PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE TURNAMEN BELAJAR (LEARNING TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV MIN PARUNG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh SITI NURJANAH NIM. 108018300020
JURUSAN KI-PGMI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRACT SITI NURJANAH (108018300020). "The Effect of Active Learning by Method Learning Tournament for Mathematics Student Learning Outcomes". Thesis Department of Islamic Education, Teacher Education Program Faculty Tarbiyah Islamic Elementary School and Teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta. The purpose of this study was to identify and describe the students learning outcomes who are taught mathematics by using learning tournament and is taught using konvensional method, and to determine the effect of learning tournament of mathematics students learning outcomes. The research was conducted in MIN Parung in class IV. With Cluster Random Sampling technique to get two classes in the sample. Experimental class learning using learning tournament and control learning leaden konvensional method. The method used in this research is a quasi experimental study design Randomized Posttest-Only Control Group Design. This research instrument in the form of students' mathematics achievement test, the shape of the test description. Of the value of students mathematics achievement test second grade acquired normal distribution and homogeneous. Then from the calculation of hypothesis testing using the t-test, obtained T count > T Table (3,70 > 1,68). Late or accept the hypothesis H1, the average mathematics students learning outcomes who are taught with learning tournament is better than the average mathematics students learning outcomes who are taught using konvensional method. Learning tournament positive influences the students learning outcomes mathematics learning.
i
ABSTRAK SITI NURJANAH (108018300020). “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar (Learning Tournament) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar dan yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional, dan untuk mengetahui pengaruh metode turnamen belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan Di MIN Parung pada kelas IV. Dengan teknik Cluster Random Sampling diperoleh dua kelas sebagai sampel. Kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode turnamen belajar dan kelas kontrol pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Posttest-Only Control Group Design. Instrumen penelitian ini berupa tes hasil belajar matematika siswa, berbentuk tes uraian. Dari nilai tes hasil belajar matematika siswa diperoleh kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis dengan mengunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (3,70 > 1,68). Maka terima H1, rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Dengan demikian metode turnamen belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Turnamen Belajar
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seorang teladan yang baik dan pembimbing umat. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka hanya bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Fauzan, MA selaku ketua Prodi PGMI yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis. 3. Ibu Dra. Afidah Mas’ud selaku pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Sururin, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya. 5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 7. Kepala sekolah MIN Parung Bapak H. Aad Adlani, S.Ag, M.Pd.i beserta guru dan stafnya yang telah memberikan izin penelitian.
iii
8. Teristimewa untuk orang tuaku Abi ku tercinta Yeyep Abu Bakar Soleh, umi ku tercinta Siti Rohimah, kedua orang tua ku yang penulis sangat cintai dan hormati sepanjang hidup, sumber motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa yang selalu mengiringi penulis, dan dukungan baik dari segi moril maupun materil. Semoga suatu saat nanti ananda bisa membalas semua kebaikan Abi dan Umi serta ananda bisa menjadi kebanggan Abi dan Umi. Amin... 9. Kakaku tercinta M. Asep Saepudin dan Adikku tercinta Siti Latifah sa’diah dan Mustopa Abdul M yang telah memberikan supportnya untuk aku. 10. Terimakasih untuk tunanganku M. Firdaus Mustaqim, yang selalu memberikan support, sebagai sumber inspirasi dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua teman-temanku PGMI angkatan 2008, Lusi, Rihlah, Nuy, Muth, Lista yang selalu memberikan motivasi, dan tentunya PGMI KOBE VIA semoga pertemanan dan persahabatan kita akan abadi selamanya. 12. Kakak kelas dan adik kelas PGMI yang telah memberikan doa dan membantu mempermudah penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangan mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya. Jakarta, 05 September 2013 Penulis
Siti Nurjanah
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
7
C. Pembatasan Masalah
8
D.Perumusan Masalah
8
E. Tujuan Penelitian
8
F. Manfaat Penelitian
9
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori
10
1. Hasil Belajar Matematika
10
a. Pembelajaran Matematika
10
b. Pengertian Belajar
14
c. Hasil Belajar Matematika
17
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
22
2. Strategi Pembelajaran Aktif
23
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
23
b. Pengertian Pembelajaran Aktif
25
c. Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar
26
3. Pembelajaran Konvensional
28
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
31
C. Kerangka Berfikir
31
D. Hipotesis Penelitian
33
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian
34
B. Metode dan Desain Penelitian
34
C. Populasi dan Sampel
35
D. Teknik Pengumpulan Data
35
E. Instrumen Penelitian
36
F. Uji Coba Instrumen
38
a.Validitas
38
b. Realibilitas
40
c. Uji Tingkat Kesukaran
40
d. Uji Daya Pembeda
41
G. Teknik Analisis Data
42
a. Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif
42
1. Uji Normalitas
42
2. Uji Homogenitas
43
3. Uji Hipotesis
44
4. Hipotesis Statistik
44
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
46
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
46
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
48
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
52
1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
52
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
52
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol
52
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
53
C. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan
53
1. Pengajuan Hipotesis Penelitian
53
2. Pembahasan Hasil Penelitian
54
3. Data Respon Siswa
58
D. Keterbatasan Penelitian
59
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
60
B. Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran konvensional dengan turnamen belajar 30 Tabel 3.1 Randomized Posttes-Only Control Group Design
35
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
37
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 2, 3, 5, 7, 8, 9
39
Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 4, 6, 10, 11, 12, 13
39
Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 1, 14, 15, 16
39
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 17
40
Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
41
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda
42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
46
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
47
Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
49
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol
49
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
51
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas
52
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
53
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t
54
DAFTAR GRAFIK Gambar 4.1 Kurva Ogive Kelas Eksperimen
47
Gambar 4.2 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
48
Gambar 4.3 Kurva Ogive Kelas Kontrol
50 vii
Gambar 4.4 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol
51
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen
64
2. Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol
104
3. Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa
108
4. Lampiran
133
4 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar
5. Lampiran 5 Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar
134
6. Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
137
7. Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar
138
8. Lampiran 8 Uji Validitas & Uji Reliabilitas
141
9. Lampiran 9 Taraf Kesukaran Butir Soal
144
10. Lampiran 10 Uji Daya Pembeda
146
11. Lampiran 11 Daftar Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kontrol
148
12. Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
149
13. Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol
152
14. Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen
155
15. Lampiranss 15 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol
159
16. Lampiran 16 Perhitungan Uji Homogenitas
163
17. Lampiran 17 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik
164
18. Lampiran 18 Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson
166
19. Lampiran 19 Luas dibawah Kurva Normal 0 – Z
167
20. Lampiran 20 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
169
21. Lampiran 21 Nilai Kritis Distribusi F
170
22. Lampiran 22 Nilai Kritis Distribusi t
174
23. Lampiran 23 Daftar Nama Kelompok Turnamen Belajar
175
24. Lembar Wawancara Siswa
176
25. Foto Hasil Penelitian
177
26. Uji Referensi
178 viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia tentang perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi individu yang mandiri dan prosesnya dapat dimulai sedini mungkin. Penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih maju dapat menumbuh kembangkan potensi individu agar mampu memimpin kelangsungan hidup dan kehidupan ini. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjangnya. Keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi tujuan dan cita-cita bersama agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang diperoleh melalui sekolah diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam proses pendidikan diperlukan proses belajar mengajar yang harus saling mendukung antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Guru sebagai pengajar harus memenuhi kewajibannya membimbing siswanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Sedangkan siswa sebagai pelajar wajib
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia), h. 8.
1
2
mengikuti pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara guru, siswa dan komponen-komponen pendidikan sehingga tercipta proses pendidikan yang berkualitas. Pada dasarnya siswa memiliki hak dan kewajiban dalam memperoleh pendidikan. Hak siswa yaitu memperoleh pendidikan yang layak dengan tidak memandang status social dan kemasyarakatan. Sedangkan kewajiban siswa yaitu menaati peraturan yang telah dibuat setelah mereka memasuki dunia pendidikan sekolah. Diantara kewajiban-kewajiban siswa adalah mengikuti kurikulum pendidikan. Dalam kurikulum tersebut terdapat pelajaran matematika yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Hal ini diperkuat oleh undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap siswa yang berada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib mengikuti pelajaran matematika. Matematika adalah bagian yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan oleh setiap orang untuk dijadikan sarana dalam berfikir, karena matematika dapat memberi manfaat serta kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya matematika digunakan untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif dalam mengembangkan matematika sebagai ilmu dasar. Belajar matematika adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat, bekerja dengan alat-alat.2 Dengan berbuat anak menghayati sesuatu dengan seluruh indera dan jiwanya. Konsep-konsep matematika menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh anak sehingga konsep itu benar-benar tahan lama di dalam ingatan siswa. Belajar matematika berarti mengalami. Merngalami berarti menghayati sesuatu aktual penghayatan. Dengan menghayati berulang-ulang perbuatan maka belajar matematika akan menjadi efektif, teknik akan menjadi lancar, konsep makin lama makin jelas dan generalisasi makin mudah disimpulkan. 22
h. 19
Erna Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006) cet. 1
3
Dengan demikian kegiatan pembelajaran matematika di sekolah harus dapat melibatkan siswa seluruhnya. Diperlukan pembelajaran aktif dan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika sehingga siswa dapat berbuat, mengalami, memahami dan menghayati pembelajaran matematika yang diberikan sesuai dengan pengertian belajar matematika diatas. Karena keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa. Pembelajaran matematika cenderung abstrak, karena matematika merupakan ilmu dengan objek yang abstrak maka sulit untuk dipahami anak usia SD. Menurut piaget anak usia SD masih berfikir pada tahap operasi konkrit, artinya siswa SD belum berfikir formal, sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, formal, dan menggunakan bahasa symbol yang memiliki arti yang padat. Karena adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap berfikir anak SD. Jika matematika ini dianggap sulit oleh siswa SD karena pembelajarannya cenderung abstrak maka hal ini dapat mempengaruhi minat belajar matematika siswa, Untuk membantu anak berpikir abstrak, guru dalam proses pembelajaran matematika harus banyak memberikan pengalaman-pengalaman belajar dengan menggunakan berbagai alat peraga atau dengan pembelajaran aktif. Pada saat ini, masih ada guru yang memberikan konsep-konsep matematika sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, tanpa memperhatikan bahwa jalan pikiran siswa berbeda dengan jalan fikiran orang dewasa dalam memahami konsepkonsep matematika yang abstrak. Sesuatu yang dianggap mudah menurut logika orang dewasa dapat dianggap sulit untuk dimengerti oleh seorang anak, maka dalam pembelajaran matematika di SD konsep-konsep matematika yang abstrak yang dianggap mudah oleh kita namun dapat dianggap sulit untuk anak usia SD.
4
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan dan jenjang pendidikan. 3 Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar memang memberi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Sehingga guru harus menciptakan suasana belajar baru dalam proses pembelajaran dengan berbagai cara agar siswa antusias dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, dengan memperkenalkan kepada anak berbagai macam kegiatan belajar seperti bermain sambil belajar, menggunakan berbagai metode pembelajaran pada saat mengajar matematika, mengaitkan kembali matematika dengan dunia anak. Pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun pemerintah sudah melakukan pembaharuan dalam penyempurnaan kurikulum dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran, namun pada faktanya, mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari sempurna. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu khususnya matematika. Berdasarkan data dari PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009, menyebutkan bahwa peringkat matematika Indonesia menduduki urutan ke 61 dari 65 negara. 4 Pada PISA 2012, Indonesia kembali lagi pada peringkat bawah, seperti yang diberitakan oleh BBC “At the lowest end are mexico, brazil and Indonesia”.5 Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosdakarya, 2010) cet 15 h. 87 4 http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf, diakses tanggal 1 September 2013 5 http://www.bbc.co.uk/news/education-20498356
5
Keadaan seperti itu tidak jauh berbeda dengan realita yang ada pada tingkat MI/SD khususnya. Berdasarkan hasil observasi di sekolah, data hasil belajar matematika MIN Parung kelas IV, pada materi bilangan bulat ternyata hanya 41% siswa yang nilai matematikanya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah tersebut dan selebihnya 59% siswa kelas IV belum memenuhi KKM yang ditentukan. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa tergolong masih rendah. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab semua itu, salah satu faktornya yaitu dari faktor guru. Masalah yang terjadi dilapangan adalah tidak sedikit guru dalam proses pembelajaran hanya melakukan komunikasi satu arah dimana guru masih menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam pembelajaran matematika, guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah, memberikan contoh, dan latihan soal yang dikerjakan oleh siswa. Berbagai macam materi pelajaran matematika diberikan dan cenderung hanya memberikan rumus jalan pintas agar siswa kelihatan menguasai matematika. Akan tetapi, sebenarnya siswa tidak mengerti apa yang sedang mereka kerjakan karena siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas IV MIN parung, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan latihan LKS dan belum pernah menerapkan strategi pembelajaran aktif. Hal tersebut dapat berdampak pada hasil belajar siswa karena keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa namun sebaliknya jika semakin rendah tingkat pemahaman, penguasan materi, serta prestasi belajar siswa maka semakin rendah pula tingkat keberhasilan pembelajaran siswa. Maka dapat disimpulkan rendahnya hasil belajar matematika dapat disebabkan karena peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator tidak berusaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif namun cenderung
6
mentransfer pengetahuan yang dimiliki tanpa melibatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat menjadi penghalang kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Untuk dapat meningkatkan prestasi anak dalam pembelajaran matematika, salah satu faktor penunjang adalah adanya proses belajar yang efektif. Kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupkan hasil belajar. Perubhan yang dialami seseorang karena hasil belajar dalam matematika menunjukan pada suatu proses kedewasaan yang dialami anak tersebut. Belajar matematika adalah proses yang aktif,6 semakin bertambah aktif anak dalam belajar matematika semakin ingat anak akan pelajaran matematika itu. Peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator, harus berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut peranan guru sebagai salah satu komponen pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, untuk itu guru harus menentukan bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang akan diajarkan melibatkan keahlian siswa. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dituntut aktif dalam membuat suatu perencanaan pembelajaran dan melaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa tersebut maka diperlukan pembelajaran aktif.
6
h. 18
Erna Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006) cet. 1
7
“Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswanya untuk belajar aktif”.7 Strategi pembelajaran aktif ini merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Ada berbagai macam teknik dalam pembelajaran aktif diantaranya adalah metode turnamen belajar. Turnamen Belajar merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa dalam proses belajar, “metode turnamen belajar ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan.”8 Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD/MI”
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi
masalah penelitian antara lain: 1.
Metode pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru
2.
Kurangnya minat siswa
3.
Pembelajaran matematika sulit untuk dipahami
4.
Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran
5.
Metode pembelajaran konvensional tidak efektif untuk pembelajaran matematika
7
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV 8 Melvin L. Sibermen, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia , 2011). Cet IV hal. 171
8
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini perlu
adanya pembatasan masalah yang akan dianalisa dan diteliti. Oleh karena itu masalah yang akan dianalisa dan diteliti pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan metode turnamen belajar dengan hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil belajar pada penelitian ini diambil dari hasil tes yang dibuat oleh peneliti setelah memberikan materi pada pelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil dari aspek kognitif.
D.
Perumusan Masalah Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar dan yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional?
2.
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional?
E.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah dengan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
9
F.
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: Dengan
penggunaan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keberanian dan konsentrasi siswa terhadap pelajaran matematika.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Pembelajaran Matematika “Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran”.1 Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
sistem
pembelajaran,
diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. 1. Faktor Guru Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
1
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). Cet 1 h. 11
10
11
2. Faktor Siswa Sikap dan keterampilan siswa merupakan aspek yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Didalam kelas terkadang ada siswa yang aktif dan pendiam, dan tidak sedikit siswa yang ada dalam kelas dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Sikap dan keterampilan siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran didalam kelas. 3. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, dengan adanya media pembelajaran siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang ada didalam kelas. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, apabila jalan untuk menuju ke sekolah rusak maka akan menghambat siswa untuk menuntut ilmu. Kelengkapan
sarana
dan
prasarana
akan
membantu
guru
dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana merupakan
komponen
penting
yang
dapat
mempengaruhi
proses
pembelajaran. 4. Faktor Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim socialpsikologis. 5. Faktor Organisasi Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
12
6. Faktor Iklim Sosial-Psikologis Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran misalnya murid yang tidak menyukai cara mengajar gurunya akan mempunyai dampak terhadap keberhasilan belajar siswa tersebut.2 Sifat-sifat proses belajar matematika adalah: a) Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan. Dari lingkungannya si anak dapat memilih apa yang ia butuhkan dan apa yang dapat ia pergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. b) Belajar berarti berbuat. Belajar matematika adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat, bekerja dengan alat-alat. Dengan berbuat anak merasakan sesuatu dengan seluruh indera dan jiwanya. Konsepkonsep matematika menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh anak sehingga konsep itu benar-benar masuk ke dalam ingatan siswa. c) Belajar
matematika
berarti
mengalami.
