Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
PENGARUH RESTORASI MEIJI TERHADAP EKSISTENSI KELAS SAMURAI Teguh A - M.Mossadeq Bahri
Jurnal Makalah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Sastra Jepang Universitas Indonesia 2013
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
Daftar Isi Lembar Persetujuan . .........................................................................................2 Abstrak ..............................................................................................................3 1. Pendahuluan
.............................................................................................5
2. Metodologi .................................................................................................7 3. Tinjauan Teoritis ...........................................................................................7 4. Pembahasan …………………………………………………………….....8 5. Kesimpulan ..................................................................................................13 Daftar Pustaka ..........…………………………………………………………14
4
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
ABSTRAK Selama kurang lebih 250 tahun kepulauan Jepang menutup diri dari dunia luar dengan pelaksanaan politik sakoku(isolasi) di bawah rezim keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa mengelompokkan masyarakat Jepang ke dalam 4 kelas sosial yaitu pedagang, pengrajin, petani dan yang paling tinggi kedudukannya adalah kelas samurai. Hanya kelas samurai lah yang mempunyai hak-hak istimewa di dalam masyarakat, dapat dikatakan bahwa samurai adalah kelas yang paling elit dalam strata sosial pemerintahan feudal Tokugawa. Kedudukan kelas samurai berubah sejak dimulainya peristiwa Restorasi Meiji. Pemerintahan Meiji pada saat itu melakukan restorasi dan reformasi besar-besaran dalam bidang politik, sosial, kebudayaan dan ekonomi; seluruh rakyat Jepang dari berbagai kalangan mengalami efek positif maupun efek negatifnya pada saat itu. Perubahan ini pun berdampak pada posisi dan kedudukan kelas samurai pada saat itu. Pemerintah Meiji menganggap keberadaan kelas samurai selama masa damai hanya menjadi gangguan saja yang otomatis berdampak pada hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kelas samurai sejak era sebelumnya. Makalah ini berusaha membahas secara lebih detil efek-efek modernisasi di Jepang selama peristiwa Restorasi Meiji kepada kelas samurai dalam bidang politik, sosial, budaya maupun ekonomi. ABSTRACT For more than 250 years, the islands of Japan isolated themselves from the outside world by implementing the politic of sakoku (isolation) under the regime of Tokugawa. Tokugawa regime grouped the Japanese society into 4 social classes, i.e merchants, craftsmen, farmer and the highest of all the samurai. Only the samurai class had special privileges in the society. It can be said that they are the elite class in the feudal Tokugawa government. The position of samurai class changed since the beginning of Meiji Restoration. The Meiji government in those time greatly restored and reformed the political, social, cultural and economic areas; the whole Japanese people from all classes of society experiences positive as well as negative effects at that time. Their change also affected the positive and power of the samurai class. The Meiji government considered the presence of the samurai class during the peace era, only as disturbance that automatically affected the special privileges that the samurai class had once in the previous era. This paper attempt to discuss in more detail the modernization effect in Japan during the occurance of meiji Restoration to the samurai class, in the area of politic, social, culture and economy.
3
