Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0199 pp. 56- 66
11 Pages
PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BPM) KOTA BANDA ACEH Fakrul Razi1, Amri2, Sofyan Idris3 1)
Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja pada pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Banda Aceh serta pengaruh stres kerja terkait dengan gejala fisiologis, psikologis dan gejala perilaku terhadap kinerja pegawai instansi tersebut. Sampel penelitian sebanyak 40 orang pegawai yang diambil dengan metode sensus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa stres kerja yang didasarkan pada gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Banda Aceh. Semakin tinggi intensitas stres kerja seseorang pegawai yang terlihat dari gejala fisiologis, psikologis dan gejala perilaku pegawai, semakin rendah kinerja pegawai tersebut. Di antara tiga gejala stres kerja seperti dijelaskan di atas, gejala stres yang memiliki pengaruh negatif paling dominan terhadap kinerja pegawai adalah stres kerja gejala perilaku, kemudian menyusul stres kerja gejala psikologis dan stres kerja gejala fisiologis di urutan kedua dan ketiga. Hasil pengujian statistik menemukan bahwa secara simultan stres kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Banda Aceh. Sedangkan secara parsial, hanya stres kerja gejala fisiologis yang tidak berpengaruh signifikan. Sebaliknya stres kerja gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai instansi tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Banda Aceh dipengaruhi secara nyata oleh stres kerja terdiri dari stres kerja yang dihadapi pegawai instansi tersebut, terutama berkaitan dengan stres kerja gejala psikologis, gejala perilaku dan stres kerja gejala fisiologis. Karena itu sebaiknya pimpinan instansi tersebut perlu melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir gejala stres kerja dikalangan pegawainya. Kata Kunci : Kinerja Pegawai, Stres Kerja Gejala Fisiologis, Stres Kerja Gejala Psikologis dan Stres Kerja Gejala Perilaku.
terselesaikan
Latar Belakang Penelitian
dan
target
harus
terpenuhi,
Sesuai tugas dan fungsinya, BPM
padahal pekerjaan tersebut tertunda, kemudian
merupakan harapan Pemerintah Kota Banda
hal itu akan menyebabkan pegawai mengalami
Aceh
dalam
pemberdayaan
mewujudkan masyarakat
suatu
pola
stres kerja.
terutama
yang
Tujuan Penelitian
berkaitan dengan gampong dan mukim.
1. Untuk mengetahui tingkat stres kerja pada
Fenomena yang terjadi di BPM Kota
pegawai BPM Kota Banda Aceh didasarkan
Banda Aceh, pegawai yang sering menunda-
pada gejala fisiologis, psikologis dan gejala
nunda mengerjakan tugasnya akan merasa
perilaku.
terbebani dengan pekerjaan yang menumpuk
2. Untuk menganalisis pengaruh stres kerja
dan dikejar batas waktu pekerjaan yang harus
terkait dengan gejala fisiologis,psikologis Volume 2, No. 1, November 2013
- 56
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan gejala perilaku terhadap kinerja pegawai
dilihat dari peningkatan output yang dihasilkan,
BPM Kota Banda Aceh.
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan ukuran kuantitatif lainnya. Selanjutnya dalam
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat akademis bagi pengembangan ilmu
ukuran kualitatif, kinerja yang baik terlihat dari adanya peningkatan kualitas hasil pekerjaan.
pengetahuan dan manfaat praktis bagi unit kerja yang dalam hal ini adalah BPM Kota Banda
Kriteria dan Jenis Informasi yang Digunakan Dalam Menilai Kinerja Pegawai
Aceh.
Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil Utomo dan Deden
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
(2007)
Kinerja Pegawai
menjamin
menyatakan,
dalam rangka
untuk
obyektivitas
dalam
adanya
Sedarmayanti (2007:259) menyatakan,
pembinaan PNS berdasarkan pada Sistem
kinerja terjemahan dari “performance”, berarti:
Karier dan Sistem Prestasi Kerja, maka
(1) Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi
pemerintah
kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya
prestasi kerja atas pelaksanaan tugas dan
guna;
kewajiban PNS sehari-hari. Hasil penilaian
(2)
berkenaan
Pencapaian/ dengan
prestasi
tugas
seseorang
yang
diberikan
kepadanya; (3) Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit
menerapkan
sistem
penilaian
tersebut dituangkan dalam satu daftar yang dibuat setiap akhir tahun yang disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Daftar tersebut merupakan implementasi dari UU No. 8/1974 jo UU No. 43/1999 pasal 20 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, yang berbunyi:
dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar
“Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam
yang telah ditentukan); dan (4) Hasil kerja yang
mempertimbangkan
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
jabatan
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
penilaian prestasi kerja”
dan
pengangkatan
kenaikan
pangkat
dalam diadakan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing
Selanjutnya Utomo dan Deden (2007)
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
menyatakan, unsure - unsur dari penilaian
bersangkutan secara legal, tidak melanggar
pelaksanaan pekerjaan seorang pegawai sipil
hukum dan sesuai moral maupun etika.
