. 3) Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) adalah ruas di sepanjang jalan di luar Damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan tujuan agar tidak menganggu pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.
2.3. Jalan tol Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 Pasal 44 tentang jalan, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif. Namun, dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif. Sebagai jalur lintas alternatif, jalan tol ditujukan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain dimana para pengguna jalan harus membayar sesuai dengan tarif yang berlaku yang didasarkan pada golongan kendaraan. Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sebagai sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya kurang tepat. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atau expressway (free berarti gratis, dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollroad atau tollway - kata toll berarti biaya) (Anonim, 2008). Untuk memenuhi standar sebagai sebuah jalur lintas alternatif (Anonim, 2008) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah jalan tol yang membedakannya dengan jalan sejenis, perbedaan tersebut mencakup : 1) Jalan tol harus merupakan jalan alternatif dari jalan umum yang ada, sehingga tidak ada pemaksaan pemakai jalan menggunakan jalan tol.
6 2) Tidak memiliki simpangan sebidang dengan jalan lainnya sehingga kelancaran lalu lintas di jalan tol dapat terjamin. 3) Jalur untuk masuk dan keluar terkendali, artinya setiap jalan masuk dan keluar harus mempunyai lajur penyesuaian kecepatan (taper) yang memadai sehingga lalu lintas yang masuk atau keluar jalan tol. 4) Mempunyai spesifikasi teknis tinggi, dan dirancang untuk kecepatan tinggi. 5) Biaya operasi kendaraan melalui jalan tol ditambah pembayaran tol harus masih lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui lintas alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara lain bahan bakar, pelumas, keausan dan nilai waktu. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 tentang standar pelayanan jalan tol, perbedaan tersebut dinyatakan dalam sebuah standar pelayanan jalan tol yang dapat dilihat pada Lampiran 25. 2.4. Lanskap Jalan Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi dengan segala sifatnya dan kehidupan yang ada didalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan (Simonds, 1983). Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan atau tapak pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dan merupakan bentukan permanen yang dapat mengubah karakter sebuah lanskap (Simonds, 1983). Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pemakai jalan serta diusahakan untuk meciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dengan fungsi untuk mendukung aktifitas penggunaan terus-menerus, membimbing, mengatur
irama
penggunaan
pergerakan,
lahan,
mengatur
memberikan
waktu
pengaruh,
istirahat,
mendefinisikan
mempersatukan,
membentuk
7 lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial dan membangun visual (Booth, 1983). Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut sebagai jalur hijau karena didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (Dirjen Bina Marga, 1996). Menurut Dirjen Bina Marga (1996), terdapat beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan merancang jalur hijau jalan, yaitu: 1) Pada jalur tanaman tepi. Jalur tanaman sebaiknya diletakkan pada tepi jalur lalu lintas, yaitu antara jalur lalu lintas kendaraan dan trotoar. Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2) Pada median jalan. Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0.8 meter, sedangkan lebar yang ideal adalah 4-6 meter. Pemilihan jenis tanaman harus memperhatikan
tempat
peletakannya
terutama
pada
daerah
persimpangan pada daerah bukaan (u-turn), pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan dan untuk bentuk median yang ditinggikan atau diturunkan. 3) Pada tikungan. Pemilihan tanaman sebaiknya mempertimbangkan jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.8 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. 4) Pada daerah persimpangan. Persyaratan geometrik yang harus dipenuhi adalah bebas pandangan harus terbuka agar tidak mengurangi jarak panfang pengemudi. Pilihan jenis
tnaman
dan
peletakannya
harus
memperhatikan
bentuk
persimpangan baik persimpangan sebidang atau tidak sebidang. Tujuan dari penanaman jalur tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang bagi utilitas dan perlengkapan jalan baik yang terletak di atas maupun di bawah
8 permukaan tanah serta untuk penanaman pohon tepi jalan (Lynch 1971) serta berfungsi juga sebagai alat perbaikan lanskap dan memberi kesempatan pengalaman visual bagi pengemudi kendaraan atau pemakai jalan, di samping memenuhi kebutuhan lalu lintas (Erawati, 2006). Permasalahan utama lanskap jalan adalah pencemaran (polusi) udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor yang memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan
organisme
hidup
terutama
manusia
dan
hewan,
menyebabkan kerusakan properti dan menurunkan tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara (de Nevers, 2000) sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Frick dan Mulyani (2006) mengatakan bahwa solusi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara dapat dilakukan melalui penanaman di sekitar lanskap jalan. Ismayadi dan Subiandono (2008) mengatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman yang ditujukan terhadap perbaikan lingkungan. Eckbo (1955) memberikan klasifikasi hotikultura dan klasifikasi fisik dalam pemilihan tanaman yang dapat digunakan pada lanskap jalan. Klasifikasi hortikultura meliputi syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit dan pemangkasan. Sedangkan klasifikasi fisik meliputi tujuan desain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan sifat budidayanya. Sedangkan Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan bahwa tanaman yang akan ditanam disekitar jalur jalan atau di daerah perkotaan harus dipilih dan memiliki toleransi terhadap lingkungan sekitar yang kurang bersahabat agar bisa bertahan hidup.
2.5. Proyek Kata ‘proyek’ berasal dari bahasa latin ‘projectum’ yang dalam kata kerjanya berubah menjadi ‘proceire’ yang berarti ‘melemparkan sesuatu ke depan’ dan berasal dari dua suku kata, yaitu ‘pro-‘ (πρό) yang berarti ‘sesuatu yang mendahului’ dan ‘-iacere’ yang berarti ‘melemparkan’. Kata ‘proyek’ itu sendiri berarti sebagai ‘sesuatu yang ada atau muncul sebelum ada hal lain yang terjadi’ (Anonim, 2008). Proyek merupakan suatu fungsi yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing bagian bertanggung jawab dan mengacu kepada dasar kesepakatan yang telah disetujui dan ditentukan baik sebelum maupun pada
9 masa pelaksanaan pekerjaan (Burges dan White, 1984). Sedangkan Westland (2006) mendefinisikan proyek sebagai sebuah upaya unik untuk menghasilkan serangkaian produk dan atau jasa dalam lingkup waktu, biaya dan kualitas yang terdefinisi dengan jelas yang memenuhi standar ketentuan pemberi kerja, dan berbeda dengan operasional bisnis yang serupa dikarenakan : 1) Bersifat unik Proyek tidak melibatkan adanya pengulangan terhadap proses pekerjaan. Setiap pelaksanaan proyek yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan sebelumnya. Pengulangan terjadi hanya pada proses pelaksanaan aktifitas identik dan bukan pada produk yang dihasilkan 2) Memiliki jangka waktu pelaksanaan yang jelas Sebuah proyek memiliki jangka waktu yang ditentukan dari awal hingga akhir waktu pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek 3) Terdapat anggaran pekerjaan baku Alokasi anggaran pelaksanaan proyek direncanakan sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan pemilik proyek 4) Keterbatasan penggunaan sumberdaya tersedia Jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang dapat digunakan terbatas pada kesepakatan masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan 5) Melibatkan resiko Pelaksanaan proyek selalu disertai dengan adanya ketidakpastian yang terhadap hal tidak terduga 6) Tercapainya perubahan yang menguntungkan Umumnya tujuan dari pelaksanaan proyek adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi melalui penanganan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kerja Sebuah proyek pada umumnya memiliki sebuah siklus yang mencakup 4 (empat) tahap, yaitu : 1) inisiasi proyek, 2) perencanaan proyek, 3) pelaksanaan dan 4) pengakhiran atau penutupan proyek (Westland, 2006) sebagaimana yang tampak pada Gambar 1. Senada dengan hal tersebut, Newell (2002) mengatakan bahwa setiap proyek, tidak terkait dengan ukuran maupun jenis proyek yang dijalankan, akan memiliki siklus dengan awal dan akhir pekerjaan yang terdefinisi dengan jelas.
10
review pelaksanaan
pendefinisian proyek
kontrol dan pengawasan
perencanaan mendetil
Gambar 1. Siklus pelaksanaan proyek Newel (2002) menambahkan bahwa kegiatan pengawasan merupakan salah satu bagian dari siklus proyek yang berada diantara pelaksanaan dan penutupan proyek. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk mengendalikan pelaksanaan sebuah proyek agar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik oleh menejer proyek dalam sebuah kegiatan manajemen proyek (Lewis, 2007).
2.6. Manajemen Proyek Lewis (2007) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan, alat dan tehnik dalam menjalankan aktivitas proyek untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Westland (2006) mendefinisikan manajemen proyek sebagai keahlian, proses dan alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan
sebuah
proyek
dengan
baik.
Sedangkan
Idad
(2003)
mendiefinisikan kegiatan tersebut sebagai proses pengkoordinasian keahlian dan tenaga kerja melalui metode atau alat dalam menghasilkan produk yang diinginkan.
11
Westland (2006) mengatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen proyek mencakup : 1) Keahlian khusus. Pengetahuan, keahlian khusus dan pengalaman dibutuhkan dalam mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kerja 2) Peralatan manajemen. Peralatan manajemen proyek yang digunakan mencakup form dan dokumen kerja, piranti lunak (software) perencanaan serta checklist pemeriksaan 3) Rangkaian proses kerja yang berbeda. Diperlukan adanya pemahaman terhadap manajemen tehnik dan proses kerja yang diperlukan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap waktu, biaya, kualitas dan cakupan pekerjaan. Rangkaian manajemen proyek yang diperlukan mencakup manajemen waktu, biaya, kualitas, perubahan, resiko dan menajeman permasalahan.
2.6. Pelayanan Jasa Konsultasi Jasa konsultasi digolongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa murni dikarenakan tidak terdapat produk tangible yang dihasilkan dalam pelayananannya (Stoner dan Freeman, 1994). Jasa konsultasi pengawasan pekerjaan proyek berkaitan dengan kegiatan pengawasan dan pengendalian proses, alat dan bahan yang digunakan dalam menjalankan sebuah proyek. Pengawasan
(monitoring)
pekerjaan
berkaitan
dengan
tata
cara
pemeriksaan kualitas yang dilakukan secara kuantitatif (Stoner dan Freeman, 1994). Pengawasan terhadap kualitas suatu pekerjaan hanya dapat berjalan dengan efektif, apabila spesifikasi standar telah ditentukan dan dipahami dengan baik, terdapat pendelegasian tanggung jawab pada setiap tingkatan, adanya perencanaan yang didikung oleh sumber daya yang memadai serta dilakukan secara berkelanjutan (Westland, 2006). Berkaitan kegiatan jasa konsultasi pengawasan, Burgess dan White (1984) mengemukakan masa (waktu) pendendalian pekerjaan pada tiga kategori waktu kerja, yaitu : 1) Masa pra-konstruksi,
yang
mencakup
rancangan, rencana kerja,
pengaplikasian teknologi yang digunakan, ketepatan pemilihan alat dan bahan
12 2) Masa konstruksi, yang mencakup metode pemindahan dan penggunaan alat dan bahan kerja, keahlian dan ketersediaan sumberdaya manusia serta ketepatan spesifikasi yang ditetapkan; dan 3) Masa pasca-konstruksi, yang mencakup perlindungan pasca-konstruksi serta teknik perlindungannya
13
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilangsungkan pada PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor. PT. BNK merupakan konsultan manajemen dan teknik yang memenangkan proses tender untuk kegiatan pengawasan pekerjaan penataan lanskap jalan tol pada PT Jasa Marga cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang Kegiatan pekerjaan penanaman dan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng secara keseluruhan terbagi atas tiga kegiatan utama, yaitu : 1) Kegiatan penanaman, 2) Kegiatan perawatan dan 3) Kegiatan pemeliharaan. Masing-masing dari kegiatan tersebut memerlukan waktu 3 bulan sehingga waktu keseluruhan dari pekerjaan penataan lanskap jalan tol adalah selama 9 bulan yang dimulai dari bulan November 2007 sampai dengan Agustus 2008. Keikutsertaan kegiatan magang dilangsungkan selama 3 bulan pertama pada kegiatan penanaman yang mencakup seluruh aspek dalam pengawasan
14 dan administrasi pekerjaan. Tabulasi waktu pelaksaan pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada Tabel 2 merupakan alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan magang.
3.2. Kerangka Kerja Pengawasan terhadap pekerjaan lanskap merupakan salah satu hal penting yang diperlukan dalam menjamin kualitas dari bentukan lanskap yang akan dibangun. Pemahaman terhadap berbagai item pekerjaan, spesifikasi maupun jenis material yang akan digunakan merupakan hal yang penting dalam kegiatan pengawasan mengingat permasalahan aktual di lapangan lebih bersifat insidentil dan spesifik tapak. Alur kerja kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 3. 1) 2)
Persiapan
Pekerjaan Pengawasan : 1) 2) 3)
Persiapan Penanaman Penanaman Pemeliharaan Masa
Lanskap Ruas Jagorawi
3)
Orientasi Tapak Pengenalan Dengan Pihak Terkait Langsung Penjelasan Lingkup dan Spesifikasi Pekerjaan
Lanskap Ruas Tomang – Cengkareng
Permasalahan / Kendala Analisis Pertimbangan Aspek Manajerial
Pertimbangan Teknis
Waktu Kualitas Perubahan Resiko/Masalah Komunikasi
Alokasi dan Keterbatasan Sumber Daya Kondisi Lapang Spesifikasi
Solusi Praktis
Skripsi Hasil Magang Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol
Gambar 3. Alur pikir pekerjaan magang
Studi Pustaka
15
Tabel 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas No
Uraian
1.
Pengadaan jasa konsultasi perancangan Transaksi Langsung Pengadaan Jasa Konsultasi Pengawasan Pemilihan Langsung Pengadaan Jasa Pemborongan Pelelangan Terbatas dgn Prakualifikasi Pelaksanaan Pekerjaan a. Penanaman b. Perawatan c. Pemeliharaan
2.
3.
4.
Juli
Agustus
2007 September
Oktober
November
Desember
Januari
2008 Februari Maret
April
Mei
Juni
Desember 2 3
4
Waktu pelaksanaan magang
Tabel 2. Alokasi waktu magang 2007 No 1 2 3 4
Uraian
September 1 2 3 4
1
Oktober 2 3
4
1
November 2 3
4
1
Orientasi lapang Pengawasan revitalisasi nurseri Pengawasan Penanaman ruas Jagorawi Pengawasan Penanaman ruas Cengkareng
15
16 Hal-hal yang berhubungan dengan kendala yang menghambat proses pekerjaan di lapangan akan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang dapat diterapkan di lapangan.
3.3. Metode Pelaksanaan Magang Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan pembelajaran aktif dengan ikut berperan serta dalam setiap kegiatan yang terkait dengan pekerjaan lanskap, serta menjalankan tugas-tugas pekerjaan lanskap yang ditugaskan oleh pihak konsultan tempat magang. Status mahasiswa adalah sebagai Landscape Inspector (LI). Dalam pelaksanaan kegiatan magang, kegiatan yang akan dilakukan terbagi atas : kegiatan persiapan, pekerjaan pengawasan (lapangan), pengumpulan data, analisis, perumusan solusi/pemecahan masalah dan penyusunan skripsi.
3.3.1. Persiapan Pada awal pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan orientasi keadaaan lapang, pengenalan jenis pekerjaan, material yang akan digunakan, tata cara pengawasan, standar keamanan dan metode kerja di sekitar jalan tol, pengenalan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilangsungkan serta penjelasan atas dokumen kontrak sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.3.2. Pekerjaan Pengawasan Kegiatan magang yang dilakukan secara umum meliputi pengawasan lapang dan pekerjaan administrasi. Kegiatan pekerjaan pengawasan lapang mencakup pekerjaan persiapan dan pengolahan lahan, pemeriksaan dan pencacahan seluruh material tanaman yang akan digunakan pada kegiatan penanaman dan proses pengerjaannya, pelaporan keadaan kerja di lapangan serta pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama masa penanaman. Sedangkan kegiatan administrasi mencakup seluruh kegiatan surat menyurat, pembuatan dokumen rapat mingguan dan pembuatan laporan bulanan sebagai bentuk pelaporan kepada pihak PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Jenis kegiatan kerja yang diikuti selama magang adalah seluruh kegiatan yang mencakup kegiatan pengawasan maupun kegiatan pendataan pada kedua lokasi
17 ruas penanaman serta pada lokasi nurseri Cipinang. Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan magang terbagi atas dua pekerjaan pokok, yaitu pekerjaan penanaman ruas jalan tol dan pekerjaan revitalisasi nurseri.
3.3.3. Pengumpulan Data Merupakan tahap pengambilan data baik yang berupa data ekologis maupun data teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penanaman dan pengawasan pada lanskap jalan tol. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan lapang), pengukuran dan perhitungan, pembuatan dokumentasi kegiatan, serta melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan penataan lanskap jalan tol (baik dari pihak konsultan, kontraktor maupun PT Jasa Marga (Persero), Tbk). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, laporan kegiatan maupun dokumen-dokumen kerja yang terkait. Jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis,sumber dan cara pengambilan data No 1
Jenis Data
a. Lokasi Pekerjaan b. Jenis Pekerjaan 2
Cara pengambilan
Dokumen kontrak dan
Studi pustaka, tinjauan
Orientasi lapang
lapang, wawancara
Dokumen kontrak dan
Tinjauan pustaka,
Orientasi lapang
pengamatan lapang
Kegiatan Pengawasan a. Jenis dan Kuantitas Tanaman b. Dokumentasi Proyek c. Alat dan Bahan Pekerjaan Pengawasan
Dokumen kontrak Lapangan Lapangan
Pengamatan lapang Pengamatan lapang
Wawancara,
Wawancara,
Dokumen kontrak
Studi literatur
a. Aspek Legal Kontrak
Dokumen kontrak
Stuid literatur
b. Organisasi Proyek
Orientasi proyek
d. Metode Kerja Konsutan 3
Sumber
Lanskap Lokasi Proyek
Administrasi
Pengamatan lapang, studi liteatur
18 3.3.4. Analisis Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan mencakup analisis kualitatif dan kuantitif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan pada data verbal ataupun fisik yang tidak terukur seperti hasil wawancara dan kuisioner, dokumentasi hasil pekerjaan dan dokumen-dokumen kontrak kerja. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data baik lapangan maupun non-lapangan, yang terukur seperti persebaran jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah dan jenis material yang digunakan untuk kemudian dipadankan dengan permasalahan yang timbul di lapangan dan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pengawasan, analisis lebih ditujukan sebagai bahan penilaian terhadap kinerja kontraktor lanskap dalam pelaksanaan kewajibannya.
3.3.5. Perumusan solusi Solusi atau pemecahan masalah yang dirumuskan merupakan hasil analisis atas laporan kondisi dan permasalahan yang timbul di lapangan. Lebih lanjut lagi, dalam penyusunan laporan magang, solusi yang dihasilkan di lapangan tersebut kemudian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli dari buku referensi, majalah ilmiah dan sumber lainnya.
3.4. Batasan Studi Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu kegiatan pengawasan dalam masa penanaman pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC, baik dalam kegiatan administrasi maupun pekerjaan fisik di lapang dan tidak mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan pasca konstruksi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pekerjaan lanskap yang berada di bawah Bagian Pemeliharaan jalan tol ruas Cawang – Tomang - Cengkareng PT Jasa Marga (Persero), Tbk.
19 IV. ORGANISASI PROYEK
4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09 September 1997 dengan visi menjadi konsultan nasional terpercaya yang selalu berperan aktif dalam pengembangan dunia konsultansi di Indonesia dengan memberi pelayanan terbaik bagi kepuasan konsumen/klien dengan berorientasi pada peningkatan kinerja dan manajemen, pengembangan sumberdaya manusia serta penggunaan prasarana dan sarana yang optimal demi pencapaian kesejahteraan bersama. Kepengurusan perusahaan dibagi atas dua jenis struktur kepengurusan, yaitu kepengurusan tetap, yang terdiri dari pemilik, dewan direksi serta staf operasional kantor dan kepengurusan tidak tetap yang hanya dibentuk pada saat pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu yang terdiri atas tenaga ahli dan staf lapang. Susunan kepengurusan tetap dari perusahaan tersebut mencakup : Komisaris utama
: Dra. Milawati
Komisaris
: Dra. Widiastuti
Direktur Utama
: Ir. J. Heru Marsudi, Dipl, HE, MT
Direktur
: Ir. Soeliantoro, MBA
Layanan jasa konsultasi yang disediakan oleh PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) mencakup berbagai bidang, baik bidang kontruksi maupun non-kontruksi dengan perincian jasa konsultansi konstruksi mencakup pada bidang sipil, arsitektur, tata lingkungan, elektrikal, jasa pendukung dan perencanaan, sedangkan jasa konsultansi non konstruksi mencakup bidang telematika, jasa survai, pariwisata, bisnis dan manajemen, perindustrian dan perdagangan, pertambangan dan energi, pendidikan, kesehatan dan jasa khusus lainnya.
4.2. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta diresmikan pada tanggal 21 Maret 2000 oleh direktur utama (Dirut) PT. Jasa Marga pada waktu itu Ir, Wiyoga Adiwasito. PT Jasa Marga (Persero) cabang
20 CTC memiliki daerah operasional sepanjang ± 32 Km yang memanjang dari daerah Cililitan hingga bandara internasional Soekarno-Hatta.
4.3. Organisasi Pengelolaan Proyek Selama pelaksanaan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng, terdapat tiga organisasi proyek yang meliputi : Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC, konsultan pengawas dan kontraktor lanskap. Ketiga unsur organisasi proyek berwenang dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing dengan melaksanakan koordinasi teknis, lapangan dan administrasi dengan baik sehingga dapat memberikan hasil terbaik dalam penggunaan biaya, kendali mutu dan ketepatan waktu pelaksanaan.
4.3.1. Satuan Tugas (Satgas) PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang CTC Satgas merupakan satuan organisasi kerja yang dibentuk dan ditunjuk oleh kepala cabang dalam mengendalikan semua item pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan ketentuan kontrak. Satgas bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor lanskap. Susunan keanggotaan Satgas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga Posisi
Nama
Ka Satgas
Subari
Administrasi
Harjono
Anggota Satgas
Pyatno Pudjo Subiarto Pardede
Tugas dan wewenang satuan tugas (satgas) yang dibentuk oleh Kepala Cabang (Kacab) secara umum berada pada lingkup manajemen konstruksi dan bertanggungjawab dalam pengendalian proses pekerjaan. Secara lebih rinci tugas dan hak satuan tugas (satgas) adalah : 1) menangguhkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian akibat kegagalan kontraktor atau ketidakamanan terhadap pekerja atau masyarakat atau akibat eksternal yang tidak terduga
21 2) memberikan rekomendasi kepada pemberi tugas atas penagihan pembayaran
dari
kontraktor
melalui
sertifikat
bulanan,
sertifikat
penyelesaian sementara dan sertifikat penyelesaian akhir 3) memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada pemberi tugas untuk dapat dilaksanakannya serah terima sementara dan serah terima akhir 4) memberi dan mengeluarkan perintah perubahan terhadap kontrak kepada kontraktor sebagai akibat adanya tuntutan dan atau keadaan lapangan
4.3.2. Konsultan Perencana Konsultan
perencana
bertugas
dalam
melaksanakan
pekerjaan
perencanaan tapak dan melakukan perhitungan teknis terhadap kuantitas dan jenis material yang akan digunakan. Dalam pekerjaan lanskap, konsultan perencana bertanggung jawab terhadap kebenaran dan ketepatan desain yang akan diterapkan di lapang, juga termasuk di dalamnya perencanaan terhadap alokasi waktu yang diperlukan dalam merampungkan pekerjaan. Pekerjaan perencanaan dilaksanakan selama satu bulan dengan produk perencanaan
berupa
laporan
perencanaan
tertulis,
dokumen
spesifikasi
lansekap, gambar rencana dan gambar kerja, daftar harga dan kuantitas serta dokumen teknis lainnya yang telah ditentukan sebelumnya. Konsultan perencana juga bertugas dalam membuat Harga Perkiraan Sementara (HPS) kepada pihak Jasa Marga selaku pemberi kerja terkait dengan pekerjaan penataan lansekap yang dapat dijadikan acuan dalam proses pelelangan (tender). Sedangkan gambar rencana, daftar harga dan kuantitas, dokumen spesifikasi lanskap serta berkas lainnya yang merupakan produk dari kegiatan perencanaan juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam kelengkapan dokumen teknis pada proses pelelangan (tender). Dalam pekerjaan ini, konsultan perencana yang bertugas dalam merencana dan merancang lanskap jalan tol adalah PT. BNK. 4.3.3. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas merupakan bentuk badan usaha yang memberikan pelayanan jasa konsultasi lanskap dalam penjaminan kualitas dan ketepatan proses pekerjaan berdasarkan rencana dan kesepakatan di dalam kontrak kerja dengan jalan memberikan saran dan masukan serta memecahkan masalah dan kendala yang muncul di lapangan, baik yang bersifat teknis lapangan maupun non-teknis. Dalam pengawasan pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC, PT. BNK
22 yang pada awal masa pekerjaan bertindak sebagai konsultan perencana juga berperan dalam menyediakan jasa konsultasi pengawasan. Adapun perincian anggota konsultan pengawas yang bekerja dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Susunan anggota konsultan pengawas Jagorawi
Lokasi Cengkareng
Resident Engineer
Ir. Khairul
√
√
√
Chief Inspector
Ir. Munawir
√
√
√
Landscape Inspector 1
Yames Sumitra, SP
√
√
-
Landscape Inspector 2
Angga Ardyansyah
√
√
√
Ofiice Manager
H. Sudirmanto, SE
Posisi
Nama
Nurseri
Adm dan keuangan
Secara umum, konsultan pengawas mempunyai wewenang dalam mengusulkan rekayasa teknik lapangan yang diperlukan berdasarkan ketentuan dalam dokumen kontrak. Konsultan pengawas bertugas dalam mengawasi, memeriksa dan merekomendasikan persiapan, pelaksanaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor. secara lebih rinci tugas dan hak konsultan pengawas, adalah : 1) memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian mutu tersebut 2) memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan 3) menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang tidak layak secara teknis 4) memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan 5) memeriksa kuantitas item pekerjaan yang terdapat dalam rencana kerja dan hasil pekerjaan serta memberikan laporan hasil pemeriksaannya kepada satuan tugas (satgas) dan atau kontraktor untuk selanjutnya diproses untuk pengajuan sertifikat pembayaran atau laporan kemajuan
23 6) melakukan perubahan-perubahan minor pada gambar rencana atas dasar keadaan lapangan, sejauh tidak mengubah substansi desain 7) mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui satuan tugas (satgas) 8) memberikan rekomendasi kepada satuan tugas (satgas) atas usulan suatu perubahan pekerjaan dilapangan; dan 9) mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan
4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap Kontraktor lanskap pada pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC merupakan badan usaha non-pemerintah yang memenangkan tender dan bertugas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di dalam kesepakatan kontrak. Kontraktor lanskap yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan tersebut adalah PT. Sinar Kemala (SK) yang merupakan sebuah kontraktor umum yang bergerak dalam jasa pembangunan dan penyewaan alat-alat berat yang selanjutnya bekerja sama dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora (BIF) selaku penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman (terdapat pada Tabel 6). Dalam melaksanakan pekerjaan, PT. SK diatur dalam kontrak jasa pemborongan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol CTC nomor : FE.06.SPK.134 tanggal 05 November 2007.
