PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT PADA BANK UMUM DI MEDAN Adat Muli Peranginangin, SE (STIE Surya Nusantara) Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh system informasi akuntansi dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit pada bank umum di Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi bagi para manajemen bank umum di Medan saat mengambil kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian internal kredit. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan bagian kredit yang bekerja di bank umum yang dikota Medan. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dengan memberikan 40 kuesioner kepada 4 bank umum yang terdapat di Medan 2008. Data yang diolah berjumlah 36 kuesioner (n=36). Model penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Teknik pengujian hipotesis menggunakan uji t pada taraf kesalahan 5%. Hasil uji hipotesis menunjukkan, nilai T test signifikan pada α =0,05 (p=0,000; p < 0,05), yang berarti bahwa persamaan regresi yang dihasilkan, yaitu Y = 0.077 + 0.280X dapat digunakan untuk memprediksi variabel aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Nilai R Square sebesar 62,9% berarti bahwa aktivitas pengendalian internal pemberian kredit dijelaskan 62,9% oleh system informasi akuntansi, sedangkan sisanya 37,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai T-hitung system informasi akuntansi (X) adalah = 4.720. Sedangkan nilai T-tabel system informasi akuntansi (X) adalah = 1.690. Jadi nilai T-hitung > T-tabel sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, berarti system informasi akuntansi dapat berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Kata kunci : Sistem Informasi Akuntansi, Aktivitas Pengendalian Internal, Pemberian Kredit.
PENDAHULUAN Setiap pihak manajemen baik perusahaan dagang, Jasa, industry, maupun perbankan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pencapaian efisiensi dan efektifitas. Namun, krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 membuat bank-bank banyak yang mengalami likuidasi akibat kredit macet, padahal pada saat itu banyak bank yang sudah mempergunakan system informasi akuntansi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan maupun aktivitas pengendalian internal. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet adalah kurangnya pengendalian yang dilakukan pihak kreditur yaitu bank sebelum melakukan pemberian kredit. Kredit macet yang terjadi di masa lampau membuat manajer para bank saat ini melakukan pengendalian yang lebih ketat terhadap permohonan kredit. Unsur-unsur pengendalian internal menurut Satriyantono (2007) adalah lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Dalam melakukan aktivitas pengendalian internal, manajemen membutuhkan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Informasi yang baik dan benar akan menghasilkan keputusan yang benar. Namun informasi yang salah juga dapat menghasilkan keputusan yang salah yang dapat berdampak buruk pada perusahaan atau bank. Informasi yang baik adalah informasi yang dapat disediakan tepat waktu dan dapat dipercaya, disertai dengan kerjasama berbagai pihak yang terlibat (Wirnarno,1994). Untuk menghindari kredit macet tersebut pihak pemberi kredit (kreditur) perlu memanfaatkan system informasi akuntansi dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit bagi pihak peminjam (debitur). TELAAH TEORITIS System Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah informasi formal dalam pengertian yang paling lazim yang mencakup semua karakteristik termasuk tujuan, tahapan, tugas, pemakai, dan sumber daya. Sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang memliki unsur-unsur yang saling terkait dan berhubungan serta mempunyai tujuan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan. Sistem informasi akuntansi menurut Chusing dan Romney (1997;2) dalam Rimbawa (2005) yaitu bahwa sistem informasi akuntansi dimulai dari pemrosesan data dan transaksi yang nantinya akan memberikan informasi kepada penggunaanya yang akan dijadikan sebagai dasar perencanaan dan mengendalikan jalannya kegiatan operasi perusahhan. Sedangkan Susanto (1993;12) memberikan pengertian berbeda tentang sistem informasi akuntansi yaitu sebagai suatu sistem pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat dan metode berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi manajemen yang terstruktur . Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah penggabungan dua sumber daya manusia dari alat yang melakukan kerjasama dengan yang lainnya, kerjasama tersebut menghasilkan transpormasi data keuangan menjadi informasi keuangan yang akhirnya dapat mengkomunikasikan informasi keuangan tersebut kepada pemakai sebagai landasan pengendalian untuk pengambilan keputusan. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Menurut Chusing dalam Kosasih (1997;440) bahwa sistem informasi yang baik harus memiliki karakteristik sabagai berikut: Usefullness, economy, reliability, customer service, capacity, simplicity, flexibility. Secara singkat kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Usefullness Sistem harus menghasilkan suatu informasi yang berguna, ini berarti informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan (relevan) dan tepat waktu, sehingga berguna bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. 2. Economy
21
3.
