PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Linda Dewi Kencana 054020198
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2009
PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM (Suatu Studi Pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, 31 Juli 2009 Mengetahui,
Pembimbing
Dr. Atang Hermawan, SE.,MSIE.,Ak
Dekan
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE.,MP.
Ketua Program Studi
Dr. Liza Laila Nurwulan, SE.,MSi.,Ak
Motto : Keindahan yang Sebenarnya adalah Keindahan Akhlaq Kecantikan yang Sebenarnya adalah Kecantikan Etika, dan Kebaikan yang Sebenarnya adalah Kebaikan Akal (Dr.’Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni)
Orang Berakal Tidak Akan Bosan Untuk Meraih Manfaat Berfikir, Tidak Putus Asa Dalam Menghadapi Keadaan, Dan Tidak Akan Pernah Berhenti Dari Berfikir dan Berusaha (Dr.’Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni)
Kupersembahkan Karya Kecilku Untuk Kedua Orang Tuaku Tercinta, Adikku Tersayang Serta Orang-Orang yang Menyayangiku Sebagai Tanda Bakti dan Syukur Kehadirat Allah SWT Yang Selalu Melimpahkan Kasih Sayang-Nya Untuk Kita Semua
ABSTRAK Investor merupakan salah satu pihak yang mempunyai kepentingan langsung terhadap informasi keuangan, hal ini sejalan dengan prakteknya bahwa investor lebih sering menekankan pada informasi kuantitatif yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan, karena laporan keuangan memberikan informasi keuangan dan gambaran yang paling representatif mengenai kondisi keuangan perusahaan penerbit saham (emiten), yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi invetor dalam berinvestasi. Analisis yang dilakukan oleh investor terhadap laporan keuangan terutama berhubungan dengan masalah sejauh mana kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, bagaimana pertumbuhan emiten dari tahun ke tahun dan bagaimana kemampuan emiten di dalam memberikan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Rasio Profitabilitas (X1) dan Rasio Pasar (X2) sebagai variabel independen dan Harga Saham (Y) sebagai variabel dependen. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2008 yang berjumlah 23 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode purposive sampling. Dalam hal ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 11 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang tersedia di situs resmi www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory 2008, dan Pojok Bursa Universitas Sangga Buana YPKP. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham, maka digunakan analisis statistik dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows. Metode statistik yang digunakan adalah asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, korelasi berganda dan koefisien determinasi. Sedangkan untuk menguji perumusan hipotesis digunakan Uji F dan Uji t. Berdasarkan hasil penelitian secara simultan mengenai pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, maka diperoleh nilai persamaan regresi Y = -868,824 + 24,803 X1 + 15,785 X2 .Koefisien determinasi yang didapat sebesar 87,2% dan koefisien non determinasi 12,8%. Dalam menguji hipotesis menggunakan Uji F diperoleh hasil F hitung > F tabel (27,155 > 4,46), sedangkan tingkat signifikan pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham yaitu sebesar 0,000, lebih kecil dari angka probabilitas (α = 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham. Keyword : Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar, Harga Saham.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI).” Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menempuh ujian sidang sarjana guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, wawasan, kemampuan, pengalaman dan referensi yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritikan, saran, masukan, maupun opini yang bisa menunjang kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa batuan dari berbagai pihak terutama kedua orang tua tercinta, Papahku Endang Suryana dan Mamahku Yenni Agustin terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran, ketulusan do’a serta
ii
motivasinya semoga Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada yang terhormat Dr. Atang Hermawan, SE.,MSIE.,Ak selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan,
arahan
dan
dorongan
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, MSi., Rektor Universitas Pasundan.
2.
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE.,MP., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.
3.
Dr. Liza Laila Nurwulan, SE.,MSi.,Ak., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.
4.
Bapak Dadan Soekardan, SE.,MSi., Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.
5.
Ibu Isye Siti Aisyah, SE.,MSi., Dosen Wali penulis yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan di Universitas Pasundan.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswi Universitas Pasundan.
iii
7.
Seluruh staf tata usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan terima kasih atas bantuannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8.
