Pengaruh Yoghurt Susu Kambing Untuk Pencegahan Hiperkolesterolemia : Studi Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) dan Gambaran Histopatologi Duodenum pada Tikus (Rattus Norvegicus) Model Hiperkolesterolemia The Effect of Goat Milk Yogurt to Prevents Hypercholesterolemia : A study of Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) Expresion and Duodenal Histophatological of Animal Model Rat (Rattus norvegicus) Hypercholesterolemia Bondan Maulana, Masdiana C. Padaga, Dyah Kinasih Wuragil Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
[email protected] ABSTRAK Hiperkolesterolemia adalah keadaan konsentrasi kolesterol dalam darah melebihi batas normal. Kondisi hiperkolesterolemia memicu terjadinya inflamasi disebabkan radikal bebas dan peroksidasi lipid pada organ duodenum. Yoghurt susu kambing memiliki potensi sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran yoghurt susu kambing dalam mempertahankan ekspresi normal Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi diet hiperkolesterol. Penelitian ini mengunakan hewan coba tikus (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok hiperkolesterolemia, kelompok pencegahan hiperkolesterolemia dengan pemberian yoghurt susu kambing dosis 300 mg/kg BB, 600 mg/kg BB dan 900 mg/kg BB. Analisa data ekspresi iNOS menggunakan one way ANOVA dengan uji lanjutan uji Tukey α=0,05, sedangkan histopatologi duodenum secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian yoghurt susu kambing pada tikus yang diberi diet hiperkolesterol memberikan pengaruh nyata antar perlakuan (p<0,05). Yoghurt susu kambing dosis 900 mg/kg BB mampu mencegah peningkatan ekspresi iNOS lebih baik dibandingkan dengan dosis 300 mg/kg BB dan 600 mg/kg BB, ditunjukkan dengan persentase peningkatan ekspresi iNOS yang lebih rendah yakni 186,63%. Yoghurt susu kambing dosis 900 mg/kg BB mampu mencegah kerusakan jaringan duodenum lebih baik dibandingkan dengan dosis 300 mg/kg BB dan 600 mg/kg BB ditunjukkan dengan berkurangnya hiperplasia sel epitel kelenjar bruner, dan infiltrasi sel-sel radang. Kesimpulan penelitian ini yaitu yoghurt susu kambing belum mampu mencegah peningkatan ekspresi iNOS dan kerusakan jaringan duodenum. Kata kunci : hiperkolesterolemia, yoghurt susu kambing, iNOS, histopatologi duodenum
ABSTRACT Hypercholesterolemia is the condition when consentration of cholesterol in a blood exceed normal level. Hypercholesterolemia triggered inflammation caused by free radicals and lipid peroxidationin duodenum. Goat milk yogurt had a potential as an anti-inflammation. The purpose of this study was knowing the effect goat milk yogurt in maintaining normal expression of Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) of rat (Rattus norvegicus) and duodenal histopathology by induced hypercholesterolemic. This research used rats (Rattus norvegicus) male Wistar strains which grouped into 5 groups namely control group, hypercholesterolemia group, hypercholesterolemia group with received goat milk yogurt preventive dose of 300 mg / kg BW, 600 mg / kg BW and 900 mg / kg BW. Data of iNOS expression was analysed by one way ANOVA with Tukey test α=0.05, whereas duodenal histopathology qualitatively. The results showed that administration of goat milk yogurt in rats fed a diet hypercholesterolemia significant effect between treatments (p <0.05). Goat's milk yogurt dose of 900 mg/kg BW was able to prevent an increase in the expression of iNOS better than the dose of 300 mg/kg BW and 600 mg/kg BW, which indicated by the percentage increase in the expression of iNOS was 186.63%. Goat's milk yogurt dose of 900 mg/kg BW was able to prevent the damage of duodenal tissue better than the dose of 300 mg/kg BW and 600 mg/kg BW which indicated by reduced hyperplasia glandular epithelial bruner cell, and infiltration of inflammatory cells. The conclusion of the study was goat milk yoghurt could prevent the increasing of iNOS expression and prevent the damaging of duodenal tissue. Key words : hypercholesterolemia, goat milk yogurt, iNOS, duodenal histopathology