4. 5. 6. 7.
Seluruh komponen dari sistem harus dapat memberikan sumbangan yang besar dari biaya yang dikeluarkan. Reliability Produk dari suatu sistem harus dapat diandalkan, informasi yang dihasilkan melalui sistem harus mempunyai ketelitian yang tinggi dan sistem itu sendiri harus mampu beroperasi secara efektif. Customer service Sistem harus dapat memberikan layanan yang baik kepada para pelanggan. Capacity Kapasitas dari suatu sistem harus memadai untuk menghadapi operasi pada kapasitas penuh seperti halnya pada operasi berjalan normal. Simplicity Sistem harus sederhana, sehingga semua struktur dan operasinya dapat dimengerti serta prosedurnya dapat diikuti dengan mudah. Flexibility Sistem harus luwes dalam menampung dan menghadapi semua perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah menyediakan informasi dengan cara membuat atau menerbitkan laporan-laporan, misalnya laporan keuangan. Manfaat sistem informasi akuntansi menurut Leich (1992;5) dalam Widjaja (2001) adalah untuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian aktivitas. Aktivitas tersebut adalah: a. Proses data transaksi dari hari ke hari menjadi informasi yang berguna dalam pengendalian organisasi. b. Pengambilan keputusan, perencanaan dan pengendalian aktivitas untuk pengambilan keputusan pihak manajemen membutuhkan informasi yang tepat. Untuk perencanaan meliputi penetapan tujuan, aktivitas yang akan dilakukan dan sumber data yang penting untuk digunakan dan pengendalian aktivitas diperlukan melalui perencanaan, penetapan standar atau kriteria lain, dan membandingkan hasil yang dicapai dengan yang direncanakan. c. Produk dan jasa juga menggunakan informasi untuk menjelaskan pencatatan secara detail kepada pihak yang membutuhkan. Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Unsur-unsur sistem informasi akuntansi seperti yang dikemukakan Susanto (1999;12) dalam Rimbawa (2005) adalah sebagai berikut: 1. Manusia Peran manusia dalam sistem informasi akuntansi adalah mengambil keputusan apakah sistem dapat dilaksanakan atau tidak. 2. Alat Alat adalah unsur sistem informasi akuntansi yang digunakan mulai terjadinya transaksi sampai laporan dihasilkan. Alat tersebut dapat berbentuk formulir, catatan, data laporan, dan komputer. 3. Metode Metode adalah gambaran prosedur dalam sistem informasi akuntansi yang mencakup jalannya transaksi hingga berakhirnya transaksi. Pengertian Kredit Dalam arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa Latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.
22
Menurut Sinungan (1990) dalam Rahmadana (2002), kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan disertai dengan suatu kontra prestasi yang berupa bunga. Sedangkan pengertian kredit menurut Kotler dalam Pudjomulyono (1990), kredit adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan pinjaman dengan surat perjanjian, pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. Menurut UU No.7 tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, terdapat dua istilah yang berbeda namun mengandung makna yang sama yaitu kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Definisi kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut : • Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. • Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari kedua rumusan tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang diberikan debitur kepada bank atas pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah. Pada bank konvesional yang menggunakan istilah pembiayaan kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai kesepakatan bersama. Dari pengertian kredit diatas dapatlah dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan atau bank sebagai pemberi pinjaman (krediktur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membawa sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Bila masalah ini terjadi maka dapat kita lihat berpindah materi dari yang member kredit kepada yang diberi kredit sehingga terjadi dua pihak yang terlibat, yaitu: a. Pihak yang berkelebihan uang yang disebut pemberi kredit (kreditur). b. Pihak yang membutuhkan uang yang disebut penerima kredit (debitur). Unsur-Unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohonan kredit. 2. Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya. 5. Balas Jasa
23
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Tujuan Kredit Pemberian suatu fasilitasi kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Menurut Rahmadana (2002) adapun tujuan pemberian suatu kredit antara lain : 1. Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal tersebut terutama dalam kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika hidup bank yang terus menerus kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir atau dibubarkan. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investai maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. 3.Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah denagn menyebarnya pemberian kredit adalah : • Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank • Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. • Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat • Menghemat devisa Negara teruttama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negri dengan fasilitasi kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa Negara. • Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayi untuk keperluan ekspor. Fungsi Kredit Menurut Rahmadana (2002) suatu fasilitasi kredit memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat mendapatkan guna uang maksudnya jika uang disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh sipenerima kredit. 2. Untuk meningkatkan peredaran lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau yang di salurkan akan beredar dari suatu wilayah kewilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh uang bank akan dapat digunakan oleh sidebitur unutk mengelolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula menimgkatkan jumlah yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
