Pengaruh Variasi Konsentrasi Tween 80 ... (Faradella Cintasya A, dkk)
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI TWEEN 80 DAN SORBITOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINYAK ZAITUN (Oleum olivae) DALAM FORMULASI NANOEMULSI Effect of Concentration Tween 80 and Sorbitol to Antioxidant Activities of Olive Oil (Oleum olivae ) in Formulation Nanoemulsion Faradella Cintasya Asmarani, Iis Wahyuningsih Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Naskah diterima tanggal 3 April 2015 ABSTRACT Olive oil is one of source of antioxidants potential to be developed into a pharmaceutical preparation in of nanoemulsion type. The aim of this research is to know the value of IC50 nanoemulsion that made with various concentration of Tween 80 and sorbitol as well as to know the effect of variations in the tween 80 and sorbitol concentrations of antioxidant activity of olive oil nanoemulsion.Nanoemulsion of olive oil was made into three nanoemulsion formulas with various concentration of tween 80 and sorbitol. Antioxidant activity of olive oil and nanoemulsion were tested using DPPH method at λ 518 nm with measured spectrophotometer UV-Vis and expressed as Inhibition concentration 50% or IC50. As a positive control used vitamin C.The result showed that olive oil has IC50 value of 55,70±3,64 ppm while vitamin C as a positive control has IC50 value of 4,52±0,33 ppm. IC50 values of each formula (formula I, I, and III) are respectively 576,69±16,34 ppm; 122,09±3,18 ppm; and 77,37±1,67 ppm. Analysis used ANOVA statistical test of a level of 95% followed Tukey test showed significant differences between the antioxidant activity of the formula I and II with olive oil, but not significantly different between formula III with olive oil. Conclusion showed that various concentration of Tween 80 and sorbitol may cause differences of antioxidant activity nanoemulsion. Keywords: antioxidant, nanoemulsion, olive oil, DPPH, IC50 ABSTRAK Minyak zaitun merupakan salah satu sumber antioksidan yang potensial untuk dikembangkan menjadi sediaan farmasi dalam bentuk nanoemulsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi Tween 80 dan sorbitol terhadap aktivitas antioksidan nanoemulsi minyak zaitun. Nanoemulsi minyak zaitun dibuat menjadi tiga formula dengan variasi konsentrasi Tween 80 dan sorbitol. Aktivitas antioksidan minyak zaitun dan nanoemulsi diuji dengan menggunakan metode DPPH pada panjang gelombang 518 nm dengan spektrofotometer UV-Vis dan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% atau IC50. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak zaitun memiliki nilai IC 50 sebesar 55,79±3,64 ppm, sementara vitamin C sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 4,52±0,33 ppm. Nilai IC50 pada formula I dengan perbandingan Tween 80 dan sorbitol (40% : 20%), II (36%:24%), dan III (24%: 36%) berturut-turut adalah 576,69±16,34 ppm; 122,09±3,18 ppm; dan 77,37±1,67 ppm. Ada perbedaan bermakna antara aktivitas antioksidan formula I dan II dengan minyak zaitun, namun berbeda tidak bermakna antara formula III dengan minyak zaitun. Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa variasi konsentrasi Tween 80 dan sorbitol dapat menyebabkan perbedaan aktivitas antioksidan nanoemulsi. Kata Kunci: antioksidan, nanoemulsi, minyak zaitun, DPPH, IC50 PENDAHULUAN Radikal bebas yang berlebih dapat memicu beberapa penyakit serta mempercepat proses penuaan. Alamat korespondensi: Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta email :
