PENGARUH SIKAP, PENGETAHUAN, DAN PRAKTIK VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 01 MAYONG JEPARA Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus
ABSTRAK Latar Belakang: 75% wanita dunia termasuk remaja di Indonesia mengalami keputihan. Sedikitnya 90% perempuan di Indonesia berpotensi untuk terserang keputihan, termasuk remaja putri. Pada tanggal 22 November 2013, peneliti melakukan studi pendahuluan di SMPN 01 Mayong Jepara, pada 21 siswi kelas VII. Diperoleh 17 siswi pernah mengalami keputihan patologis, sedangkan 4 siswi belum pernah mengalami keputihan fisiologis maupun patologis. Tujuan dan Ruang Lingkup: Mengetahui pengaruh sikap, pengetahuan, dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong, Jepara. Metode: Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental (observasional), dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil Penelitian: Hasil bivariat didapatkan nilai p value pada sikap 0.036, pengetahuan 0.426, praktik 0.088. Hasil mutivariat didapatkan nilai p value sikap 0.052 dan p value praktik 0.097. Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan antara sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Antara variabel sikap vulva hygiene dan praktik vulva hygiene tidak ada yang berpengaruh (berkontribusi) dan tidak ada yang paling berpengaruh dengan kejadian keputihan. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja melalui kunjungan ke berbagai sekolah. Kata Kunci :Sikap, Pengetahuan, Praktik Vulva Hygiene, dan Keputihan. Daftar Pustaka :53 (2003-2013)
Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
117
PENDAHULUAN 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, dan ini merupakan salah satu resiko penyebab terjadinya keputihan. Data statistik hasil penelitian di Jawa Tengah tahun 2009, menunjukkan bahwa 2,9 juta jiwa remaja putri berusia 15-24 tahun, 45% mengalami keputihan dan pada tahun 2010 meningkat 3,1 juta jiwa. Sedangkan data hasil penelitian dari Dinas kesehatan Kabupaten Demak, jumlah remaja yang dilayani dalam program kesehatan reproduksi terdapat 89.815 jiwa, 29,8% (26.797) mengalami kejadian keputihan pada remaja putri (Profil Dinkes Jateng, 2010). Data hasil penelitian sebelumnya pada tahun 2003 oleh Ikke Handayani di SLTP Jakarta Timur terdapat 93,4% mengalami keputihan karena kurangnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia (Handayani, 2003), dan berdasarkan kutipan dari Rabita, menurut Wiwit (2008) di SMAN 02 Semarang didapatkan bahwa 48 (96%) remaja putri mengalami keputihan, dan yang tidak sekitar 23 (47,9%) juga disebabkan kurangnya pengetahuan merawat organ genitalia eksterna (Rabita, 2010). Penting sekali bagi para remaja putri sejak dini merawat kebersihan genitalia dengan vulva hygiene secara tepat. Sebelum seseorang melakukan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia yaitu vulva hygiene, terdapat 3 tahap yang harus dilalui, yaitu sikap, pengetahuan dan praktik atau tindakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap dan pengetahuan remaja putri yang kurang tentang vulva hygiene, seperti perilaku yang buruk saat Buang Air Besar (BAB) atau Buang Air Kecil (BAK) membersihkannya dengan air yang tidak bersih dan salah arah saat membersihkannya, memakai pembersih sabun, pewangi atau pembilas secara berlebihan, memakai celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, jarang mengganti pembalut, hal tersebut dapat menjadi pencetus keputihan yang disebabkan karena
118
