88 EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Juni
Vol. I, No. 1, Juni 2010, 88 - 103
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita Faskultas Ekonomi Universitas Janabadra
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan menguji dan mendapatkan bukti empiris untuk mengetahui apakah struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aktiva dan return on assets tidak terbukti mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, sedangkan tingkat pertumbuhan penjualan terbukti mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Kata kunci: struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, return on assets, dan struktur modal.
PENDAHULUAN Dalam melakukan usahanya perusahaan selalu membutuhkan modal agar dapat mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan. Salah satu keputusan yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan dan keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalisasikan biaya modal yang ditanggung perusahaan. Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Pada saat itu perusahaan akan membuat pertimbangan
mengenai komposisi modal yang optimal dan pertimbangan tersebut akan menghasilkan sebuah keputusan struktur modal atau keputusan pendanaan. Keputusan struktur modal merupakan keputusan keuangan yang berkaitan dengan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Sehubungan dengan penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstemal perusahaan (investor dan kreditor), maka setiap perusahaan harus memiliki struktur modal yang baik. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 1995). Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Menurut Brigham dan Houston (Saidi, 2004) faktor-faktor: risiko, bisnis, posisi pajak, fleksibilitas, keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen merupakan faktor-faktor
Juni
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
yang menentukan keputusan struktur modal. McCue dan Ozcan, (Saidi, 2004) menyatakan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, risiko, ukuran perusahaan dan kondisi pasar sistem pembayaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menguji ulang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, serta mencari bukti empiris atas pengaruh struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2007. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji dan mendapatkan bukti empiris untuk mengetahui apakah struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2007.
perusahaan (Weston dan Copeland, 1992:22 dalam Saidi, 2004). Weston dan Copeland (1992 dalam Saidi, 2004) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham prefem ,dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham prefem, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Menurut Lawrence, Gitman (2000:488 dalam Saidi, 2004) mendefinisikan struktur modal adalah “capital structure is the mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggunakan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Lawrence, Gitman (2000 dalam Saidi, 2004) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Menurut Riyanto (1995) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.
TELAAH LITERATUR DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
2.
1.
a.
Pengertian Struktur Modal
Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long time debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang terhadap modal akan menentukan besamya laverage keuangan yang digunakan
89
Komponen Struktur Modal
Modal Asing Atau Hutang Jangka Panjang Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modemisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
90
Juni
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:324), “hutang jangka panjang merupakan salah satu bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5-20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman beriangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga pertahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).
Tahun 1958 Franco Modigliani dan Merton Miller menyatakan bahwa dengan kondisi pasar sempuma (tidak ada pajak), struktur modal dari suatu perusahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena beberapa asumsi tersebut tidak realistik, maka pendapat MM hanya dipandang sebagai permulaan bagi munculnya teori struktur modal. Hal realistik yang terjadi antara lain: suku bunga naik sejalan dengan rasio hutang (tidak berlakunya risk free rate) dan kemungkinan terjadinya kepailitan sehingga mengakibatkan adanya biaya bagi pengacara dan biaya-biaya lainnya juga meningkat dengan bertumbuhnya hutang.
b.
b.
Modal Sendiri Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas, sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada dua sumber utama dari modal sendiri yaitu : modal saham prefem, dan modal saham biasa. 3. a.
Teori-Teori Struktur Modal
MM-Theory Teori struktur modal yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller mempunyai asumsi sebagai berikut: 1) Perusahaan dengan kelas yang sama mempunyai risiko bisnis sama dimana risiko bisnis tersebut diukur dengan deviasi standar dari laba sebagai bunga dan pajak (SEBIT ). 2) Investor mempunyai harapan yang sama atau homogen terhadap laba dan risiko perusahaan serta memiliki ekspektasi yang sama terhadap EBIT di masa mendatang. 3) Surat hutang seperti obligasi dan penyertaan dalam bentuk saham diperdagangkan pada pasar yang sempuma (perfect capital market).
Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh Michael C Jensen dan William H.Meckling pada tahun 1976 (Home dan Wachowichz, 1998 dalam Nurrohim, 2008) yang menyatakan manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Menurut Home dkk. (1998 dalam Saidi, 2004) salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegamg saham. Misalnya pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai insentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang beredar. c.
Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brighman dan Houston (1999:36 dalam Saidi, 2004) adalah
Juni
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
“suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”. Dalam Brighman dkk. (1999 dalam Saidi, 2004) peruhaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dandengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. d.
Asymmetric Information Theory Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dkk. (1999:35 dalam Saidi, 2004) adalah “situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor”. Ketidaksamaan informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemodal (Husnan, 1996). Dengan demikian, pihak manajemen berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Apabila hal tersebut yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir lebih baik menawarkan saham baru, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya. Di sisi lain, apabila perusahaan menawarkan saham baru, pemodal akan menafsirkan bahwa salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru
91
tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham. e.
Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 dalam (Nurrohim, 2008). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: 1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan). 2) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi dan apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Menurut Myers (1996 dalam Nurrohim, 2008) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu peeking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (Kaaro, 2003). f.
Trade-off Theory Model struktur modal mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan keuangan), dan agency cost (biaya keagenan). Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan dengan mempertimbangkan kedua instrumen pembiayaan. Trade-off theory merupakan model yang didasarkan pada tradeoff antara keuntungan dengan kerugian penggunaan hutang. Trade-off tersebut
92
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
dipengamhi oleh beberapa variabel. Umumnya oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang, risiko financial distress dan penggunaan biaya agensi. Berdasarkan penggunaan hutang dalam jumlah yang besar, penggunaan modal sendiri mempunyai manfaat dan kerugian bagi perusahaan. Menurut Brighman (2001 dalam Nurrohim, 2008) hutang mempunyai keuntungan pada: 1) Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak, sehingga hutang menjadi lebih rendah. 2) Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaim bagi pemilik perusahaan. g.
Struktur Modal yang Optimum Menurut Riyanto (1995), struktur modal yang optimum merupakan struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital). Oleh karena itu, manajemen dalam menetapkan struktur modal tidak bersifat kaku (dengan satu patokan) tetapi disesuaikan dengan keadaan perusahaan. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Maness (1988 dalam Saidi, 2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal yang optimal, yaitu: a.
Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperolehlebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b.
Operating laverage Perusahaan yang mengurangi laverage operasinya lebih mampu untuk menaikkan penggunaan laverage keuangan (hutang).
Juni
c.
Corporate taxes Ada keuntungan jika perusahaan menggunakan hutang, karena adanya biaya bunga yang dapat menimbulkan beban pajak. d.
Kadar risiko dari aktiva Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar risikonya. Perkembangan dan kemajuan teknologi, serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. e.
Lenders dan rating agencies Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan rating pada tingkat hutang perusahaan. f.
Internal cashflow Tingkat internal cashflow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi sebuah tingkat laverage lebih stabil. g.
Pengendalian Banyak perusahaan yang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi, sedangkan pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian. h.
Kondisi ekonomi Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term debt, dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau equity jika kondisi pasar memungkinkan.
Juni
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
93
i.
Preferensi pihak manajemen Prcferensi manajemen terhadap risiko dan gaya manajemen mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada struktur modalnya.
sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.
j.
d.
Debt covenant Yaitu uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang yang terwujud melalui serangkaian kesepakatan. k.
Agency cost Ageny cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara manajer, kreditur, dan juga para shareholders. l.
Profitabilitas Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang). Sedangkan menurut Riyanto (1992), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah: a.
Tingkat bunga Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi. b.
Stabilitas earnings Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk. c.
Struktur aktiva Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal
Kadar risiko dari aktiva Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. e.
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersamasama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. f.
Keadaan pasar modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan adanya gelombang konjungtur, sehingga perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up-saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. g.
Sifat manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. h.
Besarnya suatu perusahaan Perusahaan yang lebih besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
94
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Ada tiga faktor yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai faktor yang mempengaruhi dalam penentuan struktur modal perusahaan, yaitu: struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets. 5.
