Jurnal Manajemen dan Inovasi Vol 1, No.1,Februari 2010: 94-107
PENGARUH STRESSOR PADA KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PIDIE DAN PIDIE JAYA
Murkhana Nashrillah Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh
Abstract This research was conducted to determine influence of stress toward employee job satisfaction at Marine and Fisheries Agency (DKP) in Pidie and Pidie Jaya District. The results of this research expected useful for senior leaders on each of these agencies, related for policy makers to improve employee job satisfaction in the future. Primary data collection was conducted by preparing some questions related aspects sources of stress and job satisfaction, to asked for all civil servants (PNS) in Pidie district as much as 44 people, and Pidie Jaya as much as 20 people, so that overall there are 64 people who became respondents of this research. Multiple Regression Analysis is equipment used to determine influence of stress toward employee job satisfaction on each of these agencies. Results analysis showed that overall aspects sources of stress significance toward employees job satisfaction, which is shown with the Ftest value 13.497 > Ftable value 2.606 at 0.000 significance level, with the effect as 47.8% (R2 = 0.478). It’s also known, the physical demands factors (x4) is the most dominant factor, with a regression coefficient 0.699, and also the only one factor sources of stress that significance (significance value below 0.05) toward employee job satisfaction, at Marine and Fisheries Agency (DKP) in Pidie and Pidie Jaya District. Keywords : Stress, Employee, Work Satisfaction
PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dalam rangkaian operasional dari suatu organisasi. Perilaku setiap anggota organisasi secara positif dan signifikan akan menentukan keberhasilan organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Situasi dan kondisi kerja seringkali menjadi penyebab dari timbulnya tekanan atau stres kerja yang dirasakan pegawai, dimana hal ini tentunya akan mempengaruhi kepuasan dan semangat kerja pegawai itu sendiri pada akhirnya.
95
Situasi dan kondisi kerja yang kurang menyenangkan, pada tahap atau tingkatan tertentu akan berakibat pada timbulnya tekanan (stres) kerja pegawai, yang dapat merugikan organisasi. Namun tekanan (stres) kerja itu sendiri juga terkadang dapat menjadi suatu daya positif yang mampu mendorong semangat dan prestasi kerja pegawai. Hal ini berarti bahwa stres memiliki potensi untuk mendorong ataupun juga berpotensi mengganggu pelaksanaan kerja dan pencapaian tujuan organisasi, tergantung dari seberapa besar tingkatan stres tersebut. Pegawai negeri sipil (PNS) pada instansi pemerintah, termasuk di Provinsi Aceh dalam hal ini, kiranya juga merasakan kondisi ataupun hal tersebut. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, pegawai memiliki beban tugas yang harus diselesaikan serta tanggungjawab yang harus diembannya. Sementara mungkin disisi lain, besarnya kompensasi ataupun balas jasa yang diterimanya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu pula beragam kondisi kerja dalam organisasi dinilai juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai tekanan ataupun stres kerja, yang antara lain diakibatkan oleh faktor kepemimpinan, desain pekerjaan/organisasi,
tuntutan peran,
kelompok/rekan
kerja,
atau
bahkan
karakteristik individu dari karyawan/pegawai itu sendiri. Potensi sektor kelautan di Aceh saat ini masih belum sepenuhnya dimanfaatkan, bahkan belum banyak disadari oleh masyarakat daerah ini. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai satuan kerja instansi pemerintah yang berwenang dalam penanganan sektor kelautan dan perikanan, juga dinilai belum menjalankan peran pemberdayaan sumberdaya sektor kelautan tersebut secara maksimal. Kondisi ini dapat diakibatkan antara lain oleh rendahnya motivasi dan kepuasan kerja pegawai instansi tersebut, yang tentu berdampak pada upaya pembangunan sektor kelautan dan perikanan di daerah ini. Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya adalah dua wilayah daerah kabupaten di provinsi Aceh yang beberapa waktu yang lalu melakukan pemekaran, dimana sejumlah sumber daya yang ada di kabupaten induk tentunya harus dialihkan menjadi bagian dari kabupaten pemekaran, termasuk SDM pegawai yang ada di kabupaten Pidie sebagian dialihkan penempatannya untuk mendukung operasional pemerintahan di kabupaten Pidie Jaya. Selain itu, penerapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Pemerintahan Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