Merngalami
berarti
menghayati sesuatu perbuatan yang anak lakukan. Dengan menghayati berulang-ulang perbuatan maka belajar matematika akan menjadi efektif, teknik akan menjadi lancar, konsep makin lama makin jelas dan generalisasi makin mudah disimpulkan. d) Belajar
matematika
memerlukan
motivasi.
Dalam
proses
pembelajaran Anak didik adalah manusia yang membutuhkan bantuan dari guru sehingga anak bisa berkembang secara harmonis. 3 “Russefendi (1988: 23), berpendapat bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendididkan, (Jakarta: Kencana, 2011). cet. 8 h. 52 3 Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006), cet. Ke-1, edisi 1, h. 7
13
secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif”.4 Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2004 disebutkan “Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”. “Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan”.5 Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah “melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah”.6 Dalam adanya tujuan pembelajaran matematika ini diharapkan siswa dapat memahami konsep matematika, dapat menjelaskan keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep secara akurat dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dalam mempelajari matematika serta percaya diri dalam memecahkan suatu masalah. Pada hakikatnya belajar matematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika.7 Hudoyo menyatakan seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri seorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. 4
Ibid, h. 4. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. (Jakarta: DEPDIKNAS. 2003), h. 5 6 Ibid, h. 6 7 Al krismanto Dkk, Beberapa Teknik, model dan strategi dalam pembelajaran matematika, (Departemen Pendidikan Nasional 2003). h 1 5
14
b. Pengertian Belajar “Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya”.8 “Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu: a) tahap acquisition, yaitu tahap perolehan informasi, b) tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informas,i c) tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi”.9 Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”.10 Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku pribadi seseorang. Ernes ER. Hilgard, mendefinisikan sebagai berikut: leraning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures (wether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan bisa berubah).11 Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya
8
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). Cet 1 h. 1 9 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008. Cet 1 h. 1 10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 21 11 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: kencana, 2010). Cet.2 h. 4
15
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis dikelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal, namun belajar saat ini memiliki kecenderungan dengan istilah belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar bermakna terjadi apabila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu merumuskan apa yang akan dipelajarinya. Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti fisik yang sehat, memiliki motivasi atau minat yang kuat untuk belajar, kesehatan fisik dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, karena keadaan fisik yang kurang sehat akan mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran dan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran berkurang.12 Faktor eksternal adalah lingkungan keluarga yang harmonis, perhatian orang tua, fasilitas belajar yang memadai, apabila keadaan keluarga yang harmonis dan adanya perhatian orang tua akan sangat mempengaruhi psikologis anak yang positif begitu juga dengan adanya fasilitas belajar yang memadai akan membantu kegiatan belajar siswa.13
12 13
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008). Cet 1 h. 91 Ibid, h. 91
16
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Mengenai tujuan belajar itu sebenarnya banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effect. Jadi guru dalam mengajar, harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai instructional effect, maupun kedua-duanya. Dari uraian diatas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu: untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, pembentukan sikap. 1.
Untuk mendapatkan pengetahuan seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan
pengetahuan
dan
sebaliknya
kemampuan
berfiki
seseorang
dapat
memperkaya pengetahuan. 2.
Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan dibagi
menjadi dua macam yaitu: keterampilan jasmaniah dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, seperti penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, karena bersifat lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
17
3.
Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas
dari soal penanaman nilai-nilai. Guru sebagai pendidik tidak hanya mengajar, namun harus mampu menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak didiknya.14 Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan,
keterampilan
dan
penanaman
sikap
mental/nilai-nilai.
Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Prinsip belajar menurut Slameto, berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, 2) Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional, 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif, 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.15
c. Hasil Belajar Matematika Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan: “suatu perbuatan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap dan cita-cita.” “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
14
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 26-29 15 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: kencana, 2010). Cet.2 h. 62
18
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”.16 Hasil belajar adalah tingkah laku yang dimiliki individu sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuh. “Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”.17 Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menilai berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran diukur melalui tes hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkah laku yang diukur dengan tes mengenai bidang studi yang dipelajari, berupa pengetahuan dan keterampilan dari program belajar, pengetahuan ditunjukan oleh informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan ditunjukan dengan aksi atau reaksi yang ditunjukan seseorang dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan hasil belajar yang bermutu yang mendatangkan kepuasan bagi siswa, maka haruslah suasana belajar yang stabil, bekerja keras untuk mempelajari setiap kajian materi yang sedang dipelajari. Hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Soedijarto menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.18 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, 16
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2001). Cet 7 h. 3 17 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5 h. 27 18 Baso Intang, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 3
19
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.19 Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenalnya secara lebih terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan pendidikan akan sangat membantu pada saat memilih atau menyusun instrument evaluasi hasil belajar. Penjelasan dari setiap ranah tujuan pendidikan, dapat diuraikan sebagai berikut: Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual (Jarolimek dan Foster, 1981 : 148). Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 kelas/tingkat yakni: 1.
Pengetahuan, tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali, dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.
2.
Pemahaman,
tujuan
ranah
kognitif
berupa
kemampuan
memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. 3.
Penggunaan/penerapan, Untuk penggunaan/penerapan, siswa di tuntut memiliki
kemampuan
untuk
menyeleksi
atau
memilih
generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, dalil, aturan, gagasan, cara). 4.
Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagianbagian yang menjadi unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.
19
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2009). Cet 14 h. 22
20
5.
Sintesis, dalam sintesis, siswa diminta untuk melakukan generalisasi.
6.
Evaluasi, dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,
penghargaan, nilai, perasaan dan emosi (Davies, 1986 : 97; Jarolimek dan Foster, 1981 : 148). Kratwohl, Bloom, Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut: 1.
Menerima, tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. Dalam menerima, siswa diminta untuk menunjukan kesadaran, kesediaan untuk menerima, dan perhatian terkontrol/terpilih.
2.
Merespons, untuk merespons, siswa diminta untuk menunjukan persetujuan kesediaan, dan kepuasan dalam merespon.
3.
Menilai, dalam menilai siswa dituntut untuk menunjukan penerimaan terhadap nilai.
4.
Mengorganisasi, untuk menunjukan kemampuan mengorganisasikan ini, siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih besar.
5.
Karakteristik, dalam karakteristik ini, siswa diminta untuk menunjukan kemampuannya
dalam
menjelaskan,
memberikan
batasan,
atau
mempertimbangan nilai-nilai yang direspons. Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda tau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan skoordinasi badan (Davies, 1986 : 97). Kibler, Barket dan miles (1970) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut: 1.
Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, ketepan tubuh yang mencolok, siswa harus mampu menunjukan gerakan yang menggunakan kekuatan tubuh, gerakan yang memerlukan kecepatan tubuh, gerakan yang memerlukan ketepatan posisi tubuh.
21
2.
Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, dalam gerakan yang dikoordinasikan siswa harus mampu menunjukan gerakan-gerakan berdasarkan gerakan yang dicontohkan atau gerakan yang diperintahkan secara lisan.
3.
Perangkat
komunikasi
nonverbal,
nonverbal
ini,
diminta
siswa
dalam
untuk
perangkat
komunikasi
menunjukan
kemampuan
berkomunikasi menggunakan bantuan gerakan tubuh dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. 4.
Kemampuan berbicara, untuk kemampuan berbicara , siswa harus mampu menunjukan kemahirannya memilih dan menggunkan kata atau kalimat sehingga informasi, ide, atau yang dikomunaksikannya dapat diterima secara mudah oleh pendengarnya.20 Penilaian kemajuan belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat
dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam menilai kemajuan belajar siswa dapat lebih komprehensif, berkesinambungan, dan menyentuh aspek-aspek yang telah ditentukan dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagaian besar (60%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (60%). Berdasarkan beberapa pendapat dan pemikiran para ahli yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar matematika adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika,
20
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta 2009), Cet. 4 hal. 202-207
22
sebelumnya memperoleh pengalaman belajar yang diperlihatkan siswa melalui nilai tes yang diberikan guru. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 1.
Faktor Internal Siswa
a) Aspek Fisiologis Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai dengan sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas. b) Aspek Psikologis Inteligensi Siswa Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya semakin rendah inteligensi seorang siswa maka semakin kecil pula peluangnya memperoleh sukses. Sikap Siswa Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru berikan merupakan bertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru atau kepada mata pelajaran guru tersebut dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Bakat Siswa Apabila siswa memilih keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Minat Siswa Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selamaini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswadalam bidang-bidang studi tertenu.
23
Motivasi Siswa Motivasi akan berpengaruh terhadap kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.21 2.
Faktor Eksternal Siswa
a) Lingkungan Sosial Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan ( kepsek dan wakil-wakilnya), dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. b) Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini di pandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.22
2. Strategi Pembelajaran Aktif a. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memilki esensi yang relativ sama termasuk diadopsi dalam
konteks
pembelajaran
yang
dikenal
dengan
istilah
strategi
pembelajaran. Banyak konsep strategi yang dikemukakan oleh beberapa ahli khususnya berkenaan dengan strategi pembelajaran. “Menurut J.R David strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Cet. 15 h 129-136 22 Ibid, h. 129-136
24
tertentu”.23 “Dick and Carey berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa atau peserta latih”.24 Pengertian dari kegiatan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut: 1.
Berorientasi pada tujuan Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. 2.
Aktivitas Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
kompetensi yang dicapai. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas belajar siswa. 3.
Individualitas Pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajar pada sekolompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku pada setiap siswa. 4.
Integritas Proses
pembelajaran
harus
dipandang
sebagai
mengembangkan seluruh potensi yang dikembangkan siswa.
23
usaha
yang
25
Masito & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009). cet 1 h 37 24 Ibid, h. 37 25 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5 h. 103
25
b. Pengertian Pembelajaran Aktif Active Learning adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.26 Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. UC Davis TAC Handbook dalam Cepi Triatna menjelaskan bahwa “pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menjadi guru bagi mereka sendiri”.27 Unsur umum yang terkait dalam pembelajaran aktif ini adalah “bahwa guru dipindahkan perannya dari yang paling berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan materia pelajaran menjadi fasilitator dan para siswa berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri”.28 Dengan demikian guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu. Tidak hanya satu cara yang dapat dipergunakan untuk belajar sesuatu dan berbagai tugas serta pengalaman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu. Peserta didik memungkinkan untuk melakukan kegiatan yang beragam dalam mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” oleh guru. Kegiatan proses pembelajaran
26
yang
membutuhkan
peserta
didik
untuk
aktif
akan
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008).
h. XIV 27
Djoko H.N, “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran aktif Berbasiskan Konstruktivisme”, Makalah ini disampaikan pada seminar nasional pendidikan, Fak. Saintek UIN, 18 November 2010, h. 115 28 Ibid 115
26
meningkatkan potensi peserta didik untuk mengingat kembali materi pembelajaran sebanyak sepuluh kali lipat, selain itu peserta didik lebih menikmati proses pembelajaran dan membuat pembelajaran lebih mendalam. Perlu dipertimbangkan juga bahwa proses pembelajaran peserta didik dapat ditingkatkan oleh tantangan, tetapi lemah oleh ancaman. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajran aktif, yaitu:29 1) Penumbuhan motivasi, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik 2) Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi 3) Mengupayakan keterarahan kepada suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun permasalahan sehingga siswa dapat memusatka perhatian serta mengaitkan keseluruha bahan yang sedang dipelajari 4) Belajar sambil bekerja, bermain, ataupun kegiatan lainnya 6) Penyesuaian dengan perbedaan individual 7) Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi 8) Peluang untuk menemukan sendiri informasi 9) Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya 10) Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif. Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangatlah penting. Karena pada hakikatnya, pembelajaran memang merupakan suatu proses aktif dari pebelajar dalam membangun pemikiran dan pengetahuannya. Peranan aktif siswa dalam pembelajaran akan menjadi dasar dari pembentukan generasi kreatif, yang berkemempuan untuk menghasilkan sesuatu yang tak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.
c. Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar Metode pembelajaran turnamen belajar merupakan bagian dari strategi pembelajaran active learning. “Active Learning adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”.30 Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau 29
Masitoh Dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan islam Depag RI, 2009), Cet 1. h. 260 30 Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV
27
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Metode turnamen belajar adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan
memberikan
tugas
belajar
yang
diberikan
secara
berkelompok kecil peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan cara bekerjasama satu bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas.31 Keunggulan lain adalah mengoptimalkan partisipasi siswa. Metode ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka pada orang lain. Membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Penerapan metode turnamen belajar dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut: a.
Langkah pertama, guru
membagi siswa kedalam kelompok yang
beranggotakan 2-8 orang. Setiap kelompok berjumlah sama. b.
Langkah kedua, guru memberikan materi untuk dipelajari bersama
c.
Langkah ketiga, siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari sebagai babak pertama dari turnamen belajar. Tiap siswa menjawab pertanyaan secara individu.
d.
Langkah keempat, guru memberikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diajukan kemudian tiap siswa menghitung skor jawaban benar, selanjutnya setiap siswa menyatukan skor mereka untuk mendapatkan skor tim.
31
Melvin L. Sibermen, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia 2011). Cet IV hal. 171
28
e.
Langkah kelima, siswa diminta untuk belajar lagi untuk babak kedua, kemudian guru mengajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari babak kedua, siswa diminta untuk menjumlahkan skor mereka untuk mendapatkan skor tim dst. Dalam turnamen belajar guru dapat melakukan turnamen dengan
berbagai ronde sesuai dengan keinginannya. Jika dalam turnamen belajar siswa menjawab pertanyaan salah maka skor mereka akan dikurangi 2 atau 3. Sedangkan bagi siswa yang tidak menjawab sama sekali dianggap 0.
3. Pembelajaran Konvensional Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi, dimana guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan atau menerimanya. “Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah”,32 karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pembimbing belajar dengan pembelajar dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. “Hudoyo menyatakan bahwa ciri metode ceramah adalah guru berbicara terus-menerus didepan kelas, sedang para siswa sebagai pendengar”.33 Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Metode ceramah memberikan siswa konsep yang telah disiapkan dengan rapi, matematis, lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
32
Rahayu Noveandini, Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online (e-learning) bagi Wanita Karir dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan Belajar Siswa/i SD Jur, STMIK Jakarta, 19 Juni 2010 h. A-73 33 Baso Intang, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 6
29
Dalam sistem ini guru telah menyajikan dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara teratur. Secara garis besar prosedur itu adalah:34 Preparasi, guru mempersiapkan bahan perlengkapan secara sistematis dan rapi. 2) Apersepsi, guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan. 3) Presentasi, guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyusruh siswa membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri. 4) Resitasi, guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah. Yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan. Ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1.
Hemat dalam penggunaan waktu dan alat,
2.
Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa,
3.
Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya,
4.
Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber,
5.
Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa
Disamping
beberapa
kelebihan
ceramah
juga
memiliki
kelemahan
diantaranya: a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. b) Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. c) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Melalui ceramah sangat sulit mengetahui apakah siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya salah paham. Untuk meningkatkan kefektifan metode ceramah, maka disamping memanfaatkan 34
Saiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 21
30
keunggulannya, juga diupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya. Strategi demikian disebut ceramah bervariasi atau konvensional. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran yang menggunakan teknik turnamen belajar, diantaranya: Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran menggunakan teknik turnamen belajar Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran dengan teknik Turnamen Belajar
Siswa duduk, catat, dengar dan Siswa dilibatkan secara aktif hafal Sumber informasi hanya guru
Sumber informasi selain guru terdapat
dilingkungan,
media,
teman dsb. Siswa
tidak
dituntut
untuk Siswa dituntut untuk menentukan
menentukan konsep
konsep
Suasana kelas membosankan
Suasana kelas menjadi lebih hidup
Materi pembelajaran banyak dan Materi
pembelajaran
berat
disederhanakan
Banyak waktu yang terbuang
Memanfaatkan waktu seefektif mungkin
Dari perbedaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran konvensional tampak adanya kecenderungan untuk meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru masih terlihat jelas dan dalam proses pembelajaran siswa pasif dan lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Siswa hanya dijadikan obyek didik dan proses pembelajarannya pundengar, catat, hafal.
31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang menerapkan strategi aktif learning Herlina pada tahun 2009. Dengan skripsi berjudul: “pengaruh pembelajaran aktif dengan metode learning tournament terhadap hasil matematika siswa”. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah Pendidikam Matematika.35 Menunjukan bahwa hasil belajar matematika yang diajarkan dengan metode turnemen belajar lebih tinggi, dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Adapun yang lainnya yang menerapkan strategi aktif learning yaitu, Siti Nurasyah pada tahun 2006. Dengan skripsi berjudul: “pengaruh penerapan active learning terhadap hasil belajar Biologi siswa”. Universitas Negeri Jakarta, Fakultas MIPA.36 Menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dalam artian hasil belajar biologi siswa yang menggunakan active learning lebih tinggi daripada hasil belajar biologi yang diajarkan tanpa menggunakan active learning. Berdasarkan penelitian ini dijelaskan juga banyak strategi aktif learning yang dapat dipilih dan di sesuaikan dengan materi yang akan disajikan, sehingga ini dapat diterapkan pada mata pelajaran selain biologi. Siswa menjadi lebih termotivasi, aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar disebabkan oleh materi yang menarik karena ditulis rapi dengan cerita.
