Cara Sederhana
BUDIDAYA JARAK PAGAR (Jatropha Curcas) SANG PRIMADONA Bahan Dasar Pembuatan Bio-Diesel (Pengganti Solar) Sumber Energi Terbarukan Yang Ramah Lingkungan
Oleh : P e s t a
PRAKATA
Sesuatu yang kita pikir tidak begitu berharga bisa menjadi begitu berharga, sesuatu yang kita anggap biasa-biasa saja bisa menjadi luar biasa. Begitu juga halnya dengan tanaman Jarak Pagar, tanaman liar yang tumbuh di semak-semak di sekitar kita atau yang hanya ditanam sekedar sebagai pagar bisa menjadi tanaman primadona pada masa yang akan datang kalau dibudidayakan secara khusus. Kebutuhan bahan bakar minyak yang meningkat setiap tahunnya dan adanya kekhawatiran bahwa bahan bakar minyak bumi (minyak dari fossil) akan habis dalam 20 tahun ke depan dan bahkan mungkin kurang dengan tingkat penggunaan yang cenderung meningkat seperti sekarang ini, membuat kita harus pintar-pintar mencari sumber energi alternatif. Bio-fuel (minyak nabati) adalah salah satu alternatif terbaik, sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tanaman Jarak Pagar adalah salah satu penghasil bio-fuel terbaik. Tanaman ini mudah tumbuh di mana saja dan cocok dengan agroklimat Indonesia. Negeri kita memiliki lebih dari 20 juta hektar lahan tidur atau semi tidur dan dengan sumber daya manusia yang melimpah dengan tingkat pengangguran yang tinggi adalah merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan tanaman Jarak Pagar sebagai sumber penghasil bio-fuel. Buku ini menyajikan cara-cara yang sederhana dan mudah dipahami dalam hal pembudidayaan tanaman Jarak Pagar. Disusun dari berbagai sumber data melalui hasil penelitian dan pengamatan di lapangan secara seksama serta referensi dari berbagai bahan bacaan yang terkait. Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan berbagai pihak hingga tersusunnya buku ini, terutama kepada : Mr. Satish Lele dari Sai Petrochemical Pvt. Ltd., India atas segala informasi yang diberikannya. Dan karena berbagai keterbatasan dari penulis, buku ini tentu jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun sistematika penulisan, untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mohon maaf atas segala kekurangannya serta dengan tangan terbuka mengharapkan masukan maupun kritik membangun dari berbagai pihak.
Denpasar, Juli 2006 Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar BAB I
PENDAHULUAN A. Sejarah Jarak Pagar B. Jenis & Morfologi Jarak Pagar C. Manfaat Jarak Pagar
BAB II
BUDIDAYA A. Syarat Tumbuh B. Pembibitan C. Penanaman D. Pemeliharaan E. Pengendalian Hama & Penyakit F. Panen & Produktivitas
BAB III
PROSPEK PASAR
BAB IV
ANALISA EKONOMI
BAB V
SEKILAS TENTANG BIO-DIESEL JARAK PAGAR A. Sumber Energi Terbarukan Yang Ramah Lingkungan B. Proses Produksi C. Standar Kwalifikasi
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A. SEJARAH JARAK PAGAR
Tidak diketahui dengan jelas dari mana sesungguhnya tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas) itu berasal, namun beberapa ahli botani berpendapat tanaman ini berasal dari Mexico yang kemudian berkembang di sekitar Amerika Tengah kemudian menyebar ke Afrika dan Asia. Sekarang ini Jarak Pagar sudah menyebar luas ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri tanaman ini diperkenalkan secara resmi kepada petani dan diperintahkan untuk ditanam (tanam paksa bersama kapas) pada jaman pemerintah penjajahan Jepang (1942-1945), namun diperkirakan tanaman ini sudah ada di Indonesia sejak jaman kerajaan dibawa oleh pedagang-pedagang dari India. Waktu itu pemerintah penjajahan Jepang berencana untuk mengembangkan bio-diesel dari tanaman Jarak Pagar, tetapi mengingat pemerintah penjajahan Jepang berlangsung relatif singkat di Indonesia maka program tersebut tidak kesampaian.
Di Indonesia sendiri tanaman Jarak Pagar tumbuh secara alami hampir di semua daerah dari Sabang sampai Merauke, namum habitat terbesarnya diperkirakan terdapat pada lahan kritis di daerah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Jarak Pagar yang dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan istilah Jatropha Curcas, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Physic Nut, di berberapa daerah di Indonesia diberi nama yang berbeda-beda misalnya Jarak Putih, Keliki (Bali), Jarak Gundul, Jarak Pager (Jawa), Kaleke Pagar (Madura), Jarak Budeg, Kaleke Pagar (Sunda), Jarak Kosta, Jarak Wolanda (Sulawesi) dan dengan sebutan berbeda pada daerah lainnya. Kalau dipelihara dengan baik, tanaman ini bisa bertahan hidup sampai 50 tahun dan bahkan lebih. Di daerah Nusa Penida, Bali ditemukan Jarak Pagar yang ditanam saat jaman penjajahan Jepang masih bisa hidup dan berbuah sampai sekarang ini walaupun tanpa perawatan.
B. JENIS DAN MORFOLOGI JARAK PAGAR Jenis Jarak pagar (Jatropha Curcas) berasal dari keluarga Eyphorbiaceae (satu keluarga dengan karet dan ubi kayu). Selain Jarak pagar menurut para ahli botani ada ratusan varietas tanaman Jarak ditemukan di dunia ini (kebanyakan di Afrika), di Indonesia ditemukan beberapa jenis tanaman jarak diantaranya : Jarak Kepyar atau Jarak Kaliki (Ricimus Communis), Jarak Gurita atau Jarak Riki (Jatropha Multifida), Jarak Hias atau Jarak Bali (Jatropha Podagrica) dan Jarak Merah atau Jarak Landi (Jatropha Gossypifolia).
Ricimus Communis
Jatropha Multifida
Jatropha Podagrica
Jatropha Gossypifolia
Pohon Pohon Jarak Pagar bertajuk sedang dan bisa mencapai ketinggian 8 meter dan bahkan bisa mencapai 10 meter atau lebih bila tumbuh pada lahan yang subur dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan mengeluarkan getah bening (lateks) bila terluka. Daun Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5 - 7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan dengan bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4 - 15 cm. Bunga Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun. Buah Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 – 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning ketika sudah masak. Buah jarak terbagi 3 ruang yang masingmasing ruang berisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitamhitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 35 – 40 %.
