e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017)
PENGARUH SOSIALISASI SAK ETAP, TINGKAT PENDIDIKAN PEMILIK, DAN PERSEPSI PELAKU UKM TERHADAP PENGGUNAAN SAK ETAP PADA UKM DI KECAMATAN BULELENG 1Ni
Ayu Putu Uma Dewi, 1Gede Adi Yuniarta, 2Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosialisasi SAK ETAP, tingkat pendidikan pemilik, dan persepsi pelaku UKM terhadap penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer, yang mana responden dalam penelitian ini adalah 85 pemilik UKM di Kecamatan Buleleng. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian membuktikan secara parsial sosialisasi SAK ETAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP, tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP, persepsi pelaku UKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP. Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa sosialisasi SAK ETAP, tingkat pendidikan pemilik, dan persepsi pelaku UKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP. Kata Kunci: SAK ETAP, Sosialisasi, Tingkat Pendidikan Pemilik, Persepsi
Abstract This study was aimed at finding out the effect of SAK ETAP socialization, owner’s educational level, and perception of actors of small and middle sized businesses on the use of SAK ETAP in small and middle sized businesses in Buleleng regency. The respondents in this study were 85 small and middle sized businesses in Buleleng regency. The study used convenience sampling technique for collecting the data and the data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The results showed that partially, SAK ETAP socialization has a positive and significant effect on the use of SAK ETAP, owner’s educational level has a positive and and significant effect on the use of SAK ETAP, perception of actors of small and middle sized businesses have a positive and significant effect on the use of SAK ETAP, and simultaneously, SAK ETAP socialization, owner’s educational level , perception of actors of small and middle sized businesses have a positive and significant effect on the use of SAK ETAP. Keywords: SAK ETAP, Socialization, Owner’s Educational Level, Perception.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) PENDAHULUAN Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) diterbitkan pada tanggal 19 Mei 2009 dan mulai diberlakukan secara efektif per 1 Januari 2011. SAK ETAP ini diterbitkan dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip akuntansi yang selama ini masih kurang sesuai apabila menggunakan SAK yang berlaku umum. Penggunaan SAK ETAP ini adalah ditujukan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yakni entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal seperti UMKM. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Perkembangan sektor UKM yang demikian pesat memperlihatkan bahwa terdapat potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik yang tentunya akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Dengan ditetapkannya SAK ETAP mempermudah pelaku UKM untuk menyusun dan mencatat laporan keuangannya dengan tujuan untuk mengetahui posisi keuangannya. Dengan adanya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan dapat mengurangi pengangguran dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan juga tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga yang dapat membantu pendapatan rumah tangga. UMKM memiliki peluang usaha paling besar dibandingkan dengan jenis-jenis usaha lainnya. Pembangunan UKM sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan perluasan bisnis usaha, peningkatan mutu, sumber
daya, pengelola dan produk yang dihasilkan, termasuk kewirausahaan dan profesionalisme UKM, sehingga UKM dapat berkinerja dengan baik, mandiri, dan kompetitif, UKM diharapkan mampu menjadi badan usaha yang mampu menopang perekonomian. Namun disisi lain pelaku UKM masih menemui kendala terkait dengan pelaporan keuangan. Keberadaan UKM dengan prestasinya tersebut ternyata masih banyak kendala yang dihadapi dalam mempertahankan usahanya antara lain produktifitas yang masih rendah dan terbatasnya akses terhadap sumber daya produktif terutama terhadap permodalan. Banyak usaha kecil menengah yang kurang memahami mengenai keuangan dan akuntansi, yang seharusnya merupakan hal sangat