PENGARUH UMUR BATANG BAWAH DAN TINGKAT PENAUNGAN PADA PENYAMBUNGAN BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Sugiatno dan Herawati Hamim Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Uniersitas Lampung Jl. S. Brojonegoro 1 Bandar Lampung 35145 ABSTRACT TEH EFFECT OF THE MATURITY OF ROOTSTOCKS AND SHADING RATE ON THE EFFECTIVENESS OF GRAFTING AND GROWTH OF SEEDLING OF JATROPA. To get high quality physic nut seedling one of effort is with vegetative propagation especially with grafting. The objective of this
study was to evaluate the effect the maturity of rootstocks and shading rate on the effectiveness of grafting and the growth of seedling of Jatropka. The experiment was conducted in Labuhan Dalam, Subdistrict Tanjung Seneng, the City of Bandar Lampung from January-June 2008. Is a factorial experiment (3X4) with split plot design, shading degrees as main plot consisted without shading, light shading, moderate shading, and heavy shading. Root stock age as subplot consisted 6, 8, and 10 weeks after transplanting. The treatments were consisted 3 replication and each experiment unit consisted 10 seedlings. The result shows that root stock age 8 and 10 weeks produces physic nut seedling growth better than root stock age 6 week. Physic nut seedling without shading and light shading (1 layer paranet) grow better than with moderate shading (2 layers paranet) and heavy shading (3 layers paranet); Key words: Physic nut, root stock age, shading PENDAHULUAN Pada budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.), pengadaan bibit merupakan faktor yang penting. Bibit yang unggul dengan sarana tumbuh yang optimal, tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pada umumnya bibit jarak pagar berasal dari benih. Tanaman yang berasal dari benih belum tentu sama dengan tanaman induknya, karena jarak pagar mempunyai sistem penyerbukan silang (Prihandana dan Hendroko. 2006). Perbanyakan tanaman jarak pagar secara vegetatif pada umumnya dilakukan dengan menggunakan setek. Kelebihan tanaman jarak pagar asal setek adalah tanaman yang dihasilkan akan sama dengan induknya, akan tetapi tanaman tidak memiliki akar tunggang dan sistem perakaranya dangkal (Rochiman dan Harjadi. 1973). Padahal penanaman jarak pagar diarahkan pada pemanfaatan lahan-lahan kritis (Irwanto. 2006). Oleh karena itu pengadaan bibit jarak pagar sebaiknya dilakukan dengan cara sambung (grafting). Kelebihan pembibitan jarak pagar secara grafting adalah tanaman yang dihasilkan sama dengan induknya dan mempunyai sistem perakaran yang baik dan dalam. Pada perbanyakan tanaman dengan penyambungan, peranan batang bawah dalam meningkatkan keberhasilan sambungan dan pertumbuhan bibit sangat besar. Pertumbuhan batang bawah yang optimal akan meningkatkan keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit sambungan. Pertumbuhan bibit jarak pagar sebagai batang bawah dipengaruhi oleh lingkungan
tumbuhnya, yaitu media tanam, radiasi matahari, nutrisi, dan zat pengatur tumbuh (Barus, 2000). Radiasi matahari dibutuhkan oleh sebagian tanaman berada pada taraf tertentu, radiasi rendah tanaman akan kekurangan sebaliknya radiasi terlalu tinggi justru akan menghambat pertumbuhan tanaman. Menurut Prastowo dan Roshetko (2006) pada pembibitan tanaman hanya dibutuhkan radiasi matahari 30 - 60%. Oleh karena itu, untuk mengatur radiasi yang sampai ke tanaman diperlukan naungan. Fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil adalah untuk (1) mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan yang hanya berkisar 30 - 60%, (2) menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit, (3) menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun muda, (4) menurunkan suhu tanah di siang hari, (5) memelihara kelembaban tanah, (6) mengurangi derasnya curahan air hujan, dan (7) menghemat penyiraman air (Dhalimi, 2003). Umur batang bawah diduga berpengaruh pada keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit sambungan. Batang bawah yang terlalu muda akan mudah kehilangan air sehingga apabila dilakukan penyambungan bibit hasil sambungan akan layu, sebaliknya apabila batang bawah yang digunakan terlalu tua, diketahui jaringan tanaman yang tua daya regenerasinya rendah sehingga pertautan batang atas dan batang bawah tidak sempurna (Barus, 2000). Menurut Prastowo dan Roshetko (2006) syarat batang bawah untuk sambungan adalah telah berdiameter 3-5 mm dan telah berumur 3-4 bulan.