C. MANFAAT JARAK PAGAR Berkhasiat Sebagai Tanaman Obat Pada masyarakat pedesaan di Bali, Jarak Pagar sudah biasa dipakai sebagai obat, diantaranya getahnya dipakai untuk obat oles untuk sariawan dan obat oles untuk luka baru (sebagai pengganti dari obat merah). Daunnya yang masih muda dicampur dengan bawang merah dan sedikit air kemudian diperas, perasannya ini biasanya dipakai sebagai obat penurun panas (dibalur keseluruh tubuh). Pada masyarakat pedesaan di beberapa daerah di Indonesia ada yang memanfaatkan getah Jarak Pagar untuk obat tetes pada telapak kaki yang terkena kutu air dan bercak. Selain itu tumbukan 5 lembar daun Jarak Pagar yang ditambah dengan 1 sendok teh minyak kelapa, lazim juga dipakai sebagai pembasmi cacing kremi, dengan cara menempelkannya pada dubur anak-anak ketika tidur dan dibersihkan keesokan harinya. Di dalam kitab Taru Premana (kitab yang khusus memuat khasiat tanaman untuk obat tradisional), diantaranya disebutkan “Saya bernama pohon Jarak Pagar (Jatropha Curcas), akar beserta daun saya panas, getah saya putih. Saya bisa dipakai untuk obat orang tuli. Ambil kulit (babakan) saya dipakai sembar (simbuh) dicampur dengan kerikan (asaban kayu) majegau. Ambil daun serta akar saya dipakai tutuh (gurah) diisi dengan cuka, merica dan temu tis” Dr. A.P. Dharma dalam bukunya “Tanaman Obat Tradisional Indonesia” menulis bahwa air perasan daun Jarak Pagar yang kental dapat digunakan sebagai pelentur, obat kumur, sampai pencuci borok. Sedangkan minyaknya yang dicampur dengan belerang, parafin dan beberapa tetes terpentin dapat digunakan untuk mengobati luka. Di India disebutkan Jarak Pagar bisa digunakan untuk bahan pembuatan obat kanker, tergigit ular, kutu air, kelumpuhan dan penyakit kulit. Tanaman Industri Manfaat ekonomi terbesar dari Jarak Pagar adalah buahnya yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji (kernel) dan kulit biji. Inti biji inilah yang bisa dijadikan bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Setelah melalui proses pemerahan, dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian diekstraksi. Hasilnya berupa minyak Jarak Pagar dan bungkil ekstraksi. Minyak Jarak Pagar digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan metanolisis/etanolisis yang hasil akhirnya berupa biodiesel dan gliserin. Sedangkan bungkil ekstraksi bisa menghasilkan pupuk dan sebagai bahan pembangkit biogas yang produk akhirnya berupa biogas pengganti minyak tanah, serta ekstosifikasi yang hasil akhirnya berupa pakan lemak. Sementara itu, kulit biji Jarak Pagar bisa menghasilkan bahan bakar lokal dan pupuk.
Hasil analisa menunjukkan bahwa biji buah jarak pagar mengandung unsur kimiawi seperti : air, protein, lemak, karbohidrat, serat dan abu dengan komposisi sebagai tertera di dalam tabel berikut : KANDUNGAN UNSUR KIMIAWI BIJI BUAH JARAK PAGAR UNSUR KIMIAWI Air Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
KOMPOSISI 06.20 % 18.00 % 38.00 % 17.00 % 15.50 % 05.30 %
Meski kadar proteinnya tinggi, bungkil Jarak Pagar beracun karena antara lain mengandung zat kursin (curcin) dan eseter forbil. Tidak bisa dijadikan pakan ternak tanpa diolah terlebih dahulu, tetapi dapat dijadikan bahan mentah pembangkit biogas dan merupakan pupuk yang baik karena mengandung kalium dan fosfat. Tanaman Ekologis Sifatnya yang bandel, tahan terhadap kekeringan dan bisa tumbuh baik pada lahan marjinal serta mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya maka tanaman ini cocok dipakai untuk proyek penghijauan pada lahan kritis dan gundul. Akarnya yang rapat dipermukaan tanah dapat memperkuat tanah dari terjangan erosi. Pada musim kemarau, Jarak Pagar mengalami proses gugur daun, daun yang gugur ini akan membusuk menjadi humus yang bisa memperbaiki ekosistim tanah. Dan sesuai namanya tanaman ini juga bisa dipakai sebagai pagar dan juga tanaman hias di pekarangan rumah. Bisa juga dipergunakan sebagai tanaman pelindung serta tanaman inang untuk coklat, vanili, kacang panjang, kentang ubi dan yang lainnya. Manfaat Lain Batang pohon tanaman jarak yang sudah kering bisa dipakai sebagai kayu bakar. Di daerah Nusa Penida, Bali ada suatu kepercayaan bahwa batang pohon tanaman Jarak Pagar adalah senjata ampuh untuk membunuh ular, ular seganas apapun kalau sudah terkena pukulan batang pohon tanaman Jarak Pagar maka akan menjadi tidak berdaya. Maka dari itu di sana tanaman Jarak Pagar banyak ditanam di pekarangan rumah terutama bagi mereka yang memelihara ayam kampung karena ular adalah salah satu hama dari ternak ayam. Pada jaman dahulu buah Jarak Pagar biasa dipakai oleh masyarakat pedesaan sebagai sabun cuci (pengganti detergen) dan sebagai lampu minyak (Jarak Pagar).
BAB II BUDIDAYA
A. SYARAT TUMBUH Tanaman Jarak Pagar tergolong tanaman yang cukup bandel, dalam arti gampang tumbuh di mana saja dan mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Namun dia akan berkembang secara optimal pada Latitude 50° LU - 40° LS, Altitude 0 - 2000 meter di atas permukaan laut, suhu berkisar antara 18° - 30° C. Pada daerah bersuhu rendah (< 18° C) pertumbuhannya akan terhambat sedangkan pada daerah bersuhu tinggi (> 35° C) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering sehingga produksi berkurang. Curah hujan ideal antara 300 mm – 1.200 mm per tahun. Dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur tetapi memiliki drainase baik dan tidak tergenang, ph tanah yang ideal adalah 5.0 - 6.5.
B. PEMBIBITAN Tanaman Jarak Pagar bisa berkembang biak melalui cara generatif dan juga vegetatif, jadi penyediaan bibit bisa dilakukan dengan benih yang dipilih dari biji yang telah cukup tua yang diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna coklat kehitam-hitaman maupun dengan setek cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Penyediaan bibit dengan teknik pengembangan kultur jaringan juga dimungkinkan. Sebenarnya penanaman bisa dilakukan langsung di lapangan (tanpa pembibitan) baik dengan setek maupun benih, namun untuk hasil yang lebih optimal, dianjurkan melalui proses pembibitan dengan menggunakan benih. Dibandingkan dengan setek, pembibitan dengan benih akan menghasilkan tanaman yang mempunyai perakaran yang lebih kuat sehingga tahan terhadap terjangan angin serta bisa bertahan hidup lebih lama. Mengingat penyediaan bibit (baik melalui benih maupun setek) relatif mudah, teknik penyediaan bibit melalui pengembangan kultur jaringan untuk sementara diabaikan karena disamping pertimbangan faktor ekonomis cara ini juga tidak bisa dilakukan oleh petani pada umumnya karena membutuhkan keterampilan serta biaya yang sangat tinggi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan benih untuk pembibitan : - Benih harus dipilih dari induk yang sehat dan berbuah lebat dan sebaiknya telah berumur 4 tahun atau lebih. - Biji dipilih yang berbentuk normal (bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman) dan bebas dari penyakit. - Biji dalam keadaan kering (kadar air 5-7%), sebaiknya berumur tidak lebih dari 15 bulan dari masa panen.