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keshogunan Tokugawa kelas samurai merupakan salah satu kelas elit militer yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Mereka memiliki hak-hak istimewa, jaminan sosial yang tinggi serta upah yang diberikan oleh pemerintah secara turun-temurun. yang tidak dimiliki kelas masyarakat lain. Contoh hak-hak istimewa tersebut misalnya diperbolehkan untuk membawa senjata di muka umum, adanya kebebasan untuk membunuh seseorang tanpa suatu sebab tertentu, dll. Bisa dibilang kaum samurai pada era Tokugawa mempunyai kehidupan yang cukup layak, walaupun pada akhir periode rezim Tokugawa kaum samurai hidup di bawah tekanan namun mereka mempunyai pekerjaan dengan gaji yang ditetapkan oleh pemerintah serta kedudukan sosial yang cukup baik di masyarakat. Hal tersebut berubah semenjak era keshogunan Tokugawa memasuki babak akhir. Pada saat itu Jepang sedang dalam masa damai yang otomatis menghilangkan fungsi kelas samurai sebagai kelas militer. Kemudian pada tahun 1853 politik isolasi Tokugawa berakhir karena kedatangan komodor Perry dengan armada kapal hitamnya. Kedatangan Armada kapal hitam Perry saat itu membuat pemerintah dan masyarakat Jepang takjub sekaligus ketakutan akan kekuatan armada kapal perang perry. Kedatangan armada Perry yang bertujuan memaksa Jepang untuk membuka negerinya kepada negara-negara asing di bawah todongan meriam membuat pemerintah Bakufu terpaksa menandatangani perjanjian yang isinya sangat merugikan kedudukan Jepang secara internasional. Kejadian ini membuka mata masyarakat Jepang untuk melihat bagaimana tertinggalnya kemajuan Negara mereka jika dibandingkan dengan Negara-negara Barat dan betapa lemahnya pemerintahan Bakufu saat itu. Kejatuhan pemerintahan Bakufu yang kemudian digantikan oleh pemerintahan Meiji menandakan dimulainya era baru., yaitu era reformasi dan restorasi secara besar-besaran di Negara Jepang yang di kemudian hari disebut dengan Restorasi Meiji. Pemerintah Meiji saat itu berusaha menggunakan berbagai sumber daya sebagai dana untuk menuju Jepang yang modern. Hal ini tentu berlaku juga bagi kaum samurai. Pemerintah berusaha menghilangkan kuasa atas lahan yang mereka miliki sehingga bisa bersatu di bawah pemerintahan Meiji yang baru. Hak-hak istimewa yang mereka miliki pun dihilangkan
5
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
demi mensukseskan laju modernisasi dan tidak adanya pihak oposisi yang menentang pemerintahan baru. Restorasi Meiji sendiri membawa dampak yang cukup besar bagi eksistensi kelas samurai. Adanya penghilangan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh strata samurai pada era sebelumnya membuat keseluruhan kelas samurai menjadi tidak puas. Hilangnya hak-hak istimewa tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan struktur masyarakat dalam bidang politik, sosial, teknologi maupun ekonomi. Dapat dikatakan era Meiji adalah masa dimana kelas samurai mengalami krisis identitas. Mereka kehilangan pekerjaan, sumber nafkah, dan prinsip-prinsip pegangan hidup mereka. 1.2 Rumusan Masalah Mengingat bagaimana kompleksnya sejarah kelas samurai dalam hierarki masyarakat Jepang maka pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana perubahan status kaum samurai terutama dalam era Meiji. Adanya kecenderungan bagi kaum samurai untuk mempertahankan prinsip-prinsipnya yang dianggap sebagai suatu hal yang tradisional melahirkan tantangan tersendiri bagi mereka di era modernisasi. Pertentangan antara kelas samurai dan modernisasi juga dapat menggambarkan bagaimana definisi Restorasi Meiji bagi pemerintah dan masyarakat Jepang pasa saat itu. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari jurnal yang bersangkutan adalah untuk memberikan informasi mengenai : 1. Gambaran restorasi dan reformasi pada era meiji 2. Pengaruh Restorasi Meiji terhadap kedudukan kaum samurai
6
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
