PENGARUH TEMPERATUR UDARA, ALIRAN UDARA DAN TEBAL TUMPUKAN GULA AREN TERHADAP LAJU PENGERINGAN GULA AREN Ryan Hutama Putera / 1006706063 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK Pengeringan yang dilakukan ditujukan untuk mengeringkan kadar air yang terdapat dalam gula aren, yang terdiri dari free waterbond dan bondwater, tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan hasil dari variasi temperature udara yang digunakan, ketebalan tumpukan gula aren, dan temperatur udara yang digunakan.Tiga hal ini sangat berpengaruh dalam proses pengeringan. Tujuan dari percobaan ini sendiri untuke mendapatkan gula aren yang kering dan dapat tahan lama tanpa harus menggunakan pengawet, karena bakteri membutuhkan air untuk berkembang. Kata Kunci : Pengeringan, Waterbond ,free waterbond Drying that done purposed to dry the levels of the waters in the sugar palms, consisting of free wáterbond and bond wáter, the purpose of the experiment is to get the result of the variaton of temperatura air used, thickness pile sugar palms, and temperature air used, this three thing is very influential in the drying process. The purpose of the experiment is to untuke get palm suger dry and can durable without using chemical preservative because bactaeria needs wáter to develop. Keywords : Drying, Waterbond ,free waterbond
1. PENDAHULUAN Dalam hal tujuan untuk mengawetkan gula aren, Ketebalan gula yang akan di keringkan, temperature udara yang di gunakan untuk pengeringan dan kecepatan aliran udara yang digunakan sangatlah berpengaruh terhadap hasil pengeringan gula aren. Pengeringan ini sendiri bertujuan untuk mengeringkan air yang terkandung dalam gula aren, karena bakteri memerlukan air untuk berkembang, maka dengan pengeringan ini sendiri dapat menghambat laju pertumbuhan bakteri pada gula aren. Untuk itu , dalam penulisan tugas akhir ini dalam pengujian yang dilakukan dengan perbandingan gula yang diuji pada ketebalan 1cm,2cm,3cm. sedangkan flow yang digunakan dengan kondisi blower dibuka setengah, dibuka full dan ditutup, sedangkan untuk suhu yang digunakan adalah pada suhu 60 derajat celcius, 80 derajat celcius dan 100 derajat celcius. Dalam kasus ini yang akan menjadi topik fokus pembahasan adalah melakukan optimasi suhu,flowm dan ketebalan gula aren dalam tujuan untuk optimasi pengeringan terhadap gula aren. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udara Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gasgas lain.
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali. 2.1.1 Komposisi udara Udara di permukaan bumi ini terdiri atas campuran dari bermacam-macam gas. Komposisi dari macam-macam gas tersebut adalah 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 0,03% karbondioksida dan 0,07% gas lainnya yaitu, argon, neon, methane, helium, krypton, hidrogen, dan xenon. Permukaan bumi diselimuti dengan udara yaitu atmosfer. Komponen Formula Nirogen Oksigen Argon Karbon dioksida Neon Helium Metana Kripton
N2 O2 Ar CO2 Ne He CH4 Kr
Persen volume (%) 78,08 20,95 0,934 0,0314 0,00182 0,000524 0,0002 0,000114
2.1.2 Kelembaban udara Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titiktitik air. Udara yang mengandung uap air sebanya yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut: 1. Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. 2. Kelembaban absolut atau mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m 3. Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama, 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka kelembaban relatifnya,
•
kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak,
nisbi
membandingkan
antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. •
Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara
• • • •
Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100 %. Kerapatan Uap Air Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut.(kelembaban mutlak) Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut (kelembaban mutlak) 3
15/18 X 100 % = 83,33 % Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu: 1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di dalam atmosfer seperti gas sempurna (ideal), 2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume udara lengas, 3. Nisbah percampuran (mixing ratio) yaitu nisbah massa uap air terhadap massa udara kering, 4. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara basah, 5. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai jenuhnya dan dinyatakan dalam %, 6. Suhu virtual. Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar. • Kelembaban udara menggambarkan
Kelembaban
ρv = kerapatan uap air (kg m)
Mv= massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V V = volume udara (m3) •
•
Pada daerah lembab seperti di daerah tropis, ρv akan lebih tinggi daripada daerah temperate yang relatif kering terutama pada musim dingin (winter). Pada musim dingin kapasitas udara untuk menampung uap air menjadi kecil
•
Tekanan Uap Air Hukum Gas Ideal :
•
ea = Tekanan uap air (mb) R = Tetapan gas umum (8.3143 J K-1 mol -1) T = suhu mutlak (K) V = volume udara (m3) Jumlah mol adalah n = m/Mv dan Mv = 18.016 untuk uap (H2O), serta ρv = mv /V, maka Berdasarkan persamaan di atas, maka tekanan uap ditentukan oleh kerapatan uap air (ρv ) serta suhu udara (T)
• •
Kelembaban Spesifik Specific humidity (q) Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv)
kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
q = m/(md + mv)
• •
• • • •
•
• •
•
•
1. 2. 3.