Benih Yang Sehat
(berbentuk lojong berwarna coklat kehitam-hitaman)
Bibit Siap Tanam (tinggi 30-50 cm)
Untuk hasil yang lebih baik dan memudahkan dalam pemindahan, pembibitan sebaiknya dilakukan di dalam polybag (ukuran kecil). Setiap polybag diisi dengan campuran tanah lapisan atas (top soil) dengan pupuk kandang atau kompos, jika tersedia bisa juga dicampur dengan sekam padi (dengan perbandingan 1 : 1 : 1), pemberian sekam padi maksudnya untuk memudahkan proses perputaran udara dalam tanah serta agar bibit dalam polybag tidak menjadi terlalu berat. Setiap polybag ditanami 1 biji benih. Tempat pembibitan diberi naungan atau atap (bisa dari daun kelapa, jerami atau paranet). Proses pembibitan ini berlangsung 2 – 3 bulan, dimana bibit sudah bisa diharapkan tumbuh dengan ukuran tinggi 30-50 cm. Selama proses pembibitan, penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore), penyiangan juga perlu dilakukan untuk membersihkan gulma atau tanaman liar yang mungkin ikut tumbuh di dalam polybag, bibit yang tidak sehat atau pertumbuhannya kerdil sebaiknya disingkirkan. Karena penanaman dilakukan pada awal musim penghujan (antara Oktober sampai Desember) maka proses pembibitan sebaiknya dilakukan pada bulan Agustus.
C. PENANAMAN Musim Tanam Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan (Oktober sampai Desember) sehingga kebutuhan air bagi tanaman muda cukup tersedia sampai tumbuh kuat sebelum memasuki musim kemarau. Pemilihan Bibit Bibit yang akan ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi sekitar 30 – 50 cm, bebas dari bibit penyakit.
Persiapan Lahan Lahan yang akan ditanami Jarak Pagar, dibersihkan dari gulma serta digemburkan baik dengan cara manual, mekanis maupun kimiawi sesuai dengan kondisi lahan serta pertimbangan nilai ekonomisnya. Pengolahan lahan oleh petani biasanya dengan dicangkul atau dibajak. Khusus untuk lahan yang datar, lahan dapat digemburkan dengan traktor. Langkah selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm, pada lahan yang kurang subur lubang tanam sebaiknya dibikin lebih besar misalnya 40 x 40 x 40 cm atau lebih. Jarak tanam untuk lahan kosong yang secara khusus akan ditanami Jarak Pagar untuk mengoptimalkan manfaat ekonomis dari lahan, sebaiknya dibikin 2 x 2 meter (sekitar 2.500 pohon untuk 1 hektar lahan) atau bisa disesuaikan bila ditanam disela-sela pepohonan yang sudah ada. Penanaman Lubang tanam yang sudah disiapkan diisi setengahnya dengan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk kompos) kemudian diisi dengan satu sendok pupuk non-organik NPK plus. Pemberian pupuk organik dimaksudkan untuk meningkatkan unsur hara tanah sedangkan pemberian pupuk non-organik (NPK plus) adalah untuk merangsang perakaran. Bila pupuk non-organik tidak tersedia dan secara ekonomis dianggap memberatkan, maka dapat diabaikan. Tanam bibit (dimasukkan ke dalam lubang tanam) dengan merobek polybag terlebih dahulu. Jika tanah dalam polybag terlihat kering, siram terlebih dahulu agar tanahnya tidak pecah, kemudian timbun dengan tanah galian (top soil) dan disiram secukupnya. Jika lahan tidak memiliki drainase yang baik atau pada sifat tanah yang susah menyerap air (seperti tanah liat misalnya) sebaiknya dibikin gundukan pada pangkal tanaman untuk menghindari genangan air, Jarak Pagar tidak suka dengan genangan air yang terlalu lama. Tetapi pada lahan dengan drainase yang baik atau pada sifat tanah yang sangat gampang menyerap air (seperti tanah lempung berpasir misalnya) sebaiknya timbunan tanah dipangkal tanaman dibikin datar atau bahkan cekung sehingga resapan air terkonsentrasi di sana. Untuk mengoptimalkan nilai ekonomis lahan serta diversifikasi hasil usaha, pembudidayaan Jarak Pagar disarankan dengan sistim tumpang sari dengan tanaman lain seperti : jagung, kacang-kacangan, singkong atau yang lainnya. Penanaman dengan sistim tumpang sari ini juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko serangan hama penyakit. Pada sistim penanaman secara mono-kultural di Tanzania dan Nicaragua dilaporkan adanya serangan serangga pada bunga dan buah serta serangan rayap pada pangkal batang.
Bila ingin mendapatkan hasil dari tumpang sari secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka penanaman dianjurkan dengan jarak 2 x 3 meter atau bahkan lebih, pada penanaman dengan jarak 2 x 2 meter diperkirakan tumpang sari hanya bisa efektif sampai dua tahun saja sebab setelah itu tajuk tanaman induk sudah saling bertemu sehingga tanaman tumpang sari tidak bisa tumbuh lagi dengan baik. Jarak Tanam 2 x 2 m
(tanaman tumpang sari efektif sampai 2 tahun)
Penyulaman Penyediaan bibit sebaiknya 10% diatas kebutuhan (jumlah lubang tanam), hal ini adalah dimaksudkan sebagai persediaan untuk mengganti tanaman yang kemungkinan mengalami kematian setelah ditanam. Dan juga tanaman yang tidak bisa tumbuh dengan baik setelah ditanam atau terlihat kerdil sebaiknya segera diganti dengan bibit baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga bulan setelah masa tanam pertama agar tidak terlihat terlalu timpang pertumbuhannya dengan tanaman yang ditanam pertama. D. PEMELIHARAAN Pada beberapa daerah berlahan kritis di Bali seperti di daerah Kubu – Karangasem dan Nusa Penida - Klungkung, Jarak Pagar ditemukan bisa bertahan hidup dan berbuah dengan baik di tengah semak-semak di pinggiran hutan. Walaupun demikian, untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu juga diperhatikan faktor pemeliharaan menyangkut : penggemburan lahan & pembersihan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan bahkan pengairan bila diperlukan. Penggemburan Lahan & Pengendalian Gulma Penggemburan lahan dan pengendalian gulma dilakukan dalam sekali waktu (secara bersamaan) sebaiknya dilakukan minimal dua kali setahun yaitu pada awal musim penghujan dan menjelang akhir musim penghujan. Penggemburan dimaksudkan untuk memperlancar peredaran udara dalam tanah, menjaga struktur tanah agar tetap gembur serta drainase tetap terpelihara dengan baik sedangkan pembersihan gulma dimaksudkan untuk mengurangi kompetisi perebutan unsur hara serta kemungkinan gulma sebagai tempat berkembangnya berbagai jenis hama dan penyakit tanaman induk. Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Pemangkasan pada tahun pertama dilakukan pada saat tanaman mencapai ketinggian 1 meter dan pemangkasan cabang dilakukan pada tahun ke dua dan ke tiga untuk mendapatkan bentuk dan ukuran tajuk sesuai dengan yang kita inginkan. Tajuk yang baik adalah berbentuk payung, yang memudahkan penyerapan sinar matahari secara merata.