Adikku tersayang Dian Eka Permana terima kasih telah mengantar teteh dan selalu menghibur teteh, Sausan Afifah Muti terima kasih telah memberi semangat.
9.
Sahabat-sahabatku tercinta “Swe3by_GirL” Henny, Rina SE, Fenny, Erni SE, Virma, Syifa terima kasih kalian telah menjadi sahabat sekaligus keluargaku, yang selalu setia atas kebersamaan selama ini, senang sekali bisa dipertemukan dan menjadi bagian dari kalian.
10.
Sahabat yang sudah seperti kakakku, terima kasih atas semangat, dukungan dan nasehat-nasehat, serta kesabarannya dalam mendengarkan keluhan penulis.
11.
Sahabat sejatiku Yati Yuliani terima kasih telah memberikan dorongan, motivasi, kritik dan warna dalam persahabatan.
12.
Teman-teman Ak 05, khususnya 05 Ak-C dan Ak-D yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas tawa riang dan suka duka selama perkuliahan.
13.
Teman-teman kostan “d GoRdZ” Lhia Kanti, Ucit, Ika, Tri, Rera, Vivi, Echa, Tia terima kasih kalian telah memberikan motivasi, keceriaan, dan bantuan.
14.
Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.
iv
Penulis tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah diberikan selama ini. Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih membalas semua kebaikan lebih dari yang diberikan. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin… Wassalammualaikum Wr.Wb.
Bandung,
Juli 2009
Penulis
Linda Dewi Kencana
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................. 11 1.3.1 Maksud Penelitian ........................................................ 11 1.3.2 Tujuan Penelitian........................................................... 12 1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 12 1.4.1 Kegunaaan Praktis ........................................................ 12 1.4.2 Kegunaan Teoritis ........................................................ 14 1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................. 14 1.5.1 Hubungan Rasio Profitabilitas dengan Harga Saham .. 17 1.5.2 Hubungan Rasio Pasar dengan Harga Saham .............. 21 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 27 2.1 Rasio Profitabilitas ................................................................... 27 2.1.1 Pengertian Rasio Profitabilitas ...................................... 27 2.1.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas ..................................... 28 2.1.3 Earning Per Share (EPS) ............................................. 31
vi
2.2 Rasio Pasar ............................................................................... 34 2.2.1 Pengertian Rasio Pasar .................................................. 34 2.2.2 Jenis-jenis Rasio Pasar ................................................. 34 2.2.3 Price Earning Ratio (PER) .......................................... 35 2.3 Harga Saham ............................................................................ 38 2.3.1 Pengertian Saham ......................................................... 38 2.3.2 Pengertian Harga Saham .............................................. 41 2.3.3 Penilaian Harga Saham ................................................ 44 2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ........ 48 2.4 Hubungan Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar dengan Harga Saham ............................................................................. 52 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN ...................................... 58 3.1 Objek Penelitian ....................................................................... 58 3.1.1 Unit Penelitian............................................................... 58 3.1.2 Populasi Sasaran ........................................................... 58 3.1.3 Sampel Penelitian ......................................................... 59 3.1.4 Teknik Sampling .......................................................... 60 3.1.5 Prosedur dan Objek Penelitian ..................................... 62 3.2 Metode Penelitian ..................................................................... 63 3.2.1 Pendekatan Penelitian .................................................. 63 3.2.2 Variabel Penelitian ....................................................... 64 3.2.3 Operasionalisasi Variabel ............................................. 65 3.2.4 Jenis Data dan Sumber Data ......................................... 66 3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 66 3.2.6 Model Penelitian .......................................................... 67 3.2.7 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis ...... 68 3.2.7.1 Analisis Data .................................................. 68 3.2.7.2 Rancangan Pengujian Hipotesis ..................... 78 3.2.8 Proses Penelitian ........................................................... 81