Tabel 6. Kontraktor dan sub kontraktor lanskap Posisi
Nama
Keterangan
Kontraktor
PT Sinar Kemala
Jl. Cendana XIV No. 54 Jakasampurna - Bekasi
Sub Kontraktor
CV. Bumi Indah
Jl. Bumi Indah Rt.002/09 No. 37 Sukabumi Utara –
Flora
Jakarta Barat
Skematik
hubungan
antara
pemberi
kerja,
konsultan
pengawas,
kontraktor dan sub-kontraktor lanskap dalam pekerjaan penanaman yang dilakukan pada kedua ruas jalan tol dapat dilihat pada Gambar 4.
24
Kacab. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC
Kepala Bagian Pemeliharaan
Perintah Kerja Kepala Satuan Tugas (Satgas) Adm.
Anggota
Anggota
Anggota
PT. Beutari Nusa Kreasi Perintah Kerja
Resident Engineer
Pengawasan
Adm. Chief Inspector
Landscape
Direktur PT. Sinar
Landscape
kontraktor PT. Sinar K l Tenaga Ahli
Sekertaris
General Manager
sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora
Site Manager
Asisten Site Manager
Pekerja 1
Pekerja 2 Pekerja ..
Pekerja 3 Pekerja n
Gambar 4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC
25 V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data lapangan, 1 (satu) orang Chief Inspector (CI) dan 1 (satu) orang Resident Engineer (RE). Pengumpulan data dilaksanakan secara harian oleh LI melalui tinjauan langsung ke lapangan terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor kepada CI dengan mengacu pada rencana kerja yang kemudian direkap dalam berita acara kemajuan (progress) pekerjaan. Untuk pekerjaan yang tidak dapat diawasi langsung oleh konsultan pengawas, pemeriksaan dilakukan pada hari berikutnya dengan memeriksa hasil pekerjaan tersebut secara langsung dan meminta laporan, baik tertulis maupun lisan kepada pekerja yang berada di lapangan. Alur pelaksanaan dan hubungan kerja yang berlangsung pada penataan lanskap jalan tol CTC dapat dilihat pada Gambar 5. PT. Jasa Marga
Konsultan Perencana
resmi tidak resmi
Kontraktor
Perbaikan
Pelaksanaan
Pengawasan
Konsultan pengawas
Pelaksanaan Harian diterima
Tidak
Ya
Semua Pekerjaan diterima
Ya
Serah terima
Gambar 5. Alur pelaksanaan kerja penataan proyek lanskap jalan tol Dalam memastikan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja (PT. Jasa Marga cab CTC) dipenuhi, RE selaku menejer pelaksana pekerjaan pengawasan merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian masingmasing kegiatan kerja melalui serangkaian proses manajemen. Proses tersebut mencakup : manajemen waktu, manajemen kualitas, manajemen perubahan,
26 manajemen
resiko,
manajemen
masalah
dan
kendala,
manajemen
pencegahan/antisipasi dan manajemen komunikasi.
5.1. Manajemen Waktu Manajemen
waktu
merupakan
metode
yang
digunakan
dalam
mengalokasikan penggunaan waktu yang digunakan dalam pengawasan setiap jenis pekerjaan. Manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek dikarenakan waktu merupakan sumber daya yang sangat berharga dalam pelaksanaan proyek (Westland, 2006). Dalam melaksanakan manajemen waktu, RE dan CI melakukan analisis dalam menentukan alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan data dari sejarah (track record) kemampuan kontraktor dalam menyelesaiakn suatu jenis pekerjaan. Untuk lebih rincinya, perekaman (record) terhadap waktu aktual yang dibutuhkan oleh masing-masing pekerja dilapangan dimaksudkan untuk : 1) mengkalkulasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaian jenis pekerjaan tertentu 2) mengendalikan alokasi sumberdaya masing-masing jenis pekerjaan, dan 3) mengidentifikasikan persentase penyelesaian pekerjaan yang telah dilaksanakan dan besarnya penyimpangan dari rencana proyek Dasar yang digunakan dalam proses manajemen waktu adalah laporan timesheet
mingguan
yang
merupakan
rekapitulasi
dari
laporan
harian
pengawasan pekerjaan di lapangan. Prosedur manajemen waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2. Manajemen Kualitas Manajemen kualitas dilakukan melalui penetapan standar pekerjaan. Penilaian yang dilaksanakan didasarkan kepada pengawasan dan pengendalian alat, bahan, metode dan tenaga kerja yang digunakan.
Dalam proses ini,
pengertian kualitas dari masing-masing jenis pekerjaan didefinisikan secara jelas dan dilakukan dokumentasi atas rencana pengawasan kualitas. Dalam dokumen rencana pengawasan kualitas dijelaskan : 1) definisi kualitas yang hendak dicapai pada masing-masing jenis pekerjaan 2) sasaran jelas dalam menentukan kualitas dari masing-masing pekerjaan yang didalamnya terdapat penjelasan kriteria dan standar yang harus dipenuhi sesuai dengan keinginan pemberi kerja, dan
27 3) tehnik yang digunakan untuk melakukan pengendalian kualitas Penjaminan kualitas pekerjaan, baik alat, bahan maupun materi pekerjaan yang digunakan didasarkan kepada hasil Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang disusun dan diperbaharui melalui pemeriksaan lapangan oleh LI. BAP lapangan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas terdiri atas : 1) BAP pengadaan tanaman 2) BAP pengadaan penopang bambu 3) BAP pemeriksaan lubang tanam 4) BAP pemeriksaan penanaman Prosedur manajemen kualitas yang dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 2. BAP merupakan dokumen rangkuman hasil pemeriksaan terhadap suatu material atau alat kerja sebelum digunakan dilapangan. Untuk dapat diterima dalam administrasi proyek, dokumen tersebut harus disahkan oleh RE dan disetujui oleh satgas.
5.3. Manajemen Perubahan Manajemen perubahan merupakan bagian dari proses pengawasan yang ditujukan untuk menangani perubahan terhadap cakupan, kualitas, jangka waktu pelaksanaan atau sumberdaya pekerjaan yang diajukan melalui prosedur resmi oleh kontraktor kepada konsultan pengawas. Segala perubahan yang terjadi selama berlangsungnya pekerjaan didokumentasikan dalam dokumen perubahan kerja yang disetujui oleh ketua satgas. Pengambilan keputusan pada proses manajemen perubahan merupakan inti peran seorang RE dalam menjalankan manajemen proyek. Prosedur dalam menjalankan manajemen perubahan yang digunakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.4. Manajemen Resiko Manajemen resiko adalah kegiatan manajemen yang ditujukan untuk mengidentifikasi, mengkalkulasi dan mengatasi masalah sebelum muncul ke permukaan pada saat pekerjaan sedang berlangsung. Manajemen resiko lebih ditekankan pada saat pelaksanaan pemeriksaan (review) rencana dan gambar kerja yang digunakan dalam proyek. Dalam kegiatan ini, dikemukakan sejumlah tindakan yang mungkin ditempuh dalam mengurangi intensitas dan kemungkinan kemunculan resiko pekerjaan serta meredam dampak yang ditimbulkan oleh
28 masing-masing resiko tersebut terhadap pekerjaan keseluruhan. Tujuan utama dalam manajemen resiko adalah memastikan bahwa setiap resiko yang mungkin muncul teridentifikasi, dapat dikalkulasikan, dihindari, diarahkan ataupun diatasi dengan baik. Namun demikian, kegiatan manajemen resiko dilangsungkan dari awal permulaan pekerjaan hingga proyek selesai dilaksanakan. Alur proses manajemen resiko serupa dengan proses manajemen masalah/kendala dan dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.5. Manajemen Masalah/Kendala Manajemen masalah/kendala adalah metode yang digunakan dalam menangani segala sesuatu yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pekerjaan. Proses yang digunakan adalah penerapan berbagai metode peninjauan dalam menilai dampak yang akan dihasilkan suatu permasalahan/kendala yang dijumpai di lapangan. Manajemen masalah/kendala merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap resiko yang tidak teridentifikasi pada masa pemeriksaan rencana proyek. Peninjaun dilakukan dalam sudut pandang ketersediaan waktu dan kapabilitas masing-masing stake holder. Tahap selanjutnya adalah merumuskan berbagai kemungkinan yang dapat ditempuh untuk mengatasi atau mengurangi dampak tersebut.
5.6. Manajemen Komunikasi Dalam manajemen komunikasi, ditentukan tingkat informasi yang akan didistribusikan kepada masing-masing pihak yang terlibat (stake holder). Dalam rencana komunikasi ditentukan tipe, metode, frekuensi dan tanggung jawab personal dari konsultan pengawas dalam pendistribusian informasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Komunikasi yang jelas, akurat dan lancar merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan berhubungan dengan tingkat resiko yang mungkin muncul. Komunikasi yang baik berdampak pada tersedianya informasi yang benar, pada waktu yang tepat dalam pengambilan keputusan. Bentuk komunikasi formal yang dilangsungkan dalam pekerjaan adalah berupa penerbitan laporan performa dan status pekerjaan, pengkomunikasian potensi resiko pekerjaan, masalah aktual, perubahan ketentuan kerja dan
29 rangkuman informasi proyek secara berkala yang disampaikan melalui materi dalam rapat rutin mingguan stake holder. Bentuk lainnya adalah melalui penerbitan surat resmi dan laporan bulanan konsultan pengawas. Walaupun pelaksanaan komunikasi formal umumnya dilaksanakan setelah informasi atau data lapangan telah terkumpul, namun komunikasi antar masing-masing pihak (stake holder) dilaksanakan secara intensif sepanjang proses pekerjaan. Alur proses manejemen komunikasi formal yang digunakan oleh konsultan pengawas dapat dilihat pada Lampiran 5 .
30
VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN
6.1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya
pekerjaan
di
lapangan.
Jenis
pekerjaan
pendahuluan
mencakup sejumlah pemeriksaan terhadap : 1) aspek legal kontrak, 2) pemahaman terhadap rencana dan prosedur kerja, serta 3) pemeriksaan (review) disain lanskap yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas CTC.
6.1.1. Pemeriksaaan Aspek Legal Kontrak Aspek legal kontrak berkaitan dengan hukum dan peraturan yang mengatur tentang kontrak jasa pemborongan dan merupakan kelengkapan administratif yang dibutuhkan, baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas sebagai dasar landasan hukum untuk melaksanakan semua kegiatan pekerjaan. Kegiatan pertama yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas adalah pemeriksaaan terhadap lembar data proyek, pemeriksaan tersebut penting dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya cacat hukum dalam ketentuan kontrak kerja. Lembaran data proyek yang terdapat dalam pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC terangkum di dalam Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC Nama Proyek
:
Pengawasan Teknik Pekerjaan Penataan Lanskap pada Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng
Tujuan Proyek
:
Melaksanakan penataan lanskap pada jalan tol Cawang Tomang – Cengkareng dan meningkatkan kualitas visual bagi kenyaman pengguna jalan tol.
Pemilik Proyek
:
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Cawang – Tomang – Cengkareng
Kepala Cabang
:
Ir. David Wijayatno
Konsultan Perencana
:
PT Beutari Nusakreasi
Konsultan Pengawas
:
PT Beutari Nusakreasi
Kontraktor
:
PT Sinar Kemala
Total Nilai Pekerjaan
:
Rp. 989.996.000,- (termasuk PPN 10%)
Sumber Dana
:
Semua dibiayai terlebih dulu oleh Kontraktor (CPF)
Kontrak Dimulai
:
Tanggal 05 November 2007
Masa Penanaman
:
75 hari Kalender
Masa Perawatan
:
90 hari Kalender
31 Masa Pemeliharaan
:
90 hari Kalender
Cakupan Proyek
:
Pekerjaan Penataan Lanskap pada Median dan Damija, Ruas Jagorawi,
Ruas
Cengkareng
dan
Revitalisasi
Nurseri
Cipinang Ruang Lingkup Pekerjaan Lanskap
:
Pekerjaan Softscape, didominasi oleh pekerjaan penanaman pohon, palm, perdu, semak dan rumput,
sedangkan
pekerjaan hardscape meliputi pemasangan instalasi pot serta revitalisasi nurseri Cipinang Sumber : dokumen kontrak pelaksanaan kerja (kontraktor) dan konsultan pengawas
Lembar data tersebut di atas kemudian dilengkapi dengan surat keputusan yang diterbitkan oleh pemberi tugas yang menegaskan keabsahan administratif masing-masing pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaannya, kontraktor diatur oleh peraturan dan ketentuan sebagaimana yang berlaku di dalam kontrak kerja berdasar kepada surat keputusan yang dikeluarkan oleh pihak pemberi kerja yang tercantum pada Tabel 8. Tabel 8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) No 1
2 3 4 5 6
ASPEK LEGAL Persetujuan dan Penetapan Pemenang Pelelangan Terbatas Pengumuman Pemenang Pelelangan Terbatas Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan (Gunning) KJP (Kontrak Jasa Pemborongan) Berita Acara Serah Terima Lahan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja}
NOMOR
TANGGAL
FE.06.PM.01.1955
23 Oktober 2007
FE.06.4.PTPL.22
24 Oktober 207
FE.06.PM.01.1986
31 Oktober 2007
FE.06.SPK.134 020/BAST/FE.06/2007 FE.06.PM.01.2108
05 November 2007 06 November 2007 07 November 2007
288/KC19/PM/SJPP/KASK/2007 7
Jaminan Pelaksanaan oleh Kontraktor
Jaminan :
02 November
02 November 2007 sd.
2007
12 Agustus 2008 8 9
Asuransi Tenaga Kerja (Jamsostek) C A R’S
-
-
-
-
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan bahwa kontraktor belum melengkapi kelengkapan yang diperlukan secara sempurna. Kontraktor
32 belum
menyerahkan
perlindungan
tenaga
bukti kerja
keikutsertaannya (Jamsostek),
yang
dalam penting
program
asuransi
untuk
menjamin
perlindungan dan keselamatan pekerja selama masa konstruksi di lapangan. Sedangkan CAR’S (Contractor All RiskS) merupakan salah satu bentuk asuransi yang melimpahkan segala bentuk klaim dari pihak ketiga disaat terjadi kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tol lokasi pekerjaan lanskap yang disebabkan oleh adanya kelalaian kontraktor atau kecelakaan lain yang disebabkan oleh adanya kegiatan dari proyek tersebut. Konsultan pengawas kemudian menginformasikan kekurangan tersebut kepada pihak pemberi kerja maupun kepada kontraktor melalui pernyataan tidak resmi pada rapat pendahuluan (Pre-Construction Meeting - PCM) yang dilaksanakan tanggal 8 November 2007, hal tersebut kemudian dipertegas dengan dikeluarkannya surat resmi 001/CTC-BNK/XI/2007 yang ditujukan kepada kontraktor menyangkut hal tersebut. Dalam pelaksanaannya, kontraktor baru dapat memenuhi persyaratan keikutsertaan dalam program asuransi tenaga kerja pada terakhir dengan menyerahkan bukti secara langsung kepada pihak pemberi kerja. Sedangkan aspek legal kontrak yang berkenaan dengan keabsahan administratif konsultan pengawas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas No
ASPEK LEGAL
NOMOR
TANGGAL
1
Berita Acara Pembuktian Kualifikasi
FE.06.4.PLPL.14
19 September
Seleksi Langsung Pekerjaan Jasa
2007
Konsultasi Penataan Lanskap 2
Pengumuman Pemenang
FE.06.4.PLPL
21 September
FE,06.PM.01.1833
20 September
Pelelangan Terbatas 3
Persetujuan Pemenang Seleksi
2007
Langsung 4
Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan
2007 FE.06.PM.01.1823
(Gunning) 5
Surat Penetapan Hasil Negoisasi
6
Berita Acara Hasil Evaluasi
26 September 2007
FE.06.PPHm.082.1.1
20 September
FE.06.4.PLPL.13
18 September
2007 2007 7
Penawaran Pihak Kedua beserta
749 / BNK - / IX / 2007
Lampiran-Lampirannya 8
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
17 September 2007
FE.06.PM.01.1900
3 oktober 2007
33 Berdasarkan ketentuan dalam dokumen kontrak konsultan pengawas, pekerjaan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas secara resmi dimulai pada tanggal 3 Oktober 2007 dengan diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Jangka waktu yang tersedia sebelum dikeluarkannya SPMK bagi kontraktor dimanfaatkan untuk memahami rencana dan prosedur kerja yang diajukan dan melakukan pemeriksaan terhadap gambar rencana dan gambar kerja yang digunakan.
6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan Rencana proyek merupakan dokumen inti dari manajemen pelaksanaan pekerjaan (Westland 2006). Pemahaman tim konsultan pengawas terhadap rencana proyek dan prosedur kerja yang digunakan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui rencana dan tindakan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan waktu dan mutu pekerjaan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan pemahaman terhadap rencana proyek, dilakukan pembagian lingkup pekerjaan kedalam rangkaian hirarki tahapan pekerjaan, aktifitas dan tugas yang harus dilaksanakan untuk dapat menjalankan pekerjaan dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan ‘Work Breakdown Structure’ (WBS). WBS adalah pembagian rangkaian pekerjaan ke dalam bentuk pohon hierarki yang berorientasi pada hasil akhir (induk cabang). Aplikasi dari metode WBS dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 22. Secara garis besar, dalam pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC rencana proyek yang diperiksa dan diawasi pelaksanaanya oleh konsultan pengawas dikategorikan kedalam dua kelompok utama, yaitu rencana pekerjaan non-penanaman dan rencana pekerjaan penanaman.
6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Non-Penanaman Pemeriksaan terhadap rencana kerja non-penanaman merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap rencana kerja selain kegiatan penanaman, baik pra-penanaman maupun pasca-penanaman. Rencana pekerjaan nonpenanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor mencakup 2 (dua) jenis pekerjaan, yaitu : 1. Pekerjaan persiapan lahan, terdiri atas recana sub-pekerjaan : a. Mobilisasi dan demobilisasi kontraktor
34 b. Pengadaan kantor dan gudang lapang c. Pengadaan tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara d. Pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja e. Pengaturan lalu-lintas f.
Pengadaan foto proyek
g. Pengadaan alat bantu kerja h. Pembersihan lahan penanaman i.
Pekerjaan pematokan (staking) tanaman
j.
Pengadaan penopang bambu
2. Pekerjaan revitalisasi nurseri, terdiri atas rencana sub-pekerjaan : a.
Pembersihan lahan
b.
Instalasi paranet dan tiang penyangga
c.
Maintenance path paving
d.
Pengadaan titik air
e.
Pemangkasan pohon eksisting, dan
f.
Pembuatan lubang pengolahan kompos
Berdasarkan rencana kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23, dapat diketahui bahwa distribusi sumberdaya yang digunakan oleh kontraktor akan banyak digunakan pada minggu-2 dan minggu-3 yang mencakup hampir seluruh sub-jenis pekerjaan kecuali : pengadaan P3K, pengaturan lalu lintas dan pengadaan foto proyek. Dalam rencana tersebut, pekerjaan pengaturan lalu lintas tidak didistribusiakan secara merata dan hanya dilaksanakan pada minggu ke-1, minggu-5 dan minggu-10 padahal kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangat penting dalam mengiringi pelaksanaan pekerjaan penanaman. Sedangkan pekerjaan revitalisasi nurseri dikonsentrasikan pada minggu-4 sampai dengan minggu-6 dengan perhatian utama pada pekerjaan pemasangan (instalasi) paranet dan pembuatan titik air. Waktu yang direncanakan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dirasakan kurang cocok mengingat peran nurseri yang sangat penting sebagai lokasi aklimatiasasi tanaman.
6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Penanaman Rencana pekerjaan penanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor mencakup item pekerjaan sebagai berikut : 1) Pekerjaan pembentukan tanah, yang mencakup sub-pekerjaan : a. Pemberian tanah subur
35 b. Pemberian pupuk kandang c. Pembentukan dan pengolahan tanah d. Pembuatan lubang tanam 2) Pekerjaan penanaman ruas Cengkareng; dan 3) Pekerjaan penanaman ruas Jagorawi Jenis tanaman, lokasi ruas penanaman
serta jumlah tanaman yang
digunakan dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC dapat dilihat pada Lampiran 19. Jenis tanaman yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dan lanskap jalan tol ruas Cengkareng secara keseluruhan didominasi oleh pohon dan palm, sedangkan tanaman semak, groundcovers dan rumput hanya digunakan pada lokasi tertentu sebagai aksen (accent).
Sedangkan
spesifikasi dari masing-masing jenis tanaman yang digunakan dalam pekerjaan penataan lanskap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan No.
RUAS CENGKARENG
SPESIFIKASI
Pohon/Palem 1
Palem Anggur (Latania sp)
2
Bintaro (Cerbera odollam)
3
Thevetia (Thevetia peruviana)
2.5 m oht 3.0 m oht (branching) 75 mm dia 1.2 m oht (branching)
4
Ki Hujan (Samanea saman)
5
Kamboja (Plumeria rubra)
3.0 m oht (branching)
6
Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
3.0 m oht (branching)
7
Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii)
8
Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima)
9
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
3.0 m oht (branching), 150 mm dia
2.0 m oht 0.8 m oht 1.0 m oht
Shrubs & Ground Covers 1
Bunga Mentega (Nerium oleander)
2
Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.)
300 mm oht 300 mm oht
3
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
300 mm oht
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
200 mm oht
5
Pisang Hias (Helliconia sp.)
300 mm oht
6
Lantana (Lantana spp)
300 mm oht
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
close turfing
RUAS JAGORAWI
SPESIFIKASI
Pohon/Palem 1
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
2.5 m oht
2
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
3.0 m oht
3
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
4
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)
3-4 m oht 3.0 m oht (branching) 75 mm dia
36 5
Kamboja (Plumeria rubra)
2.5 m oht (branching)
6
Ki Hujan (Samanea saman)
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
1
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
300 mm oht
2
Pisang Hias (Helliconia psittacorum)
300 mm oht
3
Nusaenda (Musaenda philipinensis)
300 mm oht
3.0 m oht (branching), 150 mm dia 1.0 m oht
Shrubs & Ground Covers
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
200 mm oht
5
Euphorbia (Euphorbia millii)
300 mm oht
6
Bunga Kertas (Bougainvillea glabra)
500 mm oht
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
close turfing
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas Keterangan :
OHT (Overall Hight Trunk) Close turfing : penanaman rumput dengan metode sodding
Melalui pemeriksaan terhadap jenis pekerjaan yang terdapat dalam kesepakatan dokumen kontrak, pekerjaan penataan lanskap didominasi oleh pekerjaan penataan elemen lanskap lunak (softscape) berupa penanaman tanaman palm, pohon, semak, perdu, groundcovers dan rumput dengan perincian tanaman sebanyak 2.373 pohon, 456 palm, 114.464 polybag semak, 1.865 perdu dan 1.419 m2 rumput.
Gambar 6. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan jumlah Dalam klasifikasi persentase berdasarkan jumlah, dapat dilihat bahwa tanaman semak mendominasi lanskap keseluruhan sebesar 95 %, diikuti dengan pohon 1.97 %, perdu 1.55 %, rumput 1.18 % dan palm sebesar 0.38 %. Pengklasifikasian ini berfungsi untuk memberikan pemahaman dan Gambaran mental (mental image) kepada anggota konsultan pengawas mengenai bentukan lanskap yang akan terbentuk berkaitan dengan pekerjaan pengawasan di lapangan. Sedangkan pengklasifikasian kedua dilakukan berdasarkan nilai bobot pekerjaan dipergunakan oleh konsultan pengawas dalam membantu kontraktor
37 menentukan prioritas dan rangkaian proses pekerjaan lanskap yang harus diselesaikan dalam memenuhi tenggat waktu pekerjaan serta urutan dari jenis tanaman yang dipersiapkan agar dapat tersedia dalam waktu dan jumlah yang tepat. Persentase bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan bobot pekerjaan Dalam penentuan bobot dari masing-masing jenis pekerjaan lanskap tersebut, digunakan persamaan : Bn
Σ Pekerjaan n
=
x
100 %
Σ Nilai Kontrak Keseluruhan
dimana, Bn
= Bobot pekerjaan ke-n
Σ Pekerjaan n
= (nilai kontrak item pekerjaan ke-n x Σ item-n)
Σ Nilai Kontrak Keseluruhan
= Σ (nilai kontrak item pekerjaan 1+2+…+n)
Sebagai contoh, tanaman palm anggur (Latania sp.) dengan bobot pekerjaan yang tercantum dalam kontrak adalah sebesar 6.85 % dan diperoleh dari perhitungan :
Bobot pekerjaan penanaman palm anggur
=
112 x Rp. 550.000 Rp. 899.997.083
=
6,85 %
x 100 %
38 Dalam perhitungan tersebut, jumlah tanaman palm anggur (Latania sp.)sesuai dengan kesepakatan kontrak adalah sebanyak 112 buah pohon dengan harga satuan yang diajukan oleh kontraktor sebesar Rp. 550,000. Kedua angka tersebut dikalikan dan hasilnya kemudian dibagi dengan nilai kontrak keseluruhan yang bernilai Rp. 899,997,083 sehingga diperoleh bobot kerja penanaman palm anggur sebesar 6,85 %. Nilai kontrak yang digunakan untuk pembagian tersebut merupakan nilai kontrak yang telah dikurangi oleh kewajiban pajak sebesar 10 %. Persamaan tersebut tidak hanya digunakan untuk mengetahui bobot pekerjaan penanaman masing-masing jenis tanaman, tetapi juga untuk mengkalkulasikan bobot seluruh jenis pekerjaan yang ada dalam dokumen kontrak, termasuk di dalamnya seluruh jenis pekerjaan non-penanaman.Secara keseluruhan, urutan bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman pada kedua ruas jalan tersebut secara berturut-turut adalah semak, pohon, palm, perdu dan rumput. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, pembobotan
tersebut
kemudian
lebih
dirincikan
kembali
dengan
mengelompokannya berdasarkan masing-masing ruas pekerjaan dan jenis tanaman tersebut, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng No. A.