Pemangkasan juga dimaksudkan untuk menjaga tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi (lebih dari 2 meter) yang dapat menyulitkan dalam panen. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang yang kering atau mati untuk mengindari hama rayap dan anai-anai bersarang di sana. Pemberian Pupuk Pada prinsipnya pemberian pupuk dimaksudkan untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah setempat. Pupuk yang paling baik dan paling ekonomis adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Pemberian pupuk non-organik sifatnya adalah sebagai pelengkap, kalau diibaratkan dengan menu makanan (manusia) adalah 4 sehat (unsur hara yang ada dalam tanah secara alami + pupuk organik) 5 sempurna (pupun non-organik), jadi sifatnya untuk menyempurnakan. Pemberian pupuk non-organik harus mempertimbangkan faktor ekonomis serta efek sampingnya terhadap kondisi lahan untuk jangka panjang, jadi jika secara ekonomis dianggap memberatkan maka pemberian pupuk organik saja sudah dianggap mencukupi. Hal ini juga atas dasar pertimbangan bahwa muara utama dari budidaya Jarak Pagar adalah untuk pembuatan bio-diesel yang ramah lingkungan maka dalam budidayanyapun kita harus mulai dengan hal-hal yang bersifat ramah lingkungan. Adapun dosis pupuk yang direkomendasikan untuk setiap satu hektar luas tanaman Jarak Pagar pertahunnya adalah pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) sebanyak 2.5 ton (1 kg setiap pohon) serta pupuk non-organik berupa NPK plus sebanyak 100 kg dan bisa juga ditambahkan dengan urea sebanyak 20 kg. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada awal musim penghujan dan sebelum berakhirnya musim peghujan dan dilakukan setelah proses penggemburan dan pembersihan gulma. Bila untuk pupuk organik dipilih pupuk kandang dari kotoran sapi, sebaiknya dipilih yang sudah tua (sudah hampir menjadi tanah) karena kotoran sapi yang mentah masih mengalami proses fermentasi alami sehingga berhawa panas jadi bisa menghambat pertumbuhan dan bahkan bisa menimbulkan kematian sedangkan kotoran sapi yang baru kering sangat digemari oleh hama rayap dan juga anai-anai yang kemungkinan bisa juga menyerang tanaman induk. Pemupukan yang efektif adalah dengan cara mendugal dengan membuat galian (kedalaman sekitar 20 – 50 cm, tergantung umur tanaman) melingkar mengikuti tajuk tanaman. Pupuk disebar merata sepanjang galian kemudian ditimbun kembali dengan tanah lapisan atas (top soil) rata lahan. Pengairan Tanaman Jarak Pagar adalah termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan, bila ditanam pada awal musim penghujan di mana tanaman sudah cukup kuat menghadapi musim kemarau, atas alasan ekonomis pengairan relatif tidak diperlukan. Pada musim kemarau dia mempunyai pertahanan dengan gugur daun tetapi batang dan akar tetap hijau. Namun bila dianggap perlu dan bila penyediaan air dianggap tidak merupakan beban ekonomis yang terlalu berat, pengairan dapat dilakukan pada musim kemarau minimal satu bulan sekali.
Menurut hasil penelitian di India, pada lahan ber-irigasi atau disiram secara teratur pada musim kemarau, produktivitas buah rata-rata lebih tinggi dibandingkan pada lahan nonirigasi atau sama sekali tidak disiram pada musim kemarau. PRODUKTIVITAS BUAH (Biji Kering Per Hektar Lahan) PADA LAHAN NON-IRIGASI TAHUN TINGKAT KESUBURAN TANAH RENDAH SEDANG KE-1 0.25 TON 0.25 TON KE-2 0.50 TON 1.00 TON KE-3 0.75 TON 1.25 TON KE-4 0.90 TON 1.75 TON KE-5 1.10 TON 2.00 TON
TINGGI 0.40 TON 1.50 TON 1.75 TON 2.25 TON 2.75 TON
PADA LAHAN BER-IRIGASI TAHUN TINGKAT KESUBURAN TANAH RENDAH SEDANG TINGGI KE-1 0.75 TON 1.25 TON 2.50 TON KE-2 1.00 TON 1.50 TON 3.00 TON KE-3 4.25 TON 5.00 TON 5.00 TON KE-4 5.25 TON 6.25 TON 8.00 TON KE-5 5.25 TON 8.00 TON 12.50 TON Sumber : www.jatrophaworld.org
E. PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT Tanaman Jarak Pagar dikenal sebagai tanaman beracun sehingga tidak begitu disukai oleh serangga, jadi relatif aman terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Pencegahan dan pemberantasan hama, dianjurkan sedapat mungkin dengan cara mekanis dan biologis yang murah dan ramah lingkungan, penggunaan cara kimiawi hendaknya mempertimbangkan faktor ekonomis serta dampak negatifnya terhadap lingkungan secara seksama. Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan hama dan penyakit yang sangat merugikan, namun demikian di Bali ditemukan beberapa penyakit dan hama dalam skala kecil pada tanaman Jarak Pagar diantaranya : Cendawan Hitam Penyakit ini menyerang permukaan daun dan bila dibiarkan akan menutupi semua permukaan daun dan menular ke daun yang lainnya. Kalau sudah demikian maka akan mengganggu proses pernafasan dan asimilasi sehingga tanaman menjadi kerdil, daun cepat menguning dan gugur.
Cendawan ini banyak menyerang tanaman yang tidak mendapatkan penyinaran yang cukup dan tidak mendapat kucuran curah hujan secara langsung dengan memadai. Penyebaran cendawan ini adalah melalui perantara angin dan serangga. Cara pencegahannya adalah dengan cara mengatur percabangan dengan pemangkasan sehingga memungkinkan sinar matahari dan udara bisa masuk secara merata ke dalam tajuk. Cara pemberantasan pada stadium awal adalah dengan membersihkan daun dengan cairan detergent sedangkan pada stadium akut maka daun yang terinfeksi dipetik, dikumpulkan lalu dibakar atau ditanam dalam-dalam. Dengan mempertimbangkan faktor ekonomis, cara pemberantasan secara kimiawai juga bisa dilakukan dengan penyemprotan dengan Folithion 50 EC (dosis 0.50 cc/liter air), Thiodan 35 EC (dosis) 1.50 cc/liter air) atau bisa juga dengan Tokuthion 500 EC (dosis 2 cc/liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan masing-masing. Cendawan Tepung Penyakit ini menyerang batang, daun bagian bawah, bunga dan buah. Cendawan tepung ini mirip dengan sarang laba-laba, kemudian membentuk serbuk berwarna putih mirip tepung. Bila menyerang bunga bisa menyebabkan kerontokan dan bila menyerang buah muda bisa membuat buah menjadi kerdil dan rontok sebelum masak. Cendawan ini biasanya menyerang tanaman dengan lingkungan terlalu lembab dan daun terlalu rimbun. Penyebaran cendawan ini adalah melalui perantara angin dan air hujan. Cara pencegahannya adalah dengan menjaga sirkulasi udara dan sinar matahari agar bisa masuk dengan leluasa ke dalam kebun dan ke dalam tajuk. Cara pencegahan lain yang bisa dicoba adalan dengan mengundang semut kuning pemakan buah manis (di Bali biasa disebut Semaluh, semacam semut rangrang tapi tidak menggigit) caranya adalah dengan meletakkan kupasan buah - buahan manis yang sudah masak (seperti mangga misalnya) ke dalam dalam ranting pohon, maka semut ini biasanya datang dengan sendirinya. Urine semut ini biasanya ditakuti oleh Cendawan Tepung. Pemberantasan penyakit ini bisa dilakukan secara mekanis dengan memotong bagian yang terinfeksi dan menyingkirkan atau memusnahkannya dengan dibakar atau ditanam. Bisa juga menggunakan kapur barus dimasukkan ke dalam minyak tanah (dosis (1butir/liter) kemudian dioleskan atau disemprotkan pada bagian tanaman yang terinfeksi atau dengan fungisida benlate (dosis 0.59/liter air), antracol (dosis 2-3 gram/liter air) atau cobox (dosis 1 gram/1 liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan masing-masing.