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 – 28, Januari – Juni 2009
23
Sugiatno dan Hamim: Pengaruh umur batang bawah dan penaungan pada penyambungan jarak pagar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur batang bawah dan tingkat penaungan pada keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit jarak pagar asal sambungan. . METODE PENELITIAN Penelitinan dilakukan di Desa Labuhan Dalam, Tanjung Seneng, Bandar Lampung dan di Laboratorium Tanaman, Fakultas Pertanian Unila, Bandar Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari hingga Juni 2008. Perlakuan disusun secara faktorial (4X3) dengan rancangan petak terbagi. Sebagai petak utama adalah tingkat penaungan yang terdiri atas tanpa naungan (N0), penaungan ringan (1 lapis paranet) (N1), penaungan sedang (2 lapis paranet) (N2), dan penaungan berat (3 lapis paranet) (N3). Sebagai anak petak adalah umur batang bawah yang terdiri atas umur batang bawah 10 minggu (U1), 8 minggu (U2), dan 6 minggu (U3) setelah pindah tanam. Perlakuan diulang 3 kali dan setiap satuan percobaan terdiri atas 10 bibit jarak pagar. Benih jarak pagar sebagai batang bawah disemai dalam bedengan penyemaian dengan media pasir. Benih berasal dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Natar. Pindah tanam bibit dari persemaian ke polibag dilakukan setelah semaian berumur 2 minggu (berdaun 2), setiap polibag ditanam 1 bibit jarak pagar. Naungan pembibitan menggunakan paranet, masing-masing petak utama berukuran tinggi 2 meter, panjang 2,5 meter, dan lebar 1 meter. Untuk perlakuan penaungan berat menggunakan 3 lapis paranet, penaungan sedang menggunakan 2 lapis paranet, dan penaungan ringan menggunakan 1 lapis paranet, serta perlakuan tanpa naungan bibit ditempatkan tanpa paranet. Untuk mengetahui besarnya radiasi yang diteruskan oleh naungan, dilakukan pengukuran besarnya radiasi dengan menggunakan luxmeter tipe YF-1065. Pengukuran dilakukan pada siang hari (pukul 11.00). Pengukuran dilakukan sebanyak 10 kali dengan hari yang berbeda kemudian data dirata-rata. Hasil pengukuran tingkat penaungan untuk tanpa naungan 0%, 1 lapis paranet (naungan ringan) 46,5%, 2 lapis paranet (naungan sedang) 77,93%, dan 3 lapis paranet (naungan berat) 91,1%. Media pembibitan yang digunakan adalah campuran top soil, pupuk kandang kambing, dan sekam padi dengan perbandingan volume 1:1:1, kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang berukuran lebar 15 cm dan panjang 20 cm. Polibag yang telah terisi media pembibitan disusun di bawah naunan paranet. Pemupukan bibit dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) 24
dengan dosis 2 g/polibag diberikan 1 minggu setelah pindah tanam dan diulang setiap 4 minggu. Penyiraman dilakukan tergantung tingkat kebasahan media. Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma baik yang tumbuh dalam polibag maupun di luar polibag. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif dengan menyemprot pestisida setiap 2 minggu, untuk insektisida digunakan Curacron dan fungisida digunakan Dithane M45. Teknik penyambungan dengan sistim sambung pucuk yaitu entres diambil dari pucuk cabang ortotrop. Entres diambil dari tanaman berumur 3 tahun, entres dipotong sepanjang 7,5 cm, bagian pangkal entres diruncingkan, daun dihilangkan dan disisakan 1 daun yang paling muda (daun bendera) sebagai indikator tingkat kesegaran entres. Penyambungan batang bawah dan batang atas menggunakan sistem