Jenis Tanaman
Jumlah
Satuan
Bobot Pekerjaan (%)
Pohon/Palm
1
Palm Anggur (Latania sp)
112
ph
6.845
2
Bintaro (Cerbera odollam)
790
ph
4.169
3
Thevetia (Thevetia peruviana)
538
ph
1.196
4
Ki Hujan (Samanea saman)
150
ph
2.500
5
Kamboja (Plumeria rubra)
40
ph
0.333
6
Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
10
ph
0.222
7
Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii)
225
ph
0.875
8
Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima)
265
ph
0.368
9
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
255
ph
SUB TOTAL A
1.983 18.491
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Bunga Mentega (Nerium oleander)
10,500
plb
2
Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.)
10,500
plb
2.625
3
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
1,800
plb
0.225
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
1,800
plb
0.140
5
Pisang Hias (Helliconia sp.)
1,600
plb
0.178
2.042
39 6
Lantana (Lantana spp)
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
16,000
plb
1.778
50
m2
0.017
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
Dari bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng yang terdapat dalam Tabel 16, didapatkan hasil sebagai berikut : tanaman palm anggur (Latania sp.) merupakan jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang paling tinggi yaitu sebesar 6,85 %, diikuti dengan bintaro (Cerbera odolam) 4,62 % dan ki hujan (Samanea saman) sebesar 2,50 %. Pada tanaman semak dan groundcovers urutan bobot pekerjaan berurut dengan bunga mentega (Nerium oleander) dengan bobot pekerjaan sebesar 4,67 % sebagai jenis semak dengan bobot pekerjaan tertinggi, diikuti oleh lantana (Lantana sp.) sebesar 1,78 %, pandan kuning (Pandanus pygmeus) sebesar 0,23 % dan Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) sebesar 0,14 % sebagai jenis tanaman dengan bobot pekerjaan terkecil pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng. Sedangkan berdasarkan bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dapat dilihat pada pada Tabel 12. Tabel 12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi No.
Jenis Tanaman
Jumlah
Satuan
Bobot Pekerjaan (%)
1
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
45
ph
1.563
2
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
24
ph
1.000
3
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
4
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)
50
ph
2.500
250
ph
2.778
5
Kamboja (Plumeria rubra)
89
ph
0.742
6
Ki Hujan (Samanea saman)
18
ph
0.300
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
233
ph
1.812
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
23,904
plb
2.988
2
Pisang Hias (Helliconia psittacorum)
21,904
plb
2.434
SUB TOTAL A
3
Nusaenda (Musaenda philipinensis)
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
5
Euphorbia (Euphorbia millii)
6
Bunga Kertas (Bougainvillea glabra)
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
1,600
plb
1.111
23,904
plb
1.859
2,507
plb
2.437
45
plb
0.030
1,369
m2
SUB TOTAL B Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
10.694
0.456 11.315
40 Tanaman palm sadeng (Livistonia rotundifolia) keseluruhan merupakan jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5,06 %, diikuti dengan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 2,79 %, pucuk merah (Euginia oleana) sebesar 1,81 % dan ki hujan (Samanea saman) sebagai jenis tanaman dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,30 %. Pada tanaman semak dan groundcovers, pandan kuning (Pandanus pygmeus) merupakan tanaman dengan bobot pekerjaan tertinggi dengan bobot sebesar 2,99 %, euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 2,44 %, pisang hias (Helliconia psitacorum) sebesar 2,43 % dan bunga kertas (Bougenvillea glabra) sebagai jenis semak dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,03 %. Dengan mengetahui bobot dari masing-masing pekerjaan penanaman, diketahui bahwa tanaman palm anggur (Latania sp.) merupakan tanaman yang memiliki bobot pekerjaaan terbesar terhadap kemajuan (progress) pekerjaan penanaman pada penataan lanskap jalan tol ruas Cengkareng, sedangkan palm sadeng (Livistonia rotundifolia) memiliki bobot pekerjaan terbesar terhadap kemajuan pekerjaan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi. Hasil tersebut bukan merupakan suatu hal yang positif dikarenakan beberapa sebab, yaitu : 1) tanaman palm, baik palm sadeng dan palm anggur merupakan tanaman yang rentan terhadap perlakuan penanaman kembali (transplanting), terutama bila perawatan pasca-penanaman tidak dilaksanakan dengan baik. Perhatian lebih diberikan pada tanaman tersebut mengingat kondisi lanskap jalan tol yang kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 2) memiliki nilai ekonomis tinggi dibandingkan jenis tanaman lain dan 3) ketersediaannya di pasaran terbatas, terutama bila harus memenuhi spesifikasi yang terdapat dalam dokumen kontrak. Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, konsultan pengawas memberikan perhatian khusus terhadap penangan tanaman palm pada kedua ruas jalan tersebut. Sejumlah saran dan masukan juga diberikan kepada pekerja penanaman di lapangan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman, terutama tanaman-tanaman yang memiliki bobot pekerjaan yang cukup besar terhadap kemajuan pekerjaan secara keseluruhan seperti tanaman palm dan pohon berukuran besar lainnya. Saran juga diberikan terhadap jenis tanaman yang diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan jalan tol yang kurang bersahabat seperti tanaman Lantana sp yang ditanam pada ruas Cengkareng Km 25+000 sampai dengan Km 27+000.
41 Adapun saran yang diberikan dalam untuk meningkatkan kemungkinan hidup tanaman palm setelah perlakuan penanaman kembali (transplanting) adalah : 1) khusus untuk tanaman palm, apabila belum tiba waktu penanaman, tanaman hanya diperkenankan untuk ditaruh pada tempat ternaungi untuk waktu 2-3 hari dengan penyiraman secara rutin yang ditujukan untuk menjaga kelembaban bola akar 2) tanaman palm harus diusahakan untuk ditanam dengan kedalaman yang sama dengan lokasi asalnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pembusukan atau timbulnya penyakit akar 3) seluruh tanaman yang baru ditanam harus disiram hingga tanah disekitar tanaman tersebut basah hingga kedalaman ± 20 cm atau sesuai dengan ketentuan pada dokumen kontrak Tanaman palm yang belum tiba masa tanamnya ditempatkan pada sebuah lubang tanam sementara yang disediakan khusus untuk menampung tanaman palm hingga tiba waktu penanamannya, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan perawatan tanaman tersebut selama masih berada di nurseri sementara seperti yang tampak pada Gambar 8.
Gambar 8. Tanaman palm pada lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara Sedangkan pada pekerjaan penanaman semak dan rumput diprediksi tidak akan menimbulkan hambatan terhadap kemajuan (progress) pekerjaan jika dilaksanakan
sesuai
dengan
panduan
pekerjaan
penanaman
dengan
42 menggunakan tenaga penanaman yang terampil dan berpengalaman. Hal yang disarankan untuk diperhatikan oleh kontraktor dalam melakukan penanaman semak dan rumput antara lain : 1) tanaman semak dipindahkan dengan cara dipegang polybagnya dan bukan pada bagian batangnya 2) waktu penanaman merupakan hal yang harus diperhatikan. Penanaman hanya diperkenankan pada pagi atau sore hari Dalam pemeriksaan terhadap rencana kerja proyek secara keseluruhan diperoleh hal seperti berikut : pekerjaan persiapan memiliki bobot 17,89 %, pekerjaan pengadaan tanah sebesar 9,94 %, pekerjaan revitalisasi nurseri 2,58 %, pekerjaan penanaman 53,71 %, pekerjaan perawatan 9,81 % dan pekerjaan pemeliharaan sebesar 5,97 %. Kegiatan magang yang dilangsungkan pada masa penanaman mencakup seluruh jenis pekerjaan kecuali pekerjaan yang terdapat pada masa perawatan dan masa pemeliharaan. Bobot kerja pada masa penanaman itu sendiri secara keseluruhan adalah sebesar 84,50 % terhadap penyelesaian proyek. Berdasarkan pemeriksaaan terhadap rencana proyek kontraktor, dapat diketahui bahwa rencana kerja tersebut menggunakan pendekatan (iterative). Pendekatan ini merupakan pendekatan pelaksanaan kerja yang dilaksanakan secara simultan. Sejumlah pekerjaan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan pola distribusi kerja secara paralel (Idad, 2003). Hal yang perlu diperhatikan
pada
pengaplikasian
rencana
kerja
dengan
menggunakan
pendekatan semacam itu adalah distribusi bobot kerja per minggu terbesar dengan jenis pekerjaan kerja yang paling banyak. Pada distribusi kerja dalam rencana kerja kontraktor dapat diketahui bahwa jumlah bobot kerja terbesar terdapat pada minggu-8 yang mencapai bobot kerja hingga 11,709 %. Implikasi dari penerapan pendekatan tersebut adalah tingginya tuntutan terhadap kemampuan kontraktor dalam menyediakan dan mendistribusikan alat, bahan dan tenaga kerja pada masing-masing lokasi pekerjaan yang berjauhan satu sama lain.
6.1.3. Pemeriksaan Disain Pemeriksaan terhadap konsep dan disain lanskap merupakan salah satu tugas pendahuluan yang dilakukan oleh konsultan pengawas yang dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman terhadap konsep dan rancangan yang hendak
43 diterapkan oleh tim perencana dan memeriksa apakah konsep tersebut dapat diterapkan di lapang melalui pembandingan terhadap ketentuan teknis penanaman lanskap jalan yang telah ditentukan oleh Dirjen Bina Marga tahun 1996 mengenai Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Pemeriksaan terhadap disain lanskap dilaksanakan selama satu minggu sebelum pekerjaan lanskap dimulai, kegiatan tersebut mencakup pemeriksaan terhadap konsep lanskap, gambar kerja, gambar rencana dan dokumen spesifikasi
lanskap.
Pemeriksaan
(review)
disain
dilaksanakan
dengan
melakukan pemeriksaan silang (cross-references) antar dokumen yang tersedia dan melakukan pembahasan secara langsung dengan perwakilan tim perencana. Disain penataan lanskap jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng secara garis besar dibagi atas dua jalur utama, yaitu jalur median dan damija (daerah milik jalan) yang masing-masing berada di ruas jalan tol Jagorawi sepanjang 2,8 km dan ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km. Adapun jadwal kerja dalam melaksanakan pemeriksaan disain lanskap pada kedua ruas jalan tol Jagorawi dan Cengkareng dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja No 1
2
Kegiatan
Oktober - November 2007 31
1
2
3
4
5
6
Pemeriksaan konsep lanskap a.
Ruas Cengkareng
b.
Ruas Jagorawi
Pemeriksaan Gambar rencana dan Gambar kerja a.
Ruas Cengkareng
b.
Ruas Jagorawi
Dari jadwal kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemeriksaan terhadap gambar kerja ruas Cengkareng memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. Hal ini disebabkan karena minimnya kelengkapan gambar yang dihasilkan oleh konsultan perencana pada lanskap jalan tersebut sehingga diperlukan waktu dan pemahaman yang lebih dalam melakukan pemeriksaan dan koreksi. Sebagai hasil akhir dari kegiatan pemeriksaan (review) disain, konsultan pengawas memberikan sejumlah koreksi terhadap kekurangan dan kesalahan yang ada pada gambar kerja kedua ruas jalan tersebut.
44 Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak perencana, konsep yang hendak diterapkan pada lanskap ruas jalan tol CTC adalah sebuah penataan lanskap dengan disain sederhana (simple) berkesan formal, modernminimalis menggunakan tanaman eksotis yang disusun menggunakan pola geometris. Tanaman yang digunakan, disusun dan ditanam secara berkelompok (mass planting) pada titik-titik tertentu, terutama pada lokasi yang memiliki nilai visualitas rendah (bad view). Fungsi utama tanaman dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan jalan menempatkan tanaman sebagai elemen penghias (ornament), penyangga (buffer), pemersatu (unity) dan penghalang (screen). Kelompok tanaman ditata dan ditanam dalam jarak tertentu, baik jarak antar tanaman maupun jarak tanaman terhadap badan jalan. Kontinuitas jarak dan tema penanaman ditujukan untuk memberikan pengaruh terhadap psikologis pengguna jalan. Dengan penataan teratur dan konsep lanskap yang jelas, kesan visual yang baik terhadap tapak diharapkan akan semakin kuat.
6.1.3.1. Konsep lanskap ruas jalan tol Cengkareng Penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng dititik beratkan pada : 1) areal bahu jalan, 2) areal median; dan 3) gerbang bandara sebagaimana yang tampak pada Gambar 9.
Gambar 9. Konsep umum penataan lanskap Cengkareng Konsep penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng direncanakan dan dirancang lebih lembut dibandingkan konsep lanskap ruas Jagorawi. Rancangan
45 bertema semi-formal diambil untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna jalan tol mengingat kondisi lingkungan pada areal ini yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman secara optimal. Penerapan pola semi-formal diterapkan melalui pemilihan jenis tanaman dan penataannya yang menggunakan pola penanaman tidak teratur (irregular). Kehadiran tanaman bertajuk lebar dengan komposisi ragam tanaman ditujukan untuk menciptakan kesan teduh dan nyaman. Penanaman tanaman secara berkelompok (mass planting) dan rapat pada bahu jalan ditujukan untuk mengurangi kesan keras (harsh) pada lingkungan di sepanjang jalan tol. Elemen keras lanskap (hardscape) yang terekspos pada bagian ruas tertentu dikamuflasekan dengan penggunaan tanaman penghalang (screen) untuk menghasilkan kesan lembut dan juga estetis.
6.1. 3.1.1. Konsep areal gerbang bandara Konsep dan Gambar kerja untuk penataan areal gerbang bandara yang tidak disertakan dalam dokumen kerja mempersulit kegiatan pemeriksaaan (review) dan penerapan di lapangan sehingga dibutuhkan inisiatif tersendiri dari konsultan pengawas dengan saran dan masukan dari konsultan perencana.
6.1.3.1.2. Konsep areal median dan bahu jalan Penataan tanaman pada area median dan bahu jalan pada ruas Cengkareng dapat dilihat di Gambar 10.
cm cm
AREA MEDIAN
TAMPAK ATAS
AREA TANGGUL
Gambar 10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Konsep penataan pada areal median dan bahu jalan bertemakan semi formal. Pada median jalan penyeragaman tema jenis tanaman yang digunakan
46 berlaku hingga jarak tertentu guna mempertegas kesan lanskap jalan tol yang berbunga dan untuk mengefisiesikan pemeliharaan. Pergantian tema tanaman pada bagian median jalan difungsikan untuk memecah kemonotonan dalam perjalanan. Hal yang membedakan penanaman ruas Cengkareng dengan ruas Jagorawi terletak pada adanya penanaman semak di sepanjang garis tanggul, namun sayangnya konsep penanaman tersebut tidak dilengkapi dengan Gambar kerja penanaman sehingga konsep tersebut sulit untuk dipahami dan dikhawatirkan mengakibatkan kesalahan pemahaman terutama bagi para pekerja di lapangan. Dengan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng, diharapkan damija dan median yang ada akan lebih tertata dengan baik dengan adanya pohon-pohon hijau dan tanaman bunga berwarna-warni yang ditata secara masal. Jalan tol yang memiliki pohon yang berbunga berwarna-warni pada damija dan median jalan diharapkan akan dapat menciptakan karakter yang khas dalam membentuk sebuah gardening toll road khususnya pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng.
6.1.3.2. Konsep lanskap ruas jalan tol Jagorawi Konsep umum penataan lanskap jalan tol ruas Jagorawi diperlihatkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi Sebagaimana tampak pada Gambar 11, lokasi tanam antar masingmasing lokasi berdekatan satu sama lain. Penataan lanskap ruas jalan tol Jagorawi memiliki daerah tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan lokasi
47 penanaman pada ruas Cengkareng, sehingga penanaman hanya dititik beratkan pada : 1) areal gerbang tol, 2) areal kantor cabang, 3) areal bahu jalan (damija), 4) areal median jalan, dan 5) area penerimaan (entrance area) nurseri.
6.1.3.2.1. Konsep areal gerbang tol Gerbang tol merupakan salah satu bagian jalan tol yang didominasi oleh struktur bangunan yang berfungsi melaksanakan fungsi pelayanan pembayaran pengguna jalan (tol). Penataan lanskap yang dapat dilakukan pada areal ini sangat terbatas dikarenakan tidak tersedianya ruang dan media tanam alami yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman. Salah satu metode umum yang digunakan dalam melembutkan suasana yang terdapat pada lanskap gerbang tol adalah dengan melakukan penanaman pada sebuah pot
yang disusun
menyerupai penataan sebuah container garden dengan menggunakan elemenelemen keras berwarna monokromatik.Tanaman ditata dengan prinsip container garden menggunakan pot dengan disain sederhana (simple) dan alur penataan memanjang (linear) seperti yang tampak pada Gambar 12.
TAMPAK ATAS
TAMPAK SAMPING
Gambar 12. Konsep penataan gerbang tol Pot yang diusulkan pada ruas jalan tol Cawang diletakkan pada gerbang tol Cililitan 2 (gerbang tol satelit), sedangkan pada ruas jalan tol Cengkareng diletakan pada gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo dengan jumlah pot pada masingmasing gerbang sebanyak 44 buah pot tipe A berukuran kecil dan 22 pot tipe B
48 berukuran besar. Dalam konsep yang digunakan, tidak ditentukan jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing pot tersebut. Jenis tanaman yang digunakan pada masing-masing pot ditentukan dalam rapat Pre-Construction Meeting (PCM) dengan menggunakan jenis tanaman yang disarankan satgas dan kontraktor. Untuk tanaman utama digunakan tanaman bunga kertas (Bougenvillea sp.) untuk pot tipe A dan pandan bali untuk pot tipe B. Sedangkan untuk tanaman pelengkapnya digunakan pandan kuning (Pandanus pygmeus) pada kedua jenis pot tersebut.
6.1.3.2.2. Konsep areal kantor cabang Penerapan konsep lanskap pada areal kantor cabang ditata untuk menciptakan kesan lembut dengan tema semi-formal melalui penerapan disain dengan berpola semi-organik dan pemilihan tanaman berwarna hangat sebagaimana yang terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang Penggunaan
pohon
bertajuk
lebar
dipadukan
dengan
kelompok
groundcover dari ragam yang berbeda. Gradasi ketinggian dan warna tanaman yang digunakan, baik dari jenis groundcover hingga pohon ditujukan untuk membuat lanskap eksisting terkesan lembut dan juga untuk menciptakan aksen lanskap yang berbeda
(distinctive) dengan bentuk lanskap lain yang ada
disekitar areal kantor cabang.
6.1.3.2.3. Konsep areal bahu jalan Konsep lanskap pada bahu jalan lebih mengutamakan penataan berdasarkan perbedaan tinggi tanaman melalui pengkomposisian beragam jenis tanaman. Pohon, semak, perdu dan groundcovers ditata dengan teratur sehingga dapat menutupi bagian yang tidak diinginkan. Agar fungsi ekologis tanaman mencapai hasil maksimal, tanaman ditanaman secara massal dan cukup rapat.
49 Melalui pemilihan jenis tanaman yang tepat, diharapkan area ini mampu memberikan suasana yang berbeda saat masa pembungaan. Konsep penataan areal bahu jalan terlihat pada Gambar 14.
cm
Gambar 14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi
6.1.3.2.4. Konsep penataan areal median jalan Konsep penanaman yang diterapkan pada median jalan pada ruas Jagorawi dapat dilihat pada Gambar 15.
TAMPAK ATAS
Gambar 15 . Konsep penataan areal median jalan ruas Jagorawi Ukuran median jalan yang cukup lebar pada ruas jalan tol Jagorawi memungkinkan adanya penanaman dengan menggunakan pohon berukuran besar. Hal ini dimanfaatkan dengan melakukan penanaman tanaman palm yang dikombinasikan dengan tanaman pucuk merah yang digunakan untuk memecah kemonotonan tanaman yang ada pada median.
6.1.3.2.5. Konsep welcome area nurseri Konsep penataan lanskap pada area penerimaan (welcome area) nurseri diterapkan dengan bentukan disain non-formal melalui penataan tanaman secara acak (random) namun dengan tetap memperhatikan gradasi serta komposisi
50 tanaman secara harmonis. Konsep penataan areal penerimaan nurseri yang dilampirkan dalam dokumen perencanaan lanskap Jagorawi tidak disertakan dalam rancangan detil yang terdapat pada gambar kerja, termasuk di dalamnya jenis dan jumlah tanaman yang akan digunakan sehingga rancangan pada area ini tidak dapat diterapkan di lapangan. Konsep penataan areal penerimaaan nurseri tampak pada Gambar 16.
TAMPAK ATAS
Gambar 16. Konsep penataan area penerimaan nurseri Secara garis besar, bentuk disain yang hendak diterapkan dalam lanskap jalan tol CTC lebih ditujukan sebagai pelembut suasana jalan tol yang terkesan monoton. Sasaran pekerjaan lanskap adalah untuk meningkatkan kualitas visual lanskap melalui penataan lanskap dengan disain sederhana pada kedua ruas jalan tersebut yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kenyamanan pengguna jalan tol.
6.1.4. Pemeriksaan (review) Gambar Kerja Gambar kerja (shop drawings) yang digunakan sebagai panduan pelaksanaan kontraktor dalam pekerjaan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 18. Sejumlah koreksi diberikan terhadap gambar kerja yang dikoreksi oleh konsultan pengawas. Ringkasan hasil pemeriksaan pada gambar kerja tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Ringkasan pemeriksaan (review) gambar kerja dan gambar rencana lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi No 1
LOKASI
KETERANGAN
Penataan Lansekap pada Ruas Jagorawi
Gambar : 4 lembar
STA : 1 + 000 – STA 3 + 800
Skala : tidak ada
Area : Median dan Damija
Arah Utara : tidak ada
51 No 2
3
LOKASI
KETERANGAN
Penataan Lansekap pada Ruas Cengkareng
Gambar : 6 lembar
STA : 21 + 000 – STA 32 + 800
Skala : Tidak ada
Area : Median dan Damija
Arah Utara : tidak ada
Revitalisasi Nursery Cipinang
Gambar : tidak ada
Lokasi : STA : 3 + 800 lajur arah Bogor, bersebelahan dengan pool derek PT Jasa Marga Sumber : laporan bulanan pertama konsultan pengawas
Melalui kegiatan pemeriksaan disain lanskap (review design) dan pemeriksaan gambar kerja, diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi anggota tim pengawas lapangan terhadap konsep yang akan diterapkan maupun persyaratan material dan alat yang akan digunakan. Melalui kegiatan tersebut juga, diharapkan agar perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di lapangan tidak berbeda jauh atau bahkan merubah konsep awal yang hendak diterapkan oleh perencana lanskap. Dalam kegiatan pemeriksaan gambar kerja, masalah-masalah yang timbul akibat kesalahan produksi atau pembuatan gambar kerja diantisipasi dan dicarikan alternatif solusi yang mungkin ditempuh sehingga masalah tersebut tidak menghambat proses pekerjaan ketika gambar tersebut digunakan di lapangan. Perincian dari hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil pemeriksaan dan koreksi terhadap gambar kerja penataan lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi
No.
URAIAN
Gambar
SELISIH
BQ
1. A. 1
RUAS CENGKARENG Pohon/Palm Palm anggur (Latania sp)
112
112
0
2
Bintaro (Cerbera odollam)
704
790
86
3
Thevetia (Thevetia peruviana)
433
538
105
4
Ki hujan (Samanea saman)
120
150
30
5
Kamboja (Plumeria rubra) Kamboja Bali (Plumeria fragrans) Palm jepang (Ptycosperma macharthurii) Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima)
40
40
0
10
10
0
180
225
45
212
265
53
204
255
51
6 7 8 9
Pucuk merah (Eugenia oleana)
SOLUSI
86 phn ditambahkan pada gambar 105 phn ditambahkan pada gambar 30 phn ditambahkan pada gambar
45 phn ditambahkan pada gambar 53 phn ditambahkan pada gambar 51 phn ditambahkan pada gambar
52
No.
B. 1 2 3 4 5 6 7 C.
URAIAN
Shrubs & Ground Covers Bunga mentega (Nerium oleander) Bunga mentega Var. (Nerium oleander var.) Pandan kuning (Pandanus pygmeus) Lili air mancur (Hymenocallis speciosa) Pisang hias (Helliconia sp.) Lantana (Lantana spp) Rumput paetan (Axonopus compresus) Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
Gambar
SELISIH
BQ
11000
10,500
-500
10500
10,500
0
1800
1,800
0
1800
1,800
0
1600 16000
1,600 16,000
0 0
50
50
1.
Pot Type A
0
44
44
2.
Pot Type B
0
22
22
D.
Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija
1
Cassia sp.
0
12600
12,600
E.
Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija
1.
Pohon
0
60
60
A.
45
45
24
24
50
50
265
250
-15
5
Pohon/Palm Palm sadeng (Livistona rotundifolia) Palm sadeng (Livistona rotundifolia) Palm sadeng (Livistona rotundifolia) Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Kamboja (Plumeria rubra)
89
89
0
6
Ki hujan (Samanea saman)
17
18
1
7. B.
Pucuk merah (Eugenia oleana) Shrubs & Ground Covers Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) Pisang hias (Helliconia psittacorum) Nusaenda (Musaenda philipinensis) Lili air mancur (Hymenocallis speciosa)
233
233
0
24033
23,904
-129
21775
21,904
129
1666
1,600
-66
24033
23,904
-129
1 2 3 4
1 2 3 4
SOLUSI
500 nos dihilangkan pada gambar
Lokasi pada gambar kerja tidak ada
Tipe A pada gambar dirubah menjadi Tipe B Lokasi pada gambar kerja tidak ada Tipe B pada gambar dirubah menjadi Tipe A Lokasi pada gambar kerja tidak ada
Lokasi pada gambar kerja tidak ada Tidak terdapat referensi foto lokasi
Lokasi pada gambar kerja tidak ada
15 phn dikurangi pada gambar 1 phn ditambahkan pada gambar
129 nos dikurangi pada gambar 129 nos ditambahkan pada gambar 66 nos dikurangi pada gambar 129 nos dikurangi pada gambar
53
No.
URAIAN
5
Euphorbia (Euphorbia millii) Bunga kertas (Bougainvillea glabra) Rumput paetan (Axonopus compresus)
6 7
Gambar
SELISIH
BQ
2517
2,507
-10
45
45
0
1369
1,369
0
C.
Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1.
Pot Type A
44
44
0
2.
Pot Type B
22
22
0
D. 1
Revitalisasi Nursery Cipinang Pembersihan lahan Instalansi paranet + tiang penyangga Titik air
1,500
1,500
500
500
2 4 5
Prunning existing pohon Pembuatan lubang tanam kompos Catatan Tambahan hasil periksa Gambar rencana Layout Planting Plan Layout Detaill Penanaman
6
a b
5 30 3
30
SOLUSI
10 nos dikurangi pada gambar
Jenis tanaman belum ditentukan Jenis tanaman belum ditentukan
Gambar belum ada Gambar belum ada Gambar teknisnya belum ada Lokasi pada gambar kerja tidak ada
jumlah lembar : 10 Jumlah lembar : 4
Daftar Isi dan Judul : masing2 satu lembar Lembar Gambar belum d ditandatangani Sumber : dokumen kontrak kontraktor c
Kesalahan yang paling banyak dijumpai pada pemeriksaan tersebut adalah ketidaksesuaian antara keterangan yang terdapat pada gambar kerja dengan keterangan pada dokumen harga dan jumlah material kerja (Bill of Quantity - BQ). Kekurangan lainnya adalah adanya ketidak-lengkapan notasi gambar kerja seperti skala dan orientasi arah mata angin. Kekurangankekurangan tersebut akan sangat menghambat pekerjaan bila tidak ada tindakan koreksi yang dilakukan. Tindakan yang diperlukan sebagai koreksi dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggambaran ulang gambar kerja pada masing-masing ruas baik pada ruas Cengkareng maupun pada ruas Jagorawi. Dalam penerapan skala gambar kerja, digunakan skala gambar sebagai mana yang dikemukakan oleh Hakim (2005) yang mengelompokkan skala gambar proyek kedalam tiga kelompok utama, yaitu gambar rencana, gambar
54 detil dan gambar presentasi. Ketentuan dalam pengguaan skala pada masingmasing gambar tersebut diperlihatkan pada Tabel 16. Tabel 16. Acuan skala gambar kerja No
Jenis Gambar
Keterangan
Skala
I. Gambar perencanaan (Planning in design drawings) 1
Lay Out Plan
Rencana Dasar
2
Landscape Plan
Rencana Lanskap
3
Planting Plan
Rencana Pola Tata Hijau
1 : 500
4
Elevation Plan
Rencana Tampak
1 : 500
5
Section Plan
Rencana Potongan
1 : 500
6
Lighting Plan
Rencana Pencahayaan
1 : 500
7
Topography Plan
Rencana Muka Tanah
1 : 500
8
Drainage Plan
9
Maintenance Plan
Rencana Saluran Drainase Rencana Pemeliharaan
1 : 1 000 1 : 500
1 : 500 1 : 500
II. Gambar detil (Design engineering detail) 10
Landscape Design Development
Disain Pengembangan
1 : 200
11
Planting Design
Disain Penanaman
1 : 200 1 : 100
12
Section and Elevation
13
Landscape Furniture Detail
14
Hard Materials Detail
15
Planting Constructions Detail
Potongan dan Tampak
1 : 200 1 : 100
Detil Elemen Keras
1 : 100
Lanskap
1 : 50
Detil Pola Perkerasan
1 : 100 1 : 50
Detil Panduan
1 : 50
Penanaman
1 : 20
III. Gambar detil (Design engineering detail) 16
Sketsa Perspektif
-
Tanpa Skala
17
Animasi
-
Tanpa Skala
18
Raw Concept
Konsep Awal
Tanpa Skala
Secara keseluruhan, sebagian besar masalah yang terdapat dalam gambar rencana dan gambar kerja adalah kurangnya detil. Gambar kerja dirasakan masih mentah dan dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran yang berdampak pada ketidaksesuaian konsep yang direncanakan terhadap aplikasi di lapangan. Berdasarkan keterangan dari tim perencana, faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya kekurangan dan kesalahan tersebut adalah:
55 1) kurangnya jangka waktu untuk melaksanakan kegiatan perencanaan dan perancangan yang dibutuhkan 2) tidak terdapat data dan informasi yang akurat mengenai kondisi lapangan 3) minimnya pemahaman konsultan perencana terhadap tapak secara keseluruhan.
6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan segala jenis pekerjaan yang meliputi persiapan lahan dengan segala kelengkapannya sebelum dilaksanakannya pekerjaan penanaman. Pengawasan pekerjaan persiapan dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC mencakup 10 (sepuluh) sub-pekerjaan yang terdiri atas : pemeriksaan terhadap mobilisasi dan demobilsasi kontraktor, pengadaan kantor dan gudang lapangan, pengadaan tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara, pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja, pengaturan lalu-lintas, pengadaan foto proyek, pengadaan alat bantu kerja, pembersihan lahan penanaman, pekerjaan pematokan tanaman dan pengadaan penopang bambu. Seluruh sub-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan pendahuluan dalam mempersiapkan alat dan bahan serta area kerja.
6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor Pekerjaan mobilisasi merupakan pekerjaan pemindahan alat, material dan tenaga kerja yang dipergunakan oleh kontraktor, baik untuk memasuki maupun ke luar dari lokasi pekerjaan dan
juga
mencakup
pekerjaan
demobilisasi
(pembongkaran atau pemulangan kembali) apabila pekerjaan telah selesai dan atau peralatan yang diperlukan tidak digunakan lagi. Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk memindahkan alat dan material yang diperlukan sehingga dapat dipastikan tersedia di lapangan dalam kondisi yang baik tanpa adanya kekurangan atau gangguan kerusakan. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, kontraktor menggunakan kendaraan proyek yang digunakan untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi kontraktor yang dibagi atas : 1) kendaran milik sendiri yang digunakan untuk memindahkan peralatan dan tenaga kerja dan 2) kendaran sewa yang digunakan untuk memindahkan materi dan material yang diperlukan ke dalam atau ke luar lokasi pekerjaan. Berdasarkan keterangan kontraktor, jumlah armada yang dapat digunakan tergantung tuntutan kondisi pekerjaan yang dibutuhkan. Penambahan
56 armada kendaraan hanya dilakukan terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat dilakukannya pengiriman tanaman atau tanah merah. Sedangkan untuk kendaraan operasional sehari-hari hanya digunakan kendaraan bak terbuka. Kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Kendaraan yang digunakan dalam mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak Selain memiliki keterbatasan jumlah kendaraan operasional tetap, kontraktor juga tidak memiliki program mobilisasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk memprediksikan kebutuhan mobilisasi yang diperlukan. Dalam melaksanakan pekerjaan mobilisasi, kontraktor seharusnya sudah terlebih dahulu mempersiapkan program kerja mobilisasi yang mencakup : 1) lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat penyimpanan material dan nurseri sementara yang disertai denahnya 2) rencana pengangkutan material tanaman dan alat dari dan ke tempat tujuan, jadwal dan cara pengiriman serta tahapan menurut prioritas 3) perubahan kerja Hal tersebut di atas dibahas bersama dengan konsultan pengawas dan pihak PT. Jasa Marga untuk dikoreksi dan diperbaiki. Hal ini merupakan sesuatu yang cukup penting, mengingat bahwa pihak PT. Jasa Marga tidak mengizinkan adanya pekerjaan lanskap yang dilaksanakan pada siang hari yang diperkirakan akan menimbulkan kemacetan seperti pekerjaan pengiriman tanah, pada ruas Cengkareng. Perencaaan program mobilisasi dan mobilisasi yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol, hal ini dikarenakan kondisi ruas jalan tol tidak memungkinkan kontraktor
57 untuk melakukan pemindahan material atau alat kerja dari satu jalur ke jalur jalan lainnya
secara
langsung.
Penilaian
terhadap
kegiatan
mobilisasi
dan
demobilisasi kontraktor dilakukan terhadap intensitas atau frekuensi distribusi alat dan material yang dilaksanakan oleh kontraktor setiap minggunya.
6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan Kantor dan gudang lapangan merupakan sarana kelengkapan yang dibuat oleh kotraktor yang berfungsi sebagai pusat korodinasi kontraktor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan. Adapun persyaratan minimal yang harus dipenuhi dalam mendirikan kantor dan gudang lapangan adalah : 1) memperhatikan dan mentaati peraturan PT. Jasa Marga dalam menempatkan dan melaksanakan pemasangan/instalasi bangunan kantor dan gudang lapangan 2) kantor dan gudang lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap cuaca dengan lantai yang lebih tinggi dari permukaan tanah. 3) dimensi bangunan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan pada masing-masing lokasi 4) kantor dan gudang lapangan harus dilengkapi dengan peralatan P3K dengan utilitas bangunan kantor ditentukan berdasarkan kebutuhan kontraktor menggunakan biaya sendiri Daerah kerja yang terdapat dalam kontrak kerja penataan lanskap jalan tol ini terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah kerja, yaitu : lanskap jalan ruas Cengkareng, lanskap jalan ruas Jagorawi dan nurseri Cipinang yang letaknya berjauhan satu sama lain. Kondisi tersebut mengakibatkan kotraktor harus memiliki tempat yang dapat dijadikan sebagai kantor dan gudang lapangan pada masing-masing wilayah. Untuk daerah pekerjaan di Cengkareng, kontraktor tidak mendirikan kantor dan gudang lapangan (direksi kit) dan memilih untuk mengontrak pada rumah warga yang terletak disekitar Km-32. Pada area kerja ruas jalan tol Jagorawi, kontraktor mendirikan kantor dan gudang lapangan pada lahan kosong disekitar area kantor cabang dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada pihak PT. Jasa Marga. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan ukurannya yang cukup luas, tersedia utilitas eksisting seperti saluran air bersih dan listrik yang dapat dimanfaatkan oleh kontraktor, memiliki aksesibilitas yang baik dan tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan tol. Namun bangunan yang
58 digunakan tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, bangunan hanya berupa tenda darurat yang dapat digunakan oleh pekerja untuk beristirahat pada malam hari. Keterbatasan anggaran merupakan alasan utama kontraktor untuk tidak membangun kantor dan gudang lapangan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. Sedangkan pada area pekerjaan nurseri Cipinang, kontraktor menyewa bangunan pengelola milik PT. Jasa Marga. Kantor dan gudang lapangan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dan nurseri dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi
6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (nurseri) Sementara Penampungan tanaman (nurseri) sementara merupakan lokasi yang digunakan dalam proses aklimatisasi untuk membantu tanaman agar dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara diusahakan tidak berada jauh dari lokasi pekerjaan, memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengganggu pengguna jalan tol dan mendapatkan persetujuan satgas pelaksana. Selain hal tersebut, tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara juga digunakan sebagai lokasi penilaian yang dilakukan konsultan terhadap kualitas dan kuantitas dari masing-masing jenis tanaman yang akan ditanam. Pada awalnya, lokasi nurseri ditetapkan pada 2 (dua) lokasi berbeda, yang masing-masing berada dibawah pengelolaan PT. Jasa Marga. Lokasi tersebut yaitu pada nurseri Cipinang dan nurseri gerbang tol Kapuk. Namun, konsultan pengawas menyaranakan adanya lokasi penampungan tanaman lain selain dua lokasi tersebut. Lokasi penampungan tanaman sementara dapat dilihat pada Gambar 19.
59
Gambar 19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara Adapun pertimbangan dalam penambahan lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara antara lain dikarenakan: 1) luasan nurseri milik PT. Jasa Marga tidak mencukupi untuk menampung seluruh tanaman yang didatangkan oleh kontraktor, 2) lokasi nurseri yang diusulkan oleh pemberi kerja berada jauh dari lokasi pekerjaan akan dilaksanakan dan 3) keterbatasan armada pengangkutan yang dimiliki oleh kotraktor. Selain itu, lokasi yang disarankan juga memiliki kondisi lingkungan yang serupa dengan kondisi lokasi penanaman.
6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja Kelangkapan keamanan dan keselamatan kerja mencakup kelengkapan keamanan dan keselamatan yang digunakan oleh pekerja yang ada di lapangan. Kelengkapan tersebut antara lain : helm proyek, sepatu bot, rompi proyek dan perlengkapan P3K. Kondisi lingkungan di sekitar jalan tol, terutama suhu udara dan tingkat penyinaran yang tinggi menyebabkan kondisi udara tidak nyaman, sehingga menyebabkan para pekerja di lapangan enggan untuk menggunakan kelengkapan keselamatan kerja walaupun telah disediakan oleh kontraktor. Para pekerja mengeluhkan bahwa kelengkapan keselamatan tersebut menyebabkan mereka
tidak
nyaman
dalam
melaksanakan
pekerjaan,
terutama
pada
pelaksanaan pekerjaan pembuatan lubang tanam dan pekerjaan penanaman. Pada Gambar 20 dapat dilihat kondisi para pekerja di lapangan yang tidak dilengkapi dengan keselamatan dan keamanan kerja.
60
Gambar 20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan Rendahnya kesadaran terhadap keselamatan dan keamanan kerja merupakan hal yang sangat disayangkan dalam pelaksanaan pekerjaan lanskap jalan tol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari perilaku tenaga kerja penanaman yang terkadang menyebrang secara langsung melalui jalan tol. Para pekerja beralasan tidak semua ruas jalan tol lokasi pekerjaan memiliki unit jembatan penyebrangan yang dapat digunakan oleh pekerja atau dalam upayanya mengalokasikan alat dan material menuju lokasi pekerjaan pada jalur jalan tol disebrangnya.
6.2.5. Pengaturan Lalu-lintas Pekerjaan pengaturan lalu lintas ditujukan untuk menjada kelancaran dan keamanan arus lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan. Hal ini dilakukan melalui pemasangan sejumlah rambu lalu-lintas, lampu, papan peringatan dan perlengkapan lainnya yang perlu sesuai dengan petunjuk satgas. Pengaturan lalu lintas pada jalan tol yang disediakan jalur pemisah (median) atau pada jalan yang lain dalam mana pekerjaan sedang dikerjakan, harus dilaksanakan untuk panjang tertentu dan Kontraktor dalam usahanya agar lalu lintas tetap lancar harus menyediakan sarana pemisah jalur berupa rubber cone dan sarana pengatur lalu-lintas lainnya. Kontraktor
harus
selalu
mengusahakan
dalam setiap pelaksanaan
pekerjaannya, agar hambatan-hambatan, kesulitan-kesulitan dan kelambatankelambatan lalu lintas dihindari. Dalam pelaksanaan kerja, kontraktor sudah seharusnya atau bila konsultan pengawas menghendaki, maka kontraktor harus menyediakan tenaga/pekerja yang dialokasikan khusus untuk memberi tandatanda kepada lalu lintas agar kelancaran dan keamanan terjamin.
61 6.2.6. Pengadaan Foto Proyek Foto proyek merupakan dokumentasi terhadap setiap pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor didokumentasikan kedalam dokumentasi foto proyek yang terdiri atas 3 (tiga) jenis dokumentasi, yaitu foto 0%, foto 50% dan foto 100%. Foto 0% merupakan kondisi awal dari lokasi pekerjaan sebelum adanya kegiatan sama sekali, foto ini juga dikenal dengan nama foto eksisting. Foto 50% merupakan foto kemajuan pekerjaan pada saat setengah rampung, sedangkan foto 100% adalah foto lokasi proyek setelah pekerjaan selesai. Setiap jenis foto tersebut diharuskan untuk diambil dengan menggunakan sudut pandang dan obyek yang sama. Dokumentasi tersebut digunakan sebagai materi kelengkapan pada laporan visualisasi terhadap hal-hal penting dalam pekerjaan dan merupakan kelengkapan didalam laporan visualisasi pada materi rapat mingguan, laporan bulanan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, dokumen penagihan kontraktor dan arsip PT. Jasa Marga.
6.2.7. Pengadaan Alat Bantu Kerja Alat bantu kerja yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah pengadaan sumber listrik yang diperlukan bagi pekerjaan di lapangan, terutama dalam kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Pada pekerjaan ini, kontraktor tidak mengadakan kelengkapan listrik kerja pada pekerjaan malam hari. Pada ruas jalan tol Jagorawi, penerangan yang berasal dari lampu jalan dirasakan telah cukup memadai bagi para pekerja. Sedangkan pada ruas jalan tol Cengkareng, tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan pada malam hari, kecuali pengiriman tanaman ke lokasi tanamnya.
6.2.8. Pembersihan Lahan Penanaman Kegiatan
pembersihan
lahan
mencakup
pekerjaan
pengelupasan
permukaan tanah (peeling) dari rumput atau tanaman eksisting yang tidak termasuk dalam rencana atau Gambar kerja untuk memungkinkan pekerjaan pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam pada lokasi tertentu. Dalam pekerjaan pembersihan lahan, puing, sampah dan batu yang ada kerja dibersihkan
dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
Pembersihan lahan
62 penanaman hanya dilaksanakan pada areal kantor cabang dan median yang terdapat di sekitar gerbang bandara Soekarno-Hatta.
Gambar 21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman
6.2.9. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam Pekerjaan pematokan lubang tanam dilaksanakan untuk menentukan titik tanam yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pematokan titik tanam berikutnya. Pada Gambar 22 dapat dilihat pekerjaan pematokan lubang tanam acuan.
Gambar 22. Pekerjaan pematokan lubang tanam pada ruas Cengkareng yang didampingi oleh konsultan pengawas Pematokan lebih diutamakan untuk menentukan lokasi titik tanam tanaman pohon dan palm, sedangkan untuk tanaman semak dan groundcover pematokan hanya dilakukan terhadap area penanamannya. Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pematokan lubang tanam didasarkan pada
63 jumlah lubang tanam yang telah ditentukan (dipatok). Data pematokan diperoleh dari laporan harian yang dilaporkan oleh para pekerja di lapangan setelah diperiksa ulang oleh konsultan pengawas. Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah patok bambu, martil, blencong dan meteran gulung. Pematokan lubang tanam dilakukan terhadap seluruh jenis tanaman. Dalam menentukan titik lubang tanam acuan, para pekerja lapangan didampingi oleh anggota konsultan pengawas, sedangkan setelah ditetapkan titik lubang tanam acuan maka pekerjaan pematokan selanjutnya diserahkan kepada pekerja di lapangan.
6.2.10. Pengadaan Penopang Bambu Penopang digunakan untuk menyokong posisi tanaman agar dapat berdiri dengan baik pada tempat penanamannya yang baru. Penggunaan penopang merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman baru pada tempat-tempat yang memiliki intensitas dan kecepatan angin yang dapat menyebabkan tanaman baru (transplanting) tumbang. Sedangkan untuk tanaman pada lokasi yang tidak memiliki angin yang kuat atau intensif, penggunaan penopang tanaman merupakan hal yang tidak disarankan. Penopang yang digunakan dalam pekerjaan adalah bilah bambu dengan ukuran panjang 1,5 m dan diameter ± 8 cm. Sedangkan tali yang digunakan untuk mengikat penopang digunakan tali ijuk dan tali rafia. Ketentuan pemasangan penopang pada masing-masing tanaman dapat dilihat pada Lampiran 20. Jumlah penopang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sebanyak 9.375 bilah bambu yang digunakan pada 3.245 tanaman yang terdiri atas pohon dan palm. Setiap tanaman diberikan satu set penopang yang terdiri dari bambu penyangga sebanyak 3 buah yang diikat dengan menggunakan tali rafia atau tali lainnya yang diperkirakan akan mengalami dekomposisi. Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pengadaan penopang bambu didasarkan pada jumlah penopang yang telah dipersiapkan oleh kontraktor sesuai dengan jumlah tanaman yang akan dipasangkannya. Walaupun pemasangan penopang dengan menggunakan tali rafia merupakan hal yang tidak disarankan, namun dalam aplikasinya di lapangan kontraktor tetap menggunakan bahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional secara keseluruhan yang harus dikeluarkan pada kegiatan tersebut.
64 6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri Nurseri
yang
digunakan
oleh
kontraktor
dalam
melaksanakan
kewajibannya dibagi atas dua macam bentuk, yaitu nurseri sementara dan nurseri permanen. Nuseri sementara adalah nurseri yang berupa tempat penampungan tanaman yang berada di lapangan sebelum dilaksanakannya penanaman terhadap tanaman tersebut, sedangkan nurseri permanen adalah nurseri milik PT. Jasa Marga cabang CTC yang terletak di daerah Cipinang atau tepatnya pada Km-1
jalan tol Cililitan dan bersebelahan dengan pool derek
Jagorawi. Pekerjaan revitalisasi nurseri hanya dilakukan pada nurseri permanen dan tidak pada nurseri sementara. Kondisi eksisting nurseri Cipinang dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang Nurseri yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini merupakan lokasi yang cukup luas dengan penataan dan fasilitas tertentu yang digunakan untuk memelihara dan mempersiapkan tanaman sehingga siap untuk dipindahkan dan ditanam ke lokasi dan tidak digunakan sebagai tempat perbanyakan tanaman sebagaiman fungsi nurseri pada umumnya. Fungsi nurseri dalam pekerjaan penataan lanskap jalan tol CTC adalah sebagai area aklimatiasasi, lokasi penilaian tanaman dan sebagai tempat penyimpanan semua peralatan dan bahan pembantu pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman. Kegiatan revitalisasi nurseri mencakup sub-pekerjaan : 1) pembersihan lahan, 2) instalasi paranet dan tiang penyangga, 3) maintenance path paving, 4) pengadaan titik air, 5) pemangkasan terhadap pohon eksisting, dan 6) pembuatan lubang pengolahan kompos.
65 6.3.1. Pembersihan Lahan Pekerjaan pembersihan lahan yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah pemindahan tanaman eksisting yang merupakan tanaman tampungan milik PT. Jasa Marga cabang CTC ke lokasi lain di dalam nurseri tersebut sebagai bagian dari persiapan nurseri untuk menampung tanaman yang akan didatangkan oleh kontraktor untuk proses aklimatisasi. Kondisi nurseri setelah dikerjakannya pekerjaan pembersihan lahan dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan Dalam pekerjaan ini, kontraktor melaksanakan pemindahan tanaman ke lokasi sebelah Barat dari nurseri tersebut yang merupakan lahan kosong. Pekerjaan pemindahan tanaman dilakukan oleh 4 (empat) orang tenaga kerja, pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga selesai. Alat yang digunakan dalam pekerjaan tersebut hanyalah gerobak kayu. Gerobak kayu digunakan untuk memindahkan tanaman yang berukuran cukup besar, sedangkan tanaman yang berukuran kecil dipindahkan secara manual dengan cara mengangkat dan memindahkannya
ke
lokasi
penampungan
yang
baru.
Tanaman
yang
dipindahkan dalam pekerjaan itu antara lain : pangkas kuning, nusa indah, lidah mertua, palm kuning dan euphorbia.
6.3.2. Instalasi Paranet Dan Tiang Penyangga Modul kerangka yang digunakan dalam membentuk tiang penyangga pada nuseri Cipinang disesuaikan dengan bentukan nurseri yang memanjang ke arah Barat dengan luas area yang mampu digunakan sebesar ± 400 m2. Untuk tiang penyangga digunakan pipa besi dengan diameter 10 cm dengan tinggi 3 m,
66 tiang tersebut kemudian dilas terhadap rangka atap besi sehingga menyerupai bentukan sebuah patio. Setelah rangka selesai dikerjakan, paranet kemudian dipasangkan dengan diikat menggunakan tali rafia. Paranet yang digunakan dalam pekerjaan ini memiliki kerapatan 50 %. Pada Gambar 25 dapat dilihat paranet dan tiang penyangga yang telah selesai didirikan oleh kontraktor pada lokasi nurseri Cipinang.
Gambar 25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga Pekerjaan
pembuatan
tiang
penyangga
dan
instalasi
paranet
dilaksanakan pada malam hari selama 4 hari kerja. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini disebabkan karena kontraktor hanya menyewa tenaga kerja pengelasan serta peralatannya pada malam hari. Pekerjaan pengelasan dimulai pada pukul 19.30 dan berakhir sekitar pukul 24.00. Pelaksanaan pekerjaan juga tidak dilengkapi dengan penerangan yang memadai dan hanya menggunakan lampu penerangan berupa senter.
6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi (maintenance path paving) dalam pekerjaan ini pada dasarnya adalah pekerjaan pembersihan rutin. Tapak disekitar nurseri dijaga kebersihannya dengan melakukan penyapuan dan membuang sampah daun yang berada disekitar jalur sirkulasi utama. Tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 3 (tiga) orang tenaga kerja, sedangkan peralatan yang digunakan mencakup sapu lidi, pengki, dan gerobak kayu. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 25.
67
Gambar 26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi
6.3.4. Pengadaan Titik Air Titik air yang terdapat pada nurseri Cipinang berupa keran air berjumlah 5 (lima) buah yang tersebar di dalam nurseri yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyiraman. Titik air yang ada pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Pekerjaan pengadaan tiitik air penyiraman 6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting Pemangkasan pohon eksisting dilakukan untuk mempermudah instalasi tiang penyangga untuk pemasangan paranet. Pemangkasan hanya dilakukan pada tanaman-tanaman berukuran besar yang diperkirakan akan mempersulit
68 pemasangan paranet. Pekerjaan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada lokasi nurseri Cipinang Tanaman yang dipangkas dalam pekerjaan ini hanya dilakukan terhadap 3 (tiga) pohon besar yang ditujukan sebagai pemangkasan pengangkatan tajuk (crown raising). Pengangkatan tajuk adalah pemangkasan yang ditujukan untuk menghilangkan percabangan pohon yang terdekat dengan permukaan tanah untuk menciptakan ruang yang lebih luas.
6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah Lubang pengolahan tanah merupakan lubang yang digunakan sebagai lokasi tempat penyampuran tanah dengan kompos atau pupuk kandang sebelum digunakan sebagai media tanam. Lubang pengolahan tanah yang digunakan dalam pekerjaan berukuran 3 x 9 x 1 m. Pekerjaan pembuatan lubang pengolahan tanah pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada Gambar 29. Pekerjaan pembuatan lubang pengolahan tanah merupakan satu-satunya subpekerjaan revitalisasi nurseri yang dilakukan terpisah dan dilakukan sebelum pekerjaan revitalisasi nurseri dilakukan. Hal ini dikarenakan tanah hasil buangan dari pekerjaan tersebut kemudian digunakan sebagai tanah urugan pada pekerjaan penanaman. Dalam ketentuan BQ, kontraktor hanya diwajibkan untuk membuat sebuah lubang pengolahan tanah. Namun, untuk memenuhi kebutuhan dalam mendatangkan tanah urugan, kontraktor membuat dua buah lubang pengolahan tanah, dengan satu lubang tambahan dikhususkan sebagai tempat pengambilan tanah urugan.