[email protected]
223
Mengkonsumsi antioksidan membantu tubuh untuk menetralisir radikal bebas berbahaya, karena antioksidan berperan dengan memberikan elektron sehingga membuat radikal bebas stabil. Tubuh yang normal memiliki sistem pertahanan alami untuk
FARMASAINS Vol 2 No. 5, April 2015
Tabel I. Formulasi nanoemulsi minyak zaitun Bahan Minyak zaitun Tween 80 Sorbitol Aqua demineralisata
Formula I (%b/b) 5 40 20 35
menetralisir radikal bebas agar tidak berkembang menjadi berbahaya. Namun tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah banyak, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (Shivaprasad et al., 2005; Rohdiana, 2001). Salah satu sumber antioksidan alami adalah tanaman zaitun (Olea europaea) yang diolah menjadi minyak zaitun (Oleum olivae). Konsumsi minyak zaitun terbukti dapat memberikan perlindungan terhadap kanker usus besar, kanker payudara, kanker kulit, penyakit jantung koroner, dan penuaan dengan menghambat stres oksidatif. Hal ini disebabkan oleh minyak zaitun yang sangat kaya akan antioksidan fenolik, yaitu hydroxytyrosol, tyrosol, oleuropein, lignan, serta squalene dan asam oleat (Owen et al., 2000). Pengembangan minyak zaitun menjadi bentuk sediaan stabil seperti nanoemulsi menjadi sangat potensial jika terkait dengan banyaknya khasiat yang dimiliki. Nanoemulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang stabil, jernih, tidak merusak sel normal manusia dan hewan, memiliki ukuran globul yang sangat kecil dan dapat meningkatkan bioavailabilitas nutraseutika (Fanum, 2010; Bhatt and Madhav, 2011; Donsi et al., 2011). Oleh karena itu, pada penelitian ini minyak zaitun diformulasi sebagai nanoemulsi. Nanoemulsi dibuat dengan mencampur fase minyak dan fase air dengan bantuan surfaktan dan kosurfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan. Tween 80 merupakan surfaktan yang banyak digunakan pada pembuatan nanoemulsi. Selain memiliki HLB yang besar yaitu 15, Tween 80 stabil terhadap elektrolit, asam lemah, dan basa (Rowe et al., 2009). Namun, penggunaan Tween 80 secara tunggal tidak cukup dapat menurunkan tegangan permukaan agar membentuk nanoemulsi. Oleh karena itu, pada pembuatan nanoemulsi surfaktan sering dikombinasikan dengan kosurfaktan. Penambahan kosurfak tan dapat meningkatkan fleksibilitas dari film (Talegaonkar et al., 2008). Dalam penelitian ini sorbitol digunakan sebagai kosurfaktan. Adanya variasi konsentrasi dari Tween 80 dan sorbitol pada tiap formulasi nanoemulsi diduga dapat menyebabkan perbedaan aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan yang dimiliki nanoemulsi minyak zaitun akan diuji dengan metode peredaman DPPH. Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam IC50 atau konsentrasi yang mampu menginhibisi DPPH sebesar 50%.
Formula II (%b/b) 5 36 24 35
Formula III (%b/b) 5 24 36 35
Semakin kecil IC50 suatu sampel, maka semakin kuat aktivitas antioksidan sampel tersebut (Molyneux, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi Tween 80 dan sorbitol terhadap aktivitas antioksidan nanoemulsi minyak zaitun dan membandingkan aktivitas antioksidan nanoemulsi minyak zaitun dengan minyak zaitun. METODOLOGI Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1800), timbangan analitik (OHAUS), magnetic stirrer (Cimarec), ultrasonic (Elmasonic), vortex (Labinco L46), rotary vacum evaporator, dan alat-alat gelas (glassware) (Pyrex) untuk analisis. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak zaitun (Brataco, Indonesia), vitamin C, Tween 80 (Brataco, Indonesia), sorbitol 70% (Brataco, Indonesia) semua berkualitas farmasetika dan aquademineralisata (Brataco, Indonesia). Pereaksi kima yang digunakan adalah etanol, toluen, n-heksan, dan DPPH (2,2-difenil1-pikrilhidrazil) semua berkualitas p.a. Prosedur Penelitian Pembuatan nanoemulsi minyak zaitun Nanoemulsi minyak zaitun dibuat dengan metode emulsifikasi spontan. Nanoemulsi minyak zaitun diformulasi menjadi 3 formula seperti pada Tabel I. Tween 80 dicampurkan dengan sorbitol lalu dilarutkan dalam aquademineralisata dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 12000 rpm selama 1 menit. Setelah itu, minyak zaitun didispersikan sedikit demi sedikit hingga 10 menit dengan magnetic stirrer dan selanjutnya dicampur menggunakan ultrasonic selama 30 menit. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Arifianti, 2012). Uji pendahuluan dengan larutan DPPH 40 ppm (Uji Kualitatif) Larutan sampel vitamin C dan minyak zaitun ditotolkan pada kertas whatmann kemudian disemprot larutan DPPH 40 ppm, maka akan memberikan warna kuning yang intensif. Ekstraksi minyak zaitun dari formulasi nanoemulsi minyak zaitun Sampel nanoemulsi sebanyak 10,0 g dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan
224
Pengaruh Variasi Konsentrasi Tween 80 ... (Faradella Cintasya A, dkk)
etanol dan n-heksan masing-masing 10 mL dan dikocok selama 15 menit. Lapisan atas dipisahkan, ditambah kembali n-heksan 10 mL. Pengocokan kembali dilakukan selama 3 kali dengan tiap pengocokan masing-masing 15 menit dan pemisahan lapisan bagian atas setelah masing-masing pengocokan. Semua lapisan bagian atas yang telah dipisahkan lalu dievaporasi dengan rotary vacum evaporator (40 rpm, suhu 30oC) hingga tersisa lapisan minyak berwarna kekuningan pada dasar labu evaporator. Lapisan minyak tersebut dilarutkan dalam labu ukur dengan toluen hingga volume total 25,0 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan sampel nanoemulsi sebesar 20.000 ppm. Dari larutan tersebut dilakukan pengenceran sebanyak 6 konsentrasi berbeda. Uji peredaman radikal bebas DPPH (Uji kuantitatif) Larutan sampel sebanyak 1 mL ditambah 4 mL DPPH 40 ppm kemudian diinkubasi dalam tabung tertutup rapat agar terlindung dari cahaya pada suhu ruang selama operating time. Campuran sampel-DPPH dihomogenkan dengan vortex selama 1 menit agar reaksi berjalan sempurna. Hasil inkubasi diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang optimumnya dibandingkan dengan minyak zaitun dan vitamin C yang diperlakukan sama dengan sampel. Dari data absorbansi yang diperoleh dihitung persentase inhibisi. Persentase inhibisi (IC50) terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dapat dihitung dengan rumus 1.
.
% inhibisi
absorban kontrol - absorban sampel x 100% absorban kontrol
....... (1) Setelah didapatkan persentase inhibisi dari masing-masing konsentrasi,dilanjutkan dengan menghitung secara regresi linear menggunakan persamaan: y = a + bx, dimana x adalah konsentrasi (ppm) dan y adalah persentase inhibisi (%). Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC 50) yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kejernihan Nanoemulsi Minyak Zaitun Pada penelitian ini dibuat formulasi nanoemulsi minyak zaitun dengan variasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan. Dari berbagai percobaan pendahuluan, diperoleh kondisi optimum untuk membuat nanoemulsi yaitu pada kecepatan pengadukan 12000 rpm dengan magnetic stirrer selama 10 menit dan dengan ultrasonic selama 30 menit. Tampilan kejernihan nanoemulsi formula I, formula II, dan formula III dapat dilihat pada Gambar 1. Pada penelitian ini ukuran droplet tidak ditentukan, namun ditunjukkan dengan tingkat kejernihan dari nanoemulsi. Ukuran fase terdispersi sangat mempengaruhi penampakan emulsi. Bila sistem emulsi memiliki ukuran globul sangat kecil dilewati cahaya, maka berkas cahaya akan diteruskan sehingga
Gambar 1. Nanoemulsi minyak zaitun dengan tiga formula
(a) (b) Gambar 2. Hasil uji kualitatif antioksidan minyak zaitun dan vitamin C yang disemprot dengan larutan DPPH; (a) minyak zaitun; (b) vitamin C
225
FARMASAINS Vol 2 No. 5, April 2015
(a) (b) Gambar 3. Campuran DPPH dan sampel minyak zaitun sebelum dan sesudah inkubasi; (a) Sebelum inkubasi; (b) Setelah inkubasi
O 2N
N NH
N N
NO 2
+
RH
NO 2
O 2N
NO 2
+
R
N O2
Gambar 4. Mekanisme peredaman radikal bebas oleh DPPH (Prakash, 2001)
warna larutan terlihat transparan. Dari gambar 1 semua formula menghasilkan emulsi yang jernih/transparan sehingga dapat dianggap ukuran dropletnya sudah masuk dalam ukuran nanoemulsi. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH Uji kualitatif Uji kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sampel minyak zaitun yang akan dibuat nanoemulsi dan kontrol positif vitamin C memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Hasil pada kertas whattmann (Gambar 2) menunjukkan adanya warna kuning setelah totolan sampel disemprot dengan larutan DPPH 40 ppm. Dari uji kualitatif dapat disimpulkan bahwa minyak zaitun dan vitamin C memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dinyatakan dalam IC50 atau konsentrasi yang mampu menginhibisi DPPH sebesar 50%. Semakin kecil IC50 suatu sampel, maka semakin kuat aktivitas antioksidan sampel tersebut (Molyneux, 2004).
Gambar 3 menunjukkan hasil campuran DPPHsampel sebelum dan sesudah inkubasi. Dari gambar 3 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel, maka warna larutan akan semakin kuning pucat. Pem udaran warna akan mengakibatkan penurunan nilai absorbansi sinar tampak dari spektrofotometer UV-Vis (Novandinar, 2010). Semakin pudarnya warna DPPH setelah direaksikan dengan antioksidan menunjukkan kapasitas antioksidan yang semakin besar pula. Hal tersebut terjadi karena semua radikal bebas DPPH menjadi berpasangan ketika terjadinya reaksi antara larutan DPPH dengan zat antioksidan dalam sampel yang dapat mendonorkan atom hidrogen. Reaksi radikal DPPH dengan senyawa antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4. Penggunaan vitamin C sebagai kontrol positif pada pengujian aktivitas antioksidan ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan yang ada pada minyak zaitun maupun nanoemulsi minyak zaitun jika dibandingkan dengan vitamin C. Nilai IC50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi
Tabel II. Nilai IC 50 vitamin C , minyak zaitun dan nano emulsi Sampel Vitamin C Minyak zaitun Formula I Formula II Formula III
Nilai IC50 ± SD (ppm) 4,52 ± 0,33 55,79 ± 3,64 576,69 ± 16,34 122,09 ± 3,18 77,37 ± 1,67
Keterangan: Formula I : Tween 80 40% dan sorbitol 20%, Formula II : Tween 80 36% dan sorbitol 24%, Formula III : Tween 80 24% dan sorbitol 36%.
226
Pengaruh Variasi Konsentrasi Tween 80 ... (Faradella Cintasya A, dkk)
.