C. Kerangka Berfikir Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan siswa untuk belajar agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik dalam hal pengetahuan, kemempuan dan keterampilan akan sesuatu secara kritis dalam berpikir. Keberhasilan proses pembelajaran matematika akan membentuk pola pikir dan intuisi yang matang dalam berbagai hal yang mempengaruhi
35
Herlina, “pengaruh pembelajaran aktif dengan metode learning tournament terhadap hasil matematika siswa”, Skripsi pada Strata Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 38, tidak dipublikasikan. 36 Ibid, h.38
32
kemempuan siswa dalam berinteraksi baik dengan sesamanya maupun dengan lingkungan alam sekitarnya, yang kemudian dapat mempengaruhi masa depannya. Pada
proses
pencapaian
tujuan
pembelajaran
matematika,
metode
pembelajaran merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran dirasakan sangat penting agar proses dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Dalam pemilihan metode pembelajaran perlu diperhatikan pula mengenai kesesuaian dengan perkembangan peserta didik baik dari segi umur, latar belakang, tingkat kecerdasan dan unsur perkembangan yang lainnya. Metode turnamen belajar merupakan salah satu cara belajar dimana siswa diarahkan untuk lebih banyak mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam belajar, melatih belajar sendiri, dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. Metode turnamen belajar juga adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan memberikan tugas belajar yang diberikan secara berkelompok kecil peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan cara bekerjasama satu bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas. Keunggulan lain adalah mengoptimalkan partisipasi siswa. Metode ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka pada orang lain. Membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas menjadi motivator yang membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses belajarnya, serta menjadi sumber informasi apabila dibutuhkan oleh siswa. pada pelaksanaannya siswa hanya diberikan gambaran dan langkah-langkah secara garis besar, kemudian siswa mengolah dan mendiskusikannya, sehingga menemukan
kesimpulan
sendiri
dari
apa
yang
dipelajarinya.
Dengan
menggunakan metode ini siswa akan mengalami kepuasan dan motivasi tersendiri dalam memahami pelajaran. Penggunaan metode turnamen belajar membuat siswa berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan, sehingga suasana belajar dikelas lebih menarik dan siswa dapat berinteraksi lebih dalam. Sedangkan menggunakan metode
33
konvensional, siswa hanya menjadi pendengar selama proses pembelajaran dan tidak dapat mengembangkan kemampuan mereka secara mendalam. Dari uraian tersebut, diasumsikan bahwa pembelajaran dengan mengguanakan metode turnamen belajar akan memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan metode konvensional.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritik, peneliti dapat memberikan hipotesis terhadap tindakan yang akan digunakan yaitu: ”Hasil belajar matematika siswa kelas IV yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran Turnamen Belajar lebih tinggi daripada siswa kelas IV yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional”
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian a.
Tempat Penelitian Penelitian ini akan di laksanakan di MIN Parung, Jl. H. Mawi Kp. Jati
RT. 02/05 Desa Parung Kec. Parung Kab. Bogor. b.
Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakasanakan pada semester genap Tahun Ajaran
2013 /2014, pada bulan Februari, tanggal 20 Februari – 5 April 2013.
B.
Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah metode quasi-eksperimen. “Penelitian kuasi
eksperimen mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.”1 Penggunaan metode quasi-eksperimen dalam penelitian ini dipandang tepat karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar terhadap hasil belajar Matematika siswa. Desain penelitian yang digunakan yaitu “Randomized Posttes-Only Control Group Design.”2 Rancangan ini melibatkan dua kelompok yang di pilih secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah perlakuan kedua kelas diberikan posttest untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10, h.114 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) cet 7 hal. 206
34
35
Tabel 3.1 Randomized Posttes-Only Control Group Design X1
X2
Y1
Y2
dimana: X1 : Kelompok Kelas Eksperimen X2 : Kelompok Kelas Kontrol Y1 : Nilai Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Y2 : Nilai Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol
C.
Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah siswa MIN Parung kelas IV semester
genap Tahun pelajaran 2012-2013, yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas IVA IVC. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random Sampling yaitu dengan mengambil dua kelas yang memiliki karakteristik yang sama atau homogen yaitu kelas IVA dan IVC. Dari dua kelas tersebut, dipilih lagi kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara mengambil satu kertas yang bertuliskan kelas eksperimen atau kelas kontrol. 1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran Matematika dengan pembelajaran aktif metode turnamen belajar. Sampel yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 25 siswa. 2) Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Matematika dengan konvensional. Sampel yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas IV C yang berjumlah 25 siswa.
D.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-
cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dipergunakan untuk penelitian. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument tes. Adapun bentuk instrumennya yaitu Tes Uraian. Instrument test yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika pada
36
pokok bahasan bilangan pecahan adalah tes uraian sebanyak 10 soal. Tes ini digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Adapun tes wawancara adalah untuk mengetahui apakah strategi yang dipakai, disenangi siswa atau tidak.
E.
Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrument tes. Adapun bentuk instrumennya yaitu Tes Uraian. Instrument test yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan adalah tes uraian sebanyak 10 soal. Tes ini digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Tes hasil belajar soal uraian disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan KTSP, sesudah pembelajaran (posttest). Desain kisi-kisi instrumen penelitian:
37
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Kompetensi Dasar
Uraian Materi
Indikator
Mengurutkan bilangan pecahan Membandingk an pecahan Menentukan 6.2 Menyederhana Menyederha pecahan senilai kan berbagai nakan Menentukan bentuk pecahan pecahan pecahan sederhana Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut 6.3 Penjumlaha sama Menjumlahkan n pada Menjumlahkan pecahan pecahan dua pecahan berpenyebut berbeda Mengurangkan 6.4 Penguranga dua pecahan Mengurangkan n pada berpenyebut pecahan pecahan berbeda Menghitung Operasi operasi hitung hitung campuran pada campuran 6.5 pecahan Menyelesaikan pada berpenyebut pecahan masalah yang berbeda berkaitan Memecahkan dengan Menyelesai masalah yang pecahan kan soal berkaitan cerita pada dengan pecahan pecahan Keterangan * : Soal Yang Valid 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
Mengurutka n dan membandin gkan pecahan
C2 : Pemahaman C3 : Ingatan
No. soal
Aspek Yg Di Ukur
Bentuk Soal
4*,5
C3
Uraian
1,2*,3
C2
Uraian
6*
C3
Uraian
7*
C3
Uraian
8, 9*
C3
Uraian
10*
C3
Uraian
11*,12 *
C3
Uraian
13*
C3
Uraian
14*,15 *,16*, 17
C3
Uraian
38
F.
Uji Coba Instrumen Tes Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VB yang terdiri dari 21 siswa. Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. a.
Validitas “Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid, seperti yang diterangkan oleh
Gay (1983) dan Jhonson-Jhonson (2002), apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur”.3 Pengujian validitas menggunakan korelasi produk momen, apabila r hitung > r tabel maka butir pernyataan dapat dikatakan valid. Untuk memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi produk momen dipergunakan tabel “r” produk momen, dengan terlebih dahulu mencari df–nya. Adapun rxy dapat di cari dengan rumus:4
rxy
N XY ( X )(Y )
{N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 (Y ) 2 Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi yang dicari
XY : Jumlah perkalian variabel X dan Y X : Jumlah nilai variabel X Y : Jumlah nilai variabel Y X : Jumlah pangkat dua nilai variabel X Y : Jumlah pangkat dua nilai variabel Y 2
2
N
3 4
: Banyak sampel
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 31 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Askara 2009), h 72
39
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 2, 3, 5, 7, 8, 9 Skor 0 1 1,5 3
Kriteria Tidak menjawab sama sekali Menjawab dengan cara benar namun belum mendapat hasil akhir Menjawab sampai akhir dengan cara yang benar namun hasil akhir salah Menajawab dengan cara dan hasil yang benar Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 4, 6, 10, 11, 12, 13
Skor 0 1 2,5 5
Kriteria Tidak menjawab sama sekali Menjawab dengan cara benar namun belum mendapat hasil akhir Menjawab sampai akhir dengan cara yang benar namun hasil akhir salah Menajawab dengan cara dan hasil yang benar Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 1, 14, 15, 16
Skor 0 1 6 12
Kriteria Tidak menjawab sama sekali Menjawab dengan cara benar namun belum mendapat hasil akhir Menjawab sampai akhir dengan cara yang benar namun hasil akhir salah Menajawab dengan cara dan hasil yang benar
40
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Soal Uraian Untuk No. 17 Skor 0
Kriteria Tidak menjawab sama sekali Menjawab dengan cara benar namun belum mendapat hasil akhir Menjawab sampai akhir dengan cara yang benar namun hasil akhir salah Menajawab dengan cara dan hasil yang benar
1 5 10 b.
Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.5 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:6 2 n Si r11 1 2 Si n 1
Keterangan: r11
S
c.
: Reliabilitas instrumen 2 i
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
Si2
: Varian total
n
: Banyak Butir Soal
Uji Tingkat Kesukaran Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang
sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 16 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Askara 2009), h. 72
41
Untuk mengukur taraf kesukaran butir soal digunakan rumus berikut ini:7
Keterangan : Mean
= Skor rata-rata peserta didik untuk butir soal tertentu.
Skor maksimum
= Skor tertinggi yang telah ditetapkan untuk nomor soal
Kriteria Indeks Kesukaran Item sebagai berikut: Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
d.
0,00 – 0,30
Sukar
0,31 – 0,70
Sedang
0,71 – 1,00
Mudah
Uji Daya Pembeda Daya pembeda item ialah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai), dengan siswa yang berkemampuannya rendah demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak menjawab item dengan betul. Daya pembeda tiap butir-butir soal ditentukan dengan rumus:8
7
Idrus Alwi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h.124 8 Ibid, 128
42
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Besarnya
Interpretasi
D: 0,00 – 0,19
Jelek
D: 0,20 – 0,39
Cukup
D: 0,40 – 0,69
Baik
D: 0,70 – 1,00
Baik sekali
D: Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja.
G. Teknik Analisis Data Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas guna mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut: a.
Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif
1)
Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal
tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat ( ) dengan rumus:9
∑
dimana: fo = frekuensi dari hasil penelitian fe = frekuensi yang diharapkan
9
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 124.
43
Hipotesis : Ho = Data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 = Data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Sementara itu, kriteria tes yang digunakan adalah apabila
hitung
<
dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Sedangkan bila
tabel,
tabel,
hitung
>
maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari sampel tidak
berdistribusi normal. Setelah melakukan serangkaian tahapan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan harga
tabel
dengan taraf signifikan 0,05, pada
derajat kebebasan dk = (1-α) (k-3).10 Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika
hitung ≤
tabel,
Jika
hitung >
tabel,
maka terima H0 dan tolak H1 maka tolak H0 dan terima H1
Langkah akhir dari uji normalitas adalah penarikan kesimpulan. 2)
Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, langkah
selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan melakukan uji Fisher. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah uji Fisher, dengan rumus:11
Hipotesis: H0: Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama. H1 : Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang berbeda. Kriteria pengujian: a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
10
Idrus Alwi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h. 61 11 Ibid h. 120.
44
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.
1 2
c) dk = F (dk Varians Terbesar-1, dk Varians Terkecil-1) 3)
Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji t adalah:12
X E X K 1 1 sgab nE nK dengan: √ dimana: ̅̅̅ = ̅̅̅ = = = = = = 4)
rata-rata skor kelompok eksperimen rata-rata skor kelompok kontrol varians gabungan varians kelompok ksperimen varians kelompok kontrol jumlah anggota sampel kelompok eksperimen jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : H1 : keterangan: H0 = Hasil belajar matematika siswa MIN parung dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar lebih kecil atau sama dengan hasil belajar matematika siswa yang diberikan secara konvensional. 12
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005) Cet. 6 h. 239
45
H1 = Hasil belajar matematika siswa MIN parung dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar lebih besar dari hasil belajar matematika siswa yang diberikan secara konvensional. Rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diberikan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar terhadap hasil belajar siswa MIN parung pada konsep bilangan pecahan. Rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diberikan secara konvensional
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penenelitian ini dilakukan di MIN Parung Jl. H. Mawi Kp. Jati RT. 02/05 Desa Parung Kec. Parung Kab. Bogor pada kelas IV, yang terdiri dari 3 kelas. Dari 3 kelas tersebut diambil 2 kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan IVC sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diajar dengan menggunakan metode turnamen belajar dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Pokok bahasan matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah bilangan pecahan. Berikut ini disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada siswa MIN Parung. 1.
Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen Hasil belajar dari 25 siswa di kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-
rata 66,50, nilai median 66,7, nilai modus 67, varians 158,33, dan simpangan baku 12,58 (lampiran 12). Walaupun selisih nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 40 sangat jauh, tetapi nilai ratarata kelas eksperimen sudah mencapai KKM yaitu 65. Dari data tes hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen diatas dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Statistika Jumlah siswa (N) Maksimum (Xmax) Minimum (Xmin)
Skor 25 90 40 66,50 66,7 67 158,33 12,58
Mean ( X ) Median (Me) Modus (Mo) Varians (S2) Simpangan Baku (S)
46
47
Data tes hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, histogram dan poligon sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen No
Interval
1. 2. 3. 4. 5. 6.
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 Jumlah
Absolut (fi) 3 3 9 7 2 1 25
Frekuensi Kumulatif Relatif Kumulatif (fk) f (%) 0 12% 3 12% 6 36% 15 28% 22 8% 24 4% 100% 25
Berikut gambaran hasil belajar matematika siswa dari yang terendah sampai yang tertinggi dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar (learning tournament), disajikan dalam bentuk kurva ogive. Kurva Ogive Kelas Eksperimen 25 20 15 10 5 0 39,5
49,5
59,5
65
69,5
79,5
Gambar 4.1 Hasil Nilai Kelas Eksperimen
89,5
99,5
48
Dari tabel frekuensi dan kurva ogive kelas eksperimen diatas bahwa dapat dilihat dari 25 siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar yang memenuhi nilai KKM yaitu sebanyak 17 orang dengan presentase 68%, artinya 17 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan Siswa yang belum memenuhi nilai KKM yaitu sebanyak 8 orang dengan presentase 32%, artinya 8 siswa yang belum tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Secara visual penyebaran data hasil belajar siswa di kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar dapat dilihat pada histogram dan poligon frekuensi dibawah ini: Frekuensi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5
99,5
Nilai
Gambar 4.2 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol Hasil belajar dari 25 siswa di kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata 54,18, nilai median 52,74, nilai modus 52,26, varians 125,23, dan simpangan baku 11,19 (lampiran 13). Dapat terlihat pula selisih nilai tertinggi kelas
49
kontrol 80 dengan nilai terendah yaitu 35 sangat jauh, tetapi nilai rata-rata di kelas tersebut tidak memenuhi nilai KKM yaitu 65. Dari data tes hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol diatas dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Statistika Jumlah siswa (N) Maksimum (Xmax) Minimum (Xmin)
Skor 25 80 35 54,18
Mean ( X ) Median (Me) Modus (Mo) Varians (S2) Simpangan Baku (S)
52,74 52,26 125,23 11,19
Data tes hasil belajar matematika siswa kelas kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, histogram dan poligon sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol Frekuensi No
Kelas Interval
1. 2. 3. 4. 5. 6.
