UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN SAK ETAP PADA KOPERASI X
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
PUTRI ATHIRAH ULFAH 0906553551
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2013
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini sebagai salah satu syarat kelulusan. Penulisan laporan magang ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis pun menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan kuliah dan laporan magang. Berikut adalah pihak-pihak tersebut. 1. Allah SWT atas semua rahmat dan kasih sayang-Nya yang selalu memberi petunjuk kepada penulis dalam pengerjaan laporan magang ini dan dalam setiap proses perkuliahan yang dijalani selam 4 tahun ini. 2. Orang tua saya yang selalu mendukung, berjuang dan memberikan kasih sayang kepada penulis tiada henti. Sepertinya belum ada kata yang cocok untuk membalas semua hal yang ayah dan ibu berikan. 3. Saudara penulis satu-satunya, Uni Thia, yang selalu berjuang untuk mengatasi sifat penulis. 4. Bapak Salim Siagian SE, MBA selaku pembimbing yang dengan kerelaan hati meluangkan waktu dan memberikan petunjuk sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan magang ini. 5. Ibu Ayu dan Pak Yusuf selaku penguji yang sangat membantu dalam memberikan saran yang konstruktif dalam perbaikan penulisan laporan magang. 6. Muhammad Ihsan S,
atas semua kesediaan waktu, pengorbanan dan
kesetiaan yang tiada henti untuk selalu mendengar semua cerita penulis dan memberi semangat.
iv Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
7. Ipeh, atas semua hal yang tidak bisa disebutkan satu persatu. You are my Hero! 8. Teman-teman Green Kost: Rindang, Fika, Yola, Wulan dan Manda atas semua perjuangan dan kerelaan hati menjadi tempat pengaduan pertama setiap pengalaman yang penulis rasakan. Sungguh mengharukan bisa sekosan bareng kalian. 9. Teman perjuangan di kampus, terutama Ghiki (yang ternyata bisa sidang di hari yang sama), Dina (teman sekelompok OPK yang terus bertahan hingga lulus), Febrina, Odi, Mian Christy, Selly, Rifa yang membuat dunia perkuliahan menjadi menyenangkan dan tak terlupakan. 10. Teman-teman bakduners SMA N 10 Padang angkatan 2006: Cudil, Paul dan Wulan. 11. Tek Tin atas semua bantuaan dan kesediaannnya meluangkan waktu untuk konsultasi terkait penulisan laporan magang. 12. Om Fahmi yang selalu membantu mendoakan kelancaran proses kuliah penulis dan dalam penulisan laporan magang. 13. Ibu Dra. Erimurni dan teman-teman magang di KAP Erimurni yaitu Eka, Kak Riyan, Ian, dan Mba Tari, yang selalu bersedia membantu kelancaran penulisan laporan magang penulis. 14. Tim Tax Dispute MUC, yaitu Mas Nurdin selaku Manajer, Mba Shinta selaku Asisten Manajer, dan Mba Yuri atas semua kebaikan dan pengertiaannya untuk memberi izin kepada penulis jika berhalangan hadir ke kantor untuk menyelesaikan laporan magang. 15. Teman-teman seperjuangan MUC, terutama Candra, Cindy, Gege, Vency, Dea,
Icha
dan
Iqbal
yang
membuat
suasana
kantor
menjadi
menyenangkan. Terima kasih atas semangat, dukungan, dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Semoga Allah SWT membalasnya. Amin Depok, Juli 2013 Putri Athirah Ulfah
v Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Putri Athirah Ulfah : Akuntansi : Penerapan SAK ETAP Pada Koperasi X
Laporan magang ini membahas penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Koperasi X yang ditujukan untuk mengetahui cara penerapan SAK ETAP yang dilakukan oleh Koperasi X sekaligus melakukan review aspek-aspek yang dinilai untuk melihat ketepatan SAK ETAP pada Koperasi X. Pemeriksaan dilakukan atas kesesuaian antara perlakuan akuntansi yang berlaku, khususnya dalam bentuk penyajian laporan keuangan dengan teori yang ada. Hasil pemeriksaan tentang perlakuan akuntansi, khususnya dalam penyajian laporan keuangan yang diterapkan oleh Koperasi X telah sesuai dengan SAK ETAP. Dalam proses magang di KAP Erimurni yang mengaudit Koperasi X diketahui bahwa aset Koperasi X berjumlah Rp 709.006.699.653,- dan dana pihak ketiga dalam bentuk simpanan berjangka berjumlah Rp 668.778.780.398,- yang dapat mengindikasikan kemungkinan deposannya yang cukup banyak, baik anggota maupun non anggota. Kata Kunci: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Koperasi
vii Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT Name Study Program Title
: Putri Athirah Ulfah : Accounting : SAK ETAP Implementation on Cooperative X
The internship report discusses the implementation of Indonesian Accounting Standard for Non-Publicly-Accountable Entities (IAS NPAE) of Cooperative X which is aimed to find out the way of Cooperative X in implementing IAS NPAE and to review the aspects assessed in seeing the accuracy of Cooperative X in implementing it. Audit is done based on the suitability of accounting treatment, especially in form of financial statements presentation, compared to existing theories. Audit result shows related to the accounting treatment, especially in financial statements presentation, implemented by Cooperative X are already in accordance with IAS NPAE. During internship process in KAP Erimurni, which audited Cooperative X, there is a finding that the Cooperative X’s assets in amount Rp 709.006.699.653,- and third party fund in form of time deposit in amount of Rp 668.778.780.398,- could indicate the possibility of having large number of depositors, which includes members and non-members.
Key Word : SAK ETAP, Cooperative
viii Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………… HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. KATA PENGANTAR………………………………………………………….. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………. ABSTRAK……………………………………………………………………… ABSTRACT……………………………………………………………….......... DAFTAR ISI……………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. DAFTAR TABEL………………………………………………………………
i ii iii iv vi vii viii ix xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………...................... 1.1 Latar Belakang Topik….………………………………………................ 1.2 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Program Magang..……………………. 1.3 Tujuan Penulisan Laporan………………………………………………... 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang..……………………………..... 1.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang..………………………………………….. 1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang……………………………... 1.7 Metode Penulisan Laporan Magang……………………………………… 1.8 Sistematika Penulisan…………………………………………………….
1 1 2 3 3 3 5 6 6
BAB 2 LANDASAN TEORI…………………………………………………... 2.1 Koperasi………………………………….………………………............. 2.1.1 Pengertian Koperasi..…………………………………………... 2.1.2 Landasan dan Azas Koperasi…………………………………... 2.1.3 Tujuan Koperasi………………………………………………... 2.1.4 Prinsip Koperasi………………………………………………... 2.1.5 Landasan Hukum Koperasi…………………………………….. 2.1.6 Jenis-Jenis Koperasi…………………………………………… 2.2 Koperasi Simpan Pinjam..……………………………………….............. 2.3 Standar Akuntansi Koperasi………………………………………............ 2.4 Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)………………………………………. 2.5 Kebijakan Akuntansi Menurut SAK-ETAP……………………………… 2.5.1 Pengakuan………...……………………………………………. 2.5.2 Pengukuran……………………………………………………... 2.5.3 Penyajian………..……...……………………………………..... 2.6 Penyajian Laporan Keuangan Menurut SAK-ETAP…………………..…. 2.6.1 Neraca………………………………………………………....... 2.6.2 Laporan Laba Rugi……………………………………………... 2.6.3 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba……………………..………..…………………………….. 2.6.4 Laporan Arus Kas………………..…………………………….. 2.6.4.1 Aktivitas Operasi……………………………………
8 8 8 8 9 9 9 12 13 14 15
ix Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
18 18 20 20 21 21 22 22 23 23
2.7
2.6.4.2 Aktivitas Investasi………………………………….. 2.6.4.3 Aktivitas Pendanaan………………………………... 2.6.5 Catatan Atas Laporan Keuangan….……………………………. Perbedaan SAK ETAP dan PSAK.....………………………………........
24 24 24 25
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN………………………………..…………... 3.1 Gambaran Umum Koperasi X.………………………………………..... 3.2 Visi dan Misi Koperasi X……………..………………………………… 3.3 Produk dan Jasa yang Disediakan Koperasi X…………………………. 3.4 Struktur Organisasi Koperasi X…………………………………………
35 35 35 35 36
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS…………………………………….. 4.1 Standar Akuntansi untuk Koperasi X…………………………………….. 4.2 Analisis Kesesuaian Neraca Koperasi X terhadap SAK ETAP….……..... 4.2.1 Aset……………………………………………………………... 4.2.1.1 Kas dan Setara Kas.......…………………………….. 4.2.1.2 Aset Tetap…………………………………………... 4.2.2 Kewajiban……....………………………………………………. 4.2.3 Ekuitas………………………………….……………………..... 4.3 Analisis Kesesuaian Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X terhadap SAK ETAP……………………………………………………... 4.3.1 Pendapatan……………..……………………………………...... 4.3.2 Beban…….……………………………………………………... 4.4 Analisis Kesesuaian Laporan Arus Kas Koperasi X terhadap SAK ETAP 4.4.1 Aktivitas Operasi……………………………………………….. 4.4.2 Aktivitas Investasi……………………………………………… 4.4.3 Aktivitas Pendanaan………………………………..................... 4.5 Analisis Kesesuaian Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi X terhadap SAK ETAP……………………………………………………….
40 40 42 44 46 47 49 51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…...……………………………………. 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 5.2 Saran untuk KAP Erimurni………………………………………………
61 61 62
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
63
x Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
51 53 54 55 56 57 58 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Koperasi X…………..……………..
xi Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
36
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13
Perbedaan PSAK dengan SAK ETAP…………..…………….. Checklist Pos Neraca Minimal Menurut SAK ETAP ………… Ilustrasi Pos Aset Neraca Koperasi X….……………………… Ilustrasi Pos Kas dan Setara Kas Pada Neraca Koperasi X…… Ilustrasi Pos Aset Tetap Pada Neraca Koperasi X.................... Daftar Aset Tetap Koperasi X dan Metode Penyusutannya…… Ilustrasi Pos Kewajiban Pada Neraca Koperasi X...................... Ilustrasi Pos Ekuitas Pada Neraca Koperasi X........................... Checklist Pos Minimal Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X….……………….……………................................ Ilustrasi Pos Pendapatan Pada Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X ……………………………………………… Ilustrasi Pos Beban Pada Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X.......…………….……………….………………... Ilustrasi Arus Kas dari Aktivitas Operasi pada Laporan Arus Kas Koperasi X……………….……………….………………... Ilustrasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi pada Laporan Arus Kas Koperasi X……………….……………….……………….. Ilustasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan pada Laporan Arus Kas Koperasi X..........................................................................
xii Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
25 42 45 46 47 48 50 51 53 54 55 56 57 58
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Topik Koperasi merupakan salah satu bentuk dari organisasi yang mudah ditemui di Indonesia. Asas koperasi yang menjunjung tinggi kekeluargaan dalam kegiatannya akrab dengan budaya yang telah mendarah daging dalam masyarakat. Selain itu koperasi juga memiliki peran penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat dengan ekonomi lemah. Sebagai contoh, koperasi simpan pinjam dapat memberikan solusi pendanaan bagi masyarakat. Hal ini menjadi salah satu alasan mampunya koperasi tetap mempertahankan eksistensinya di tengah perkembangan ekonomi yang menyediakan berbagai alternatif ragam organisasi lain. Oleh karena itu, koperasipun menjadi menarik untuk dijadikan objek penelitian di berbagai bidang ilmu. Koperasi saat ini dituntut untuk lebih transparan dalam melaporkan setiap hasil dari aktivitas yang telah dicapai. Sama halnya dengan organisasi lain, salah satu bentuk transparansi yang harus dilakukan koperasi adalah dengan cara menyusun dan menerbitkan laporan keuangan organisasi dengan mengikuti standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP) disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK-IAI) sebagai solusi bagi perusahaan menengah dan kecil yang sering menemukan kesulitan dalam menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang selama ini berlaku. Perusahaan kecil dan menengah dapat memilih untuk menggunakaan standar akuntansi yang akan mereka gunakan selama memenuhi syarat sebagai entitas yang diperbolehkan menggunakan SAKETAP dan dijalankan secara konsisten. Selain perusahaan kecil dan menengah, ada beberapa perusahaan lain yang menggunakan SAK-ETAP sebagai standar akuntansinya berdasarkan peraturan pemerintah bersama IAI. Salah satu entitas tersebut ialah koperasi. Ditambah dengan semakin hangatnya pembahasan SAK-ETAP dewasa ini dan dengan terus dilakukannya penyempurnaan standar tersebut melalui 1 Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
2
konvergensi IFRS for SME, membuat penerapan SAK-ETAP menjadi suatu topik yang menarik untuk diamati. Terutama pembahasan penerapan SAK-ETAP ini pada entitas koperasi yang menjadi fokus pembahasan pada bab-bab selanjutnya, khususnya pada bentuk penyajian laporan keuangan.