96
Daerah, mengakibatkan banyak perubahan, seperti penggabungan ataupun pemisahan unit-unit kerja berdasarkan ketentuan PP tersebut, yang mungkin dapat berdampak pada timbulnya tekanan ataupun stres, serta kepuasan kerja pegawai di kedua daerah tersebut. Berdasarkan
latar belakang dan fenomena tadi, dirasa perlu dilakukan
kajian lebih mendalam tentang pengaruh sumber stres terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber stres terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. Selain itu, penelitian ini juga berupaya mengidentifikasi faktor sumber stres yang dominan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan di kedua daerah tersebut.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan kondisi yang muncul akibat interaksi seseorang dengan pekerjaan maupun lingkungan kerjanya. Menurut Daft (2002:34) stres merupakan respon psikologis dan respon emosional individu pada stimuli yang menimbulkan kebutuhan fisik dan psikologis pada individu. Menurut Robins (2003:376), stres kerja adalah suatu kondisi dinamik dimana seseorang dikonfirmasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya. Menurut Kreitner dan Knicki (2005:351) stres kerja adalah suatu respon yang adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan proses psikologis individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang. Dari uraian sejumlah definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa stres pada dasarnya merupakan situasi dan kondisi seseorang ataupun kelompok yang mengalami ketegangan yang dapat mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik orang ataupun kelompok tersebut.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
97
Faktor Penyebab Stres Kerja Menurut Robins (2003:378), terdapat sejumlah faktor potensial penyebab terjadinya stres kerja, yaitu : 1. Faktor Lingkungan : a. Ketidakpastian ekonomi b. Ketidakpastian politik c. Ketidakpastian teknologi 2. Faktor Organisasi : a. Tuntutan tugas b. Tuntutan pribadi a. Struktur organisasi b. Kepemimpinan c. Tahap kehidupan organisasi 3. Faktor Individu : a. Masalah keluarga b. Masalah ekonomis c. Kepribadian
Sementara menurut Griffin (2003:20) penyebab stres yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori yaitu : 1. Tuntutan Tugas : hal-hal terkait dengan tugas itu sendiri, seperti harus membuat keputusan secara cepat, harus membuat keputusan tanpa informasi yang lengkap, atau harus membuat keputusan dengan konsekuensi yang relatif serius. 2. Tuntutan Fisik : penyebab stres yang terkait dengan lingkungan kerja, seperti bekerja diluar kantor dengan suhu yang sangat dingin/panas, atau di dalam kantor yang tidak ber-AC, kondisi kantor yang buruk, cahaya yang kurang serta ruang kerja yang sempit. 3. Tuntutan Peran : peran adalah sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu jabatan dalam kelompok/organisasi. Stres dapat timbul akibat ambiguitas peran (role ambiguity) atau konflik peran yang dialami individu akibat ketidakpastian tentang perilaku yang diharapkan dari seseorang pada peran tertentu, atau justru tuntutan yang tidak sesuai dari peran berbeda. Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
98
4. Tuntutan Interpersonal : penyebab stres yang terkait dengan hubungan antar pribadi dalam organisasi, seperti tekanan kelompok menyangkut restriksi output dan kepatuhan terhadap norma. Gaya kepemimpinan juga bisa menyebabkan stres. Seorang karyawan yang merasa sangat ingin berpartisipasi dalam pembuatan keputusan akan merasa stres jika atasannya menolak untuk menyediakan ruang partisipasi, atau konflik antar individu.
Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Robins (2003:26) kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, serta selisih antara banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Selanjutnya Handoko (2003:193) mengatakan kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut Davis & John (2001:105) kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidak menyenangkan pekerjaan mereka. Herzberg sebagaimana dikutip oleh Gibson, Ivancevich, Donnelly (2001:107), mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor (twofactors theory), yaitu faktor orang yang tidak merasa puas (dissatisfier) dan faktor orang merasa puas (satisfier) artinya ketidakpuasan dan kepuasan bukan merupakan variabel yang kontinyu. Artinya bahwa kepuasan kerja seorang karyawan tidak terjadi secara terus menerus. Kadangkala seorang karyawan dapat merasa puas, dan pada saat yang lain justru sebaliknya, karyawan bisa merasa tidak puas. Penelitian awal Herzberg menghasilkan dua kesimpulan khusus mengenai teori tersebut, yaitu : 1. Kondisi Ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job context) yang menghasilkan ketidakpuasan dikalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada, jika kondisi tersebut ada maka perlu memotivasi karyawan. 2. Kondisi Intrinsik, isi pekerjaan (job content) yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi tersebut ada, maka tidak akan timbul ketidakpuasan yang berlebihan.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
99
Teori ini didasarkan pada hasil penelitian dimana ia membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok, sebagai berikut : 1. Kelompok bukan pemuas (dissatisfier) merupakan faktor-faktor tidak adanya kepuasan yang terdiri dari upah, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur pekerjaan, mutu supervisi, mutu hubungan antar pribadi diantara rekan kerja, dan hubungan pribadi antara atasan dengan bawahan. 2. Kelompok pemuas (satisfier) merupakan faktor-faktor yang meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self) dan kemungkinan berkembang (the possibility of growth).
Hipotesis Faktor-faktor sumber stress berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya
METODA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kota Sigli dan Meureudu. Data untuk keperluan penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan saat penelitian dilakukan (data primer), yang dikumpulkan dengan menyusun sejumlah pertanyaan dalam suatu bentuk daftar pertanyaan (kuisioner) terkait dengan sumber-sumber stress serta kepuasan kerja pegawai, maupun bentuk data berupa dokumentasi/arsip dinas terkait dan literatur/kepustakaan lainnya (data sekunder). Populasi penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdiri dari 44 orang pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie, dan 20 orang pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie Jaya. Dengan demikian secara keseluruhan terdapat 64 orang pegawai negeri sipil (PNS) kedua instansi tersebut yang menjadi responden penelitian ini.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
100
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen, yaitu : kepuasan kerja (Y), dan variabel independen, yaitu : kepemimpinan (x1), tuntutan peran (x2), tuntutan interpersonal (x3), dan tuntutan fisik (x4). Peralatan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh sumber stres terhadap kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah peralatan statistik Uji Regresi Linier Berganda (Multiple Regression Analysis).
Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pegawai DKP di kabupaten Pidie dan Pidie Jaya didominasi oleh laki-laki. Untuk kabupaten Pidie, dari 44 orang pegawai secara keseluruhan, 25 orang (56,8%) diantaranya adalah laki-laki, dan 19 orang (43,2%) perempuan. Sementara di kabupaten Pidie Jaya, dari 20 orang pegawai secara keseluruhan, sebanyak 13 orang (65%) diantaranya adalah laki-laki, dan 7 orang (35%) perempuan. Selanjutnya berdasarkan usia, di kabupaten Pidie, 22 orang (50%) pegawai berusia antara 36 – 50 tahun, 14 orang (31,8%) berusia antara 20 – 35 tahun, dan 8 orang (18,2%) berusia antara 51 – 65 tahun. Di Kabupaten Pidie Jaya, juga terdapat kecenderungan (trend) yang sama, dimana jumlah pegawai berusia antara 36 – 50 tahun sebanyak 11 orang (55%), berusia antara 20 – 35 tahun sebanyak 6 orang (30%), dan hanya 3 orang (15%) yang berusia antara 51 – 65 tahun. Berdasarkan status perkawinan, pegawai DKP di kedua kabupaten ini pada umumnya berstatus kawin, masing-masing 37 orang (84,1%) untuk kabupaten Pidie, dan 16 orang (80%) untuk kabupaten Pidie Jaya. Sementara yang belum kawin, masing-masing 5 orang (11,4%) di kabupaten Pidie, dan 3 orang (15%) di kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan masa kerja, pegawai DKP kabupaten Pidie paling banyak telah bekerja selama antara 11 – 15 tahun, yaitu sejumlah 14 orang (31,8%), kemudian pegawai dengan masa kerja antara 6 – 10 tahun sebanyak 13 orang (29,5), dan 9 orang (20,5%) pegawai dengan masa kerja antara 1 – 5 tahun. Di kabupaten Pidie Jaya, paling dominan adalah pegawai yang memiliki masa kerja antara 11 – 15 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (35%). Selanjutnya 6 orang (30%) pegawai yang Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