35-42 43-50 51-58 59-66 67-74 75-82 Jumlah
Absolut (fi)
Kumulatif (fk)
3 7 9 2 2 2 25
0 3 10 19 21 23 25
Relatif Kumulatif f (%) 12% 28% 36% 8% 8% 8% 100%
50
Beriku tgambaran hasil belajar matematika siswa dari yang terendah sampai yang tertinggi dengan menggunakan metode konvensional, disajikan dalam bentuk kurva ogive. Kurva Ogive Kelas Kontrol 25 20 15 10 5 0 34,5
42,5
50,5
58,5
65
66,5
74,5
82,5
Gambar 4.3
Hasil Nilai Kelas Kontrol Dari tabel frekuensi dan kurva ogive kelas kontrol diatas bahwa dapat dilihat dari 25 siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah yang memenuhi nilai KKM yaitu sebanyak 5 orang dengan presentase 20%, artinya 5 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan Siswa yang belum memenuhi nilai KKM yaitu sebanyak 20 orang dengan presentase 80%, artinya 20 siswa yang belum tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Secara visual penyebaran data hasil belajar siswa kelas kontrol dapat dilihat pada histogram dan poligon frekuensi dibawah ini:
51
Frekuensi
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 34,5 42,5 50,5 58,5 66,5 74.5 82,5
Nilai
Gambar 4.4 Grafik Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistika Jumlah siswa (N) Maksimum (Xmax) Minimum (Xmin) Mean ( x ) Median (Me) Modus (Mo) Varians (S2) Simpangan Baku (S)
Kelas Eksperimen 25 90 40
Kelas Kontrol 25 80 35
66,50
54,18
66,7 67 158,33 12,58
52,74 52,26 125,23 11,19
52
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Setelah data dideskripsikan, kemudian dilakukan perhitungan statistik uji prasyaratan analisis. Uji prasyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Uji normalitas yang digunakan adalah uji kai kuadrat (chi square). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria
hitung<
tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen, diperoleh harga
hitung
= 2,26 (lampiran 14), sedangkan
dari tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh jumlah sampel 25 pada taraf signifikansi hitung
kurang dari sama dengan
tabel
tabel
untuk
=5% adalah 7,82. Karena
(2,26 < 7,82), maka maka terima
H0 dan tolak H1 atau data pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Kelas Kontrol Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas kontrol, diperoleh harga
hitung =
5,44 (lampiran 15), sedangkan dari
tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh sampel 25 pada taraf signifikansi kurang dari sama dengan
tabel
tabel
untuk jumlah
=5% adalah 7,82. Karena
hitung
(5,44 < 7,82), maka maka terima H0 dan
tolak H1 atau data pada kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal. Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kesimpulan Kelompok N hitung tabel Eksperimen 25 2,26 Data berasal dari populasi 7,82 yang berdistribusi normal Kontrol 25 5,44
yang
53
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji kesamaan varians dari nilai kedua kelompok.Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu, kedua kelompok dikatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel diukur pada taraf signifikansi tertentu. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperileh Fhitung = 1,26 (lampiran 16), sedangkan Ftabel = 1,98 pada taraf signifikansi
=0,05 dengan derajad
kebebasan pembilang 24 dan derajad kebebasan penyebut 24. Lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Eksperimen Kontrol 158,33
125,23
Fhitung
Ftabel
1,26
1,98
Kesimpulan Varians kedua homogen
kelompok
C. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar
matematika
pembelajarannya
siswa
pada
menggunakan
kelas
metode
eksperimen turnamen
yang
belajar
dalam
(learning
tournament) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan metode konvensional (ekspositori). Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 : 1 2 H1 : 1 2
54
Keterangan :
1 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen 2 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji-t, dengan kriteria pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka terima H0 dan tolak H1. Sedangkan jika thitung ≥ ttabel maka terima H1 dan tolak H0, pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
=0,05. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung = 3,70
dan ttabel sebesar 1,68 (lampiran 17). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel(3,70>1,68). Dengan demikian terima H1 dan tolak H0, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol. Secara ringkas, perhitungan uji-t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t
2.
thitung
ttabel
Kesimpulan
3,70
1,68
terima H1 dan tolak H0
Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil perhitungan uji hipotesis menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan efek dari perlakuan. Dengan demikian, terdapat pengaruh pada penerapan metode turnamen belajar (learning tournament) terhadap hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen belajar (learning tournament) mendorong siswa untuk aktif selama pembelajaran berlangsung. Hal ini karena metode turnamen belajar (learning tournament) merupakan salah satu cara belajar dimana siswa diarahkan untuk lebih banyak terlibat
55
dalam proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam belajar, memahami konsep matematika secara mudah, melatih siswa untuk percaya diri dalam memecahkan soal latihan, dan melatih siswa untuk mempunyai sikap yang obyektif dan jujur dalam menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas motivator yang membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses belajarnya, serta menjadi
sumber
informasi
apabila
dibutuhkan
oleh
siswa.
Pada
pelaksanaannya siswa hanya diberikan gambaran dan langkah-langkah secara garis besar, kemudian siswa mengolah dan mengaplikasikannya, sehingga siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Dengan menggunakan metode ini siswa akan mengalami kepuasan dan motivasi tersendiri dalam memahami pelajaran. Pada awal pertemuan siswa masih kaku dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen belajar, sehingga pada awal pembelajaran guru masih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi karena siswa terbiasa menerima informasi dari guru. Sehingga pada pertemuan awal aktivitas kelas belum dapat dikondisikan dengan baik. Keaktifan siswa hanya terlihat pada siswa tertentu saja.Pada pertemuan ini, keaktifan kelas didominasi oleh beberapa siswa yang pandai saja, siswa yang kurang pandai merasa bingung selama pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan berikutnya, aktivitas kelas sudah dapat dikondisikan dengan baik. Pada saat mengerjakan lembar kerja siswa (LKS), ada beberapa siswa yang masih merasa bingung dalam memahami materi bilangan pecahan. Ada beberapa siswa yang dalam menentukan pecahan pada gambar, siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan besar daerah yang diarsir dan yang tidak diarsir, dan siswa masih bingung dalam menentukan mana yang dijadikan penyebut dan pembilangnya. Oleh karena itu, guru membantu siswa memberikan bimbingan dan arahan terkait dengan kesulitankesulitan yang dialami oleh siswa dan sudah ada beberapa siswa tidak malu untuk bertanya kepada guru mengenai proses perhitungannya. Sehingga pada
56
pertemuan ini sudah terjadi interaksi dan tanya jawab antara siswa dengan guru. Pertemuan selanjutnya sampai dengan pertemuan terakhir, siswa sudah mulai terbiasa dengan metode turnamen belajar (learning tournament). Siswa terlihat lebih antusias dengan pembelajarannya dan terlihat lebih aktif dari pertemuan sebelumnya. Sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan menunjukkan peningkatan pada pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan adanya hasil yang baik pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Siswa hanya menerima semua penjelasan dari guru dan mencatat materi yang telah diberikan oleh guru. Dan terkadang juga ada beberapa siswa yang bertanya, namun lebih banyak siswa yang pasif selama pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang mengobrol dengan temannya, ada siswa yang bercanda dengan temannya dan masih banyak lagi aktivitasaktivitas lain yang dilakukan oleh siswa. Sehingga banyak siswa yang pasif selama pembelajaran, mereka hanya aktif untuk hal-hal yang bersifat negatif. Sehingga proses belajar mengajarnya juga tidak dapat terkondisikan dengan baik, sehingga hasil belajar pada kelas kontrol tidak dapat maksimal. Oleh karena itu, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar lebih baik dibandingkan dengan yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat terjadi karena
metode
turnamen
belajar
mempunyai
beberapa
kelebihan
dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Melvin L Silbermen terkait dengan beberapa kelebihan metode turnamen belajar. Adapun kelebihan metode turnamen belajar juga adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan memberikan tugas belajar yang diberikan secara berkelompok kecil peserta didik, dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar dengan cara bekerjasama satu bagian yang berharga untuk iklim belajar dikelas. Metode turnamen belajar merupakan
57
salah satu cara belajar dimana siswa diarahkan untuk lebih banyak mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam belajar, melatih belajar sendiri, dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. Pembelajaran aktif dengan strategi turnamen belajar dilakukan dengan permainan yang bersifat kompetisi tim dan penggabungan kelompok belajar serta kerja sama. Kompetisi atau persaingan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk persaingan kelompok, juga persaingan dalam bentuk individu. Kompetisi dapat dilakukan dengan cara bekerja kelompok kemudian bersaing dengan kelompok lain sehingga hal ini akan meningkatkan semangat anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang serta dapat menarik perhatian anak didik. Kompetisi yang dimaksud bukan kompetisi untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi kompetisi yang dimaksud adalah kompetisi dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa. Menurut Sudjana, bahwa kerja sama dan persaingan dapat digunakan sebagaivariasi dalam kegiatan belajar siswa sehingga menunjang motivasi dan perhatian belajar. Keunggulan lain adalah mengoptimalkan partisipasi siswa. Metode ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka pada orang lain. Membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Berdasarkan teori tersebut dapat
terbukti
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif metode turnamen belajar berpengaruh terhadap hasil belajar yang baik bagi siswa. Adapun temuan dalam penelitian, kekurangan dari metode turnamen belajar adalah guru harus membuat ringkasan materi dengan singkat dan jelas, sehingga hal ini dapat menyebabkan siswa yang cenderung pendiam dan pasif dalam mengikuti diskusi kelompok sulit memahami materi tersebut, maka guru dalam hal ini harus melakukan komunikasi agar siswa terlibat aktif
58
dengan melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Berdasarkan tes hasil belajar dari kelas eksperimen dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar mendapatkan nilai diatas atau memenuhi KKM sebanyak 68% yaitu 17 siswa, artinya sebanyak 17 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 32% yaitu 8 siswa, artinya sebanyak 8 siswa belum tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan dari 25 siswa di kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional mendapat nilai diatas KKM sebanyak 20% yaitu 5 siswa, artinya sebanyak 5 siswa telah tuntas pada pokok bahasan bilangan pecahan. Sedangkan yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 80% yaitu 20siswa, artinya sebanyak 20 siswa belum mencapai nilai criteria ketuntasan minimal pada pokok bahasan bilangan pecahan.
3.
Data Respon Siswa Dari hasil pembahasan terhadap temuan penelitian diatas, dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh hasil wawancara terhadap 15 orang siswa yang diambil dari 3 orang siswa pada setiap kelompok yang terdiri dari 5 kelompok turnamen belajar, ke lima belas siswa tersebut diambil dari kelas yang menggunakan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat respon siswa yang positif terhadap diterapkannya strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar (Lampiran 24). Terlihat dari wawancara bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar karena strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar membantu menyelesaikan soal matematika dengan mudah dan membuat siswa giat dalam menyelesaikan soal matematika tersebut.
59
D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang maksimal. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan sehinggaa membuat pentlitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Kondisi siswa yang terbiasa menerima informasi dari guru (teacher centered), sehingga pada proses awal pembelajaran menggunakan metode turnamen belajar siswa merasa bingung serta kondisi kelas yang ramai dan belum dapat dikendalikan. 2. Peneliti hanya melakukan penelitian pada pokok bahasan bilangan pecahan saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 3. Kemampuan dasar siswa dalam hal perkalian dan pembagian masih rendah sehingga menghambat proses pembelajaran. 4. Penelitian ini hanya dibatasi pada variabel metode turnamen belajar (learning tournamen) dan hasil belajar matematika siswa. Masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang tidak terkontrol dalam penelitian ini. Misalnya minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar dan lain-lain. 5. Banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yang tidak penulis teliti. Beberapa
keterbatasan
peneliti
tersebut,
hendaknya
dijadikan
pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya untuk dijadikan rujukan dari hasil penelitian, sebagai pengembangan khazanah pengetahuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi pembelajaran aktif metode turnamen belajar terhadap hasil belajar matematika siswa diperoleh rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar adalah 66,5 sedangkan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode konvensional adalah 54,18. 2. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung = 3,70 dan ttabel = 1,68. Data ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, maka tolak Ho dan terima HI. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode turnamen belajar lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa: ”Metode turnamen belajar berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa”.
B. Saran Terdapat beberapa saran peneliti terkait hasil penelitian pada skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Guru Terdapat siswa yang kurang cocok dengan penerapan model pembelajaran aktif dengan strategi turnamen belajar, karena siswa tersebut mempunyai karakter yang pendiam cenderung pasif pada saat diskusi. Oleh karena itu guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut, atau menunjuk siswa tersebut untuk memberikan pendapat sehingga siswa dapat aktif saat proses pembelajaran berlangsung. 2. Sekolah Pihak sekolah diharapkan bisa memberikan masukan dan dukungan bagi guru matematika untuk dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran,
60
61
seperti metode turnamen belajar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 3. Peneliti Selanjutnya Karena beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini, maka disarankan ada penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen belajar pada pokok bahasan yang lain atau mengukur aspek yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Idrus. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) Arikunto, Suharsimi. Askara 2009)
Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Djamarah, Saiful Bahri. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Djoko, “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran aktif Berbasiskan Konstruktivisme”, Makalah ini disampaikan pada seminar nasional pendidikan, Fak. Saintek UIN, 18 November 2010 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta 2009) http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf, diakses tanggal 1 September 2013 Intang Baso, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006 Iska, Zikri Neni. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008) Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008) Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. (Jakarta: DEPDIKNAS. 2003) Krismanto, Al. Beberapa Teknik, model dan strategi dalam pembelajaran matematika, (Departemen Pendidikan Nasional 2003) Masitoh Dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan islam Depag RI, 2009) Noveandini, Rahayu. Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online (elearning) bagi Wanita Karir dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan Belajar Siswa/i SD Jur, STMIK Jakarta, 19 Juni 2010 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Penelitian Pemula, (Bandung:Alfabeta, 2004) Riyanto, Yatim . Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: kencana, 2010) Sanjaya, Wina . Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011) Sanjaya, Wina . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendididkan, (Jakarta: Kencana, 2011)
62
63
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Press : 2011 Sibermen, Melvin L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia 2011) Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung:PT Tarsito, 2005) Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2001) Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) Suwangsih, Erna. Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006) Syah, Muhibbin . Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosdakarya, 2010) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia) Zaini, Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
64
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG Kelas Eksperimen
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 1
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya C. Indikator Menentukan bilangan pecahan pada gambar Menuliskan bilangan pecahan pada gambar D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menentukan bilangan pecahan pada gambar Menuliskan bilangan pecahan pada gambar E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
65
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 1 a. Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran mengenal pecahan dan urutannya b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru membawa alat peraga kertas berbentuk lingkaran yang sudah dibentuk berbagai bagian. Kemudian guru bertanya mengenai pecahan dengan mengingat kembali materi mengenal pecahan sederhana yang sudah diajarkan di kelas 3 (tiga) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai cara menuliskan bilangan pecahan pada gambar dengan menunjukan gambar dari kertas berbentuk lingkaran yang sudah dibentuk berbagai bagian. Guru memberikan contoh mengenai menuliskan bilangan pecahan pada gambar kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar
LKS
berkaitan
dengan
menentukan bilangan pecahan pada gambar, dengan bentuk
66
pertanyaannya adalah menjodohkan bentuk gambar yang sudah ada dengan pecahannya. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan menentukan bilangan pecahan pada gambar, dengan bentuk pertanyaannya adalah menjodohkan bentuk gambar yang sudah ada dengan pecahannya di “babak pertama” setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk mempelajari kembali mengenai materi menuliskan bilangan pecahan dengan gambar untuk turnamen belajar pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada siswa, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS yang berkaitan dengan menuliskan bilangan pecahan dengan gambar, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan menuliskan bilangan pecahan pada gambar, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian di “babak kedua”, setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami
Siswa melakukan evaluasi
67
c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS Kertas berbentuk lingkaran yang sudah dibentuk berbagai bagian I.
Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
68
MENULISKAN PECAHAN PADA GAMBAR Perhatikan gambar dibawah ini!
Gambar disamping dibagi menjadi 3 bagian masing-masing bagian menunjukan
2 artinya bagian yang diarsir adalah 2 3
bagian dari 3 bagian keseluruhan.
Contoh :
Daerah yang diarsir diatas menunjukan pecahan …………….. Jawab : Gambar disamping dibagi menjadi 2 bagian masing-masing bagian menunjukan
1 artinya bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 2 2
bagian keseluruhan.
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 2
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya C. Indikator Menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut berbeda D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan Membandingkan bilangan pecahan Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut berbeda E. Materi Ajar Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
70
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 2 a. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran mengenal pecahan dan urutannya b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru membuat garis bilangan lalu bertanya dimana letak pecahan pada garis bilangan tersebut dan guru bertanya mengingat kembali materi mengenai cara membandingkan pecahan sederhana yang sudahh diajarkan dikelas 3. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai cara menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan. Guru memberikan contoh mengenai menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan kepada siswa dan di bahas bersamasama dengan guru Setelah itu Guru memberikan penjelasan materi yang kedua mengenai cara membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda Guru memberikan contoh membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda kepada siswa dan di bahas bersamasama dengan guru
71
Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar
LKS
berkaitan
dengan
menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan menuliskan letak bilangan
pecahan
pada
garis
bilangan,
dengan
bentuk
pertanyaannya adalah uraian di “babak pertama” setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk mempelajari kembali mengenai materi membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama untuk turnamen belajar pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada siswa, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian di “babak kedua”, setelah itu siswa diminta untuk menghitung
skor
jawaban
benar,
kemudian
setiap
siswa
menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Setelah turnamen “babak kedua” selesai
siswa diminta untuk
mempelajari kembali mengenai materi membandingkan bilangan
72
pecahan berpenyebut berbeda untuk turnamen belajar pada “babak ketiga”. Guru memberikan LKS kepada siswa, sebagai “babak ketiga” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan membandingkan bilangan
pecahan
berpenyebut
berbeda,
dengan
bentuk
pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan membandingkan bilangan
pecahanberpenyebut
berbeda,
dengan
bentuk
pertanyaannya adalah uraian di “babak ketiga”, setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS
73
I. Penilaian 1.
Prosedur
: Post Test
2.
Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3.
Bentuk Instrumen
: Uraian
4.
Alat Penilaian
: Terlampir
74
MENULISKAN LETAK PECAHAN PADA GARIS BILANGAN Untuk menunjukkan letak suatu pecahan, mari kita gambarkan garis bilangan antara bilangan 0 dan bilangan 1.
a. Di manakah letak pecahan ?
b. Di manakah letak pecahan
?
Mari kita selesaikan bersama-sama. a. Untuk menentukan letak pecahan
kita bagi ruas garis bilangan antara 0
dan 1 menjadi dua bagian, sehingga diperoleh garis bilangan perduaan.