penting untuk diterapkan dalam kegiatan operasionalnya. Sistem pembukuannya pun selama ini masih sangat sederhana dan cenderung mengabaikan kaidah administrasi keuangan yang baku. Terkadang pembukuan yang digunakan tidak uptodate sehingga sulit untuk menilai kinerja keuangannya (Handayani dalam Journal Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA) Volume: 01, Nomor: 01). Menurut Endang (2014) dan Tarmizi (2014) mengatakan bahwa pihak bank tidak melihat adanya perbedaan antara usaha besar dengan UKM. Selain itu, apabila UKM berkeinginan memperoleh tambahan modal juga dituntut menyertakan laporan keuangan sebagai syarat mengajukan pinjaman kepada pihak bank. Sementara hampir semua UKM tidak memiliki laporan kinerja usaha dan keuangan yang baik sebagai syarat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) untuk memperoleh kredit. Hal ini terjadi karena UKM tidak dibiasakan untuk melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai gambaran kegiatan usaha dan posisi keuangan perusahaan. Dari tabel 1 diketahui perkembangan UMKM di Kabupaten Buleleng tahun 2012 perdagangan dengan jumlah formal sebanyak 2.838 dan nonformal sebesar 3.583, pertanian dengan jumlah formal sebesar 564 dan nonformal sebesar 1.161, nonpertanian dengan jumlah formal sebesar 705 dan nonformal sebesar 637, aneka jasa dengan jumlah formal sebesar 499 dan nonformal 266. Di Kecamatan Buleleng, terdapat 548 unit UKM yang tesebar pada jenis usaha perdagangan, pertanian, non pertanian, dan aneka jasa (BPS Buleleng, 2014). Perkembangan UKM di Kecamatan Buleleng sangat
No 1 2 3 4
tinggi, hal ini karena Kecamatan Buleleng merupakan sentra dari Kabupaten Buleleng. Yang mana segala aktivitas usaha dengan berbagai bidang UKM berkembang lebih banyak di Kecamatan Buleleng. UKM di Buleleng tidak menyelenggarakan catatan akuntansi, beberapa yang mempunyai catatan keuangan modelnya sangat sederhana dan tidak sistematis. Dengan demikian pelaku UKM di Buleleng belum memahami akan pentingnya akuntansi, padahal akuntansi sebagai alat untuk mengetahui perkembangan usaha melalui laporan keuangan. Selain itu, pelaku UKM di Kecamatan Buleleng belum memiliki pencatatan keuangan yang memadai atau belum menerapkan SAK ETAP (Andriani, 2014).
Tabel 1 Perkembangan UMKM di Buleleng tahun 2012 Jumlah Jenis Usaha Formal Non Formal Perdagangan 2.838 3.583 Pertanian 564 1.161 Non Pertanian 705 637 Aneka Jasa 499 266 Total 4.607 5.646
Sumber: Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Menurut Susanto (2014) menyatakan bahwa pemahaman terkait SAK ETAP tersebut erat kaitannya dengan proses pemberian informasi dan sosialisasi. Apabila pengusaha mendapatkan informasi dan sosialisasi dengan baik, maka pemahaman mereka terkait SAK ETAP akan menjadi lebih baik dan mendukung proses implementasi SAK ETAP. Selain itu pemahaman tentang SAK ETAP juga dipengaruhi tingkat pendidikan dari pemilik UKM. Pemilik adalah orang yang memiliki bisnis, yang menanamkan uangnya dalam bisnis tertentu dan juga
menjalankannya karena mereka mengharapkan adanya pendapatan dalam bentuk keuntungan dari bisnis tersebut. Semakin tinggi pendidikan pemilik, maka pemahaman mengenai bisnis juga semakin baik. Disamping itu persepsi pelaku UKM juga mempengaruhi penggunaan SAK ETAP, setiap pemilik memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai penggunaan SAK ETAP. Persepsi masing-masing pemilik UKM tentang SAK ETAP berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Ishak dan Ikhsan (dalam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) Sofiah, 2014) persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek serta manusia. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan standar akuntansi keuangan yang diperuntukan untuk usaha kecil dan menengah, agar pelaku UKM bisa dengan mudah melakukan pencatatan keuangan yang dibuat sesuai standar yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi SAK ETAP terhadap penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UKM di Kecamatan Buleleng. (2) Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan pemilik terhadap penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UKM di Kecamatan Buleleng. (3) Untuk mengetahui pengaruh persepsi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UKM di Kecamatan Buleleng. (4) Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi SAK ETAP, tingkat pendidikan pemilik, persepsi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berpengaruh positif terhadap penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada UKM di Kecamatan Buleleng. Menurut Ritcher JR (1987:139) dalam Endang (2015) Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat. Menurut Murniati (2002: 138) dikutip oleh Agnesti (2009),