2.METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini bersifat historis deskriptif (Suryabrata 1983) dimana penulis mencoba merekonstruksi kejadian masa lampau secara objektif dan sistematis serta mendapatkan hasil yang akurat mengenai fakta-fakta yang sedang diteliti. 2.2 Metode Penulisan Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menyusun masalah ini adalah metode observasi dan studi kepustakaan. Ketersediaan data dalam kajian ini akan menentukan keakurasian dalam proses pengolahan data dan analisa selanjutnya. Dalam proses pengerjaan makalah penulis membaca buku-buku, jurnal dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan penulisan makalah ringkas ini. 3. TINJAUAN TEORITIS 3.1 Sejarah Samurai periode Tokugawa-Meiji Istilah samurai pertama kali muncul dalam kumpulan puisi Kokin Wakashu. Istilah ini mempunyai arti “seseorang yang melayani” (Turnbull, The Samurai : A Military History, 1996), istilah ini mempunyai makna kelas samurai merupakan pelayan dari majikan mereka, kaisar dan Jepang secara keseluruhan. Awalnya samurai tidak mempunyai klan yang jelas dan biasa bertindak secara independen, baru kemudian pada periode Heian mulai terbentuk klan-klan yang disebut dengan istilah “ie” (rumah). Seorang tuan tanah yang kaya biasa menyewa samurai sebagai pengawal pribadi mereka, kemudian seiring waktu terbentuk ikatan loyalitas antara samurai dan majikannya. Pada akhir era keshogunan Tokugawa dimana Jepang sedang dalam masa damai eksistensi samurai sebagai kelas elit militer semakin menghilang. Banyak yang diantaranya mengalami kebangkrutan karena tidak adanya pekerjaan dan terpaksa meminjam uang kepada tengkulak (Turnbull, Samurai Warfare, 1996), hal ini kemudian berujung pada hilangnya tanah kekuasaan mereka dikarenakan hutang yang menumpuk. Kemudian semasa peristiwa Restorasi Meiji sedang berlangsung pengaruh kelas samurai semakin menghilang. Pemerintah Meiji tidak hanya mengambil hak-hak yang sebelumnya dimiliki kelas samurai, 7
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
namun juga berusaha menurunkan derajat serta kehormatan mereka dalam strata sosial masyarakat Jepang. Biarpun pemerintah Meiji menganggap strata samurai sebagai hambatan dalam modernisasi Jepang, namun tidak dapat dipungkiri bahwa loyalitas dan semangat pengorbanan kaum samurai demi kepentingan Jepang merupakan salah satu aset berharga yang mereka miliki. 4. PEMBAHASAN DAN ANALISA Pada umumnya, modernisasi dan peningkatan kekuatan pada suatu negara didukung penuh baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Namun, tidak demikian halnya dengan Pemerintahan feudal Jepang. Pemerintahan feudal Tokugawa yang mulai berkuasa di Jepang sejak tahun 1600 sebagian besar terdiri dari kelas samurai, yaitu sebuah kelas elit militer yang mempunyai kekuasaan luas, dimana kekuasaan mereka tidak hanya mengatur Pemerintahan Jepang pada saat itu, namun sampai kepada hal-hal kecil dalam kehidupan masyarakat yang berada dalam hierarki kelas lain. Dalam sejarah Jepang keshogunan Tokugawa menguasai Jepang hingga ratusan tahun lamanya. Kemudian dengan adanya dekrit pengembalian kekuasaan kepada Kaisar pada tahun 1868, semakin melemahnya Negara Jepang karena politik isolasi keshogunan Tokugawa dan adanya keinginan pemerintahan Meiji untuk mereformasi Jepang secara besarbesaran, menyebabkan berakhirnya kejayaan kaum samurai pada tahun 1870. Kejatuhan kaum samurai ditengarai tidak hanya disebabkan kekalahan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, namun aspek-aspek dari segi sosial, politik maupun budaya turut memberikan peran. Pemerintahan Jepang di bawah Kaisar Meiji yang baru menghadapi begitu banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan. Peristiwa inilah yang kemudian disebut sebagai Restorasi meiji, yaitu adanya segala upaya yang dilakukan oleh pemerintahan Meiji untuk membawa Jepang yang terpuruk akibat Pemerintahan Tokugawa kembali menuju kejayaan dan dapat bersaing dengan Negara-negara barat yang lebih maju pada saat itu. Banyak alasan mengapa Jepang ingin mereformasi negararanya pada saat itu. Salah satunya adalah adanya keinginan Jepang untuk mempunyai “kemajuan industri dan sistem ekonomi yang sama dengan Negara-negara Barat yang maju seperti Amerika dan Eropa” (Mason 257). Setelah pembukaan secara paksa pelabuhan-pelabuhan di Jepang pada pertengahan tahun 1800, rakyat Jepang pada saat itu menyadari bagaimana tertinggalnya mereka dari Negara-negara Barat dalam bidang 8
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