Rayap dan Anai-Anai Rayap dan anai-anai biasanya menyerang akar, batang dan ranting yang kering. Bila menyerang akar dalam jumlah yang banyak bisa meyebabkan kematian atau tumbangnya pohon sedangkan bila meyerang pohon atau ranting bisa menyebabkan pohon atau ranting jadi patah. Cara pencegahannya adalah dengan menjaga kebun bebas dari tebaran kayu-kayu yang kering dan selalu memotong ranting yang kering dan menyingkirkannya dari kebun. Penggunaan pupuk kandang sebaiknya yang sudah matang (sudah seperti tanah). Cara lain yang bisa dicoba adalah dengan melepas ayam kampung berkeliaran di kebun, ayam kampung gemar menyantap rayap dan anai-anai. Pemberantasannya bisa dengan menyiram lubang induk atau sarang rayap dan anai-anai dengan minyak tanah. Serangga Pada sistim penanaman Jarak Pagar secara mono-kultural di Nicaragua dan Tanzania dilaporkan adanya serangan serangga sejenis kutu loncat, namun di Indonesia jenis hama ini belum ada ditemukan menyerang tanaman Jarak Pagar. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, bunga dan buah. Kalau berkaca dari Lamtoro dan Gamal, tanaman yang diserang hama ini bisa menyebabkan kekerdilan dan bahkan kematian bila hama ini menyerang dalam waktu yang relatif lama. Cara pencegahannya adalah dengan sistim penanaman secara multi-kultural atau tumpang sari. Pemeliharaan semut rangrang (di Bali disebut Semangah) sebagai predator di dalam pohon juga merupakan sebuah alternatif sebab jenis kumbang ini biasanya dimakan oleh semut rangrang. Namun jumlahnya mesti dikontrol agar tidak berlebihan sebab jenis semut ini membikin sarang dengan menggulung beberapa helai daun sehingga bisa mengganggu asimilasi disamping itu bisa menyusahkan saat panen sebab dia cenderung menggigit kalau disentuh. Pemberantasan dengan penyemprotan insektisida juga bisa dilalukan, misalnya dengan : Folothion 50 EC (dosis 0.25 – 0.50 cc/liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan masing-masing.
F. PANEN DAN PRODUKTIVITAS Tanaman Jarak Pagar termasuk jenis tanaman yang cepat berproduksi. Mulai berbunga setelah berumur 3 – 4 bulan dari masa tanam dan pembentukan buah mulai pada umur 4 – 5 bulan. Buah masak pada umur 5 – 6 bulan dicirikan dengan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering dan berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman.
Produktivitas Produktivitas sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kesuburan tanah dan teknik pemeliharaan. Pada penanaman secara intensif pada lahan yang relatif subur, produksi awal (3 – 5 tahun) bisa mencapai antara 1 – 5 kg biji kering per pohon per tahun, produksi akan mulai stabil pada tahun ke-5 dan seterusnya. Dengan populasi tanaman sekitar 2.500 pohon per hektar (jarak tanam 2 x 2 m), maka untuk setiap hektar lahan bisa diperoleh rata-rata sekitar 12.5 ton biji kering per tahun pada saat produksi mulai stabil. Jika rendemen minyak sebesar 35 - 40 % maka setiap hektar lahan bisa diperoleh sekitar 4.50 ton minyak bio-diesel per hektar per tahun. Panen Buah Jarak Pagar masak tidak serempak, sehingga perlu hati-hati saat memanen agar bunga dan buah yang masih hijau tidak rusak. Tercampurnya buah yang masih mentah (berwarna hijau) bisa menyebabkan rendahnya kwalitas minyak yang dihasilkan. Buah yang dipanen adalah buah yang sudah masak (berwarna kuning dan mulai mengering). Panen dengan memetik buah yang masak satu per satu dan dikumpulkan dalam suatu tempat. Buah Yang Sudah Masak (siap dipanen) Buah yang terkumpul kemudian dijemur sampai pecah dengan sendirinya, kemudian bijinya diambil dan dikumpulkan. Bila masih terasa lembab maka biji perlu dikeringkan lagi sampai kadar air mencapai sekirat 5-7%. Pengeringan dengan menjemur pada terik sinar matahari langsung bisa menyebabkan turunnya kwantitas kandungan minyak karena dikhawatirkan adanya penguapan yang relatif tinggi, jadi sebaiknya pengeringan dilakukan di tempat yang teduh namun mendapat sirkulasi udara yang baik. Kemudian disimpan pada tempat yang kering (sebaiknya dalam karung agar mudah memindahkannya). Penyimpanan bisa dilakukan sampai satu tahun dan sebaiknya tidak lebih dari 15 bulan sebab penyimpanan yang terlalu lama bisa menurunkan kawalitas serta kwantitas kandungan minyak di dalamnya.
BAB III PROSPEK PASAR
Salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di negara kita belakangan ini adalah akibat krisis energi khususnya bahan bakar minyak yang disebabkan oleh melambungnya harga bahan bakar minyak dunia. Dan dengan konsumsi yang cenderung meningkat dari tahun ketahun, tumbuh kekhawatiran global bahwa cadangan minyak bumi akan habis dalam kurun waktu 20 tahun dan batubara akan habis dalam kurun waktu 50 tahun dari sekarang dan bahkan mungkin kurang, menyebabkan kita harus pintar-pintar mencari sumbersumber bahan bakar alternatif yang bisa dikembangkan di negeri kita. Salah satu alternatifnya adalah dengan pembuatan bio-fuel (minyak nabati) dan bahan baku di Indonesia untuk pembuatannya begitu melimpah. Menurut penelitian para ahli ada puluhan jenis tanaman yang bisa diolah untuk menghasilkan bio-fuel, diantaranya adalah kelapa sawit, kacang tanah, singkong, bunga matahari dan Jarak Pagar. Namun karena singkong, kacang tanah dan kelapa sawit adalah tanaman pangan, dikhawatirkan kestabilan penyediaannya terganggu pada saat kebutuhan akan bahan pangan meningkat, sedangkan bunga matahari adalah jenis tanaman semusim, mati setelah satu kali musim panen, jadi harus ditanam kembali setiap habis panen. Untuk itu sumber bahan bio-fuel yang dianggap cukup memadai adalah minyak Jarak Pagar. Selama ini ini Jarak Pagar hanya ditanam sebagai pagar atau bahkan hanya tumbuh liar di hutan-hutan, dikenal secara agronomis mudah beradaptasi dengan agroklimat di Indonesia, bertahan hidup lebih dari lima puluh tahun dan bisa tumbuh baik pada lahan kritis sekalipun, bisa menjadi tanaman primadona kalau dibudidayakan secara khusus. Konsumsi BBM di dalam negeri terutama premium, solar dan minyak tanah yang cenderung naik dari tahun ketahunnya adalah merupakan peluang besar bagi produk biofuel untuk secara bertahap menggantikannya. Berikut adalah data penjualan produk BBM dalam negeri dari tahun 2002 sampai 2004 : PENJUALAN PRODUK BBM DALAM NEGERI 2002 – 2004 (Dalam Juta Ton) JENIS BBM PREMIUM (Gasoline) SOLAR (ADO) MINYAK TANAH (Korosene) MINYAK BAKAR (IBO) MINYAK DIESEL (IDO) Sumber : Pertamina.