69
Gambar 29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah 6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman Dalam penanaman pada pekerjaan penataan lansksap jalan tol ruas CTC, terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi masing-masing jenis tanaman. Ketentuan tersebut menyangkut : kriteria dan kualitas tanaman, metode pemindahan, spesifikasi ukuran lubang tanam, pengolahan lahan dan persiapan media tanam, metode penanaman dan pemeliharaan pasca penanaman.
6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman Tanaman yang akan ditanam harus memiliki kesesuaian ukuran dan spesies sesuai dengan yang tercantum dalam daftar spesifikasi tanaman yang terdapat dalam rencana proyek. Tanaman yang telah ditempatkan di nurseri kemudian diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan pengawas dan diberikan persetujuan atau penolakan terhadap kualitas tanaman yang diajukan tersebut. Tanaman yang akan digunakan harus berasal dari kebun pembibitan, dengan kualitas yang baik dan dalam kondisi tanaman telah tumbuh. Dalam hal ini, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sub-kontraktor, tanaman yang ada diperoleh dari beberapa pengada yang berada di daerah Cipanas, Parung dan Jawa Tengah. Seluruh tanaman yang diambil dari pengada (sulplier) atau nurseri tanaman yang telah didatangkan ke lokasi kerja disarankan untuk tidak ditanam secara langsung dan perlu diadaptasikan (aklimatiasasi) dengan lokasi tanam berikutnya
dengan cara
menempatkan tanaman tersebut pada nurseri
sementara yang berada di lapangan selama 3 hingga 7 hari.Kegiatan pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada gambar 30.
70
Gambar 30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek Kriteria penilaian tanaman dilakukan melalui pemeriksaan secara visual dan pencacahan langsung. Penilaian secara visual dilakukan untuk menentukan kualitas tanaman, Agesta (2007) memberikan panduan penilaian secara visual dalam menentukan kualitas pohon yang baik, antara lain : 1) batang utama utama tidak memiliki cabang (berbentuk huruf Y), 2) memiliki ukuran bola akar cukup besar, 3) tidak dipotong untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan 4) secara visual bebas dari hama dan penyakit tanaman, 5) tidak terdapat luka pada batang utama dan 6) tanaman tidak berada di nurseri lebih dari 2 (dua) tahun, hal ini dapat dilihat dari ada tidaknya akar yang membelit pembungkus bola akar. Penilaian juga dilakukan terhadap kuantitas tanaman dengan melakukan pencacahan terhadap jumlah tanaman yang telah ditempatkan di nurseri. Jumlah tanaman yang didatangkan oleh kontraktor harus sesuai dengan ketentuan kotrak. Kontraktor melalui perwakilan dari pihak pengada (suplier) tanaman melakukan pengiriman tanaman ke lokasi nurseri secara bertahap dan disertai dengan bukti surat jalan yang ditandatangani oleh pengada (suplier) yang mengirimkan tanaman tersebut yang disetujui oleh perwakilan konsultan pengawas. Seluruh tanaman yang telah didatangkan kemudian direkap untuk kemudian dilihat kekurangan yang harus dipenuhi hingga mencapai jumlah seperti yang telah ditentukan. Tujuan dilakukannya penilaian terhadap tanaman tersebut adalah untuk memisahkan tanaman yang sesuai dengan tanaman yang tidak sesuai standar
71 spesifikasi kontrak. Tanaman yang tidak memenuhi spesifikasi atau tidak memiliki kualitas yang baik dipisahkan dan dikeluarkan dari lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara. Tanaman tersebut tidak diizinkan untuk ditanam pada lokasi proyek. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dan tidak diizinkan untuk ditanam dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Visualisasi tanaman yang ditolak dalam pekerjaan penanaman 6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman Pemindahan tanaman (transplanting) merupakan perlakuan pemindahan tanaman dewasa dari satu lokasi ke tanah pada lokasi yang berbeda (Anonim, 2006). Pemindahan tanaman (transplanting) dilaksanakan dikarenakan dua alasan utama, yaitu 1) untuk mendapatkan bentukan lanskap yang segera (instant) dan 2) lokasi yang dirancang atau direncanakan tidak memungkinkan penanaman dengan cara penyemaian (Agesta 2007). Tanaman
yang
akan
mendapat
perlakuan
penanaman
kembali
(transplanting) disarankan untuk dipangkas pada ujung-ujung percabangannya. Mahkota pohon dipangkas hingga 40-50 %, tujuannya adalah untuk mengurangi laju evapotranspirasi, menciptakan struktur dan bentuk yang seimbang, mengurangi berat tanaman dan meminimalkan hambatan angin dalam proses pemindahan (Rurit, 2007). Dalam pekerjaan ini terdapat pekerjaan pemindahan tanaman yang dilakukan terhadap tanaman dewasa khususnya pohon dan palm.
72 Sebelum melaksanakan kegiatan pemindahan, kontraktor diminta untuk menjelaskan metode yang digunakan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pelaksana penanaman di lapangan dan hasil pemeriksaan, metode pemindahan tanaman yang digunakan oleh kontraktor adalah metode sistem parit dan sistem bola akar. 1) Sistem parit Sistem pemindahan (transplanting) ini digunakan pada pohon berukuran besar. Dalam pekerjaan ini hanya diterapkan pada pohon ki hujan (Samanea saman). Sistem ini digunakan untuk mengisolasi sistem perakaran tanaman yang menyebar,
membantu
membatasi
perkembangan
akar
sehingga
akan
membentuk sistem perakaran yang lebih menyatu. Caranya adalah dengan membuat parit di sekeliling tanaman yang akan dipindahkan, diameter lingkaran dibuat 2 hingga 3 kali dari diameter batang utama. Dalam pembuatan parit tersebut, akar tanaman dipotong. Setelah akar tanaman dipotong, parit yang sudah dibuat kemudian diisi dengan tanah yang dicampur pasir. Tanaman secara teratur disiram dan dipertahankan posisinya minimal selama 2 (dua) minggu sebelum dipindahkan. 2) Sistem bola akar Sistem bola akar merupakan lanjutan pekerjaan dari sistem parit. Pada masa ini, akar tanaman diangkat kepermukaan untuk dibungkus dengan menggunakan karung. Setelah selesai dibungkus, bola akar disiram dan didiamkan selama satu hari sebelum tanaman siap untuk dipindahkan. Dalam melakukan pengiriman tanaman berukuran besar seperti pohon dan palm, kontraktor melakukan pengiriman dengan jadwal yang telah diatur sedemikian sehingga tanaman tersebut tiba pada lokasi tanam pada malam hari. Tanaman yang dipindahkan harus benar-benar terlindung dan tertutup, untuk mencegah kerusakan tanaman tersebut pada pemindahan dari lokasi asal sampai ke nurseri. Tanaman tersebut tidak boleh diikat dengan tali atau kawat yang dapat mengakibatkan batang/cabang tanaman rusak dan patah. Untuk mencegah kerusakan perakaran, tanaman yang akan ditanam harus dalam polybag/pot. Polybag adalah kantong plastik dengan bentuk khusus yang dibuat guna membungkus akar dan ujung bagian bawah tanaman beserta tanah yang melekat padanya. Tanaman yang dimaksudkan adalah pohon atau perdu yang sedang dalam proses pemindahan untuk menuju penanaman akhir. Bahan plastik tersebut tidak mudah hancur baik di atas atau di dalam tanah. Walaupun
73 ketebalan bahan plastik polybag dapat ditembus oleh pertumbuhan akar pohon di dalam tanah, tetapi akar perdu tidak cukup kuat menembusnya. Polybag memiliki ciri-ciri berupa kantong berlubang yang memungkinkan air berlebihan di dalamnya dapat keluar sehingga tanaman dapat hidup. Polybag memiliki berbagai ukuran, sehingga ukuran polybag yang dipergunakan dipilih sesuai dengan ukuran besarnya akar dan tanah yang membutuhkannya. Bibit tanaman yang akan ditanam sampai di tempat penampungan (nurseri) senantiasa harus dalam keadaan sehat mulai dari akar, batang dan daun, serta pemilihan tanaman harus rata keadaannya baik tinggi tajuk maupun lebar tajuk. Semua jenis tanaman yang akan dipilih harus sesuai dengan ukuran yang diberikan dalam daftar kuantitas. Yang menjadi pedoman dalam penentuan jenis tanaman adalah nama latin atau botani dari tanaman tersebut. Untuk penyimpanan tanaman sementara, tanaman diletakkan pada tempat yang teduh di sekitar nurseri sementara dan disusun dalam bentuk bedeng dengan keadaan tanah datar dan telah dibersihkan. Tanaman yang telah didatangkan ke lokasi proyek disiram dan dipelihara hingga tiba wakktu penanaman. Di dalam tempat penampungan (nurseri sementara), pemeriksaan terhadap kondisi tanaman menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dilakukan setiap minggu sekali selama tanaman tersebut belum ditanam. Tanaman yang mati atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi dikeluarkan dari nurseri selambat-lambatnya 2 hari setelah pemeriksaan.
6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal dari rangkaian kegiatan penanaman. Dengan menerapkan metode pengolahan tanah yang baik, diharapkan tanaman akan memperoleh tempat dan media tanam yang menguntungkan bagi pertumbuhannya. Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, setiap titik lubang tanam yang telah ditentukan oleh kontraktor dengan menggunakan titik acuan yang diberikan
oleh
konsultan
harus
mendapat
persetujuan
terlebih
dahulu.
Peninjauan lapang sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam dilakukan secara bersama-sama oleh konsultan dan kontraktor. Pemeriksaan lubang tanam dilakukan terhadap dimensi panjang, lebar dan kedalaman lubang. Lubang tanam yang tidak memenuhi spesifikasi lubang tanam tidak disarankan untuk
74 dilakukan penanaman hingga lubang tersebut diperbaiki hingga memenuhi ketentuan spesifikasi lubang tanam sebagaimana yang terdapat dalam Tabel 17 kecuali apabila kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Faktor penghambat di lapangan yang tidak memungkinkan dibuatnya lubang tanam sesuai dengan ketentuan spesifikasi lubang tanam antara lain luas median atau damija lokasi penanaman yang tidak memungkinkan dan tinggi muka air tanah yang rendah. Tabel 17. Ketentuan ukuran lubang tanam UKURAN LUBANG GALIAN (M) NO
NAMA LOKAL
NAMA LATIN Panjang
Lebar
Kedalaman
1
Palem sadeng
Livistona rotundifolia
1.0
1.0
1.0
2
Latania
Latania sp.
1.0
1.0
1.0
3
Palem Jepang
Ptycosperma macharthurii
0.6
0.6
0.6
4
Ki Hujan
Samanea Saman
1.0
1.0
1.0
5
Bintaro
Cerbera odolla,
1.0
1.0
1.0
6
Bunga kupu-kupu
Bauhinia purpurea
1.0
1.0
1.0
7
Kamboja
Plumeria rubra
1.0
1.0
1.0
8
Euginia
Euginia oleana
0.5
0.5
0.5
9
Bunga Kertas
Baugainvillea glabra
0.5
0.5
0.5
10
Thevetia
Thevetia peruviana
0.5
0.5
0.5
11
Bunga Merak
Caesalpinia pulcerrima
0.5
0.5
0.5
12
Bunga Mentega
Nerium oleander
Hanya dilakukan pengolahan Hanya dilakukan pengolahan
13
Bunga Mentega var
Nerium oleander var.
14
Pandan Kuning
Pandanus pygmeus
Hanya dilakukan pengolahan
15
Pisang Hias
Heliconia psittacorum
Hanya dilakukan pengolahan
16
Nusaenda
Mussaenda
Hanya dilakukan pengolahan
17
Lili Air Mancur
Hymenocallis speciosa
Hanya dilakukan pengolahan
18
Euphorbia
Euphorbia millii
Hanya dilakukan pengolahan
19
Rumput paetan
Axonopus compresus
Hanya dilakukan pengolahan
Kondisi tersebut terutama dijumpai pada lokasi penanaman jalan tol ruas Cengkareng yang pada umumnya didominasi oleh tanah rawa bakau (mangrove) yang memiliki ketinggian muka air tanah sangat rendah atau berada dekat dengan permukaan tanah. Untuk lokasi pembuatan lubang tanam yang tidak dapat memenuhi ketentuan, konsultan pengawas memberikan sejumlah alternatif cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, antara lain : 1) Memindahkan lokasi titik tanam ke lokasi lain 2) Membuat lubang tanam yang ditinggikan Ukuran lubang tanam yang relatif besar bagi tanaman pohon dan palm ditujukan untuk memberikan media tanam yang baik bagi tanaman. Setelah pembuatan lubang tanah selesai, lubang tanam disarankan untuk dibiarkan
75 selama 3 (tiga) hingga 1 (satu) minggu untuk mendapatkan aerasi yang baik. Pada Gambar 32 dapat dilihat proses pengerjaan lubang tanam.
Gambar 32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam Tanah hasil galian harus dibuang keluar tapak dan tidak diperkenankan digunakan kembali sebagai media tanam. Lubang tanam kemudian diisi kembali dengan menggunakan top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Salah satu aspek teknis yang harus diperhatikan dalam penanaman di sepanjang lanskap jalan tol adalah lokasi titik tanam. Lokasi titik tanam, terutama tanaman berukuran besar harus ditanam pada lokasi-lokasi spesifik dengan mempertimbangkan aspek keamanan pengguna jalan dan kemudahan kegiatan pemeliharaan dimasa yang akan datang, sedangkan aspek lain yang juga harus diperhatikan mencakup ukuran lubang penanaman dan kondisi lahan eksisting. Sedangkan ukuran lubang tanam yang digunakan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tanaman pada awal masa adaptifnya terhadap lingkungan yang baru. Polomsky (2005) mengatakan bahwa ukuran lubang tanam berpengaruh besar pada posisi tanaman terhadap muka air tanah serta efisiensi penyiraman tanaman. Pada tanah yang memiliki drainase tanah yang baik,
76 lubang penanaman sebaiknya tidak digali lebih dalam dari ketinggian bola perakaran.
Meletakan
pohon
pada
tanah
yang
terlalu
gembur
akan
mengakibatkan tenaman tenggelam lebih dalam ke dalam tanah. Pada tanah berdrainase baik, lubang penanaman sebaiknya memiliki ukuran dua hingga lima kali lebih lebar dari ukuran bola akar. Akar akan tumbuh lebih cepat pada tanah yang gembur, yang akhirnya akan mempercepat waktu petumbuhan dan adaptasi tanaman pada tapak. Sedangkan pada tanah yang berdrainase kurang baik atau pada tanah yang telah mengalami pemadatan berat, tanaman sebaiknya ditempatkan lebih tinggi daripada ketinggian lubang penanaman aslinya hingga ketinggian 10 hingga 15 cm dari ketinggian tanah yang berada di sekelilingnya.
6.4.4. Metode Penanaman Metode penanaman yang diterapkan oleh para pekerja di lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu metode penanaman pada tanaman keras dan metode penanaman pada tanaman lunak.
6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras Tanaman keras yang dimaksudkan dalam pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng adalah semua jenis tanaman berkayu atau tanaman berkambium dengan tinggi tanaman 50 cm atau lebih. Jenis tanaman ini mencakup semua jenis palm, pohon dan perdu yang ada dalam dokumen daftar harga, kuantitas dan kualitas kerja (Bill of Quantity). Penanaman tanaman keras dilakukan setelah lubang tanam dan media penanaman telah tersedia dan siap untuk digunakan. Metode penanaman untuk tanaman keras yang digunakan oleh para pekerja di lapangan adalah sebagai berikut : 1) Tanaman dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia dengan kondisi tetap dalam pembungkus akar (pada tanaman yang menggunakan karung goni). Apabila pembungkus bola akar terbuat dari bahan lain, terutama bahan yang tidak dapat terdekomposisi seperti plastik maka pembungkus bola akar dibuka terlebih dahulu 2) Sebelum dilakukan pengurugan, dilakukan beberapa tindakan antisipasi seperti pengaplikasian fungisida pada lubang tanam dan penggunaan zat perangsang akar disekitar bola akar
77 3) Setelah tanaman ditempatkan pada lubang tanam, kemudian lubang diisi kembali sampai melebihi batas permukaan tanah, tetapi tidak melebihi leher akar 4) Disekitar
lubang
tanam
dibuat
cekungan
sebagai
media
untuk
menampung air agar tidak melimpah keluar 5) Setelah lubang tanam diurug dengan menggunakan media tanamnya, maka batang pohon diberikan penguat tanaman atau penopang dan diikat dengan kuat menggunakan ijuk atau tali organik lainnya Seluruh tanaman keras yang digunakan dalam pekerjaan ini diharuskan untuk dilengkapi dengan penopang untuk menjaga posisi tanaman tetap berdiri dengan tegak. Metode pemasangan penopang yang diterapkan oleh para pekerja lapangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh konsultan pengawas. Umumnya, penopang dipasang dengan bentuk penyangga kaki tiga (tripod) dengan batang utama tanaman berada di pusat pemasangan penopang. Metode pemasangan seperti ini pada umumnya digunakan pada area dengan intensitas angin yang cukup kuat (Hillock dan Schenelle, 2008), namun dapat merusak dan melukai batang utama tanaman apabila tidak diaplikasikan dengan benar. Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang baik dapat dilihat pada Gambar 33.
Kayu atau bambu ditancapkan dengan jarak lebih besar dari diameter lubang tanam
Cekungan air Tali pengikat
Diameter lubang dibuat 1.5-2x lebar tajuk
Gambar 33. Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang ideal
78 Pemasangan penopang seperti ini tidak akan melukai batang maupun akar tanaman sekaligus memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik (Hillock dan Schenelle, 2008). Namun, metode pemasangan seperti ini akan memerlukan biaya dan waktu lebih dibandingkan dengan pemasangan menggunakan metode tripod. Kesalahan yang umum dijumpai pada pekerjaan pemasangan penopang antara lain : 1) Penggunaan material yang tidak sesuai Pada pemeriksaan terhadap material, didapatkan bahwa penopang yang digunakan pada tanaman tidak seluruhnya sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Sedangkan tali yang digunakan oleh kontraktor adalah tali rafia yang tidak disarankan oleh konsultan pengawas. 2) Metode pemasangan yang kurang baik Di lapangan banyak dijumpai metode pemasangan penopang yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Gambar kerja. Pada beberapa lokasi pekerjaan, ditemukan bahwa kontraktor hanya menggunakan dua buah penopang pada masing-masing pohon. Hal ini kemudian diperburuk dengan kondisi penopang yang tidak ditancapkan dengan baik sehingga terdapat sejumlah tanaman yang rubuh.
6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak Sedangkan tanaman lunak yang dimaksudkan adalah semua jenis tanaman selain tanaman keras yang akan digunakan pada pekerjaan penanaman. Tanaman yang termasuk ke dalam kategori tanaman lunak adalah semak, rumput dan tanaman penutup tanah (groundcover). Rumput merupakan tumbuhan yang menutup tanah yang mempunyai kemampuan bertahan pada kondisi pemangkasan dan pemakain yang teratur. Turgeon (1980) menyatakan rumput ini sebagai rufgrass. Sedangkan tanaman penutup tanah (groundcover) adalah tanaman rendah dengan tingkat persebaran dan
kerapatan
tanaman
yang
relatif
tinggi.
Tanaman
penutup
tanah
(groundcover) umumnya digunakan sebagai tanaman perintis (pioner) untuk mengatasi permasalahan pada lahan yang sulit ditanami dengan menggunakan pohon atau tanaman berukuran besar. Adapun permasalahan yang dapat diatasi dengan menggunakan penanaman dengan menggunakan tanaman penutup tanah (groundcover) mencakup : 1) Kontrol erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam
79 2) Daerah naungan di bawah pohon atau semak. 3) Pada
lokasi
permukaan
dimana
perakaran
sehingga
tidak
tanaman
berada
dengan
penanaman
dengan
memungkinkan
dekat
menggunakan tanaman lain 4) Pada lokasi yang sangat lembab atau sangat kering Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman tanaman penutup tanah adalah pekerjaan persiapan tanah yang ditujukan untuk membersihkan area penanaman dari gulma. Hal ini disebabkan karena banyak dari jenis tanaman penutup tanah memiliki tingkat kompetisi yang rendah terhadap gulma (Kluepfel, 2001). Dalam pekerjaan penanaman rumput, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem sodding (titik tanam). Setelah penanaman selesai dilakukan, permukaan tanah tempat penanaman kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan potongan balok untuk merapikan permukaan tanah, setelah itu tanah disiram. Dalam penanaman
tanaman
dengan
menggunakan
cara
seperti
ini,
harus
memperhatikan sistem perembesan dan pengaliran air ke dalam tanah. Sedangkan untuk tanaman semak atau perdu, lubang tanaman diisi dengan tanah subur / top-soil yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang sudah matang (berumur 2 bulan) dan pasir dengan ukuran perbandingan campuran top soil 0,04 m³ - 0,144 m³/pohon, pupuk kandang / kompos 10 kg, pasir sebanyak ± 0,004 m³ s/d 0,048 m³ /lubang tanam pohon dan tanah merah yang dicampurkan secara merata pada tempat terpisah sehingga masing-masing lubang tanam tertimbun dengan baik. Tanah kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan menggunakan cangkul atau papan. Pupuk yang dipakai sebagai media tanam adalah pupuk kandang yang mempunyai kriteria sebagai berikut : 1) berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, atau kambing yang sudah mengalami pelapukan dimana kotoran sudah menjadi tanah 2) tidak berbau kotoran dan lebih ringan dari tanah biasa 3) berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan keabu-abuan 4) terbebas dari hama atau gulma Sebelum diisi dengan tanah, dasar lubang diberi furadan/pembasmi rayap, dengan dosis 20 gram/m² atau sesuai petunjuk yang ada pada kemasan. Dalam pekerjaan ini, kontraktor disarankan untuk melakukan penggemburan terhadap tanah yang digunakan untuk pengurugan. Bongkahan yang terdapat pada saat
80 pengurugan menyebabkan terjadinya kerusakan pori-pori udara yang berada di dalam tanah disekitar bola akar dan dapat menghambat pertumbuhan sistem perakaran dan kemampuan tumbuh tanaman (Polomsky, 2005). Untuk proses penanaman, tanaman ditempatkan pada lubang tanam dalam posisi
berdiri
tegak dan dengan kedalaman yang tepat, kemudian lubang tanam tersebut diurug hingga setengah lubang tanam di sekeliling bola akar terisi penuh. Penyelesaian penanaman dilakukan dengan pengisian lubang tanam dengan mengunakan tanah gembur yang dipadatkan secara ringan dengan melakukan penginjakan. 6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam Kegiatan pemeliharaan pasca penanaman dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan
hidup
tanaman
setelah
kegiatan
pemindahan
tanaman
(transplanting). Kemungkinan hidup tanaman yang telah melalui proses pemindahan akan lebih besar ketika tanaman tersebut telah melalui masa shock nya. Kegiatan pemeliharaan pasca tanam yang dilaksanakan oleh kontraktor mencakup: pemupukan, penyiraman, pendangiran dan pemangkasan.
6.5.1. Pemupukan Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan pasca tanam adalah pupuk alami atau pupuk kandang. Digunakan pupuk kandang yang bermutu baik, yang telah melalui masa penimbunan selama minimum 6 (enam) bulan, sebagai campuran tanah gembur dengan penggunaan sebagai berikut : untuk 1 (satu) pohon digunakan 0,128 m3 pupuk kandang dan untuk semak, perdu, penutup tanah digunakan 0,.2 m3 per m2 lubang tanam dan untuk rumput digunakan 0,1 m3 per m2 lokasi penanaman. Pupuk alami yang digunakan merupakan pupuk yang berasal dari sisa sisa pembusukan yang berasal dari hewan ataupun tanaman baik yang terjadi secara alamiah ataupun dengan bantuan manusia. Pupuk ini kemudian disebut sebagai pupuk kandang dan kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari hewan sedangkan kompos merupakan pupuk alami yang berasal dari tumbuhan.
6.5.2. Penjarangan Penjarangan
hanya
dilakukan
terhadap
tanaman
penutup
tanah
(groundcover) sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan dengan tujuan untuk mengurangi kerapatan tanaman atau membuang bagian tanaman yang mati atau
81 terserang hama penyakit.