Nisbah campuran (r) (mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara kering r = mv/md Kelembaban Relatif Relative humidity (RH) Perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. RH = 100 ea / es ea = kelembaban aktual/tekanan uap air aktual es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh Kelembaban Relatif (RH) Bila RH 100% maka, ea = es Es tergantung pada suhu udara (T) Makin tinggi T, kapasitas untuk menampung uap air/ es meningkat. Pada ea yang tetap, RH akan lebih kecil bila suhu udara meningkat, sebaliknya RH makin tinggi bila suhu udara rendah. Sebaran Kelembaban ea yang tetap antara siang dan malam, menyebabkan RH akan lebih rendah pada siang hari ytetapi lebih tinggi pada malam hari RH lebih tinggi pada malam hari dam mencapai maksimum pada pagi hari sebelum matahari terbit. Hal tersebut menyebabkan proses pengembunan bila udara bersentuhan dengan bidang/permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu titik embun. Embun terbentuk pada tempat-tempat yang terbuka atau tidak ternaungi seperti bagian terluar dari tajuk pohon dan di rumput (tidak terlindungi benda lain). Tempat tersebut memiliki suhu terendah karena paling banyak kehilangan energi melalui pancaran radiasi gelombang panjang. Prinsip Pengukuran Kelembaban Udara Metode pertambahan panjang pada benda-benda higroskopis (mudah menyerap air or uap air) Metode pertambahan berat pada bendabenda higroskopis Metode termodinamika Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut higrometer, sedangkan yang menggunakan prinsip metode termodinamika disebut dengan psikrometer.
2.1.3
Psicometryc Chart
Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan uap air, dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan dasar-dasar bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompokkelompok keadaan lain, misalnya tekanan barometrik yang tidak standar. Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain : 2.1.3.1 Suhu Bola Kering Temperatur tersebut dapat dibaca pada termometer dengan sensor kering dan terbuka. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penunjukkannya tidak selalu tepat karena ada pengaruh radiasi panas kecuali jika sensornya memperoleh ventilasi yang cukup baik 2.1.3.2 Suhu Bola Basah Temperatur ini disebut juga temperatur jenuh adiabatik diperoleh dengan menggunakan termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah untuk menghilangkan pengaruh radiasi panas, tetapi perlu diperhatikan bahwa sensor harus dialiri udara sekurang-kurangnya 5m/s 2.1.3.3 Rasio Kelembaban Yang dimaksud dengan rasio kelembaban adalah berat atau masa air yang terkandung dalam setiap kg udara kering. Untuk menghitung rasio kelembaban dalam teknik pengkondisian udara dapat digunakan persamaan gas ideal dimana uap air dan udara dapat dianggap sebagai gas ideal 2.1.3.4 Entalpi Entalpi adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada suatu temperatur tertentu. Jadi entalpi campuran udara kering dengan uap air adalah jumlah entalpi udara kering dengan entalpi uap air. 2.1.3.5 Volume Spesifik Volume spesifik (udara lembab) adalah volume udara lembab per 1 kg udara kering. Untuk menghitung volume spesifik campuran udara – uap digunakan persamaan gas ideal. 