1.2 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Program Magang Pelaksanaan program magang merupakan wadah yang menjembatani antara penguasaan teori dan penerapan praktik secara profesional. Setiap individu akan menerapkannya dengan cara masing-masing. Idealnya, setiap teori akan memudahkan dalam penerapan aplikasinya. Lebih lanjut, program magang akan mengasah kemampuan softskill setiap individu. Hal ini dapat berupa kedisiplinan dalam manajemen waktu karena setiap peserta harus dapat memahami dan menjalani setiap aturan yang sudah ditetapkan di dalam lingkungan pekerjaan. Secara tidak langsung, program magang juga mengasah kemampuan komunikasi diantara rekan kerja maupun atasan. Di dalam pelaksanaan program magang, maka setiap peserta biasanya akan diawasi oleh atasannya masing-masing di dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Timbulnya kendala yang sebelumnya tidak pernah ditemukan di dalam bangku perkuliahan memaksa setiap peserta harus jeli di dalam penyelesaian masalah. Hal ini akan membuat setiap peserta melatih jiwa kepemimpinannya sendiri dan belajar bertanggung jawab atas setiap kewajiban yang diberikan. Program magang yang berlangsung kurang lebih selama 3 (tiga) bulan secara tidak langsung juga akan menimbulkan pengalaman tersendiri. Dimulai dengan mengamati, beradaptasi hingga akhirnya mulai terbiasa dengan suasana lingkungan pekerjaan menjadi bekal dalam menghadapi dunia kerja yang nyata. Terakhir, program magang juga dapat berguna sebagai ajang untuk mencari passion yang belum ditemukan selama proses perkuliahan. Setiap peserta akan bisa menimbang-nimbang kecocokan pekerjaan dengan minat yang dimiliki.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
3
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan pokok permasalahan, penelitian ini memiliki tujuan yang hendak dicapai, yakni: 1. Untuk mengetahui cara penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam pemeriksaan umum (general audit) pada Koperasi X. 2. Untuk melakukan review aspek-aspek yang dinilai untuk melihat ketepatan SAK ETAP pada Koperasi X.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Program magang ber-sks dilakukan di Kantor Akuntan Publik Erimurni yang beralamat di Jl.Sawahlunto No.20 Manggarai, Jakarta Selatan. Kegiatan magang ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan dari tanggal 4 Februari 2013 hingga 30 April 2013. Jam kerja yang diikuti sesuai dengan aturan kantor yaitu hari Senin sampai Jumat dimulai dari pukul 08.30 sampai pukul 17.30. Penulis menempati posisi sebagai Junior Auditor dan diawasi oleh seorang Senior Auditor.
1.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang Pelaksanaan kegiatan magang dimulai pada bulan Februari 2013 hingga April 2013. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) beberapa perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diberikan. Tugas ini dilakukan selama beberapa hari hingga akhirnya diberi tanggung jawab untuk memulai pembuatan working balance sheet dan working profit and loss yang dibuat berdasarkan laporan keuangan yang diberikan. Pada hari-hari berikutnya, rutinitas yang dilakukan adalah pengenalan pekerjaan di tempat klien. Proses magang dilaksanakan berupa ikut serta dalam kerja lapangan ke beberapa klien. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan adalah melakukan vouching dokumen, cash opname, stock opname, pembuatan konfirmasi hingga ikut dalam uji petik ke beberapa cabang klien. Pada umumnya sifat bisnis klien tempat penulis melakukan magang adalah perusahaan yang mendapat dana APBD, tetapi banyak juga yang merupakan perusahaan swasta.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
4
Mendekati bulan terakhir aktivitas magang, kegiatan difokuskan pada tanggung jawab kepada satu klien yang menjadi topik di dalam penulisan laporan magang ini. Audit yang dilakukan adalah audit keseluruhan untuk tahun 2012. Tanggung jawab ini berfokus pada proses audit untuk Koperasi X. Hal yang pertama dilakukan dimulai dari melakukan penawaran dengan cara mengajukan proposal kepada klien yang merupakan klien lama. Hasil pertemuan yang dilakukan atas penunjukan KAP Erimurni sebagai auditor perusahaan tersebut dituangkan dalam surat perikatan audit (audit engagement letter). Di dalam surat perikatan audit memuat tujuan dan lingkup audit atas laporan keuangan, tanggung jawab auditor, tanggung jawab manajemen, penjelasan mengenai kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan untuk membuat laporan keuangan, dan panduan bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan auditor dan pernyataan adanya kondisi yang menyebabkan perubahan di dalam penerbitan laporan audit. Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, pihak dari KAP Erimurni menyusun strategi pengauditan awal, program audit dan rencana yang dibutuhkan kedepannya. Strategi ini mempertimbangkan keberadaan klien, risikorisiko salah saji, lokasi-lokasi keberadaan klien beserta unit kerja dan pengendalian internal klien yang sebelumnya. Strategi ini juga dijabarkan dalam pemilihan staf yang akan diikutsertakan dalam penugasan audit. Staf yang ikut tersebut disatukan dalam sebuah tim yang dikepalai oleh ketua tim yang beranggotakan 3 (tiga) orang anggota termasuk penulis. Dalam penugasan yang dijalankan, karena merupakan klien lama dan pihak manajer mengetahui dengan cukup ruang lingkup bisnis klien maka sejauh ini tidak membutuhkan adanya para ahli dari pihak luar. Selanjutnya, praktik audit yang dilakukan selama proses magang dimulai dari pengecekan bukti-bukti seperti general ledger dengan bukti pengeluaran kas. Pengecekan bukti-bukti ini dilakukan untuk menentukan apakah saldo akhir beserta catatan-catatan atas laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Di dalam tahap ini juga membantu ditemukannya temuan-temuan audit yang dapat
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
5
disampaikan kepada pihak manajemen ataupun yang dapat dituangkan di dalam management letter. Kemudian, penugasan dilanjutkan dengan melakukan uji petik ke berbagai cabang koperasi. Kegiatan yang dilakukan berupa stock opname, cash opname dan penilaian atas pembukuan dan pencatatan yang dilakukan oleh masing-masing cabang koperasi. Sejauh temuan yang didapatkan tidak material, akan dibicarakan dalam rapat penutup pada setiap cabang koperasi. Adanya keterbatasan waktu pelaksanaan program magang yang dimiliki penulis, maka penulis sebagian besar tidak bisa ikut serta dalam pelaksanaan uji petik ke berbagai cabang koperasi yang tersebar di beberapa kota besar di Pulau Jawa. Di dalam tahapan terakhir, penulis juga tidak terlibat dalam penyusunan draft laporan audit. Penyusunan draft laporan audit dilakukan oleh Ketua tim yang selanjutnya disusul dengan adanya pertemuan draft audit. Setelah draft disetujui oleh pihak klien, maka proses audit diakhiri dengan penerbitan laporan audit yang disertai dengan management letter.
1.6 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini akan membahas SAK-ETAP pada entitas yang diperbolehkan menggunakan SAK ETAP, khususnya Koperasi X. Termasuk di dalamnya melakukan analisis mengenai kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh Koperasi X dengan SAK-ETAP yang berlaku di Indonesia. Selain itu, juga akan dibahas mengenai perbedaan standar akuntansi yang diatur dalam SAK-ETAP dengan standar akuntansi yang diuraikan dalam PSAK. Analisis pada Koperasi X ini dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan Koperasi X dengan landasan teori dan peraturan yang mendasarinya yang diatur dalam SAK ETAP. Data penulisan laporan magang diambil dari laporan keuangan Koperasi X tahun 2011 yang telah diaudit. Data yang diambil bukanlah data terbaru (2012) dikarenakan penugasan audit untuk laporan keuangan yang berakhir tahun 2012
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
6
masih berlangsung hingga masa penulisan laporan berakhir sehingga informasi tidak andal untuk digunakan.
1.7 Metode Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini disusun berdasarkan data dan informasi yang didapat selama proses magang. Data dan informasi tersebut diperoleh dengan cara observasi melalui hasil wawancara serta penelusuran dokumen internal klien. Penggunaan dokumen internal klien terikat perjanjian untuk menjaga kerahasiaan Koperasi X. Dalam penyusunannya, metode yang dilakukan adalah deskriptif analitis yang juga menggunakan studi literatur dengan cara membaca dan mempelajari referensi terkait.
1.8 Sistematika Penulisan Laporan magang ini terbagi menjadi 5 (lima) bab disertai dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bab 1.Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang topik, tujuan pelaksanaan program magang, tujuan penulisan laporan, tempat dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan kegiatan magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, metode penulisan laporan magang dan sistematika penulisan. 2. Bab 2. Landasan Teori Bab ini membahas aspek teori yang terkait sebagai dasar untuk melakukan analisis yang akan dibahas di laporan ini. Isi dari bab ini mencakup pembahasan mengenai teori koperasi secara rinci yang diatur dalam Undang-undang No 25 Tahun 1992 dan standar akuntansi, yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang berlaku untuk koperasi. 3. Bab 3. Gambaran Umum Perusahaan Bab ini menjelaskan gambaran deskriptif mengenai klien yang menjadi sumber data dalam penulisan laporan magang yang dijabarkan dalam
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
7
gambaran umum perusahaan, visi dan misi, jenis jasa yang ditawarkan, dan struktur organisasi. 4. Bab 4. Pembahasan dan Analisis Bab ini memaparkan analisis dari kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh Koperasi X dikaitkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu SAK ETAP. 5. Bab 5.Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan akhir yang diperoleh dari analisis terhadap perusahaan Koperasi X dan permasalahan yang dibahas serta pandangan yang berupa saran yang relevan dengan hasil analisis yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Koperasi 2.1.1. Pengertian Koperasi Koperasi dikenal sebagai badan usaha yang dibangun dari dan untuk anggota. Hal ini dikarenakan modal pendirian koperasi berasal dari anggotanya dan beroperasi berdasarkan keputusan dari semua anggota yang terdaftar. Menurut UU No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Hal ini mengandung makna bahwa koperasi sebagai badan usaha memiliki perbedaan dengan badan usaha lainnya yang dapat dilihat dari hakikat organisasi dan makna tujuan usaha yang terkandung. Koperasi menekankan bahwa terdapat kesamaan kepentingan dan hak para anggotanya sehingga keputusan tertinggi pada koperasi ditentukan oleh semua anggota koperasi. Berbeda dengan badan usaha bukan koperasi yang bergantung pada kekuatan pemilik modal usaha sehingga keputusan diambil sesuai dengan signifikansi kepemilikan modal. Jadi dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha ataupun badan hukum yang dijalankan oleh sekelompok orang dan bukan kumpulan modal dengan melandaskan kegiatannya sesuai prinsip koperasi untuk menyejahterakan kepentingan anggotanya pada khususnya. 2.1.2. Landasan dan Asas Koperasi Dalam pelaksanaan kegiatan operasional, UU No 25 Tahun 1992 menyebutkan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Asas ini mengandung makna bahwa diperlukan kesadaran dari setiap anggota koperasi untuk melaksanakan segala sesuatu di dalam koperasi dari dan untuk semua anggota koperasi. Sesuai dengan 8 Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
9
asas tersebut maka semua anggota akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. 2.1.3. Tujuan Koperasi UU No 25 Tahun 1992 menyebutkan bahwa tujuan pendirian koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dari penjelasan tujuan tersebut, hal ini mengandung makna bahwa tujuan koperasi tidak berfokus pada pencarian laba karena tolak ukur utama yang menjadi pertimbangan adalah kesejahteraan para anggotanya. 2.1.4. Prinsip Koperasi Di
dalam
himpunan
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
kelembagaan koperasi menjelaskan bahwa prinsip koperasi terdiri dari 5 (lima) poin penting, yakni: 1. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian. Prinsip ini mengandung makna bahwa koperasi merupakan organisasi bagi yang bersedia menggunakan jasa-jasa yang diberikan secara sukarela dan bertanggung jawab atas status keanggotaan yang dimiliki. 2.1.5. Landasan Hukum Koperasi Pada 18 Oktober 2012, Kementerian Koperasi dan UKM baru saja melahirkan Undang-undang Perkoperasian terbaru, yaitu perubahan dari UndangUndang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 17 Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
10
Tahun 2012. Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian kebutuhan hukum dan perkembangan
perkoperasian
di
Indonesia.