6.5.3. Penyiraman Walaupun pekerjaan penanaman dilaksanakan pada musim hujan, namun kontraktor harus tetap melakukan penyiraman terhadap setiap tanaman yang telah ditanam. Tanaman yang baru ditanam harus disiram sampai benarbenar basah perakarannya, atau diperkirakan minimum untuk setiap pohon membutuhkan air sebanyak 10 liter dan perdu sebanyak 3 liter dengan cara penyiraman yang dilakukan sedemikan rupa sehingga tanaman tidak rusak. Hal ini juga didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun pekerjaan penanaman dilaksanakan pada musim penghujan, namun hujan sangat jarang turun pada kedua ruas jalan tersebut. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh pengawas di lapangan, hujan hanya turun di daerah Jagorawi hanya sebanyak 6 (enam) kali dalam satu bulan kerja. Untuk penyiraman, harus digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali atau salinitas yang tinggi dan bahan-bahan organik lainnya yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk daerah penanaman di sekitar lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Jagorawi, sumber air diperoleh dari sumur bor yang dibuat oleh kontraktor yang ditampung pada wadah penampungan air (water toren). Sedangkan untuk penyiraman pada lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Cengkareng, sumber air diperoleh dari sungai di sekitar Bandara yang diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki air. Jadwal penyiraman yang disarankan untuk dilakukan oleh kontraktor adalah sebagai berikut : 1) Minimal satu kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan rumput yang baru ditanam dan semua tanaman yang masih berada di tempat penampungan sementara 2) Penyiraman dilakukan sebelum pukul 10.00 (pukul 06.00 s/d 09.00) pada pagi hari atau sesudah pukul 15.30 (pukul 16.00 s/d 18.00) pada sore hari Tanaman disiram hingga diperkirakan tanaman tersebut telah tumbuh atau dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru Ketentuan yang diijinkan dalam melakukan kegiatan penyiraman adalah dengan cara sebagai berikut : 1) Penyiraman tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan truk tangki air untuk lokasi yang mudah dijangkau. Sedangkan untuk lokasi
82 yang jauh dari jangkauan semprotan truk air, penyiraman dilakukan secara manual. Selama operasional truk air harus dilengkapi dengan lampu rotator sebanyak 2 (dua) buah yang ditempatkan diatas kap kendaraan serta dilengkapi rambu kerja yang cukup 2) Memakai alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang memiliki lubang banyak pada ujung keluarnya air sehingga dapat menyebarkan air secara merata ke seluruh permukaan tanah yang disiram 3) Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan kran / sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler 4) Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di musim kemarau bagi tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanaman dalam tempat penampungan Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, terdapat ketentuan jumlah air minimal yang harus diberikan kepada setiap tanaman berdasarkan jenisnya masing-masing dan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
NAMA LOKAL Palem sadeng Palem Jepang Latania Ki Hujan Bintaro Bunga kupu-kupu Kamboja Thevetia Euginia Bunga Kertas Bunga Merak Bunga Mentega Bunga Mentega var Pandan Kuning Pisang Hias Nusaenda Lili Air Mancur Euphorbia Rumput paetan
NAMA LATIN Livistona rotundifolia Ptycosperma macharthurii Latania sp. Samanea Saman Cerbera odollam Bauhinia purpurea Plumeria rubra Thevetia peruviana Euginia oleana Baugainvillea glabra Caesalpinia pulcerrima Nerium oleander Nerium oleander var. Pandanus pygmeus Heliconia psittacorum Mussaenda Hymenocallis speciosa Euphorbia millii Axonopus compresus
JUMLAH AIR 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/phn 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2 10 l/m2
83 Selain penyiraman terhadap tanaman yang baru ditanam, kontraktor juga diharuskan untuk melakukan penyiraman terhadap seluruh tanaman yang berada di tempat penampungan (nurseri). Dalam melakukan pemeriksaan apakah jumlah air yang diberikan pada pekerjaan penyiraman yang dilakukan terhadap tanaman yang baru ditanam. Dalam melakukan pemeriksaan jumlah air yang diperlukan dalam penyiraman, konsultan pengawas menyarankan melakukan pemeriksaan terhadap kandungan air yang terjerap dalam tanah. Polomsky (2005) menyarankan melakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut : pada minggu pertama setelah penanaman, buatlah lubang kecil pada bagian terluar lubang tanam dengan kedalaman setengah dari lubang tanam dari tanaman yang diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mengambil sampel tanah dari lubang pemeriksaan tersebut. Apabila tanah yang diperoleh meneteskan air ketika diremas, maka penyiraman terlalu banyak, apabila tanah tersebut hancur maka penyiraman terlalu sedikit, namun apabila tanah tersebut tidak hancur dan tidak meneteskan air maka jumlah penyiraman diperkirakan telah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan beberapa jam setelah penyiraman. Pemeriksaan ini merupakan cara yang mudah dan cepat tanpa memerlukan perlatan khusus untuk dilakukan.
6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan Pemangkasan
dilakukan
sebagai
penyempurnaan
dari
pekerjaan
penananaman (transplanting). Semua tanaman dapat dipangkas atau diperbaiki dari kerusakan-kerusakan akibat proses pemindahan tanaman atau proses yang terjadi selama penanaman dan masa adaptasi yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemangkasan pada masing-masing tanaman dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak merubah bentuk dan sifat tanaman juga tidak mengakibatkan adanya perubahan terhadap desain secara keseluruhan. Bagian tanaman yang dipangkas merupakan bagian tanaman yang tidak berguna atau menyebabkan ketidak-indahan secara visual seperti bagian tanaman yang kering dan mati, bagian dengan pertumbuhan yang tidak merata (khusus pada tanaman penutup tanah) atau pada bagian yang terserang hama penyakit. Sedangkan pemangkasan bagian batang atau ranting (prunning) yang bertujuan untuk mengurangi shock tidak disarankan dilakukan pada tanaman yang
telah
ditanam
(transplanting).
Agesta
(2007)
mengatakan
bahwa
pemangkasan terhadap batang atau ranting tidak membantu mengurangi shock
84 pada tanaman yang mengalami pemindahan (transplanting). Shock pada tanaman pada umumnya lebih baik untuk diatasi dengan memberikan penyiraman yang cukup terhadap tanaman tersebut selama masa adaptifnya dengan melakukan penyiraman secara rutin dalam jumlah yang tepat.
6.5.5. Penyiangan/Pendangiran Pekerjaan penyiangan/pendangiran meliputi penggemburan tanah dan pembersihan tanaman/rumput liar/gulma di sekitar tempat tumbuh tanaman. Pelaksanaan pekerjaan penggemburan tanah harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak akar tanaman. Alat yang digunakan adalah alat khusus yang digunakan untuk pekerjaan penyiangan/pendangiran yaitu garpu, sekop dan blencong. Pekerjaan ini dilakukan sebulan dua kali secara terusmenerus, atau apabila media tanam telah ditumbuhi rumput. Kondisi media tanam disekitar tanaman diusahakan harus selalu bersih dan gembur. Tujuan dari kegiatan pendangiran adalah untuk membersihkan tanah yang terdapat di sekitar tanaman agar tidak ditumbuhi oleh gulma. Hal ini penting dilakukan terutama pada tanaman-tanaman baru untuk mengurangi tingkat persaingan dalam memperoleh nutrisi dari tanah. Seluruh tanaman dalam pekerjaan ini diupayakan untuk disiangi atau didangir minimal sekali dalam dua minggu, khususnya tanaman-tanaman lunak pada minggu awal setelah penanaman.
6.5.6. Pemupukan Awal Pada
dasarnya,
kegiatan
pemupukan
yang
dimaksudkan
dalam
pekerjaan merupakan jenis pekerjaan yang termasuk pada masa perawatan. Pemupukan awal dilakukan pada tanaman yang telah tumbuh lebih kurang 3 bulan pasca tanam, karena penanaman awal tanah sudah diberi pupuk kandang maka pada pemupukan ini hanya berupa pupuk anorganik (KCl,NPK atau Urea) sesuai kebutuhan tanaman. Dosis yang diberikan sebanyak 25 gram/pohon atau 100 gram/m², sedangkan untuk perdu 40 gram/ m². Pemupukan ini diberikan secara taburan, yang ditaburkan pada keliling pokok tanaman dengan jarak 40 cm dari pokok tanaman yang sebelumnya, dibuatkan galian yang ditujukan khusus bagi pekerjaan pemupukan. Galian lubang pemupukan berukuran lebih kurang 10 cm mengelilingi tajuk pohon dengan jarak 60 cm atau sesuai dengan ukuran tajuk masing-masing tanaman.
85 Sebagai bahan pertimbangan dalam pekerjaan di masa mendatang, pohon atau palm yang dinyatakan sehat atau baik dan memenuhi syarat diberi keterangan tertulis yang diikatkan secara longgar pada masing-masing batang tanaman dengan menyebutkan jenis tanaman, nomor urut dan tanggal masuk. Keterangan berupa label tersebut dari kertas karton manila ukuran 5 x 10 cm yang dibungkus plastik dan digantung menggunakan tali rapia. Semua tanaman yang masuk atau keluar nurseri dicatat. Semua jenis tanaman yang ditanam harus berasal dari bedeng atau nurseri dan telah mendapat persetujuan pengawas. Pengiriman tanaman dari nurseri ke lokasi tanam dicatat pada label. Walaupun tidak ada penilaian khusus terhadap metode penanaman dan penanganan tanaman yang dilakukan oleh kontraktor selama masa penanaman, namun cara dan metode penanaman yang baik dan benar merupakan hal penting yang dapat menjamin keberlangsungan hidup tanaman terutama pada masa adaptifnya. Keberhasilan penanaman merupakan salah satu hal yang akan menjadi keuntungan bagi semua pihak, terutama kontraktor. Hal ini disebabkan kontraktor tidak diwajibkan untuk mengadakan penyulaman atau penggantian terhadap tanaman yang mati.
6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol Pekerjaan lanskap gerbang tol adalah pekerjaan pemasangan (instalasi) pot pada gerbang tol satelit Cililitan 2 dan gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo. Pot yang digunakan adalah pot dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan gambar kerja yang terdapat pada Lampiran 21 dan merupakan pot pesanan khusus yang diadakan oleh kontraktor. Jumlah keseluruhan pot yang digunakan pada masing-masing gerbang tol adalah sebanyak 132 buah pot.
6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman Tanaman yang akan digunakan pada masing-masing jenis pot pada awalnya tidak ditentukan oleh konsultan perencana. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada pemilik (PT. Jasa Marga) dan kontraktor dalam menentukan jenis tanaman yang ingin digunakan. Dalam pelaksanaannya, kontraktor diberi kebebasan penuh oleh satgas pelaksana untuk menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan asalkan telah mendapat persetujuan.
86 Dalam menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan, kontraktor meminta masukan kepada konsultan pengawas untuk menentukan jenis tanaman serta disain penanaman yang dilakukan pada rapat koordinasi minggu2 (dua). Dalam rapat koordinasi minggu-3 (tiga) konsultan pengawas memberikan usulan secara resmi beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan untuk masing-masing tipe pot dengan terlebih dahulu mendiskusikan hal tersebut secara terpisah dengan pihak pemberi tugas. Pertimbangan utama dalam pemilihan tanaman adalah dimensi ruang yang diperkenankan untuk digunakan di dalam pekerjaan penataan tanpa mengganggu aktifitas yang berlangsung pada gerbang tersebut. Tanaman yang dipilih untuk ditanam pada lokasi ini disarankan untuk tidak memiliki bentuk tajuk yang menyebar (irregular) dengan ukuran tinggi maksimal tanaman dewasa kurang dari 4 m dan tinggi keseluruhan pot beserta tanaman tidak boleh lebih tinggi dari 6 m.
6.6.2. Mekanisme Pekerjaan Pemasangan Pot Sebelum dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi pot pada gerbang tol, maka pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah pekerjaan pemindahan pot eksisting ke lokasi lain. Berdasarkan masukan dari satuan tugas (satgas), pot eksisting dipindahkan ke trotoar yang terdapat pada masing-masing gerbang tol lokasi pekerjaan. Selain untuk menghemat biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh kontraktor, kepala cabang PT. Jasa Marga juga menghendaki bahwa pot yang lama yang masih baik kondisinya untuk dapat dipergunakan kembali. Visualisasi pekerjaan instalasi pot dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot
87 Pekerjaan instalasi pot dan tanamannya pada gerbang tol hanya dapat dilakukan malam hari dengan menggunakan sistem buka tutup. Sistem buka tutup ini makskudnya adalah penutupan gerbang tol bagian terluar pada saat pekerjaan pengedropan pot ke lokasi pengumpul (dropping zone), sedangkan pemindahan pot beserta media tanam dan tanamannya ke lokasinya masingmasing dilakukan secara manual dengan menggunakan grobak atau dengan menggunakan kendaraan forklift, tergantung pada ukuran pot yang akan dipindahkan. Setelah pekerjaan pengedropan selesai dilakukan, gerbang tol kemudian dibuka kembali. Pada saat pot sudah berada pada lokasinya masingmasing, para pekerja kemudan memasang media tanam pada masing-masing pot. Penanaman baru dapat dilaksananakan pada malam berikutnya dengan menggunakan sistem yang sama. Tanaman yang pertama ditanam adalah tanaman utama, kemudian setelah dilakukan penambahan tanah dan pupuk kandang maka penanaman dilanjutkan dengan melakukan penanaman tanaman penutup.
6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas Kegiatan administrasi yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas mencakup pekerjaan sebagai berikut : 01. Menyusun materi rapat mingguan dan notulennya, 02. Pelaporan hasil pengawasan berkala yang dilakukan bulanan dan 03. Penerbitan surat yang berkenaan dengan kemajuan (progress) pekerjaan dan perubahannya. Kegiatan administrasi kantor berkaitan dengan kegiatan manajemen informasi yang dilakukan oleh konsultan pengawas.
6.7.1. Penyusunan Materi Rapat Kegiatan rapat manajemen (mangement meeting) dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 14.00 sampai dengan selesai di ruang rapat kantor PT. Jasa Marga cabang CTC yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing pihak (stake holder) pelaksanaan pekerjaan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan dijadikan sebagai bahan penyusunan materi rapat dan disampaikan dalam rapat tersebut untuk dicarikan jalan keluar yang terbaik. Dalam Tabel 19 dapat dilihat jadwal rapat manajemen yang diselenggarakan stake holder. Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting)
88
Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting) (lanjutan) No
Rapat
Tanggal
1
Pra – PCM
08 Nov 2007
2
PCM
15 Nov 2007
3
Rapat Koordinasi ke-1
22 Nov 2007
4
Rapat Koordinasi ke-2
29 Nov 2007
5
Rapat Koodinasi ke-3
06 Des 2007
6
Rapat Koordinasi – 4
13 Des 2007
7
Rapat Koordinasi – 5
19 Des 2007
8
Rapat Koordinasi – 6
21 Des 2007
9
Rapat Koordinasi – 7
27 Des 2007
10
Rapat Koordinasi – 8
03 Jan 2008
11
Rapat Koordinasi – 9
10 Jan 2008
Dalam rapat manajemen dibahas mengenai tingkat pelaksanaan pekerjaan dan hal-hal yang menghambat kemajuan pekerjaan di lapangan. Dalam rapat manajemen, informasi yang disebarkan kepada stake holder selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Selain rapat manajemen tersebut juga diadakan rapat tak resmi yang dilaksanakan dilapangan (kick-off meeting) yang dilakukan untuk membahas permasalahan aktual lapangan.
6.7.2. Penerbitan Surat Resmi Pada setiap surat yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, akan dibuat salinan bagi masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan untuk dipergunakan sebagai arsip. Dalam Tabel 20 dapat dilihat daftar surat resmi yang dikeluarkan oleh konsutaln pengawas berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas No
Nomor surat
Perihal
1
001/CTC-BNK/XI/2007
Pemasukan tanaman baru
2
002/CTC-BNK/XI/2007
Penerapan K3
3
003/CTC-BNK/XI/2007
Keterlambatan Progres Pekerjaan
4
004/CTC-BNK/XI/2007
Penyediaan Mobil Tangki Air
5
005/CTC-BNK/XI/2007
Penting, meliputi : Mobilisasi kontraktor
89
No
Nomor surat
Perihal Surat Kuasa GS Keterlambatan Progress (Kumulatif Deviasi : -13.088%) Laporan Harian Droping Tanaman Pematokan Pembuatan Lubang Tanam Mobilisasi Tangki AIr
Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas (lanjutan) 6
006/CTC-BNK/XII/2007
Upaya Pencapaian Progress Minimal 50 % Sebelum Tanggal 27 Desember 2007
7
007/CTC-BNK/XII/2007
Pengantar Laporan Bulan November
8
008/CTC-BNK/XII/2007
Pengantar Laporan Bulan Desember
9
009/CTC-BNK/I/2008
Perkiraan Alokasi Waktu Droping Tanah Untuk Penanaman Lantana Pada Ruas Cengkareng
6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas Laporan bulanan merupakan salah satu bentuk kewajiban yang harus dilaksanakan oleh konsultan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan pengawasan secara berkala kepada pihak pemberi kerja (PT. Jasa Marga). Hal yang dilaporkan dalam laporan bulanan mencakup kemajuan (progress) pekerjaan kontraktor dan keterlambatannya baik dalam bentuk laporan tertulis maupun pada kurva-s ataupun segala hal yang berkaitan dengan perubahan kerja yang terjadi selama kurun waktu pengawasan. Laporan kegiatan pengawasan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap, yaitu 1 rangkap laporan menggunakan hardcover dan 4 (empat) rangkap laporan menggunakan softcover dengan susunan laporan sebagai berikut : a) Sampul laporan (cover), b) Dafar isi, c) Bab 1. Rangkuman eksekutif, d) Bab 2. Organisasi proyek, e) Bab 3. Laporan kegiatan konsultan pengawas, f) Bab 4. Waktu proyek, g) Bab 5. Progres pekerjaan, h) Bab 6. Laporan visualisasi dan i) Lampiran. Laporan tersebut diserahakan kepada satuan tugas (satgas) selambatnya satu minggu setelah akhir setiap bulan pengawasan. Dalam menyerahkan hasil laporan bulanan, konsultan pengawas menerbitkan surat pengantar yang
90 ditujukan kepada pihak PT. Jasa Marga. Secara keseluruhan, laporan bulanan yang disusun dalam kegiatan pengawasan pekerjaan penanaman terdiri atas tiga buah laporan bulanan, yang dimulai dari laporan konsultan pengawas bulan Desember
sampai
dengan
bulan
Februari
pengawasan terhadap pekerjaan penanaman.
yang
menandai
diakhirinya
91
VIII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek Tugas konsultan pengawas dalam kegiatan manajemen proyek adalah mengawasi dan memastikan kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan memenuhi bobot kemajuan kerja sesuai dengan jadwal pada setiap minggunya. Cara yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah dengan melakukan pengendalian terhadap alokasi kerja yang dilaksanakan kontraktor setiap minggunya. Untuk dapat memenuhi rencana kerja yang telah ditetapkan, konsultan pengawas memberikan sejumlah saran mengenai jenis dan kuantitas pekerjaan kepada kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor kemudian didokumentasikan dalam sebuah laporan harian yang selanjutnya dirangkum dalam laporan mingguan yang diserahkan kepada konsultan pengawas. Dokumen tersebut kemudian digunakan sebagai data dalam pengawasan dan pembobotan penyelesaian pekerjaan. Dokumen laporan harian dan mingguan yang diberikan oleh kontraktor kemudian diperiksa silang (cross references) terhadap data yang dimiliki oleh konsultna pengawas. Persamaan yang digunakan dalam menentukan bobot pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor adalah :
dimana, Rn
= Bobot realisasi minggu ke-n
Σ RW n
= Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n
Σ Wn
= Nilai total dari satuan pekerjaan-n
Bn
= Bobot pekerjaan ke-n
Persamaan tersebut digunakan dalam menentukan seluruh realisasi bobot pekerjaan terlaksana dilapangan. Berdasarkan hasil pengawasan secara keseluruhan, kontraktor yang bertugas dalam proyek ini memiliki kemampuan rendah dalam menjalankan rencana proyek. Hal ini tampak dari bobot penyelesaian pekerjaan yang hampir selalu minus atau berada pada kisaran angka di bawah bobot penyelesaian pekerjaan yang ditetapkan setiap
92 minggunya. Rangkuman dari keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan kotraktor tiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC Rencana progres perminggu 0.726
Minggu I
Kumulatif rencana
Realisasi progress per minggu
Kumulatif realisasi progress
Deviasi rencana per minggu
Kumulatif deviasi per minggu
0.726
0.007
0.007
-0.720
-0.720 -6.005
Minggu II
5.285
6.012
0.000
0.007
-5.285
Minggu III
5.396
11.407
2.066
2.073
-3.330
-9.335
Minggu IV
4.940
16.347
2.103
4.176
-2.837
-12.172
Minggu V
9.023
25.371
6.884
11.060
-2.139
-14.310
Minggu VI
11.650
37.020
6.844
17.904
-4.806
-19.117
Minggu VII
11.601
48.622
17.882
35.785
6.280
-12.837
Minggu VIII
11.709
60.332
14.570
50.355
2.861
-9.976
Minggu IX
10.475
70.807
3.2762
53.631
-7.199
-17.175
Minggu X
5.463
76.271
4.240
57.872
-1.223
-18.398
Minggu XI
4.781
81.051
8.814
66.686
4.033
-14.365
Minggu XII
3.033
84.084
14.790
81.475
11.756
-2.609
Dari tabel di atas tampak bahwa kontraktor memiliki bobot minus pada setiap minggunya, kecuali pada minggu ke-7, 8, 11 dan 12. Bobot minus ini merupakan indikasi bahwa kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal rencana yang ditetapkan atau memiliki performa dibawah rencana kerja, selain itu bobot minus tersebut juga terus terakumulasi pada minggu-minggu berikutnya sehingga seluruh bobot pekerjaan yang ada pada kolom deviasi kumulatif memiliki nilai negatif. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada minggu-12 atau pada akhir masa pekerjaan, kumulatif rencana kerja yang seharusnya sudah dikerjakan oleh kontraktor adalah sebesar 84,08 % sedangkan pada realisasinya, kontraktor hanya mampu merealisasikan pada kisaran bobot sebesar 81,48 %. Hal ini menunjukan bahwa kontraktor masih berada di bawah target pekerjaan yang direncanakan dengan deviasi kumulatif pada minggu terakhir adalah sebesar -2,61 %. Nilai minus ini berasal dari pekerjaan pengadaan tanah, penentuan lokasi dan pekerjaan penanaman lantana serta pengadaan penopang bambu yang masih kurang dari ketetapan kontrak. Performa rendahnya kinerja kontraktor juga tercermin pada rencana dan realisai kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23. Dalam pelaksanaan kerjanya, kontraktor tidak bekerja sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
93 Seluruh pekerjaan dikerjakan di luar jadwal atau tidak sesuai dengan rencana. Sebagai salah satu contoh yaitu pada pekerjaan pengadaan kantor gudang dan lapangan
yang
direncanakan
dilaksanakan
pada
minggu-2
dan
baru
direalisasikan kontraktor pada minggu-9. Hal ini mengakibatkan keberadaan kantor dan gudang lapangan dirasakan kurang bermanfaat sebagaimana seharusnya. Secara umum, keterlambatan tersebut diatas disebabkan karena subkontraktor sebagai pihak pelaksana pekerjaan di lapangan tidak mampu bekerja secara optimal dan merupakan dampak lanjutan dari kurang baiknya komunikasi serta koordinasi antara kontraktor dengan sub-kontraktor lanskap. Minimnya sponsoritas yang diberikan oleh kontraktor kepada sub-kontraktor ditengarai sebagai penyebab utama timbulnya permasalahan selama masa pelaksanaan penanaman. General Superintendant (GS) yang ditugaskan oleh PT. SK kurang dapat bekerja sama dengan Site Manager (SM) CV. BIF. Hal ini mengakibatkan proses penyampaian informasi terkadang berjalan lambat atau bahkan terhambat. Hal tersebut berdampak pada terlambatnya upaya penanggulangan masalah yang terjadi di lapangan. Selain itu GM juga dirasakan kurang menguasai pelaksanaan proyek secara keseluruhan, hal ini tampak dari ketidakpahaman GM terhadap metode maupun bahan yang digunakan dalam pekerjaan penanaman. Pada lingkup manajemen perubahan, dilakukan sejumlah perubahan yang lebih bersifat korektif. Perubahan tersebut dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap gambar kerja dan dokumen kontrak yang dilakukan dalam pekerjaan pendahuluan, sejumlah perubahan kemudian diusulkan kepada pihak PT. Jasa Marga cabang CTC. Koreksi yang dilakukan terhadap gambar kerja dilakukan dengan jalan melakukan penggambaran ulang terhadap seluruh gambar pada lanskap ruas Cengkareng, sedangkan pada lanskap ruas Jagorawi koreksi hanya dilakukan dengan memperbaiki jumlah tanaman yang terdapat pada gambar tersebut agar sesuai dengan jumlah tanaman yang tercantum pada dokumen kontrak. Sedangkan perubahan pada dokumen kontrak dilakukan menyangkut jumlah dan spesifikasi dari beberapa jenis tanaman dan kuantitas tanah merah yang harus diadakan oleh kontraktor. Dalam perubahan kontrak kerja, terjadi perubahan terhadap beberapa jenis pekerjaan hingga lebih dari 10 % dari ketetapan dokumen kontrak dan merupakan suatu hal yang seharusnya tidak diperkenankan. Hal tersebut sesuai
94 dengan ketentuan dalam perubahan kontrak kerja (Variation Order - VO) yang diperkenankan sesuai dengan Kepres No. 08 tahun 2003. Perubahan tersebut terjadi pada item pekerjaan pengadaan tanah urugan, penambahan tanaman baru berupa nanas merah, ubi singapur, rumput gajah mini dan sambang darah. Rangkuman dari VO yang terjadi terhadap dokumen BQ dapat dilihat pada Lampiran 26. Perubahan kerja terbesar terdapat pada pekerjaan pemberian tanah dan pengadaan pupuk untuk pekerjaan penanaman, penambahan pekerjaan instalasi pot ruas Cengkareng serta adanya penambahan tanaman baru yang pada awalnya tidak terdapat dalam ketentuan gambar kerja seperti bayam merah, ubi singapur, nanas merah, sambang darah dan penanaman rumput gajah mini. Selain itu, perubahan juga terjadi pada alokasi waktu keseluruhan yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan penanaman. Waktu yang diberikan kepada kontraktor diperpanjang dengan adanya surat permohonan addendum waktu kerja selama 3 minggu. Adapun waktu tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pengadaan tanah dan penanaman lantana (Lantana cammara) pada ruas Cengkareng yang terdapat pada Km 25+200 sampai dengan Km 27+200.
7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis PT. SK selaku kontraktor utama merupakan kontraktor dengan latar belakang sebagai penyedia layananan jasa konstruksi bangunan dan fasilitas umum, sedangkan CV. BIF selaku sub-kontraktor merupakan rekanan PT. Jasa Marga cabang CTC yang telah menangani berbagai proyek penanaman lanskap jalan tol pada kantor cabang PT. Jasa Marga dengan sejarah kerja (track record) yang cukup baik. Perbedaan latar belakang ini menjadikan kontraktor dengan sub-kontraktor memiliki pemahaman dan tujuan pelaksanaan kerja yang berbeda. Harga penawaran kontraktor PT. SK dalam dokumen penawaran (tender) yang berada di bawah harga normal, menjadikan sub-kontraktor CV. BIF sebagai penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman tidak dapat menyediakan tanaman sesuai dengan spesifikasi pada dokumen kontrak secara sempurna. Hal ini terutama tampak pada tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) yang ditanam pada kedua ruas jalan tol tersebut yang hanya memiliki ketinggian setengah dari ketentuan spesifikasi tanaman yang tercantum dalam dokumen kontrak.