vii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 83 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 83 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ...................... 83 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ........... 83 4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas BEI.... 85 4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 87 4.1.3 Rasio Profitabilitas ..................................................... 101 4.1.4 Rasio Pasar ................................................................. 103 4.1.5 Harga Saham .............................................................. 105 4.2 Pembahasan Penelitian ........................................................... 107 4.2.1 Analisis Penghitungan Rasio Profitabilitas ................. 107 4.2.2 Analisis Penghitungan Rasio Pasar ............................. 111 4.2.3 Analisis Penghitungan Harga Saham .......................... 115 4.2.4 Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham............................. 118 4.2.4.1 AnalisisParsial .............................................. 118 4.2.4.1.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham.................. 118 4.2.4.1.2 Pengaruh Rasio Pasar terhadap Harga Saham................................. 124 4.2.4.2 Analisis Simultan ......................................... 131 4.2.4.2.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham 131
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 145 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 145 5.2 Saran ....................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 149 LAMPIRAN..................................................................................................... 152
viii
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
Halaman
Tabel 3.1
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian.............................. 60
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel X dan Y ............................................. 65
Tabel 3.3
Uji Statistik Durbin Watson ........................................................ 71
Tabel 3.4
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap r ................. 75
Tabel 4.1
Rasio Profitabilitas Sampel Perusahaan .................................... 102
Tabel 4.2
Rasio Pasar Sampel Perusahaan ................................................ 104
Tabel 4.3
Harga Saham Sampel Perusahaan ............................................. 106
Tabel 4.4
Hasil Penghitungan Akhir Rasio Profitabilitas.......................... 108
Tabel 4.5
Tingkat Rata-rata Rasio Profitabilitas ....................................... 108
Tabel 4.6
Hasil Penghitungan Akhir Rasio Pasar...................................... 111
Tabel 4.7
Tingkat Rata-rata Rasio Pasar ................................................... 112
Tabel 4.8
Tingkat Rata-rata Harga Saham ................................................ 115
Tabel 4.9
Rekapitulasi Penelitian Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham ............................................................................. 141
Tabel 4.10
Rekapitulasi Penelitian Rasio Pasar terhadap Harga Saham..... 142
Tabel 4.11
Rekapitulasi Penelitian Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham........................................... 143
ix
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul Gambar
Halaman
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran ...................................................... 25
Gambar 3.1
Model Penelitian........................................................................ 67
Gambar 3.2
Proses Penelitian........................................................................ 82
x
DAFTAR GRAFIK
No.
Judul Grafik
Halaman
Grafik 4.1
Tingkat Rata-rata Rasio Profitabilitas ....................................... 110
Grafik 4.2
Tingkat Rata-rata Rasio Pasar ................................................... 114
Grafik 4.3
Tingkat Rata-rata Harga Saham ................................................ 117
Grafik 4.4
Uji Outlier Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham ............ 119
Grafik 4.5
Uji Outlier Rasio Pasar terhadap Harga Saham ........................ 125
Grafik 4.6
Uji Outlier Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham............................................................... 132
Grafik 4.7
Uji Heteroskedastisitas Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham............................................................... 135
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul Lampiran
Lampiran 1
Surat Tugas Membimbing Skripsi
Lampiran 2
Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi
Lampiran 4
Catatan Perbaikan Skripsi
Lampiran 5
Surat Permohonan Survey
Lampiran 6
Surat Keterangan Survey dari Capital Market Center YPKP
Lampiran 7
Surat Keterangan Survey dari Perpustakaan Fakultas ekonomi Universitas Pasundan
Lampiran 8
Hasil Olahan Data dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows
Lampiran 9
Laporan Keuangan Perusahaan, Catatan Atas Laporan Keuangan mengenai Modal Saham Perusahaan, dan Data Close Price Saham Perusahaan.