101
memiliki masa kerja antara 1 – 5 tahun, dan 4 orang (20%) pegawai memiliki masa kerja antara 6 – 10 tahun. Berdasarkan pendapatan, pegawai DKP di kedua daerah ini juga memiliki kecenderungan yang sama, dimana paling dominan pegawainya memiliki pendapatan per-bulan antara Rp 2.000.000 – 2.999.999 (masing-masing 25 orang atau 56,8 persen di kabupaten Pidie, dan 11 orang atau 55 persen di kabupaten Pidie Jaya). Sedangkan untuk karakteristik pendidikan, terdapat sedikit perbedaan antara keduanya, dimana pegawai DKP Pidie yang paling dominan berpendidikan SLTA/sederajat, yaitu sebanyak 15 orang (34,1%). Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, ternyata diketahui bahwa sebagian besar dari jumlah tersebut, merupakan lulusan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Aceh Besar, yang memang merupakan sekolah menengah kejuruan bidang perikanan di bawah pengelolaan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Aceh. Selanjutnya pegawai yang berpendidikan Sarjana/S1 sebanyak 13 orang (29,5%), pendidikan
Sarjana
Muda/Diploma
sebanyak
12 orang (27,3%), dan 1 orang (2,3%) berpendidikan Pasca Sarjana (S2), yang dalam hal ini diketahui adalah Kepala Dinas DKP Pidie. Sementara di kabupaten Pidie Jaya, pendidikan pegawai paling dominan adalah Sarjana/S1, yaitu sebanyak 8 orang (40%). Selanjutnya 6 orang (30%) berpendidikan Sarjana Muda/Diploma, dan 5 orang (25%) berpendidikan SLTA/sederajat.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir pertanyaan yang ada, menggunakan statistik uji Pearson Correlation Product-Moment. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan mempunyai korelasi hitung
(r) ≥ 0,3 pada tingkat
signifikansi alpha dibawah 5%, yang berarti bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan menjadi alat ukur penelitian ini, dapat dinyatakan valid. (Sugiyono, 2000:124). Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
102
Selanjutnya hasil uji koefisien Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas sejumlah pertanyaan yang menjadi indikator variabel dalam penelitian ini, juga menunjukkan perolehan nilai koefisien (α) > 0,6, yang berarti seluruh item pertanyaan yang digunakan adalah reliable. (Nunnanly, 1996)
Tanggapan Responden pada Variabel Penelitian Setelah melalui porses recoding ulang, hasil rekapitulasi variabel penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden menilai bahwa iklan bahaya merokok adalah efektif. Meskipun demikian, rata-rata sikap responden terhadap rokok adalah netral. Sedangkan persepsi responden terhadap rokok adalah buruk (jelek). Hal ini sangat kontradiktif dengan minat untuk merokok, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata minat merokok responden adalah tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-Rata Tanggapan Responden pada Variabel Penelitian Variabel
Kepemimpinan (x1) Tuntutan Peran (x2) Tuntutan Interpersonal (x3) Tuntutan Fisik (x4) Kepuasan Kerja (Y)
Rata-Rata 3,477 3,409 3,190 3,010 3,365
Sumber : Data Primer, 2009. (diolah)
Pada tabel diatas terlihat bahwa secara keseluruhan tanggapan responden pada faktor kepemimpinan (x1) menunjukkan perolehan nilai rata-rata sebesar 3,477 atau dapat diasumsikan dengan jawaban ragu-ragu atau kurang setuju. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada umumnya pegawai DKP kabupaten Pidie dan Pidie Jaya masih belum sepenuhnya dapat menerima ataupun justru menolak peran kepemimpinan yang dijalankan oleh segenap level kepemimpinan yang ada di kedua instansi tersebut. Selanjutnya perolehan nilai rata-rata tanggapan responden pada faktor tuntutan peran (x2) adalah senilai 3,409 dapat diasumsikan dengan jawaban raguragu atau kurang setuju, yang dapat menggambarkan bahwa pegawai DKP di kedua
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
103