Jadi, pecahan
terletak di tengah bilangan 0 dan 1.
b. Untuk menentukan letak pecahan
kita bagi ruas garis bilangan
antara 0 dan 1 menjadi empat bagian. Letak masing-masing pecahan adalah sebagai berikut.
75
MEMBANDINGKAN BILANGAN PECAHAN Untuk membandingkan pecahan, dapat kalian lihat letaknya pada garis bilangan. Semakin ke kanan, nilainya semakin besar. Contoh : Penyelesaian 1 :
penyelesaian 2 :
2 3
3 5
Melakukan perkalian silang Jadi,
2 3 3 2 atau 3 5 5 3
10 9 2 3 maka 3 5 3 5
Penyelesaian 3: Mencari KPK dari 3 dan 5 3, 6, 9, 12, 15, 18 5, 10, 15, 20, 25 Maka penyebut kedua pecahan tsb : 15 agar penyebut sehingga
2 menjadi 15, maka pembilang dan penyebutnya dikalikan 5, 3
2 5 10 x , agar penyebut 3 5 15
penyebutnya dikalikan 3, sehingga Dengan demikian hasilnya adalah
3 menjadi 15, maka pembilang dan 5
2 3 6 10 9 x , jadi , karena 10 › 9. 5 3 15 15 15 .
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 3
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya C. Indikator Mengurutkan pecahan dengan garis bilangan Mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Mengurutkan pecahan dengan garis bilangan Mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan E. Materi Ajar Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belaja
77
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 3 a. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran mengenal pecahan dan urutannya b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru
bertanya
mengingat
kembali
materi
mengenai
cara
membandingkan pecahan. Elaborasi Guru memberikan penjelasan materi mengenai cara mengurutkan pecahan pada garis bilangan. Guru memberikan contoh mengenai mengurutkan pecahan pada garis bilangan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Setelah itu Guru memberikan penjelasan materi yang kedua mengenai mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Guru memberikan contoh mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar
LKS
berkaitan
dengan
78
mengurutkan bilangan pecahan pada garis bilangan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan mengurutkan bilangan pecahan pada garis bilangan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian di “babak pertama”
setelah itu siswa diminta untuk
menghitung
benar,
skor
jawaban
kemudian
setiap
siswa
menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk mempelajari kembali mengenai materi mengurutkan bilangan pecahan tidak memakai garis bilangan untuk turnamen belajar pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada siswa, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan mengurutkan bilangan pecahan tidak memakai garis bilangan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah pertanyaan selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS berkaitan dengan mengurutkan bilangan pecahan
tidak
memakai
garis
bilangan,
dengan
bentuk
pertanyaannya adalah uraian di “babak kedua”, setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi
79
c. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS I. Penilaian 1.
Prosedur
: Post Test
2.
Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3.
Bentuk Instrumen
: Uraian
4.
Alat Penilaian
: Terlampir
80
MENGURUTKAN PECAHAN Untuk mengurutkan pecahan, kita perhatikan terlebih dahulu penyebutnya, jika penyebutnya sudah sama maka kita lihat pembilangnya, jika pembilang belum berurut maka urutkan pembilang dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Sedangkan apabila penyebutnya berbeda maka untuk mengurutkannya dengan cara penyebutnya disamakan terlebih dahulu dengan menggunakan KPK. Contoh : Urutkan pecahan berikut dengan menggunakan garis bilangan
Jawab :
1 2 3 4 5 , , , , 6 6 6 6 6 Urutkan pecahan berikut dengan tidak menggunakan garis bilangan
Jawab : mencari KPK dari 2,8,4,3 maka:
Urutan pembilang dari yang terkecil adalah 1,2,3,5 dengan demikian, urutan bilangan pecahan yang benar adalah adalah
jadi, urutan pecahan diatas
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 4
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan C. Indikator Menentukan pecahan senilai Menyederhanakan bilangan pecahan D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menentukan pecahan senilai Menyederhanakan bilangan pecahan E. Materi Ajar Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
82
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 4 a. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran menyederhanakan berbagai bentuk pecahan b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru
bertanya
mengingat
kembali
materi
mengenai
cara
mengurutkan pecahan lalu bertanya kepada siswa mengenai kelipatan dari angka 2 berapa? Elaborasi Guru memberikan penjelasan materi mengenai cara menentukan pecahan senilai Guru memberikan contoh mengenai menentukan pecahan senilai kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Setelah itu Guru memberikan penjelasan materi yang kedua mengenai menyederhanakan bilangan pecahan dengan mencari FPB dari pembilang dan penyebut pada suatu pecahan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Guru memberikan contoh menyederhanakan bilangan pecahan dengan mencari FPB dari pembilang dan penyebut pada suatu pecahan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota
83
Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar
LKS
berkaitan
dengan
menentukan pecahan senilai, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan menentukan pecahan senilai, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian di “babak pertama”,
setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor
jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk mempelajari kembali mengenai materi menyederhanakan bilangan pecahan untuk turnamen belajar pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada siswa, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan menyederhanakan bilangan pecahan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian. Setiap siswa harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi/membahas jawaban pada LKS yang berkaitan dengan menyederhanakan bilangan pecahan, dengan bentuk pertanyaannya adalah uraian di “babak kedua”, setelah itu siswa diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap siswa menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi
84
c. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
85
MENYEDERHANAKAN PECAHAN Pecahan Senilai
Sebuah pecahan tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dikalikan dengan bilangan yang sama.
Sebuah pecahan juga tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dibagi dengan bilangan yang sama. Sehingga pecahan senilai dapat kita tentukan dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. Menyederhanakan Pecahan untuk memperoleh pecahan yang paling sederhana, maka pembilang dan penyebutnya harus dibagi dengan factor persekutuan yang paling besar. Sehingga pembaginya merupakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari pembilang dan penyebutnya. Pecahan sederhana diperoleh dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan FPB kedua bilangan tersebut. Contoh : Tentukan pecahan paling sederhana dari Jawab : Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 4, 8, 16 FPB dari 12 dan 16 adalah 4 Jadi, bentuk paling sederhana dari
adalah
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 5
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.3 Menjumlahkan Pecahan C. Indikator Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut berbeda Menjumlahkan tiga pecahan berpenyebut berbeda D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama Menjumlahkan dua pecahan berpenyebut berbeda Menjumlahkan tiga pecahan berpenyebut berbeda E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
87
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 5 a. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dan berbeda, serta materi menjumlahkan tiga pecahan berpenyebut berbeda b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru me-review kembali materi mengenai penyederhanaan pecahan Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dan berbeda, serta materi penjumlahan tiga pecahan berpenyebut berbeda Guru memberikan contoh mengenai materi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dan berbeda, serta materi penjumlahan tiga pecahan berpenyebut berbeda kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk turnamen belajar, LKS
berkaitan dengan
88
penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali penjumlahan dua pecahan berpenyebut berbeda untuk turnamen pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar, LKS berkaitan dengan penjumlahan dua pecahan berpenyebut berbeda. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali penjumlahan tiga pecahan berpenyebut berbeda untuk turnamen pada “babak ketiga”. Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak ketiga” untuk turnamen belajar, LKS berkaitan dengan penjumlahan tiga pecahan berpenyebut berbeda. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi
89
c. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
90
Penjumlahan Pecahan Seperti pada bilangan-bilangan yang telah kita pelajari terdahulu, dalam bilangan pecahan juga berlaku operasi hitung penjumlahan. Hanya saja aturanaturannya sedikit berbeda. Bagaimana aturan penjumlahan pecahan? Mari kita perhatikan contoh di bawah ini. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini. 1.
1 1 4 4
Jawab: 1.
1 1 11 2 4 4 4 4 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama sebagai berikut. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilangpembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
Bagaimana dengan penjumlahan pecahan yang penyebutnya berbeda? Tentu saja dilakukan dengan mencari KPK dari kedua penyebutnya. Sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini. 1.
1 1 2 3
Jawab: Mari kita mencari kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3 Kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 … Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 … Kelipatan persekutuan2 dan 3 adalah 6, 12, 18 … Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 yang paling kecil adalah 6 jadi, diperoleh KPK dari 2 dan 3 adalah 6.
1 1 3 2 3 2 5 2 3 6 6 6 6 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda sebagai berikut. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan dengan meyamakan terlebih dahulu penyebut-penyebutnya.
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 6
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.4 Mengurangkan pecahan C. Indikator Mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama Mengurangkan dua pecahan berpenyebut berbeda Mengurangkan tiga pecahan berpenyebut berbeda D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama Mengurangkan dua pecahan berpenyebut berbeda Mengurangkan tiga pecahan berpenyebut berbeda E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan
: Konstruktivisme
Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
92
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 6 a. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
mengarahkan siswa pada pelajaran
sasaran
pembelajaran
dan
pengurangan dua pecahan
berpenyebut sama dan berbeda, serta materi pengurangan tiga pecahan berpenyebut berbeda b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru me-review kembali materi mengenai penjumlahan pecahan Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda, serta materi pengurangan tiga pecahan berpenyebut berbeda Guru memberikan contoh mengenai materi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda, serta materi pengurangan tiga pecahan berpenyebut berbeda kepada siswa dan di bahas bersamasama dengan guru Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar,
LKS
berkaitan
dengan
pengurangan dua pecahan berpenyebut sama. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu.
93
Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali pengurangan dua pecahan berpenyebut berbeda untuk turnamen pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar, LKS berkaitan dengan pengurangan dua pecahan berpenyebut berbeda. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi
jawaban dan
peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali pengurangan tiga pecahan berpenyebut berbeda untuk turnamen pada “babak ketiga”. Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak ketiga” untuk turnamen belajar, LKS berkaitan dengan pengurangan tiga pecahan berpenyebut berbeda. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi
94
c. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
95
Pengurangan Pecahan Operasi hitung pengurangan dalam pecahan mempunyai aturan serupa dengan penjumlahan dalam pecahan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini. Contoh: Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. 1.
2 1 4 4
Jawab: 1.
2 1 2 1 1 4 4 4 4 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama sebagai berikut. Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya saja. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan. Bagaimana dengan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda?
Tentu saja dilakukan dengan mencari KPK dari kedua penyebutnya. Sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh: Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. 2.
1 1 2 3
Jawab: Mari kita mencari kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3 Kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 … Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 … Kelipatan persekutuan2 dan 3 adalah 6, 12, 18 … Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 yang paling kecil adalah 6 jadi, diperoleh KPK dari 2 dan 3 adalah 6.
1 1 3 2 3 2 1 2 3 6 6 6 6 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda sebagai berikut. pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan dengan meyamakan terlebih dahulu penyebut-penyebutnya.
96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 7
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan C. Indikator Menghitung operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama Menghitung operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut tidak sama D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menghitung operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama Menghitung operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut tidak sama E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan
: Konstruktivisme
Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
97
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 7 b. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran menghitung operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama dan berbeda c. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru me-review kembali materi mengenai penjumlahan dan pengurangan pada pecahan Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama dan berbeda Guru memberikan contoh mengenai materi operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama dan berbeda kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar,
98
kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali materi mengenai operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut berbeda untuk turnamen pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut berbeda. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi
jawaban dan
peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi d. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS
99
I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan 1. Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan Biasa Berpenyebut Sama Contoh : a.
14 2 5 14 2 5 17 7 7 7 7 7
b.
16 4 10 16 4 10 10 15 15 15 15 15 Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama cukup dengan mengoperasikan pembilang-pembilangnya saja. Adapun penyebut-penyebutnya tidak ikut dioperasikan.
2. Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan Biasa Berpenyebut Berbeda Contoh :
1 8 2 2 9 3 Terlebih dahulu mencari KPK dari 2, 9, dan 3 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, ….. 9, 18, 27, 36, ….. 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, ….. Dapat diketahui KPK dari 2, 9, dan 3 adalah 18. Maka :
1 8 2 9 16 12 9 16 12 13 2 9 3 18 18 18 18 18 Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut berbeda dapat diselesaikan dengan menyamakan penyebutnya terdahulu. Setelah penyebutnya disamakan, kemudian dioperasikan pembilang-pembilangnya. Adapun penyebutnya tetap (tidak dioperasikan).
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat)/2 (dua)
Pertemuan ke
: 8
Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan C. Indikator Menyelesaikan soal cerita pada pecahan D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : Menyelesaikan soal cerita pada pecahan E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Pendekatan
: Konstruktivisme
Metode
: Ceramah bervariasi dengan tanya jawab
Model
: Active Learning
Teknik
: Turnamen Belajar
G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 8 c. Kegiatan awal Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa
101
Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran menyelesaikan masalah pecahan d. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru mengingatkan kembali materi mengenai operasi hitung campuran pada pecahan Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Guru memberikan penjelasan materi mengenai soal cerita pada pecahan Guru memberikan contoh mengenai materi soal cerita pada pecahan kepada siswa dan di bahas bersama-sama dengan guru Peserta didik dibagi ke dalam 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota Guru memberikan LKS kepada peserta didik, sebagai “babak pertama”
untuk
turnamen
belajar
LKS
berkaitan
dengan
menyelesaikan soal cerita pada pecahan. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu. Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Peserta didik diminta untuk mempelajari kembali mengenai materi soal cerita pada pecahan untuk turnamen pada “babak kedua”. Guru memberikan LKS peserta didik, sebagai “babak kedua” untuk turnamen belajar LKS berkaitan dengan materi soal cerita pada pecahan. Setiap peserta didik harus menjawab LKS secara individu.
102
Setelah LKS selesai dikerjakan, guru mengoreksi jawaban dan peserta didik diminta untuk menghitung skor jawaban benar, kemudian setiap peserta didik menyatakan skor mereka ke anggota lain dalam kelompok untuk mendapatkan skor kelompok. Konfirmasi Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai hal yang belum dipahami Siswa melakukan evaluasi e. Kegiatan Akhir Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
103
Menyelesaikan Masalah Pecahan Setelah
memahami
bentuk-bentuk
pecahan
dan
operasi
hitung
penjumlahan dan pengurangannya, berikutnya akan kita gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Mari kita perhatikan contoh masalah beserta penyelesaiannya berikut ini. 1. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue. a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik? b. Berapa bagian kue yang masih tersisa? Penyelesaian: a. Kue dibagi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong. Ema makan
2 bagian kue. 16
2 2 22 4 1 16 16 16 16 4 Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik b. Kue yang dimakan Ema dan Menik Sisa kue = 1-
1 4 1 4 1 3 = - = 4 4 4 4 4
Jadi, kue yang tersisa ada
3 bagian. 4
1 bagian. 4
1 bagian 4
104
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIN PARUNG Kelas Kontrol
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: IV (Empat) /2 (dua)
Pertemuan ke
: 1, 2 dan 3
Alokasi waktu
: 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
:
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya C. Indikator
Mengenal arti pecahan
Menentukan bilangan pecahan pada gambar
Menuliskan bilangan pecahan pada gambar
Menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan
Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama
Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut berbeda
Mengurutkan pecahan dengan garis bilangan
Mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan
D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat :
Mengenal arti pecahan
Menentukan bilangan pecahan pada gambar
Menuliskan bilangan pecahan pada gambar
Menuliskan letak bilangan pecahan pada garis bilangan
Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut sama
Membandingkan bilangan pecahan berpenyebut berbeda
105
Mengurutkan pecahan dengan garis bilangan
Mengurutkan pecahan tidak memakai garis bilangan
E. Materi Ajar Terlampir F. Strategi Belajar Mengajar Ekspositori (menerangkan) Latihan G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke 1, 2 dan 3 a. Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam pembuka dan menanyakan kesiapan belajar siswa, mengkondisikan siswa, mempersilahkan siswa berdoa, dan mengabsen siswa
Guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum memulai pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Apersepsi:
guru
mengungkapkan
sasaran
pembelajaran
dan
mengarahkan siswa pada pelajaran mengenal pecahan dan urutannya b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru bertanya tentang arti pecahan menurut sepengetahuan siswa Guru menampung jawaban siswa Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Menjelaskan arti pecahan yaitu beberapa bagian dari keseluruhan dan mencontohkan soal
¼ ¼ ¼ ¼
106
Menjelaskan pecahan sebagai operasi pembagian. Menekankan pada istilah pembilang yaitu bilangan yang dibagi dan penyebut sebagai bilangan pembagi Menjelaskan garis bilangan dan letak pecahan Menjelaskan perbandingan pecahan yang satu dengan yang lain serta mengurutkan beberapa pecahan mulai dari terkecil sampai terbesar atau sebaliknya 1 2
2 4
3
2
6,
3
1
1
3,
4
2 4
Menugaskan mengerjakan LKS Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Siswa membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran. Siswa dan guru melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan. Memberikan soal Pekerjaan Rumah Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar Mustaqim, Burhan, dkk. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Harta, Idris. 2007. Bimbingan Pembelajaran Matematika untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Karya Mandiri Nusantara. LKS
107
I. Penilaian 1. Prosedur
: Post Test
2. Teknik Penilaian
: Tes Tulisan
3. Bentuk Instrumen
: Uraian
4. Alat Penilaian
: Terlampir
108
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa 1 MENULISKAN PECAHAN PADA GAMBAR Perhatikan gambar dibawah ini!