Gambar 5. Kurva baku hubungan konsentrasi minyak zaitun dalam formula nanoemulsi vs persentase inhibisi
linear hubungan antara konsentrasi sampel (x) dengan persentase inhibisi (y). Nilai IC50 minyak zaitun yang diperoleh yaitu sebesar 55,79±3,64 ppm sedangkan nilai IC50 vitamin C yang diperoleh sebesar 4,52±0,33 ppm seperti tersaji pada Tabel II. Kurva hubungan antara persentase inhibisi dengan konsentrasi nanoemulsi tersaji pada Gambar 5. Nilai IC50 sampel nanoemulsi pada formula I, II, dan III dapat dilihat pada Tabel II. Dari tabel tersebut terlihat bahwa formula III mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi. Bila hasil tersebut digolongkan aktivitas antioksidannya berdasar nilai IC50 (Miryanti et al, 2011) maka formula III mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat sama dengan minyak zaitun, sedangkan aktivitas antioksidan formula II dikategorikan sedang dan aktivitas antioksidan formula I termasuk lemah. Aktivitas antioksidan pada tiap form ula nanoemulsi seharusnya tidak berbeda karena tidak ada variasi konsentrasi minyak zaitun yang berkontribusi memberikan aktivitas antioksidan. Jumlah minyak zaitun yang ditambahkan pada tiap formula adalah sebanyak 5 g. Dalam formula yang divariasikan adalah konsentrasi Tween 80 dan sorbitol sebagai surfaktan dan kosurfaktan. Dari hasil IC50 tersebut terlihat bahwa perbedaan konsentrasi Tween 80 dan sorbitol berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Uji Tukey menunjukkan bahwa ak tivitas antioksidan formula I berbeda bermakna dengan formula II, III dan minyak zaitun, formula II berbeda bermakna dengan formula I, III dan minyak zaitun, formula III berbeda bermakna dengan formula I, II namun berbeda tidak bermakna dengan minyak zaitun. Dari hasil penelitian terlihat bahwa semakin besar konsentrasi Tween 80 maka aktivitas antioksidan akan semakin kecil. Menurut Donnelly et al. (1998), emulsi yang distabilkan dengan surfaktan non ionik memiliki kecepatan oksidasi lebih cepat pada kondisi asam karena ion logam besi (prooksidan) lebih larut. Oksidasi
227
lipid akan terhambat saat ion besi ditolak oleh droplet yang bermuatan positif (McClements and Decker, 2000). Saat surfaktan non ionik menyelimuti droplet, droplet menjadi tidak bermuatan sehingga ion logam besi yang bermuatan positif akan berada di dekat droplet. Semakin banyak surfaktan non ionik yang ditambahkan, maka droplet akan semakin tidak bermuatan sehingga ion logam besi (prooksidan) akan semakin banyak yang mendekati droplet. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arifianti (2012) tentang aktivitas antioksidan nanoemulsi minyak jinten hitam yang semakin lemah pada peningkatan konsentrasi Tween 80. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa semakin tinggi konsentrasi Tween 80 yang ditambahkan, maka aktivitas antioksidan akan semakin rendah. Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa semakin besar konsentrasi sorbitol yang ditambahkan maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Dalam penambahan gula non pereduksi dan berbagai gula alkohol ke fase air dalam emulsi M/A yang distabilkan oleh surfaktan anionik telah terbukti mengurangi tingkat oksidasi lipid. Penggunaan sorbitol sebagai kosurfaktan juga berpengaruh terhadap ukuran droplet. Semakin tinggi konsentrasi sorbitol dalam nanoemulsi maka diameter droplet akan meningkat. Ukuran droplet dapat mempengaruhi kecepatan oksidasi lipid. Semakin kecil ukuran droplet, luas permukaan menjadi lebih besar, sehingga akan semakin banyak minyak yang kontak dengan fase air, akibatnya laju oksidasi lipid akan semakin cepat. Sebuah penelitian tentang oksidasi emulsi asam dokosaheksaenoat menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran droplet maka laju oksidasi lipid akan meningkat (Gohtani et al., 1999). Penambahan sorbitol yang semakin banyak dalam formula nanoemulsi mempunyai kelemahan tersendiri. Meskipun dengan penambahan sorbitol yang semakin banyak dapat meningkatkan aktivitas
FARMASAINS Vol 2 No. 5, April 2015