Lampiran 10 Tabel Durbin Watson Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan pengaruh
global, krisis moneter dan krisis ekonomi yang sempat melanda pada pertengahan 1997, telah memberikan tantangan yang sangat berat bagi perusahaan-perusahaan go public. Meskipun pada tahun 1999 krisis ekonomi dan krisis moneter telah berangsur-angsur pulih, tetapi perkembangan pasar modal belumlah semaksimal mungkin seperti sebelumnya. Kebijakan moneter yang ditetapkan akibat krisis moneter dan prospek perusahaan yang semakin tidak jelas (uncertainly), secara langsung mempengaruhi perilaku pemodal dengan kinerja emiten. Setiap harinya harga saham di pasar sekunder selalu bergerak, terkecuali saham-saham yang telah dikategorikan tidur atau tidak ada yang menginginkan saham tersebut. Harga saham di pasar modal merupakan ukuran yang obyektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan. Oleh karena itu, harga saham merupakan harapan investor. Variasi harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang bersangkutan di samping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, kinerja perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal. Harga saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) berpeluang mencapai level Rp 700-900 per saham dalam waktu dekat. Sejumlah broker dikabarkan
tengah
siap-siap
mengakumulasi
1
saham
RALS
ini
dengan
2
memanfaatkan momentum liburan sekolah. Selain itu ekspansi perseroan ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi serta pembagian dividen tahun buku 2008 yang cukup besar juga bakal mendorong kenaikan harga saham RALS ini. Pada perdagangan kemarin, harga saham RALS ditutup menguat 30 poin (5,36%) ke posisi Rp 590 per saham. (www.inilah.com). Pada umumnya investor selalu mencari saham-saham yang likuid, karena membeli saham yang tidak bisa dijual lagi di pasar tentu tidak ada gunanya, meskipun kita mengetahui bahwa lonjakan-lonjakan harga saham justru lebih banyak terjadi pada saham-saham perusahaan dengan kapitalisasi kecil. Perubahan harga saham memang terjadi terus menerus dan sangat menarik untuk memperhatikan perkembangan harga saham. Ada yang meningkat atau menurun sejalan dengan naik atau turunnya indeks harga saham secara keseluruhan, ada juga yang bergerak sendiri naik atau turun tidak sejalan dengan perkembangan indeks harga saham. Harga saham Kimia Farma yang berkode KAEF melesat 34,65% atau Rp 35 ke level Rp 136, sedangkan saham Indofarma yang berkode INAF melonjak 34,78% atau Rp 24 ke level Rp 93 pada penutupan perdagangan kamis, 19/03/2009. Harga saham dua BUMN farmasi ini mencatatkan kenaikan tertinggi dibandingkan dengan saham lain yang terdaftar dalam indeks harga saham gabungan (IHSG). Kimia Farma yang memiliki jaringan distribusi farmasi terluas di Indonesia, pada Desember 2008 menyatakan pemerintah kemungkinan akan memerger perusahaan itu dengan Indofarma, serta produsen vaksin PT Bio Farma dan Produsen obat PT Pharpos. Pemerintah akan membeli saham (public) dari
3
pasar dan menyatukan keduanya lalu kembali menjualnya ke pasar melalui IPO holding baru yang terbentuk nantinya. (www.bisnis.com). Harga saham PT Indosat Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk induk perusahaan Telkomsel, jatuh. Akibat dari keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Harga saham Telkom pada penutupan selasa (20/11) turun Rp 350 menjadi Rp 10.100 dibandingkan sehari sebelumnya. Saham Indosat menjadi Rp 8.000 atau turun Rp 400. Analis dari Moody’s, Laura Acres, mengatakan, keputusan itu tidak berdampak langsung terhadap peringkat Indosat ataupun Telkomsel. Peringkat fundamental Telkomsel justru terhalang oleh mata uang lokal dan tidak akan terganggu oleh perubahan struktur kepemilikan. (www.solusihukum.com). Perubahan harga saham disebabkan banyaknya perputaran saham atau frekuensi yang match (done) pada pasar sekunder. Saat permintaan pada suatu saham tinggi dan penawaran relatif tetap ataupun hanya bertambah sedikit, maka harga saham akan bergerak naik. Begitu pula sebaliknya, jika permintaan rendah maka harga saham akan bergerak turun. Tetapi kejadiannya tidak selalu berlangsung demikian, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi harga saham tersebut. Investasi di pasar modal sekurang-kurangnya perlu memperhatikan dua hal, yaitu keuntungan yang diharapkan dan resiko yang mungkin terjadi. Ini berarti investasi dalam bentuk saham menjanjikan keuntungan sekaligus resiko. Pemilikan saham yang baik akan dilihat seiring berjalannya waktu dengan perbandingan pendapatan perusahaan (earning). Investor saham mempunyai