sesuai dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas
Pekerjaan (DP3) ialah “. kesetiaan, prestasi
jelaslah bahwa kinerja pegawai pada dasarnya
kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,
adalah kemampuan kerja pegawai tersebut
kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan”. (1)
dalam bekerja yang dapat dilihat dari ukuran
Kesetiaan, (2) Prestasi Kerja, (3) Tanggung
kuantitatif maupun ukuran kualitatif. Dalam
Jawab, (4) Ketaatan, (5) Kejujuran, (6) Kerja
ukuran kuantitatif kinerja yang baik dapat
sama, (7) Prakarsa, (8) Kepemimpinan
57 -
Volume 2, No. 1, November 2013
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dalam penelitian ini, indikator yang
Kerangka Pemikiran
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai
Stres
kerja
yang
dihadapi
oleh
negeri sipil (PNS) pada BPM Kota Banda Aceh
seseorang pegawai dapat dilihat dari gejala
mengacu pada Daftar Penilaian Pelaksanaan
fisiologis, psikologis dan gejala perilaku.
Pekerjaan (DP3) seperti dijelaskan di atas
Sesuai dengan topik penelitian yakni stres kerja
meliputi kesetiaan, prestasi kerja, tanggung
dan kinerja pegawai, maka stres kerja yang
jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa
dimaksudkan dapat diukur dari tiga gejala stres
dan kepemimpinan.
tersebut.
Stres Kerja
terhadap stres kerja tidak menelaah faktor
Para
ahli
mengemukakan
Dengan
demikian
fokus
kajian
berbagai
penyebab stres kerja itu sendiri. Akan tetapi
pendapat tentang pengertian stres kerja, di
melihat intensitas stres dikalangan pegawai
antaranya adalah, Kreitner dan Kinicki (2005)
dengan
mendefinisikan stres sebagai respon adaptif
psikologis dan gejala perilaku sebagai sub
dihubungkan oleh karaktersitik dan atau proses psikologis individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan
psikologis/
fisik
khusus
pada
seseorang. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan
mengacu
pada
gejala
fisiologis,
variabel dari variabel stres kerja. Mengacu
pada
teori
yang
telah
dikemukakan bahwa kinerja pegawai dapat dipegnaruhi oleh stres kerja yang dialami oleh pegawai. Hal ini berarti bahwa secara implisit terdapat hubungan fungsional (sebab akibat) antara stres kerja dengan kinerja pegawai. Karena itu, paradigma atau hubungan antar
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang di
sebagai berikut.
mana
ia
melebihi
terpaksa
memberikan
kemampuan
tanggapan
penyesuaian
dirinya
Symptom Physiological
terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang
untuk
menghadapi
Symptom Psychological
Civil Servant Performance
Symtom Behavior
lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para pegawai berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan
permasalahan
serta
landasan teori yang tertuang dalam alur pikir sebelumnya maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut:
Volume 2, No. 1, November 2013
- 58
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala H1 : Stres
kerja
terkait
gejala
fisiologis
Teknik Pengumpulan Data
berpengaruh terhadap kinerja pegawai BPM Kota Banda Aceh. H2 : Stres
kerja
terkait
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan adalah kuesioner. Kuesioner tersebut gejala
psikologis
berupa daftar pernyataan yang digunakan untuk
berpengaruh terhadap kinerja pegawai
memperoleh
BPM Kota Banda Aceh.
persepsi responden terhadap beberapa variabel
H3 : Stres
kerja
terkait
gejala
perilaku
informasi
berkaitan
dengan
yang diteliti yakni kinerja pegawai dan stres
berpengaruh terhadap kinerja pegawai
kerja.