2002 86.62 155.34 73.62 43.87 9.03
2003 91.61 151.65 73.82 36.69 7.44
2004 103.26 168.63 74.50 36.79 7.02
Atas berbagai pertimbangan seperti : cocok dengan agroklimat Indonesia, mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, bisa tumbuh baik pada lahan marjinal, perawatannya mudah dan murah, cepat berbuah, bisa hidup dan berproduksi secara terus menerus sampai umur 50 tahun atau lebih, kandungan minyaknya cukup baik (sekitar 35 - 40 %), merupakan tanaman non-pangan sehingga persediaannya tidak terganggu jika kebutuhan akan bahan pangan meningkat maka Jarak Pagar merupakan tanaman yang mempunyai prospek pasar yang sangat baik ke depannya sebagai bahan pembuatan biodiesel. Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Amerika dan juga negara-negara sedang berkembang seperti India, Brazil, Mexico, Nicaragua dan bahkan negara-negara Afrika seperti Mali, Zambia yang tingkat kemampuan ekonomi maupun teknologinya masih bisa dibilang di bawah kemampuan negara kita sudah terbiasa menggunakan bio-diesel dari minyak Jarak Pagar sebagai alternatif dari minyak bumi. Kita memang masih terkebelakang untuk hal ini, tetapi tidak ada istilah terlambat untuk menyadarinya. Mengingat tersedianya lahan kritis di negeri kita yang tidur atau semi-tidur mencapai lebih dari 20 juta hektar serta tersedianya sumber daya manusia yang melimpah dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi maka mengapa kita tidak segera mulai membudidayakan Jarak Pagar sebagai bahan baku untuk pembuatan bio-diesel. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
BAB IV ANALISA EKONOMI
Keberhasilan budidaya Jarak Pagar kedepannya di negeri kita tidak akan terlepas dari manfaat ekonomi yang bisa didapatkan darinya. Dengan hasil panen rata-rata 5 kg per pohon per tahun (pada saat tanaman sudah dewasa atau mencapai umur 5 tahun ke atas) dengan jarak tanam 2 x 2 meter untuk lahan satu hektar (sekitar 2.500 pohon) maka per tahun bisa menghasilkan sekitar 10 - 12.5 ton biji kering per tahun. Dengan rendemen sekitar 35 – 40 % maka bisa menghasilkan 3.5 - 5 ton minyak per hektar pe tahun. Dengan prediksi harga minyak solar untuk saat ini ada pada kisaran Rp. 4.500 – 5.500 per liter, diperkirakan harga minyak bio-diesel berada pada kisaran Rp. 3.500 – 4.000 per liter (sekitar 75 % dari harga Solar), sedangkan harga minyak jarak pagar mentah sebelum diolah menjadi bio-diesel (CJCO : Crude Jatropha Curcas Oil) ada pada kisaran Rp. 2.500 – 3.000 karena diperkirakan dibutuhkan biaya tambahan sekitar Rp. 1.000 per liter untuk mengolahnya menjadi bio-diesel. Dengan perhitungan di atas, diperkirakan harga biji Jarak Pagar berada pada kisaran Rp. 500 – 750 per kg (sekitar 25% dari harga per liter minyak Jarak Pagar mentah). Jadi dengan demikian untuk satu hektar lahan bisa menghasilkan pendapatan untuk petani sekitar Rp. 5.000.000 - 10.000.000 per tahun. Pendapatan sejumlah itu tentu tergolong masih jauh bila dibandingkan dengan tanaman produktif lainnya seperti kopi, coklat, cengkeh dan lainnya. Namun yang perlu diingat adalah bahwa Jarak Pagar gampang tumbuh di mana saja dan pada lahan kritis sekalipun (menurut pengalaman petani di India bahwa Jarak Pagar bahkan bisa tumbuh dengan baik pada lahan di mana jagung dan gandum sama sekali tidak bisa tumbuh) serta perawatannya gampang maka Jarak Pagar secara ekonomis layak dibudidayakan terutama pada lahan kritis yang tidur atau semi tidur. ANALISA RUGI/LABA BUDIDAYA JARAK PAGAR (Per Hektar Lahan)) Tahun Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 dst
Pengeluaran Rp. 5.000.000 Rp. 3.750.000 Rp. 3.750.000 Rp. 3.750.000 Rp. 3.750.000
Produktivitas 2.500 Kg 3.000 Kg 5.000 Kg 8.000 Kg 12.500 Kg
Komponen pengeluaran berupa : Tahun ke - 1 Penyediaan Bibit Rp. 500 x 2.500 Ongkos Kerja Rp. 250.000 x 12 bulan Penyediaan Pupuk Lain-Lain Jumlah
Pendapatan Rp. 1.250.000 Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 Rp. 4.000.000 Rp. 6.250.000
Rp. 1.250.000 Rp. 3.000.000 Rp. 500.000 Rp. 250.000 Rp. 5.000.000
Keuntungan Rp. (-) 3.750.000 Rp. (-) 2.250.000 Rp. (-) 1.250.000 Rp. 250.000 Rp. 2.500.000
Tahun ke - 2 dan Seterusnya Ongkos Kerja Rp. 250.000 x 12 bulan Penyediaan Pupuk Lain-Lain Jumlah
Rp. 3.000.000 Rp. 500.000 Rp. 250.000 Rp. 3.750.000
Sedangkan komponen pendapatan adalah berupa biji buah Jarak Pagar dengan prediksi harga minimum sebesar Rp. 500 per kg. Untuk menutupi kerugian pada tahun ke 1 - 3, bisa diusahakan dengan tanaman tumpang sari. Bila petani mengerjakan kebunnya sendiri, maka ongkos kerja yang disebut di atas bisa merupakan pendapatan untuk petani itu sendiri (menciptakan penghasilan sendiri) dan biasanya petani di pedesaan juga terbiasa memelihara aneka ternak seperti : sapi, kambing, babi, ayam dan lainnya. Kotoran ternak inilah yang dijadikan pupuk disebar ke dalam kebun sehingga biaya pupuk yang disebutkan di atas menjadi tidak ada (memaximumkan pendapatan petani). Yang perlu juga diingat bahwa pembudidayaan tanaman Jarak Pagar relatif gampang sehingga disamping mengusahakan budidaya Jarak Pagar, petani masih bisa melakukan pekerjaan lainnya (seperti memelihara ternak dan pekerjaan tani yang lainnya). Menurut pengamatan di lapangan, terutama pada para petani pada lahan kritis rata-rata tingkat kesibukan mereka masih tergolong rendah. Sehingga bila ditambah dengan usaha baru dengan pembudidayaan 2 hektar Jarak Pagar untuk masing-masing petani, diasumsikan mereka masih bisa mengerjakan apa yang menjadi rutinitas mereka sebelumnya. Jadi budidaya Jarak Pagar adalah alternatif usaha sambilan yang produktif.