2.1.3.6 Titik embun Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar. 2.1.3.7 Kelembaban relatif Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air. 2.2 Gula Aren Aren atau enau adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 250celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi. 2.2.1 Klasifikasi Pohon Aren Tingkatan Nama Ilmiah dan Nama Umum Kingdom Plantae – Kerajaan Tumbuhan Subkingdom Tracheobionta – Anak Kerajaan Tumbuhan Berpembuluh Superdivision Spermatophyta – Super Divisi Tumbuhan Berbiji Division Magnoliophyta – Divisi Tumbuhan Berbunga Class Liliopsida – Kelas Berkeping satu (Monokotil) Subclass Arecidae – Anak Kelas Order Arecales - Bangsa Family Arecaceae – Keluarga Palempaleman Genus Arenga Labill. – Marga Palem Species Arenga pinnata (Wurmb) Merr. – Jenis Palem 2.2.1.2 Asal-usul Pohon Aren.
Pohon aren berasal dari daerah Asia Tropis. Tersebar secara alami di India, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Di Indonesia aren tumbuh liar atau ditanam, sampai dengan ketinggian 1200 meter dari permukaan laut, tetapi lebih menyukai di daerah dataran rendah.Tumbuhan ini biasanya dapat dengan mudah ditemukan di lereng-lereng atau tepian/tebing-tebing sungai. 2.2.1.3 Synonym, Etymology, dan Deskripsi Botani. Synonym: Arenga saccharifera Labill; Arenga microcarpa Becc. Etymology:Nama marga berasal dari kata Bahasa Jawa ‘Aren’. Penunjuk jenis (‘specific epithet’) berasal dari Bahasa Latin ‘saccharum’ dan Bahasa Yunani ‘saccharon’, yang berasal dari kata Sansekerta ‘sarkara’, yang berarti gula.
2.2.2
Deskripsi Botani Batang mencapai tinggi 7 – 12 meter, tertutup dengan ijuk hitam, dengan duriduri panjang.Daun majemuk besar, tegak, hijau tua pada bagian permukaan atas, dan keputihan pada bagian permukaan bawah. Perbungaan terletak pada sumbu aksis 2 – 3 meter panjang, terdiri dari masingmasing bunga jantan dan bunga betina (tumbuhan monoceus). Buah bundar, hijau kecoklatan. Pembuatan Gula Semut Untuk pembuatan gula semut dari pohon aren yang baik, diperlukan beberapa tahapan, yang dimulai dari pemilihan pohon induk yang bagus sebagai sumber bahan baku, proses persiapan penyadapan, penyadapan, penampungan, pemasakkan, dan pengepakan. a) Syarat-syarat utama pohon aren sebagai sumber bahan baku nira antara lain: Berumur mulai dari 8 - 10 tahun, tumbuh sehat – bebas hama dan penyakit, berdaun lebat. b) Persiapan penyadapan. Prosesnya dimulai dengan: • memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak jatuh di tanah – karena itu permukaan tanah dibawah pohon aren tampak berwarna putih kekuningan karena adanya tepungsari yang jatuh di bawah pohon.
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
• •
•
Melakukan pembersihan tandan/malai bunga/mayang Memukuldan mengayunayunkan tandanuntuk merangsang keluarnya nira. Pemukulan dan pengayunan dilakukan kurang lebih tiga sampai empat minggu dengan selang satu hari, aktivitas ini dilakukan pada pagi dan sore.