kabupaten ini menilai pelaksanaan sejumlah dimensi tuntutan peran di kedua instansi tersebut secara keseluruhan masih belum cukup baik. Pada faktor tuntutan interpersonal (x3), diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,190 juga dapat diasumsikan dengan jawaban ragu-ragu ataupun kurang setuju. Hal tersebut menggambarkan bahwa pegawai DKP kedua kabupaten ini menilai aspek interpersonal ataupun hubungan/interaksi antar sesama pegawai serta atasan di instansi tersebut selama ini masih belum cukup baik. Dari tabel diatas juga diketahui bahwa secara keseluruhan nilai rata-rata tanggapan responden pada faktor tuntutan fisik (x4) adalah 3,010 yang dapat diasumsikan dengan jawaban ragu-ragu ataupun kurang setuju. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kondisi fisik instansi DKP di kedua daerah/kabupaten ini, juga dinilai oleh para pegawai masih belum cukup baik. Sementara nilai rata-rata tanggapan responden pada faktor kepuasan kerja (Y) 3,365, juga diasumsikan dengan jawaban ragu-ragu ataupun kurang setuju. Hal tersebut kiranya juga dapat menggambarkan bahwa kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kabupaten Pidie dan kabupaten Pidie Jaya selama ini masih belum cukup baik.
Pengaruh Sumber Stres Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Hasil uji Regresi dalam penelitian ini menunjukkan perolehan sebagai berikut : Model Summary Model 1
R R Square ,691a ,478
Adjusted R Square ,442
Std. Error of the Estimate ,35331
a. Predictors: (Constant), Tuntutan Fisik, Tuntutan Peran, Kepemimpinan, Tuntutan Interpersonal
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
104
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 6,739 7,365 14,104
df 4 59 63
Mean Square 1,685 ,125
F 13,497
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Tuntutan Fisik, Tuntutan Peran, Kepemimpinan, Tuntutan Interpersonal b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepemimpinan Tuntutan Peran Tuntutan Interpersonal Tuntutan Fisik
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,725 ,383 ,008 ,138 ,125 ,156 ,044 ,233 ,699 ,172
Standardized Coefficients Beta ,009 ,148 ,041 ,582
t 1,895 ,060 ,796 ,187 4,074
Sig. ,063 ,952 ,429 ,852 ,000
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Berdasarkan output hasil tersebut, dapat dirumuskan persamaan regresi yang menjelaskan kepuasan kerja pegawai sebagai fungsi dari ke-empat faktor sumber stres yang terdiri dari kepemimpinan, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, dan tuntutan fisik, dengan formulasi sebagai berikut : Y = 0,725 + 0,008x1 + 0,125x2 + 0,044x3 + 0,699x4 Perolehan hasil sebagaimana formulasi tadi dapat dimaknai dengan sejumlah arti, sebagai berikut : - Nilai koefisien regresi faktor kepemimpinan (x1) sebesar 0,008, bermakna bahwa setiap adanya peningkatan pada aspek kepemimpinan sebesar 1 point, maka dapat menyebabkan peningkatan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,008 satuan. - Nilai koefisien regresi faktor tuntutan peran (x2) sebesar 0,125, bermakna bahwa setiap adanya peningkatan pada aspek tuntutan peran sebesar 1 satuan, maka dapat menyebabkan peningkatan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,125 satuan.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
105
- Nilai koefisien regresi faktor tuntutan interpersonal (x3) sebesar 0,044, bermakna bahwa setiap adanya peningkatan pada aspek tuntutan interpersonal sebesar 1 satuan, maka dapat menyebabkan peningkatan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,044 satuan. - Nilai koefisien regresi faktor tuntutan fisik (x4) sebesar 0,699, bermakna bahwa setiap adanya peningkatan pada aspek tuntutan fisik sebesar 1 satuan, maka dapat menyebabkan peningkatan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,699 satuan. Selanjutnya hubungan ke-empat variabel/faktor sumber stres dengan kepuasan kerja pegawai, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,691, yang berarti terdapat hubungan (korelasi) yang cenderung kuat antara faktor sumber stres (kepemimpinan, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, dan tuntutan fisik) dengan kepuasan kerja pegawai DKP kabupaten Pidie dan kabupaten Pidie Jaya. Selanjutnya perolehan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,478, menunjukkan bahwa kemampuan faktor-faktor sumber stres (kepemimpinan, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, dan tuntutan fisik) dalam mempengaruhi kepuasan kerja pegawai DKP kabupaten Pidie dan kabupaten Pidie Jaya, adalah sebesar 47,8%. Sisanya sebesar 52,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar konteks penelitian ini. Hasil pengujian statistik tersebut juga menunjukkan perolehan nilai Fhitung sebesar 13,497 yang lebih besar (>) dari nilai Ftabel 2,606, kiranya telah dapat membuktikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini yang menyatakan bahwa faktor-faktor sumber stres berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kabupaten Pidie dan kabupaten Pidie Jaya, adalah dapat diterima (Ho ditolak, Ha diterima).