Hubungan struktur aktiva dengan struktur modal
Menurut Riyanto (1995), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modamya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modamya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya pelengkap. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Moh’d, Larry dan James (1998 dalam Saidi, 2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa struktur aktiva mempengaruhi keputusan struktur modal yang dilakukan oleh manajer. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhaduri (2002 dalam Saidi, 2004) yang menunjukkan adanya pengaruh dari suatu aktiva terhadap keputusan struktur modal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Krishnan (1996 dalam Saidi, 2004) pada perusahaan-perusahaan besar di negara-negara industri juga menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. Masidonda (2000) meneliti tentang variabelvariabel yang mempengaruhi struktur keuangan dan pengaruh bersama beban bunga, return on assets terhadap rentabilitas modal sendiri, studi pada perusahaan Pharma Ceuticals yang terdaftar di BEJ. Hasilnya menunjukkan bahwa pertama, variabel-variabel struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, beban pajak, dan laba ditahan berpengaruh signifikan. Kedua, variabel-variabel struktur keuangan, beban bunga, dan return on assets berpengaruh signifikan
Juni
terhadap RMS, namun secara parsial hanya ROA yang berpengaruh signifikan terhadap RMS. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini: HI. Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. 6.
Hubungan Tingkat Pertumbuhan Penjualan dengan Struktur Modal
Brigham dan Houston (2001 dalam Saidi, 2004) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian empiris yang telah dilakukan antara lain oleh Krishnan, Badhuri, Moh’d, dan Majumdar (2002 dalam Saidi, 2004) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan salah satu variabel yang berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan yaitu: H2. Tingkat pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. 7.
Hubungan Return On Assets dengan Struktur Modal
Brigham dkk. (2001 dalam Saidi, 2004), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atau investasi yang menggunakan hutang yang relatif kecil, tingkat pengembalian tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Beberapa penelitian yang pemah dilakukan antara lain: Krishnan, Badhuri, Moh’d, dan Majumdar (Saidi, 2004) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Oleh karenanya, hipotesis yang dirumusakan dalam penelitian ini yaitu:
Juni
H3. Return on assets berpengaruh positif terhadap struktur modal
METODE PENELITIAN Dalam analisis ini, data yang digunakan adalah data selunih perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data mencakup laporan keuangan perusahaanperusahaan tersebut tahun 2007. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal yang meliputi struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets. 1.
95
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ (Bursa Efek Jakarta) atau listed tahun 2007 yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) sebanyak 151 perusahaan. Kandungan dalam informasi ini adalah struktur modal yang terkandung dalam laporan keuangan karena laporan keuangan berperan penting bagi investor di pasar modal.
2.
Sampel
Krecjie (dalam Sugiyono, 2006:62-63) menjelaskan bila jumlah populasi 150, maka jumlah sampelnya 108. Hal ini didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 perusahaan. Dengan selisih 7 angka yang lebih besar dari jumlah sampel 108 tersebut diharapkan tingkat kepercayaan terhadap populasi semakin besar dan peluang kesalahan generalisasinya semakin kecil. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode cluster propotional random sampling. Metode ini digunakan karcna emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta heterogen, pengambilan sampel agar dapat mewakili masing-masing unsur dilakukan dengan pembagian terhadap unsur-unsur saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta berdasarkan jenis usaha. Pengambilan sampel dari masing-masing sektor disesuaikan dengan perbadingan atau rasio jumlah emiten masing-masing sektor. Jumlah sampel yang dipilih setiap sektor diperoleh dengan cara: (Arikunto, 1997) Populasi setiap sektor X Total sampel yang dipilih Populasi seluruhnya
Tabel 3.1. Pengambilan Sampel No
Jenis Sektor Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Makanan dan minuman Tembakau Manufaktur Penghasil Pemintal Textil Penghasil Pakaian dan Textil Produksi Kayu Penghasil Kertas Pabrik Kimia Produksi Bahan Perekat Produksi Plastik dan Gelas
Jumlah Populasi Setiap Sektor Usaha
Jumlah Sampel yang diambil
19 4 10 13 4 6 9 4 14
13 3 8 11 3 5 7 3 11
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
96 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Produksi Semen Pembuat logam Pembuat keramik Produksi Mesin Produksi kabel Produksi Peralatan Elektronik Produksi Otomotif Produksi Peralatan Pemotretan Produksi Obat Peralatan Kosmetik Jumlah
Sumber: ICMD tahun 2007
Nama-nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.
