Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA Ira Rahmawati Prodi Administrasi Negara STIA Banten
[email protected] Ihin Solihin Prodi Administrasi Negara STIA Banten
[email protected]
ABSTRAKS Melihat pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas dalam menjalankan roda organisasi, maka dibutuhkan pemimpin yang mampu mengarahkan seluruh personil yang ada dalam organisasi tersebut. Selain itu, faktor semangat kerja pegawai adalah hal penting dalam menjalankan roda organisasi, maka dibutuhkan pimpinan yang mampu membangkitkan semangat kerja pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan kata lain seorang pimpinan organisasi harus mampu meningkatkan semangat kerja pegawainya, karena dengan adanya semangat kerja yang dimiliki oleh pegawai maka aktivitas operasional organisasi akan berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan.. Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu: seberapa pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih yang didapat selama penelitian di Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kepemimpinan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara sudah berjalan dengan baik. Sedangkan semangat kerja pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara mendapat penilaian yang cukup baik. Hasil perhitungan korelasi menunjukan terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan semangat kerja dengan interpretasi kuat, dibuktikan dengan hasil r = 0,677, Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa t-test 2,602 lebih besar dari t tabel 1,701. Hal ini menunjukan hipotesis dalam penelitian ini terjawab. Kata kunci : disiplin, semangat kerja
LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu organisasi, faktor manusia menjadi kunci pokok yang sangat menunjang kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan ini, manusia memerlukan sarana dan prasarana yang memadai sebagai kelengkapan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung menjalankan program-program yang ditetapkan, mustahil tujuan organisasi akan terwujud. Di sisi lain, kepemimpinan merupakan masalah sentral dalam wadah organisasi, dan hal ini dapat tercermin dari maju mundurnya organisasi, dinamis tidaknya, tumbuh kembangnya, organisasi, senang tidaknya orang bekerja, serta tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagian 1
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
ditentukan oleh faktor kepemimpinan dalam organisasi bersangkutan. Istilah kepemimpinan sama tuanya dengan kehidupan manusia sejak manusia sadar akan dirinya dan tidak ada sekelompok manusia pun dalam kehidupan sosialnya yang tidak mempunyai pemimpin. Karena pemimpin dianggap turut menentukan usaha memperoleh apa yang menjadi kebutuhan cita-cita masyarakat itu sendiri, pemimpin adalah orang yang membimbing dan mengarahkan orang lain untuk bertindak. Melihat pentingnya posisi pemimpin dalam menjalankan kegiatan organisasi, maka dibutuhkan pemimpin yang mampu mengarahkan seluruh pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan kata lain, suatu organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan memimpin dengan baik agar mampu secara bersama-sama dengan seluruh komponen organisasi yang ada untuk mencapai tujuan. Salah satu aset terpenting dalam suatu organisasi adalah Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga pemikiran yang memandang faktor kepemimpinan sebagai salah satu faktor yang ditentukan untuk mencapai target dan tujuan suatu organisasi merupakan suatu realita di era organisasi modern. Kedudukan pemimpin dalam suatu lembaga-organisasi, baik instansi pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara, perusahaan-perusahaan swasta, maupun organisasi militer bukan saja sebagai pelengkap dalam jaringan mata rantai kegiatan pencapaian tujuan saja, tetapi sudah harus menjadi faktor penentu keberhasilan segala aktivitas yang dilakukan. Saat ini pola pikir pimpinan organisasi sudah seharusnya terbuka dalam memandang posisi Sumber Daya Manusia yang ada pada suatu organisasi, sehingga SDM dipandang sebagai mitra aset penting organisasi yang harus dikoordinir dan sepenuhnya diwujudkan kerjasama secara berdaya guna. 2