Adanya
perubahan
tersebut
menimbulkan beberapa perbedaan antara makna yang tercantum di dalam UU No 25 Tahun 1992 dengan UU No 17 Tahun 2012. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi: a. Pengertian koperasi. Di dalam UU No 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa pengertian koperasi adalah badan usaha dan badan hukum yang beranggotakan orang-seorang, sedangkan UU No 17 Tahun 2012 mendefinisikan koperasi sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang peseorangan. Perbedaan tersebut dapat terlihat adanya penggunaan pengertian koperasi yang lebih luas karena mencakup definisi badan usaha dan badan hukum pada UU No 25 Tahun 1992, sedangkan UU No 17 Tahun 2012 hanya mensyaratkan koperasi sebagai badan hukum. Koperasi tidak lagi menguraikan falsafah, prinsip, dan landasan-landasan sebagai pedoman dalam melakukan usaha layaknya karakteristik badan usaha, tetapi definisi koperasi terbaru bersifat lebih mengingat dan mempunyai sanksi yang tegas jika ada pelanggaran. Hal ini dikarenakan karena koperasi hanya merupakan badan hukum. b. Penjelasan modal koperasi. Ruang lingkup modal koperasi yang dijabarkan di dalam UU No 17 Tahun 2012 lebih jelas, yaitu adanya pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha sehingga dari definisi tersebut mengandung penegasan bahwa modal yang digunakan koperasi bebas dari modal asing. c. Makna prinsip koperasi. Makna prinsip koperasi yang dituangkan di dalam UU No 25 Tahun 1992 tidak hanya menekankan sifat keanggotaan dan pengelolaan koperasi tetapi juga balas jasa dari sisa hasil usaha yang didapat. Sedangkan di dalam UU No 17 Tahun 2012, prinsip koperasi fokus pada pelayanan prima dan merevisi prinsip koperasi yang menekankan pada balas jasa dari sisa hasil usaha. Prinsip-prinsip tersebut yakni: Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
11
i.
Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
ii.
Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis.
iii.
Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.
iv.
Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen.
v.
Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,
pengawas,
pengurus,
dan
karyawannya,
serta
memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi. vi.
Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional.
vii.
Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.
d. Hubungan koperasi dengan bidang-bidang lain Berdasarkan UU No 25 Tahun 1992, koperasi hanya berupa gerakan ekonomi rakyat sehingga dampak koperasi hanya mencakup bidang ekonomi. Sedangkan, UU No 17 Tahun 2012 menambahkan adanya cakupan koperasi yang tidak terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya. Hal ini dituangkan di dalam definisi koperasi, yang menyebutkan bahwa koperasi adalah badan hukum yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip. e. Pedoman koperasi Di dalam UU No 17 Tahun 2012 menambahkan adanya pedoman koperasi yang tidak hanya terbatas pada prinsip koperasi, tetapi juga kepatuhan terhadap nilai yang dianut. Nilai yang dianut dibagi menjadi 2 (dua) yaitu nilai yang mendasari kegiatan koperasi dan nilai yang diyakini anggota koperasi. Nilai yang mendasari kegiatan koperasi meliputi: kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
12
berkeadilan dan kemandirian. Sedangkan, nilai yang diyakini anggota koperasi, yaitu kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab dan kepedulian terhadap orang lain. 2.1.6. Jenis-Jenis Koperasi Menurut buku saku perkoperasian yang diterbitkan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manudia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2010) menyebutkan bahwa jenis koperasi terbagi lima, yaitu: 1. Koperasi Produsen. Koperasi produsen adalah koperasi yang anggota-anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. 2. Koperasi Konsumen. Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota. Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Sebagai konsumen, anggota mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar. 3. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi simpan pinjam bertugas menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota yang memenuhi Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
13
kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota agar menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini, anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customer). Sebagai nasabah, anggota melaksanakan kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela dan deposito yang merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari anggota itu menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota atau calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP) atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. 4. Koperasi Pemasaran Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Anggota berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan demikian bagi anggota, koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi. 5. Koperasi Jasa. Koperasi jasa adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah konsumen jasa atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. 2.2
Koperasi Simpan Pinjam Di dalam Standar Operasional Prosedur Koperasi Simpan Pinjam
disebutkan bahwa koperasi simpan pinjam (KSP) adalah koperasi yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang simpan pinjam. Sedangkan Unit Simpan Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
14
Pinjam (USP) adalah unit usaha koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan. KSP/USP merupakan lembaga intermediasi yang bertugas menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan/atau anggotanya lalu dana tersebut disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi dan atau anggotanya. 2.3
Standar Akuntansi Koperasi Awalnya, pedoman dalam standar akuntansi koperasi menggunakan PSAK
27. Di dalam PSAK 27 mengatur sistem akuntansi atas transaksi yang meliputi transaksi setoran anggota koperasi, transaksi usaha koperasi dengan anggotanya, transaksi yang spesifik pada koperasi dan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Namun, pada 23 Oktober 2010, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mengeluarkan Exposure Draft Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) No. 8 terkait PSAK 27 yang membahas akuntansi koperasi sehingga pernyataan ini berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012. PPSAK No. 8 menyebutkan bahwa pencabutan PSAK 27 adalah dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial Reporting Standard atau IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk suatu industri tertentu. Hal ini dikarenakan pengaturan akuntansi secara prinsip sudah ada dalam SAK yang mengacu ke IFRS. PPSAK 8 lebih lanjut menyatakan, dengan dikeluarkannya pernyataan pencabutan ini, entitas menerapkan SAK lain, yang prinsip di dalamnya menggantikan prinsip-prinsip PSAK 27. Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Pada jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIV (Veronica, S., & Rudiantoro, R, 2011) menyebutkan bahwa lahirnya SAK ETAP dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan SAK khusus untuk UKM agar bisa memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan dan dapat memberikan informasi akuntansi terkait kondisi usahanya sehingga pengusaha UKM dapat memenuhi persyaratan dalam Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
15
pengajuan kredit berupa laporan keuangan, mengevaluasi kinjera, mengetahui posisi keuangan, menghitung pajak dan manfaat lainnya. Terkait dengan kondisi di atas, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tahun 2009 telah mensahkan Standar Akuntansi untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP tersebut akan berlaku efektif per 1 Januari 2011 namun penerapan sebelum tanggal efektif diperbolehkan, yaitu untuk menyusun laporan keuangan pada atau setelah 1 Januari 2010. Sebagai tambahan, Martani (2011) menyebutkan bahwa entitas yang dikategorikan sebagai Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) dapat memilih tetap menggunakan PSAK – IFRS atau menggunakan SAK ETAP. ETAP yang tetap memilih menggunakan PSAK – IFRS tidak boleh dikemudian hari berubah menggunakan SAK ETAP. Entitas dengan akuntabilitas publik yang kemudian telah memenuhi persyaratan sebagai ETAP dapat menggunakan SAK ETAP. 2.4 Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) Sebagaimana namanya, SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, sebagaimana didefinisikan oleh IAI sebagai berikut: a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Lebih lanjut, SAK ETAP dalam paragraf 2.1 hingga 2.11 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
16
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang yang wajar. Namun demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. c. Materialitas Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstament). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas. d. Keandalan Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi yang memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian
informasi)
jika
dimaksudkan
untuk
mempengaruhi
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
17
pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu. e. Substansi mengungguli bentuk Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan. f. Pertimbangan sehat Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung
unsur
kehati-hatian
pada
saat
melakukan
pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak mengizinkan bias. g. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi. h. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
18
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut. i. Tepat waktu Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relatif antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. j. Keseimbangan antara biaya dan manfaat Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal. 2.5 Kebijakan Akuntansi menurut SAK-ETAP 2.5.1 Pengakuan Laporan keuangan menurut SAK ETAP disebutkan dalam paragraf 3.12 yang menyatakan bahwa laporan keuangan entitas meliputi neraca, laporan laba Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
19
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dan SAK ETAP mensyaratkan dalam paragraf 3.9 bahwa informasi di dalam laporan keuangan harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan).