teknologi, sains, politik dan ekonomi. Pemerintah Meiji pada saat itu pun merasa bahwa perjanjian dengan Amerika yang ditandatangani oleh Pemerintah Bakufu sangat merugikan karena memberi wewenang bagi negara lain untuk mengeksploitasi Jepang yang pada waktu itu sangat lemah secara ekonomi dan memberikan warga negara asing kekebalan terhadap hukum di Jepang sehingga perlu direvisi kembali. Karena adanya keinginan Pemerintah Meiji yang begitu kuat untuk mempunyai status yang sejajar dengan Negara Barat maka peristiwa Restorasi Meiji pun dimulai. Restorasi dan reformasi secara besar-besaran pada saat itu berdampak pada seluruh lapisan kehidupan masyarakat, terutama kaum samurai. Perpindahan kekuasaan dari keshogunan Tokugawa yang berkuasa selama ratusan ke tangan Kaisar sangat berpengaruh. Biarpun Kaisar hanya sebagai simbol dan pemerintahan dijalankan oleh para birokrat namun perpindahan kekuasaan ini mengembalikan kebanggaan Nasional kepada masyarakat(Gordon 69). Kaum samurai yang sebelumnya sangat berkuasa di pemerintahan berusaha merebut Pemerintahan Meiji kembali dengan mengajukan wakil-wakil mereka untuk dapat ambil bagian dalam pemerintahan. Sebelumnya para Daimyo merupakan kaum elit yang bisa mempengaruhi Kaisar sekalipun, namun ketika sistem Pemerintahan berubah menjadi konstitusi maka kekuasaan mereka otomatis diperkecil. Sistem kasta di Jepang pada saat itu pun turut berubah, menjadi kozoku (kaum bangsawan), shizoku (kaum samurai dan tentara), serta heimin (rakyat biasa). Pada tahun 1869, Pemerintah Meiji berupaya untuk memperlemah kekuatan para Daimyo, yaitu dengan membujuk mereka untuk menyerahkan tanah yang mereka kuasai sebagai ganti untuk mendapatkan kekuasaan politik. Biarpun kemudian para Daimyo ditunjuk sebagai gubernur di tanah mereka, namun penggantian status dari Daimyo menjadi gubernur yang ditunjuk oleh pemerintah menggambarkan adanya kekuasaan Kaisar (Pemerintah Meiji) terhadap setiap golongan masyarakat. Kemudian Pemerintah Meiji juga mendesak para Daimyo agar mengambil pegawai yang ditunjuk oleh pemerintah untuk dipekerjakan sebagai petugas administrasi sebagai langkah awal penghilangan kekuasaan Daimyo terhadap daerah kekuasaan mereka. Mengikuti hal ini, pada tahun 1871 Pemerintah Meiji berhasil menghilangkan kekuasaan para Daimyo, dan membuat lahan-lahan kekuasaan para Daimyo tersebut menjadi perfektur yang baru, dimana Pemerintah dapat mengambil pajak secara langsung dan jabatan gubernur dipilih secara langsung oleh pemerintah. Saat ini Sistem Pemerintahan di Jepang mengadopsi Sistem 9
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
Pemerintahan Eropa yaitu Sistem kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Biarpun banyak kaum samurai yang ikut serta dalam Kabinet Jepang yang baru namun kemudian digugurkan oleh Pemerintah dengan alasan tidak berkualifikasi untuk menjadi staff dalam pemerintahan. Karena banyak kaum samurai yang tidak setuju dengan hal ini, maka kaum samurai dari provinsi Satsuma, Chohu, Tosa dan Hizen bersatu dan membentuk sebuah oposisi bagi Pemerintah Meiji. Mereka berkeinginan agar kelas samurai tetap menjadi kelas yang elit dalam tatanan masyarakat jepang yang baru. Hal ini menemui kegagalan karena Pemerintah Meiji sejak lama telah melucuti berbagai hak yang dimiliki oleh kaum samurai, seperti tidak boleh membawa senjata, hilangnya kekuasaan dan pengaruh Daimyo, dan beberapa samurai yang berhasil duduk dalam pemerintahan menentang oposisi ini. Hal ini membuat para samurai yang tidak mendapatkan keuntungan dengan sistem pemerintahan yang baru merasa marah dan kecewa. Dalam bidang militer Jepang pun mengalami modernisasi. Mengikuti sistem militer Inggris yaitu dengan adanya konsul militer yang ditunjuk oleh parlemen maka setiap jabatan dalam militer ditentukan oleh kemampuan dan berbagai kriteria lain, bukan oleh kasta/status sehingga menghilangkan status elit yang sebelumnya dimiliki oleh kaum samurai. Sistem militer yang baru ini pun memakai cara baru yaitu pembentukan tentara dengan pengadaan wajib militer. Kaum samurai memprotes perubahan ini karena mereka ingin peran yang signifikan dalam militer serta menganggap bahwa member senjata terhadap penduduk sipil adalah hal yang tidak efisien, namun