Kuesioner
yang
digunakan
untuk
BPM Kota Banda Aceh.
mengukur stres kerja terdiri dari tiga bagian
H4 : Stres kerja yang diukur dari gejala
yakni gejala fisiologis, psikologis dan gejala
fisiologis, psikologis dan gejala perilaku
perilaku. Baik kinerja pegawai maupun stres
berpengaruh terhadap kinerja pegawai
kerja yang didasarkan pada tiga gejala tersebut
BPM Kota Banda Aceh.
dijabarkan dalam bentuk item pernyataan positif. Masing-masing pernyataan diberikan
METODE PENELITIAN
alternatif pilihan jawaban dalam bentuk tingkat
Lokasi dan Objek Penelitian
kesetujuan.
Penelitian ini dilakukan pada BPM Kota Banda Aceh. Yang menjadi objek penelitian ini
Skala Pengukuran
adalah stres kerja yang didasarkan pada gejala
Data
yang
diperoleh
melalui
fisiologis, psikologis dan gejala perilaku dan
pengedaran
pengaruhnya terhadap kinerja pegawai instansi
dengan kinerja pegawai maupun stres kerja
tersebut.
yang
kuesioner
didasarkan
pada
baik
berhubungan
gejala
fisilogis,
psikologis dan gejala perilaku merupakan data Populasi dan Penarikan Sampel
kualitatif.
Skala
pengukuran
(1)
digunakan
untuk
mengkuantitatifkan
Kepala Badan, Sekretaris dan Kepala
data
yang data
Bidang berjumlah 5 orang, (2) Kepala Sub
kualitatif tersebut adalah skala Likert (Likert
Bidang/ Bagian berjumlah 9 orang, (3) Pegawai
scale) dengan interval 1-5. Karena semua
non
pernyataan pada setiap variabel yang diteliti
struktural
termasuk
pegawai
bakti
berjumlah 27 orang Karena
seluruh
dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif, anggota
populasi
dijadikan sampel penelitian, maka metode
maka ketentuan pemberian skala berlaku skor rendah poin rendah dan skor tinggi poin tinggi.
penarikan sampel yang digunakan adalah metode sensus.
Peralatan Analisis Data Peralatan analisis data yang digunakan terdiri dari statistik deskriptif dan statistik
59 -
Volume 2, No. 1, November 2013
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala inferensi. Penggunaan statistik deskriptif untuk
fungsional antara variabel yang diteliti. Sesuai
menghitung rata-rata alternatif pilihan jawaban
dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang
yang diberikan pegawai pada setiap item
telah dikemukakan, dapat dijelaskan bahwa
pernyataan yang dimuat dalam masing-masing
kinerja pegawai merupakan fungsi dari stres
variabel penelitian, dirmuskan sebagai berikut
kerja yang terdiri dari 3 (tiga) sub variabel
(Kirom, 2009:78).
meliputi
stres
terkait
gejala
fisiologis,
psikologis dan gejala perilaku. Karena itu Dimana: X = Nilai rata-rata skor pilihan jawaban
regresi linier berganda dengan 3 (tiga) variabel
semua pertanyaan/pernyataan yang
bebas
(independent
variable).
Karena
berhubungan dengan variabel diteliti.
penelitian ini adalah penelitian populasi, maka fungsi regresi yang digunakan adalah fungsi
X =
Total skor pilihan jawaban terhadap semua pernyataan.
n
peralatan analisis data yang digunakan adalah
diformulasikan
Mengacu pada skala pengukuran yang digunakan yakni skala Likert dengan interval 1 5,
dapat
dibuat
pengelompokkan
tingkatan stres kerja dan kinerja pegawai. Proses pengelompokkan dimaksud dilakukan dengan melakukan proses pengkodingan ulang terhadap nilai rata-rata skor pilihan jawaban pegawai. membagi
Interval skor
Pengkodingan
0,80 dari
digunakan 1-5
ulang
secara
tersebut
untuk adil.
tidak setuju dengan skor 1 hingga sangat setuju dengan skor 5) dianggap tidak memadai untuk menilai intensitas tingkatan stres kerja maupun kinerja pegawai. Sehingga, dengan menentukan interval nilai rata-rata yang baru (sangat rendahsangat tinggi) akan dapat diketahui tingkat stres kerja dan kinerja pegawai.