Entitas memasukkan
informasi komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Ketika menentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang sesuai dengan kriteria yang diatur dikenal istilah pengakuan unsur laporan keuangan. SAK ETAP paragraf 2.24 menjelaskan bahwa pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Lebih lanjut dalam paragraf 2.28-2.29 menyebutkan bahwa suatu pos yang pada saat tertentu tidak dapat memenuhi kriteria pengakuan dapat memenuhi syarat untuk diakui di masa depan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang terjadi kemudian. Dan suatu pos yang gagal memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau skedul tambahan. Pada saat menyusun laporan keuangan, SAK ETAP dalam paragraf 2.33 mengharuskan entitas untuk menggunakan dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, dan ekuitas, penghasilan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan yang diatur dalam paragraf 2.34 - 2.38 sebagai berikut. 1. Aset Pengakuan aset diperbolehkan hanya jika aset tersebut memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan mengalir dari dan ke entitas tersebut, dan aset tersebut dapat diukur secara andal. Adanya aset yang tidak diakui disebabkan pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonomi diduga tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
20
Kondisi ini akan menyebabkan timbulnya pengakuan beban dalam laporan laba rugi. 2. Kewajiban Pengakuan
kewajiban
dilakukan
jika
terdapat
pengeluaran
yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan dapat diukur secara andal. 3. Penghasilan Pengakuan penghasilan didapat jika terdapat peningkatan aset ataupun penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur secara andal. 4. Beban Pengakuan beban dapat dilakukan jika terdapat penurunan nilai aset dan peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. 5. Laba atau rugi Laba atau rugi merupakan selisih antara penghasilan dan beban yang dilaporkan di dalam laporan laba rugi. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan. 2.5.2 Pengukuran SAK ETAP paragraf 2.30 – 2.31 mendefinisikan bahwa pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang umum digunakan adalah biaya historis dan nilai wajar. 2.5.3 Penyajian SAK ETAP dalam paragraf 3.2-3.4 menyebutkan bahwa laporan keuangan menyajikan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas secara wajar dan harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP bahwa entitasnya mengikuti SAK ETAP. Perihal Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
21
timbulnya penggunaan kebijakan akuntansi yang bukan diatur di dalam SAK ETAP, maka penjelasan mengenai hal tersebut wajib untuk diungkapkan. Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Jika manajemen menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Lebih lanjut dalam paragraf 3.6-3.7 SAK ETAP menyebutkan bahwa penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali terdapat perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau SAK ETAP mensyaratkan adanya suatu perubahan. Dalam hal jika terjadinya perubahan pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tidak praktis. Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif direklasifikasi, yaitu sifat reklasifikasi, jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi, dan alasan reklasifikasi. Dalam menyajikan laporan keuangan yang diatur dalam paragraf 3.10-3.11, pos-pos material yang disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat ataun fungsi sejenis. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi pengguna laporan dalam mengambil keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi faktor penentu. 2.6 Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK-ETAP 2.6.1 Neraca Di dalam penyusunan neraca, SAK ETAP dalam paragraf 4.2 dan 4.4 mengatur beberapa informasi penting yang harus dijabarkan di dalam neraca. Informasi tersebut meliputi kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
22
utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, dan ekuitas. Lebih lanjut, SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan. Bentuk penyajian aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang harus disajikan dalam klasifikasi terpisah dalam neraca sesuai yang disebutkan paragraf 4.5, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya. 2.6.2 Laporan Laba Rugi Disamping neraca, laporan yang harus disusun adalah laporan laba rugi. SAK ETAP mengatur penjelasan mengenai laporan laba rugi tersebut dalam paragraf 5.2-.5.4 yaitu sebagai berikut. Laporan laba rugi merupakan laporan yang memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. Informasi yang wajib disampaikan minimal mencakup hal-hal berikut, yakni pendapatan, beban keuangan, bagian laba atau rugi dari investasi yang menguntungkan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi neto. SAK ETAP mengharuskan entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Hal yang dilarang adalah entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan. 2.6.3 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Laporan perubahan ekuitas diperlukan untuk menyajikan laba atau rugi suatu entitas dalam suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan jumlah investasi serta jumlah dividen dan
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
23
distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut sesuai yang dijelaskan dalam paragaraf 6.2. Lebih lanjut dalam paragraf 6.4-6.5, disamping laporan perubahan ekuitas, entitas wajib menyusun laporan laba rugi dan saldo laba. Laporan ini berfungsi untuk menyajikan laba atau rugi entitas dan perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan. Jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi maka SAK ETAP memperbolehkan entitas hanya menerbitkan laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas. Informasi yang wajib disampaikan di dalam laporan laba rugi dan saldo laba meliputi saldo laba pada awal periode pelaporan, dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode, penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu, penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi, dan saldo laba pada akhir periode pelaporan. 2.6.4 Laporan Arus Kas SAK ETAP menyebutkan dalam bab 7 mengenai laporan arus kas bahwa laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. 2.6.4.1 Aktivitas operasi. Aktivitas operasi memaparkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan. Hal ini dapat berupa penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain, pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan, pembayaran kas atau restitusi pajak, dan penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan dengan tujuan dijual kembali.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
24
Dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi, SAK ETAP telah mengatur agar entitas menggunakan metode tidak langsung. Metode ini mengatur penyesuaian laba atau rugi neto dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Penggunaan metode ini fokus pada dampak dari perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan, pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, dan keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, dan semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. 2.6.4.2 Aktivitas Investasi. Arus kas dari aktivitas investasi merupakan cerminan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas tersebut dapat berasal dari pembelian ataupun penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya, pembelian ataupun penjualan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture, pemberian dan penerimaan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada dan dari entitas lain. 2.6.4.3 Aktivitas Pendanaan. SAK ETAP menyebutkan bahwa arus kas pendanaan dapat berasal dari penerimaan atas penerbitan saham atau efek ekuitas lain, pembayaran kas untuk menarik atau menebus saham entitas kepada para pemegang saham, penerimaan dan pembayaran kas terkait penerbitan dan pelunasan
pinjaman, wesel, dan
pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya, serta pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. 2.6.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Dalam paragraf 8.1 disebutkan bahwa catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
25
Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Lebih spesifik, SAK ETAP dalam paragraf 8.2-8.3 mengatur bahwa struktur catatan atas laporan keuangan disusun secara sistematis dan harus memuat tiga poin penting, yakni informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan, informasi yang disyaratkan oleh SAK tetapi tidak disampaikan di dalam laporan keuangan, dan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan. Dalam paragraf 8.4 disebutkan bahwa secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut. 1. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK ETAP. 2. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan. 3. Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan yang sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos tersebut. 4. Pengungkapan lain. 2.7 Perbedaan SAK ETAP dan PSAK Secara rinci, perbedaan yang PSAK dan SAK ETAP adalah sebagai berikut (Wirahardja, R., & Wahyuni, E.T, 2009): No Elemen
PSAK
1
i. Laporan posisi Sama dengan PSAK, keuangan kecuali informasi yang ii. Informasi yang disajikan dalam neraca, disajikan dalam laporan yang menghilangkan posisi keuangan pos: iii. Pembedaan aset lancar i. Aset keuangan dan tidak lancar dan ii. Properti investasi yang liabilitas jangka pendek diukur pada nilai wajar
Penyajian Laporan Keuangan
SAK ETAP
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
26
Laporan Rugi
Laba
dan jangka panjang iv. Aset lancar v. Liabilitas jangka pendek vi. Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan (Perubahan istilah di ED PSAK 1: Neraca menjadi Laporan Posisi Keuangan. Kewajiban (liability) menjadi liabilitas). Laporan laba rugi komprehensif i. Informasi yang disajikan dalam laporan Laba Rugi Komprehensif ii. Laba rugi selama periode iii. Pendapatan komprehensif lain selama periode Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.
Penyajian Perubahan Ekuitas.
(ED PSAK 1) iii. Aset biolojik yang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1) iv. Kewajiban berbunga jangka panjang v. Aset dan kewajiban pajak tangguhan vi. Kepentingan nonpengendalian
Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi.
Sama dengan PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain.
Catatan Atas Laporan Keuangan.
i. Catatan atas laporan keuangan ii. Struktur iii. Pengungkapan
Sama dengan PSAK, kecuali pengungkapan modal.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
27
kebijakan iv. Akuntansi v. Sumber estimasi ketidakpastian vi. Modal (ED PSAK 1) vii. Pengungkapan lain Laporan Arus i. Arus kas aktivitas Kas. operasi: metode langsung dan tidak langsung ii. Arus kas aktivitas investasi iii. Arus kas aktivitas pendanaan iv. Arus kas mata uang asing v. Arus kas bunga dan dividen, pajak penghasilan, transaksi non-kas Laporan i. Persyaratan penyajian keuangan lapkeu konsolidasi konsolidasi dan ii. Entitas bertujuan terpisah. khusus iii. Prosedur konsolidasi iv. Lapkeu tersendiri v. Lapkeu gabungan Kebijakan PSAK 25 (Laba atau akuntansi, Rugi Bersih untuk estimasi, dan periode Berjalan, kesalahan. Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi) i. Laba atau rugi bersih untuk Periode berjalan : pos luar biasa, laba atau rugi dari aktivitas normal, operasi yang tidak dilanjutkan, perubahan estimasi
Sama dengan PSAK kecuali: i. Arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung ii. Arus kas mata uang asing, tidak diatur.
Tidak diatur (lihat Bab 12).
i. Pemilihan dan penerapan kebijakan Akuntansi ii. Konsistensi dan perubahan kebijakan akuntansi iii. Perubahan Estimasi akuntansi iv. Kesalahan. SAK ETAP sudah maju satu langkah dibandingkan PSAK (tidak ada Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
28
akuntansi. “kesalahan mendasar” ii. Kesalahan mendasar dan “laba atau rugi luar iii. Perubahan kebijakan biasa”). akuntansi : penerapan suatu standar Akuntansi keuangan, Perubahan kebijakan Akuntansi yang lain. Instrumen i. Ruang lingkup: aset Keuangan Dasar dan kewajiban keuangan ii. Instrumen keuangan dasar: iii. Diklasifikasikan pada i. Ruang lingkup: investasi nilai wajar melalui pada efek tertentu laporan laba rugi, ii. Klasifikasi trading, held dimiliki hingga jatuh to maturity, dan tempo, tersedia untuk available for sale. Hal tsb dijual, pinjaman dan mengacu ke PSAK 50 pinjaman yang (1998). diberikan iv. Impairment menggunakan incurred loss concept v. Derecognition vi. Hedging dan derivatif Persediaan i. Pengukuran persediaan ii. Biaya persediaan iii. Biaya pembelian iv. Biaya konversi v. Biaya lain-lain vi. Biaya persediaan Sama dengan PSAK. pemberian jasa vii. Teknik pengukuran biaya viii. Rumus biaya ix. Nilai realisasi bersih x. Pengakuan sebagai beban Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
29
xi. Investasi pada perusahaan asosiasi dan entitas anak.
Investasi pada perusahaan asosiasi dan entitas anak.
Property investasi. Aset Tetap.
i. ii. iii. iv. v.
Pengungkapan Ruang lingkup: entitas asosiasi Metode akuntansi Metode biaya Metode ekuitas Model nilai wajar (ED PSAK 15)
i.
ii. iii. iv.
Ruang lingkup: entitas asosiasi dan entitas anak Metode akuntansi Entitas asosiasi : metode biaya Entitas anak : metode ekuitas
i.
Jointly controlled operation, asset, and entity ii. Metode akuntansi Sama dengan PSAK iii. Metode konsolidasi kecuali metode akuntansi proporsional hanya menggunakan iv. Metode ekuitas metode biaya. v. Model nilai wajar (ED PSAK 12 : PBA/PBO/PBE) Metode akuntansi : Metode akuntansi : metode nilai wajar. model biaya. Model biaya. i. Menggunakan pendekatan Sama dengan PSAK komponenisasi kecuali: ii. Pengukuran i. Tidak menggunakan model menggunakan biaya atau model pendekatan revaluasi komponenisasi. iii. Pengukuran biaya ii. Revaluasi diijinkan perolehan jika dilakukan iv. Pengakuan berdasarkan pengeluaran iii. Peraturan selanjutnya Pemerintah. Hal ini v. Penyusutan mengacu ke PSAK vi. Tidak perlu review 16 (1994) nilai residu, metode iv. Tidak perlu review penyusutan, dan nilai residu. umur manfaat setiap akhir periode Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
30
Aset tidak berwujud.
i. ii.
iii.
iv. i. ii.
pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan saja. Prinsip umum untuk pengakuan Pengakuan awal, pengukuran selanjutnya Amortisasi selama umur manfaat atau 10 tahun Penurunan nilai Menggunakan metode pembelian Goodwill dimaortisasi 5 tahun atau 20 tahun dengan justifikasi manajemen
Sewa
Tidak diatur.
i.
i.
ii. iii.
i. ii.
Ekuitas.
Sama dengan PSAK, kecuali aset tidak berwujud yang diperoleh dari penggabungan usaha.
iii. i. ii.
Mengatur perjanjian yang mengandung sewa Klasifikasi bersifat principle based Laporan keuangan lessee dan lessor.
ii.
iii.
Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa (ISAK 8) Klasifikasi sewa : kombinasi IFRS for SMEs dan SFAS 13 Laporan keuangan lessee dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990) : Akuntansi Sewa Guna Usaha.
Kewajiban diestimasi Kewajiban Sama dengan PSAK. kontinjensi Aset kontinjensi Penjelasan Sama dengan PSAK, Akuntasi ekuitas kecuali : Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
31
iii.
iv. v. Pendapatan.
i. ii. iii. iv. v.
Biaya Pinjaman.
i. ii.
untuk badan usaha bukan PT Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT Reorganisasi Selisih penilaian kembali Penjualan barang Penjualan jasa Kontrak konstruksi Bunga, dividen, dan royalti Lampiran kasus pengakuan pendapatan (ED PSAK 23) Komponen biaya pinjaman Pengakuan dan kapotalisasi biaya pinjaman
Penurunan nilai aset.
i. ii. iii.