kemampuan dan keahlian pemilik atau manajer perusahaan kecil dan menengah saat ini sangat ditentukan dari pendidikan formal yang pernah ditempuh. Tingkat pendidikan formal rendah (tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum) pemilik atau manajer akan rendah penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi dibandindkan dengan tingkatan pendidikan formal yang tinggi (perguruan tinggi) pemilik atau manajer. Jenjang pendidikan terakhir pengusaha seperti lulusan pendidikan SMA, SMK, S1 biasanya mempengaruhi pemahaman tentang pelaporan keuangan yang berstandar akuntansi (Sari, 2011). Menurut Kinichi dan Kreitner (2003) persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi baik lewat penglihatan maupun pendengaran. Persepsi yang merupakan proses kognitif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang bukan merupakan anak perusahaan atau buka cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Menurut SAK ETAP (2009: 1) Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yaitu sebuah standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) publik yaitu sebuah entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose) bagi pengguna eksternal. Penerapan SAK ETAP tidak mudah jika tidak dilakukan sosialisasi dan pemberian informasi kepada UMKM. Pemberian informasi dan sosialisasi sendiri merupakan sebuah metode/cara untuk mengenalkan dan membantu UMKM dalam mengetahui dan memahami tentang SAK ETAP (Tuti, 2015). Penelitian dari Rudiantoro, Siregar (2011) menyatakan bahwa informasi dan sosialisasi SAK ETAP berpengaruh terhadap pemahaman pengusaha pada SAK ETAP. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2015) menyatakan bahwa pemberian informasi dan sosialisasi berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi implementasi SAK ETAP pada pegawai yang bekerja di bagian akuntansi koperasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Zahri (2014) mengatakan bahwa tingkat informasi dan sosialisasi SAK ETAP berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman pengusaha pada SAK ETAP. H1: Sosialisasi SAK ETAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP pada UKM. Menurut Agnesti (dalam Murniati, 2002:138), kemampuan dan keahlian pemilik atau manajer perusahaan kecil dan menengah saat ini sangat ditentukan dari pendidikan formal yang pernah ditempuh. Tingkat pendidikan formal rendah (tingkat pendidikan sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum) pemilik atau manajer akan rendah penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi dibandingkan dengan tingkatan pendidikan formal yang tinggi (perguruan tinggi) pemilik atau manajer.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aufar (2014) yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan berpengaruh parsial simultan terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sitoresmi dan Fuad (2014) menyatakan bahwa pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi pada UKM. H2: Tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif dan signifkan terhadap penggunaan SAK ETAP pada UKM. Persepsi seseorang terhadap sesuatu timbul karena adanya beberapa stimulus yang mempengaruhi persepsi. Pengusaha kecil dapat memiliki informasi yang berbeda dalam menginterpretasikan nilai informasi akuntansi (Sofiah, 2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2014) menyatakan bahwa persepsi pengusaha kecil dan menengah tentang SAK ETAP berpengaruh positif terhadap penggunaan SAK ETAP. H3: Persepsi pengusaha kecil dan menengah tentang SAK ETAP berpengaruh positif terhadap penggunaan SAK ETAP pada UKM. Beberapa penelitian mengenai penggunaan SAK ETAP telah dilakukan sebelumnya, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Zahri (2014) mengatakan bahwa tingkat informasi dan sosialisasi SAK ETAP berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman pengusaha pada SAK ETAP. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sitoresmi dan Fuad (2014) menyatakan bahwa pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi pada UKM. Tarmizi (2014) menyatakan bahwa persepsi pengusaha kecil dan menengah tentang SAK ETAP berpengaruh positif terhadap penggunaan SAK ETAP.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) H4: Sosialisasi SAK ETAP, tingkat pendidikan pemilik, dan persepsi pelaku UKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan SAK ETAP. METODE Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Buleleng. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh adalah pengisian kuesioner oleh responden, yaitu pelaku UKM di Kecamatan Buleleng. Untuk skala yang dipergunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian adalah skala likert. Pengukurannya menggunakan skala 1-5 dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data UMKM Kabupaten Buleleng dari Diskopdagperin, buku, literatur, artikel, serta situs di internet. Teknik sampel yang digunakan dalam penilitian ini yaitu convenience sampling. Convenience sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan dan peneliti bebas untuk memilih sampel dengan cepat yang datanya mudah diperoleh (Indriantoro, 1999:130). Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan, yaitu uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yang terdapat pada program SPSS yang mana memiliki nilai dibawah 0,05 maka data yang diperoleh
dikatakan valid (Sugiyono 2008, dalam Saputra 2016). Sedangkan uji reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel atau konstruk dikatakan reliabel jika memberi nilai Cronbach Alpha (α) > 0,70 Nunnally (dalam Ghozali, (2011). Uji statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusannya yaitu apabila signifikan hitung > 0,05 maka data berdistribusi normal demikian sebaliknya bila signifikan hitung < 0,05 data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011). Uji Multikolinearitas dapat diketahui dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance > 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) < 10, maka dapat dikatakan model regresi telah bebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali, 2011:106). Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel glejser. Uji hipotesis terdapat uji regresi berganda, uji regresi parsial (t), uji regresi simultan (F), serta koefisien determinasi adjusted R Square, yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel independen. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 85 buah. Sedangkan kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 76 dan kuesioner yang tidak kembali sebanyak 9 buah. Setelah semua data terkumpul selanjutnya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) dilakukan pengujian yang dibantu dengan menggunakan SPSS 17. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai dibawah 0,05 maka data yang diperoleh dikatakan valid (Sugiyono 2008, dalam Saputra 2016). Hasil penelitian dari uji validitas diperoleh masing-masing variabel memiliki tingkat signifikansi < 0,05. Hal ini berarti masing-masing item dari variabel pada penelitian ini adalah valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsisten atau tidaknya responden terhadap kuesioner penelitian. Pengujian reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Hasil uji reliabilitas dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel memiliki Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70. Jadi variabel Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Persepsi Pelaku UKM adalah reliabel. Hasil uji statistic deskriptif pada penelitian ini menunjukkan variabel Sosialisasi SAK ETAP adalah 14 dan nilai tertinggi (maximum) dari jawaban responden adalah 21, nilai rata-rata (mean) adalah 17,17 dengan nilai standar deviasinya adalah 1,700. Nilai terendah (minimum) dari variabel Tingkat Pendidikan Pemilik adalah 18, nilai tertinggi (maximum) adalah 29, nilai rata-rata (mean) adalah 25,26 dengan standar devisiasi adalah 2,369. Variabel Persepsi Pelaku UKM memiliki nilai terendah (minimum) adalah 42, nilai tertinggi (maximum) adalah 64, nilai rata-rata (mean) adalah 50,09 dengan standar devisiasi adalah 5,362.