sambung celah yaitu batang bawah dipotong secara horizontal setinggi 10 cm kemudian bagian potongan dibelah secara vertikal. Batang atas yang telah diruncingkan kemudian disisipkan pada batang bawah yang telah dibelah kemudian diikat dengan menggunakan tali plastik. Setelah sambungan diikat kemudian disungkup dengan kantong pastik. Pengamatan bibit setelah penyambungan meliputi peubah persentase keberhasilan penyambungan (%), saat muncul tunas (hari). tinggi bibit (cm), jumlah daun (helai), dan diameter batang bawah. Homogenias data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan (aditivitas) data diuji dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan pemisahan nilai tengah dengan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan persentase sambungan jadi, saat muncul tunas, tinggi bibit, diameter batang bawah, dan jumlah daun bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah penyambungan terhadap taraf naungan dipengaruhi oleh berbagai umur batang bawah (Tabel 1). Pada berbagai umur batang bawah, perlakuan penaungan berpengaruh pada persentase sambungan jadi, pada penaungan berat (3 lapis paranet) dapat menurunkan persentase sambungan jadi, bahkan pada bibit yang disambung pada umur 6 minggu penaungan sedang (2 lapis paranet) sudah menurunkan persentase sambungan jadi. Persentase sambungan tertinggi dicapai pada bibit tanpa naungan yang tidak berbeda dengan penaungan ringan (1 lapis paranet) dan penaungan sedang (2 lapis paranet). Pada berbagai taraf penaungan, umur
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 - 28, Januari – Juni 2009
Sugiatno dan Hamim: Pengaruh umur batang bawah dan penaungan pada penyambungan jarak pagar Tabel 1. Hasil analisis ragam pengaruh umur batang bawah dan taraf penaungan pada penyambungan bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah penyambungan Sumber Keragaman
Kelompok
Taraf Na-ungan (N)
F hitung: % Sambungan jadi 3.16 tn 77.94* Saat muncul daun 1.92 tn 891.75* Tinggi bibit 2.09 tn 87.69* Diameter batang bawah 5.21* 146.29* Jumlah daun 1.37 tn 196.66* F Tabel 0,05 5.14 4.76 Keterangan : tn = Tidak nyata * = Nyata pada taraf 5%
Umur btg. Bawah (U)
NXU
1.77 tn 0.65 tn 1.03 tn 3.55 tn 1.69 tn 3.63
6.19* 23.21* 3.30* 9.95* 6.96* 2.74
Tabel 2. Tanggapan persentase sambungan jadi bibit jarak pagar terhadap taraf naungan pada umur batang bawah yang berbeda Perlakuan Taraf Penaungan: Tanpa naungan (N0) 1 Lapis paranet (N1) 2 Lapis paranet (N2) 3 Lapis paranet (N3) BNJ 0,05 Keterangan :
10 Minggu (U1) a 100.00 (a) a 100.00 (a) a 93.30 (a) a 53.33 (b)
Umur Batang Bawah 8 Minggu (U2) --- % --a 100.00 (a) a 96.67 (a) a 90.00 (a) a 60.00 (b) 24.15
6 Minggu (U3) a 96.67 (a) a 96.67 (a) a 60.00 (b) a 53.33 (b)
Angka-angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda uji BNJ 5%. Huruf dalam kurung dibaca vertikal dan tanpa kurung mendatar.
Tabel 3. Tanggapan saat muncul daun setelah penyambungan terhadap taraf naungan pada umur batang bawah yang berbeda Perlakuan Taraf Penaungan: Tanpa naungan (N0) 1 Lapis paranet (N1) 2 Lapis paranet (N2) 3 Lapis paranet (N3) BNJ 0,05
10 Minggu (U1) 3.73 (c) (c) b 4.13 (b) b 7.60 (a) b 13.33 b
Umur Batang Bawah : 8 Minggu (U2) --- hari --(c) ab 4.93 (c) ab 5.86 (b) a 11.47 (a) ab 15.80 2.47
6 Minggu (U3) a 6.53
(c)
8.20 (c) (b) a 12.27 (a) a 16.40 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda uji BNJ 5%. Huruf dalam kurung dibaca vertikal dan tanpa kurung mendatar.