Gambar disamping dibagi menjadi 3 bagian masing-masing bagian menunjukan
2 artinya bagian yang diarsir adalah 2 3
bagian dari 3 bagian keseluruhan.
Contoh :
Daerah yang diarsir diatas menunjukan pecahan …………….. Jawab : Gambar disamping dibagi menjadi 2 bagian masing-masing bagian menunjukan
1 artinya bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 2 2
bagian keseluruhan.
109
LATIHAN TURNAMEN 1
Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
: Jodohkanlah gambar dibawah ini sesuai dengan pecahannya!
110
LATIHAN Turnamen 2 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1. Bentuklah gambar dari pecahan …………… 2. Bentuklah gambar dari pecahan …………… 3. Bentuklah gambar dari pecahan …………… 4. Daerah yang diarsir menunjukan pecahan …………
5. Daerah yang diarsir menunjukan pecahan ……………
111
Lembar Kerja Siswa 2 MENULISKAN LETAK PECAHAN PADA GARIS BILANGAN Untuk menunjukkan letak suatu pecahan, mari kita gambarkan garis bilangan antara bilangan 0 dan bilangan 1.
a. Di manakah letak pecahan
?
b. Di manakah letak pecahan
?
Mari kita selesaikan bersama-sama. a. Untuk menentukan letak pecahan
kita bagi ruas garis bilangan antara 0
dan 1 menjadi dua bagian, sehingga diperoleh garis bilangan perduaan.
Jadi, pecahan terletak di tengah bilangan 0 dan 1. b. Untuk menentukan letak pecahan
kita bagi ruas garis bilangan
antara 0 dan 1 menjadi empat bagian. Letak masing-masing pecahan adalah sebagai berikut.
112
LATIHAN Turnamen 1 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1. Tulislah bilangan-bilangan pecahan pada garis bilangan dibawah ini!
2. Tulislah bilangan-bilangan pecahan pada garis bilangan dibawah ini!
3. Tulislah bilangan-bilangan pecahan pada garis bilangan dibawah ini!
4. Tulislah bilangan-bilangan pecahan pada garis bilangan dibawah ini!
5. Tulislah bilangan-bilangan pecahan pada garis bilangan dibawah ini!
113
Lembar Kerja Siswa 2 MEMBANDINGKAN BILANGAN PECAHAN Untuk membandingkan pecahan, dapat kalian lihat letaknya pada garis bilangan. Semakin ke kanan, nilainya semakin besar. Contoh :
2 3 dan 3 5
Penyelesaian 1 :
penyelesaian 2 :
2 3
3 5
Melakukan perkalian silang Jadi,
2 3 3 2 atau 3 5 5 3
10 9 2 3 maka 3 5 3 5
Penyelesaian 3: Mencari KPK dari 3 dan 5 3, 6, 9, 12, 15, 18 5, 10, 15, 20, 25 Maka penyebut kedua pecahan tsb : 15 agar penyebut sehingga
2 menjadi 15, maka pembilang dan penyebutnya dikalikan 5, 3
2 5 10 x , agar penyebut 3 5 15
penyebutnya dikalikan 3, sehingga Dengan demikian hasilnya adalah
3 menjadi 15, maka pembilang dan 5
2 3 6 10 9 x , jadi , karena 10 › 9. 5 3 15 15 15 .
114
LATIHAN Turnamen 2 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1.
Bandingkan pecahan berikut ini
2.
Bandingkan pecahan berikut ini
3.
Bandingkan pecahan berikut ini
4.
Bandingkan pecahan berikut ini
5.
Bandingkan pecahan berikut ini
LATIHAN Turnamen 3 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1.
Bandingkan pecahan berikut ini
2.
Bandingkan pecahan berikut ini
3.
Bandingkan pecahan berikut ini
4.
Bandingkan pecahan berikut ini
5.
Bandingkan pecahan berikut ini
115
Lembar Kerja Siswa 3 MENGURUTKAN PECAHAN Untuk mengurutkan pecahan, kita perhatikan terlebih dahulu penyebutnya, jika penyebutnya sudah sama maka kita lihat pembilangnya, jika pembilang belum berurut maka urutkan pembilang dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Sedangkan apabila penyebutnya berbeda maka untuk mengurutkannya dengan cara penyebutnya disamakan terlebih dahulu dengan menggunakan KPK. Contoh : Urutkan pecahan berikut dengan menggunakan garis bilangan
Jawab :
Urutkan pecahan berikut dengan tidak menggunakan garis bilangan
Jawab : mencari KPK dari 2,8,4,3 maka:
Urutan pembilang dari yang terkecil adalah 1,2,3,5 dengan demikian, urutan bilangan pecahan yang benar adalah adalah
jadi, urutan pecahan diatas
116
LATIHAN Turnamen 1 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1.
Urutkan bilangan pecahan berikut
dengan menggunakan garis
bilangan …………………… 2.
Urutkan bilangan pecahan berikut
dengan menggunakan garis
bilangan …………………… 3.
Urutkan bilangan pecahan berikut
dengan menggunakan garis
bilangan ……………………
LATIHAN Turnamen 2 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1. Urutkan pecahan berikut
adalah ………………
2. Urutkan pecahan berikut
adalah ………………
3. Urutkan pecahan berikut
adalah ………………
117
Lembar Kerja Siswa 4 MENYEDERHANAKAN PECAHAN Pecahan Senilai
Sebuah pecahan tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dikalikan dengan bilangan yang sama.
Sebuah pecahan juga tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dibagi dengan bilangan yang sama. Sehingga pecahan senilai dapat kita tentukan dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama.
Menyederhanakan Pecahan untuk memperoleh pecahan yang paling sederhana, maka pembilang dan penyebutnya harus dibagi dengan faktor persekutuan yang paling besar. Sehingga pembaginya merupakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari pembilang dan penyebutnya. Pecahan sederhana diperoleh dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan FPB kedua bilangan tersebut. Contoh : Tentukan pecahan paling sederhana dari Jawab : Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 4, 8, 16 FPB dari 12 dan 16 adalah 4 Jadi, bentuk paling sederhana dari
adalah
118
LATIHAN Turnamen 1 Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1. Tentukan pecahan senilai dari 2. Tentukan pecahan senilai dari 3. Tentukan pecahan senilai dari 4. Tentukan pecahan senilai dari 5. Tentukan pecahan senilai dari
LATIHAN Turnamen 2
Hari/tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
:
Kelas
:
1.
Tentukan pecahan paling sederhana dari
2.
Tentukan pecahan paling sederhana dari
3.
Tentukan pecahan paling sederhana dari
4.
Tentukan pecahan paling sederhana dari
5.
Tentukan pecahan paling sederhana dari
119
Lembar Kerja Siswa 5 Penjumlahan Pecahan Seperti pada bilangan-bilangan yang telah kita pelajari terdahulu, dalam bilangan pecahan juga berlaku operasi hitung penjumlahan. Hanya saja aturanaturannya sedikit berbeda. Bagaimana aturan penjumlahan pecahan? Mari kita perhatikan contoh di bawah ini. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini. 1.
1 1 4 4
Pembilangnya saja yang
Jawab:
1.
dijumlahkan,
1 1 11 2 4 4 4 4
Penyebutnya tdk di jumlahkan karena sudah sama
Penyelesaian dengan menggunakan gambar
1 4
+
1 4
=
2 4
Kedua gambar diatas yang diarsir masing-masing menunjukan pecahan
1 artinya 4
bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 4 bagian keseluruhan. Maka jika gambar diatas dijumlahkan maka tinggal dijumlahkan gambar yang diarsirnya saja, kenapa karena dari kedua gambar tersebut sudah dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka hasil dari gambar diatas adalah
1 1 11 2 4 4 4 4
Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama sebagai berikut. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilangpembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
120
Bagaimana dengan penjumlahan pecahan yang penyebutnya berbeda? Tentu saja dilakukan dengan mencari KPK dari kedua penyebutnya. Sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini. 1.
1 1 2 3
Jawab: Mari kita mencari kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3 Kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 … Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 … Kelipatan persekutuan2 dan 3 adalah 6, 12, 18 … Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 yang paling kecil adalah 6 jadi, diperoleh KPK dari 2 dan 3 adalah 6.
1 1 3 2 3 2 5 2 3 6 6 6 6
Penyelesaian dengan menggunakan gambar
I
1 2
II +
Gambar I menunjukan pecahan
1 3
1 artinya bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 2
2 bagian keseluruhan, gambar II menunjukan pecahan
1 bagian yang diarsir 3
adalah 1 bagian dari 3 bagian keseluruhan. Dapat dilihat gambar I + II yang
121
berarti
1 1 + , karena penyebutnya berbeda, maka penyebutnya disamakan 2 3
terlebih dahulu kenapa harus disamakan? Karena sesuatu yang sama bisa untuk dijumlahkan sedangkan sesuatu yang tidak sama tidak bisa untuk dijumlahkan misalnya
1 1 potong kue + potong kue, jenis kuenya sama namun, karena 2 3
potongan kuenya yang berbeda maka itu tidak akan ada hasilnya apabila dijumlahkan, akan ada hasilnya apabila potongan kuenya sama, maka potongan kue tersebut harus disamakan terlebih dahulu.
1 2
3 6
+
1 3
+
2 6
=
5 6
Garis putus-putus pada gambar diatas sudah disamakan yang awalnya menunjukan pecahan
1 3 1 2 menjadi dan menjadi karena penyebutnya sudah sama maka dapat 2 6 3 6 dijumlahkan dengan cara menjumlahkan gambar yang diarsinya saja, kenapa karena dari kedua gambar tersebut sudah dibagi menjadi 6 bagian yang sama, maka hasil dari gambar diatas adalah
3 2 3 2 5 6 6 6 6 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda sebagai berikut. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan dengan meyamakan terlebih dahulu penyebut-penyebutnya.
Lembar Kerja Siswa 6
122
Hari/Tanggal : Nama
:
Kelompok
:
Kelas
:
LATIHAN TURNAMEN 1 Tentukan hasil dari penjumlahan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
7 1 9 9 3 2 7 7 3 4 8 8 1 3 6 6 3 1 5 5
=..... =..... =..... =..... =....
LATIHAN TURNAMEN 2 Tentukan hasil dari penjumlahan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
3 5 =..... 8 12 4 2 =..... 7 9 1 4 =..... 8 11 1 7 =..... 5 15 2 2 =..... 3 9
123
LATIHAN TURNAMEN 3 Tentukan hasil dari penjumlahan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
2 1 2 3 4 6 2 1 1 4 5 2 1 1 6 3 9 18 2 3 1 7 14 2 7 2 1 5 3 15
=..... =..... =..... =..... =.....
124
Lembar Kerja 6 Pengurangan Pecahan Operasi hitung pengurangan dalam pecahan mempunyai aturan serupa dengan penjumlahan dalam pecahan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini. Contoh: Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. 1.
2 1 4 4
Pembilangnya saja yang
Jawab:
1.
dikurangkan,
2 1 2 1 1 4 4 4 4
Penyebutnya tdk dikurangkan karena sudah sama
Penyelesaian dengan menggunakan gambar I
2 4
II
-
1 4
=
1 4
Gambar I diatas yang diarsir menunjukan pecahan
2 artinya bagian yang diarsir 4
adalah 2 bagian dari 4 bagian keseluruhan, Gambar II diatas yang diarsir menunjukan pecahan
1 artinya bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 4 bagian 4
keseluruhan. Maka jika gambar diatas dikurangkan maka tinggal dikurangkan gambar yang diarsirnya saja, kenapa karena dari kedua gambar tersebut sudah
125
dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka hasil dari gambar diatas adalah
2 1 4 4
2 1 1 4 4 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama sebagai berikut. Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan Bagaimanapembilang-pembilangnya dengan pengurangan pecahan yang penyebutnya mengurangkan saja. Sedangkan penyebutnyaberbeda? tidak dikurangkan.
Tentu saja dilakukan dengan mencari KPK dari kedua penyebutnya. Sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh: Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. 2.
1 1 2 3
Jawab: Mari kita mencari kelipatan persekutuan dari bilangan 2 dan 3 Kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 … Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24 … Kelipatan persekutuan2 dan 3 adalah 6, 12, 18 … Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 yang paling kecil adalah 6 jadi, diperoleh KPK dari 2 dan 3 adalah 6.
1 1 3 2 3 2 1 2 3 6 6 6 6
126
Penyelesaian dengan menggunakan gambar
I
II
1 2
1 3
-
Gambar I menunjukan pecahan
1 artinya bagian yang diarsir adalah 1 bagian dari 2
2 bagian keseluruhan, gambar II menunjukan pecahan
1 bagian yang diarsir 3
adalah 1 bagian dari 3 bagian keseluruhan. Dapat dilihat gambar I - II yang berarti
1 1 , karena penyebutnya berbeda, maka penyebutnya disamakan terlebih 2 3 dahulu kenapa harus disamakan? Karena sesuatu yang sama bisa untuk dijumlahkan sedangkan sesuatu yang tidak sama tidak bisa untuk dijumlahkan misalnya
1 1 potong kue + potong kue, jenis kuenya sama namun, karena 2 3
potongan kuenya yang berbeda maka itu tidak akan ada hasilnya apabila dijumlahkan, akan ada hasilnya apabila potongan kuenya sama, maka potongan kue tersebut harus disamakan terlebih dahulu.
1 2
3 6
1 3
-
-
2 6
=
1 6
Garis putus-putus pada gambar diatas sudah disamakan yang awalnya menunjukan pecahan
127
1 3 1 2 menjadi dan menjadi karena penyebutnya sudah sama maka dapat 2 6 3 6 dikurangkan dengan cara mengurangkan gambar yang diarsinya saja, kenapa karena dari kedua gambar tersebut sudah dibagi menjadi 6 bagian yang sama, maka hasil dari gambar diatas adalah
3 2 3 2 1 6 6 6 6 Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda sebagai berikut. pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dilakukan dengan meyamakan terlebih dahulu penyebut-penyebutnya.
Hari/Tanggal : Nama
:
Kelompok
:
Kelas
:
LATIHAN TURNAMEN 1
Tentukan hasil dari pengurangan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
4 2 . . . . . 5 5 5 1 . . . . . 6 6 7 3 . . . . . 10 10 17 13 . . . . . 20 20 15 8 . . . . . 23 23
128
LATIHAN TURNAMEN 2 Tentukan hasil dari pengurangan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
5 2 . . . . . 12 15 6 16 . . . . . 7 21 4 1 . . . . . 9 6 2 4 . . . . . 3 9 4 2 . . . . . 5 7
LATIHAN TURNAMEN 3 Tentukan hasil dari pengurangan pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
5 3 1 . . . . . 10 8 16 6 5 10 . . . . . 7 8 56 4 1 4 . . . . . 9 6 18 4 2 1 . . . . 5 3 15 1 1 3 . . . . . 2 5 10
129
Lembar Kerja Siswa 7 Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan
1. Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan Biasa Berpenyebut Sama Contoh : a.
14 2 5 14 2 5 17 7 7 7 7 7
b.
16 4 10 16 4 10 10 15 15 15 15 15 Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut sama cukup dengan mengoperasikan pembilang-pembilangnya saja. Adapun penyebut-penyebutnya tidak ikut dioperasikan.
2. Operasi Hitung Campuran Pada Pecahan Biasa Berpenyebut Berbeda Contoh :
1 8 2 2 9 3 Terlebih dahulu mencari KPK dari 2, 9, dan 3 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, ….. 9, 18, 27, 36, ….. 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, ….. Dapat diketahui KPK dari 2, 9, dan 3 adalah 18. Maka :
1 8 2 9 16 12 9 16 12 13 2 9 3 18 18 18 18 18 Untuk menyelesaikan operasi hitung campuran pada pecahan biasa berpenyebut berbeda dapat diselesaikan dengan menyamakan penyebutnya terdahulu. Setelah penyebutnya disamakan, kemudian dioperasikan pembilang-pembilangnya. Adapun penyebutnya tetap (tidak dioperasikan).
130
Nama
:
Kelompok
:
Kelas
:
LATIHAN TURNAMEN 1
Tentukan hasil operasi campuran pada pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
4 1 1 . . . . . 7 7 7 2 3 2 . . . . . 6 6 6 4 7 3 . . . . . 9 9 9 4 2 2 . . . . . 8 8 8 2 3 3 . . . . 4 4 4
LATIHAN TURNAMEN 2 Tentukan hasil operasi campuran pada pecahan-pecahan berikut! a. b. c. d. e.