BAB VI SEKILAS TENTANG BIO-DISEL JARAK PAGAR
A. SUMBER ENERGI TERBARUKAN YANG RAMAH LINGKUNGAN Konsep bio-diesel diperkenalkan pertama kali pada tahun 1885 oleh Dr. Rudolf Diesel yang untuk pertama kalinya menciptakan mesin dengan bahan bakar nabati. Pada tahun 1900 dia memamerkan produksinya dalam sebuah pameran mesin di Paris yang mencengangkan semua penggunjung karena bisa dijalankan baik dengan bahan bakar premium maupun dengan bahan bakar nabati (kacang tanah). Pada saat itu dia berujar bahwa “……penggunaan minyak bakar nabati sebagai minyak bakar mesin sepertinya kurang begitu signifikan untuk saat ini, tetapi pada suatu saat nanti akan menjadi sangat penting mengingat persediaan bahan bakar minyak bumi dan batubara yang makin menipis…..”. Ucapan itu menjadi kenyataan saat ini. Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Amerika dan juga negara-negara sedang berkembang seperti India, Brazil, Mexico, Nicaragua dan bahkan negara-negara Afrika seperti Mali, Zambia yang tingkat kemampuan ekonomi maupun teknologinya masih bisa dibilang di bawah kemampuan negara kita sudah terbiasa menggunakan bio-diesel dari minyak Jarak Pagar sebagai alternatif dari minyak bumi. Berbeda dengan Bahan Bakar Minyak Bumi (minyak dari fossil) yang mana ketersediaannya akan berkurang dan bahkan habis kalau kita pakai secara terus menerus, Bahan Bakar Bio-Diesel (Jarak Pagar) adalah merupakan sumber energi terbarukan artinya ketersediaannya tidak akan pernah berkurang karena setiap panen kita punya stok baru lagi, jadi dijamin adanya stok energi secara berkesinambungan. Disamping sebagai antisipasi atas semakin berkurangnya cadangan bahan bakar minyak bumi (minyak dari fossil), bio-diesel jarak pagar adalah merupakan minyak bakar yang ramah lingkungan karena menurut penelitian di India bio-diesel jarak pagar mengandung 80% lebih rendah kandungan carbon-dioksida dan 100% lebih rendah kandungan sulfurdioksida (dibandingkan dengan minyak bumi), bisa mengurangi resiko terkena penyakit kanker sampai 90% (sumber : www.jatrophaworld.org). Jika kita selalu berwacana tentang program langit biru, produk ramah lingkungan dan energi hijau maka bio-diesel Jarak Pagar adalah salah satu jawabannya. B. PROSES PRODUKSI Menurut Mr. Satish Lele dari Sai Perochemical Pvt. Ltd., India yang sudah begitu berpengalaman puluhan tahun dalam proses produksi bio-diesel Jarak Pagar, proses pembikinannya tidaklah terlalu sulit dan rumit. Adapun, langkah-langkahnya dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Pembikinan CJCO Biji buah Jarak Pagar yang sudah kering diolah menjadi minyak Jarak Pagar mentah (CJCO : Crude Jatropha Curcas Oil) dengan cara diperah (dipress) bisa dilakukan secara manual atau dengan mesin. Saat ini sudah tersedia di pasaran mesin pemerah dari skala kecil, menengah sampai yang besar. Proses pemerahan ini akan menghasilkan minyak Jarak Pagar mentah dan ampas perahan. Minyak Jarak Pagar mentah ini kemudian disaring untuk membersihkannya dari partikel-partikel padat dan ampas perahan. Ampas perahan bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah sedangkan minyak Jarak Pagar mentah (sebelum diolah menjadi bio-diesel) bisa digunakan sebagai minyak pengganti minyak tanah (kerosin). Di pedesaan di India masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak Jarak Pagar mentah sebagai bahan bakar untuk kompor dan lampu.
Kompor Minyak Jarak Pagar
Lampu Minyak Jarak Pagar
Penyediaan Bahan Baku Penyediaan bahan baku ini terdiri dari dari : - Bahan Utama 1. Minyak Jarak Pagar Mentah (CJCO) 2. Methanol (CH3OH) 99% + Serbuk 3. Pottasium Hydroxida (yang kering). - Bahan Untuk Titrasi 1. Isopropil Alkohol 99% + Serbuk 2. Air Destilasi 3. Phenolphthalein Solusi (yang berumur tidak lebih dari satu tahun, disimpan terhindar dari panas atau terik sinar matahari). - Bahan Pencuci 1. Cuka 2. Air. Proses Pengolahan - Minyak Jarak Pagar mentah disaring untuk membersihkannya dari partikel padat. - Minyak Jarak Pagar mentah kemudian dipanaskan (suhu 100° C) untuk menghilangkan kandungan airnya.
- Kemudian dilakukan proses titrasi yaitu suatu metode untuk menentukan jumlah katalis yang dibutuhkan untuk menetralisasi asam lemak bebas dalam minyak Jarak Pagar mentah. - Setelah ditemukan formula katalisnya, kemudian Potassium Hydroxida dituangkan ke dalam Methanol dan diaduk sampai larut untuk mendapatkan Potassium Methoxida. - Potassium Methoxida kemudian dicampurkan dengan Minyak Jarak mentah, diaduk sampai rata (formula yang biasa digunakan adalah 20% Potassium Methoxida dan 80% minyak Jarak Pagar mentah). - Dibiarkan tenang dan didinginkan sampai kira-kira 8 jam atau lebih. Biasanya senyawa gliserin akan mengendap ke dasar bejana sedangkan bio-diesel akan mengapung ke atas, kemudian endapan gliserin dipindahkan dari dasar bejana. - Senyawa bio-diesel kemudian dicuci untuk membersihkannya dari allkohol, katalis dan gliserin yang tidak bereaksi dan tertinggal dalam bio-diesel setelah proses pengolahan, lalu kemudian dikeringkan. Untuk proses pencucian bisa menggunakan cuka dan bisa juga menggunakan air, namun atas petimbangan ekonomis pencucian dianjurkan cukup dengan menggunakan air saja. - Proses selanjutnya adalah memeriksa kwalitasnya. C. STANDAR KWALIFIKASI BIO-DIESEL Sebelum dikonsumsi (dipergunakan sebagai bahan bakar), perlu diketahui terlebih dahulu apakah bio-diesel (dalam hal ini bio-diesel Jarak pagar) yang kita produksi sudah memenuhi standar atau tidak. Berikut ini disajikan berbagai data (tabel) standar kwalilifikasi bio-diesel dari Amerika (ASTM), Eropa (EN) dan Internasional.