Penurunan nilai persediaan Penurunan nilai non persediaan Penurunan nilai goodwill
i. ii.
Reorganisasi Selisih penilaian kembali
Sama dengan PSAK.
Biaya pinjaman langsung dibebankan. Sama dengan PSAK kecuali: i. Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset ii. Tidak mengatur penurunan nilai goodwill iii. Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan PSAK 31: Akuntansi Perbankan paragraf 16 dan Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
32
17. Imbalan Kerja
i.
Imbalan kerja jangka pendek Sama dengan PSAK ii. Imbalan pasca kerja kecuali untuk manfaat untuk manfaat pasti pasti menggunakan PUC menggunakan PUC dan jika tidak bisa, iii. Imbalan jangka menggunakan metode panjang lainnya yang disederhanakan. Pesangon pemutusan kerja. Pajak i. Menggunakan penghasilan deferred tax concept i. Menggunakan tax ii. Pengakuan dan payable concept pengukuran pajak ii. Tidak ada kini pengakuan dan iii. Pengakuan dan pengukuran pajak pengukuran pajak tangguhan. tangguhan. Mata uang i. Mata uang Sama dengan PSAK pelaporan pencatatan dan Mata Uang Pelaporan pelaporan i. Mata uang ii. Mata uang fungsional fungsional ii. Pelaporan transaksi iii. Penentuan saldo mata uang asing awal dalam mata uang iv. Penyajian fungsional komparatif iii. Perubahan mata v. Perubahan mata uang fungsional uang pencatatan dan (Pada prinsipnya sama) pelaporan Peristiwa i. Peristiwa yang setelah akhir memerlukan periode penyesuaian Sama dengan PSAK pelaporan. ii. Peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian Pengungkapan i. Pengertian pihakpihakpihak pihak yang yang mempunyai Sama dengan PSAK 7 mempunyai hubungan istimewa hubungan ii. Pengungkapan Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
33
istimewa Aktivitas Khusus
i. ii. iii. iv. v. vi.
Akuntansi perkoperasian Akuntansi minyak dan gas bumi Akuntansi pertambangan umum Akuntansi perusahaan efek Akuntansi reksa dana Akuntansi perbankan dan Asuransi
Ketentuan Transisi
Tidak diatur
i.
Tanggal Efektif
Retrospektif atau prospektif (jika tidak praktis) yang diterapkan secara prospective catchup (dampak ke saldo laba) ii. Perpindahan dari dan ke SAK ETAP Berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1Januari 2010
Lebih lengkapnya, Martani (2011) menambahkan SAK ETAP lahir untuk memenuhi kebutuhan para entitas UKM dan yang setara. Penyusunan SAK ETAP mengacu pada IFRS for SMEs yang diterbitkan oleh IASB. IFRS for SMEs merupakan bentuk penyederhanaan dari IFRS karena terdapat pengurangan opsi dan pengungkapan di dalamnya, tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda dengan IFRS dan fokus dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah ke atas, termasuk entitas anak dari perusahaan terbuka.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
34
Secara umum, terdapat perbedaan pokok antara SAK ETAP dan PSAK IFRS. Perbedaan tersebut adalah: 1. SAK ETAP tidak mengatur pajak tangguhan, 2. SAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung dalam laporan arus kas, 3. SAK ETAP menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi, dan menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan, 4. SAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55, SAK ETAP hanya menggunakan cost model untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan properti investasi. PSAK IFRS boleh memilih cost model atau model revaluasi.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN Pada bab ini akan dibahas profil perusahaan klien yaitu Koperasi X yang meliputi gambaran umum perusahaan, visi dan misi perusahaan, produk dan jasa yang disediakan, serta struktur organisasi perusahaan. 3.1.
Gambaran Umum Koperasi X Koperasi X merupakan salah satu dari lima unit bisnis salah satu koperasi
besar di Jawa Barat, Indonesia. Koperasi ini bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam yang menghimpun dana dalam bentuk tabungan koperasi ataupun simpanan berjangka dari anggota koperasi dan menyalurkannya kembali kepada anggota dalam bentuk dana pinjaman. 3.2.
Visi dan Misi Koperasi X Koperasi X memiliki visi yaitu untuk membantu pengelolaan keuangan
masyarakat agar lebih berdaya guna dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi ini, Koperasi X memiliki misi menjadi lembaga investasi dan intermediasi yang sehat, kuat, terpercaya, dan dapat diandalkan. 3.3.
Produk dan Jasa yang disediakan Koperasi X Sebagai lembaga intermediasi, Koperasi X menawarkan berbagai macam
jasa keuangan untuk para anggotanya, yaitu sebagai berikut: a. Simpanan Berjangka Sejahtera Prima b. Simpanan Berjangka Investa Prima c. Tabungan Beasiswa Sejahtera d. Tabungan Multiguna Sejahtera e. Tabungan ONH Sejahtera f. Tabungan Tahapan Sejahtera g. Pinjaman Komersial h. Pinjaman Multi Guna 35
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
36
i. Pinjaman Ekspress j. Pinjaman Rekening k. Pinjaman Konsumtif l. Pinjaman Kepemilikan Rumah m. Pinjaman Kepemiikan Kendaraan n. Gadai Kendaraan o. Gadai Emas 1.2.4 Struktur Organisasi Koperasi X
Rapat Anggota Pengurus
Pegawas Manajer
KABAG PINJAMAN
KABAG AKUNTING
TELLER
PETUGAS AKUNTING ANGGOTA
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Koperasi X Sumber: Koperasi X, Company Profile, 2013, Telah Diolah Kembali Berikut penjelasan tugas dan wewenang dan bagian-bagian yang ada pada struktur organisasi Koperasi X yang sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi. Dan
Usaha
Kecil
Menengah
Republik
Indonesia
Nomor:
19/Per/M.KUKM/X1/2008 1. Tugas dan wewenang Ketua.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
37
a. Melaksanakan kebijakan umum koperasi yang telah ditetapkan oleh rapat anggota b. Memimpin, mengkoordinir, dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota pengurus lainnya c. Memimpin rapat anggota dan rapat anggota tahunan, serta atas nama pengurus memberikan laporan. d. Memberikan keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi dengan memperhatikan usul dan saran, dan pertimbangan dari anggota pengurus lainnya. 2. Tugas dan wewenang Wakil Ketua. a. Membantu atau menggantikan ketua melaksanakan tugasnya apabila ketua tidak dapat atau berhalangan dalam melaksanakan tugasnya b. Mengawasi kekayaan koperasi dan harta koperasi berupa harta tetap maupun barang-barang yang lainnya. c. Mengembangkan
dukungan
dari
anggota
dan
dalam
rangka
meningkatkan keanggotaan. 3. Tugas dan wewenang Sekretaris a. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku organisasi, yaitu buku daftar anggota, buku daftar pengurus dan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Menyelenggarakan dan memelihara semua arsip-arsip. c. Melakukan tugas kesekretariat dan menandatangani surat-surat keluar. d. Memilihara tata kerja, merancang peraturan-peraturan khusus. e. Menyusun laporan organisasi untuk kepentingan rapat anggota maupun kepentingan pejabat sesuai dengan peraturan yang berlaku. f. Bertanggung jawab dalam bidang administrasi organisasi kepada ketua. g. Melaksanakan penyampaian informasi dan motivasi kepada anggota. h. Melaksanakan seleksi persyaratan penerimaan anggota dan karyawan baru, serta menampung saran-saran dari anggota maupun karyawan
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
38
baik yang langsung kepada pengurus maupun melalui unit usaha untuk dievaluasi/dibicarakan dalam rapat anggota. 4. Tugas dan wewenang Bendahara a. Menyusun rencana kerja dan anggara belanja bersama ketua dan anggota pengurus lainnya. b. Membimbing dan mengawasi pemegang kas dan administrasi keuangan serta barang-barang secara tertib dan teratur sesuai dengan sistem pengendalian intern yang berlaku. c. Mengendalikan agar pengeluaran tidak melampaui anggaran belanja. d. Menandatangani surat-surat perjanjian bersama ketua. e. Sewaktu-waktu mengadakan pengecekan atas kas dan bank serta persediaan barang, bertanggungjawab kepada ketua mengenai bidang keuangan dan administrasi serta ketentuan yang ditetapkan oleh koperasi. 5. Tugas dan wewenang Pengawas a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi setiap 3 (tiga) bulan sekali dan sekurangkurangnya 6 (enam) bulan sekali. b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan dan disampaikan kepada pengurus, anggota, dan pemerintah. c. Dalam hal tertentu, pengawas mendapat persetujuan pengurus. d. Biaya jasa audit ditanggung oleh koperasi dan dianggarkan dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi. e. Meneliti catatan, berkas, pembukuan dan barang serta bukti-bukti lainnya yang ada pada koperasi. f. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. g. Memberikan koreksi, saran, dan peringatan kepada pengurus. 6. Tugas dan wewenang Manajer Unit Simpan Pinjam a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha dan pengelolaan unit simpan pinjam kepada manajer koperasi (jika ada) atau kepada pengurus koperasi. Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
39
b. Merencanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. c. Menyusun anggaran operasional usaha simpan pinjam. d. Menyeleksi/menganalisa
permohonan
kredit
serta
mengambil
keputusan realisasi kredit. e. Rencana pembinaan calon anggota untuk menjadi anggota KSP/USP Koperasi f. Jumlah karyawan yang dibutuhkan berisi jumlah karyawan yang akan mengisi/menduduki posisi yang ada pada struktur organisasi.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS Bab ini membahas dan menganalisis kesesuaian penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang dilakukan oleh Koperasi X. 4.1 Standar Akuntansi untuk Koperasi X Buletin Teknis 6 yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang dikeluarkan pada tanggal 11 Agustus 2011 menyatakan bahwa entitas yang memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Hal ini kembali diatur dan dijelaskan pada Bab 1 SAK ETAP tentang ruang lingkup. Berdasarkan ketetapan ini, dapat disimpulkan bahwa ada dua syarat penting bagi suatu entitas agar dapat menjadikan SAK ETAP sebagai standar akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan yang akan disajikan, yaitu mengenai akuntabilitas publik dan tujuan penerbitan laporan keuangan. Koperasi X yang berdiri pada tahun 2010 menjalankan kegiatan intermediasi dana dengan mengumpulkan dana dari seluruh anggota koperasi dalam bentuk tabungan maupun investasi berjangka untuk kembali didistribusikan kepada anggota yang membutuhkan dana pinjaman. Berdasarkan hal ini terlihat jelas bahwa Koperasi X memiliki akuntabilitas publik yang signifikan karena juga belum mendaftarkan diri sebagai perusahaan publik. Sehingga Koperasi X hanya bertanggung jawab atas dana anggota-anggotanya. Selain itu, pada presentasi yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 2011 di Jakarta tentang Implementasi SAK ETAP, dijelaskan bahwa ada beberapa entitas yang diperbolehkan menggunakan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangannya, yaitu sebagai berikut: 1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 40 Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
41
2. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, PDAM 3. Koperasi dan UKM Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa fakta-fakta yang ada terkait Koperasi X mendukung bahwa Koperasi X dapat menggunakan SAK ETAP sebagai standar akuntansinya. Koperasi X telah menaati ketentuan ini dengan melaksanakan pencatatan dan penyajian laporan akuntansi sesuai dengan SAK ETAP. Lebih lanjut, SAK ETAP paragraf 3.12 dan 3.9 menyatakan bahwa laporan keuangan entitas meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya. Koperasi X telah menerapkan pengungkapan secara komparatif dengan periode sebelumnya, yaitu 2011 dan 2010. Dalam kaitannya dengan penerapan SAK ETAP secara penuh, SAK ETAP dalam paragraf 3.3 menyebutkan bahwa laporan keuangan menyajikan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas secara wajar dan harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Hal ini seperti yang ditemukan dalam catatan atas laporan keuangan Koperasi X, yaitu: “Mulai tanggal 01 Januari 2011 Laporan Keuangan Koperasi X menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)”. Kelima laporan keuangan
lebih lanjut diatur oleh SAK ETAP secara
berturut-turut pada bab 4 hingga bab 8. Berikut akan dibahas satu persatu penerapan ketentuan SAK ETAP tersebut pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh Koperasi X. Pembahasan akan mencakup berbagai aturan yang ditetapkan dalam SAK ETAP, termasuk mengenai pengakuan, pengukuran, serta penyajian masing-masing pos dalam setiap laporan keuangan yang diterbitkan oleh Koperasi X.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
42
4.2
Analisis Kesesuaian Neraca Koperasi X terhadap SAK ETAP Sebelum memasuki pembahasan rinci mengenai Neraca yang disusun oleh
Koperasi X, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam penyusunan Neraca. Dalam paragraf 2.33 SAK ETAP diatur bahwa entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali Laporan Arus Kas, dengan menggunakan dasar akrual. Dalam paragraf yang sama SAK ETAP menambahkan bahwa dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsurunsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut. SAK ETAP menyebutkan lebih lanjut dalam paragraf 4.1 bahwa Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu, yaitu akhir periode pelaporan. Penyajian Neraca tersebut minimal harus mencakup pos-pos mengenai kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, properti nvestasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, dan ekuitas. Penerapan mengenai pemisahan akun-akun aset, kewajiban dan ekuitas yang diatur di dalam SAK ETAP tersebut telah dilakukan oleh Koperasi X, tetapi terdapat beberapa pos-pos akun minimal yang tidak disajikan di dalam Neraca. Hal-hal tersebut disajikan di dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Checklist Pos Neraca Minimal Menurut SAK ETAP Pos Kas dan setara kas Piutang usaha dan piutang lainnya
Ada/Tidak Ada
Keterangan -
Ada
-
Persediaan
Tidak
SAK ETAP menyebutkan dalam paragraph 11.1 bahwa persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
43
Sehingga jika dikaitkan dengan aktivitas utama dari Koperasi X yang bergerak di bidang simpan pinjam dan definisi persediaan yang disebutkan SAK ETAP, maka hal tersebutlah yang menyebabkan tidak adanya pelaporan persediaan dalam SAK ETAP. SAK ETAP dalam paragraf 14.2 mendefinisikan properti investasi sebagai properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau keduaduanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha seharihari. Berdasarkan definisi tersebut, dikarenakan semua properti merupakan milik dari Koperasi X dan tidak ada yang merupakan hak dari lessee. Berdasarkan SAK ETAP paragraf 16.2, aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Definisi tersebut tidak ditemukan dalam sumber daya yang dimiliki oleh Koperasi X.