Pendahuluan Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan konsentrasi kolesterol di dalam darah melebihi normal dan merupakan faktor terkuat pemicu penyakit kardiovaskuler (Lloydet al., 2009). Kejadian hiperkolesterolemia di masyarakat semakin meningkat akibat pola konsumsi makanan rendah serat dan tinggi lemak. Menurut WHO pada tahun (2008), persentase kejadian penyakit hiperkolesterolemia pada manusia mencapai 68% sedangkan pada dunia kedokteran hewan mencapai 13 % pada kucing dan anjing (Tapan, 2005). Konsumsi diet tinggi kolesterol berperan penting dalam memicu terjadinya hiperkolesterol dan reaksi inflamasi pada organ pencernaan yakni duodenum. Duodenum memiliki ductus spingkter oddi yang merupakan muara dari ductus hepaticus yang berisikan asam empedu, enzim pencernaan, dan radikal bebas. Kondisi Hiperkolesterolemia menyebabkan peningkatan sintesa asam empedu dan aktivitas sitokrom P-450 sehingga menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar (Wresdiyati et al.,2006). Hal ini beresiko terjadinya reaksi inflamasi pada organ duodenum. Saat ini kejadian hiperkolesterol pada hewan sekitar 13% dan pengobatan dengan
bahan kimia masih memberikan efek samping. Indonesia sebagai negara yang kaya akan bahan pangan yang mengandung bioaktif belum optimal digunakan untuk terapi penyakit pada hewan. Sebagai salah satu alternatif pencegahan hiperkolesterol maka digunakanlah yoghurt susu kambing. Yoghurt susu kambing merupakan salah satu jenis bahan pangan yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Yoghurt susu kambing mengandung biopeptida yakni salah satunya laktoferin serta enzim BSH yang dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat yang mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Pada penelitian ini akan dipelajari peran yoghurt susu kambing untuk mencegah hiperkolesterolemia padahewan model hiperkolesterolemia melalui pengamatan ekspresi iNOS dan gambaran histopatologi duodenum. Materi dan Metode Penelitian
Perlakuan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini berupa tikus (Rattus norvegicus) jantan strain wistar yang terbagi dalam lima kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol normal, kelompok hiperkolesterolemia, kelompok pencegahan hiperkolesterolemia
dengan dosis 300 mg/kg BB, 600 mg/kg BB dan 900 mg/kg BB. Hewan coba diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) UGM Yogyakarta dengan umur 10-12 minggu dan berat badan sekitar 150 gram. Penggunaan hewan coba dalam penelitian ini mendapatkan persetujuan laik etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya, No: 217KEP-UB. Pembuatan Hewan Model Hiperkolesterolemia Pembuatan keadaan hiperkolesterolemia hewan model tikus hiperkolesterolemia dilakukan dengan metode Force Feeding dengan sonde pakan diet hiperkolesterol. Pakan diet hiperkolesterolemia terdiri dari kuning telur puyuh rebus 5%, minyak babi 10% dan Asam Kholat 0,1% yang dicampurkan kemudian dilakukan penambahan air sampai volume 2 ml (Gani, 2013). Preparasi dan Pemberian Pencegahan Yoghurt Susu Kambing
diblok dengan 5% FBS (Fetal Bovine Serum) selama 1 jam. Dicuci kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit 3 kali selanjutnya diinkubasi dengan antibodi primer anti iNOS 2 selama 1 jam dengan suhu ruang dan dilakukan pencucian kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit 3 kali. Berikutnya diinkubasi dengan antibodi sekunder anti rabbit biotin selama 1 jam dengan suhu ruang. Dicuci kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit 3 kali. Preparat ditetesi dengan SA-HRP (Strep Avidin Horse Radish Peroxidase) selama 40 menit.Kemudian dicuci kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit 3 kali. Ditetesi dengan DAB (Diamano Benzidine) selama 10 menit. Dicuci kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit 3 kali. Tahap selanjutnya counterstaning menggunakan Mayer Hematoxylen selama 10 menit. Dicuci dengan air mengalir. Dibilas dengan aquades dan dikeringkan.Tahapan terakhir di mounting dengan entellan dan ditutup dengan cover glass. Hasil diamati menggunakan mikroskop (Calnek, 1997). Pengamatan Histopatologi Duodenum