beberapa faktor antara lain infeksi, benda asing, tumor dan normal (Ratna, 2010). Perlu adanya pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga dan merawat kebersihan diri terutama organ reproduksi termasuk resiko bila tidak dijaga (Departemen Kesehatan RI, 2003). Studi pendahuluan di SMPN 01 Mayong Jepara, pada tanggal 22 November 2013 terhadap 21 siswi kelas VII. Diperoleh 17 siswi pernah mengalami keputihan patologis, 13 diantaranya disertai dengan bau, berwarna putih susu dan kekuningan, berbentuk cair serta berlendir dalam jumlah sedikit maupun banyak, dan 4 diantaranya berwarna putih susu, berbentuk cair dan lendir serta tidak berbau. Sedangkan 4 siswi belum pernah mengalami keputihan fisiologis maupun patologis. Para siswi dalam membersihkan alat kemaluan menggunakan air serta sabun, dan ada yang sebagian dengan mengganti celana dalam. Semua siswi yang diwawancara, dan diobservasi dengan kuesioner tidak mengetahui tentang keputihan secara benar (pengertian kebersihan daerah kemaluan, tujuan dari kebersihan daerah kemaluan, akibat jika alat kemaluan selalu lembab, menyikapi bau pada kemaluan, dll). Tujuan Penelitian Mengetahui factor- factor yang berpengaruh terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong, Jepara. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan (Guru) dan UKS Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pendidikan (guru) serta unit kesehatan sekolah tentang sikap, pengetahuan dan praktik vulva hygiene, untuk memperhatikan kebersihan diri (vulva hygiene), sehingga dapat mencegah dan mengetahui penanganan keputihan pada remaja putri. 2. Bagi Puskesmas Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan juga memberikan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126
3. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang pengaruh sikap, pengetahuan dan praktek vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri sebagai tugas akhir dalam rangka menempuh Program Pendidikan Sarjana Keperawatan. 4. Bagi Institusi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut. . METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimental (observasional) bersifat studi korelasi yang bertujuan merumuskan hipotesis hubungan kausal variable sikap, pengetahuan dan praktik vulva hygiene terhadap kejadian keputihan. Pendekatan waktu pengumpulan data adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variable yang yang termasuk factor resiko dan efek diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan . Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII dengan jumlah 177 di SMPN 01 Mayong Jepara. Sedangkan sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane (Sastroasmoro, 2008) di dapatkan sejumlah 64 siswi. Kriteria inklusi dalam penelitian ii adalah Siswi SMPN 01 Mayong Jepara kelas VII yang hadir pada saat dilakukan penelitian baik sudah pernah menstruasi atau belum menstruasi HASIL PENELITIAN 1. Dari 57 remaja putri yang mengalami keputihan patologis memiliki sikap vulva hygiene yang baik lebih banyak yaitu 36 orang (97.3%) dibandingkan yang memiliki sikap kurang yaitu 21 orang (77.8%). 7 Remaja putri yang mengalami keputihan fisiologis memiliki sikap vulva hygiene yang baik lebih sedikit yaitu 1 orang (2.7%) dan yang memiliki sikap vulva hygiene yang kurang yaitu 6 orang (22.2%). Hasil analisis chi square setelah crosstabulating (tabel silang) tidak
memenuhi syarat untuk diuji dengan uji chi square karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu fisher dengan nilai Sig. adalah 0.036, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada hubungan sikap dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara 2. Dari 57 remaja putri yang mengalami keputihan patologis memiliki pengetahuan vulva hygiene yang baik lebih banyak yaitu 30 orang (93.8%) dibandingkan yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 27 orang (84.4%). 