24
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negri ke luar negri sehingga meningkatkan devisa Negara. 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatakan kegairahan berusaha, apalagi bagi sinasabah yang memang modalnya pas-pas an . 7. Untuk meningakatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan mendapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya. 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antar sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya maka dengan adanya kredit maka terlaksana pula program pemerintah yang sesuai dengan rencana pembangunan nasional dewasa ini dan bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah akan tetapi juga dilaksanakan oleh pihak swasta nasioanl sesuai dengan keputusan pemerintah. Tentu saja dalam hal ini dalam melaksanakan pembangunan tersebut akan lebih banyak memerlukan modal, oleh karena itu pengusaha ekonomi lemah yang kekurangan modal dapat mengajukan permohona kredit dengan demikian sangat membantu dalam pembangunan nasional. Jenis-Jenis Kredit Jenis-jenis kredit yang diberikan perbankan kepadaa masyarakat menurut Suyatno (1999;25) dalam Rimbawa (2005) dapat dibagi ke dalam berbagai sudut : 1. Kredit berdasarkan sudut tujuannya. a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan memperlancar jalannya proses konsumsi. b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan memperlancar jalannya proses produksi. c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membeli barang untuk kemudian dijual kembali. Kredit perdagangan terdiri atas : • Kredit perdagangan dalam negeri • Kredit perdagangan luar negeri 2. Kredit berdasarkan jangka waktunya. a. Kredit jangka pendek ( Short Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal satu tahun. Kredit jangka pendek dapat berbentuk : • Kredit rekening Koran, yaitu kredit yang diberikan bank kepada nasabah dengan flafon tertentu. Nasabah mengambilnya sebagian demi sebagian sesuai kebutuhan dan biaya yang dibayarkan sesuai dengan jumlah yang digunakan. • Kredit penjualan ( Leveranciers credit), yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pihak pembeli. Penjual menyerahkan barangnya terlebih dahulu baru kemudian menerima barang-
25
barang yang dibelinya. • Kredit pembeli (Afnemers credit), yaitu kredit yang diberikan pembeli kepada penjual. Pembeli menyerahkan uangnya terlebih dahulu atas barang-barang yang dibelinya baru kemudian setelah beberapa waktu menerima barang yang dibelinya. • Kredit wesel, kredit wesel terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan surat pengakuan utang yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu, kepada pihak tertentu, pada saat tertentu, dan setelah ditandatangani surat wesel dapat dijual atau diuangkan kepada bank. • Kredit eksploitasi, yaitu kredit yang diberikan suatu bank untuk membiayai current operation suatu bank. b. Kredit jangka menengah (Medium Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu 1-3 tahun kecuali kredit tanaman musiman. Contoh kredit jangka menengah adalah kredit modal kerja permanent (KMKP) yang diberikan dengan jangka waktu maksimal 3 tahun. c. Kredit jangka panjang ( Long Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun, kredit ini umumnya adalah kredit investasi. Prinsip-prinsip Kredit Pertimbangan utama memberikan kredit adalah apakah kredit tersebut mampu dilunasi atau tidak, namun selain itu pada umumnya para analisis kredit memiliki kerangka analisis kredit yang disebut “Prinsip 5C” dalam mempertimbangkan permohonan kredit {Kasmir (2005;15) dalam Rimbawa(2005)}. Prinsip 5 C tersebut adalah : 1. Character Karakter berhubungan dengan kemauan moril calon krediktur untuk membayar atau melunasi kembali seluruh pinjamannya. 2. Capacity Kemampuan menyangkut arus kas dimana arus kas tersebut mampu melunasi utang. 3. Capital Modal menunjukkan posisi keuangan debitur, untuk menunjukkan kekuatan dari neraca debitur. 4. Collateral Jaminan merupakan jalan keluar kedua. Apabila kreditor tidak mampu melunasi utangnya maka bank akan menjual jaminannya yang hasilnya akan disunakan untuk melunasi kredit usaha yang tersisa. Oleh karena itu, sebaiknya nilai jaminan harus mampu menutupi pinjaman kreditur. 5. Condition Kondisi menunjukkan sensivitas peeminjaman atas tekanan-tekanan eksternal seperti tingkat bunga, siklus usaha, dan tingkat persaingan. Kebijakan Kredit Kebijakan kredit yang baik adalah keijakan yang flaksibel untuk setiap keadaan yang berubah-ubah dan memberikan peluang untuk keputusan-keputusan individual. Kebijakan kredit menurut suyatno (1999;16) adalah sebagai berikut : 1. Pemberian kredit harus sesuai dan seirama dengan kebijaksanaan meneter dan ekonomi. 2. Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang diproritasikan. 3. Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang diragukan dengan bank abilitynya.