Sumber Data dan Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder dimana data tersebut adalah data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek Jakarta khususnya dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2007. Berdasarkan sumber data tersebut maka diperoleh data meliputi data total asset (TA), fixed asset (FA), earning before interest and taxes (EBIT), dan sales growth (SG). 4. a.
Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah struktur modal. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 1999). Struktur modal dapat diukur dengan rasio debt to total assets (DTA) yang diformulasikan sebagai berikut (Sartono, 1999): TL DTA = –––––– TA Keterangan: DTA = Struktur modal TL = Total hutang TA = Total aktiva
3 12 2 5 6 5 19 3 9 4 151
Juni
2 11 1 4 5 3 13 2 7 3 115
b.
Variabel Independen 1) Struktur Aktiva (Asset Structure) Struktur aktiva dalam penelitian ini digunakan untuk membandingkan aktiva tetap dan total aktiva yang ada dalam perusahaan. Perusahaan memiliki aktiva yang besar khususnya pada perusahaan yang permintaan akan outputnya relatif stabil maka perusahaan tersebut sudah mendapatkan pinjaman (hutang) untuk jangka panjang. Jadi semakin besar aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan, maka semakin besar atau semakin tinggi kemungkinan menggunakan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian ini struktur aktiva diformulasikan (Sartono, 1999): FA AS = –––––– TA Keterangan: SA = Struktur aktiva FA = Aktiva tetap TA = Total aktiva 2) Tingkat Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Yaitu tingkat perubahan penjualan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya suatu perusahaan akan lebih banyak mengandalkan pada modal ekstemal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
Juni
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
akan lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lambat. Besamya prosentase tingkat pertumbuhan penjualan dapat diformulasikan (Sartono, 1999): SG(t)-SGft-n SG = ––––––––––––– SG(t-l) Keterangan: SG = Pertumbuhan penjualan SG(t) = Pertumbuhan penjualan tahun sekarang SG(t-l) = Pertumbuhan penjualan tahun sekarang dikurangi penjualan satu tahun sebelumnya 3) Return On Assets (ROA) Return on assets pada penelitian ini diproyeksi antara earning before interest and tax (EBIT) terhadap total asset (TA) selama tahun tahun 2007. Data EBIT dan total asset diambil dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2007. Return on assets (ROA) diformulasikan sebagai berikut (Riyanto, 2002:28): EBIT ROA = ––––––––– TA Keterangan: ROA = Return on asset EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak TA = Total aktiva 5. a.
Analisis Data
Model Analisis Penelitian ini akan menggunakan metode multiple regression untuk analisis impact dari variabel independen terhadap variabel dependen. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang
97
untuk menentukan variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variable dependen. Model yang dimaksud adalah sebagai berikut: DTA = a + b1 AS + b2SG+ b3ROA +e Keterangan: DTA = struktur modal a = intercept atau konstanta bi,b2,b3 = koefisien regresi variabel AS, GS, ROA AS = struktur aktiva atau assets structure SG = pertumbuhan penjualan atau sales growth ROA = return on assets e = error b.
Metode Analisis Data Metode Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk memproses hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian. Analisis data dapat digunakan software SPPS version 16 sebagai alat untuk regresi model formulasi. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis regresi memerlukan pengujian statistik deskriptif dan asumsi klasik.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1.
Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke setorsektor produktif. Dengan demikian, pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait. Pasar modal juga dapat dikatakan sebagai wadah monopoli kepemilikan perusahaan karena setelah perusahaan go public dan memanfaatkan modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan manufakn. di Bursa Efek Jakarta, dan
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
98
objek dalam penelinan ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal yaitu struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan return on assets. Perusahaan yang di listing di BEJ dengan jumlah 151 perusahaan pada tahun 2007. 2.
Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi Variabel penelitian merupakan bagian dari penelitian yang beguna menggambarkan tingkat variabel (Independen dan Dependen) dalam 2007. Dalam bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan sejumlah variabel yang dipakai dalam model regresi. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu struktur modal dan 3 (tiga) variabel independen yaitu struktur aktiva, tingkat pertumbuhan pejualan, dan return on assets. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh statistik desktiptif yang memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilsi strandard deviation dari variabel-variabel. Berikut ini adalah ringkasan statistik deskriptif.