ASTM D-6751 STANDARDS FOR BIO-DIESEL Flash point (closed cup) Water and sediment Kinematic viscosity at 40°C Ramsbottom carbon residue, % mass Sulfated ash Sulfur Copper strip corrosion Cetane Carbon residue Acid number -- mg KOH/g Free glycerin Total glycerine (free glycerine and unconverted glycerides combined) Phosphorus content Distillation Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
130°C min. (150°C average) 0.050% by vol., max. 1.9-6.0 mm2/s 0.10 0.020% by mass, max. 0.05% by mass, max. No. 3 max 47 min. 0.050% by mass, max. 0.80 max. 0.020 % mass 0.240% by mass, max. 0.001 max. % mass 90% @ 360°C
EN 14214 STANDARDS FOR BIO-DIESEL Property
Unit
Minimum
Ester Content
% (m/m)
96.5
Maximum
Density @ 15 °C
kg/m2
860
900
Viscosity @ 40 °C Flash Point Sulfur Content Carbon Residue (10% Bottoms) Cetane Number Sulphated Ash Content Water Content Total Contamination Copper Strip Corrosion (3hr @ 50 °C) Thermal Stability Oxidation Stability, 110 °C Acid Value Iodine Value Linolenic acid methyl ester Polyunsaturated (>= 4 double bonds) methyl esters Methanol Content Monoglyceride Content Diglyceride Content Triglyceride Content
mm2 °C mg/Kg % (m/m)
3.5 Above 101
5.0 10 0.3
Test Method prEN 14103 EN ISO 3675 EN ISO 12185 EN ISO 310 ISO / CD 3679
0.02 500 24 Class 1
EN ISO 10370 EN ISO 5165 ISO 3987 EN ISO 12937 EN 12662 EN ISO 2160
% (m/m)
0.5 120 12
pr EN 14112 pr EN 14104 pr EN 14111 pr EN 14103
% (m/m)
1
% (m/m) % (m/m) % (m/m) % (m/m)
0.2 0.8 0.2 0.2
Free Gylcerol
% (m/m)
0.02
Total Gylcerol
% (m/m)
0.25
Alkaline Metals (Na + K)
mg/Kg
5
Phosphorus Content
mg/Kg
10
51.0 % (m/m) mg/Kg mg/Kg rating hours mg KOH/g
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
Class 1 6
pr EN 14110 pr EN 14105 pr EN 14105 pr EN 14105 pr EN 14105 pr EN 14106 pr EN 14105 pr EN 14108 pr EN 14109 pr EN 14107
INTERNATIONAL STANDARDS FOR BIO-DIESEL
Standard/ Specifications
Test Value
Unit
AUSTRIA
FRANCE
ON C1191
Journal Official
1 July 1997 FAME**
14 Sep 1997 VOME**
GERMAN Y DIN E 51606
Density
15ºC
g/cm3
0.85 - 0.89
0.87 - 0.90
Viscosity Distillation Distillation Flashpoint CFPP
40ºC I.B.P. 95%
mm2/s ºC ºC ºC ºC
3.5 - 5.0 >100 <0/-15
3.5 - 5.0 <360 >100 -
Sep 1997 FAME** 0.875 0.90 3.5 - 5.0 >110 <0/-10/-20
ºC
-
<10
-
Date Application
Pourpoint Total Sulphur CCR CCR Sulphate ash (Oxide) Ash Water content Impurities total Cetane No.
summ er 100% 10%
Neutral No. Methanol content Ester content Monoglycides Diglyceride Triglyceride Free glycerol Total glycerol Iodine No. Phosphor Alcaline met.
NA/K
ITALY
SWEDEN
USA
UNI 10635
SS 15 54 36
D6751~02
21 April 1997 VOME** 0.86 0.90 3.5 - 5.0 >300 <360 >100 <0/-15
27 Nov 1996 VOME**
10 Jan 2002 FAME**
August 2003 FAME**
0.87 - 0.90
-
-
3.5 - 5.0 >100 <-5
1.9 - 6.0 >130 -
4.473 339 357 162 -
-
-
-
-
0.050 <0.02 <300 >47
0.0004 0.04 0 0 52.9
<0.80
0.23
0.020 0.240 <10 -
0.003 0.146 <120 <10 -
% Mass <0.02 <0.01 <0.01 <0.001 % Mass <0.05 <0.05 % Mass <0.3 <0.5 % Mass <0.02 <0.03 % Mass <0.01 <0.01 mg/kg <200 <300 <700 <300 mg/kg <20 <20 >49 >49 >49 >48 mgKOH/ <0.8 <0.3 <0.5 <0.5 <0.6 g % Mass <0.20 <0.1 <0.3 <0.2 <0.2 % Mass >96.5 >98 >98 % Mass <0.8 <0.8 <0.8 <0.8 % Mass <0.2 <0.4 <0.2 <0.1 % Mass <0.2 <0.4 <0.1 <0.1 % Mass <0.02 <0.02 <0.02 <0.05 <0.02 % Mass <0.24 <0.25 <0.25 <120 <115 <115 <125 mg/kg <20 <10 <10 <10 <10 mg/kg <5/5 <5 <10/10 **FAME: Fatty Acid Methyl Ester **VOME: Vegetable Oil Methyl Ester
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
MBTI
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariyadi, MS. Dr. Ir, Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha Curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel, Makalah Disampaikan pada Focus Group Diskusi (FGD) Tema Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi pada Deputi Bidang Pengembangan SISTEKNAS, Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Puspitek Serpong, tanggal 14 -15 September 2005 2. Hidayat Prayogo, Proposal Budidaya Tanaman Jarak Pagar Sebagai Sumber Bahan Pembuatan Bio-Fuel, Makalah Untuk Diskusi, Denpasar 2006 3. I Gusti Segatri Putra, Dra, Taru Premana, Santi Wahana, Denpasar 1999 4. Kementrian Riset dan Teknologi, www.ristek.go.id 5. Maharshi A, www.jatrophaworld.org 6. Novisan, Ir, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agro Media Pustaka, Jakarta 2005 7. Onny Untung, Agar Tanaman Berbuah Di Luar Musim, Penebar Swadaya, Bogor 1998 8. Satish Lele, www.svlele.com 9. Tirto P. Brodjonegoro, Imam K. Rekksowardjono, Tatang H. Soerawidjaja, Jarak Pagar Sang Primadona, Departemen Teknik Kimia, Laboratorium Termofluida dan System Utilitas, Kelompok Riset Biodiesel ITB 10. Tao Media, www.biodiseltoday.com
BIODATA Penulis terlahir di Nusa Penida, Klungkung – Bali, pada 13-10-1964. Menyelesaikan pendidikan formal pada Akademi Perhotelan & Pariwisata dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (Niaga). Mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan informal (kebanyakan di bidang niaga pariwisata termasuk agrowisata) baik di dalam negeri maupun manca negara. Jadi penulis sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang pendidikan formal dalam bidang ilmu botani yang memadai namun mempunyai kecintaan yang mendalam terhadap dunia pertanian dalam arti luas dan juga adalah merupakan praktisi di lapangan. Disamping menekuni usaha di bidang pariwisata, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kesenian dan sosial kemasyarakatan.