26
4. Setiap kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit, disini tersirat pertimbangan yuridis dari penghasilan pemerintah dengan adanya materai kredit. 5. Overdraft dari penarikan uang dari bank melebihi saldo giro atau melebihi platform kredit yang disetujui dilarang. 6. Pemberian kredit untuk pembayaran kembali kepada pemerintah dilarang. 7. Kredit tanpa jaminan dilarang. Kebijakan kredit seperti di atas perlu dilakukan untuk menghindari kredit macet. Factor adanya jaminan penting untuk diperhatikan bank, seperti yang tertulis pada pasal 8 UU Perbankan Tahun 1992 yaitu : “ Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.” Selain jaminan, hal lain yang perlu diperhatikan baik bank sabagai kreditur maupun nasabah sabagai debitur, yaitu perjanjian kredit. Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengembalian maupun pelaksanaan kredit itu sendiri. Prosedur Pemberian Kredit Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada umumnya tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan yang ditetapkan dan pertimbangan masingmasing. Menurut Tanjung (2008) prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan dan hukum, secara umum adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan berkas pinjaman 2. Wawancara I 3. On the spot 4. Wawancara II 5. Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit 6. Keputusan Kredit 7. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya 8. Realisasi kredit 9. Penyaluran/penarikan Secara detail prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut : 1. Pengajuan berkas-berkas Pengajuan proposal kredit hendaklah berisi antara lain : • Latar belakang perusahaan • Maksud dan tujuan • Besarnya kredit dan jangka waktu • Cara pengembalian kredit • Jaminan kredit Proposal hendaknya sudah dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti : • Akte notaris • Tanda daftar perusahaan (TDP) • Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) • Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir • Bukti diri dari pimpinan perusahaan • Foto copy sertifikat jaminan 2. Pemeriksa berkas Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. 3. Wawancara I Merupakan penyelidikan kepada calon peminjaman dengan langsung berhadapan dengan calon peminjaman.
27
4. 5. 6. 7.
• • • 8. 9. 10.
On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I Wawancara II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan kredit yang sebernarnya. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup : Jumlah uang yang diterima Jangka waktu, dan Biaya-biaya yang harus dibayar Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit. Realisasi kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Penyaluran/penarikan Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.
Pengendalian Internal Pada perusahaan yang kegiatan usahanya besar,pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi untuk mengawasi setiap tahap kegiatan operasi. Sehingga pimpinan melimpahkan sebagian wewenang agar dapat dapat membantu sebagian wewenangnya dan membantu melaksanakan tugasnya dengan baik. Pengertian Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Pengertian pengendalian internal yang ditetapkan Comitte of Sponsoring Organization (COSO) dalam Ratiff (1996;91) adalah suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: a. Keefektifan dan efesiensi operasional perusahaan b. Pelaporan keuangan yang handal c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan Kriteria Pengendalian Internal Menurut Arrens (2000:273) dalam Rimbawa (2005;24) yang kriteria pengendalian kredit dapat dibagi menjadi enam unsur, yaitu : 1. 2.