antioksidan, namun hal tersebut justru akan meningkatkan diameter droplet nanoemulsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi lebih lanjut untuk mendapatkan formula nanoemulsi minyak zaitun yang memiliki aktivitas antioksidan yang sama dengan minyak zaitun sebelum diformulasi. KESIMPULAN 1. Aktivitas antioksidan minyak zaitun dalam formulasi nanoemulsi lebih rendah daripada aktivitas antioksidan minyak zaitun 2. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi tween 80 dan sorbitol terhadapa aktivitas antioksidan minyak zaitun dalam nanoemulsi DAFTAR PUSTAKA Arifianti, A. E., 2012, Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Nanoemulsi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.) sebagai Sediaan Nutrasetika, skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Sarjana Reguler Farm asi Universitas Indonesia, Depok. Bhatt, P., and Madhav, S., 2011, A Detailed Review on Nanoemulsion Drug Delivery System, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol 2, 2482-2489. Donnelly, J.L., Decker, E.A., and McClements, D.J., 1998, Iron Catalyzed Oxidation of Menhaden Oil as Affected by emulsifiers, dalam McClements D.J., and Decker E.A., 2000, Lipid Oxidation in Oil in W ater Emulsions:Impact of Molecular Environment on Chemical Reactions in Heterogeneous Food System, Journal of Food Science, 65(8): 1270-1282. Donsi, F., Wang, Y., and Huang, Q., 2011, Freeseethaw Stability of Lecithin and Modified Starch-based Nanoemulsions, Food Hydrocolloids 25, 1327-1336. Fanum, M., 2010, Colloids in Drug Delivery, CRC Press, Florida. Gohtani, S., Sirendi, M., Yamamoto, N., Kajikawa, K., Yamano, Y., 1999, Effect of Droplet Size on Oxidation of Docosahexaenoic Acid in Emulsion System, dalam McClements D.J., and Decker E.A., 2000, Lipid Oxidation in Oil in Water Emulsions: Impact of Molecular Environment on Chemical Reactions in Heterogeneous Food System, Journal of Food Science, 65(8): 1270-1282. McClements D.J., and Decker E.A., 2000, Lipid Oxidation in Oil in Water Emulsions: Impact of Molecular Environment on Chemical Reactions in Heterogeneous Food System, Journal of Food Science, 65(8): 1270-1282. Miryanti, Y.I.P., Sapei, L., Budiono, K., and Indra, S., 2011, Ekstraksi Antioksidan dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Laporan
Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Molyneux, P., 2004, The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol, 26(2): 211-219. Novandinar, M., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan Sirup Berbahan Dasar Rosela (Hibiscus sabdariffa), Skripsi, Fakultas MIPA Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Ocomogo, M.G., Saini, R., Uriarte, R.J., Watson-Clark, R., and Yang, Y., 2011, Adjuvant Phase Inversion Concentrated Nanoemulsion Composition, http://www.europepmc.org, diakses tanggal 18 November 2014. Owen, R.W., Giacosa A, Hull W.E., 2000, Olive Oil Consumption and Health: The Possible Role of Antioxidants, Lancet Oncol,1: 107-112. Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity, Medallion Laboratories-Analytical Progess, 19(2): 1-4. Rohdiana, D., 2001, Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol dalam Daun Teh, Majalah Jurnal Indonesia, 12(l): 53-58. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2009, Handbook of Pharmaceutic Excipients 6th Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association, London. Sims, R.J., 1994, Oxidation of Fats in Food Products, dalam McClements D.J., and Decker E.A., 2000, Lipid Oxidation in Oil in Water Emulsions: Impact of Molecular Environment on Chemical Reactions in Heterogeneous Food System, Journal of Food Science, 65(8): 1270-1282. Sims, R.J., Fioriti, J.A., and Trumbetas, J., 1979, Effect of Sugars and Sugar alcohols on Autoxidation of Safflower Oil in Emulsions, dalam McClements D.J., and Decker E.A., 2000, Lipid Oxidation in Oil in Water Emulsions: Impact of Molecular Environment on Chemical Reactions in Heterogeneous Food System, Journal of Food Science, 65(8): 1270-1282. Talegaonkar, S., Azeem, A., Ahmad, F.J., Khar, R.K., Pathan, S.A., Khan, Z.I., 2008, Microemulsions: A Novel Approach to Enhanced Drug Delivery, Recent Patents on Drug Delivery and Formulation, 238-257. Wahyuni, Y., 2013, Studi Aktivitas Antioksidan pada Sari Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var. Microcarpa Hassk.), Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.
228