4
kepentingan terhadap informasi antara lain tentang rasio keuangan dalam melakukan penentuan harga saham. Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut: Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur periode 2001-2002. Indikator dari Rasio Profitabilitas yang diteliti adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Earning Per Share (EPS), Basic Earning Power (BEP), Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa hanya Earning Per Share (EPS) yang berpengaruh terhadap harga saham, artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa variabel independen EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham, maka penulis berinisiatif untuk mengganti EVA menjadi rasio pasar dengan menggunakan indikator Price Earning Ratio (PER) untuk diteliti pengaruhnya terhadap harga saham. Pada penelitian terdahulu, dari indikator-indikator rasio profitabilitas hanya Earning Per Share (EPS) yang berpengaruh terhadap harga saham, maka pada penelitian ini penulis meneliti rasio profitabilitas hanya dengan menggunakan indikator Earning Per Share (EPS) namun pada periode yang berbeda dan lebih panjang yaitu selama tahun 2005-2008, dengan maksud agar
5
hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Perbedaan berikutnya terletak pada sampel
perusahaan,
pada
penelitian
ini
penulis
meneliti
sampel
non
manufacturing yaitu perusahaan whole sale and retail trade. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis meneliti variabel rasio pasar menggunakan indikator Price Earning Ratio (PER) sebagai pengganti variabel EVA adalah hasil penelitian Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) yang menunjukkan bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) melakukan penelitian di BEI yang berjudul Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang sahamnya selalu masuk pada pemilihan saham penyusun indeks LQ45. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah emiten yang selalu masuk dalam perhitungan indeks LQ45 sejak Januari 2000 sampai dengan Desember 2005 secara konsisten, dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 3 emiten. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda data pooling. Hasil penelitian menunjukkan volume perdagangan, EPS, dan PER secara partial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, ketiganya berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil ini mengungkap informasi bahwa semakin banyak jumlah saham yang diperdagangkan, semakin tinggi EPS, dan semakin tinggi PER dapat menyebabkan tingginya harga saham baik secara parsial maupun secara simultan.
6
Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada segi independent variable, jenis dan jumlah sampel yang diteliti, serta periode penelitian. Perbedaan pertama, penulis menitikberatkan penelitian ini pada analisis fundamental yaitu rasio profitabilitas dengan indikator earning per share (EPS) dan rasio pasar dengan indikator price earning ratio (PER) yang memiliki alasan yaitu dengan asumsi para pelaku pasar bersikap rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi seorang fundamentalis. Analisis ini mendasarkan pada keyakinan bahwa harga dipengaruhi oleh kekuatan dari faktor fundamental perusahaan (Sari, 2004). Perbedaan kedua, sampel penelitian yaitu 11 perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI, sementara penelitian terdahulu hanya melakukan penelitian terhadap 3 perusahaan, adapun yang menjadi pertimbangan adalah dengan mengambil sampel yang lebih banyak,sampel tersebut dapat lebih representatif yakni mewakili populasi yang berarti semua ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin dalam sampel tersebut sehingga diharapkan hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk banyak perusahaan yang terdaftar di BEI. Perbedaan ketiga, data penelitian ini merupakan data laporan keuangan perusahaan
selama
periode
2005-2008.