Personil yang kompeten dan dapat dipercaya dengan penetapan wewenang serta tanggung jawab yang jelas. Pemisahan fungsi yang menandai untuk menghindari kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Pemisahan fungsi fungsi tersebut meliputi : a. Pemisahan antara penyimpanan harta dan pencatatannya. b. Pemisahan antara otorisasi transaksi dengan penyimpanan harta yang bersangkutan.
28
c. Pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi d. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatannya. 3. Penetapan prosedur otorisasi yang layak baik otorisasi yang bersifat khusus maupun umum, setiap transaksi harus disahkan secara layak agar diperoleh pengendalian yang memuaskan. 4. Adanya dokumen dan catatan yang memadai untuk meminjam ketepatan yang wajar bahwa semua harta dapat diawasi atau dikontrol sebagaimana mestinya dan semua transaksi dicatat dengan benar. 5. Pengendalian secara fisik antara aktiva dan catatan jenis pengamanan yang terpenting atas aktiva dan catatan adalah suatu tindakan pencegahan secara fisik. 6. Adanya staf pemeriksaan internal yang independen. Unsur terakhir dari pengendalian internal adalah suatu tindakan penelaahan yang diteliti dan berkesinambungan atas pelaksanaan kelima unsur pengendalian internal yang lainnya. Dari pembahasan tentang pengendalian internal sebagai suatu sistem maka tetap harus diperhatikan bahwa unsur tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tujuan Pengendalian Internal Tujuan pengendalian internal menurut Putra (2007) adalah: a. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan b. Pelaporan keuangan yang handal c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan Pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Operasi yang efektif dan efisiensi Tujuan pengendalian internal berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasi yang ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala hal kegiatan bisnis dan untuk mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien. b. Pelaporan keuangan yang handal Pengendalian internal dirancang untuk menjamin bahwa proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang diteliti dan handal. c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan Pengendalian internal merupakan alat bantu untuk mendorong ditaatinya ketentuanketentuan yang ditetapkan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Aktivitas Pengendalian Internal Aktivitas pengendalian internal menurut Satriyantono (2007) adalah sebagai berikut : “Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian seharusnya efisiensi dan efektif untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri. Aktivitas pengendalian meliputi : • Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup • Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai • Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup • Pengendalian secara fisik terhadap asset dan catatan • Evaluasi secara independen atas kinerja • Pengendalian terhadap pemrosesan informasi • Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan.” Keterbatasan Pengendalian Internal Penting untuk dipahami bahwa aktivitas pengendalian internal yang efektif tidak memberikan jaminan absolute akan tercapainya tujuan perusahaan tanpa adanya kesalahan dan penyelewengan, sebab pengendalian internal mempunyai keterbatasan. Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa pengendalian yang handal tidak bisa mengubah manajer yang buruk menjadi bagus. Akan tetapi pengendalian internal yang handal dan efektif dapat memberikan informasi
29
yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula. Menurut Tuanakotta (1992;98-99) dalam Rimbawa (2005) batas-batas pengendalian internal adalah sebagai berikut : 1. Persekongkolan (Collusion) Pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari sejauh mungkin akan tetapi tidak jaminan bahwa persekongkolan tidak terjadi. 2. Biaya (Cost) Pengendalian diperlukan untuk pelaksanaan operasi perusahaan yang efisien dan mencegah tindakan yang dapat merugikan perusahaan. 3. Kelemahan Manusia (Human Error) Pengendalian internal yang secara teoritis sudah baik namun dapat bocor juga dikarenakan adanya kesalahan atau kelemahan yang dilakukan manusia. KERANGKA BERPIKIR Bagi pihak kreditur, diperlukan suatu aktivitas pengendalian internal pemberian kredit yang efektif untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. Dalam menjalankan aktivitas pengendalian internal, manajer sebuah perusahaan atau perbankan harus memiliki informasi yang memadai tentang calon penerima kredit. Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak yang membutuhkan, disusun suatu sistem informasi akuntansi. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka didapat kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan hubungan antara variabel dengan bentuk yang akan digambarkan sebagai berikut: X