Era globalisasi berpengaruh terhadap berbagai bidang dan organisasi manapun yang ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan baik antar organisasi yang sejenis maupun bukan, serta antar individu dalam organisasi itu sendiri memiliki aspek yang positif dan negatif. Salah satu aspek positif tersebut yaitu organisasi atau bahkan individu dalam organisasi semakin dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah faktor semangat kerja. Semakin tinggi semangat kerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya/tugasnya maka akan semakin baik pula kinerjanya, namun sebaliknya semakin rendah semangat kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya atau tugasnya maka rendah pula kinerjanya. Salah satu faktor yang penting yang dapat mendorong peningkatan semangat kerja seorang pekerja/pegawai adalah gaya kepemimpinan atasan atau pimpinannya. Apabila gaya kempimpinan yang dilakukan pimpinan tidak tepat, maka potensi kemampuannya mungkin tidak diwujudkan sepenuhnya dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh kondisi di mana jika gaya kepemimpinan yang diterapkan tepat maka hal ini berarti juga akan semakin membuat tinggi semangat kerja yang dimiliki bawahan, karena kemauan bekerja berbeda dari potensi kemampuan bekerja. Seseorang mungkin saja mampu mengerjakan suatu pekerjaan, tetapi jika dia tidak memiliki kemauan, ini berarti bahwa kemampuan ini tidak dinyatakan. Waktu seseorang dapat saja dibeli, tetapi antusiasme, inisiatif dan loyalitas tidak dapat dipaksa. Walaupun setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda, namun pada umumnya kebutuhan-kebutuhan manusiawi itu (bagaimanapun penggolongannya) dimiliki oleh semua orang, karenanya usaha motivasi pun perlu bertitik tolak dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.. Dengan kata lain, pegawai akan dapat diharapkan dukungan dan
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
kerjasamanya, tumbuh semangat kerjanya, hanya manakala ia melihat adanya kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawinya itu. Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Administrasi Kota Jakarta Utara adalah salah satu bentuk organisasi publik yang berada di bawah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi DKI Jakarta. Kantor ini adalah instansi publik yang mempunyai tugas pokok mempersiapkan masyarakat dan kaum perempuan agar selalu meningkat keahlian dan keterampilan sehingga menjadi masyarakat yang berdaya. Sebagai Organisasi yang telah maju dan modern Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Jakarta Utara ini memandang SDM memegang peranan yang sangat penting di dalam menunjang kemajuan masyarakat ini. Di sebabkan pentingnya hal tersebut di atas maka instansi ini menganggap perlu memelihara kondisi kerja Sumber Daya Manusia yang dimilikinya dengan menjaga semangat kerjanya agar tetap tinggi. Upaya pemeliharaan tersebut adalah melalui upaya-upaya penerapan gaya kepemimpinan yang tepat terhadap pegawainya, karena keberhasilan Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan ini sangat tergantung kepada semangat dari para pegawainya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat, maka semangat kerja para pegawai akan tetap terjaga dan selalu dalam kondisi siap setiap saat dan dalam kondisi apapun. Sehingga diharapkan dengan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat yang diberikan kepada para pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat sesuai dengan bidang pekerjaannya, sehingga tujuan-tujuan organisasi (satuan) dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang diajukan adalah
adalah sebagai berikut : “Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara?” KAJIAN TEORITIS Sondang P. Siagian dalam bukunya yang berjudul “Organisasi, kepemimpinan dan Perilaku Administrasi” (1992 : 12) menyatakan bahwa : “Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain, dalam berpikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistis dan ego-sentrik berubah menjadi perilaku organisasi”. Kemudian menurut Theo Haiman dan William G. Scott yang pendapatnya dikutip oleh Sutarto dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi” (1998 : 63) menyatakan bahwa : “Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan, dipimpin dan dipengaruhi dalam pemilihan dan pencapaian tujuan.” Adapun definisi kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard yang pendapatnya dikutip oleh Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Dalam Manajemen” (1995 : 63) menyatakan bahwa definisi kepemimpinan situasional adalah : “Suatu tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut, jumlah dukungan, jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya”. Dari beberapa definisi yang dikemukakan dapat ditarik suatu pengertian secara umum tentang kepemimpinan yaitu, bahwa kepemimpinan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi perilaku orang lain dengan melakukan pengarahan, pembinaan, pengaturan, mendorong, dan mendukung bawahannya untuk memberikan kesiapan didalam melakukan suatu pekerjaan yang dicapai oleh anggotanya atau bawahannya untuk 3