Yoghurt dibuat dari susu kambing dengan starter Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus, dan Streptococcus thermophilus. yoghurt diberikan pada dosis 300 mg/kg BB, 600 mg/kg BB, dan 900 mg/kg selama 4 minggu. Pengambilan Organ Duodenum Euthanasia tikus dilakukan dengan dislokasi leher kemudian dilakukan pembedahan dan diambil organ duodenum. Organ duodenum dibilas dengan NaClfisiologis 0,9% dimasukkan dalam larutan paraformaldehid 4% (PFA) untuk pemeriksaan iNOS dan histopatologi pewarnaan Hemaktoxilin Eosin (HE). Imunohistokimia Langkah-langkah dalam metode pewaranan Imunohistokimia diawali dengan tahapan perendaman slide preparat pada xilol 1, xilol 2, etanol bertingkat (70%, 80%, 90%, 100%). Slide preparat dicuci dengan PBS pH 7,4 selama 1x15 menit selanjutnya ditetesi 3% H2O2 selama 20 menit. Dicuci kembali dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit selama 3 kali dan
Pengambilan organ duodenum dari tikus yang telah dikorbankan disimpan di dalam Paraformaldehid (PFA) 4 %. Selanjutnya, dibuat preparat duodenum dan dilakukan perwarnaan HE.Gambaran histopatologi duodenum diamati secara kualitatif menggunakan mikroskop Olympus BX51 dengan perbesaran 400x. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif untuk gambaran histopatologi tiroid dan analisa kuantitatif untuk ekspresi iNOS dengan uji ANOVA (α= 0,05) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuanyang dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perlakuan yang memberikan hasil paling baik Hasil dan Pembahasan Pengaruh Yoghurt Susu Kambing dalam Mempertahankan Ekspresi Normal Inducibel Nitric Oxide Synthase (iNOS) pada Tikus (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia Pengaruh pemberian yoghurt susu kambing sebagai pencegahan
hiperkolesterolemia pada hewan model hiperkolesterolemia memberikan pengaruh nyata antar perlakuan (P<0,05) terhadap ekspresi iNOS yang dijelaskan dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata ekspresi iNOS pada tikus perlakuan
Kelompok Perlakuan A (Kontrol Negatif (Sehat)) B (Kontrol Positif (Hiperkolesterolemia)) C (Dosis Pencegahan Yoghurt 300 mg/kgBB) D (Dosis Pencegahan Yoghurt 600 mg/kgBB) E (Dosis Pencegahan Yoghurt 900 mg/kgBB)
Rata-Rata Ekspresi iNOS
Persentase Peningkatan Ekspresi iNOS (%)
2,17±0,56a
-
11,63±0,60d
435,94
11,39±0,63d
424, 88
9,08±0,43c
318,43
6,22±0,54b
186,63
Keterangan: Notasi a, b, c,dan d menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar perlakuan. Ekspresi iNOS pada Tabel.1 menunjukkan bahwa tikus kelompok A (kontrol negatif) dibandingkan dengan kelompok B (kontrol hiperkolesterolemia) menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian diet hiperkolesterol mampu meningkatkan ekspresi iNOS pada organ duodenum.Hasil uji statistik dari lima perlakuan tikus percobaan menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan (p<0,05). Hasil uji lanjutan menggunakan Tukey Test menunjukkan perbedaan signifikan 5 kelompok tikus percobaan berbeda ekspresi iNOS. Persentase area ekspresi iNOS kelompok B (kontrol hiperkolesterolemia) mengalami peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan kelompok A (kontrol negatif) yaitu 435,94%. sedangkan kelompok tikus hiperkolesterolemia memiliki ekspresi iNOS paling tinggi seperti pada Tabel.1. Peningkatan ekspresi iNOS terjadi dikarenakan adanya reaksi inflamasi
jaringan. Menurut Aktan (2004), produksi dan regulasi enzim iNOS meningkat pada keadaan inflamasi. Menurut Zhou et al., (2003) menyatakan bahwa aktivasi iNOS diakibatkan oleh adanya agen proinflamasi yang spesifik seperti endotoksin, tumor necrosis factor (TNFα ), interleukin-1 (IL-1), interferon γ (IFN-γ ) serta makrofag pada kondisi inflamasi. Sel-sel inflamasi yang teraktivasi akibat inflamasi akan menghasilkan oksidan reaktif dan nitrogen (ROS dan RNS) serta enzim katalisatornya yakni iNOS sebagai respon terhadap beberapa rangsangan. Ekspresi iNOS diekspresikan oleh sel imun, eritrosit, otot polos, pembuluh darah, ginjal, pankreas dan paru-paru. iNOS diaktivasi ketika proses transkripsi dari messenger ribonucleic acid (mRNA). Menurut Burgner (1999), iNOS dapat aktif selama 24-36 jam serta dapatmensintesis NO 100-1000 kali lebih banyak dari nNOS dan eNOS. Hasil analisis ekspresi iNOS pada Tabel 1, kelompok C dosis 300 mg/kg BB, D dosis 600 mg/kg BB, dan E 900 mg/kg BB terhadap kelompok A (kontrol negatif) menunjukkan perbedaan nyata. Ekspresi iNOS tikus kelompok B (kontrol hiperkolesterolemia) dibandingkan dengan kelompok D 600 mg/kg BB dan E 900 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang nyata sedangkan kelompok C tidak berbeda nyata dengan kelompok B (hiperkolesterolemia). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian yoghurt susu kambing pada kelompok C dosis 300 mg/kg BB, D dosis 600 mg/kg BB dan kelompok E 900 mg/kg BB mampu mencegah peningkatan ekspresi iNOS namun belum mampu mempertahankan ekspresi normal iNOS. Ekpresi iNOS organ duodenum kelompok C pencegahan hiperkolesterolemia dosis 300 mg/kg BB menunjukkan penbedaan yang tidak nyata dibandingkan dengan kelompok A (kontrol negatif) (p<0,05). Hal ini menunjukkan kandungan biopeptida dan enzim BSH yang terdapat dosis yoghurt 300 mg/kg BB belum mampu mencegah proses inflamasi sehingga ekspresi iNOS masih cukup tinggi ditunjukkan dengan persentase peningkatan ekspresi iNOS sebesar 435,94 %. Ekspresi iNOS organ duodenum kelompok pencegahan hiperkolesterolemia D dosis 600 mg/kg BB dan E dosis 900 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang nyata
dibandingkan dengan kelompok A (kontrol negatif) (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan biopeptida dan enzim BSH yang terdapat kelompok pencegahan hiperkolesterolemia D dosis 600 mg/kg BB dan E dosis 900 mg/kg BB memiliki belum mampu mencegah proses inflamasi sehingga ekspresi iNOS cukup tinggi tetapi mampu mencegah peningkatan namun belum mampu mempertahankan ekspresi normal iNOS pada jaringan duodenum. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian yoghurt susu kambing sebagai pencegahan dengan dosis sebesar 300 mg/kg BB, 600 mg/kg BB, dan 900 mg/kg BB mampu mencegah peningkatan ekspresi iNOS namun belum mampu mempertahankan ekspresi normal iNOS pada organ duodenum. Mekanisme pertahanan ini dikarenakan efek dari aktivitas BAL dan enzim yang dihasilkannya serta kandungan biopeptida aktif yang terkandung di dalam yoghurt susu kambing. Bakteri asam laktat diketahui mampu mensekresikan enzim Bile Salt Hydrolase (BSH) yang dapat mendekonjugasi asam empedu. Menurut Marie et al (2000), enzim BSH mampu memisahkan glisin dan taurin dari garam empedu terkonjugasi sehingga menjadi garam empedu bebas atau terdekonjugasi. Menurut Ridlon et al (2005), mekanisme pemisahan glisin dan taurin terjadi melalui proses dehidroksilasi-7 alfa terjadi perubahan pada gugus hidroksil asam empedu yang mengakibatkan pengurangan tingkat toksisitas dari asam empedu tersebut. Proses ini akan mengakibatkan asam empedu menjadi sulit diabsorbsi kembali dan akan didaur ulang melalui siklus enterohepatik, sehingga asam empedu akan diekskresikan melalui feses. Kondisi ini akan mengakibatkan kebutuhan kolesterol dalam jaringan meningkat sehingga koesterol dalam darah akan berkurang. Menurut Legrand et al (2008), laktoferin dalam yoghurt mampu menunjukkan perbaikan sel karena laktoferin menghambat produksi reactive oxygen spesies (ROS) pada membran sel, sehingga kerusakan berkurang. Laktoferin juga berperan sebagai anti-inflamasi pada suatu jaringan. Laktoferin akan menghambat aktifasi dari monosit dan sel dendrit ketika terjadi inflamasi. Monosit yang tidak teraktifasi akan
menyebabkan sitokin pro-inflamasi tidak dapat terekspresi saat terjadi proses inflamasi (MJ et al., 2008). Menurut Wolf et al (2007), laktoferin mampu berikatan dengan sistem imun mukosa seperti makrofag, limfosit B dan T yang meregulasi pelepasan sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, TNF). Sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, TNF) mampu mengaktifasi NFkB yang bertanggung jawab terhadap ekspresi gen yang membentuk MnSOD, GCS, inducible NOS (iNOS), cyclooxygenase-2 (COX-2), vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) (Ji, et al., 2008). Jika aktifasi makrofag dihambat oleh laktoferin maka ekspresi iNOS akan menjadi berkurang.