7 Remaja putri yang mengalami keputihan fisiologis memiliki pengetahuan vulva hygiene yang baik lebih sedikit yaitu 2 orang (6.2%) dan yang memiliki pengetahuan vulva hygiene yang kurang yaitu 5 orang (15.6%). Hasil analisis chi square setelah crosstabulating (tabel silang) tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan uji chi square karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu fisher dengan nilai Sig. adalah 0.426, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara. 3. Dari 57 remaja putri yang mengalami keputihan patologis memiliki praktik vulva hygiene yang baik lebih banyak yaitu 39 orang (95.1%) dibandingkan yang memiliki praktik vulva hygiene yang kurang yaitu 18 orang (78.3%). 7 Remaja putri yang mengalami keputihan fisiologis memiliki praktik vulva hygiene yang baik lebih sedikit yaitu 2 orang (4.9%) dan yang memiliki praktik vulva hygiene yang kurang yaitu 5 orang (21.7%). Hasil analisis chi square setelah crosstabulating (tabel silang) tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan uji
Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
119
chi square karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu fisher dengan nilai Sig. adalah 0.088, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan praktik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara. 4. Melalui proses statistik regresi logistik, hasil signifikan dari variabel sikap dan praktik lebih dari 0.05, sikap dengan p value (sig.) 0.052, Exp(B) 0.110 dan praktik dengan p value (sig.) 0.097, Exp(B) 0.217, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel diatas yaitu sikap dan praktik, tidak ada yang berpengaruh dengan kejadian keputihan dan tidak ada yang paling berpengaruh dengan kejadian keputihan. PEMBAHASAN 1. Sikap Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki sikap baik sebanyak 37 orang (57.8%) dan yang memiliki sikap kurang sebanyak 27 orang (42.2%). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap yang ada dalam diri seseorang memerlukan unsur respon dan stimulus. Kepuasan merupakan respon dari stimulus yang diterima. Output sikap pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka, maka seseorang akan menghindar dan menjauh (Budiman, 2013). Permasalahan yang di temukan pada sikap responden tentang vulva hygiene yaitu saat menstruasi, banyak responden yang tidak setuju untuk mengganti pembalut 3-4 jam sekali setiap hari. Dibuktikan dengan hasil kuesioner 37.5% yang menyatakan tidak setuju terhadap sikap tersebut, 4% menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan 26.5% menyatakan sangat
120
setuju dan 31.3% menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian besar responden yang memiliki sikap kurang. 2. Pengetahuan Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang sama antara baik maupun kurang, yaitu sebanyak 32 orang (50.0%) untuk pengetahuan baik, dan 32 orang (50.0%) untuk pengetahuan kurang. Menurut Notoatmojdo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Basar bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya (Budiman, 2013). Permasalahan yang ditemukan pada pengetahuan responden tentang vulva hygiene yaitu apabila vagina sering dibersihkan menggunakan sabun atau pembersih, maka yang akan terjadi vagina menjadi wangi, dengan jawaban sebanyak 52%. Hal ini menunjukkan bahwa banyak responden yang memiliki pengetahuan kurang, karena penggunaan sabun akan merubah pH normal vagina sehingga mempercepat pertumbuhan jamur atau bakteri. Hasil jawaban responden tentang pengetahuan keputihan sebanyak 59% menjawab benar, yang seharusnya menjawab salah terhadap pertanyaan keputihan yang normal adalah keputihan yang membuat gatal dan tidak nyaman di daerah alat kemaluan. 3. Praktik Vulva Hygiene Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang memiliki praktik vulva hygiene yang baik sebanyak 41 orang (64.1%), dan yang memiliki praktik vulva hygiene yang kurang sebanyak 23 orang (35.9%).