2.3 Pengeringan 2.3.1 PRINSIP DASAR PENGERINGAN Pengeringan adalah proses kompleks yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi: pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi, dan transisi gelas. Pada beberapa kasus, dapat terjadi reaksi kimia atau biokimia yang diinginkan atau tidak diinginkan yang menyebabkan perubahan warna, tekstur, aroma, atau sifat lain dari produk. Pengeringan terjadi melalui penguapan uap air dengan adanya pemberian panas ke sampel. Panas dapat diberikan melalui konveksi (pengering langsung), konduksi (pengering sentuh atau tak langsung), radiasi atau secara volumetric dengan menempatkan sampel tersebut dalam medan elektromagnetik gelombang mikro atau frekuensi radio. Proses pengeringan suatu material terjadi melalui dua proses pemanasan (heating) dan proses pengeringan (drying). Proses pemanasan dilakukan untuk memperoleh udara panas dan untuk menurunkan kelembaban relative dari udara sekitar. Sedangkan proses pengeringan (drying) dilakukan untuk menurunkan temperature udara karena terjadi perpindahan panas dari udara ke bahan yang akan dikeringkan (udara memberikan kalor laten untuk menguapkan kandungan air dari bahan yang dikeringkan). Proses pengeringan diasumsikan secara adiabatic, yaitu: kalor yang diperlukan untuk menguapkan kandungan air dari bahan semata-mata berasal dari udara pengering saja (tidak ada kalor yang masuk dari lingkungan). Selama proses pengeringan adiabatik ini, akan terjadi penurunan temperature bola kering dan kenaikan kelembaban, kelembaban relative, tekanan uap air serta temperature dew point sedangkan entalpi
dan temperature bola basah dapat dianggap konstan. Pengeringan material-material biologis terutama makanan dilakukan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan makanan menjadi busuk dan untuk mencegah bekerjanya enzim-enzim yang menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada makanan. Hail ini terjadi karena mikroorganisme dan enzim tersebut tidak bias berkembangbiak dan berfungsi pada lingkungan yang kurang kadar airnya. 2.3.2 KANDUNGAN KELEMBABAN (MOISTURE CONTENT) Untuk menyatakan kadar air dari suatu bahan pangan terdapat dua cara yaitu: 1.
Basis berat basah (Wet weight basis). Basis berat basah (w.w.b) diperoleh dengan membagi berat air dalam bahan pangan dengan berat total bahan pangan. !" 100% !" + !" Basis berat kering (Dry weight basis). Basis berat kering (d.w.b) diperoleh dengan membagi berat air dengan berat kering bahan pagan.
!. !. ! = 2.
!" 100% !" Hubungan antara w.w.b dengan d.w.b ditunjukkan oleh persamaan: !. !. ! =
!. !. ! =
!. !. ! 100% 100 − !. !. !
2.3.3 KADAR AIR KESEIMBANGAN (EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT) Jika udara tetap berhubungan dengan suatu bahan dalam waktu cukup lama maka tekanan parsial uap air di udara akan mencapai keseimbangan dengan yekanan paesial uap air dalam bahan. EMC terkadi pada saar kadar air suatu bahan higrokospik seimbang dengan kelambaban relative udara. Kandungan air yang terkandung dalam suatu material membentuk suatu tekanan uap yang besarnya tergantung dari sifat uap air yang berada dalam material, sifat material itu sendiri dan temperature keduanya. Sedangkan udara juga memiliki kesetimbangan uap air dengan jumlah
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
tertentu. Kandungan uap air relative di udara tersebut biasanya disebut sebagai Relatif Humidity (RH). Setiap proses yang terjadi pada udara, baik itu penyerapan ataupun pelepasan air, pada akhirnya akan menuju kondisi setimbang dimana tidak terjadi lagi proses pelepasan atau penyerapan air. Nilai EMC ini sangat bergantung pada kelembaban dan temperature lingkungan tersebut. Selain itu juga bergantung pada spesies, varietas, dan kematangan dari bahan pangan, biji-bijian dan hasil pertanian lainnya. 3. METODOLOGI PENELITIAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. metodologi penelitian Data yang dibutuhkan adalah data perubahan massa gula aren per 5 menit dengan variabel kontrol : suhu, aliran udara dan ketebalan tumpukan.