protes mereka ditolak oleh Pemerintah Meiji. Kaum samurai tidak hanya terkena dampak reformasi dalam bidang militer saja namun juga dalam bidang ekonomi. Karena kegagalan Tokugawa sebelumnya dalam Pemerintahan Jepang maka Pemerintah meiji merasa perlu adanya proses industrialisasi besar-besaran di Jepang. Industrialisasi ini mencakup pembubaran kelas-kelas dalam masyarakat sehingga membawa universalitas, sistem pos nasional serta penemuan-penemuan baru seperti telegraph serta kereta api. Negara Jepang menjadi semakin berjaya dengan dijalankannya reformasi ini namun tidak halnya dengan kaum samurai. Ketika proses modernisasi sedang berjalan maka dalam jangka panjang akan butuh dana dan sumber daya yang besar. Karena hal ini pemerintah Meiji merasa perlu mengorbankan kelas samurai pada waktu itu dianggap tidak berguna dalam proses modernisasi. Hal ini dimulai dengan adanya pengurangan terhadap gaji untuk kaum samurai, dihilangkannya hak atas tanah yang sebelumnya diberikan Pemerintah Meiji kepada mereka, 10
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
serta pembagian kelas samurai menjadi 2 kelas yaitu samurai kelas atas dan samurai rendahan. Pemerintah Meiji pada saat itu menganggap samurai sebagai sesuatu yang bernilai kecil namun dengan ongkos pemeliharaan yang besar. Keterampilan mereka dalam seni berpedang tidak berguna di masa damai. Karena hal itu sedikitnya sekitar 2 juta samurai kehilangan sumber nafkah dan menjadi pengangguran. Sebenarnya pekerjaan mereka adalah partisipasi dalam bidang militer namun kapasitas penerimaan lowongan kerja dalam bidang tersebut tidak terlalu besar. Pemerintah tetap berupaya memberika dana santunan kepada kaum samurai yang tidak bekerja namun dengan dipotong sekitar 30-80% dan pada akhirnya berusaha menghilangkan kelas yang dianggap tidak berguna tersebut. Sebagian besar kaum samurai jelas tidak setuju dengan aksi Pemerintah Meiji tersebut dan melakukan pemberontakan. Pemberontakan samurai yang terbesar adalah pemberontakan Saigo Takamori dari Provinsi Satsuma. Pemberontakan ini akhirnya gagal dan banyak kaum samurai yang beralih pekerjaan ke bidang industri. Kebijakan Pemerintah Meiji tersebut memang dimaksudkan untuk menghilangkan kelas samurai dalam proses modernisasi Jepang. Pada bidang kebudayaan Jepang pun mengalami berbagai perubahan besar pada saat itu. Pemerintah Meiji benar-benar melakukan Westernisasi secara literal dan tidak pandang bulu. Kesenian tradisional Jepang seperti shakuhachi atau shamisen diserang oleh berbagai ide-ide modern kesenian Barat seperti orkestra. Pemerintah Meiji juga menyebarluaskan teknik lukisan minyak menggantikan teknik cetak tradisional masyarakat Jepang. Pemerintah juga memperkecil support mereka terhadap drama tradisional seperti noh dan kabuki, dimana dianggap sudah ketinggalan zaman dan berbau feudal. Agama Kristen yang sebelumnya ditolak pleh keshogunan Tokugawa pada saat ini pun diakui oleh institusi pemerintah dan banyak dianut masyarakat. Para samurai menganggap kebudayaan Barat sebagai sesuatu yang jahat dan berdampak buruk begitu pula dengan segala sesuatu yang mereka bawa. Kebencian kaum samurai terhadap budaya barat digambarkan dengan slogan “sonno joi” yaitu “muliakan kaisar, usir kaum barbar”. Pada awalnya pihak samurai berslogan “sonno joi” memberontak kepada keshogunan Tokugawa yang mereka anggap lemah terhadap Barat, biarpun pada akhirnya keshogunan Tokugawa telah hancur dan Pemerintah Meiji bisa berkuasa, namun slogan tersebut tetap ada sampai hari-hari terakhir bagi kaum samurai. Perlu diketahui bahwa samurai yang awalnya benar-benar menolak segala sesuatu 11
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