4 1 1 . . . . . 7 4 3 2 5 2 . . . . . 7 6 3 3 1 1 . . . . . 7 4 2 5 4 1 . . . . . 6 5 10 5 1 1 . . . . . 3 4 12
131
Lembar Kerja Siswa 8 Menyelesaikan Masalah Pecahan Setelah
memahami
bentuk-bentuk
pecahan
dan
operasi
hitung
penjumlahan dan pengurangannya, berikutnya akan kita gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Mari kita perhatikan contoh masalah beserta penyelesaiannya berikut ini. 1. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue. a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik? b. Berapa bagian kue yang masih tersisa? Penyelesaian: a. Kue dibagi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong. Ema makan
2 bagian kue. 16
2 2 22 4 1 16 16 16 16 4 Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik b. Kue yang dimakan Ema dan Menik Sisa kue = 1-
1 4 1 4 1 3 = - = 4 4 4 4 4
Jadi, kue yang tersisa ada
3 bagian. 4
1 bagian. 4
1 bagian 4
132
Hari/Tanggal : Nama
:
Kelompok
:
Kelas
:
LATIHAN TURNAMEN 1
1. Adi mempunyai 20 butir kelereng. Adi kemudian menyimpan
bagian dari
keseluruhan kelereng tersebut. Berapa pecahan kelereng adi yang tidak disimpan? 2. Ema dimintai tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat kue. Ema membeli Kg gula dan Kg tepung. Berapa berat gula dan tepung terigu yang dibeli Ema tersebut?
LATIHAN TURNAMEN 2 1. Pedagang beras itu mempunyai berturut-turut telah terjual sebanyak
ton persediaan beras, dalam dua hari ton beras dan ton beras.
a. Berapa ton beras yang terjual selama dua hari? b. Berapa ton beras yang belum terjual? 2. Pak tani mempunyai sebidang sawah yang luasnya
hektar. Seluas
hektar
tersebut ditanami padi, sawah tersebut ditanami jagung, dan sisanya ditanami palawija. Berapa hektar sawah Pak Tani yang ditanami padi dan jagung?
133
Lampiran 4
Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika No
Indikator
Butir Soal
Jenjang Kemampuan C2 C3
Jumlah
Membandingkan 1.
bilangan
pecahan
1,2,3
3
berpenyebut berbeda 2.
3.
4.
Mengurutkan bilangan
2
6
1
7
1
8,9
1
10,11
2
12
2
13
1
14,15,16,17
4
Menentukan pecahan senilai Menentukan pecahan sederhana Menjumlahkan
5.
4.5
pecahan
pecahan
dua
berpenyebut
sama Menjumlahkan 6.
pecahan
dua
berpenyebut
berbeda Mengurangkan dua 7.
pecahan berpenyebut berbeda Menghitung
8.
operasi
hitung campuran pada pecahan
berpenyebut
berbeda Memecahkan masalah 9.
yang berkaitan dengan pecahan
Jumlah
17
134
Lampiran 5
NILAI
Hari/tanggal : Nama
:
Kelas
:
Petunjuk:
1.
1.
Berdoalah sebelum mengerjakan!
2.
Pengerjaan saol bersifat tutup buku (close book)!
1 1 Kg kacang hijau sedangkan Nizam mempunyai Kg 4 2
Syifa mempunyai
kacang hijau. Dari kacang hijau milik keduanya, coba kalian bandingkan kacang hijau milik siapakah yang paling banyak? 2.
2 4 ............ , tanda yang tepat untuk membandingkan kedua pecahan tersebut 5 10 adalah ……………
3.
3 2 ............ , tanda yang tepat untuk membandingkan kedua pecahan tersebut 4 6 adalah ……………
4.
Urutkan pecahan berikut
4 2 6 3 5 , , , , 6 3 2 6 8
dari yang terbesar
adalah
…………………………………………………….. 5.
3 5
Anita mempunyai 5 batang tebu yang panjangnya masing-masing meter, meter,
2 4 5 meter, meter dan meter. Urutkan ukuran tebu tersebut dari yang 5 5 5
terpanjang! 6.
Tentukan pecahan senilai berikut: a.
7.
21 49
1 5
b.
4 5
Bentuk pecahan paling sederhana dari
12 adalah ………… 15
135
8.
Hitunglah hasil dari
7 1 …………………….. 9 9
9.
Hitunglah hasil dari
3 1 ……………………… 5 5
10. Hitunglah hasil dari
2 3 ……………………… 7 5
11. Hitunglah hasil dari
6 16 ………..…………… 7 21
12. Hitunglah hasil dari
2 4 ……………………… 3 9
13. Hitunglah hasil dari
2 3 4 …………………… 3 6 9
14. Nenek Sumi mendapatkan sumbangan gula dari 3 orang tetangganya. Sumbangan gula tersebut berturut-turut
3 1 4 Kg, Kg, Kg. Berapa Kg 10 10 10
gula yang diterima nenek Sumi seluruhnya? 15. Ibu membuat kue bolu. Jika
1 kue tersebut diberikan ke tetangga, berapa 5
bagian kue yang tersisa? 16.
Ema mempunyai pita sepanjang
3 meter. sebagian pita tersebut diberikan 4
kepada Menik. Sekarang, pita Ema tinggal
5 meter. Berapa meter pita 12
yang diberikan kepada menik? 17.
Kakek Marbun mempunyai sebidang kebun dibelakang rumahnya. kebun tersebut ditanami pohon singkong, sedangkan
1 luas 3
4 bagian lagi ditanami 9
pohon jagung, dan sisanya dibuat kolam ikan. a.
Berapa bagian kebun yang ditanami pohon singkong dan jagung?
b.
Berapa bagian kebun yang dibuat kolam ikan?
136
KUNCI JAWABAN 1.
1 1 ( Nizam) 2 4
2. = 3. > 4.
2 3 4 5 6 . , , , 3 6 6 8 2
5.
5 4 3 2 1 . , , , 5 5 5 5 5
6. a.
3 7
b.
8 10
7.
4 5
8.
8 9
9.
4 5
10.
10 21 31 35 35
11.
18 16 2 21 21
12.
64 2 9 9
13.
12 9 8 13 18 18
14.
1 3 4 8 10 10
15.
5 1 4 5 5 5
16.
95 4 1 12 12 3 1 4 3 4 7 3 9 9 9
17. a.
9 7 2 b. 9 9 9
137
Lampiran 6
Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika Jenjang No
Indikator
Butir Soal
Kemampuan C2
Jumlah
C3
Membandingkan 1.
bilangan
pecahan
2
1
berpenyebut berbeda 2.
3.
4.
Mengurutkan bilangan
1
6
1
7
1
9
1
10,11
2
12
1
13
1
14,15,16
3
Menentukan pecahan senilai Menentukan pecahan sederhana Menjumlahkan
5.
4
pecahan
pecahan
dua
berpenyebut
sama Menjumlahkan 6.
pecahan
dua
berpenyebut
berbeda Mengurangkan dua 7.
pecahan berpenyebut berbeda Menghitung
8.
operasi
hitung campuran pada pecahan
berpenyebut
berbeda Memecahkan masalah 9.
yang berkaitan dengan pecahan
Jumlah
12
138
Lampiran 7 NILAI
Hari/tanggal : Nama
:
Kelas
:
Petunjuk: 1. Berdoalah sebelum mengerjakan! 2. Pengerjaan saol bersifat tutup buku (close book)!
1.
2 4 ............ , tanda yang tepat untuk membandingkan kedua pecahan tersebut 5 10 adalah ……………
2. Urutkan pecahan berikut
4 2 6 3 5 , , , , 6 3 2 6 8
dari yang terbesar
…………………………………………………….. 3. Tentukan pecahan senilai berikut: a.
21 49
b.
4 5
4. Bentuk pecahan paling sederhana dari
12 adalah ………… 15
5. Hitunglah hasil dari
3 1 ……………………… 5 5
6. Hitunglah hasil dari
2 3 ……………………… 7 5
7. Hitunglah hasil dari
2 4 ……………………… 3 9
8. Hitunglah hasil dari
2 3 4 …………………… 3 6 9
adalah
139
9. Ibu membuat kue bolu. Jika
1 kue tersebut diberikan ke tetangga, berapa 5
bagian kue yang tersisa? 10. Ema mempunyai pita sepanjang
3 meter. sebagian pita tersebut diberikan 4
kepada Menik. Sekarang, pita Ema tinggal diberikan kepada menik?
5 meter. Berapa meter pita yang 12
140
KUNCI JAWABAN 1. = 2.
2 3 4 5 6 . , , , 3 6 6 8 2
3. a.
3 7
b.
8 10
4.
4 5
5.
4 5
6.
10 21 31 35 35
7.
64 2 9 9
8.
12 9 8 13 18 18
9.
5 1 4 5 5 5
10.
95 4 1 12 12 3
141
Lampiran 8 Validitas dan Reliabelitas Instrumen Tes Hasil Belajar Uraian Nomor Soal Rsp
X1
X2
X3
X4
X5
R1
10
3
3
5
R2
0
0
3
5
R3
0
0
0
R4
0
0
3
R5
10
3
R6
0
R7 R8 R9
Jml (Y)
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
3
1
0
3
0
5
0
0
0
10
0
0
0
33
0
2.5
0
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
23.5
5
0
2.5
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10.5
5
0
2.5
0
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
23.5
3
5
0
1
3
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
28
3
3
5
0
2.5
0
3
0
5
0
0
0
10
0
0
0
31.5
0
3
3
5
0
5
3
3
3
5
5
1
5
10
0
10
0
61
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
3
3
5
0
2.5
0
3
0
5
0
0
0
10
10
0
0
41.5
R10
0
3
3
5
0
5
3
3
3
5
5
5
0
10
0
0
0
50
R11
10
3
3
5
0
5
3
3
0
5
0
0
0
10
0
0
0
37
R12
0
3
3
5
0
5
3
3
3
5
5
5
5
10
10
10
0
75
R13
10
3
3
5
0
0
3
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
27
R14
0
3
0
5
3
5
0
3
3
5
5
0
5
0
0
0
0
37
R15
0
3
3
5
0
2.5
0
3
3
0
5
0
0
10
0
0
0
34.5
R16
0
3
3
0
0
2.5
0
3
0
5
0
0
0
10
0
0
0
26.5
R17
0
3
3
0
0
2.5
0
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
21.5
R18
10
0
3
0
3
1
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
12
R19
10
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
R20
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
R21
0
3
3
0
0
1
0
3
0
0
0
0
0
10
0
0
0
20 602
∑X
60
42
51
70
9
49
18
57
15
50
25
11
15
150
20
20
0
∑X2 ∑Y
600
126
153
350
27
179
54
171
45
250
125
51
75
1500
200
200
0
602
602
602
602
602
602
602
602
602
602
602
602
602
∑Y2 ∑XY
24041
24041
24041
24041 24041
24041 24041
24041
24041 24041 24041
1645.5
1570.5
1400
2565
1925.5
1761
772.5
rxy
-0.044
rtab
0.433
Ket
602 24041
24041 24041 24041
5335
1165
1288
686
865
0.786 0.622
0.382
0.710 0.625
0.710
0.669
0.659
0.607 0.534
0.710
0.433
0.433
0.433 0.433
0.433
0.433 0.433
0.433
0.433
0.433
0.433 0.433
0.433
TV
V
TV
V
TV
V
V
TV
V
V
V
V
V
V
20.408
2.000
1.388
5.556
1.102
3.079
1.837
0.776
1.633
6.236
4.535
2.154
3.061
20.408
323.032
r11
2023
602 24041
0.628 -0.030 0.433
834
602 24041
0.687 -0.139 0.433
246
602
0.995
sgt tinggi
V
1360
V
8.617 8.617
0 0 0.433 TV 0.000
91.406
142
Langkah-langkah menentukan validitas soal nomor 1
Menentukan nilai ∑ X
= Jumlah skor soal no. 1 = 60
Menentukan nilai ∑ Y
= Jumlah skor total = 602
Menentukan nilai ∑ X2
= Jumlah kuadrat skor no. 1 = 600
Menentukan nilai ∑ Y2
= Jumlah kuadrat skor total = 24041
Menentukan nilai ∑XY
= Jumlah hasil kali skor no. 1 dengan skor total = 1645,5
Menentukan nilai rxy
=
=
N.( XY) - XY
N X
2
X N Y 2 Y 2
21.1645,5 60602
21600 60 2124041 602 2
=
34555,5 36120 12600 3600504861 362404
=
1564,5 9000142457
=
1564,5 1282113000
=
2
2
1564,5 35806.61
= -0,04
Mencari nilai rtabel, dengan dk = n-2 = 21 – 2 =19 dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 diperoleh rtabel = 0,43.
Setelah diperoleh nilai rxy = -0,04, lalu dikonsultasikan dengan nilai rtabel = 0,43. Karena rxy < rtabel (-0,04 < 0,43), maka soal no. 1 tidak valid.
143
Langkah-langkah Menentukan Reliabilitas Tes Essay
Menentukan varians ( 2 )
Cara menghitung varians soal yang valid nomor 1
X X N
2
2
2=
N
602 21 = 21 600 171,43 21 = 428,57 = 21 600
= 20,41
Begitu seterusnya cara menghitung varias item berikutnya.
Cara menentukan varians semua item ( i )
Dengan cara menjumlahkan semua hasil perhitungan varians sehingga diperoleh Cara menghitung varians total
2
Y Y N
2
2
t=
N
24041 = =
6022 21
33
24041 17257,33 21
= 323,03 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus Alpha 2 i 17 20,41 n r11 = 0,995 1,00 1 1 2 17 1 323 , 03 n 1 t
144
Lampiran 9
145
Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Essay
Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.
Menentukan TK = tingkat kesukaran TK =
P
=
P
= 0,67
Berdasarkan klasifikasi tingkat kesukaran, nilai P = 0,67 berada diantara kisaran mulai 0,31 < P ≤ 0,70, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sedang.
Untuk nomor seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama dengan perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.
146
Lampiran 10
147
Langkah-langkah Perhitungan Daya Pembeda Tes Essay
Mengurutkan data berdasarkan sekor total
Membagi dua sama banyak data, kelompok atas dan kelompok bawah.
Menentukan rata-rata peserta tes kelompok atas.
Menentukan rata-rata peserta tes kelompok bawah.
Menentukan skor maksimum setiap butir soal
Misalnya perhitungan daya pembeda soal nomor 1 sebagai berikut:
Rata-rata kelompok atas 3, Rata-rata kelompok bawah 1,2, skor maksimum pada butir soal no 1 adalah 3
Menentukan DP = Daya pembeda DP =
MeanA MeanB Skor Maksimum
DP =
3 1,2 3
DP = 0,60
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP 0,60 berada diantara kisaran mulai 0,40 < DP ≤ 0,69, maka soal nomor 1 mempunyai daya beda yang baik.
Untuk nomor seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.
148
Lampiran 11 DAFTAR HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL A. Kelas Eksperimen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Siswa E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25
B. Kelas Kontrol Nilai 67 60 77 40 85 74 67 60 45 65 72 48 72 67 67 65 65 82 70 75 90 55 52 75 50
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Siswa K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21 K22 K23 K24 K25
Nilai 45 50 75 40 62 42 80 50 35 57 50 47 50 55 70 55 65 57 52 56 55 67 52 46 55
149
Lampiran 12
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN, MODUS, VARIANS DAN SIMPANGAN BAKU KELAS EKSPERIMEN 1. Distribusi Frekuensi a. Banyak data (n) = 25 b. Jangkauan (J) R = Xmaks - Xmin = 90 – 40 = 50 Perhitungan Banyak kelas
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 25 = 1 + 3.3 (1,4) = 1 + 4,62 = 5, 62
Perhitungan Panjang Interval Kelas (I)
6 (dibulatkan ke atas) =
J K
=
50 5
= 10 Frekuensi Relatif =
FrekuensiAbsolut x100% f
150
Kelas Interval 1 40-49 2 50-59 3 60-69 4 70-79 5 80-89 6 90-99 Jumlah
No
f 3 3 9 7 2 1 25
Frekuensi fk f% 3 12% 6 12% 15 36% 22 28% 24 8% 25 4% 100%
2. Perhitungan Mean ( x )
x = =
fixi n
1662.5 25
= 66,50 3. Perhitungan Median (Me)
1 2nF Me = Bbme + P f
1 2 25 6 = 59,5 + 10 9 12,5 6 9
= 59,5 + 10
6,5 9
= 59,5 + 10
= 59,5 + 10 0,72 = 59,5 + 7,2 = 66,7
Xi
Xi2
44.5 54.5 64.5 74.5 84.5 94.5
1980.25 2970.25 4160.25 5550.25 7140.25 8930.25
f.Xi
f.Xi2
133.5 5940.75 163.5 8910.75 580.5 37442.3 521.5 38851.8 169 14280.5 94.5 8930.25 1662.5 114356.25
151
4. Perhitungan Modus (Mo)
fa f f b a
Mo = b + p
6 6 2
= 59,5 + 10
= 59,5 + 10 (0,75) = 59,5 + 7,5 = 67 5. Perhitungan Varians (S2) S
2
n f i xi 2 f i x = nn 1
2
= 6. Perhitungan Simpangan Baku (S) S=
S 2 = 158,33 = 12,58
152
Lampiran 13
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN, MODUS, VARIANS DAN SIMPANGAN BAKU KELAS KONTROL
1. Distribusi Frekuensi a. Banyak data (n) = 25 b. Jangkauan (J) R = Xmaks - Xmin = 80 – 35 = 45 Perhitungan Banyak kelas
= 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 25 = 1 + 3.3 (1,4) = 1 + 4,62 = 5, 62
Perhitungan Panjang Interval Kelas (I)
6 (dibulatkan ke atas) =
J K
=
45 6
= 7,5 Frekuensi Relatif =
FrekuensiAbsolut x100% f
8 (dibulatkan ke atas)
153
Kelas Interval 1 35-42 2 43-50 3 51-58 4 59-66 5 67-74 6 75-82 Jumlah
No
2.