3.2. Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan - gula aren - plastic pembungkus 3.2.2 Alat Alat yang digunakan : • Blower • • • • • • • • • •
Thermometer air raksa Manometer manual Heater Ssr Temperature control Timbangan ketelitian 1 gram dan maksimal 20 kg Alat batch drying Temperature dan rh ruangan control klem plastic duct tape dll
3.3. Prosedur dan hasil pengambilan data Optimalisasi pengambilan data mengacu kepada 3 variabel penting yakni : 1. Suhu Suhu yang akan dipakai 60oc ,80 o c dan 100oc 2. Besar aliran udara Aliran udara yang dipakai mengacu kepada sistem pembuangan udara di mesin blower yang mempuyai 10
3. • • •
putaran maka dirujuk 0, 5, 10 putaran Ketebalan 3 cm berkisar +/- 450 gram 2 cm berkisar +/- 300 gram 1 cm berkisar +/-150 gram
Maka dari itu saya telah melakukan 27 kali pengujian dengan masing2 variabel diatas 3.3.1 prosedur pengambilan data pengeringan Supaya maksud dan tujuan dari pengambilan data batch drying dalam menguji ketiga variabel dimana memiliki tujuan untuk mengetahui efisiensi maksimal dari gula aren dapat optimal maka dilakukan pengujian dengan menggunakan langkah – langkah seperti dibawah ini 3.3.2 prosedur untuk langkah – langkah pengujian 1. memastikan segala macam persiapan, rangkaian serta posisi alat sudah sesuai dengan prosedur yang telah disebutkan serta tidak ada kerusakan 2. menaruh alat percobaan diatas timbangan dan mengkalibrasikan timbangan menjadi 0 gram serta memutar knop pembuangan blower dengan data yg ingin diambil 3. membuka tutup alat percobaan lalu memasukan gula aren sebesar data yang akan diuji lalu menutup alat percobaan 4. menyalakan blower, penghitung waktu serta heater secara bersamaan 5. men-set heater dengan suhu maksimal yang ingin diperoleh 3.3.3 prosedur dalam pengambilan data pengering 1. mencatat perubahan suhu dan berat setiap satu menit untuk sepuluh menit pertama lalu pengambilan data dilakukan setiap lima menit sekali sampai berat tidak berubah lagi atau mencapai emc. 2. ketika parameter berat pada timbangan tidak berubah langkah yang diambil selanjutnya adalah mematikan blower lalu mencatat perubahan berat setiap satu menit sekali selama lima menit selanjutnya. Setelah itu perubahan berat diambil setiap lima menit sekali.