yang datang dari barat pada akhirnya mengakui bahwa strategi perang dan teknologi yang dibawa Bangsa Barat memberikan andil yang signifikan dalam perlawanan mereka terhadap keshogunan Tokugawa. Kaum samurai bahkan melihat tekanan yang dilakukan Barat terhadap Jepang sebagai sebuah kesempatan untuk kembali pada masa jaya mereka setelah di akhir periode Tokugawa mereka merasa tertekan oleh keshogunan tokugawa yang telah melemah dan semakin korup. Bahkan banyak ahli sejarah yang berdebat apakah kejatuhan pemerintah Tokugawa dipicu oleh tekanan Bangsa Barat atau kaum samurai yang memberontak. Kaum samurai juga menghadapi perubahan kondisi sosial dalam masyarakat. Pada tahun 1867 sangat mudah bagi pemerintah untuk menerapkan standar baru dalam kehidupan bermasyarakat karena sebagian besar rakyat patuh dan tunduk pada Kaisar yang baru, mereka beranggapan bahwa Kaisar adalah pemerintahan. Dalam kasus ini standar baru yang diterapkan pemerintahan Meiji adalah status setiap penduduk adalah sama, tidak ada hak khusus bagi kaum samurai, setiap permasalahan harus diselesaikan dengan pemanggilan pihak berwajib. Dikarenakan hal tersebut Pemerintah Meiji menerapkan hukum baru bagi kaum samurai yaitu adanya larangan untuk membawa senjata di muka umum. Tidak hanya senjata namun segala sesuatu yang berhubungan erat dengan samurai sperti pernak pernik pakaian kaum samurai, dan gaya rambut ciri khas samurai pun turut dihilangkan. Hal-hal seperti ini dianggap tidak modern oleh Pemerintah Meiji. Kaum samurai yang semakin merasa tidak dihargai dengan perlakuan pemerintah menemui titik cerah ketika Jepang ingin menginvasi Korea karena adanya masalah dalam suatu perjanjian lama. Kaum samurai merasa dengan adanya perang kali ini maka mereka akan kembali kepada masa-masa jayanya dan hak-hak mereka yang telah hilang dalam proses modernisasi. Perihal invasi ke Korea didukung penuh oleh Saigo Takamori ketua klan Satsuma. Pada awalnya Saigo Takamori mendukung pemerintah Meiji namun ketika invasi ke Korea ditentang oleh Pemerintah Meiji dengan alasan akan mengganggu kestabilan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan intenasional maka Saigo Takamori berbalik memberontak kepada pemerintah. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan Satsuma yang dipimpin oleh Saigo Takamori. Pemberontakan Satsuma merupakan pemberontakan samurai terbesar pada era Meiji, namun pada akhirnya pemberontakan tersebut mengalami kegagalan dan kaum samurai benar-benar kehilangan statusnya. 12
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
Kemudian karena adanya tekanan dari pemerintah serta perubahan struktur sosial yang dialami masyarakat Jepang pada era Meiji, kaum samurai terpaksa harus melupakan prinsipprinsip yang mereka anut agar bisa mengikuti arus modernisasi. Pada akhirnya kaum samurai lah yang memimpin revolusi di Jepang karena semangat pengorbanan mereka dan loyalitas yang tinggi pada negara. Hal ini disebabkan oleh pemerintah Meiji yang berusaha menghilangkan prinsip hidup kaum samurai pada era sebelumnya dan mengajak mereka untuk menggunakan kepintaran dan keahlian yang mereka miliki untuk menjadi cendekiawan dan motivator dalam dunia pendidikan. Pada akhirnya mayoritas kaum samurai melupakan status mereka sebagai elit militer pada era sebelumnya, dan dalam pencarian jati dirinya yang baru serta semangat baru mereka ikut serta dalam arus modernisasi Jepang pada era Meiji. 5. KESIMPULAN Restorasi Meiji yang berkiblat pada budaya Barat membawa segala dampak positif terhadap Jepang yang sedang terpuruk pada saat itu. Perubahan dilakukan di berbagai aspek sosial, politik, ekonomi yang berujung pada hilangnya eksistensi kelas samurai dalam masyarakat Jepang. Pemerintah Meiji pada saat itu beranggapan bahwa penggunaan sumber daya untuk mengejar ketertinggalan terhadap Negara Barat lebih penting daripada elit militer yang tidak memiliki fungsi di masa damai. Pada akhirnya, walaupun fungsi dan keberadaan kaum samurai tidak sejalan dengan kepentingan modernisasi Jepang pada saat itu namun eksistensi mereka akan selalu mengingatkan pemerintah Jepang betapa pentingnya menjaga budaya dan prinsip-prinsip tradisional
13
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Kenneth B. Pyle (2007). Japan Rising : The Resurgence of Japanese, Power and Purpose. New York : Public Affairs Turnbull, S. R. (1996). The Samurai : A Military History. Psychology Press
Gordon, Andrew. A Modern History of Japan. Oxford, NY: Oxford UP, 2003.
14
Pengaruh restorasi ..., Teguh A, FIB UI, 2013