Properti investasi
Tidak
Aset tetap
Ada
Aset tidak berwujud
Tidak
Utang usaha dan utang lainnya
Ada
-
Aset dan kewajiban pajak
Tidak
Dalam SAK ETAP paragraf 24.3 disebutkan bahwa entitas harus mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar. Lebih lanjut SAK ETAP dalam paragraf 24.2 menjelaskan bahwa pajak penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
44
Kewajiban diestimasi Ekuitas
pajak, yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelapor. Berdasarkan pengaturan yang diwajibkan SAK ETAP tersebut, Koperasi X belum melaksanakan kewajiban pembayaran pajak. Ada
-
Ada
-
Berdasarkan pada tabel 4.1 yang menyatakan banyaknya pos-pos minimal yang tidak disajikan di daam Neraca Koperasi X, sehingga bentuk analisis yang dapat digunakan hanya sebatas pada pos-pos yang dilaporkan pada Neraca Koperasi X. Pos-pos tersebut dijelaskan sebagai berikut. 4.2.1 Aset SAK ETAP mendefinisikan dalam paragraf 2.12 yang dimaksud dengan aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari kejadian di masa lalu dan dari mana manfaat akonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Lebih lanjut, SAK ETAP dalam paragraf 4.5 menyebutkan bahwa entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam Neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan lebih relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya. Berdasarkan pada definisi tersebut, maka terdapat informasi yang tersirat bahwa terdapat fleksibilitas yang diatur di dalam SAK ETAP mengenai bentuk penyajian aset dan kewajiban. Koperasi X sebagai koperasi simpan pinjam menyajikan aset di dalam Neraca berdasarkan likuiditas pos aset, yaitu aset lancar dan aset tetap. Hal ini dirasa lebih informatif bagi pengguna laporan keuangan.Urutan pos-pos di dalam aset dirinci dalam tabel 4.2 berikut.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
45
Tabel 4.2 Ilustrasi Pos Aset Neraca Koperasi X 2011
ASET ASET LANCAR Kas dan Setara kas Tabungan, Simpanan dan Deposito Pinjaman Yang Dibeiikan Kepada Anggota Piutang Unit Usaha Penyisihan Penghapusan Pinjaman Piutang Anggota dan Pihak Lain Piutang Lain-lain Biaya Dibayar Dimuka Deposit dan Jaminan Uang Muka Jumlah Aset Lancar ASET TETAP Peralatan Kendaraan Gedung dan Bangunan Tanah Jumlah (Akumulasi Penyusutan Aset Tetap) Jumlah Aset Tetap
2010
48,889,903,373
35,324,884,579
276,875,000,000
93,000,000,000
160,120,772,065
96,518,738,000
126,694,059,750
127,232,708,250
(1,671,574,159)
(223,751,446)
56,992,250
-
1,731,117,264
1,147,753,270
21,468,234,450
13,896,046,874
36,875,000
36,875,000
6,250,000
6,250,000
634,207,629,993
366,939,504,526
10,222,130,250 2,673,791,250 59,933,027,500 7,554,560,000 80,383,509,000 (5,584,439,340) 74,799,069,660
5,428,803,250 2,860,416,250 6,755,000,000 7,554,560,000 22,598,779,500 (3,853,237,115) 18,745,542,385
Lebih lanjut, SAK ETAP juga mengatur dasar pengukuran yang digunakan dalam menilai pos-pos, termasuk aset yaitu pada paragraf 2.1 yang menyebutkan bahwa dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar. Dalam praktiknya pada Koperasi X yang mengacu pada penjelasan sebelumnya, adanya penggunaan dasar pengukuran biaya historis untuk unsur-unsur laporan keuangan Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
46
yang dilakukan Koperasi X, sehingga aset didefinisikan sebagai jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan. 4.2.1.1 Kas dan Setara Kas Berdasarkan SAK ETAP paragraf 7.2, setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Dalam penerapannya pada Koperasi X , setara kas didefinisikan sesuai dengan definisi yang dijelaskan dalam SAK ETAP yang mencakup kas, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang. Investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Penjelasan mengenai pos kas dan setara kas dijelaskan lebih lanjut di dalam catatan atas laporan keuangan. Sebagaimana diilustrasikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Ilustrasi Pos Kas dan Setara Kas Pada Neraca Koperasi X 2011 Kas
617,091,706
Bank A Bank B Bank C Bank D Bank E Jumlah kas dan setara kas
2010 1,225,281,080
20,596,745,609
21,229,834,041
3,311,146,775
2,514,012,260
8,090,758,589
2,793,002,005
6,138,483,610
7,562,755,193
10,135,677,084
-
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
47
48,889,903,373
35,324,884,579
4.2.1.2 Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP paragraf 15.2, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Jika dilihat pada penerapannya di Koperasi X, bahwa aset tetap digunakan dalam penyediaan barang dan jasa yang diperuntukkan bagi tujuan administratif dan operasional entitas. Sedangkan dari sisi pengakuan, Koperasi X telah mengikuti kriteria yang disyaratkan oleh SAK ETAP. SAK ETAP mensyaratkan lebih lanjut dalam paragraf 15.5 bahwa tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan. Hal tersebut sesuai dengan yang diterapkan oleh Koperasi X yang diilustrasikan di dalam tabel 4.4 sebagai berikut. Tabel 4.4 Ilustrasi Pos Aset Tetap Pada Neraca Koperasi X Harga Perolehan: - Peralatan Kantor -
Kendaraan Pengurus
-
Kendaraan Operasional
-
Gedung & Bangunan
-
Tanah
Jumlah harga perolehan Akumulasi Penyusutan: - Peralatan Kantor -
Kendaraan Pengurus
-
Kendaraan Operasional
2011
2010
10,222,130,250
5,428,803,250
2,131,250,000
2,491,250,000
542,541,250
369,166,250
59,933,027,500
6,755,000,000
7,554,560,000
7,554,560,000
80,383,509,000
22,598,779,500
3,709,337,440
2,517,146,095
667,169,276
565,763,021
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
48
-
Gedung & Bangunan
Jumlah Akumulasi Penyusutan Nilai Buku
162,814,934
107,463,424
1,045,117,690
662,864,575
5,584,439,340
3,853,237,115
74,799,069,660
18,745,542,385
Pada saat pengakuan awal, dasar pengukuran aset tetap yang digunakan Koperasi X adalah sebesar biaya perolehan. Hal ini seperti yang tercantum dalam SAK ETAP paragraf 15.6. Lebih lanjut SAK ETAP paragraf 17.5 menyebutkan bahwa biaya perolehan tersebut meliputi harga beli, biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar siap digunakan, dan estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Biaya perolehan aset tetap Koperasi X setara harga tunainya pada saat pengakuan dan mencakup semua pengeluaran yang terkait secara langsung dengan perolehan aset tetap. Sehingga dalam menentukan biaya perolehan, Koperasi X telah sesuai dengan SAK ETAP. Dalam melakukan penyusutan aset tetap, Koperasi X menggunakan metode garis lurus, kecuali untuk tanah yang bertujuan untuk mengalokasikan harga perolehan atau nilai setelah penilaian kembali hingga mencapai nilai sisa sepanjang estimasi masa manfaat sebagai berikut: Tabel 4.5 Daftar Aset Tetap Koperasi X dan Metode Penyusutannya Aset Tetap Tanah Bangunan Kendaraan Inventaris
Metode Penyusutan Garis Lurus Garis Lurus Garis Lurus
Tahun Manfaat 20 8 4 dan 8
Penggunaan metode garis lurus tersebut telah sesuai dengan yang diperbolehkan oleh SAK ETAP dalam paragraf 15.22 yang meliputi metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit produksi. Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
49
4.2.2 Kewajiban Berdasarkan SAK ETAP paragraf 4.5 disebutkan bahwa entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam Neraca, kecuali jika penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang andal dan relevan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka semua aset dan kewajiban harus disajikan berdasarkan likuiditasnya. Mengacu pada definisi tersebut, maka terdapat informasi yang tersirat bahwa terdapat fleksibilitas yang diatur di dalam SAK ETAP mengenai bentuk penyajian aset dan kewajiban. Koperasi X sebagai koperasi simpan pinjam menyajikan kewajiban di dalam Neraca berdasarkan likuiditas pos kewajiban, yaitu kewajiban lancar dan kewajiban. Hal ini dirasa lebih informatif bagi pengguna laporan keuangan, mengingat tabungan berjangka dan simpanan berjangka merupakan kegiatan utama Koperasi X. Dalam penerapannya di Koperasi X, kewajiban mecakup pos tabungan koperasi, simpanan berjangka, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka, dan kewajiban lain-lain. Tabungan koperasi merupakan simpanan anggota, yang wajib dibayarkan tiap bulannya, jika anggota atau nasabah tersebut mencairkan di tengah jalan maka anggota atau nasabah tersebut hanya mendapatkan simpanan terbentuknya saja. Nilai tabungan Koperasi X akhir periode dihitung berdasarkan Nota Teknik yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Direktur Utama. Sedangkan simpanan berjangka didefinisikan sebagai simpanan yang diterima dari anggota untuk jangka waktu tertentu setelah dikurangi dengan simpanan pokok yang terbentuk berdasarkan dari Nota Teknik pada akhir bulan. Koperasi X memasukkan tabungan koperasi dan simpanan berjangka sebagai kewajiban atas dasar bahwa perlakuan keuntungan atau kerugian yang dialami oleh koperasi tidak boleh dikompensasikan ke dalam simpanan wajib yang dimiliki oleh para anggota, sehingga klasifikasi tabungan koperasi dan simpanan berjangka dimasukkan di dalam kategori kewajiban. Pelaporan kewajiban oleh Koperasi X dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
50
Tabel 4.6 Ilustrasi Pos Kewajiban Pada Neraca Koperasi X KEWAJIBAN LANCAR - Tabungan Koperasi - Simpanan Berjangka - Beban Yang Masih Harus Dibayar - Pendapatan Diterima Dimuka - Kewajiban lain-lain Jumlah Kewajiban
2011
2010
7.750.734.648 668.778.780.398
4.328.882.252 349.711.371.652
3.513.038.562 435.815.971 680.478.369.579
47.695.825 568.762.231 3.488.254.166 358.144.971.126
Tetapi, dari penyajian kewajiban yang dilakukan pada neraca Koperasi X menimbulkan pertanyaan atas jumlah anggota yang terlibat dalam Koperasi X karena dapat menghimpun simpanan berjangka sebesar Rp 668.778.780.398 yang bisa saja diartikan bahwa terdapat ribuan anggota yang bergabung dalam Koperasi X dikarenakan batas maksimum penyimpanan yang dapat dilakukan oleh anggota adalah sebesar Rp 2 Milyar walaupun di dalam perundang-undangan yang berlaku tidak mengatur batas maksimal penerimaan anggota. Terdapatnya banyak anggota yang bergabung dalam Koperasi X juga akan meningkatkan banyaknya pengguna laporan keuangan Koperasi X. Berdasarkan penjelasan tersebut, secara tidak langsung akan menimbulkan asumsi bahwa Koperasi X merupakan entitas yang menguasai aset untuk sekelompok besar masyarakat. Definisi ini merupakan salah satu kriteria entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, seperti yang dijelaskan dalam SAK ETAP paragraf 1.2. Seharusnya Koperasi X dapat dikatakan juga sebagai entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dan penggunakan SAK ETAP dalam Koperasi X dapat menjadi pertanyaan besar. Di lain pihak terdapatnya keputusan DSAK IAI yang menyebutkan bahwa standar akuntansi yang digunakan bagi koperasi adalah SAK ETAP membuat penerapan SAK ETAP oleh Koperasi X menjadi beralasan.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