digunakan
untuk
berikut
(Sarwoko,
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + e Dimana: ß0 = Konstanta Y = Kinerja Pegawai X1 = Stres terkait gejala fisiologis X2 = Stres terkait gejala psikologis X3 = Stres terkait gejala perilaku ß1, ß2 dan ß3 = Koefisien regresi variabel X1, X2 dan X3 e = Error term
dilakukan
mengingat value (nilai) pada kuisioner (sangat
Selanjutnya
sebagai
2007:159):
= Jumlah pegawai (41)
sampai
regresi populasi (FRP) yang secara statistik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Kinerja dan Tingkat Stres Kerja Pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Banda Aceh Berkaitan dengan tingkat stres kerja, secara umum pegawai BPM Kota Banda Aceh memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari stres kerja gejala fisiologis, stres kerja gejala psikologis dan stres
statistik
inferensi
menjelaskan
hubungan
kerja gejala perilaku dengan nilai rata-rata skor Volume 2, No. 1, November 2013
- 60
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala masing-masing sebesar 2,505 untuk stres kerja
Sekalipun pada umumnya stres kerja
gejala fisiologis, sebesar 2,363 untuk stres kerja
dikalangan pegawai instansi tersebut termasuk
gejala psikologis dan sebesar 2,317 untuk stres
dalam katagori rendah, namun ada sebagian
kerja gejala perilaku.
Tabel 1 berikut
pegawai dengan tingkat stres kerja yang tinggi.
memperlihatkan nilai rata-rata skor kinerja dan
Mereka yang termasuk dalam katagori ini
stres kerja pegawai serta interpretasi dari nilai
adalah pegawai yang memilih alternatif pilihan
rata-rata skor dimaksud.
jawaban setuju dan sangat setuju terhadap
Tabel 1 Nilai Rerata Skor Kinerja dan Stres Kerja Pegawai Serta Interpretasinya.
masing-masing pernyataan
Rerata Interval Interpretasi Skor Skor 3,591 3,41–4,20 Kinerja pegawai termasuk katagori tinggi.
Variabel Kinerja Pegawai Stres Kerja Stres Kerja Gejala Fisiologis
2,505
Stres Kerja Gejala Psikologis
2,363
Stres Kerja Gejala Perilaku
2,317
1,81– 2,60 Stres Kerja Gejala Fisiologis termasuk katagori rendah. 1,81– 2,60 Stres Kerja Gejala Psikologis termasuk katagori rendah. 1,81– 2,60 Stres Kerja Gejala Perilaku termasuk katagori rendah.
Sumber : Data Primer (Diolah), 2013.
yang
berkaitan
dengan stres kerja, baik stres kerja gejala fisiologis, stres kerja gejala psikologis maupun stres kerja gejala perilaku Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Banda Aceh Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa stres kerja yang didasarkan pada gejala fisiologis,
psikologis dan gejala
perilaku
berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai BPM Kota Banda Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi masing-masing variabel seperti terlihat dalam bagian output SPSS pada tabel 2.
Tabel 2
Bagian Output SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Independen Coefficientsa
Model 1
(Constant) Stres kerja gejala fisiologis Stres kerja gejala psikologis Stres kerja gejala perilaku
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6.176 .298
Standardized Coefficients Beta
t 20.729
Sig. .000
-.038
.129
-.035
-.296
.769
.575
1.740
-.485
.162
-.392
-2.989
.005
.479
2.089
-.579
.151
-.497
-3.839
.000
.491
2.037
a. Dependent Variable: Kinerja pegawai
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Y = 6,176 – 0,038X1 – 0,485X2 – 0,579X3 61 -
Collinearity Statistics Tolerance VIF
Volume 2, No. 1, November 2013
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Persamaan di atas memperlihatkan nilai
0,035%. Hal ini mengisyaratkan bahwa stres
konstanta sebesar 6,176. Secara statistik dapat
kerja gejala fisiologis berpengaruh negatif
diartikan bahwa apabila variabel XBerdasarkan
terhadap kinerja pegawai BPM Kota Banda
bagian output SPSS di atas maka persamaan
Aceh. Sehingga jelaslah bahwa semakin buruk
regresi yang memperlihatkan kinerja pegawai
dampak stres kerja pada fisiologis pegawai
BPM Kota Banda Aceh sebagai fungsi dari stres
maka kinerja pegawai akan semakin rendah.
kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan
Pegawai dengan tingkat intensitas stres yang
stres kerja gejala perilaku dapat diformulasikan
belum memberikan
dalam persamaan berikut.1 (stres kerja gejala
fisiologisnya, maka kinerja pegawai tersebut
fisiologis), variabel X2 (stres kerja gejala
akan relatif tinggi. Sehingga terdapat hubungan
psikologis) dan variabel X3 (stres kerja gejala
yang tidak searah antara tingginya intensitas
perilaku) bernilai 0 (nol), maka variabel Y
stres yang terlihat dari gejala fisiologis di satu
(kinerja pegawai) akan bernilai 6,176. Angka ini
sisi dengan kinerja pegawai di sisi lain.
dampak negatif
bagi
lebih besar dari 5,00 (skor pilihan jawaban
Nilai koefisien regresi variabel stres
sangat setuju) pada satuan skala Likert yang
kerja gejala psikologis (X2) menunjukkan
bermakna bahwa kinerja pegawai termasuk
angka sebesar -0,485. Secara statistik angka
katagori sangat tinggi. Dengan demikian nilai
tersebut
konstanta
peningkatan skor variabel stres kerja gejala
tersebut
dapat
diinterpretasikan
bahwa apabila nilai variabel stres kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku mendekati 0,00 yang bermakna tingkat stres kerja tidak memberikan dampak apapun pada fisiologis, psikologis dan perilaku
dapat
diartikan
bahwa
setiap
psikologis sebesar 1,00 pada satuan skala likert, akan dapat menurunkan skor kinerja pegawai sebesar 0,392. Dengan kata lain, setiap peningkatan skor stres kerja gejala psikologis sebesar 1% dapat menurunkan skor kinerja pegawai sebesar 0,485%. Sehingga jelaslah
pegawai, maka kinerja pegawai BPM akan
bahwa stres kerja gejala psikologis juga
sangat tinggi.
berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai
Persamaan di atas memperlihatkan nilai
BPM Kota Banda Aceh. Artinya semakin buruk
koefisien regresi untuk variabel stres kerja
dampak stres kerja pada gejala psikologis
gejala fisiologis (X1) sebesar -0,035. Hal ini
pegawai, semakin rendah kinerja pegawai
dapat diartikan setiap kenaikan skor variabel
tersebut. Sebaliknya apabila dampak stres kerja
stres kerja gejala fisiologis sebesar 1,00 pada
tidak berdampak buruk pada gejala psikologis,
satuan skala likert akan dapat menurunkan skor
maka kinerja pegawai akan semakin tinggi.
kinerja pegawai sebesar 0,035. Dengan kata lain
Nilai koefisien regresi variabel stres
setiap peningkatan skor variabel stres kerja
kerja gejala perilaku (X3) menunjukkan angka
gejala
sebesar -0,579. Angka ini dapat diartikan setiap
fisiologis
sebesar 1%
akan
dapat
menurunkan skor kinerja pegawai sebesar
peningkatan
nilai
rata-rata
skor
Volume 2, No. 1, November 2013
tingkat - 62
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kesetujuan
terhadap
pernyataan
yang
kerja gejala fisiologis dan stres kerja gejala
berhubungan dengan stres kerja gejala perilaku
psikologis. Sehingga stres kerja gejala perilaku
sebesar 1% dapat meningkatkan nilai rata-rata
yang dialami oleh pegawai merupakan suatu
skor tingkat kesetujuan terhadap pernyataan
hal yang sangat perlu dipulihkan sebagai upaya
yang berhubungan dengan kinerja pegawai
untuk meningkatkan kinerja pegawai instansi
sebesar 0,579% dengan asumsi skor untuk
tersebut.
variabel stres kerja gejala fisiologis dan gejala
Hubungan
antara
kinerja
pegawai
psikologis (tidak berubah). Dengan demikian
dengan stres kerja yang diukur dari gejala
jelaslah bahwa stres kerja gejala perilaku juga
fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku
berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai
tergolong erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
BPM Kota Banda Aceh.
koefisien korelasi (R) bernilai positif sebesar
Di antara ketiga variabel independen
0,839 (berada pada interval 0,80-1,00; tolok
seperti dijelaskan di atas, variabel yang paling
ukur keeratan hubungan menurut Sugiono,
dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai
2008). Selanjutnya besarnya pengaruh ketiga
adalah stres kerja gejala perilaku (X3) dengan
variabel independen tersebut terhadap kinerja
nilai koefisien regresi sebesar -0,579. Dengan
pegawai dapat dilihat dari nilai koefisien
demikian jelaslah bahwa stres kerja gejala
determinasi (R2). Bagian output SPSS yang
perilaku memiliki pengaruh negatif yang lebih
memperlihatkan nilai koefisien korelasi (R) dan
besar terhadap kinerja pegawai BPM Kota
nilai koefisien determinasi (R2) seperti terlihat
Banda Aceh bila dibandingkan dengan stres
berikut ini.