Pengaruh Peran Yoghurt Susu Kambing dalam Mempertahankan Kondisi Histopatologi Duodenum pada Tikus (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia
A
B
D
C
E
Gambar 1. Gambaran Histopatologi Tunika Submukosa Duodenum Tiap Kelompok Perlakuan Keterangan: A = kontrol negatif; B = kontrol positif ; C = Dosis pencegahan 300 mg/kg BB; D = Dosis pencegahan 600 mg/kg BB; E = Dosis pencegahan 900 mg/kg BB; panah hitam = sel epitel kuboidal kel. bruner; panah biru =sel goblet; panah kuning=hipertrofi sel goblet; panah merah = infiltrasi sel radang. Perbesaran 400x.
Secara mikroskopis, lapisan-lapisan penyusundinding duodenum (usus halus) mulai dari dalam ke luar terdiri atas tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa (Shackelford dan Elwell 1999;Frappier 2006). Dinding duodenum kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat nutrisi menuju hati melalui vena porta.Perbandingan kondisi kerusakan tunika mukosa duodenum tikus kontrol negatif dan tikus kontrol negatif ditunjukkan pada Gambar 1.A dan Gambar 1.B. Gambaran histopatologi duodenum tikus kontrol negative (Gambar 1.A) menunjukkan bentuk normal tidak terdapat adanya kerusakan pada epitel submukosa duodenum. Sel epitel pada kelenjar brunner yang ada lapisan submukosa duodenum terlihat kompak kuboidal dan tersusun secara utuh ditunjukkan dengan panah
hitam. Menurut Junqueria et al (1995), sel epitel pada kelenjar brunner dalam keadaan normal berbentuk kuboidal yang berfungsi untuk mengeluarkan senyawa yang bersifat basa (pH 89,3). Sel goblet pada lapisan submukosa juga tampak normal dimana tidak terdapat aktifitas berlebihan sel dalam memproduksi mukusyang ditunjukkan pada panah biru. Hal ini bertujuan untuk melindungi mukosa duodenum dari asam lambung dan mengoptimalkan kerja enzim pankreas. Gambaran histopatologi duodenum tikus hiperkolesterolemia (Gambar 1.B) tampak bagian epitel kelenjar brunner mengalami kerusakan cukup berat. Bentuk epitel kelenjar brunner pada lapisan submukosa tidak lagi kuboidal dan menjadi irregular. Hal ini terjadi diakibat adanya inflamasi dari reaksi peroksidasi
lipid, permukaan submukosa menjadi iregular. Menurut Mayoral et al (2000) kerusakan pada sel epitel kelenjar brunner disebabkan oleh reaksi inflamasi yang disebabkan oleh peroksidasi lipid, munculnya sel kanker, dan obstruksi pada duodenum. Pada Gambar 1.B juga nampak hipertrofi sel goblet yang berada diantara epitel kelenjar brunner. Hipertrofi sel goblet ini merupakan respon inflamasi yang terjadi di dalam usus halus. Hipertrofi sel goblet merupakan salah satu bentuk respon inflamasi yang terjadi pada usus halus ditandai dengan panah kuning.Sel goblet secara normal berfungsi sebagai penghasil cairan mukus yang digunakan untuk sterilisasi makanan (Frappier, 2006). Infiltrasi sel radang seperti neutrofil dan leukosit juga nampak jelas berada di seluruh lapisan submukosa duodenum ditandai dengan anak panah berwarna kuning. Gambaran histopatologi duodenum tikus pencegahan yoghurt susu kambing dosis 300 mg/kg BB (Gambar 1.C) terdapat kerusakan pada lapisan submkosa dimana kondisi kerusakan hampir menyerupai gambaran histopatologi tikus hiperkolesterolemia. Kerusakan sel epitel tampak jelas dimana sel epitel pada lapisan submukosa tidak lagi berbentuk kuboidal melainkan irregular. Hipertrofi sel goblet juga nampak jelas namun jumlah dan ukurannya tidak sebesar tikus