51
4.2.3 Ekuitas SAK ETAP paragraf 19.2 menyebutkan bahwa ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. Ekuitas bagi koperasi dalam SAK ETAP paragraf 19.3 adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadang. Koperasi X menyebutkan di dalam Neraca bahwa pos-pos yang termasuk ekuitas adalah modal disetor, cadangan tujuan resiko dan sisa hasil usaha tahun berjalan. Modal disetor adalah modal yang berasal dari pusat Koperasi X kepada Koperasi X dengan bentuk penyajian yang disesuaikan dengan ketentuan akta pendirian Koperasi X dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Pelaporan ekuitas oleh Koperasi X dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Ilustrasi Pos Ekuitas Pada Neraca Koperasi X EKUITAS - Modal Disetor - Cadangan Tujuan Resiko - SHU Tahun Berjalan Jumlah Ekuitas 4.3
2011
2010
27.500.000.000 186.872.490 1.161.736.057 28.848.608.547
27.500.000.000 141.733.070 436.152.903 28.077.885.973
Analisis Kesesuaian Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X terhadap SAK ETAP Sama halnya dengan Neraca yang telah dibahas sebelumnya, Laporan
Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas juga harus diakui dengan metode akrual. Laporan Laba Rugi disusun untuk memberikan gambaran atas kinerja entitas dalam satu periode akuntansi, dalam Koperasi X yaitu satu tahun. Laba atau rugi yang diperoleh perusahaan akan masuk mempengaruhi saldo laba dalam Neraca dan bersama perubahan komponen ekuitas lainnya, maka disusunlah Laporan Perubahan Ekuitas.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
52
Akan tetapi, Koperasi X tidak melakukan pelaporan terpisah untuk kedua laporan tersebut (Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas). Alternatif ini memang ditawarkan oleh SAK ETAP yang memperbolehkan bagi entitas tertentu untuk menggabungkan kedua laporan ini menjadi satu laporan yaitu Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba. Syaratnya adalah jika entitas hanya mengalami perubahan ekuitas yang diakibatkan oleh laba atau rugi yang dialami, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode sebelumnya, dan karena adanya perubahan kebijakan akuntansi. Dalam kondisi Koperasi X yang memiliki perubahan ekuitas yang sangat sederhana yakni hanyalah perubahan akibat adanya laba atau rugi yang dialami Koperasi X dalam satu periode tentunya Koperasi X memenuhi syarat untuk menggabungkan Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Ekuitas menjadi Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba. Akan tetapi, Koperasi X menamai laporan tersebut sebagai Sisa Hasil Usaha. Sesuai dengan Bab 5 dan Bab 6 SAK ETAP, maka terdapat pos-pos minimal yang harus dipaparkan oleh entitas dalam menyusun Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba yaitu pendapatan, beban keuangan, bagian laba (rugi) dari investasi yang menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba (rugi) neto, koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi, jumlah tercatat awal dan akhir untuk setiap komponen ekuitas, serta jumah investasi, dividen, dan distribusi lainnya kepada pemilik ekuitas. Fakta yang terjadi pada Koperasi X adalah tidak semua komponen tersebut tersedia dalam laporan keuangan. Pada laporan yang diterbitkan Koperasi X, pos wajib yang ada hanyalah pendapatan, bebean keuangan, beban pajak, laba (rugi) neto, dan jumlah akhir sisa hasil usaha koperasi sebagaimana dirangkum pada Tabel 4.6. Tidak adanya pos wajib lainnya dikarenakan memang tidak adanya investasi yang menggunakan metode ekuitas oleh Koperasi X, dan tidak dilakukannya distribusi, koreksi, ataupun perubahan kebijakan yang dapat mempengaruhi ekuitas. Akan tetapi, terdapat satu bagian yang tidak dicantumkan oleh Koperasi X, padahal pos tersebut diwajibkan, yaitu saldo awal masing-masing komponen ekuitas. Pada Koperasi X hanya terdapat satu komponen, yaitu saldo awal sisa hasil usaha.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
53
Tabel 4.8 Checklist Pos Minimal Laporan Laba Rugi dan Sado Laba Pos Pendapatan Beban Keuangan Laba (Rugi) Investasi dengan Metode Ekuitas
Ada/Tidak Ada Ada
Beban Pajak
Tidak
Laba (Rugi) Neto Koreksi atas Kesalahan atau Perubahan Kebijakan Akuntansi
Ada
Saldo Awal Masing-masing Komponen Ekuitas Saldo Akhir Masing-masing Komponen Ekuitas Investasi, Dividen, dan Distribusi Lain kepada Pemilik
Tidak
Tidak
Tidak
Keterangan Koperasi X tidak memiliki transaksi ini pada tahun 2011 Seharusnya dipisahkan dari beban operasional menjadi pos beban tersendiri Koperasi X tidak melakukan perubahan akuntansi ataupun koreksi kesalahan apapun pada tahun 2011 Seharusnya ada sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan dalam penyajian Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba tahun 2011
Ada
-
Tidak
Koperasi X tidak melakukan satupun transaksi terkait dengan hal ini sepanjang tahun 2011
Berikut akan dibahas beberapa pos penting yang diatur SAK ETAP secara rinci terkait dengan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba. 4.3.1 Pendapatan Sesuai dengan paragraf 2.36 SAK ETAP dijelaskan bahwa pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban yang merupakan komponen Neraca. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yan berkaitan dengan peningkatan aset atau penuruna kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Dalam penyajiaan Koperasi X membagi pendapatan menjadi lebih rinci berdasarkan jenis jasa yang diberikan. Perincian ini diperbolehkan oleh SAK ETAP sesuai dengan pernyataan paragraf 5.4 karena penyajian rincian ini memberikan informasi yang relevan untuk lebih memahami kinerja koperasi Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
54
dalam periode tersebut. Ilustrasi rincian pendapatan yang dipaparkan oleh Koperasi X dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dengan adanya rincian tersebut pengguna laporan keuangan dapat melihat sumber pendapatan terbesar koperasi, jasa-jasa potensial dan penting bagi koperasi, dan informasi lain terkait kinerja koperasi tersebut Tabel 4.9 Ilustrasi Pos Pendapatan Pada Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X 2011
PENDAPATAN USAHA PENDAPATAN USP - Jasa Pinjaman yang Diberikan -
Jasa Bunga dari Bank
-
Jasa Administrasi Pinjaman
-
Jasa Administrasi Simpanan
-
Jasa Operasional Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN USAHA USP
2010
46,245,334,101
12,344,801,286
12,255,300,486
2,115,929,336
2,891,014,289
8,637,268,686
264,082,971,629
146,684,569,041
901,031,218
1,158,023,431
326,375,651,723
170,940,591,781
4.3.2 Beban Menurut SAK ETAP paragraf 5.6, beban haruslah diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan sifat atau fungsi beban. Akan tetapi, dalam paragraf 5.8 disebutkan bahwa entitas yang mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi tambahan berdasarkan sifat beban, termasuk penyusutan dan beban amortisasi dan beban imbalan kerja. Hal ini telah diterapkan dengan baik oleh Koperasi X. Koperasi X mengklasifikasikan beban menurut fungsinya dan kemudian memberikan informasi lebih lanjut mengenai sifat beban melalui subklasifikasi pada masing-masing beban menurut fungsi tersebut. Ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 4.10
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
55
Tabel 4.10 Ilustrasi Pos Beban Pada Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Koperasi X BEBAN USAHA Beban Operasional -
Beban Jasa
-
Beban Administrasi Pinjaman
-
Beban Perolehan Dana
-
Beban Operasional Lain
Jumlah Beban Operasional Beban Operasional Lainnya -
Beban Umum Pegawai
-
Beban Umum Administrasi
-
Beban Kantor Organisasi Pusat
Jumah Beban Operasional Lain JUMLAH BEBAN USAHA
2011
2010
151,699,434,669
7,695,260,339
122,789,750
3,994,759,913
139,290,282,784
5,195,690,755
1,840,978,338
437,822,170
292,953,485,540
47,323,533,176
19,433,567,354
13,359,607,849
11,998,914,908
8,772,943,309
660,000,000
617,500,000
32,092,482,261
22,750,051,158
325,045,967,801
70,073,584,334
Terdapat hal yang harus dikritisi pada bentuk penyusunan pos beban ini, yaitu sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa SAK ETAP menyebutkan bahwa entitas harus menyajikan beban pajak menjadi pos tersendiri. Sedangkan dalam laporan keuangan Koperasi beban pajak dimasukkan ke dalam beban operasi lain, yang rinciannya hanya ada dalam catatan atas laporan keuangan. 4.4
Analisis Kesesuaian Laporan Arus Kas Koperasi X terhadap SAK ETAP Definisi Laporan Arus Kas yang diterapkan dalam Koperasi X adalah
laporan yang menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang disajikan dalam klasifikasi terpisah dari aktivitas operasi, investasi
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
56
dan pendanaan selama satu periode penuh. Klasifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut. 4.4.1 Aktivitas Operasi. Bentuk pelaporan arus kas dari aktivitas operasi menurut SAK ETAP adalah dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Pada penerapannya pada Koperasi X, laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi pos-pos yang secara umum terkait aktivitas penghasilan utama pendapatan Koperasi X yang bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam. Koperasi X melaksanakan kegiatan utama dengan menghimpun dana dalam bentuk tabungan koperasi dan simpanan berjangka koperasi, serta memberikan pinjaman dari dan untuk anggota sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian dan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Produk utama yang ditawarkan bagi para anggotanya berupa simpanan berjangka, tabungan beasiswa, tabungan ONH, serta memberikan berbagai jenis pinjaman. Sehingga, arus kas dari aktivitas operasi yang disajikan di Koperasi X dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Ilustrasi Arus Kas dari Aktivitas Operasi pada Laporan Arus Kas Koperasi X ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Operasi - Tabungan Simpanan dan Deposito - Pinjaman Yang Diberikan Kepada Anggota - Piutang Unit Usaha - Penyisihan Penghapusan Pinjaman
2011
2010
(183.875.000.000)
(84.250.000.000)
(63.602.034.065)
(72.165.812.375)
538.648.500 1.447.822.713
(90.301.607.625) 162.467.420
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