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126
Praktik vulva hygiene merupakan tindakan perawatan kebersihan pada organ eksterna (Tarwanto, 2006). Faktor yang mempengaruhi personal hygiene menurut Bieber (2013), dalam hal ini yaitu vulva hygiene antara lain: body image (citra tubuh), praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan, pilihan pribadi, dan kondisi fisik. Faktor-faktor tersebut mampu berjalan selaras apabila dapat diterima oleh individu itu sendiri dan lingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2010). Permasalahan yang ditemukan pada praktik responden tentang vulva hygiene yaitu, bahwa 34.3% responden jarang menggunakan celana dalam berbahan katun atau kaos yang menyarap keringat, 42.2% responden selalu membersihkan alat kemaluan menggunakan air yang ada di bak atau ember, dan 39.1% responden jarang mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali setiap hari saat menstruasi. Hasil jawaban responden menunjukkan bahwa masih banyak yang memiliki praktik yang kurang. Penggunaan celana dalam selain berbahan katun dan kaos, tidak akan menyarap keringat dan membuat daerah alat kemaluan terlalu lembab. Sedangkan, jika menggunakan air yang menggenang untuk membersihkan alat kemaluan, dikhawatirkan air tersebut tidak bersih serta terdapat bakteri, dan penggunaan pembalut terlalu lama akan membuat alat kemaluan tidak nyaman dan gatal. Hal tersebut dapat mengganggu flora normal yang terdapat dalam daerah kewanitaan. 4. Kejadian Keputihan Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mengalami keputihan patologis sebanyak 57 orang (89.1%), dan yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 7 orang (10.9%). Keputihan mempunyai kata lain yaitu: Leukorea, Leukorrhea, Leucorrhea, Leucorrhoea, Leukorrhagia, The Whites, Whites, White Discharge, Fluor Albus. Beberapa
definisi keputihan adalah cairan atau lendir putih kekuningan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalyang tidak berupa darah, produk berlebihan yang berupa lendir putih yang berasal dari vagina, dan pelepasan produk vagina atau saluran leher rahim yang berwarna putih, keputihan, kental, mirip lendir, biasanya akibat infeksi vagina (Anurogao, 2011). Sesuai dengan kutipan American Jurnal (2010), menyatakan bahwa “Leukorrhea adalah keluarnya cairan berwarna kuning atau kuning-hijau dari vagina. Douching (membasuh vagina) biasanya tidak dianjurkan karena dapat mengganggu pertumbuhan bakteri normal di vagina, karena vagina sangat sensitif, dan untuk menghindari iritasi harus menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan menghindari pemakaian celana ketat” (Celester, 2010). Permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini adalah banyak responden yang mengalami keputihan patologis. 67% mengalami keputihan disertai gatal, 59% mengalami keputihan disertai bau, 76.6% mengalami keputihan berwarna putih susu, dan 80% mengalami keputihan berbentuk cair disertai lendir. Selain karena ketidaktahuan responden dalam merawat dan membersihkan alat kewanitaan, sehingga dapat memicu berkembangbiaknya jamur ataupun bakteri, keputihan juga salah satu gejala dari infeksi pada vagina yang menyebabkan terjadinya perubahan biokomia (jumlah pathogen lebih banyak) tersebut sudah memenuhi terjadinya infeksi, namun jika imunitas yang terbentuk tinggi tinggi maka infeksi tidak terjadi. Adapun yang menyebabkan imunitas lemah antara lain stress, pemakaian obat antibiotik, pola makan yang buruk, dan memiliki riwayat penyakit genetik atau menular. 5. Hubungan Sikap dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Penelitian ini diperoleh hasil bahwa uji fisher menunjukkan nilai p value atau Sig. adalah 0.036, yang berarti dapat
Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
121
diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada hubungan sikap dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara. Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori yang dikemukakan Bloom, bahwa perilaku dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap sebagai ranah afektif yang selanjutnya akan menimbulkan respon dan akan diteruskan untuk mengambil suatu tindakan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap dikategorikan menjadi tiga orientasi pemikiran, yaitu berorientasi pada respon, berorientasi pada kesiapan respon, berorientasi pada skema triadic. Sikap berorientasi pada respon adalah perasaan memihak atau tidak memihak. Sikap berorientasi pada kesiapan respon adalah kesiapan bereaksi pada objek dengan cara tertentu (Budiman, 2013). Hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Hani Handayani (2011) di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan, bahwa dalam penelitiannya ada hubungan antara sikap dengan perilaku remaja putri terhadap kebersihan organ genitalia eksterna, dengan p value 0.017, sikap kurang serta perilaku kurang (50.0%) dan sikap baik serta perilaku baik (70.9%). Hasil penelitian yang serupa dari Aristha (2013) di Desa Gumelar Kecamatan Balung Jember, didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan, dengan p value 0.006, sikap baik 54% dan sikap buruk 46%. Teori dan hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, bahwa sikap yang baik kemungkinan besar akan memberikan pandangan seseorang untuk berperilaku baik pula, sehingga dalam hal ini lebih meminimalkan kemungkinan terjadinya keputihan. 6. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Penelitian ini diperoleh hasil bahwa uji fisher menunjukkan nilai p value atau Sig. adalah 0.426, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ho gagal ditolak