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
106
PENUTUP Perolehan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,478 berarti bahwa kemampuan faktor-faktor sumber stres (kepemimpinan, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, dan tuntutan fisik) mempengaruhi kepuasan kerja pegawai DKP kabupaten Pidie dan pegawai DKP kabupaten Pidie Jaya, adalah sebesar 47,8%. Selanjutnya nilai koefisien regresi faktor tuntutan fisik (x4) sebesar 0,699 pada taraf signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa tuntutan fisik adalah faktor sumber stres yang berpengaruh paling dominan dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan hasil tadi, beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam upaya menciptakan kondisi kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kelautan dan Perikanan Pidie dan Pidie Jaya adalah : meningkatkan kualitas gedung kantor yang ada selama ini, meningkatkan ketersediaan fasilitas ruang kerja (meja, kursi, dan lain-lain), senantiasa menjaga kebersihan ruang kerja dan gedung kantor sehingga terlihat bersih dan rapi, serta menciptakan kondisi ruang kerja yang nyaman, seperti ventilasi dan pencahayaan yang cukup dengan fasilitas pendingin ruangan (AC) yang memadai. Selain itu, juga direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan dimasa mendatang, dengan menggunakan faktor-faktor lain yang juga dinilai dapat mempengaruhi kepuasan kerja, karena perolehan hasil yang menyatakan hanya 1 dari 4 faktor penelitian ini yang signifikan pengaruhnya, serta perolehan nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukkan masih terdapat pengaruh faktor-faktor lain terhadap kepuasan kerja, dalam jumlah yang cukup besar.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010
107
REFERENSI Anoraga, Pandji, (2001), Psikologi Kerja, Rineka Cipta, Jakarta. As’ad Moh., (2003), Psikologi Industri. Penerbit Liberty Yogyakarta. Daft, Richard L., (2002) Manajemen Edisi 5. Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Davis, Keith dan Jhon Newston W, (2001) Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta. Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, (2001) Manajemen, Alih Bahasa: Zuhad Ichyaudin, Erlangga, Jakarta. Griffin, Ricky W, (2003) Manajemen Edisi 7. Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Handoko, T. Hani, (2003), Manajemen Personalia dan Sumber Ddaya Manusia. Liberty, Yogyakarta. Hasibuan, Malayu SP, (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta. Kreitner, Robert dan Knicki, Angelo, (2005) Perilaku Organisasi Salemba Empat, Jakarta.
Edisi 5,
Rivai, Veithzal, (2003), Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, PT RajaGrafindo, Jakarta. Robin, Stephen P, (2003), Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta. Siagian P, Sondang, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Soedjono (2005), Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan, Jurnal Mahasiswa dan Kewirausahaan, Vol. 7 No: 1: 22-47. Sperry, L, & Mosak, H, (2003), "Personality Disorders". In L. Sperry and J. Carlson, Psychopathology and Psychotherapy From Diagnosis to Treatment,hal. 299-367 Muncie, INL Accelerated Development. Umar, H. (2005) Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Gramedia, Jakarta.
Jurnal Manajemen dan Inovasi,Vol 1, No.1,Februari 2010