batang bawah tidak berpengaruh pada persentase sambungan jadi (Tabel 2). Pada umur batang bawah 10, 8, da, 6 minggu, penaungan ringan (1 lapis paranet) tidak berbeda dengan tanpa naungan pada saat muncul tunas, taraf penaungan sedang (2 lapis paranet) menyebabkan tunas muncul lebih lambat daripada tanpa naungan, dan penaungan berat (3 lapis paranet) menyebabkan munculnya daun paling lambat. Pada berbagai taraf naungan, bibit yang disambung pada umur 10 minggu saat muncul tunas lebih cepat dibandingkan batang bawah umur 6 minggu (Tabel 3). Bibit tertinggi dicapai pada kondisi tanpa naungan dan tidak berbeda nyata dengan bibit yang diberi naungan ringan (1 lapis paranet). Tinggi bibit
terendah dicapai pada naungan berat yang sama rendahnya dengan penaungan sedang. Pada berbagai taraf naungan, umur batang bawah tidak berpengaruh pada tinggi bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah penyambungan (Tabel 4) Pada berbagai umur batang bawah, penaungan sedang (2 lapis paranet) dan penaungan berat (3 lapis paranet) menurunkan diameter batang bawah bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah penyambungan. Diameter batang bawah bibit tertinggi dicapai pada tanpa naungan yang tidak berbeda dengan penaungan ringan. Pada bibit jarak pagar tanpa naungan dan penaungan ringan, diameter batang bawah bibit terendah dicapai pada bibit yang
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 - 28, Januari – Juni 2009
25
Sugiatno dan Hamim: Pengaruh umur batang bawah dan penaungan pada penyambungan jarak pagar Tabel 4. Tanggapan tinggi bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah grafting terhadap taraf naungan pada umur batang bawah berbeda Perlakuan Taraf Penaungan: Tanpa naungan (N0) 1 Lapis paranet (N1) 2 Lapis paranet (N2) 3 Lapis paranet (N3) BNJ 0,05
10 Minggu (U1) a 25.73
(a) (ab)
22.60 (bc) a 19.80 (c) a 15.28 5.77 a
Umur Batang Bawah : 8 Minggu (U2) --- cm --= (a) a 24.33 (ab) a 20.93 (bc) a 16.73 (c) a 13.70
6 Minggu (U3) 26.67 (a) (ab) a 21.73 (bc) a 15.68 (c) a 14.66
a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda uji BNJ 5%. Huruf dalam kurung dibaca vertikal dan tanpa kurung mendatar.
Tabel 5. Tanggapan diameter batang bawah bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah grafting terhadap taraf naungan dan umur batang bawah berbeda Umur Batang Bawah : 8 Minggu (U2) 6 Minggu (U3) Taraf Penaungan: --- mm --(a) (a) (a) Tanpa naungan (N0) a 10.13 ab 9.20 b 7.52 (a) (a) (a) 1 Lapis paranet (N1) a 10.37 ab 9.52 b 7.67 (b) (b) (b) 2 Lapis paranet (N2) a 6.42 a 5.81 a 5.26 (b) (b) (b) 3 Lapis paranet (N3) a 5.82 a 5.00 a 4.46 BNJ 0,05 1.95 Keterangan : Angka.angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda uji BNJ taraf 5 %. Huruf dalam kurung dibaca vertikal dan tanpa kurung mendatar. Perlakuan
10 Minggu (U1)
disambung umur 6 minggu, sedangkan pada penaungan sedang dan penaungan berat, umur batang bawah tidak berpengaruh pada diameter batang bawah bibit (Tabel 5).Pada berbagai umur batang bawah, jumlah daun bibit paling sedikit dicapai pada taraf penaungan berat dan jumlah daun terbanyak dicapai pada bibit tanpa penaungan. Pada bibit tanpa naungan jumlah daun tertinggi pada bibit disambung umur 10 miggu dan jumlah daun terendah pada bibit disambung umur 6 minggu. Pada penaungan ringan, sedang, dan berat, umur batang bawah tidak berpengaruh pada jumlah daun bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah penyambungan (Tabel 6). Pada umur batang bawah 8 dan 10 minggu, penaungan berat telah menurunkan keberhasilan penyambungan (persentase sambungan jadi). Hal ini karena pada naungam berat (3 lapis paranet) tingkat naungam dapat mencapai 91,1% atau tingkat penerusan sinar hanya 8,9%. Pada tingkat naungan ini pertumbuhan bibit jarak pagar sebagai batang bawah sudah terhambat yaitu batang bersifat. sukulen, diameter batang kecil, dan tinggi bibit rendah. Batang bawah yang sukulen apabila dipotong saat penyambungan batangnya lunak sehingga akan rusak pada saat pengikatan 26