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
lebih efektif dan efisien dalam mencapai suatu hasil pekerjaan. Semangat kerja itu menunjukkan sikap seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Definisi semangat menurut Nitisemito (1991:105) adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. V. A Musselman & Eugene H. Hughes (2001 : 84), menyatakan semangat kerja (morale) sebagai : “The feeling that individual or groups have toward their jobs, their associates and the company. It’s affected by those factors that make up the work, environment, including, the extend to which one’s needs are satisfied in a particular job and as member of the company’s team.” Hal di atas dapat diartikan bahwa perasaan individu atau kelompok terhadap pekerjaannya, yaitu hubungan antar mereka dan dengan perusahaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meningkatkan pekerjaan, lingkungan, termasuk apakah kebutuhan seseorang telah terpuaskan dalam pekerjaan secara individu dan sebagai anggota dari tim perusahaan. Sedangkan menurut Keith Davis ( 1987: 155 ) definisi dari semangat kerja (morale) adalah sebagai berikut : “The attitudes of individuals and groups toward their work and toward voluntary cooperation to the full extent to their ability in the best interest of the organization.” Dari keterangan di atas dapat diartikan bahwa semangat kerja merupakan perilaku individual dan kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan orang lain yang secara maksimal sesuai dengan kepentingan bagi organisasi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Populasi yang dimaksud dalam 4
penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara sebanyak 32 orang. metode pengambilan sampel/responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus, yang berarti seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sample, kecuali pimpinan dan penulis untuk menjaga objektivitas penelitian. Dengan demikian jumlah seluruh sample yang akan dijadikan sebagai responden sebanyak 30 orang. Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah : Studi Lapangan (Field Research) dan Studi Kepustakaan (Library Research). Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dengan mencari angka penafsiran atau interprestasi digunakan rumus perhitungan menurut Slabovitz (1993:35) sebagai berikut : M = f(x) / n dan selain itu digunakan analisis korelasi dengan mencari koefisien Korelasi Pearson Product Moment. HASIL PENELITIAN Analisis Variabel Kepemimpinan Tanggapan responden tentang pemimpin memberikan dukungan didalam meningkatkan semangat kerja pegawai Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara didapat angka penafsiran 4,17 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Hal ini selaras dengan wawancara yang menunjukan bahwa pemimpin hampir selalu memberikan dukungan didalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya. Tanggapan responden tentang pemimpin memberikan dukungan dalam memacu suatu kegiatan kerja kepada para pegawainya. Maka diperoleh angka penafsiran 3,84 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Dimana pemimpin selalu memberikan dukungan untuk lebih memacu kegiatan kerja yang dilakukan oleh pegawai.
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
Tanggapan responden tentang pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara selalu memberikan petunjuk dalam melakukan suatu pekerjaan kepada para pegawainya. Maka didapat angka penafsiran 3,83 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Di mana pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara memberikan petunjuk dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tanggapan responden tentang pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara memberikan dorongan kepada para pegawainya, maka didapat penafsiran 3,90 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Di mana pemimpin hampir selalu memberikan dorongan kepada para pegawainya dalam melakukan atau mengerjakan suatu pekerjaan. Tanggapan responden tentang dorongan yang diberikan oleh pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara kepada pegawainya. Maka didapat angka penafsiran 3,83 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Dimana seorang pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara memberikan dorongan kepada para pegawainya untuk lebih meningkatkan pekerjaannya. Tanggapan responden tentang pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara menjelaskan mengenai prosedur kerja. Maka didapat angka penafsiran 3,87 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Di mana seorang pemimpin Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara memberikan penjelasan mengenai prosedur kerja kepada para pegawai. Hal tersebut merupakan tugas