f 3 7 9 2 2 2 25
Frekuensi fk f% 3 12% 10 28% 19 36% 21 8% 23 8% 25 8% 100%
Perhitungan Mean ( x )
x = =
fixi n
1354,5 25
= 54,18 3. Perhitungan Median (Me)
1 2nF Me = BBme + P f
1 2 25 10 = 50,5 + 8 9 12,5 10 9
= 50,5 + 8
2,5 9
= 50,5 + 8
= 50,5 + 8 0,28 = 50,5 + 2,24 = 52,74
Xi
Xi2
f.Xi
38.5 46.5 54.5 62.5 70.5 78.5
1482.3 2162.3 2970.3 3906.3 4970.3 6162.3
115.5 325.5 490.5 125 141 157 1354.5
f.Xi2 4446.75 15135.75 26732.25 7812.5 9940.5 12324.5 76392.25
154
4. Perhitungan Modus (Mo)
fa f a fb
Mo = b + p
2 2 7
= 50,5 + 8
= 50,5 + 8(0,22) = 50,5 + 1,76 = 52,26 5. Perhitungan Varians (S2) S
2
n f i xi 2 f i x = nn 1
2
= = = = 125,23 6. Perhitungan Simpangan Baku (S) S=
S 2 = 125,23 = 11,19
155
Lampiran 14
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5
Nilai 67 60 77 40 85
No 6 7 8 9 10
Nilai 74 67 60 45 65
No 11 12 13 14 15
Nilai 72 48 72 67 67
No 16 17 18 19 20
Nilai 65 65 82 70 75
No 21 22 23 24 25
Nilai 90 55 52 75 50
Skor terbesar = 90 Skor terkecil = 40 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 90 -40 = 50 Banyak kelas = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 25 = 1 + 3.3 (1,4) = 1 + 4,62 = 5, 62
6 (dibulatkan ke atas)
Panjang Kelas = = 10 Tabel Distribusi Frekuensi No
Kelas Interval
f
Xi
Xi2
1
40-49
3
44.5
1980.3
133.5
5940.75
2
50-59
3
54.5
2970.3
163.5
8910.75
3
60-69
9
64.5
4160.3
580.5
37442.25
4
70-79
7
74.5
5550.3
521.5
38851.75
5
80-89
2
84.5
7140.3
169
14280.5
6
90-99
1
94.5
8930.3
94.5
8930.25
1662.5
114356.3
Jumlah
25
f.Xi
f.Xi2
156
Rata-rata ̅
∑
∑
Simpangan baku (Standar Deviasi) S
n f i xi 2 f i x nn 1
=
2
√
√
√ =√ = 12,58 Membuat frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 39,5
49,5
59,5
b. Mencari nilai Z-Score, dengan cara: ̅
69,5
79,5
89,5
99,5
157
c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat: 0,0158 0,0885 0,2877 d. Mencari luas tiap interval
0,5948
0,8485 0,9664
0.9956
0,0885 - 0,0158 = 0,0727 0,2877 - 0,0885 = 0,1992 0,5948 - 0,2877 = 0,3071 0,8485 - 0,5948 = 0,2537 0,9664 - 0,8485 = 0,1179 0.9956 - 0,9664 = 0,0292 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe): 0,0727 x 25 = 1,818 0,1992 x 25 = 4,980 0,3071 x 25 = 7,678 0,2537 x 25 = 6,343 0,1179 x 25 = 2,948 0,0292 x 25 = 0,730
No
Batas Kelas
Z
Luas 0 - Z
1 2 3 4 5 6 7
39.5 49.5 59.5 69.5 79.5 89.5 99.5
-2.15 -1.35 -0.56 0.24 1.03 1.83 2.62
0.0158 0.0885 0.2877 0.5948 0.8485 0.9664 0.9956
Luas Tiap Kelas Interval
fe
fo
(fo-fe)2
(fo-fe)
(fo-fe)2/fe
0.0727 0.1992 0.3071 0.2537 0.1179 0.0292
1.818 4.980 7.678 6.343 2.948 0.730
3 3 9 7 2 1
1.398 3.920 1.749 0.432 0.898 0.073
1.183 -1.980 1.323 0.657 -0.948 0.270 2 X hitung X2tabel
0.769 0.787 0.228 0.068 0.305 0.100 2.257 11.070
158
Mencari Chi-kuadrat hitung( X2hitung), dengan rumus: ∑
= 2,257 Nilai X2tabel untuk
= 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5
pada tabel chi-kuadrat didapat X2tabel = 11,070 Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah: Jika X2hitung
≤
X2tabel, maka terima H0 dan tolak H1
Jika X2hitung
≥
X2tabel, maka tolak H0 dan terima H1
Karena dari perhitungan diperoleh X2hitung = 2,257 dan X2tabel = 11,070 jadi X2hitung
X2tabel, maka terima H0 dan tolak H1, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
159
Lampiran 15
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELAS KONTROL
No 1 2 3 4 5
Nilai 45 50 75 40 62
No 6 7 8 9 10
Nilai 42 80 50 35 57
No 11 12 13 14 15
Nilai 50 47 50 55 70
No 16 17 18 19 20
Nilai 55 65 57 52 56
No 21 22 23 24 25
Skor terbesar = 80 Skor terkecil = 35 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 80 - 35 = 45 Banyak kelas = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log 25 = 1 + 3.3 (1,4) = 1 + 4,62 = 5, 62
6 (dibulatkan ke atas)
Panjang Kelas = = 7,5
8 (dibulatkan ke atas)
Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 35-42 43-50 51-58 59-66 67-74 75-82 Jumlah
f
Xi
Xi2
3 7 9 2 2 2 25
38.5 46.5 54.5 62.5 70.5 78.5
1482.3 2162.3 2970.3 3906.3 4970.3 6162.3
f.Xi
f.Xi2
115.5 4446.75 325.5 15135.75 490.5 26732.25 125 7812.5 141 9940.5 157 12324.5 1354.5 76392.25
Nilai 55 67 52 46 55
160
Rata-rata ̅ Simpangan baku (Standar Deviasi) S
=
n f i xi 2 f i x nn 1
2
=√ =√ =√ =√ = 11,19 Membuat frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 34,5 42,5 50,5 58,5 b. Mencari nilai Z-Score, dengan cara:
66,5 ̅
74,5
82,5
161
c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat: 0,0392
0,1492 0,3707
0,6517
0,8643 0,9656
0,9943
d. Mencari luas tiap interval 0,1492 - 0,0392
= 0,11
0,3707 - 0,1492
= 0,2215
0,6517 - 0,3707
= 0,281
0,8643 - 0,6517
= 0,2126
0,9656 - 0,8643
= 0,1013
0,9943 - 0,9656
= 0,0287
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe): 0,11
x 25 = 2,750
0,2215 x 25 = 5,538 0,281
x 25 = 7,025
0,2126 x 25 = 5,315 0,1013 x 25 = 2,533 0,0287 x 25 = 0,717 No
Batas Kelas
z
Luas 0 - Z
1 2 3 4 5 6 7
34.5 42.5 50.5 58.5 66.5 74.5 82.5
-1.76 -1.04 -0.33 0.39 1.10 1.82 2.53
0.0392 0.1492 0.3707 0.6517 0.8643 0.9656 0.9943
Luas Tiap Kelas Interval
fe
fo
(fo-fe)2
(fo-fe)
(fo-fe)2/fe
0.11 0.2215 0.281 0.2126 0.1013 0.0287
2.750 5.538 7.025 5.315 2.533 0.717
3 7 9 2 2 2
0.063 2.139 3.901 10.989 0.284 1.645
0.250 1.463 1.975 -3.315 -0.533 1.283 X2hitung X2tabel
0.023 0.386 0.555 2.068 0.112 2.292 5.436 11.070
162
Mencari Chi-kuadrat hitung( X2hitung), dengan rumus: ∑
= 5,436 2
Nilai X
untuk
tabel
= 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5
pada tabel chi-kuadrat didapat X2tabel = 11,070 Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah: Jika X2hitung
≤
X2tabel, maka terima H0 dan tolak H1
Jika X2hitung
≥
X2tabel, maka tolak H0 dan terima H1
Karena dari perhitungan diperoleh X2hitung = 5,436 dan X2tabel = 11,070 jadi X2hitung
X2tabel, maka terima H0 dan tolak H1, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
163
Lampiran 16
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS Statistik Varians (s2) Fhitung Ftabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen 158,33
Kelas Kontrol 125,23
1,26 1,98 Kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (Homogen)
1. Menentukan Hipotesis Statistik H0 :
12 2 2
H1 :
12 2 2
2. Menentukan Fhitung Fhitung
s12 158,33 = 2= =1,26 s2 125,23
3. Menentukan Ftabel dan Kriteria Pengujian Dari tabel F untuk jumlah sampel 25 pada taraf signifikansi 5% dan pada taraf signifikansi = 0,05 untuk dk penyebut (varian terbesar) 24 dan dk pembilang (varian terkecil) 24, diperoleh Ftabel = 1,98. Kriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai berikut: Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0 dan tolak H1 Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0 dan terima H1 Dari hasil perhitungan diperoleh: Fhitung ≤ Ftabel 1,26 < 1,98 4.
Kesimpulan Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung ≤ Ftabel maka terima H0, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama atau homogen.
164
Lampiran 17 PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK Statistik Rata-rata Varians (s2) sgabungan thitung ttabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen 66,50 158,33
Kelas Kontrol 54,18 125,23
11,90 3,70 1,68 Tolak H0 dan terima H1
1. Menentukan hipotesis statistik H0 : 1 2 H1 : 1 2 Keterangan:
1 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen 2 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol 2. Menentuka thitung Sgab =
=
=
nE 1s E2 nK 1s K2 nE nK 2
25 1158,33 25 1125,23 25 25 2
24158,33 24125,23 48
=
3799,92 3005,52 48
=
6805,44 = 141,78 = 11,90 48
165
Maka,
X E X K thitung = 1 1 sgab nE nK =
66,50 54,18 1 1 11,90 25 25
12,32 11,90 0,08
12,32 3,33
= 3,70 3. Menentukan ttabel dan Kriteria Pengujiannya Karena hipotesisnya satu pihak, maka ttabel = t 1
dk
. Dengan = 0,05 dan
dk = (n1+n2) – 2 = (25+25-2) = 48 Diperoleh ttabel = t(1-0,05)(48) = t(0,95)(48) = 1,68 Kriteria pengujiannya adalah: Jika thitung < ttabel maka terima H0 dan tolak H1 Jika thitung ttabel maka tolak H0 dan terima H1 Dari hasi perhitungan diperoleh: thitung > ttabel 3,70 > 1,68 4. Kesimpulan Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung > ttabel maka tolak H0 dan terima H1 atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika pada kelas kontrol.
166
Lampiran 18 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson
167
Lampiran 19 Tabel Luas dibawah lengkungan kurva normal Dari 0 s/d z
168
169
Lampiran 20 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
170
Lampiran 21 Nilai –Nilai untuk Distribusi F
171
Lanjutan Nilai Distribusi F
172
Lanjutan Nilai Distribusi F
173
Lanjutan Nilai Distribusi F
174
Lampiran 22
Nilai Kritis Distribusi t
175
Lampiran 23
DAFTAR NAMA KELOMPOK TURNAMEN BELAJAR
KELOMPOK 1
KEOMPOK 2
KELOMPOK 3
Ade Ahmad Ismail
Alif Budiman
Arda
Adelia Putri
Al Yaumi Akbar
Dimas Abrian R
Ahmad Fauzan Fahreza
Hilda Fatma Syabina
Nadia Aprilia Putri
Dwi Pembayun
Icha Aulia Nisa
Dyah Syafa’ul Udzma
Nurkhotimah
Intan Safitri
Putri Ganda Sari
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
M. Haikal
Fitri Susanti
Ramadhan
Zahra Sakia
Ranti
Syifa Rahma Fauzi
Sri Nanda S
Rizky Renaldi S
Revaldi Fajar S
Rian Bintang Saputra
176
Lampiran 24 Lembar Wawancara Siswa 1. Apakah pelajaran matematika yang sudah ibu ajarkan dengan metode turnamen belajar menyenangkan? Kemukakan alasanmu? Siswa : Iya sangat menyenangkan bagi saya, lebih gampang dan dengan metode turnamen belajar saya jadi sering banyak belajar dirumah. 2. Apakah
sebelumnya
kamu
pernah
belajar
matematika
dengan
menggunakan turnamen belajar seperti yang sudah ibu lakukan? Siswa : Belum pernah, karena sebelumnya matematika yang lain selalu belajar menggunakan LKS saja 3. Menurutmu pembelajaran yang biasa kalian lakukan dengan pembelajaran yang sudah ibu ajarkan dengan metode turnamen belajar mana yang lebih menyenangkan? Siswa : Saya lebih suka belajar metode turnamen belajar yang sudah ibu ajarkan karena gampang dan menyenangkan. 4. Apa metode mengajar guru kamu didalam kelas, dalam mengajarkan materi pelajaran di sekolah? a. Ceramah dan Latihan LKS b. Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar c. Bermain dan Ceramah Siswa : a. Ceramah dan Latihan Lks
177
Lampiran 25
Foto Kegiatan Turnamen Belajar Saat Mengerjakan LKS
Uji Referensi Nama
: Siti Nurjanah
NIM
: 108018300020
Jurusan / Prodi
: KI / PGMI
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Judul Skripsi
: Pengaruh Strategi Turnamen
Belajar
Pembelajaran Aktif Metode Terhadap
Hasil
Belajar
Matematika Siswa No
Nama Pengarang dan Judul Buku BAB I
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia), h. 8.
2.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rssssosdakarya, 2010) cet 15 h. 87
3.
http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf, diakses tanggal 1 September 2013
4.
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV
5.
Melvin L. Sibermen, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia , 2011). Cet IV hal. 171 BAB II
1.
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). Cet 1 h. 11
2.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendididkan, (Jakarta: Kencana, 2011). cet. 8 h. 52
3.
Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI PRESS, 2006), cet. Ke-1, edisi 1, h. 4.
Paraf Pembimbing
4.
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. (Jakarta: DEPDIKNAS. 2003), h. 5
5.
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. (Jakarta: DEPDIKNAS. 2003), h. 6
6.
Al krismanto Dkk, Beberapa Teknik, model dan strategi dalam pembelajaran matematika, (Departemen Pendidikan Nasional 2003). h 1
7.
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008). Cet 1 h. 1
8.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta : Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 21
9.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: kencana, 2010). Cet.2 h. 4
10.
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008). Cet 1 h. 91
11.
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008). Cet 1 h. 91
12.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press : 2011). Cet 19 h. 26-29
13.
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: kencana, 2010). Cet.2 h. 62
14.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2001). Cet 7 h. 3
15.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5 h. 27 16.
Baso Intang, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 3
17.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2009). Cet 14 h. 22
18.
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta 2009), Cet. 4 hal. 202-207s
19.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Cet. 15 h 129-136
20.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Cet. 15 h 129-136
21.
Masito & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009). cet 1 h 37
22.
Masito & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009). cet 1 h 37
23.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 5 h. 103
24.
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV
25.
Djoko H.N, “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran aktif Berbasiskan Konstruktivisme”, Makalah ini disampaikan pada seminar nasional
pendidikan, Fak. Saintek UIN, 18 November 2010, h. 115 26.
Djoko H.N, “Studi Tentang Implementasi Metode Pembelajaran aktif Berbasiskan Konstruktivisme”, Makalah ini disampaikan pada seminar nasional pendidikan, Fak. Saintek UIN, 18 November 2010, h. 115
27.
Masitoh Dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan islam Depag RI, 2009), Cet 1. H. 260
28.
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Pustaka Insani Madani, 2008). h. XIV
29.
Melvin L. Sibermen, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia 2011). Cet IV hal. 171
30.
Rahayu Noveandini, Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online (e-learning) bagi Wanita Karir dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Fleksibilitas Pemantauan Kegiatan Belajar Siswa/i SD Jur, STMIK Jakarta, 19 Juni 2010 h. A-73
31.
Baso Intang, Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 3
32.
Saiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 21
33.
Herlina, “pengaruh pembelajaran aktif dengan metode learning tournament terhadap hasil matematika siswa”, Skripsi pada Strata Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 38, tidak dipublikasikan. BAB III
1.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10, h.114
2.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) cet 7 hal. 206
3.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 31
4.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Askara 2009), h 72
5.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 16
6.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Askara 2009), h. 72
7.
Idrus Alwi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h.124
8.
Idrus Alwi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Saraz Publishing, 2013) h.128
9.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk GuruKaryawan Dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 124.
10.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk GuruKaryawan Dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 124.
11.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk GuruKaryawan Dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 120
12.
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005) Cet. 6 h. 239 Yang mengesahkan, Pembimbing
Dra. Afidah Mas’ud NIP. 19610926 198603 2 004