Argumentasi
yang
mendasari
dilakukannya penelitian pada periode tersebut adalah karena pada periode 20052008 perekonomian Indonesia lebih sering mengalami perubahan, tahun 20062007 terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan setelah krisis keuangan yang melanda pada tahun 1997. Hal ini merupakan bukti dari
7
keberhasilan kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencapai stabilitas tingkat inflasi yang rendah sebagai sasaran jangka panjang. Namun pada tahun 2008 perekonomian Indonesia cenderung menurun dan kurang stabil. Melalui alasan-alasan yang telah disampaikan, penulis melakukan penelitian selama periode 2005-2008 dengan maksud ingin mengetahui seberapa besar pengaruh turun-naiknya perekonomian Indonesia terhadap harga saham pada periode tersebut. Njo Anastasia, Yanni Widiastuty Gunawan dan Imelda Wijiyanti (2003) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan properti periode 1996-2001. Sebagian faktor fundamental yang diteliti merupakan rasio profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan rasio lainnya yaitu Book Value (BV) dan Debt to Equity Ratio (DER) serta risiko sistematik (beta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Book Value yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property secara partial. Hal ini menunjukan bahwa rasio profitabilitas dengan indikator Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, sehingga penulis menggunakan indikator lain dari rasio profitabilitas yaitu Earning Per Share (EPS) untuk dianalisis terhadap harga saham. Haryanto dan Toto Sugiharto. S (2003) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tujuh perusahaan yang bergerak di bidang industri
8
minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Data yang merupakan data sekunder berupa laporan keuangan periode tahun 2000-2001 dan harga saham pada tahun 2001 dari masing-masing perusahaan. Calon pemodal (pembeli saham) akan lebih berkepentingan dengan prospek profitabilitas yang merupakan salah satu aspek penting yang dinilai oleh kalangan investor setelah melakukan pembelian saham. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa mereka mengharapkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dari pada apa yang dibayarkan pada saat membeli saham. Rasio profitabilitas dengan indikator Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang sering digunakan oleh para investor untuk menilai harga saham. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja, mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mencatatkan laba bersih perseroan naik dua kali lipat dibanding periode sama tahun sebelumnya. Manajemen Matahari dalam siaran pers yang diterima Investor Daily di Jakarta, mengungkapkan, selama kuartal I-2009 perusahaan itu berhasil mencatatkan pendapatan positif dari harga pasar atas lindung nilai mata uang asing berdasarkan pergerakan nilai yen Jepang terhadap rupiah. Ia menjelaskan, volume laba kotor Matahari naik 9,8%. Meski laba kotor naik, nilai beban operasional juga
9
meningkat. Menurut Benjamin, kenaikan nilai beban operasional secara signifikan mengurangi posisi laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest tax). Pada 2008, Matahari mengalami kerugian kurs akibat volatilitas pergerakan yen Jepang terhadap rupiah. (www.wordpress.com). PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk terus memperkuat usahanya untuk meningkatkan margin keuntungan perusahaan, dalam menghadapi perubahan demografis dan daya beli konsumen yang terbatas, dari kalangan bawah dan menengah ke bawah. Pada Tahun 2006, laba bersih mengalami peningkatan sebesar 3,4 % dengan rasio laba bersih terhadap penjualan mencapai 7.0 %. (www.kabarindonesia.com). Dalam hal ini penulis menggunakan Earning Per Share (EPS) sebagai indikator dari Rasio Profitabilitas. EPS adalah laba per lembar saham. EPS menunjukkan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba tiap lembar saham. EPS diperoleh dari laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar. Jika EPS tinggi maka investor akan menilai bahwa emiten memiliki kinerja yang baik. Investor saham mempunyai kepentingan terhadap informasi EPS dalam melakukan penentuan harga saham, mengingat pasar modal di Indonesia semakin menuju ke arah yang efisien sehingga semua informasi yang relevan bisa dipakai sebagai masukan untuk menilai harga saham. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan EPS yang tinggi berarti akan meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan dan akan menaikkan harga saham.
10
Indikator dari Rasio Pasar yang akan digunakan oleh penulis adalah Price Earning Ratio (PER). PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah–milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah biasanya mempunyai PER yang rendah. Kelompok yang tergabung ke dalam perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI dipilih sebagai perusahaan yang diteliti dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat persaingan yang tinggi, sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima agar unggul dalam persaingan. Disamping itu, pada umumnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan umum dan distributor yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, obat-obatan, dan produk-produk kebutuhan sehari-hari melalui gerai serba ada, sehingga tetap dapat menjadi prioritas utama konsumen meskipun kondisi perekonomian kurang mendukung. Bagaimanapun buruknya kondisi kehidupan, konsumen masih tetap membutuhkan produk-produk kebutuhan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kondisi ini turut mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan whole sale and retail trade yang diakibatkan oleh kegiatan penawaran dan permintaan saham sektor tersebut yang meningkat di BEI.