Tabel 3.
Bagian Output SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Nilai Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model 1
R .839a
R Square .703
Adjusted R Square .679
Std. Error of the Estimate .37053
DurbinWatson 1.309
a. Predictors: (Constant), Stres kerja gejala perilaku, Stres kerja gejala fisiologis, Stres kerja gejala psikologis b. Dependent Variable: Kinerja pegawai
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Berdasarkan bagian output SPSS di atas
variabel
independen
(stres
kerja
gejala
dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2)
fisiologis, psikologis dan stres kerja gejala
sebesar 0,703, dapat diartikan sebesar 70,3
perilaku). Sisanya sebesar 29,7 persen lagi (1-
persen variasi yang terjadi pada variabel kinerja
0,703) dijelaskan oleh variabel lain selain tiga
pegawai BPM dapat dijelaskan oleh tiga
variabel tersebut. Dengan kata lain, sebesar
63 -
Volume 2, No. 1, November 2013
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 70,3 persen kinerja pegawai BPM Kota Banda
2,989 untuk variabel stres kerja gejala
Aceh dipengaruhi oleh stres kerja yang terlihat
psikologis (X2) dan sebesar -3,839 untuk
dari stres kerja gejala fisilogis, gejala psikologis
variabel stres kerja gejala perilaku (X3).
dan stres kerja gejala perilaku. Sisanya sebesar
Pengujian
29,7 persen lagi dipengaruhi oleh variabel lain
sehingga tanda negatif pada nilai t hitung
statistik dilakukan
dua
sisi
diabaikan. Nilai t tabel pada tingkat
diluar variabel tersebut, seperti semangat kerja,
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
kepuasan kerja, gaya kepemimpinan yang
2,024, sehingga dapat diartikan bahwa
diperankan oleh atasan, dan faktor lainnya yang
secara parsial hanya variabel stres kerja
secara teoritis dapat mempengaruhi kinerja
gejala psikologis dan stres kerja gejala
pegawai.
perilaku
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja pegawai BPM Kota Banda Pembuktian Hipotesis Pembuktian
Aceh.
Sebaliknya
stres
kerja
gejala
menggunakan
fisiologis secara parsial tidak berpengaruh
peralatan statistik yaitu statistik uji F, dan
signifikan terhadap kinerja pegawai Kota
statistik uji t. Masing-masing pengujian tersebut
Banda Aceh, karena nilai t hitung untuk
dijelaskan dalam sub bab berikut.
variabel
1. Pengujian
hipotesis
statistik
uji
F
(Uji
tersebut
lebih
kecil
bila
dibandingkan dengan nilai t tabel.
Secara
Simultan) Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai
KESIMPULAN DAN SARAN
F hitung sebesar 28,468 dengan nilai sig
Kesimpulan
sebesar 0,000. Nilai F tabel pada tingkat
1.
Aceh
keyakinan 95 persen menunjukkan angka
memiliki
kinerja
yang
baik.
Sedangkan tingkat stres kerja yang
sebesar 2,866. Karena nilai F hitung > F
dialami pegawai instansi tersebut jika
tabel (28,468 > 2,866) dapat diartikan secara
dilihat dari gejala fisiologis, gejala
simultan ketiga variabel independen (stres
psikologis dan gejala perilaku termasuk
kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku) berpengaruh
Secara umum pegawai BPM Kota Banda
dalam katagori rendah. 2.
Stres kerja yang didasarkan pada gejala
signifikan terhadap kinerja pegawai BPM
fisiologis, gejala psikologis dan gejala
Kota
hipotesis
perilaku berpengaruh negatif terhadap
alternatif (Ha) diterima dan sebaliknya
kinerja pegawai BPM Kota Banda Aceh.
hipotesis nul (Ho) ditolak.