sambungan. Batang bawah yang berdiameter kecil mengakibatkan diameter batang bawah lebih kecil dibanding batang atas sehingga pertautan batang atas dan batang bawah terganggu. Pada umur batang bawah 6 minggu setelah pindah tanam, tingkat naungan sedang (2 lapis paranet) telah menurtunkan keberhasilan penyambungan. Hal ini karena tanaman yang masih muda batang belum berkayu atau masih sukulen sehingga terjadi kerusakan pada saat penyambungan. Hal ini yang menyebabkan pada naungan sedang sudah menurunkan keberhasilan penyambungan. Pertumbuhan bibit jarak pagar asal sambungan yang ditunjukkan dengan peubah saat muncul tunas, tinggi bibit, diameter batang bawah, dan jumlah daun yang paling baik adalah perlakuan tanpa naungan dan naungan ringan (1 lapis paranet). Dengan demikian untuk pertumbuhan bibit jarak pagar asal sambungan yang tinggi hendaknya diberi naungan ringan dengan tingkat penaungan 46,5% atau tingkat penerusan sinar 53,5%. Pada pembibitan jarak pagar dengan penyambungan dapat dilakukan tanpa pemberian naungan Kondisi pertumbuhan batang bawah yang dipengaruhi oleh umur dan tingkat penaungan berpengaruh pada keberhasilan penyambungan bibit
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 - 28, Januari – Juni 2009
Sugiatno dan Hamim: Pengaruh umur batang bawah dan penaungan pada penyambungan jarak pagar Tabel 6. Tanggapan jumlah daun bibit jarak pagar umur 9 minggu setelah grafting terhadap taraf naungan pada umur batang bawah yang berbeda Perlakuan
10 Minggu (U1)
Umur Batang Bawah : 8 Minggu (U2) --- helai --(a) ab 12.60 (b) a 8.20 (c) a 4.47 (c) a 2.34
6 Minggu (U3)
Taraf penaungan: (a) (a) Tanpa naungan (N0) a 14.47 b 10.53 (b) (a) 1 Lapis paranet (N1) a 8.93 a 9.60 (b) (b) 2 Lapis paranet (N2) a 6.33 a 4.67 (c) (b) 3 Lapis paranet (N3) a 2.0 a 2.09 BNJ 0,05 2.63 Keterangan : Angka.angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda uji BNJ 5 %. Huruf dalam kurung dibaca vertikal dan tanpa kurung dibaca mendatar. jarak pagar. Hal ini sesuai dengan penelitian Phillips dan Castle (1997) dalam Barus (2000), bahwa batang bawah mempengaruhi volume kanopi, produksi buah, konsentrasi hara daun, dan kandungan juice buah jeruk. Keberhasilan penyambungan jarak pagar dipengaruhi oleh tingkat penaungan. Pada penaungan berat (3 lapis paranet) menyebabkan keberhasilan penyambungan telah mengalami penurunan. Tingkat penaungan yang tidak berpengaruh pada keberhasilan penyambungan adalah sampai pada penaungan sedang (2 lapis paranet) dengan tingkat penaungan 77,93% atau tingkat penerusan sinar 22,07%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dhalimi (2003) yang menunjukkan bahwa presentase keberhasilan sambung pucuk jambu mete terbaik (68,8%) diperoleh pada pengikatan sambungan dengan pembalut plastik putih dengan intensitas cahaya 30%. Menurut Hartmann, dkk. (1997), proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah (1) lapisan kambium baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim batang bawah dan batang atas saling kontak, menyatu, dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama, dan (4) lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali. Pada tingkat naungan berat dan umur batang bawah 6 minggu menyebabkan diameter batang bawah lebih kecil daripada batang atas, diameter yang tidak sama besarnya menyebabkan pertautan antara batang bawah dan batang atas terganggu.
KESIMPULAN Keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit jarak pagar asal sambungan dengan batang bawah umur 8 minggu dan 10 minggu lebih baik daripada umur 6 minggu. Keberhasilan penyambungan dan pertumbuhan bibit jarak pagar asal sambungan dengan tanpa naungan dan naungan ringan (1 lapis paranet) lebih baik daripada dengan naungan berat (3 lapis paranet) dan naungan sedang (2 lapis paranet); DAFTAR PUSTAKA Barus,T. 2000. Respon Fisiologi Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Kultivar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ terhadap Penyambungan dengan Beberapa Jenis Batang Bawah. (Tesis), Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Dhalimi, A. 2003. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Jenis Pembalut terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk Jambu Mente. Buletin Tanaman Rempah dan Obat 14 (1) : 30-37. Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. T. Davies. 1997. Plant Propagation, Principles and Practice. Sixth Edition. Prentice – Hall International, Inc. New Jersey. Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) sebagai Bahan Bakar Alternatif. http://www.irwantoshut.com. (2 April 2008). Prastowo, N dan J. M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 - 28, Januari – Juni 2009
27
Sugiatno dan Hamim: Pengaruh umur batang bawah dan penaungan pada penyambungan jarak pagar (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia. Prihandana, R dan R. Hendroko. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Agromedia Perkasa. Jakarta.
Rochiman, K dan S.S Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
o
28
Jurnal Agrotropika 14(1): 23 - 28, Januari – Juni 2009