Uji normalitas sebaran data yang dilakukan pada data Instrumen Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, Persepsi Pelaku UKM berdasarkan hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa angka-angka signifikansi lebih besar dari 0,05 yang dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Uji multikolinieritas dapat diuji dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masingmasing variabel bebas. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas nilai VIF dari masing-masing variabel bebas berjumlah kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tidak mempunyai gejala multikolinearitas atau tidak ada hubungan antar variabel independen. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat digunakan uji Glejser. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolut residual lebih besar dari 0,05. maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas. Setelah data yang diuji memenuhi persyaratan untuk uji kualitas data dan uji asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis yakni dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of The Estimate
0,774
1,410
1 0,885a 0,784 Sumber: Hasil Output SPSS, 2017 Dari tabel 2 menunjukkan bahwa Adjusted R Square adalah 0,774, ini berarti 77,4% variabel Penggunaan SAK ETAP dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen Sosialisasi SAK ETAP,
Tingkat Pendidikan Pemilik dan Persepsi Pelaku UKM. Sisanya sebesar 22,6% dipengaruhi oleh variabel lain.
Tabel 3 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Model
1
(Constant) Sosialisasi SAK ETAP Tingkat Pendidikan Pemilik Persepsi Pelaku UKM
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
6,099 0,664 0,187
2,134 0,126 0,074
0,296
0,038
Standardize d Coefficients Beta
Sig. t
0,006
0,380 0,149
2,857 5,277 2,528
0,534
7,698
0,000
0,000 0,014
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Output SPSS, 2017 PEMBAHASAN Analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel Sosialisasi SAK ETAP (X1), Tingkat Pendidikan Pemilik (X2), dan Persepsi Pelaku UKM (X3) terhadap Penggunaan SAK ETAP (Y). Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel 3 dengan menggunakan persamaan Y = -6,099 + 0,664X1 + 0,187X2 + 0,296X3 + ɛ
Pengaruh Sosialisasi SAK ETAP terhadap Penggunaan SAK ETAP Pada UKM di Kecamatan Buleleng Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) variabel Sosialisasi SAK ETAP memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya H1 diterima. Maka variabel Sosialisasi SAK ETAP berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Sosialisasi SAK ETAP berpengaruh
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) positif dan signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng, masih banyak terdapat UKM yang belum mengetahui tentang SAK ETAP hal ini karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian kepada para pelaku UKM di Kecamatan Buleleng. Pemilik usaha hanya melakukan pencatatan keuangan secara manual dengan dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran yang tidak berdasarkan dengan SAK ETAP. Pentingnya dilakukan sosialisasi bagi pelaku UKM untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dibuat. Sehingga pelaku UKM akan dengan mudah dapat melakukan peminjaman modal ke lembaga keuangan baik bank maupun nonbank, karena laporan keuangan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oelh pelaku UKM dalam melakukan peminjaman modal. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rudiantoro, Siregar (2011) menyatakan bahwa informasi dan sosialisasi SAK ETAP berpengaruh terhadap pemahaman pengusaha pada SAK ETAP. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2015) menyatakan bahwa pemberian informasi dan sosialisasi berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi implementasi SAK ETAP pada pegawai yang bekerja di bagian akuntansi koperasi. Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilik terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng Keberhasilan seorang manajer tergantung pada pendidikan dan kemampuan belajarnya dalam lingkungan usaha, seorang manajer dituntut untuk menguasai aneka ketrampilan teknis dan kemampuan
yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) variabel Tingkat Pendidikan Pemilik memiliki nilai signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari 0,05 yang artinya H2 diterima. Maka variabel Tingkat Pendidikan Pemilik berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sariningtyas dan Tituk (JAKI Vol. 1 No.1 Hal.90-101), Aufar (2011), Fuad (2014), dan Soraya (2016) yang menyatakan bahwa pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pengaruh Persepsi Pelaku UKM terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) variabel Tingkat Pendidikan Pemilik memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya H3 diterima. Maka variabel Persepsi Pelaku UKM berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Menurut Tarmizi (dalam Ikhsan dan Ishak, 2005:57) persepsi adalah bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2014), Sofiah (2014) menunjukkan bahwa diperlukan adanya sosialisasi dari pemerintah untuk meningkatkan sosalisasi untuk memperkenalkan SAK ETAP dan mengubah persepsi para pengusaha Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) di lokasi penelitian.