hiperkolesterolemia yang ditandai dengan panah berwarna kuning. Infiltrasi sel-sel radang seperti neutrofil dan limfosit berada di setiap bagian dari lapisan submukosa hingga ke bagian tunika muskularis yang ditandai dengan panah berwarna merah. Gambaran histopatologi duodenum tikus yang diberi pencegahan yoghurt susu kambing dosis 600 mg/kg BB (Gambar 1.D) terdapat kerusakan pada lapisan submkosa dimana kondisi kerusakan hampir menyerupai gambaran histopatologi duodenum tikus yang diberi pencegahan yoghurt susu kambing dosis 300 mg/kg BB. Keadaan epitel yang terletak pada lapisan submukosa terlihat rata namun tidak rusak. Infiltrasi sel-sel radang seperti neutrofil dan limfosit berada di lapisan submukosa namun dilapisan tunika muskularis tidak ada, sel radang ditandai dengan panah berwarna merah. Gambaran histopatologi duodenum tikusyang diberi pencegahan yoghurt susu kambing dosis 900 mg/kg BB (Gambar 1.E) terdapat kerusakan pada lapisan submkosa dalam
intensitas rendah dimana kondisi kerusakan lebih sedikit dibandingkan dengan gambaran histopatologi duodenum tikus yang diberi pencegahan yoghurt susu kambing dosis 600 mg/kg BB. Sel goblet tidak mengalami hipertrofi sel goblet dan inflitrasi sel radang hanya nampak sedikit pada lapisan submukosa.Sel-sel radang seperti neutrofil dan leukosit banyak ditemukan pada kondisi inflamasi akut yang berperan untuk menghancurkan sel-sel yang rusak dan reruntuhan sel. Menurut Dunlop dan Malbert (2004), Neutrofil yang muncul pada suatu inflamasi dapat membantu menghasilkan enzim protease yang berperan dalam kerusakan jaringan sedangkan limfosit bertugas sebagai menginisiasi pembentukan imunoglobulin dan mensekresikannya dan mengenali antigen. Proses penghambatan kerusakan sel epitel pada gambaran histopatologi duodenum dikarenakan adanya aktifitas dari biopeptida yang diduga adalah laktoferin. Laktoferin dalam yoghurt mampu menunjukkan perbaikan sel karena laktoferin menghambat produksi reactive oxygen spesies (ROS) pada membran sel, sehingga kerusakan berkurang (Legrand et al., 2008). Laktoferin juga berperan sebagai anti-inflamasi pada suatu jaringan. Laktoferin akan menghambat aktifasi dari monosit dan sel dendrit ketika terjadi inflamasi. Monosit yang tidak teraktifasi akan menyebabkan sitokin pro-inflamasi tidak dapat terekspresi saat terjadi proses inflamasi (MJ et al., 2008). Mekanisme penghambatan aktifasi makrofag disebabkan karena adanya ikatan antara laktoferin dengan zat besi pada organ yang mengalami inflamasi.Hal ini menyebabkan regulasi besi pada makrofag tergangu. Menurut Theurl and Fritsche (2005),makrofag tidak mampu teraktifasi serta tidak mampu menghasilkan sitokin yang menginisiasi enzim iNOS. Yoghurt susu kambing dilaporkan mengandung banyak senyawa antioksidan diantaranya selenium,vitamin E, vitamin C. Menurut Bogdan (2001) menambahkan, vitamin C bertindak sebagai antioksidan water soluble yang berperan menghambat ekspresi sitokin IL-6, IL-1, dan TNF-α. Penurunan ekspresi sitokin proinflamasi diikuti dengan penurunan ekspresi iNOS karena ekspresi iNOS dipicu oleh sitokin proinflamasi. Menurut