122
(diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara. Teori yang mendukung penelitian ini adalah bahwa tingginya pendidikan seseorang, akan memudahkannya menerima informasi, sehingga wawasan dan pengetahuan yang dimiliki semakin banyak untuk meningkatkan kesehatan. Teori dari Kurniawan (2008) menjelaskan bahwa tingginya pengetahuan tentang kesehatan organ reproduksi wanita, tidak menjamin mempunyai perilaku yang baik untuk meningkatkan status kesehatannya (Kurniawan, 2008). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Tahapan pengetahuan antara lain: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Budiman, 2013). Hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Aristha (2013) di Desa Gumelar Kecamatan Balung Jember, yang menyatakan tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan, dengan p value > 0.05, pengetahuan baik 74% dan pengetahuan buruk 26%. Teori dan hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, bahwa pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhinya selain pengetahuan menjaga kebersihan kewanitaan. Faktor-faktor pemicu keputihan antara lain: genetik (seperti DM), riwayat penyakit sebelumnya. Faktor pengetahuan dipengaruhi oleh internal (umur dan intelegensia) dan eksternal (pendidikan, lingkungan, pengalaman, informasi, dll). Hal itu dapat pula terjadi karena pola hidup sehari-hari, status ekonomi, sosial dan budaya, serta aktivitas seksual yang tidak terkaji dalam penelitian ini.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126
Hubungan Praktik vulva hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Penelitian ini diperoleh hasil bahwa uji fisher menunjukkan nilai p value atau Sig. adalah 0.088, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan praktik dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara. Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori dari Notoatmodjo (2010) menerangkan bahwa praktik atau tindakan seseorang sebelum dijadikan perilaku baru, sebelumnya melalui tahap kesadaran, tertarik, menimbangnimbang, mencoba, dan mengadopsi. Tindakan seseorang diawali dari stimulus, baik dalam maupun luar dirinya. Jika tertarik terhadap stimulus tersebut, maka individu akan menimbang-nimbang dan mencoba melakukannya untuk dijadikan perilaku baru yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Donatila (2011) di SMA Negeri 4 Semarang, yang menyatakan bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan, dengan p value 1.000, perilaku baik 95.3%. Teori dan hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, bahwa perilaku baik, kurang maupun buruk, memegang peranan terhadap kejadian keputihan, karena perilaku adalah tindakan nyata yang telah dilakukan responden. 7. Pengaruh Sikap, Pengetahuan, dan Praktik Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara a. Pengaruh sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara Hasil penelitian analisa pengaruh sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan tidak terbukti. Hal ini
dapat ditunjukkan dari nilai uji regresi logistik sebesar 0.110, dengan sig. (p value) 0.052 yang lebih besar dari pada 0.05. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel sikap vulva hygiene tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan dengan kejadian keputihan. b. Pengaruh pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara Hasil uji bivariat didapatkan bahwa variabel pengetahuan vulva hygiene tidak terdapat hubungan dengan kejadian keputihan. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai fisher, dengan Sig. (p value) 0.426, yang berarti dapat diambil kesimpulan Ho gagal ditolak (diterima) atau Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian keputihan. Dapat diambil kesimpulan bahwa variabel pengetahuan tidak bisa dijadikan pengaruh dengan keputihan, karena yang dapat dimasukkan dalam uji multivariat (pengaruh) adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p kurang dari 0.25. c. Pengaruh praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 01 Mayong Jepara Hasil penelitian analisa pengaruh praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan tidak terbukti. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai uji regresi logistik sebesar 0.217, dengan sig. (p value) 0.097 yang lebih besar dari pada 0.05. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel praktik vulva hygiene tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan dengan kejadian keputihan. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian uji analisa fisher variabel sikap vulva hygiene terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan. Dibuktikan dengan
Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
123
2.