57
- Piutang Anggota dan Pihak Lain - Piutang Lain-lain - Persediaan - Biaya Dibayar Dimuka - Uang Muka - Tabungan Koperasi - Simpanan Berjangka - Beban Yang Masih Harus Dibayar - Pendapatan Diterima Dimuka - Kewajiban Lain-lain Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi
56.992.250 583.363.994 (7.572.187.576) 3.421.853.296 319.067.408.746 3.465.342.738 (132.951.260) (3.488.254.791)
(8.610.213.27) 90.285.087 (11.283.389.601) 250.000.000 2.544.389.553 254.691.344.231 19.324.763 477.184.356 (11.496.915.831) (12.123.751.350)
69.911.004.544
(24.247.502.701)
4.4.2 Aktivitas Investasi. Arus kas investasi Koperasi X adalah arus kas yang berkaitan dengan pengeluaran atau penerimaan kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan sebagaimana yang dijelaskan dalam SAK ETAP paragraf 7.5. Arus kas dari aktivitas investasi Koperasi X dijelaskan dalam tabel 4.12 sebagai berikut. Tabel 4.12 Ilustrasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi pada Laporan Arus Kas Koperasi X ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Investasi - Aset Tetap - Akumulasi Penyusutan - Aset Lain-lain - Akumulasi Penyusutan - Deposito dan Jaminan Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas investasi
2011
2010
-57.784.729.500 1.731.202.225 -110.375.000 327.906.438 -
-6.694.136.875 1.579.234.555 -805.932.750 328.324.745 -24.375.000
-55.835.995.837
-5.616.885.325
Dari penyajian di atas, terdapat hal yang harus dikritisi yaitu pada pos akumulasi penyusutan yang dapat menimbulkan ambiguitas dan kebingungan. Hal
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
58
ini dilatarbelakangi bahwa pada dasarnya akumulasi penyusutan merupakan transaksi non kas. Jika makna dari akumulasi penyusutan terkait dengan penjualan aset atau semacamnya, sebaiknya penjelasan tersebut diletakkan paada catatan atas laporan keuangan sehingga laporan arus kas dapat benar-benar menunjukkan aliran kas yang terjadi pada Koperasi X dalam suatu periode. 4.4.3 Aktivitas Pendanaan. Koperasi X mendefinisikan bahwa aktivitas pendanaan berasal aktivitas yang menimbulkan perubahan dalam ukuran dan komposisi setoran ekuitas dan pinjaman entitas. Koperasi X melaporkan secara terpisah antara kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan SAK ETAP yang menyebutkan bahwa adanya penyajian terpisah antara penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Bentuk penyajian yang dilakukan oleh Koperasi X dijelaskan dalam tabel 4.13 sebagai berikut. Tabel 4.13 Ilustrasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan pada Laporan Arus Kas Koperasi X ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Kenaikan (Penurunan) Modal Anggota - Modal Disetor - Cadangan Tujuan Resiko - SHU Tahun Berjalan Kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan
2011
2010
45.139.420 725.583.153
15.000.000.000 33.070.142 13.675.733
770.722.573
15.155.408.802
Dari tabel 4.13 terlihat bahwa kegiataan pendanaan Koperasi X tidak terlalu kompleks sehingga laporan arus kas dari aktivitas pendanaan sangatlah sederhana. Transaksi pendanaan yang sederhana ini disebabkan oleh belum terdaftarnya Koperasi X sebagai perusahaan publik. Terlihat bahwa transaksi kas yang berasal dari aktivitas pendanaan hanya disebabkan oleh cadangan tujuan resiko yang memang biasa terjadi pada koperasi simpan pinjam pada umumnya Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
59
dan SHU yang merupakan hasil kegiatan operasional koperasi dalam suatu periode. 4.5
Analisis Kesesuaian Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi X terhadap SAK ETAP Pada paragraf
8.1-8.3 SAK ETAP menyebutkan bahwa Catatan Atas
Laporan Keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Catatan Atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut: a. Dasar penyusunan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan, b. Informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan, c. Informasi yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan entitas tersebut. Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk-silang ke informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Koperasi X telah melakukan pengungkapan yang sesuai dengan SAK ETAP dengan urutan yang juga telah sesuai dan juga telah mengungkapkan dasar yang dijadikannya sebagai standar dalam penyusunan lapora keuangan dan kebijakan akuntansi, yaitu SAK ETAP. Informasi yang diungkapkan juga disusun secara sistematis yaitu berurutan berdasarkan pos-pos laporan keuangan. Bentuk urutan penyajian catatan atas laporan keuangan Koperasi X terbagi atas tiga poin, yakni: 1. Informasi umum, berisikan mengenai pendirian, nama dan tempat kedudukan, NPWP, SIUP dan TDP, visi dan misi, produk, rincian unit usaha simpan pinjam dan perdagangan, mekanisme pengelolaan dana, susunan pengurus dan pengawas, ekuitas, dan rekening koran.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
60
2. Ikhtisar kebijakan akuntansi, yakni dasar penyusunan laporan keuangan, transaksi dalam mata uang asing, kas dan setara kas, pinjaman yang diberukan kepada anggota, piutang unit usaha, penyisihan penghapusan pinjaman tidak tertagih, biaya dibayar dimuka, aset tetap, aset lain-lain, tabungan koperasi, simpanan berjangka, pengakuan pendapatan dan beban, dan reklasifikasi akun. 3. Informasi rinci yang mendukung pos-pos laporan keuangan yang telah disajikan dengan urutan penyajian. Hal ini telah sesuai pada SAK ETAP paragraf 8.4 yang menyebutkan urutan penyajian catatan atas laporan keuangan secara normal yang meliputi suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK ETAP, ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan, informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos-pos tersebut dan pengungkapan lain.
Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Penerapan SAK ETAP bagi Koperasi X mengacu pada asumsi bahwa salah satu pengguna laporan keuangan Koperasi X adalah anggota. Hal ini disebabkan yang berhak menerima jasa simpan pinjam Koperasi X adalah anggota Koperasi X. Tetapi,
jika diperhatikan pada jumlah simpanan
berjangka yang dilakukan oleh Anggota Koperasi X, sebagaimana yang tertera dalam Neraca Koperasi X adalah sebesar Rp 668.778.780.398. Jumlah ini dapat memberikan indikasi bahwa terdapat banyaknya anggota pada Koperasi X yang mencapai ribuan orang. Anggota ini bisa saja didefinisikan sebagai sekelompok besar masyarakat tertentu. Penerapan SAK ETAP bagi Koperasi X menjadi tanya besar dikarenakan pelaporan kepada sekelompok besar masyarakat tertentu juga merupakan definisi dari entitas dengan akuntabilitas publik signifikan. 2. Sebagian besar klasifikasi pelaporan keuangan yang dilakukan Koperasi X mengacu pada SAK ETAP, akan tetapi masih banyak kelemahan yang ditemukan. Ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan, yaitu tidak terdapatnya pos saldo awal masing-masing komponen ekuitas sehingga dapat disimpulkan terdapat kesalahan dalam penyajian Laporan Laba rugi dan Saldo Laba Tahun 2011. Disamping itu ditemukan pos akumulasi penyusutan pada laporan arus kas dari aktivitas investasi. Seharusnya laporan arus kas tidak memasukkan akumulasi penyustan. 3. Mengingat Koperasi X adalah koperasi yang cukup besar menghimpun dana lebih dari 50 orang masyarakat terutama anggota, karena layak dipertanyakan kecocokannya memakai SAK ETAP. Namun demikian, KAP Erimurni tetap merasa yakin bahwa Koperasi X boleh menggunakan SAK ETAP berdasarkan pertimbangan yang menyebutkan bahwa yang 61 Universitas Indonesia
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
62
diperbolehkan menggunakan SAK ETAP salah satunya adalah UKM dan Koperasi. Sehingga dari pernyataan ini judgement yang digunakan oleh Koperasi X dalam menggunakan SAK ETAP beralasan. 5.2.Saran untuk KAP Erimurni Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan magang di KAP Erimurni, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu: 1. Koperasi sebagian besar berukuran kecil dengan aset kurang dari 1 milyar rupiah. 2. KAP sebaiknya menafsirkan ketentuan pengguna SAK ETAP dengan lebih mengutamakan substansi kondisi suatu koperasi daripada sekedar formalitas badan hukum koperasi. Walaupun Kementerian Koperasi dan UKM cenderung mengatur agar koperasi memakai SAK ETAP, tetapi perlu dibuat pengecualian pada koperasi-koperasi yang mengendalikan dana besar dari masyarakat, baik yang anggota maupun non anggota.
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. (2010). Jenis Koperasi. 7 Juni 2013.http://www.smecda.com/Files/Dep_SDM/Buku_Saku_Koperasi/2_J ENIS_KOPERASI.pdf Ikatan Akuntan Indonesia. (11 Agustus 2011). Buletin Teknis 6. Keterterapan SAK ETAP Untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba. 7 Juni 2013. http://www.scribd.com/doc/127494479/BULTEK-6-Keterterapan-SAKETAP-Untuk-Entitas-Koperasi-Dan-Entitas-Nirlaba Ikatan Akuntan Indonesia. (23 Oktober 2010). Exposure Draft Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan No.8: Pencabutan PSAK 27 Akuntansi Koperasi. 2 Juni 2013. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PPSAK-8-PencabutanPSAK-27-Akuntansi-Koperasi.pdf Ikatan Akuntan Indonesia. (19 Mei 2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). 2 Juni 2013. http://www.iaiglobal.or.id/v02/prinsip_akuntansi/open.php?id=71&pa=2 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Standar Operasional Prosedur Koperasi Simpan Pinjam – Unit Simpan Pinjam. 7 Juni 2013. www.smecda.com/Files/Dep_Pembiayaan/8_SOP_KJKS.pdf Martani, Dwi. (15 Maret 2011). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). 7 Juni 2013. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/03/Standar-AkuntansiKeuanan-Entitas-Tanpa-Akuntanbilitas-Publik-SAK-ETAP.pdf Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Negara Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 19 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. 7 Juni 2013. http://www.smecda.com/Files/Dep_Pembiayaan/2_Permen_No_19_XI_Th n_2008.pdf. Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Veronica, S., & Rudiantoro, R. (2011). Kualitas Laporan Keuangan UMKM serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIV, 2-3. Wirahardja, R., & Wahyuni, E.T. (Agustus 2009). Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK. Akuntan Indonesia, 34-37. 63
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013
64
Yakub. (23 Desember 2011). Implementasi SAK ETAP. 7 Juni 2013. http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai_download.php?id=166&kfile=1.
Penerapan SAK ..., Putri Athirah, FE UI, 2013