Juni
a.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Struktur aktiva dalam penelitian ini digunakan untuk mmbandingkan aktiva tetap dan total aktiva yang ada dlam perusahaan. Dari hasil statistik deskriptif dapat diketahui nilai mean dan devisiasi standar. Struktur aktiva mempunyai nilai mean sebesar 0.0380687, dan deviaiasi dtandar sebesar 0.22211543. Jadi dapat dijelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian dalam menggunakan struktur aktivanya cukup baik karena nilai mean dan deviasi standar masih berada dalam batasan nilai minimum dan maksimum struktur aktiva. b.
Tingkat Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Tingkat pertumbuhan penjualan menunjukkan tingkat perubahan penjualan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat pertumbuhannya, suatu perusahaan akan lebih banyak mengandalkan pada modal ekstemal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai tingkat
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
AS
115
.00330
1.00175
.0380687
.22211543
SG
115
-.62982
2.42463
.210095
.32373058
ROA
115
-1.07810
1.10748
.037416
.20518581
DTA
115
.01927
5.19454
.653437
.63802795
Valid N
115
(listwise) Sumber : data sekunder setelah diolah
Juni
99
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
pertumbuhan yang lambat. Dari hasil statistik deskriptif dapat diketahui nilai mean dan deviasi standar. Tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini mempunyai nilai mean sebesar 0.210095 dan deviasi stndar sebesar 0.32373058. Jadi dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan cukup baik, karena nilai mean dan deviasi standamnya masih berada dalam batasan nilai minimum dan nilai maksimum tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan-perusahaan.
tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda (Gujarati, 1995). Ada tiga uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji Normalitas, uji Multikolinearitas, dan uji Autokorelasi. Pendeteksian terhadap pengujian asumsi klasik ini dengan tujuan untuk mendapatkan analisis yang akurat atas faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis. Apabila terjadi pelanggaran terhadap asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan sebagai berikut:
c.
a.
Return On Assets Return On Assets suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan asset dan modal saham tertentu, dari statistik deskriptif diperoleh nilai mean dan deviasi standar untuk return on assets, yaitu mean sebesar 0.037416 dan deviasi standar sebesar 0.20518581. Ini berarti rata-rata return on assets perusahaan dalam penelitian ini cukup baik karena nilai mean dan deviasi standamya masih berada dalam batasan minimal dan maksimum return on assets perusahaan-perusahaan. d.
Struktur Modal (Debt To Total Assets) Struktur modal suatu perusahaan menunjukkan pendanaan perusahaan yang bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Dari statistik deskriptif diperoleh nilai mean dan deviasi standar untuk perusahaanperusahaan. Yaitu mean sebesar 0.653437 dan deviasi standar sebesar 0.63802795. Ini berarti rata-rata struktur modal perusahaan dalam penelitian ini cukup baik karena nilai mean dan deviasi standamya berada dalam batasan nilai minimal dan maksimal struktur modal perusaanperusahaan.
Uji Normalitas Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variable dependen, variable independen, ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2002:.212). Walaupun telah bebas uji asumsi klasik yang lainnya, data yang tidak mengikuti distribusi normal akan menyesatkan penarikan kesimpulan penelitian. Gambar 4.2 Normalitas Data Normal P.P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: DTA 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2
3.
Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi berganda perlu dihindari penyimpangan asumsi klasik supaya
0.0 0.0
0.2 0.4 0.6 Observed Cum Prob
0.8
1.0
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
100
Dari gambar 4.2, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data yang menyebar disekitar garis normal, serta mengikuti arah garis diagonal regresi. Ini berarti model regresi telah memenuhi asumsi Normalitas. Dasar pengambilan keputusan ini didasari oleh pendapat (Santoso 2002:214) yaitu: • Jika data menyebar di sekitar garis normal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. • Jika data meyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal. Maka model regeresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b.