3.
4.
nilai sig. 0.036 yang lebih kecil dari 0.05. Hasil penelitian uji analisa fisher variabel pengetahuan vulva hygiene tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan. Dibuktikan dengan nilai sig. 0.426 yang lebih besar dari 0.05. Hasil penelitian uji analisis fisher variabel praktik vulva hygiene tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian keputihan. Dibuktikan dengan nilai sig. 0.088 yang lebih besar dari 0.05. Hasil penelitian uji analisa regresi logistik variabel sikap dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan tidak terbukti. Ditunjukkan dengan nilai sig. sikap 0.052 yang lebih besar dari 0.05, dan nilai sig. praktik 0.097 yang lebih besar dari 0.05. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel sikap vulva hygiene dan praktik vulva hygiene tidak ada yang berpengaruh atau tidak ada yang berkontribusi dan tidak ada yang paling berpengaruh dengan kejadian keputihan
SARAN 1. Bagi Pendidikan (Guru) dan UKS Diharapkan pendidik (guru) serta unit kesehatan sekolah dapat memberikan informasi yang tepat tentang sikapuntuk mengganti pembalut 3-4 jam sekali setiap hari saat menstruasi, pengetahuan tentang vagina yang tidak boleh selalu dibersihkan menggunakan sabun atau pembersihdan praktik vulva hygiene penggunaan celana dalam berbahan katun dan kaos, membersihkan alat kemaluan menggunakan air yang tidak menggenang (mengalir), agar para siswi memperhatikan kebersihan diri (vulva hygiene), sehingga dapat mencegah dan mengetahui penanganan keputihan pada remaja putri. 2. Bagi Puskesmas Diharapkan petugas kesehatan dapat mengembangkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dengan memberikan penyuluhan
124
3.
4.
tentang kesehatan reproduksi bagi remaja melalui kunjungan ke berbagai sekolah. Karena ditemukan permasalahan tentang vulva hygiene pada sikap responden 37.5% tidak setuju untuk mengganti pembalut 3-4 jam sekali setiap hari saat menstruasi, pada pengetahuan responden 52% vagina dibersihkan menggunakan sabun atau pembersih, dan pada praktik responden 34.3% menggunkan celana dalam selain berbahan katun dan kaos, 42.2% membersihkan alat kemaluan menggunakan air menggenang, serta 39.1% jarang mengganti pembalut sesuai anjuran saat menstruasi. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan kemampuan dalam penelitian dan dijadikan sebagai salah satu referensi tambahan untuk melakukan penelitian lanjutan. Bagi Institusi (Stikes Muhammadiyah Kudus) Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan sumber informasi bagi mahasiswa lain mengenai Sikap, Pengetahuan, dan Praktik Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri.