11
Atas dasar alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO PASAR TERHADAP HARGA SAHAM (Suatu Studi pada Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang Terdaftar di BEI).”
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dirumuskan
identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007. 2. Bagaimana tingkat rasio pasar pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007. 3. Bagaimana harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008. 4. Seberapa besar pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar periode 20052007 terhadap harga saham periode 2006-2008 baik secara partial maupun secara simultan pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI.
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relevansi antara teori dengan praktek yang sebenarnya terjadi tentang seberapa besar pengaruh rasio
12
profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar S1. 1.3.2. Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah penelitian yang telah diidentifikasikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007.
2.
Untuk mengetahui tingkat rasio pasar pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007.
3.
Untuk mengetahui harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008.
4.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar periode 2005-2007 terhadap harga saham periode 2006-2008 baik secara partial maupun secara simultan pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI.
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut: 1.4.1. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan
meningkatkan
wawasan
mengenai
mekanisme
13
penggunaan laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan rasio profitabilitas dan rasio pasar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham. Selain itu penulis juga dapat mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan teori yang didapat dari perkuliahan. Serta dapat melengkapi bahan penyusunan skripsi guna memenuhi syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. b. Bagi Investor Bagi investor, diharapkan dapat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dengan melihat rasio profitabilitas dan rasio pasar sebagai alat bantu untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat mempengaruhi harga saham dan dapat digunakan sebagai analisis risiko dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi, khususnya di lingkungan Bursa Efek Indonesia. c. Bagi Perusahaan Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu perusahaan dalam merumuskan kebijakan yang harus diambil agar saham perusahaan tersebut memiliki tingkat keuntungan yang baik yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja saham dan memberikan tingkat keuntungan yang maksimal bagi investornya. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh rasio profitabilitas
14
dan rasio pasar terhadap harga saham, untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang mungkin membutuhkan. 1.4.2. Kegunaan Teoritis Dalam penelitian yang terbatas ini, hasilnya diharapkan dapat menunjang disiplin ilmu ekonomi khususnya teori-teori keuangan di pasar modal mengenai pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.
1.5.
Kerangka Pemikiran Tujuan utama perusahaan (dalam hal ini investor) pada umumnya adalah
memaksimalkan keuntungan. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan investasi di pasar modal. Investasi tersebut dapat berupa investasi dalam bentuk saham. Salah satu tujuan investor membeli saham adalah untuk memperoleh pendapatan dari saham yang dimilikinya. Menurut Fakhrudin dan M Sopian (2001:8), keuntungan dari saham ada 2 (dua) macam yaitu: 1. “Laba Modal (Capital Gain) yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada harga beli sahamnya. 2. Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.” Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa laba akibat perubahan harga saham akan diperoleh, setelah terjadi transaksi dimana harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya, sedangkan dividen akan diperoleh jika pemegang saham
15
tetap mempertahankan sahamnya sampai waktu pembagian dividen dilaksanakan oleh perusahaan dan besarnya tergantung dari keuntungan dan kebijakan perusahaan. Pengertian Harga Saham menurut Jogiyanto H.M (2003:8) adalah sebagai berikut: “Harga saham adalah nilai pasar (market value) yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.” Melakukan investasi dalam saham harus didasarkan pada informasi kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan perusahaannya. Hal ini disebabkan investasi dalam saham selain memberikan potensi keuntungan juga memberikan potensi kerugian bagi investor, karena itu keberhasilan investasi dalam saham tidak lepas dari pengetahuan dan pengalaman investor dalam mengelola informasi keuangan perusahaan. Panduan penting para investor untuk membeli saham suatu perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan merupakan informasi bagi investor dalam mengambil keputusan, karena kondisi keuangan perusahaan yang baik menunjukan bahwa perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi, hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dibutuhkan suatu analisis yang tepat pada laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini lalu dilaporkan kepada calon investor sebagai bahan
16
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Melalui analisis yang tepat dapat menilai kinerja perusahaan dari segi modal maupun tingkat profitabilitasnya. Munawir, S (2004:64) mengungkapkan bahwa pengertian analisa rasio keuangan yaitu: “Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan analisa berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.” Jenis-jenis analisa rasio keuangan yang umum digunakan adalah: 1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh tempo. Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. 2. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tahun pembiayaan perusahaan yang dibiayai hutang relatif terhadap modal dan kemampuannya membayar bunga serta beban tetap lainnya. 3. Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. 4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan mengukur performance perusahaan dan koefisiennya dalam mengelola assets, hutang dan modal perusahaan untuk menghasilkan laba. 5. Rasio Pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap nilai buku.