Y
Sistem Informasi Akuntasi
Sistem Informasi Akuntasi Gambar 3.1 Model Kerangka Berpikir
Hipotesis Sistem yang dapat membantu perusahaan atau bank dalam proses pemberian kredit adalah sistem informasi akuntansi yang diperlukan dalam pengendalian kredit. Menurut Rimbawa (2005), bahwa sistem informasi akuntansi yang memadai berperan dalam menunjang pengendalian internal pemberian kredit yang diterapkan dalam Bank Jabar Cabang Suci. Berdasarkan kerangka teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Ha: Sistem informasi akuntansi berpengaruh dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum di Medan. Proses pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus 2008 dengan menyebarkan kuisioner kepada karyawan/staf bagian pada Bank Umum di Medan. Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok atau sekumpulan orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sampel adalah sesuatu yang dipergunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok
30
yang lebih besar yang bertujuan untuk memperoleh informasi seluruhnya (Ikhsan, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang ada di Medan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu karyawan atau staf yang bekerja di bagian kredit Bank Umum di Medan. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini yaitu data subyek. Sumber data yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama (Ikhsan, 2006). Defenisi Variabel Penelitian Ada 2 variabel penelitian yaitu variabel Aktivitas pengendalian internal pemberian kredit (Y) sebagai variabel dependen, dan sebagai variabel independennya adalah sistem informasi akuntansi (X). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Guttman, yang menggunakan skala nominal (Ikhsan, 2006;139). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis menetapkan nilai-nilai jawaban sebagai berikut : Ya=1, Tidak=0. NO
Variabel
Defenisi
Jumlah Kuesioner
Skala Pengukuran
5
Nominal
18
Nominal
1
Aktivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit
Kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahkan manajemen telah dilaksanakan
2
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi adalah penggabungan dua sumber daya manusia dari alat yang melakukan kerjasama dengan yang lainnya, kerjasama tersebut menghasilkan transformasi data keuangan menjadi informasi keuangan yang akhirnya dapat mengkomunikasikan informasi keuangan tersebut kepada pemakai sebagai landasan pengendalian keputusan
Teknik Pengumpulan Data Data primer didapat melalui kuesioner yang dibagikan kepada staf karyawan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Kuesioner yang dibagikan bersumber dari penelitian terdahulu yaitu penelitian Dikdik Rimbawa tahun 2005. Teknik Analisa Data Data yang diperlukan untuk mengetahui peranan sistem informasi akuntansi dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit diperoleh melalui kuisioner dan observasi. Adapun bentuk kuisioner yang penulis gunakan sebagai alat penelitian adalah close question (pertanyaan tertutup), yaitu daftar pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu. Pilihan jawaban yang diberikan “ya” dan “tidak”, merupakan ukuran tingkat kesesuaian dengan kriteria yang ditetapkan. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Mendeteksi normalitas dilakukan dengan cara uji statistik yang diukur dengan nilai perhitungan Kolmogrov Smirnof Test. Syarat normalitas dengan menggunakan nilai Kolmogrov Smirnof Test yaitu jika nilai probabilitasnya > 0,05. Jika nilai perhitungan
31
menunjukkan nilai probabilitasnya < 0,05 maka menunjukkan penolakan asumsi normalitas. b. Uji Heterokedositas Uji heterokedositas bertujuan untuk mendeteksi adanya ketidaksamaan varian dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi gejala ini digunakan uji Glejser yaitu membuat model regresi yang melibatkan nilai mutlak residual sebagai variabel dependen terhadap variabel independen. Heteroskedastositas terdeteksi apabila nilai signifikansi berada dibawah 0,05 (Ghozali. 2003:72) Uji Hipotesis a. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam bentuk suatu persamaan regresi dengan menggunaka analisis regresi sederhana. Adapun rumus pengujian hipotesis dengan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut : Y=a + bX Dimana : Y : Aktivitas Pengendalian a : Nilai intersep (Konstan) b : Koefisien arah regresi X : Sistem Informasi Akuntansi b. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan uji t. Nilai t hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf kesalahan 5% dengan derajat kebebasan n-2. Ketentuannya adalah : - Apabila | thitung | > | ttabel | maka hipotesis diterima atau Sistem informasi akuntansi, dapat berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. - Apabila | thitung | < | ttabel | maka hipotesis ditolak atau Sistem informasi akuntansi, tidak berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Untuk mempermudah dalam memperoleh hasil analisis dan lebih akurat, maka penelitian ini menggunakan software statistik SPSS 15. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang didapat dari situs Wikipedia berbahasa Indonesia bank umum yang ada di kota Medan saat ini ada sekitar 23 bank, baik yang berbentuk sebagai bank umum persero, bank umum swasta nasional devisa, bank campuran maupun bank asing. Namun, pada penelitian ini peneliti hanya dapat menyebarkan kuesioner pada 4 bank saja yang sekaligus dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu 2 bank umum persero dan 2 bank umum swasta nasional devisa. Penyebab terbatasnya jumlah sampel dalam penelitian ini disebabkan beberapa hal diantaranya penolakan yang disebabkan kesibukan pihak bank dan penolakan-penolakan yang bersifat nonkoperatif. Bank yang dijadikan sampel dalam ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.1 Nama dan Alamat Bank No 1 2 3 4
Nama PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Negara Indonesia Tbk PT. Bank Danamon Indonesia Tbk PT. Bank Lippo Tbk
Alamat Jl. Imam Bonjol, Medan Jl. Kesawan, Medan Jl. Diponegoro N0.35, Medan Jl. Pemuda, Medan
Sebanyak 40 kuesioner dibagikan kepada responden yang ada di 4 bank umum di Medan mulai tanggal 1 Agustus-18 Agustus 2008 dimana kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 36 eksemplar. Meskipun kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 36
32
eksemplar, namun jumlah itu telah memenuhi syarat minimal n =30, yang berarti data ini sudah layak untuk di uji. Berdasarkan demografi responden, maka responden dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut lama bekerja, jenis kelamin dan pendidikan. Beberapa gambaran demografi responden tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Lama Bekerja Dan Pendidikan
Menurut Lama Bekerja Jumlah % 2-3 Tahun 21 58,3 3-4 Tahun 12 33,3 4-5 Tahun 2 5,6 5-6 Tahun 1 2,8 Total 36 100
Menurut Pendidikan Jumlah % D3 4 11,1 S1 30 83,3 S2 2 5,6 36
1000
Sumber : Data Diolah 2008 Dari 36 responden yang diolah, tercatat bahwa sebanyak 30 orang atau 83,3% yang merupakan lulusan sarjana atau SI. Sedangkan berdasarkan lama bekerja, sebagian besar yang menjadi responden telah bekerja dalam rentang waktu 2-3 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau 58,3%. Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Menurut Jenis Kelamin Jumlah Pria 27 Wanita 9 Total 36 Sumber : Data Diolah 2008
% 75 25 100
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa responden pria lebih mendominasi dibandingkan responden wanita. Responden pria memiliki persentase 75% sedangkan responden wanita 25%. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Normalitas sebaran data selain merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus diuji dalam analisis regresi, juga merupakan syarat penting untuk menentukan alat uji yang akan digunakan untuk menjawab hipotesis. Untuk itu, maka dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan Kolmogrov Smirnov Test. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel 4.4 menunjukkan distribusi yang normal pada model yang digunakan dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,105 (0,105 > 0,05) sehingga bisa dilakukan regresi dengan model liniear sederhana. Tabel 4.4 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual
33
N Normal Parameter a,b Most Extreme Differences
.36 .0000000 .202 .47774430 .202 -.138 1.214 .105
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smimov Z Asymp. Sig.(2-tailed)
b. Uji Heterokedastisitas Hasil uji heterokedastisitas yang dilakukan melalui uji glejser dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas Model
T
Sig
0.415
0.681
0.130
0.897
(Constant) Sistem Informasi Akuntansi Sumber Data Diolah Lihat Lampiran D Heterokedastisitas terdeteksi apabila nilai signifikansi berada di bawah angka 0,05. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai variabel bebas tidak signifikan pada taraf 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi adalah homokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi sebagai variabel independen terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian kredit sebagai variabel dependen. Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji t). Jika T-hitung < T-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika T-hitung > T-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut :
(Constant)
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Koefisien Standar t-value Beta Error .077 0.894 0.086