DAFTAR PUSTAKA Anurogao, D. (2011). 45 Penyakit Aneh dan Khusus; Seluk Beluk dan Solusi Praktis Terhadap Penyakit Aneh dan Khusus yang Wajib Kita Tahu. Yogyakarta: C.V ANDIOFFSET. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta, Toronto: Rineka Cipta. Astuti, M. P. (2009). About Us: Keputihan pada Anak. Retrieved Oktober 26, 2013, from Keputihan pada Anak Web Site: http://www.keputihanpada anak.com Ayurai. (2009, April 06). About Us: Hubungan Antara Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan. Retrieved Oktober 26, 2013, from Hubungan antara Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan: http://ayurai.wordpress.com Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126
Behrman, Richard E., et.al. (2004). Nelson Texbook of Pediatrics 17th ed. Philadelphia: Saunders. Bieber, F. (2013, Maret). About Us: Makalah Personal Hygiene. Retrieved November 09, 2013, from Makalah Personal Hygiene Web Site: http://fadillahbieber.blogspot.com Budiman & Riyanto, Agus. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Celester, R. N. (2010). By The Way, Doctor: What Can I Do about Chronic Leukorrhea. Harvard Health Publications, Harvard Women's Health Watch. Dahlan, M. S. (2013). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Refika Aditama. Departemen Kesehatan RI. (2003). Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja. Jakarta: Buletin Departemen Kesehatan RI. Djoerban, Z. (2011). Cegah Sejak Dini. Jakarta: Mahaka Publishing. Dorland, W. A. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Egan, M dan Lipsky. (2009). About Us: Vaginitis. Retrieved Oktober 26, 2013, from Vaginitis Web Site: http://kesrepro.info.com Febiliawanti. (2009, Oktober 26). About Us: Kenali Ciri Keputihan Abnormal . Retrieved Oktober 26, 2013, from Kenali Ciri Keputihan Abnormal Web Site: http://kesehatan.kompas.com Hanafiah, M. J. (2009). Haid dan Siklusnya. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Handayani, I. (2003). Gambaran Perilaku Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Siswi SLTP di Jakarta Timur . Jakarta: Skripsi. Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan untuk Pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaean, S. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika. Katharini. (2009). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan "Metro Sai Wawai" , vol 11 No 2. kurniawan. (2008). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 01 Purbalingga Kab. Purbalingga. Tidak Dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Marrazzo. (2003). Vulvovaginal Candidiasis. British Medical Journal Vol. 326 , 993-994. Medlineplus. (2009). About Us: Vaginal Discharge. Retrieved Oktober 26, 2013, from Vaginal Discharge Web Site: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/003158.html. Mutiarach, D. (2012, Desember 12). About Us: Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Retrieved Oktober 26, 2013, from Makalah Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Notoatmodjo, S. (2010). Konsep Perilaku Kesehatan: Dalam Promosi kesehatan Teori & Aplikasi edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Ed 3. Jakarta: Rineka Cipta. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ocviyanti, D. (2008). About Us: Kesehatan Reproduksi Wanita. Retrieved November 25, 2011, from Kesehatan Reproduksi Wanita Web Site: http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/ detail.aspx?x=healthwomen&y=cybermed/ 0/0/14/732. Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC. Puradini. (2012, Januari 19). About Us: Bakterial Vaginosis. Retrieved November 02, 2013, from Bakterial Vaginosis Web Site: http://puradini.wordpress.com
Pengaruh Sikap, Pengetahuan, Dan Praktik Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di SMPN 01 Mayong Jepara Wiwit Rofika Rahman, Noor Hidayah, Noor Azizah
125
Purwaningsih, Wahyu, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Rabita. (2010). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna. Medan. Rachmawati, E. (2009, April 15). About Us: Anakpun Bisa Alami Keputihan, Kenali Gejalanya. Retrieved Oktober 26, 2013, from Anakpun Bisa Alami Keputihan, Kenali Gejalanya. Rahmawati, A. (2012, Oktober). About Us: vulva Hygiene. Retrieved November 02, 2013, from Vulva Hygiene Web Site: http://astikarahmawati.blogspot.com Ratna. (2010). Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta: Indeks. Reeder, Sharon J., dkk. (2011). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga. Jakarta: EGC. Rianto, Agus. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Riwidikdo, H. (2008). Aplikasi Statistika Terapan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Romauli, S. (2011). Buku Ajar Askep 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
126
Rudolph, Abraham M., dkk. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol 1. Ed. 20. Jakarta: EGC. Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara . Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV ALFABETA. Sulistyaningsih. (2011). Metode Penelitian Kebidanan KualitatifKuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sunyoto, D. (2011). Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Suparyanto. (2010). About Us: Keputihan. Retrieved Oktober 26, 2013, from Keputihan Web Site: http://dr.suparyanto.blogspot.com Tarwanto, W. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: salemba Medika. Uliyah, Musrifatul dan Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: salemba Medika. Widyastuti. (2009). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. Wong, D. L. (2008). Wong's Essentials of Pediatric Nursing 6th ed. Mosby: Inc.
Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 117-126