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
80oC 3cm
100oC 3cm
0.00E+00 -‐2.00E-‐04 -‐4.00E-‐04 -‐6.00E-‐04
flow rendah
5.00E-‐04
0.092563561, -‐8.76E-‐04
0.00E+00
-‐8.00E-‐04
-‐5.00E-‐04 dx/dt
dx/dt
1.00E-‐03
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
-‐1.40E-‐03
flow sedang 0.1137672 24, -‐2.82E-‐04
-‐1.60E-‐03
flow ?nggi
-‐1.80E-‐03
0.223420027, -‐1.06E-‐04
-‐1.00E-‐03 -‐1.20E-‐03
-‐2.00E-‐03
flow rendah y = -‐0.0642x + 0.0205 R² = 0.96257 0
0.2
0.4 flow sedang y = -‐0.0362x + 0.0032 R² = 0.8998
-‐1.00E-‐03 -‐1.50E-‐03 -‐2.00E-‐03
flow ?nggi
-‐2.50E-‐03 -‐3.00E-‐03
x
y = -‐0.0504x + 0.0068 R² = 0.81009
x
100oC 2cm 80oC 2cm
0.00E+00 0.1 0.15 0.2
-‐1.00E-‐03 DX/DT
-‐1.50E-‐03 -‐2.00E-‐03
y = flow sedang -‐0.0482x + 0.0051 R² = 0.99095
-‐2.50E-‐03 -‐3.00E-‐03 -‐3.50E-‐03 -‐4.00E-‐03
y = flow -‐0.0451x rendah + 0.0052 R² = 0.89081
X
flow ?nggi y = -‐0.0518x + 0.0054 R² = 0.84454
0.00E+00 -‐0.2 0 -‐5.00E-‐04 -‐1.00E-‐03 -‐1.50E-‐03 dx/dt
-‐5.00E-‐04
0.2 flow rendah y = -‐0.0385x -‐ 6E-‐06 R² = 0.98805
-‐2.00E-‐03 flow sedang
-‐2.50E-‐03
y = -‐0.033x + 0.0011 R² = 0.97127
-‐3.00E-‐03 -‐3.50E-‐03 -‐4.00E-‐03
x
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014
flow ?nggi y = -‐0.0389x -‐ 0.0049 R² = 0.87017
[4]
o
60 C 3cm 0.00E+00 -‐0.2 -‐0.1 0 -‐5.00E-‐04
0.1
flow rendah
-‐1.00E-‐03
y = -‐0.02x + 0.0013 R² = 0.97256
-‐1.50E-‐03
dx/dt
[5]
0.2
[6]
flow sedang
-‐2.00E-‐03 -‐2.50E-‐03
y = -‐0.0624x + 0.0019 R² = 0.96355
-‐3.00E-‐03
flow ?nggi y = -‐0.046x -‐ 0.0052 R² = 0.9724
-‐3.50E-‐03 x
[7]
[8] [9]
60oC 2 cm
Clara OR, Constantino S, Pascual EV. 1995. Drying of Foods: Evaluation of a Drying Model. Great Britain. 2 August 1994. Departemen Pertanian. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia 2000 – 2002: Aren. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. Ho CW, Aida WMW, Maskat MY, Osman H. Changes in volatile compounds of palm sap (Arenga pinnata) during the heating process for production of palm sugar. Food Chem 2007;102:1156–62. Ishak MR, Sapuan SM, Leman Z, Rahman MZA, Anwar UMK. Characterization of sugar palm (Arenga pinnata) fibrestensile and thermal properties. J Therm Anal Calorim 2012; 109:981–9. Iwantono,Sutisto.2003. Krisis Gula. MajalahTempo,18/5/2003. Jakarta Mujundar, Arun S. Handbook of Industrial Drying – Preface to the Third Edition. Taylor & Francis Group, LLC. 2006.
0.00E+00 -‐2.00E-‐04
0
0.2
-‐4.00E-‐04 flow rendah
dx/dt
-‐6.00E-‐04
y = -‐0.0356x + 0.0035 R² = 0.99636
-‐8.00E-‐04 -‐1.00E-‐03
flow sedang y = -‐0.0489x + 0.0059 R² = 0.97859
-‐1.20E-‐03 -‐1.40E-‐03 -‐1.60E-‐03
flow ?nggi
-‐1.80E-‐03 -‐2.00E-‐03
x
y = -‐0.0492x + 0.0026 R² = 0.95815
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
Allorerung, D. (2007). Aren tanaman serbaguna. In Workshop Budidaya dan Pemanfaatan Aren untuk Bahan Pangan dan Energi. Amrullah, S. 2003. Dinamika Industri Gula Domestik. Jurnal Pangan Edisi No 41/XII/Juli/2003. Jakarta. Bulog. 2004. Statistik Harga: Laporan bulanan: Perkembangan Harga Gula di Indonesia – Badan Urusan Logistik – Tahun 1995–2003. www.bulog.go.id/gasar/konsumen/gula.ht ml. 12/1/2004.
Pengaruh temperatur udara..., Ryan Hutama Putera, FT UI, 2014