0.932
Sistem Informasi Akuntansi
0.280
0.000
Variabel
0.059
4.720
ρ
Ket
S
R Square = 0.629 ρ= 0.000 n = 36 Adj.R Square = 0.378 Sumber : Data Diolah Lihat Lampiran D Hasil hipotesis menunjukkan, nilai t test signifikan pada α = 0,05 ( p =0,000; p < 0,05), yang berarti bahwa dapat digunakan untuk memprediksi variabel aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Koefisien regresi variabel sistem informasi sebesar 0.280 persamaan regresi yang dihasilkan, yaitu Y = 0.077 + 0.280X menunjukkan setiap pertambahan satu satuan pada aktivitas pengendalian internal pemberian kredit, maka akan disesuaikan dengan pertambahan nilai pada
34
variabel sistem informasi akuntansi sebesar 0.280. Nilai R square sebesar 62,9% bahwa aktivitas pengendalian internal pemberian kredit yang merupakan variabel dependen dapat dijelaskan sebesar 62,9% oleh sistem informasi akuntansi. Sedangkan sisanya 37,1% dijelaskan oleh variabel lainnya. Dengan jumlah sampel (n) sebanyak 36 sampel dan jumlah variabel independent dan dependen (k) sebanyak 2, maka ditentukan T-tabel dengan menggunakan rumus derajat pembilang (df) = n – k = 36 – 1 = 35. Nilai df adalah 35, sehingga nilai T-tabel adalah 1,690. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai T-hitung sistem informasi akuntansi (X) adalah =4.720. Sedangkan nilai T-tabel sistem informasi akuntansi (X) adalah = 1.690. Jadi nilai T-hitung > T- tabel sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari jawaban responden. Responden penelitian ini adalah karyawan atau staf yang bekerja di bagian kredit pada Bank Umum di Medan. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden yang ada di 4 bank umum di Medan adalah 40 eksemplar dimana kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 36 eksemplar. Pada penelitian ini dilakukan uji asumsi klasik terhadap seluruh data diantaranya adalah uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yang artinya data terdistribusi secara normal. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji glejser dimana hasilnya menunjukkan bahwa nilai t lebih besar dari 0,05 yang artinya model regresi dalam penelitian ini telah bebas dari heterokedastisitas. Dalam penelitian ini, selain melakukan uji asumsi klasik juga dilakukan uji hipotesis. Hipotesis dilakukan dengan uji t dimana hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sehingga hasil dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rimbawa tahun 2005 dimana hasil penelitiannya yaitu pelaksanaan sistem informasi akuntansi sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit. KESIMPULAN Sistem informasi akuntansi terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Hal ini terlihat dari nilai T-hitung > T-tabel sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Sehingga hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dikdik Rimbawa dimana pelaksanaan sistem informasi akuntansi sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit. Saran 1. Untuk meningkatkan keakuratan jawaban kuesioner, maka perlu dilakukan upaya seperti meminta catatan atau dokumen yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit. 2. Penelitian ini hendaknya menambah variabel penelitian yang kemungkinan berpengaruh terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. 3. Sampel pada penelitian ini sebaiknya diperbanyak atau diperluas yaitu dengan menambah jumlah bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka Hall, A. James (2001). Sistem Informasi Akuntansi, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Ikhsan, Arfan dan Imam Ghozali (2006). Metode Penelitian untuk Akuntansi dan Manajemen. Medan: Madju.
35
Marianus Sinaga dan Joseph W. Wilkinson (1992). Sistem Informasi dan Akuntansi, Edisi Kedua, Jilid I. Penerbit Erlangga. Putra (2007). Sistem Pengendalian Internal (SPI) – Basic. http://putra-finance-accountingtaxation.blogspot.com Rahmadana, M. Fitri dan Hafniah Lumbanraja (2002). Analisis Pemakaian Jasa Kredit Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Medan. http://www.manbisnis2.tripod.com Rimbawa, Dikdik (2005). Peranan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit. http://widyatama.ac.id Satriyantono (2007). Pengendalian Internal. http://satriyantono.netsai_ugmpublikasi_2.php Situmorang Syafrizal Helmi (2008). Analisis Data Penelitian. Menggunakan Program SPSS. Medan. USU Press. Sugiyono (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta. Sularso, Sri (2004). Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi. Yogyakarta: BPFE UGM. Tanjung, Edo (2008). Pengenalan Perkreditan. http://www.usaha-umkm.blog.com Widjaja,Rahmat (2001). Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Atas Siklus Pengeluaran pada PT. Saptawahana Mulia. Gresik http://digilib.petra.ac.id
36