dari seorang pemimpin terhadap pegawainya. Tanggapan responden tentang instansi memberikan petunjuk dan prosedur kerja. Maka didapat angka penafsiran 3,80 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik. Di mana Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara harus senantiasa memberikan petunjuk dan prosedur kerja supaya dapat dipahami oleh semua para pegawai. Tanggapan responden tentang kebijakan yang dibuat oleh pemimpin kepada pegawainya. Maka diperoleh angka penfsiran 3,55 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria cukup baik. Di mana suatu kebijakan yang dibuat oleh seorang pemimpin kepada para pegawainya kadangkadang diterima dan dilaksanakan dengan baik, kadang juga tidak. Tanggapan responden tentang pemimpin memberikan kesempatan kepada para pegawainya. Maka diperoleh angka penafsiran 3,77 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria cukup baik. Dimana seorang pemimpin harus dapat memberikan kesempatan dan waktu kepada para pegawainya untuk menyampaikan suatu masalah didalam pekerjaan. Tanggapan responden tentang komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan terhadap pegawainya adanya suatu hambatan. Maka diperoleh angka penafsiran 3,50 berarti hal tersebut menunjukkan kriteria penilaian cukup baik dalam berkomunikasi antara atasan dan pegawai. Tanggapan responden tentang seorang pegawai ditunjuk oleh atasannya untuk dapat mewakili suatu rapat. Maka diperoleh angka penafsiran 3,80 berarti angka tersebut menunjukkan kriteria baik, di mana seorang pegawai harus dapat mewakili atasanya dalam menghadiri suatu rapat, apabila seorang atasan tidak dapat menghadiri rapat tersebut. Berdasarkan analisis di atas didapat kesimpulan angka penafsiran 3,80 dengan 5
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
penilaian baik. Artinya kepemimpinan sudah berjalan cukup optimal, hal ini berdasarkan indikator dari variabel yang diperoleh dari responden berdasarkan angket dan hasil wawancara lapangan. Hal ini berarti responden mengatakan bahwa kepemimpinan sudah berdasarkan pada model Fiedler yang diterapkan oleh pimpinan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara . Analisis Variabel Semangat Kerja Tanggapan responden tentang disiplin kerja menunjukkan bahwa sebanyak 2 orang responden mengatakan Sangat setuju, 20 orang responden mengatakan setuju. Sedangkan 8 orang responden mengatakan cukup setuju serta tidak ada yang menjawab untuk tidak setuju dan sangat tidak setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,80 yang berarti baik. dimana para pegawai didalam melakukan suatu tugas sudah dilaksanakan dengan disiplin dengan baik Tanggapan responden tentang antusias menunjukkan bahwa sebanyak tidak seorang responden pun mengatakan sangat Baik, 14 orang responden mengatakan setuju, sedangkan 11 orang responden mengatakan cukup setuju dan 1 responden mengatakan tidak setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,70 yang berarti baik. dimana para pegawai sudah memiliki antuasias kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan. Tanggapan pendapat responden tentang hubungan yang harmonis menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang responden mengatakan sangat setuju, 3 orang responden mengatakan sangat setuju, sedangkan 12 orang responden mengatakan cukup setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,63 yang berarti baik. dimana para pegawai sudah melakukan hubungan yang harmonis
6
baik dengan pimpinan dan juga dengan sesama pegawai dalam organisasi tersebut. Tanggapan responden tentang Loyalitas menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang responden mengatakan sangat setuju, 9 orang responden mengatakan setuju, sedangkan 6 orang responden mengatakan cukup setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,40 yang berarti baik. Hal ini berarti menunjukan bahwa loyalitas kepada organisisasi sudah ditunjukan dengan baik pegawai. Tanggapan responden tentang pemenuhan kebutuhan menunjukkan bahwa 9 orang responden mengatakan sangat setuju, 14 orang responden mengatakan setuju, 3 orang responden mengatakan cukup setuju sedangkan 4 orang responden mengatakan tidak setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,93 yang berarti baik. Dimana kebutuhan para pegawai sudah dipenuhi oleh organisasi dengan baik. Tanggapan responden tentang Kreativitas menunjukkan bahwa 2 orang responden mengatakan sangat setuju, 16 orang responden mengatakan setuju, sedangkan 9 orang responden juga mengatakan cukup setuju. Adapun yang mengatakan tidak setuju terdapat sebanyak 3 orang responden. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,57 yang berarti baik. Dimana para pegawai sudah menunjukan kreativitas yang baik dalam melakukan pekerjaan. Tanggapan responden tentang kebanggaan dalam dinas menunjukkan bahwa sebanyak 5 orang responden mengatakan sangat setuju, 14 orang responden mengatakan setuju, sedangkan 9 orang responden mengatakan cukup setuju sedangkan 2 orang responden merngatakan tidak setuju. Maka dengan itu diperoleh angka rata-rata jawaban responden sebesar 3,73 yang berarti Baik. Hal ini berarti bahwa para pegawai telah memperlihatkan rasa
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
bangga terhadap organisasi tempat mereka bekerja dengan baik. Dari hasil rekapitulasi perhitungan variable semangat kerja didapat kesimpulan angka penafsiran 3,40 dengan penilaian baik. Artinya para pegawai sudah mempunyai semangat kerja yang baik, hal ini berdasarkan indikator dari variabel yang diperoleh dari responden berdasarkan angket dan hasil wawancara. Analisis Korelasi Dari perhitungan tersebut maka korelasi r = 0,677 yang berarti bahwa antara 2 variabel tersebut terdapat hubungan yang kuat yang dapat dilihat dari data interpretasi koefisien korelasi yang berada pada interval koefisien 0,60 – 0,799. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepemimpinan dengan semangat kerja. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2,602 sedangkan dari tabel distribusi t dengan taraf signifikan = 10 % (0,01) dan dk (derajat kesalahan) adalah n – 2 = 28, sehingga diperoleh ttabel = 1,701. Dari perhitungan di atas, maka thitung > ttabel = 2,602 > 1,701. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hasil uji t- tersebut membuktikan bahwa kepemimpinan mempunyai hubungan yang signifikan dengan semangat kerja pegawai Hal ini berarti kepemimpinan pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan berpengaruh terhadap semangat kerja pegawainya sebesar 45,83% s edangkan sisanya sebesar 54,17% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam karya ilmiah ini. REKOMENDASI Pimpinan Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara seyogyanya memperhatikan kebijakan yang akan dikeluarkan sehingga lebih dapat diterima serta mengembangkan dialog terbuka dengan seluruh pegawainya
Sedangkan untuk meningkatkan semangat kerja yang ada pada pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Perempuan Kota Administrasi Jakarta Utara maka pimpinan perlu mengupayakan loyalitas yang lebih tinggi pada pegawai serta memenuhi kebutuhannya DAFTAR PUSTAKA Davis, Keith. Human Behavior at Work : Organizational Behavior. New York : McGraw-Hill Company Ltd, 1987. Nawawi, Hadari., 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta : UGM. Prasetya Irawan, 2007, Metode Penelitian, Jakarta, PT Gunung Agung Singarimbun, Masri dan Effensi, Sofian(Ed). 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Silalahi, Bennett. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen LPMI, 1995 Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta : PT. Gunung Agung, 2008 Effendi, Onong Uchjana. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung : Alumni, 12005 Felix A N Nigro, Filix A dan Nigro, Leoyd. Modern Public Administration. New York : Harped and Row Publisher, 1990 Pfiffner, John M dan Presthus, Robert. Public Administration. New York : The Ronald Press Company, 1994. Tulus, Moh. Agus. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE, 2000. Sukarna. Pengantar Ilmu Administrasi Negara. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1990. Hasibuan, Malayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke 9. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1997.
7
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. V No. 3, September 2013
----------. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke 9. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1994. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : STIA LAN Press, 1997. Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Musselman V.A & Eugene H Hughes , Introduction to Modern Business Issues and Environment, New Jersey, Prentice Hall Inc.1981 Nawawi, Hadari. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : UGM University Press, 2000. Nitisemito, A.S. Manajemen Personalia(manajemen sumber Daya Manusia). Jakarta:Ghalia Indonesia. 1983
8