95 Permasalahan teknis yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini mencakup: penentuan lubang tanam, penyediaan armada penyiraman dan pelaksanaan
pekerjaan
pemeliharaan,
keterbatasan
sumberdaya
dalam
pengadaan tenaga kerja dan faktor eksternal. Dalam penentuan lubang tanam pada masing-masing ruas, PT. BIF selaku pelaksana pekerjaan penanaman mendapatkan kesulitan dalam menentukan lubang tanam sesuai dengan gambar rencana yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan SM tidak mau menentukan titik lubang tanam apabila tidak disertai oleh perwakilan konsultan pengawas yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam pekerjaan pembuatan lubang tanam. Dampak dari hal tersebut adalah semakin banyaknya waktu yang diperlukan dalam menentukan titik lubang tanam dan berakibat pada semakin mundurnya waktu pelaksanaan dari setiap item pekeraan yang ada dalam dokumen kontrak. Sedangkan faktor eksternal yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini adalah adanya fenomena alam berupa banjir rob (air pasang) yang terjadi pada ruas Cengkareng di sekitar Km-22 sampai dengan Km-27 yang merupakan lokasi penanaman Lantana sp. dan Nerium oleander. Sedangkan tanaman palm jepang (Pthycosperma sp.) dan pucuk yang diletakan pada lokasi yang berbatasan dengan pemukiman penduduk pada ruas Cengkareng menjadikan tanaman tersebut sebagai jenis tanaman dengan tingkat kerusakan tertinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya. Kerusakan pada umumnya disebabkan oleh adanya aktivitas penggembalaan hewan ternak yang dilakukan oleh penduduk sekitar. Daun dari tanaman tersebut dimakan oleh kambing yang digembala disekitar lokasi penanaman. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan relokasi tanaman atau dengan melakukan penggantian jenis tanaman dengan menggunakan tanaman lain. Pada permasalahan yang menyanggkut adanya aktifitas penggembalaan hewan ternak, tanaman palm jepang ditukarkan lokasi penanamnnya dengan tanaman thevetia. Hal ini merupakan saran yang berasal dasri SM yang menginformasikan bahwa hewan ternak tidak menyukai tanaman thevetia. Permasalahan teknis lain terdapat pada pemasangan bambu penyangga pada pohon atau palm yang tidak sesuai dengan ketentuan kerja. Beberapa jenis pohon yang seharusnya memiliki bentukan penopang menyerupai tripod hanya dipasangkan dengan 2 (dua) buah penopang, itu pun dengan cara pemasangan yang kurang baik. Penopang tersebut tidak ditancapkan dengan baik ke dalam
96 tanah sehingga tidak memiliki fungsi sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan ukuran lubang tanam
tidak dipenuhi sebagaiman ketentuan pada dokumen
kontrak. Lubang tanam yang dibuat pada lokasi pekerjaan hanya dibuat dengan ukuran 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali ukuran bola akar. Walaupun ukuran tersebut merupakan ukuran lubang tanam yang ideal bagi penanaman tanaman, namun ketidaktepatan ini berdampak pada tidak terpenuhinya penyediaan tanah dan pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam. Selain itu, ukuran lubang tanam yang relatif besar tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki struktur dan kandungan hara tanah disekitar tanaman yang akan ditanam pada lubang tersebut. Dalam ketentuan-ketentuan kontrak kerja yang tidak dideskripsikan dengan jelas, kontraktor melakukan beberapa pengurangan atau pemangkasan biaya operasional secara keseluruhan melalui : 1) Tidak menyediakan kelengkapan keaman kerja yang memadai seperti rompi dan helm proyek 2) Tidak melakukan pengaturan lalu lintas untuk menjamin keamanan dan keselamatan, baik pekerja maupun pengguna jalan tol 3) Pengadaan alat keselamatan kerja yang sangat minim Sedangkan pada pihak konsultan permasalahan timbul akibat adanya ketidak-lengkapan seragam dan perlatan lapang lapang. Peralatan lapang yang sangat vital dalam kegiatan pengawasan yaitu kamera yang digunakan untuk kegiatan pendokumentasian. Pada awal minggu pertama, konsultan pengawas tidak memiliki kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Selain itu, kendala utama dalam melaksanakan kegiatan pengawasan adalah keterbatasan penggunaan sarana mobilisasi yang lengkap dengan kelengkapan keamanan pelaksanaan kerja di jalan tol yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan. Selain itu, posisi CI dalam anggota tim pengawas kurang dapat berperan dengan baik. Hal ini dikarenakan pada pertengahan bulan-3, CI mengundurkan diri dalam keterlibatannya pada pelaksanaan proyek ini. Permasalahan lain yang dihadapi oleh konsultan pengawas adalah keterbatasan dalam mengawasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor di lapangan secara langsung dikarenakan keterbatasan dalam sarana mobilisasi yang dapat digunakan oleh konsultan pengawas. Hal ini sangat
97 berpengaruh pada pekerjaan pengadaan tanah ke lokasi tanam yang umumnya dilaksanakan pada malam hari. Dalam melakukan penjaminan terhadap pemenuhan jumlah tanaman yang harus dipenuhi, kontraktor diwajibkan melakukan penggantian terhadap seluruh tanaman yang mengalami kematian, baik pada ruas Jagorawi maupun pada ruas Cengkareng. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pemeriksaan tanaman yang telah tertanam, terdapat sejumlah tanaman yang mengalami kematian, baik dikarenakan oleh kesalahan pra-penanaman, rendahnya tingkat pemeliharaan pasca-penanaman maupun adanya gangguan dari aktifitas penduduk sekitar. Perincian hasil pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman No
Nama Pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ruas Jagorawi Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 2.5 m Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 3 m Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 3.5 – 4 m Bunga kupu‐kupu (Bauhinia purpurea) Kamboja (Plumeria rubra) Ki Hujan (Samanea saman) Pucuk merah (Euginia oleana) Pandan kuning (Pandanus pygmeus) Pisang hias (Helliconia psittacorum) Nusa indah (Musaenda sp) Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) Euphorbia (Euphorbia milii) Bunga kertas (Bougenvillea glabra) Rumput gajah mini (Axonopus sp) Ruas Cengkareng Palm anggur (Latania sp) Bintaro (Cerbera odolam) Thevetia (Thevetia peruviana) Ki Hujan (Samanea saman) Kamboja (Plumeria rubra) Kamboja bali (Plumeria fragrans) Palem jepang (Ptycosperma macharturii) Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima) Pucuk merah (Euginia oleana) Bunga mentega (Nerium oleander) Bunga mentega Var. (Nerium oleander Var) Pandan kuning (Pandanus pygmeus) Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) Pisang hias (Helliconia psittacorum) Lantana (Lantana camarra) Rumput gajah mini (Axonopus sp)
Sumber : hasil pengamatan lapang
BQ 45 24 50 250 89 18 233 23.904 21.904 1.600 23.904 2.507 45 1.369 112 790 538 150 40 10 225 265 265 10.500 10.500 1.800 1.800 1.600 16.000 50
Kuantitas Hidup 41 21 52 289 89 14 228 ‐ ‐ 1.219 ‐ ‐ 40 ‐ 110 769 525 123 40 10 182 250 253 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 8.000 ‐
Mati 4 3 3 61 ‐ 4 5 ‐ ‐ 381 ‐ ‐ 5 ‐ 2 21 13 33 ‐ ‐ 43 15 12 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 8.000 ‐
98 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kematian yang terjadi pada tanaman disebabkan karena adanya gangguan yang berasal dari adanya aktifitas penduduk sekitar. Beberapa tanaman seperti trembesi (Samanea saman) dan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mati dikarenakan ditebang untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Tanaman palm jepang (Spermathophyta sp) dan pucuk merah
(Euginia
oleana)
mengalami
kematian
karena
adanya
aktifitas
penggembalaan hewan ternak. Sedangkan tanaman lantana (Lantana cammara) mengalami kematian dikarenakan minimnya penyiraman yang diberikan pascapenanaman. Secara keseluruhan, permasalahan teknis yang dijumpai dalam pekerjaan penanaman lebih mengarah pada pemenuhan pekerjaan sesuai dengan kualitas dan ketetapan kerja dalam kontrak.
7.3. Peran Pengawasan Peran pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas lebih berpengaruh pada pemeriksaan kelengkapan dokumen administrasi dan gambar kerja pada masa pekerjaan pendahuluan. Sedangkan dalam masa penanaman, konsultan pengawas lebih berperan sebagai peredam dalam meminimalisasi dampak
dari
kekurangan
atau
kesalahan
yang
terjadi selama
proyek
berlangsung. Peran konsultan sebagai pengendali jalannnya proyek kurang dapat dirasakan karena keterbatasan wewenang yang dimiliki. Selain itu, konsultan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak dapat bersifat independen dalam menerapkan sanksi terhadap kelalaian yang dilakukan oleh kontraktor. Hal ini disebabkan karena adanya interfensi yang berasal dari pihak satgas. Setiap masukan, saran atau teguran yang diberikan oleh kepada kontraktor tidak dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan pihak satgas dapat menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor walaupun dengan segala kekurangannya.
99
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Kegiatan magang yang dilaksanakan pada konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi secara umum telah memenuhi tujuan yang hendak dicapai. Dalam kegiatan magang tersebut, mahasiswa telah diberi kesempatan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai Landscape Inspector (LI) dalam pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol ruas CTC. Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan merupakan bentuk aplikasi kegiatan manajemen proyek yang dilaksanakan diantara tahap pelaksanaan dan penutupan proyek. Sebuah proyek dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi atau bahkan melampaui sasaran atau ekspektasi pemilik kerja. Dalam sebuah proyek lanskap, banyaknya jenis pekerjaan dengan metode pembobotan yang berbeda menyebabkan kegiatan pengawasan cukup sulit dilakukan terutama jika tidak ada kerjasama kontraktor dalam penyediaan informasi serta hubungan komunikasi yang baik. Pembobotan pekerjaan dalam kegiatan pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam mengendalikan proses pelaksanaan di lapangan. Dalam pelaksanaan proyek, penting bagi seluruh stake holder untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang baik dan dilaksanakan dengan benar pada kali pertama sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan setiap pengulangan suatu jenis pekerjaan akan berakibat pada bertambahnya sumber daya yang harus digunakan, terutama biaya dan waktu. Hasil
kemajuan
(progress)
kontraktor
secara
kumulatif
terhadap
penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %. Dalam masa akhir pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Secara keseluruhan, penyebab utama timbulnya permasalahan dalam proses pekerjaan proyek ini adalah tidak berjalannya proses perancanaan secara maksimal, baik dalam perencanaan
100 lanskap, maupun dalam perencanaan pelaksanaan kerja serta minimnya sponsoritas dan kurang harmonisnya komunikasi yang ada antara kontraktor dengan sub-kontraktor lanskap. Dari hasil analisis, tidak tercapainya target pelaksanaan
pekerjaan
secara
sempurna
disebabkan
karena
adanya
permasalahan-permasalahan yang bersifat manajerial maupun teknis lapangan. Peran pangawas sebagai pengendali jalannya proyek, baik dalam pengawasan terhadap aspek kualitas, kuantitas maupun waktu dalam proyek ini berjalan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena rendahnya independensi konsultan pengawas dalam proses penetapan keputusan, selain itu adanya hubungan yang erat antara pihak satgas dengan kontraktor mengakibatkan laporan hasil kegiatan pengawasan terhadap kinerja kontraktor tidak memberikan dampak perbaikan.
8.2. Saran Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan penyelesaian pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pengadopsian metodologi proyek dengan perencanaan kerja yang detil dan akurat. Hal tersebut kemudian dilengkapi
dengan
pengorganisasian
sumberdaya
proyek
dengan
baik.
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga penutupan proyek. Selain pengawasan terhadap kinerja kontraktor dalam melaksanakan tugasnya, pengawasan juga perlu dilakukan terhadap proses manajemen proyek yang direncanakan dan diterapkan oleh konsultan lanskap.
101 DAFTAR PUSTAKA
Agesta, GI. 2007. Notes on Urban Trees Structure Management. Makalah. 32 p. www.arbolonline.org diakses 27 Mei 2008 Anonim. 2006. Dictionary of Agriculture (Third Edition). A & C Black Publishers Ltd. London. 289 p. Anonim. 2008. Definition of Project. www.wikipedia.com. diakses pada 10 April 2008 Booth NK. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press, Inc. Illinois. Burgess, RA dan G White. 1984. Produksi Bangunan dan Manajemen Proyek (Terjemahan). Andi Offset. Yogyakarta. 280 hal. Carpenter, PL, TD Walker, and FO Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman. San Fransisco. 468 p. Chiara,
JD dan LE Koppelmen. 1990. Standar (Terjemahan). Airlangga. Jakarta. 380 hal.
Perencanaan
Tapak
de Nevers, M. 2000. Enviromental Engineering. Mac Millan Publisher. Co. Inc. New York. Departemen Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. _______. 1995. Tata Cara Pemeliharaan Tanaman Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. _______. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. Eckbo, G.1995. Visual Values for The Highway User. An Engineer’s Workbook. U.S Department of Transportation. Washington DC. Erawati, AB. 2006. Perencanaan Lanskap Jalan Masuk Kawasan Agrowisata pada Agropolitan Cianjur (Skripsi). Proram Studi Arsitektur Lanskap. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB). (Tidak Dipublikasikan) Fare, DC. 2007. Pruning Landscsape Trees, Shrubs and Groundcovers. Agricultural Extension Services. University of Tennessee. 20 p.
102 Frick, H dan TH Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. 208 hal. Hakim, R. 2005. Rancangan Visual Lansekap Jalan – Panduan Estetika Dinding Penghalang Kebisingan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 162 hal. Hillock, D dan M Schenelle. 2008. Planting Trees and Shrubs. Oklahoma State University Extention Cooperative Services. 4 p. www.osuextra.com (20 Mei 2008) [ Idad ] Institute of Destination Architects and Designers. 2003. Management in Destination Architecture. Institute of Destination Architects and Designers Press. 17 p. www.idad.org (20 Mei 2008) Ismayadi, S dan E Subiandono. 2008. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah. 10 hal. Kleupfel, S. 2001. Water Efficient Landscaping. United States Environmental Protection Agencies. Denver Lewis, JP. 2007. Fundamentals of Project Manangement (Third Edition). American Management Association. Massachusetts. 177 p. Lynch, K. 1971. Site Planning. The MIT Press. Massachusetts. Mc Harg, IL. 1969. Design with Nature. Doubleday/Nature History Press. New York. Newel, MW. 2002. Preapering For The Project Management Professional Certification Exam (Second Edition). American Management Association. Massachusetts. 430 p. Nurisjah S dan Q Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Polomsky, B. 2005. Planting Trees Correctly. Home and Garden Information Center. Clemson Extensions. Artikel. http://hgic.clemson.edu (8 Agustus 2006) Render, B and J Heizer. 1997. Principles of Operation Management with Tutorials (Second edition). Prentice Hall, International Inc. New Jersey. 525 p. Rurit, B. 2007. Cara Memindahkan Pohon Hidup-Hidup. Artikel Kompas on-line. www.kompason-line.com. (15 April 2008)
103 Simond, JO. 1983. Landscape Architecture A Manual of Site Planning and Design. McGraw-Hill Book Company. New York. Sternloff, RE and R Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p. Stoner, JAF and E Freeman. 1994. Manajemen Jilid I. Edisi 5. Intermedia. Prentice Hall. 679 hal. Turgeon, AJ. 1980. Turfgrass Management. Reston Publ. Co. Inc. Virgnia. 391 p. Westland, J. 2006. The Project Management Life Cycle. Kogan Page Publisher. Philaldelphia. 257 p.
104
Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan
Pelaksana lapang
Harian Pelaksanaan pekerjaan l
Chief Inspector
Kelengkapan laporan harian
Pengajuan
Mingguan
tidak
Disetujui ? ya
Rencana Proyek
Pembaharuan timesheet pelaksanaan
Resident Engineer
Pembaharuan rencana proyek
tidak
ya
Apakah pekerjaan diselesaikan ?
ya
Apakah sesuai rencana ? Pekerjaan telah selesai tidak
Pengecualian
105
Pelaksana lapang
Lampiran 2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan
Definisi kualitas ditetapkan
Chief Inspector
Metode pemeriksaan kualitas ditetapkan
Pemeriksaaan
Penjaminan kualitas
Kontrol kualitas
Apakah terpenuhi ?
Resident Engineer
tidak
ya
Implementasi tindakan perbaikan
tidak
Pengecualian
ya
Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
106
Pelaksana lapang
Identifikasi perubahan
Chief Inspector
Lampiran 3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja
Pemeriksaaan
Permohonan perubahan kerja
tidak
Pengkajian perubahan
ya
Pelaksanaan pengkajian
Resident Engineer
Penerbitan dokumen perubahan
Pemeriksaaan
tidak
Disetujui ?
ya
Pelaksanaan
107
Pelaksana lapang
Lampiran 4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala
Identifikasi resiko
Pengajuan peninjauan
Chief Inspector
Peninjauan
tidak
Apakah valid ?
Dokumentasikan
Tindak lanjut
Resident Engineer
Apakah teratasi ?
tidak ya
Permohonan perubahan
Perlukah perubahan ?
tidak
Tindakan alternatif
Peninjauan
ya
Dokumentasikan
108
Pelaksana lapang
Lampiran 5. Alur manajemen komunikasi
Identifikasi materi pesan
Chief Inspector
Identifikasi penerima pesan
Identifikasi waktu penyampaian
Identifikasi format penyampaian pesan
Resident Engineer
Draft pesan
Pengajuan persetujuan
tidak
Disetujui ?
ya
Penyampaian pesan
109 Lampiran 6. Visualisasi tanaman yang digunakan pada pekerjaan penataan lanskap CTC
Lantana
Bayam merah
Nusa indah
Pandan bali
Pisang hias
Bougevil
Sambaing darah
Pandan kuning
Lili belut
Ubi singapur
Rumput gajah
Euphorbia
Nanas merah
Lampiran 7. Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi
110
Lampiran 8. Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi
111
Lampiran 9. Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi
112
Lampiran 10. Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi
113
Lampiran 11. Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi
114
Lampiran 12. Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi
115
Lampiran 13. Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi
116
Lampiran 14. Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi
117
Lampiran 15. Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi
118
Lampiran 16. Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi
119
Lampiran 17. Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi
120
Lampiran 18. Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi
121
122 Lampiran 19. Jenis, lokasi ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan Ketentuan No.
Uraian
Kontrak 1.
Kategori Tanaman
dalam Palm
Pohon
Semak
Rumput
RUAS CENGKARENG
A.
Pohon/Palm
1
Palm Anggur (Latania sp)
112
2
Bintaro (Cerbera odollam)
790
790
3
Thevetia (Thevetia peruviana)
538
538
4
Ki Hujan (Samanea saman)
150
150
5
Kamboja (Plumeria rubra)
40
40
6
Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
10
10
7
Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii)
225
8
Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima)
265
9
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
255
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Bunga Mentega (Nerium oleander)
2
Perdu
Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.)
112
225 265 255
10.500
10.500
10.500
10.500
3
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
1.800
1.800
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
1.800
1.800
5
Pisang Hias (Helliconia sp.)
1.600
1.600
6
Lantana (Lantana spp)
16.000
16.000
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
2.
RUAS JAGORAWI
50
50
A.
Pohon/Palm
1
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
45
45
2
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
24
24
3
Palm Sadeng (Livistona rotundifolia)
50
50
4
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)
5
Kamboja (Plumeria rubra)
89
89
6
Ki Hujan (Samanea saman)
18
18
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
233
233
250
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
23.904
2
Pisang Hias (Helliconia psittacorum)
21.904
3
Nusaenda (Musaenda philipinensis)
1.600
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
5
Euphorbia (Euphorbia millii)
6
Bunga Kertas (Bougainvillea glabra)
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus) TOTAL
Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas
250
23,904 21,904 1.600
23.904
23,904
2.507
2,507
45
45
1.369 120.577
1.369 456
2.373
1.865
114.464
1.419
123
Lampiran 20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm
124 Lampiran 21. Detil penaman pot
125 Lampiran 22. Aplikasi metode WBS (Work Breakdown Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC
Penataan lanskap CTC
Non‐penanaman
Penanaman
Lanskap Cengkareng
Lanskap Jagorawi
Revitalisasi nurseri Cipinang 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6.
Pembersihan lahan Pembuatan lubang kompos Instalasi paranet Pengadaan titik air Pemeliharaan jalur sirkulasi Pemangkasan pohon eksisting
Pekerjaan khusus 1.1. Pemindahan tanaman eksisting 1.2. Pemangkasan tanaman eksisting
Persiapan 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Mobilisasi dan demobilisasi Pengadaan kantor/gudang lapang Pengadaan nurseri sementara Keamanan dan keselamatan kerja 1.4.1. Keamanan 1.4.2. Peralatan P3K 1.5. Pengaturan lalu lintas 1.6. Foto proyek 1.7. Alat bantu kerja 1.8. Pembersihan lahan 1.9. Pematokan titik tanam 1.9.1. Pohon 1.9.2. Semak 1.10. Penopang bambu
Pekerjaan tanah 1.1. Pemberian tanah subur 1.1.1. Pohon 1.1.2. Semak 1.2. Pemberian pupuk kandang 1.2.1. Pohon 1.2.2. Semak 1.3. Pembuatan lubang tanam
Penataan gerbang tol
126 Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC MASA PENANAMAN MINGGU KE No.
URAIAN
SPESIFIKASI
VOLUM E
UNIT
I.
PEKERJAAN PERSIAPAN
1
Mobilisasi & Demobilisasi
1
LS
2
Kantor & Gudang Lapangan
1
LS
3
Nursery/tempat penampungan tanaman sementara
1
LS
4
Keamanan dan keselamatan 1
LS
- Keamanan/satpam
- P3K/peralatan
1
LS
Pengaturan lalu lintas
1
LS
BOBOT PROGRE SS (%)
4.425
I
III
Foto Proyek
1
LS
7
Alat bantu kerja (listrik kerja)
1
LS
VII
IX
X
XI
XII
JAN'08
08-14
15-21
22-28
29-05
06-12
13-19
20-26
27-2
03-09
10-16
17-20
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
4
0.295
2.065
2.065 0.277
0.277
0.277
1.530
0.021
0.021
0.021
0.021
0.001
1.033
1.033
0.028
0.028
0.028
0.037
0.037
0.037
0.005
0.005
0.005
0.014
0.014
0.014
0.014
0.014
0.014
0.014
0.014
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.003
0.028
0.014
0.014
0.007
0.067
0.007 0.001
0.001
0.001
0.001
0.001
0.009
0.083
0.007
0.001
0.007 0.001
0.008
0.009
0.007
0.006
0.006
0.028
0.006
0.005
0.023
0.023
0.018
0.009
0.007 0.007
0.006
0.028
0.009
0.007 0.067
VIII
1
0.111
0.061
VI
07-07
0.001 6
V
DES'07
0.001 5
IV
NOV'07
0.083
0.056
II
0.006
0.006
0.006
0.007
0.027
0.013
0.006
0.006
0.006
0.004
0.027
0.067 8
9
Pembersihan lahan penanaman
1
3,245
-Semak/perdu di area damija jalan
Penopang bambu
Titik
152,853
Titik
3,245
Titik
SUB TOTAL I
II.
PEKERJAAN TANAH
1
Pemberian tanah subur - pohon
1,030
- Semak/perdu di area damija jalan
2
0.500
0.007
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.047
0.053
0.047
0.040
0.127
0.015
0.015
0.015
0.015
0.015
0.015
0.015
0.004
0.004
0.038
0.026
0.055
0.501
0.501
0.501
0.501
0.501
0.501
0.501
0.752
0.752
0.092
0.092
Pematokan titik tanam -pohon
10
LS
m3
1,929
m3
755
m3
1,181
m3
3,245
titik
96,428
m2
3,245
Titik
0.126
4.076
0.288
9.944
3.719
6.966
0.002
0.015
0.501
0.013
0.092
0.044
0.044
0.018
0.061
0.061
0.061
0.397
2.796
2.803
0.740
0.581
0.574
0.574
0.582
0.583
0.065
0.065
0.042
0.007
0.000
1.880
1.881
0.402
0.425
0.453
3.360
0.091
0.221
0.254
#DIV/ 0!
0.065
0.457
0.457
0.457
0.457
0.457
0.457
0.457
0.457
0.090
0.108
0.018
0.181
1.950
0.855
0.855
0.855
0.855
0.855 0.181
3.539
0.155
0.155
0.242
0.242
0.018
0.018
1.628
0.122
0.855
0.090
0.108
0.018
0.022
0.155
0.155
0.155
0.155
0.035
0.242
0.242
0.242
0.003
0.018
0.018
0.018
0.066
0.461
0.461
0.461
0.003
0.022
0.022
0.022
0.005 0.316
2.209
2.209
0.000
0.000
0.186
0.855
0.855 0.144
1.258
0.155
1.968
0.242
0.155 0.128
0.242
0.067
- Semak/perdu di area damija jalan
0.242
Pembuatan lubang tanam
SUB TOTAL II
0.144
3.750
0.018
0.018
0.068
0.052
0.082
0.461
0.461
0.461
0.022
0.022
0.022
0.005
0.055
0.093
0.022
2.209
2.209
2.209
0.222
0.322
0.760
0.760
0.010
0.180
17.986
0.461
0.064 0.461
0.068
0.003
0.054
0.022
0.022
2.209
2.209
2.209
0.000
0.000
0.000
0.175
0.618
0.078
0.000
0.509
5.492
1.781
0.760
0.760
0.760
0.760
0.760
0.760
0.760
3.056
3.789
0.521
0.521
0.521
0.521
0.521
0.521
0.149
0.149
0.149
0.149
0.149
0.313
0.313
0.313
0.313
0.081
PENANAMAN RUAS CENGKARENG
A.
Pohon/Palem
1
Palem Anggur (Latania sp)
2
0.003
0.178
0.018
0.046
1.
1.659
Pembentukan & pengolahan tanah - pohon
III.
0.814
-0.013
0.144
0.067 - Semak/perdu di area damija jalan
4
0.061
Pemberian pupuk kandang - pohon
3
#DIV/ 0!
0.072
Bintaro (Cerbera odollam)
2.5 m oht
3.0 m oht (branching) 75 mm dia
112
790
ph
ph
6.844
0.521
4.169
0.521
4.169 3
Thevetia (Thevetia peruviana)
1.2 m oht (branching)
538
ph
0.149
1.196
0.149
0.149 0.711
4
5
Ki Hujan (Samanea saman)
Kamboja (Plumeria rubra)
3.0 m oht (branching), 150 mm dia
3.0 m oht (branching)
150
40
ph
ph
0.313
2.500
0.313
0.048
0.333
0.484
0.313
0.313
0.417
2.083
0.048
0.048
0.048
0.048
0.048
0.048
0.032
0.032
0.032
0.032
0.032
0.125
0.125
0.125
0.125
0.125
0.125
0.778
0.097
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.061
0.331
0.331
0.331
0.331
0.331
0.331
0.778
1.206
0.333 6
Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
3.0 m oht (branching)
10
ph
0.032
0.222
0.032 0.222
7
8
Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii)
Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima)
2.0 m oht
0.8 m oht
225
265
ph
ph
0.125
0.875
0.368
0.368 9
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
1.0 m oht
255
ph
SUB TOTAL A
1.983
18.491
0.000 0.000
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Bunga Mentega (Nerium oleander)
300 mm oht
10,500
plb
2
Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.)