Di antara tiga gejala stres kerja seperti
Banda
Aceh,
sehingga
2. Pengujian statistik uji t (Uji Secara Parsial) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,296 untuk variabel stres kerja gejala fisiologis (X1), sebesar -
dijelaskan di atas, gejala stres yang memiliki
pengaruh
dominan
terhadap
negatif kinerja
paling pegawai
adalah stres kerja gejala perilaku. Volume 2, No. 1, November 2013
- 64
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3.
4.
Secara parsial, stres kerja gejala fisiologis
Lakukan identifikasi terhadap faktor-
tidak berpengaruh signifikan terhadap
faktor penyebab stres kerja dikalangan
kinerja pegawai BPM Kota Banda Aceh.
pegawai instansi tersebut. Upaya ini
Sekali pun stres kerja gejala fisiologis
dapat
berpengaruh negatif terhadap kinerja
pendapat setiap pegawai terhadap segala
pegawai,
sesuatu
namun
penurunan
kinerja
dilakukan yang
dengan berkaitan
meminta dengan
sebagai akibat stres kerja gejala fisiologis
lingkungan kerja, kebijakan kompensasi,
tidak signifikan (tidak nyata).
peraturan dan prosedur kerja yang telah
Secara
parsial,
psikologis
5.
1.
stres
kerja
berpengaruh
gejala
signifikan
ditetapkan. 2.
Setelah
teridentifikasi
faktor-faktor
terhadap kinerja pegawai BPM Kota
penyebab stres kerja, Kepala BPM Kota
Banda Aceh.
Banda Aceh dipandang perlu melakukan
Secara parsial, stres kerja gejala perilaku
perbaikan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
tersebut. Dengan demikian diharapkan
pegawai
Aceh.
agar stres kerja yang terjadi dalam diri
Semakin buruk gejala perilaku seorang
pegawai tidak lagi menimbulkan dampak
pegawai sebagai indikasi stres kerja,
negatif pada kinerja pegawai tersebut.
BPM
Kota
Banda
terhadap
faktor-faktor
semakin rendah kinerja pegawai tersebut. 6.
Hasil pengujian statistik menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
nilai F hitung > F tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan secara simultan stres kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku sebagai tolok
ukur
intensitas
stres
kerja,
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai BPM Kota Banda Aceh. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan secara
simultan
stres
kerja
gejala
fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja
gejala
perilaku
berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai dapat diterima. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi saran bagi Kepala BPM Kota Banda Aceh sebagai berikut. 65 -
Volume 2, No. 1, November 2013
Fauzi, Akhmad (2008) Anteseden Stres Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja pada Wartawan di Jawa Timur, Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 1, April 2008. Handoko, T. Hani (2006) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Liberty, Yogyakarta Kirom, B. (2009). Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen, Pustaka Reka Cipta, Jakarta. Kreitner, Robert dan Angelo Kanicki (2005) Perilaku Organisasi: Organizational Behavior, Buku I, Edisi 5, Terjemahan: Ely Suandy, Salemba Empat, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat (2003) Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis ?, Erlangga, Jakarta. Luthans, F. (2005). Organizational Behavior, Seventh Edition. McGraw-Hill, Inc. Malhotra, Naresh K (2007) Marketing Research An Applied Oritentation, Fourth Edition, New Jersey: Prentice Hall. Inc. Malthis dan Jackson (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia, (Terjemahan: Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira), Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Qanun Kota Banda Aceh No. 2 Tahun 2008 tentang Tugas dan Fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Banda Aceh. Rahmawati, Siti (2009) Analisis Stres Kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 2 No. 3 September 2009. Robbins, S.P. (2008) Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa, Benyamin Molan, Edisi Kesepuluh, Indeks, Jakarta. Sarwoko, (2007) Statistik Inferensi Untuk Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta. Siagian P, Sondang, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Soegiyono (2008) Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Supriyanto, John, dkk., (2003) Perilaku Organisasional. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Ubaidilah, B (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi, Erlangga, Jakarta. Utomo dan Deden Hermawan (2007) Evaluasi Terhadap Sistem Penilaian Prestasi Kerja Menurut Sistem DP3, Artikel Yusianto, Rindra (2008) Analisa Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Staf Pengajar (Studi Kasus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Prosiding Seminar Nasional Teknoin Bidang Industri 2008 di Semarang.
Volume 2, No. 1, November 2013
- 66