Uji Multikolinearitas Penelitian yang mengandung multikolinearitas akan berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga penelitian tersebut menjadi tidak berfungsi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan mendasarkan pada nilai Tolerance dan VIF. Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai Tolerance tidak berbahaya terhadap gejala multikolineaitas adalah 0.1. Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai VIF tidak berbahaya terhadap gejala multikolineaitas adalah kurang dari 10. Dari nilai VIF diketahui bahwa VIF semua variabel independen dalam penelitian ini kurang dari 10. Dari nilai VIF diketahui bahwa VIF semua variabel independen dalam penelitian ini kurang dari 10. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
AS
.914
1.094
: SG
.993
1.007
ROA
.912
1.096
a. Dependent Variable: DTA
Juni
Hasil pehitungan VIF (dapat dilihat pada tabel 4.3) dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai Tolerance variabel-variabel independen menunjukkan nilai yang lebih dari 0.1, dan berdasarkan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian semua variabel independen bebas dari pengujian asumsi klasik multikolinearitas, sehingga variabel-variabel independen independen ini tidak perlu dikeluarkan dari model regresi. c.
Uji Autokorelasi Pengujian yang ketiga dilakukan teAadap asumsi klasik yain, uji Autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya hubungan antan. Data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson (DW) statistic. Jika nilai Durbin Watson statistic yang mendekati 2 (dua) mengindikasikan tidak terdapat autokorelasi . Cara lain yang digunakan rule of thumb, jika nilai du < d < 4-du maka tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 1995). Penentuan ada tidaknya gejala autokorelasi dapat diketahui dengan membandingkan antara nilai D-W hitung dengan nilai D-W tabel. Jika didapatkan dari analisis bahwa nilia D-W hitung antara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi dalam model tersebut (Santoso, 2000). Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
Durbin – Watson 1.732a
a. Predictors: (Constant), ROA, SG, AS” b. Dependent Variable: DTA
Juni
101
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap uji autokorelasi didapatkan nilai Durbin Watson statistiknya sebesar 1.732. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai Durbin Watson statistik sebesar 2 sesuai dengan rule of thumb. Cara lain yaitu nilai Durbin Watson statistik dalam persamaan regresi dalam penelitian ini adalah 1.732. Disimpulkan bahwa variabel-variabel independen dalam penelitian ini juga bebas dari pengujian asumsi klasik yaitu autokorelasi sehingga tidak perlu dikeluarkan dari model regresi.
Dari pengujian tersebut secara keseluruhan diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 4.5, bahwa nilai P-value dari F atau tingkat signifikansi adalah sebesar 0.000 < (= 5 %). Berdasarkan hasil tersebut ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak (Ha diterima). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variable dependen dengan seperangkat variable independent. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, return on assets secara bersama terhadap struktur modal.
4.
5.
Uji F atau Pengaruh secara Simultan
Uji F dilakukan untuk menguji hubungan regresi antar variabel dependen dengan seperangkat variabel independen. Berdasarkan Uji F maka dapat diambil kesimpulan: a. Bila nilai P-value dari F ≥∝ = 5 % maka H0= diterima dan Ha = ditolak, artinya secara serempak semua variabel independen tidak beipengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika nilai P-value dari F < = 5 % maka Ho= ditolak dan Ha= diterima, artinya secara serempak semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Seluruh data diambil dari lampiran 3 (tiga) kemudian diolah dengan software SPSS Version 16 maka didapat hasil yang terdapat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji F ANOVAb
a. Predictors: (Constant), ROA, SG, AS b. Dependent Variable: DTA
Koefisien Determinasi
Kontribusi struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets terhadap struktur modal dapat dilihat pada koefisien determinasi (R2) secara simultan pada tabel 4.6. berikut ini:
∝
Model
1 Regression
Tabel 4.6 Sum of df Mean Square(Simultan) F Sig. Koefisien Determinasi Squares b Model Summary 14.535
Residual Model Total
R
1
.5608
3
4.845
16.874
31.872 Adjusted 111 .287Error of the R Std. RSquare 46.407 114 Square Estimate
.313
.295
.53584815
.000a
DurbinWatson 1.732
a. Predictors: (Constant), ROA, GS, AS b. Dependent Variable: DTA
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai R2 sebesar 0,313. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hanya 31,3 % dari variasi struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, return on assets yang dapat menjelaskan variasi struktur modal, sedangkan sisanya sebesar 68,7 % dijelaskan oleh variabel lainnya. Semakin besar adjusted R2 akan semakin baik bagi model regresi, karena variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara lebih baik.
EfEktif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
102 6.
Analisis Regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian. Hasil analisis regresi ganda menggunakan program SPSS versi 16 diperoleh model regresi sebagai berikut.
c.