penelitian Gamal (2011), Vitamin E merupakan antioksidan lipid soluble yang bekerja dengan cara membatasi oksidasi lipid pada membran oleh reactive oxygen spesies (ROS). Kesimpulan Yoghurt susu kambing belum mampu mempertahankan ekspresi normal iNOS dan mempertahankan gambaran normal histologi organ duodenum. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Prof.Dr.Ir Chanif Mahdi,MS sebagai ketua payung penelitian Pengaruh Terapi dan Pencegahan Hiperkolesterolemia dengan menggunakan Yoghurt Susu Kambing atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat bergabung dalam penelitian ini. Terima kasih kepada staf Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas MIPA, serta Laboratorium KESMAVET PKH Universitas Brawijaya atas dukungan, bantuan, dan kerjasama yang luar biasa untuk penyelesaian penelitian ini. Daftar Pustaka Aktan, F. 2004. iNOS-mediated Nitric Oxide Production and Its Regulation. Sciences 75 : 639-653 Bogdan, C. 2001. Nitric Oxide and the Immune Response. Immunology Rev :1-10 Frappier, B.L. 2006.Digestive System.Di dalam J.A. Eurell dan B.L. Frappier, editor.Dellmann’s Textbook of Veterinary Histology. Edisi Ke-6. Oxford: Blakwell Publishing. Halaman 170-211. Gamal, Y.M., Elmasry, dan D.H. El-Ghoneimy. 2011. Immunomodulatory Effect of Food .Pediatric Allergy Immunology 19 (1) : 3-13. Gani, N. et al., 2013. Profil Lipida Plasma Tikus Wistar yang Hiperkolesterolemia pada Pemberian Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.).http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmo u. Manado. Jurusan Kimia FMIPA Unsrat.
Junqueria L. Carlos., Carnerio Jose., Robert O. Kelley. 1995. Basic Histology 8th Edition. The University of New Mexico.
Legrand. D, A. Pierce, E. Elass, M. Carpentier, C. Mariller, J. Mazurier. 2008. Lactoferrin structure and functions, Adv. Exp. Med. Biol. 606: 163-194. Lloyd D, Jones D, Adams R, Carnethon M, De SG, Ferguson TB, Flegal K,Ford E, Furie K, Go A, Greenlund K,.2009.Heart disease and strokestatistics–2009 update: a report from the American Heart AssociationStatistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee, 119:e21-181. Mayoral W, Salcedo JA, Montgomery E. 2000.Biliary obstruction and pancreatitis caused by Brunner's gland hyperplasia of the ampulla of Vater: a case report and review of the literature.Endoscopy;32(12):998–1001. M.J. Toebak, J. de Rooij, H. Moed, T.J. Stoof, B.M. von Blomberg, D.P. Bruynzeel, R.J. Scheper, S. Gibbs, T. Rustemeyer. 2008. Differential suppression of dendritic cell cytokine production by anti-inflammatory drugs. Br. J. Dermatol. 158 :225-233 Ridlon.,Jasper, D.A., L.K. Massey and L.O. Leudoke. 2005. Effect of Consuming yogurt prepared withthree culture strains on human serum lipoprotein. J. Food Sci.190 Tapan , E. 2005. Penyakit Degeneratif. Alex Media Komputindo. Jakarta. Theurl I, Fritsche G. 2005.The macrophage: a cellular factory at the interphase between iron and immunity for the control of infections. BioMetalsJ ;18:359-67. Wolf JS, Li G, Varadhachary A, Petrak K, Schneyer M, Li D, Ongkasuwan J, Zhang X, Taylor RJ, Strome SE, O’Malley BW Jr. 2007. Oral Lactoferrin result in T celldependent tumor inhibiton of head and neck squamous cell carcinoma in vivo. Clin Cancer Res 13: 1601 Wresdiyati, T., M. Astawan, dan V.D. Nurwati. 2006. Level antioksidan superoksida dismutase (SOD) pada ginjal tikus
hiperkolesterolemia: Suatu kajian immunohistokimia. J. Sain Vet. 24(2):168176. Valko, M., D. Leibfrtiz, J. Moncol, M.T.D. Cronin, M. Mazur and J. Telser. 2007. Free
radicals and Antioxidants in Normal Physiological functions and Human Disease. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology. 39: 44–84.