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) Pengaruh Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemikik, Persepsi Pelaku UKM terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng Berdasarkan hasil uji simultan, nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Artinya variabel Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Persepsi Pelaku UKM berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Hal ini menunjukkan jika pemerintah melakukan Sosialisasi SAK ETAP kepada pemilik UKM, Tingkat Pendidikan Pemilik yang dimiliki baik, dan Persepsi Pelaku UKM juga baik maka Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng dapat dilakukan. Penutup Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Persepsi Pelaku UKM terhadap Penggunaan SAK ETAP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Sosialisasi SAK ETAP memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Sehingga variabel Sosialisasi SAK ETAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. (2) Secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Pendidikan Pemilik memiliki nilai signifikansi sebesar 0,014 yang lebih kecil dari 0,05 yang artinya H2 diterima. Sehingga variabel Tingkat Pendidikan Pemilik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. (3) Secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Persepsi Pelaku
UKM memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang artinya H3 diterima. Sehingga variabel Persepsi Pelaku UKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. (4) Secara simultan dapat diketahui bahwa variabel Soalialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Persepsi Pelaku UKM memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan variabel Sosialisasi SAK ETAP, Tingkat Pendidikan Pemilik, dan Persepsi Pelaku UKM secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengggunaan SAK ETAP pada UKM di Kecamatan Buleleng. Saran Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya yaitu (1) Bagi Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian, untuk melakukan sosialisasi tentang SAK ETAP kepada para pemilik UKM agar para pemilik UKM tentang pentingnya SAK ETAP bagi UKM dan pemilik bisa lebih mudah melakukan pinjaman modal ke pihak lembaga keuangan sebagai syarat dalam peminjaman modal. (2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel lain atau meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan SAK ETAP pada UKM di wilayah lain. DAFTAR PUSTAKA Andriani, Lilya. 2014. Analisis Penerapan Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Sebuah Studi Interpretatif Pada Peggy Salon). Skripsi. Fakultas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017) Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Ganesha. Agnesti. 2010, Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Studi Kasus pada Sentra Industri Marmer Onix yang tersebar di Wilayah Desa Gamping Kec. Campurdarat Kab. Tulungagung, Skripsi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Kreitner,R.,and A. Kinichi. 2001. Organazational Behavior. Fifth Ed. Irwin MgGraw-Hill. Boston. Sari,
Arum Puspita. 2014. Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Studi Kasus Pada Perusahaan Rokok Trubus Alami), Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya: Malang.
Sariningtyas Pratiwi, W. Diah Tituk, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Pada Usaha Kecil Dan Menengah, Jurnal (JAKI Vol. 1 No.1 Hal.90-101), Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. Senoaji, Aditya Rizqi. 2014. GAP Analysis Penerapan SAK ETAP pada Penyusunan Laporan Keuangan UKM di Kabupaten Kudus (Studi pada UKM Puderenan Jaya),
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro: Semarang. Sofiah, Nurhayati dan Aniek Murniati. 2014. Persepsi Pengusaha UMKM Keramik Dinoyo Atas Informasi Akuntansi Keuangan Berbasis Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jurnal JIBEKA Volume 8 No 1. STIE ASIA Malang: Malang. Soraya, Elyana Ayu, dan Amir Mahmud. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jurnal ISSN 22526765. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang: Semarang. Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan ke-21. Penerbit: Cv Alfa Beta Bandung. Tarmizi, Rosmiaty, dkk. 2014. Pengaruh Persepsi Pengusaha Kecil Dan Menengah Terhadap Penggunaan SAK ETAP di Kota Bandar Lampung (Studi Pada Sentra Kripik Segalaminder Bandar Lampung). Republik Indonesia, Tahun 2008. Undang-undang, Nomor 20 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Jakarta: IAI.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No.1 Tahun 2017)