DTA = 0,482 -0,25bl + l,009b2 -0,836 b3 Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut: a. Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Setiap peningkatan skor sebesar 1 satuan rupiah, maka akan berdampak pada penurunan struktur modal perusahaan sebesar -0,25rupiah b. Tingkat pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Setiap peningkatan skor sebesar 1 satuan rupiah, maka akan berdampak pada peningkatan struktur modal perusahaan sebesar 1,009 rupiah. c. Return on assets mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Setiap peningkatan skor sebesar 1 satuan rupiah, maka akanberdampak pada penurunan struktur modal perusahaan sebesar -0 836 rupiah. 7.
Hasil Uji Hipotesis
a.
Pengujian Hipotesis 1 Koefisien variabel struktur aktiva sebesar 0,25 bertanda negatif dan tidak signifikan yang ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,915. Dengan demikian hipotesis satu dinyatakan ditolak, karena hasil penelitian tidak mendukung pemyataan hipotesis satu. Pengujian Hipotesis 2 Koefisien variabel tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 1,009 bertanda positif dan signifikan yang ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,000. Dengan demikian, hipotesis dua dinyatakan diterima, artinya
b.
Juni
semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan, maka semakin tinggi struktur modal tersebut. Pengujian Hipotesis 3 Koefisien variabel return on assets sebesar ,836 bertanda negatif dan signifikan yang ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,001. Dengan demikian hipotesis tiga dinyatakan ditolak, karena hasil penelitian tidak mendukung pemyataan hipotesis tiga.
KESIMPULAN 1.
Kesimpulan
Hipotesis satu ditolak, artinya struktur aktiva tidak terbukti mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Moh’d, Lany dan James (Saidi, 2004) yang menunjukkan bahwa struktur aktiva mempengaruhi keputusan struktur modal yang dilakukan oleh manajer. Hipotesis dua diterima, artinya tingkat pertumbuhan penjualan terbukti mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Krishnan, Badhuri, Moh’d, dan Majumdar (Saidi, 2004) yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hipotesis tiga ditolak, artinya return on assets tidak terbukti mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Krishnan, Badhuri, Moh’d, dan Majumdar (Saidi, 2004) yang menunjukkan bahwa return on assets merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 2.
Implikasi
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan di atas, maka dapat dipastikan bahwa
Juni
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita
variabel struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2007. Dan juga hasil analisis diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,313, hal ini menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebesar 31,3% sedangkan sisanya 68,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Algifari. (1997). Analisis Regresi (Teori Kasus dan Solusi) Edisi Pertama,Yogyakarta: BPFE. Arikunto, Suharsini. 1997. Prosedur Penelitiaa. Edisi Revisi V. Jakarta- Penerbit Bineka Cipta. Awat
J Napa, Mulyadi, (1990), Keputusan.Keputusan Keuangan Perusahaan (Teori dan Hasil Pengujian Empirik), Yogyakarta: Liberty.
Brigham, F Eugene dan Joel F Houston. (2001). Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jakarta: Eriangga. Gujaranti, Damodar. (1999). Ekonomika Pengantar; Jakarta: Eriangga. Henniendito Kaaro.2003. Jurnal Analisis leverage dan deviden dalam lingkungan ketidakpastian. Yogyakarta. Husnan, Suad. (1996). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE UGM.
103
Jaelani La Masidonda. (2000). “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Dan Pengaruhnya Bersama Beban Bunga, Return On Assets Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri”. Tesis, Program Pasca Sarjana,Universitas Brawijaya Malang. Nurrohim, Hasa. (2008). “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio Kontrol Kepenulikan, dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. SINERGI. Vol.10 No.l Januari Hal. 11-18. Ridwan Sundjaja, Inge Barlian. (2003). Manajemen Keuangan 2, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Bambang.(1995). DasarDasarPembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE. Saidi. (2004). Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 11. STIE Stikubank Semarang. Sartono Agus, Ragil Sriharto, (1995), “FaktorFaktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Sinergi Vol 2 No.2. Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesembilan, Bandune- CV Alfabeta. Weston, J. F. dan Brigham, U. F. (1994). DasarDasar Manajemen Keuangan Edisi Ketujuh, Jilid Dua, Jakarta: Penerbit Eriangga.