300 mm oht
10,500
plb
3
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
300 mm oht
1,800
plb
2.042
2.625
0.225
0.000
0.000
0.760
1.744
1.948
2.340
2.340
2.340
2.340
2.340
2.340
0.000
0.000
0.000
10.83
7.175
0.484
0.000
0.000
0.000
0.408
0.408
0.408
0.408
0.408
1.069
0.972
1.069
0.972
0.525
0.525
0.525
0.525
0.525
0.075
0.075
0.075
0.583
127
Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)
0.225 4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
200 mm oht
1,800
plb
5
Pisang Hias (Helliconia sp.)
300 mm oht
1,600
plb
6
Lantana (Lantana spp)
300 mm oht
16,000
plb
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
close turfing
50
m2
0.070
0.140
0.089
0.178
0.156
0.162
0.722
0.167
0.089
0.356
1.778
0.070
0.356
0.356
0.356
0.356 0.889
0.017
0.017
0.017 SUB TOTAL B
7.004
0.000 0.000
C.
Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1.
Pot Type A
600 X 600 X 600 MM
44
nos
2.
Pot Type B
1000 X 1000 X 1000 MM
22
nos
0.000
0.000
0.089
0.444
1.364
1.434
1.434
1.289
0.933
0.017
0.000
0.000
1.069
0.972
0.000
1.958
2.075
19.42 0
0.367
0.367
0.642
0.642
1.008
1.008
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.283
0.733
0.000
0.560
0.560
0.560
0.560
0.560
0.560
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.680
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.007
1.323
3.403
3.963
3.704
3.774
3.774
3.629
3.273
2.357
0.000
0.000
0.000
11.90
8.147
0.484
3.242
2.808
21.10
0.313
0.313
0.313
0.313
0.313
0.938
0.556
0.069
0.200
0.200
0.200
0.200
0.200
0.667
0.333
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
1.900
0.100
0.556
0.556
0.556
0.556
1.700
1.078
0.000
0.733
0.733 1.283
1.283 SUB TOTAL C
2.017
0.000 0.000
D.
Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija
1
Cassia sp.
12600
unit
0.000
0.000
1.680
1.680 SUB TOTAL D
1.680 0.000
E.
Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija
1.
Pohon
60
nos
0.000
0.000
0.007
0.007 SUB TOTAL E
0.007
0.000 0.000
SUB TOTAL III.1
RUAS JAGORAWI
A.
Pohon/Palem
1
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
2
3
4
5
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
Palem Sadeng (Livistona rotundifolia)
Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)
2.5 m oht
3.0 m oht
3-4 m oht
3.0 m oht (brunching) 75 mm dia
45
24
50
250
89
ph
ph
ph
ph
Kamboja (Plumeria rubra)
2.5 m oht (brunching)
6
Ki Hujan (Samanea saman)
3.0 m oht (brunching), 150 mm dia
ph
18
ph
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
1.0 m oht
233
ph
0.000
29.199 0.000
2.
0.000
0.000
0.000
1.563
1.000
2.500
2.778
0.371
0.742
0.556
0.371
0.742 0.300
0.300
0.167 0.362
1.812
0.362
0.133 0.362
0.362
1.602 SUB TOTAL A
10.694
0.000 0.000
B.
Shrubs & Ground Covers
1
Pandan Kuning (Pandanus pygmeus)
2
Pisang Hias (Helliconia psittacorum)
300 mm oht
300 mm oht
23,904
21,904
plb
plb
3
Nusaenda (Musaenda philipinensis)
300 mm oht
1,600
plb
4
Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa)
200 mm oht
23,904
plb
0.000
0.000
0.000
0.210
1.675
1.931
2.301
2.301
1.931
0.556
0.000
0.000
2.846
4.656
2.849
0.133
0.210
0.000
0.000
0.000
0.498
0.498
0.498
0.498
0.498
0.498
1.590
0.171
0.375
0.750
0.487
0.487
0.487
0.487
1.252
0.117
0.133
0.889
0.278
0.278
0.278
0.278
0.310
0.310
0.310
0.310
0.237
0.327
2.988
2.434
0.362
1.111
0.102 0.487 0.043
0.894 1.859 0.420 5
Euphorbia (Euphorbia millii)
300 mm oht
2,507
plb
6
Bunga Kertas (Bougainvillea glabra)
500 mm oht
45
plb
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus)
close turfing
1,369
m2
2.437
0.217 0.310
0.310
0.406
0.406
0.125
0.406
0.406
1.225
1.212
0.406
0.751
0.030
0.030
0.027
0.003 0.228
0.456 0.117
SUB TOTAL B
C.
Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman
1.
Pot Type A
600 X 600 X 600 MM
44
nos
2.
Pot Type B
1000 X 1000 X 1000 MM
22
nos
11.315
0.406
0.228 -0.117
0.000
0.000
0.000
0.000
0.487
1.572
1.979
2.009
1.979
1.214
1.442
0.634
0.000
0.000
0.000
0.000
3.262
1.536
2.060
2.851
0.151
0.102
0.259
11.33 2
0.407
0.407
0.407 1.056
0.167
0.428
0.428
0.428
1.222
1.283
0.000
1.283 SUB TOTAL C
D.
Revitalisasi Nursery Cipinang
1
Pembersihan Lahan
2
Instalansi paranet + tiang penyangga
3
Maintenance path paving
4
Titik air
5
Prunning existing pohon
6
Pembuatan lubang tanam kompos
1,500
m2
500
m2
80
m2
5
titik
30
phn
3
unit
2.506
0.208
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.835
0.835
0.835
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.339
0.167
0.000
0.000
0.014
0.097
0.097
0.694
0.052
0.052
0.231
0.231
0.231
0.237
0.237
0.237
0.097
0.097
0.097
0.104
0.694 0.711
0.711 0.292
0.292 0.183
0.367
0.183 0.367
3x2x15 m
0.308
0.103
0.103
0.103
0.383
0.669
0.669
0.308 SUB TOTAL D
2.581
0.014
0.281
0.566
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
128
Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)
SUB TOTAL III.2
SUB TOTAL III
27.096
56.295
0.000
0.000
0.000
0.000
0.052
0.052
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.476
0.014
0.281
0.383
0.669
2.830
4.904
5.115
5.145
3.909
1.770
1.442
0.634
0.000
0.000
0.000
0.000
6.160
6.244
4.909
2.984
2.700
0.269
0.259
13.80
0.014
0.281
0.383
1.991
6.233
8.867
8.819
8.919
7.683
5.398
4.715
2.991
11.13 2
3.185
3.510
3.068
34.91 5
3.033
0.000
0.000
0.000
0.000
6.160
6.244
16.81 1
RENCANA PROGRESS PER MINGGU (%)
0.726
5.285
5.396
4.940
9.023
11.65
11.60
11.71
10.48
5.463
4.781
KUMULATIF RENCANA (%)
0.726
6.012
11.40
16.34
25.37
37.02
48.62
60.33
70.80
76.27
81.05
84.08
REALISASI PROGRESS PER MINGGU (%)
0.007
0.000
2.066
2.103
6.884
6.844
17.88
14.57
3.276
4.240
8.814
14.78
100.000 RENCANA PENANAMAN PER MINGGU
Keterangan : Rencana Realisasi
KUMULATIF REALISASI PROGRESS (%)
0.007
0.007
2.073
4.176
11.06
17.90
35.78
50.35
53.63
57.87
66.68
81.47
DEVIASI PROGRESS PER MINGGU (%)
0.720
5.285
3.330
2.837
2.139
4.806
6.280
2.861
7.199
1.223
4.033
11.75
KUMULATIF DEVIASI (%)
0.720
6.005
9.335
12.17
14.31
19.12
12.84
9.976
17.19
18.40
14.37
-2.61
129 Progress pekerjaan (%)
Lampiran 24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor
1 20
masa penanaman
masa perawatan
masa pemeliharaan
1 00
100
93.96
rencana kerja
84.08
80
81.47
realisasi
60
40
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 011 1 2 13 1 4 15 1 6 17 1 8 19 2021 22 23 24 2526 27 28 293031 32 3334 3536 Waktu (minggu)
130 Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 No (01) 01
Substansi pelayanan (02) kondisi jalan tol
Indokator (03) - Kekesatan - Ketidakrataan - Tidak ada Lubang
02
kecepatan tempuh ratarata
- Kecepatan Tempuh Rata-rata
Standar pelayanan minimum Cakupan (04) - Seluruh Ruas Jalan Tol - Seluruh Ruas Jalan Tol - Seluruh Ruas Jalan Tol - Jalan Tol Dalam Kota
- Jalan Tol Luar Kota
03
aksesibilitas
- Kecepatan Transaksi Rata – Rata
- Gerbang Tol sistem terbuka - Gerbang Tol sistem tertutup : · Gardu masuk · Gardu Keluar
- Jumlah Gardu Tol
- Kapasitas Sistem Terbuka - Kapasitas Sistem Tertutup · Gardu Masuk · Gardu Keluar
04
mobilitas
- Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas
- Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli - Mulai Informasi diterima Sampai ke Tempat Kejadian : - Penanganan Akibat Kendaraan Mogok
05
Keselamatan
- Sarana Pengaturan Lalu Lintas : · Perambuan
· Marka Jalan
Tolok ukur (05) - > 0,33 mm - IRI ≤ 4 m/km - 100 % - ≥1,6 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol - ≥1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol - ≤ 8 detik setiap Kendaraan
- ≤ 7 detik setiap Kendaraan - ≤ 11 detik setiap Kendaraan - ≤ 450 kendaraan per jam per Gardu - ≤ 500 kendaraan per Jam - ≤ 300 kendaraan per Jam - 30 menit per siklus pengamatan - ≤ 30 menit - Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis)
- Patroli Kendaraan Derek
- 30 menit per siklus Pengamatan
- Kelengkapan dan Kejelasan Perintah dan Larangan serta Petunjuk - Fungsi dan Manfaat
- 100 %
- Jumlah 100 %
131 Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 (lanjutan) No
Substansi pelayanan
(01)
(02)
Indokator (03)
Standar pelayanan minimum Cakupan (04)
· Guide Post/Reflektor
- Fungsi dan Manfaat
· Patok Kilometer Setiap 1 km - Penerangan Jalan Umum (PJU) Wilayah Perkotaan - Pagar Rumija
- Fungsi dan Manfaat
- 100 %
- Fungsi dan Manfaat
- Lampu Menyala 100%
- Fungsi dan Manfaat
- Keberadaan 100 % - Dievakuasi gratis ke rumah sakit rujukan - Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol) - Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam
- Penanganan Kecelakaan
- Korban Kecelakaan - Kendaraan Kecelakaan
06
Unit pertolongan / penyelamatan dan bantuan pelayanan
Tolok ukur (05) dan Reflektifitas ≥ 80 % - Jumlah 100 % dan Reflektifitas ≥ 80 %
- Pengamanan dan Penegakan Hukum
- Ruas Jalan Tol
- Ambulans
- Ruas Jalan Tol
- Kendaraan Derek
- Ruas Jalan Tol : · LHR > 100.000 kend/hari · LHR ≤ 100.000 kend/hari
- Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)
- 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis) - 1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit - 1 Unit per 10 km atau minimum 1 unit
- Ruas Jalan Tol : · LHR > 100.000 kend/hari · LHR ≤ 100.000 kend/hari
- Patroli Jalan Tol (Operator)
- Ruas Jalan Tol
- Kendaraan Rescue
- Ruas Jalan Tol
- Sistem Informasi
- Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas
- 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit - 1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit - 1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit - 1 Unit per ruas Jalan Tol (dilengkapi dengan peralatan penyelamatan) - Setiap Gerbang Masuk
132 Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ ADDENDUM I/KONTRAK BARU No.
URAIAN
SPESIFIKASI
VOLUME
I. 1 2 3
Mobilisasi & Demobilisasi Kantor dan gudang lapang Nursery/tempat penampungan tanaman sementara Keamanan dan keselamatan ‐ Keamanan/satpam ‐ P3K/peralatan Pengaturan lalu lintas Foto Proyek Alat bantu kerja (listrik kerja) Pembersihan lahan penanaman Pematokan titik tanam ‐pohon ‐Semak/perdu di area damija jalan Steger bambu
4 5 6 7 8 9 10
II. 1
Pemberian tanah subur ‐ pohon ‐ Semak/perdu di area damija jalan Pemberian pupuk kandang ‐ pohon ‐ Semak/perdu di area damija jalan Pembentukan & pengolahan tanah ‐ pohon ‐ Semak/perdu di area damija jalan Pembuatan lubang tanam
2 3 4
Pohon/Palem Palem Anggur (Latania sp) Bintaro (Cerbera odollam)
3
Thevetia (Thevetia peruviana)
4
Ki Hujan (Samanea saman)
5
Kamboja (Plumeria rubra)
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH (Rp)
TOTAL PRICE (Rp)
LS LS LS
1 1 1
1 1 1 1 1 1 4,694 150,287
LS LS LS LS LS LS Titik Titik
3,094
Titik
39,828,680
36,068,880
2,475,200
750,000
750,000
1,000,000
1,000,000
500,000
500,000
600,000
600,000
750,000
750,000
550,000
550,000
600,000 4,500,000
600,000 4,500,000
350
1,642,900
240 800
396 1,790
m3 m3
755 188
m3 m3
4,694 4,388
titik m2
4,694
Titik
32,500
12,884,352
32,500
58,175,000
15,000
11,325,000
15,000
2,817,881
400
1,877,600
350
1,535,800
500
2,347,000
112 790
ph ph
538
ph
150
ph
40
ph
550,000
89,265,660
‐ 20,590,648 ‐ 4,517,500
‐ 14,897,119
579,600
‐ 32,214,000
724,500 90,962,633
1,304,100
‐ 72,219,267
10,760,000
22,500,000
3,000,000
‐ 736,640
37,525,000
75,000
507,150
150,000
‐ 120,800
61,600,000
20,000
‐ 615,840
47,500
507,150
SUB TOTAL II
2.5 m oht 3.0 m oht 75 mm dia 1.2 m oht (branching) 3.0 m oht 150 mm dia 3.0 m oht (branching)
PEKERJAAN KURANG
39,828,680
SUB TOTAL I
PEKERJAAN TAMBAH
III. 1. A. 1 2
UNIT
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
133
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan) 6
Kamboja Bali (Plumeria fragrans)
7
Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii) Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) Pucuk Merah (Eugenia oleana)
8 9 B. 1
5 6
Lantana (Lantana spp)
7
Rumput Paetan (Axonopus compresus) Nanas Merah
2 3 4
8 C. 1. 2.
Pot Type B
D.
E. 1. 2. A. 1 2 3 4
5
ph
0.8 m oht
265
ph
1.0 m oht
255
ph
2,000,000
7,875,000
3,312,500
166,422,500
23,625,000
0
2,025,000
2,860,200
0
16,000,000
150,000
1,600,000
35,000 12,500 70,000
17,850,000
24,000
plb
plb
1,800
plb
4,086
plb
plb
16,000
plb
50
m2
139
plb
600 X 600 X 600 MM 1000 X 1000 X 1000 MM
1,750
42,000,000
2,250 1,125 700 1,000 1,000 3,000 11,511
Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija Pohon Pohon/Palem Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) Bunga Kupu‐kupu (Bauhinia purpurea)
26,825,200
‐ 25,225,000
nos
150,000
15,600,000
52
nos
525,000
27,300,000
‐ 1,600,000
1,600,000
64,635,200
104
‐ 23,625,000
1,600,200
9,000,000
15,750,000
24,750,000
SUB TOTAL C
Kamboja (Plumeria rubra)
200,000
SUB TOTAL B
Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija Cassia sp.
1
225
Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman Pot Type A
ph
300 mm oht 300 mm oht 300 mm oht 200 mm oht 300 mm oht 300 mm oht close turfing 30‐40 cm daun
10
SUB TOTAL A
Shrubs & Ground Covers Bunga Mentega (Nerium oleander) Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) Pisang Hias (Helliconia sp.)
3.0 m oht (branching) 2.0 m oht
12600
unit
1200
15,120,000
nos
42,900,000
SUB TOTAL D
60
1,000
60,000
15,120,000
60,000
SUB TOTAL III.1
45
ph
312,500
3.0 m oht
24
ph
3‐4 m oht
50
ph
3.0 m oht (brunching) 75 mm dia 2.5 m oht (branching)
250
ph
89
ph
14,062,500
9,000,000
22,500,000
25,000,000
6,675,000
75,000
‐ 25,225,000
100,000
51,575,200
450,000
289,137,700
375,000
0
SUB TOTAL E
2.5 m oht
0
134
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan) 6
Ki Hujan (Samanea saman)
7.
Pucuk Merah (Eugenia oleana)
B. 1 2
4 5 6
8
Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) Rumput Paetan (Axonopus compresus) Bayam Merah (Erpha)
9
Ubi Singapura (Ipomea sp)
10
Nanas Merah (Pandanus sp ‐ Red)
11
Rumput Gajah Mini
12
Sambang Darah
7
C. 1. 2.
Pot Type B
D. 1 2
ph
233
ph
150,000
21,904,000
10,000,000
16,732,800
21,936,250
270,000
0
27,500,000
27,500,000
19,116,000
19,116,000
575,540
575,540
4,107,000
4,107,000
2,000,000
2,000,000
2,700,000
70,000
16,310,000
300 mm oht 300 mm oht 200 mm oht 300 mm oht 500 mm oht close turfing 300‐350 mm oht 50‐100 mm oht 300‐400 mm oht 300‐350 mm oht 25‐30 cm oht
21,904
plb
1,600
plb
23,904
plb
2,507
plb
45
plb
0
m2
11,000
plb
6,000
plb
50
plb
650
m2
200
plb
1,000
700 8,750 6,000 3,000 2,500 3,186 11,511 6,318 10,000
6,250
151,033,590
53,301,457
‐ 4,107,000
nos
150,000
6,600,000
22
nos
525,000
11,550,000
3x2x15 m
‐ 4,107,000
44
2,917
SUB TOTAL B
96,247,500
SUB TOTAL D
600 X 600 X 600 MM 1000 X 1000 X 1000 MM
Revitalisasi Nursery Cipinang Pembersihan Lahan Instalansi paranet + tiang penyangga Maintenance path paving Titik air Prunning existing pohon Pembuatan lubang tanam kompos
3 4 5 6
Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman Pot Type A
18
SUB TOTAL A
Shrubs & Ground Covers Pisang Hias (Helliconia psittacorum) Nusaenda (Musaenda philipinensis) Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) Euphorbia (Euphorbia millii)
3
3.0 m oht (branching), 150 mm dia 1.0 m oht
1,500 500
m2 m2
80 5 30 3
m2 titik phn unit
1,250
1,875,000
12,500
6,250,000
80,000
6,400,000
525,000
2,625,000
110,000
3,300,000
925,000
2,775,000
18,150,000
‐ 4,400,000
SUB TOTAL E
23,225,000
SUB TOTAL III.2
288,656,090
‐ 4,400,000
0
0
53,301,457
‐ 8,507,000
135
Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan) IV. 1
‐ Penyiraman
2
‐ Pendangiran
3 4 5
‐ Pemangkasan ‐ Pemupukan ‐ Penyemprotan insektisida
2 x sehari, daily 1 X 2 minggu 1 X Sebulan 1 X Sebulan 1 X Sebulan
‐ Penyiraman ‐ Pendangiran
3 4 5
‐ Pemangkasan ‐ Pemupukan ‐ Penyemprotan insektisida
SUB TOTAL III
180
kali
12
kali
3 3 3
kali kali kali
450,000
Daily 1 X 2 minggu 1 X Sebulan 1 X Sebulan 1 X Sebulan
90 12
kali kali
1,500,000 3,375,000
3 3 3
kali kali kali
450,000
40,500,000
100,000
1,200,000
1,000,000
3,000,000
1,000,000
3,000,000
2,000,000
1,200,000
1,125,000
81,000,000
‐ 33,732,000
1,200,000
500,000
400,000
104,876,657
100,000
577,793,790
SUB TOTAL IV
V. 1 2
6,000,000 SUB TOTAL V
88,275,000 53,700,000
JUMLAH (I+II+III+IV+V)
899,997,083
106,687,907
‐ 106,687,907
PPN10%
89,999,708
JUMLAH
989,996,791
DIBULATKAN
989,996,000
136 Lampiran 27. Daftar istilah Istilah Umum Daerah Manfaat Jalan
:
Daerah Milik Jalan
:
Daerah Pengawasan Jalan Jalan
:
merupakan daerah yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan daerah ambang pengamannya meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar daerah manfaat jalan sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang berada di bawah pengawasan pembina jalan
:
suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas
Jalan Khusus
:
jalan selain daripada yang digunakan sebagai jalan khusus
Jalan Primer
:
jaringan jalan di tingkat nasional yang menghubungkan satu kota dengan kota lainnya
Jalan Sekunder
:
jaringan jalan yang berada di dalam kota
Jalan Tol
:
jalan
umum
yang
kepada
para
pemakainya
dikenakan
kewajiban membayar tol Jalan Umum
:
jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum
Pembinaan jalan
:
kegiatan penanganan jalan yang meliputi penentuan sasaran dan pewujudan sasaran
Tol
:
sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol
Istilah Yang Berhubungan dengan Proyek Bahan
:
adalah setiap dan semua bahan yang diperuntukkan atau dimaksudkan dalam pekerjaan
Gambar Kerja (Shop Drawings)
:
gambar kerja berarti gambar yang dibuat oleh kontraktor untuk memudahkannya dalam melaksanakan pekerjaan yang disetujui secara tertulis oleh pengawas dan diketahui oleh pemberi tugas
Gambar Rencana
:
adalah gambar-gambar yang dimaksudkan dalam dokumen kontrak dan setiap perubahan pada gambar tersebut yang telah disetujui oleh pemberi tugas serta gambar-gambar semacam lainnya yang disediakan atau disetujui secara tertulis oleh pemberi tugas
Gambar Terlaksana
:
gambar yang selalu dibuat secara kumulatif berdasarkan hasil
137 kemajuan bulanan pekerjaan nyata dan sudah harus menjadi
(As Built Drawings)
gambar yang lengkap sebelum serah terima sementara/serah terima akhir. Gambar ini dibuat dalam dan didasarkan pada gambar kerja dan hasil nyata yang terbangun dilapangan
Harga Satuan
:
berarti harga tetap dari setiap jenis pembayaran yang dijabarkan dalam daftar kuantitas dan harga, untuk kontraktor atau nilai lain yang mungkin disetujui setiap saat oleh pemberi tugas dan kontraktor
Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
:
satuan harga yang diajukan oleh pihak penawar pekerjaan sebagai bahan perbandingan terhadap harga satuan yang tertera dalam dokumen kontrak
Instruksi
:
perintah tertulis resmi, atau perintah tertulis tidak resmi yang selanjutnya ditegaskan secara resmi, yang dikeluarkan oleh pemberi tugas atau pengawas kepada kontraktor sesuai dengan ketentuan umum kontrak yang meminta pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak
Kepala Pelaksana / General Superintedent
:
adalah pihak yang ditunjuk oleh pihak kedua sebagai perwakilan pihak kedua dalam pelaksanaan kontrak, yang berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang mengikat, dan bertanggung
jawab
terhadap
hasil
pekerjaan
yang
dilaksanakannya Kotraktor
:
adalah penyedia jasa borongan yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua yang berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan pada dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang mengikat
Lapangan
:
lapangan berarti lahan dan tempat, pada, di bawah, di dalam atau di mana pekerjaan akan dilaksanakan dan lahan atau tempat lain yang disediakan oleh pemberi tugas untuk tujuan pekerjaan di dalam kontrak bersama dengan tempat lain tersebut yang mungkin secara khusus ditunjukkan dalam kontrak yang merupakan bagian dari lapangan
Overall (Ovall)
:
satuan tanaman dimana ketinggian tanaman diukur berdasarkan ketinggian tanaman keseluruhan, mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi/terluar
Overall High
:
satuan tanaman pada palm dimana ketinggian tanaman diukur
138 berdasarkan ketinggian batang yang diukur dari pangkal batang
Trunk (OHT)
hingga percabangan daun terbawah Pekerjaan Permanen
:
adalah suatu bagian dari pekerjaan sebagaimana disyaratkan dalam kontrak yang harus diselesaikan oleh kontraktor dan diterima oleh pemberi tugas
Pekerjaan Sementara
:
Peralatan Konstruksi
:
adalah segala macam pekerjaan sementara yang diminta dalam pelaksanaan, penyelesaian atau jaminan dari pekerjaan segala
mesin-mesin,
peralatan
atau
barang-barang
yang
diperlukan di dalam atau untuk pelaksanaan, penyelesaian atau pemeliharaan pekerjaan atau pekerjaan sementara, tetapi tidak termasuk didalamnya material lainnya yang akan dipergunakan untuk mewujudkan seluruh atau sebagian dari pekerjaan permanen
Perintah
:
perintah tertulis yang dikeluarkan oleh pemberi tugas dan diterima oleh kontraktor, yang mencakup instruksi-instruksi tambahan, variasi kuantitas atau perubahan terhadap pekerjaan
Produk
:
adalah bahan, mesin, peralatan dan perlengkapan tetap yang merupakan bagian dari pekerjaan permanen tetapi tidak termasuk bahan, mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk menyiapkan, mengangkut dan memasang pekerjaan yang biasanya
dimaksudkan
sebagai
peralatan
konstruksi,
perlengkapan dan bahan Satuan Tugas (Satgas)
:
adalah
wakil
dari
pemberi
tugas
yang
berkewajiban
melaksanakan pengawasan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan ketentuan yang mengikat, dan bertanggung
jawab
terhadap
hasil
pekerjaan
yang
dilaksanakannya Spesifikasi
:
terdiri dari spesifikasi umum dan spesifikasi khusus
Stake Holder
:
seluruh pihak yang terlibat dan terikat oleh adanya kesepakatan kontrak
Sub Kontraktor
:
adalah penyedia barang/jasa usaha kecil/koperasi kecil yang memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam undangundang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, atau penyedia barang/jasa spesialis
Variation Order (VO)
:
ketentuan perubahan terhadap jenis atau item dalam kontrak
139 berupa penambahan atau pengurangan jenis pekerjaan tertentu dengan batas toleransi perubahan yang diperkenankan maksimal sebesar 10 % terhadap kontrak awal
Istilah Yang Berhubungan dengan Manajemen Work Breakdown Structure (WBS)
:
pemecahan
lingkup
pekerjaan
kedalam
berdasarkan urutan dan jenis pekerjaan
struktur
hirarki