17
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio profitabilitas dan rasio pasar untuk menilai harga saham.
1.5.1. Hubungan Rasio Profitabilitas dengan Harga Saham Pergerakan harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam perusahaan itu sendiri ataupun dari luar perusahaan. Hal ini disebabkan karena investor memiliki harapan atas sejumlah pengembalian atas nilai investasinya di saat ini. Pengembalian itu tentunya tergambar jelas pada performa perusahaan, jika dari tahun ke tahun perusahaan mengalami keuntungan yang signifikan tentu pula investor cenderung memiliki harapan yang cukup optimis akan pengembalian yang pasti didapatnya, sementara itu jika perusahan pada tahun–tahun terakhir mengalami kerugian maka secara otomatis terbayang didalam benak investor sejumlah kerugian yang dihitungnya. Definisi Rasio Profitabilitas menurut Mamduh Hanafi (2005:85) adalah sebagai berikut: ”Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham yang tertentu.” Selain itu Brigham & Houston (2001:99) mengemukakan tentang profitabilitas sebagai berikut : “Profitabilitas is the net result of a number of policies and decisions. The ratio examined thus far provide useful clues as to the effectiveness of a firm’s operations, but the profitability ratios go on to show the combined effect of liquidity, asset management, and debt on operating result.”
18
Dimana rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi yang dilakukan perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Suad Husnan (2001:317) dalam bukunya Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas menyatakan bahwa: “Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.” Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Agus sartono (2001:114) dalam bukunya Manajemen Keuangan menyatakan bahwa: “…pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan risiko, karena kestabilan harga saham sangat tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen dimasa datang.” Terdapat beberapa indikator dalam mengukur profitabilitas perusahaan, diantaranya dengan menggunakan Earning Per Share (EPS). Investor dapat mendasarkan kerangka pikirnya pada EPS, karena EPS merupakan komponen utama dalam melakukan analisis perusahaan. Terdapat tiga alasan mengapa dalam penelitian ini penulis menggunakan Earning Per Share (EPS) sebagai indikator. Ketiga alasan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin (2001:232) yaitu sebagai berikut: “Pertama, karena pada dasarnya EPS bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Karena salah satu tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan nilai intrinsik suatu perusahaan. Kedua, deviden yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, karena adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham, beberapa penelitian empiris telah membuktikan hal tersebut.”
19
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Apabila EPS suatu perusahaan tidak memenuhi harapan para pemegang sahamnya, maka keadaan ini akan berdampak kepada penurunan harga saham. Tetapi selama perusahaan tersebut dapat memelihara kepercayaan investor dengan meningkatkan labanya atau mempertahankannya maka keadaaan tersebut cenderung akan membaik. Mamduh Hanafi (2005:194) menyatakan bahwa: “EPS dapat ditentukan dengan membandingkan antara Laba Bersih setelah dikurangi dengan dividen saham dan dividen saham preferen dengan rata-rata jumlah saham biasa yang beredar.” Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Mamduh Hanafi (2005:194) adalah sebagai berikut: “Earning Per Share (EPS) atau laba perlembar saham adalah rasio yang
digunakan
untuk
menganalisis
kemampuan
perusahaan
mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai.” Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Kieso dan Weygandt (2008:144) adalah sebagai berikut: “Earning per share is net income minus preffered dividens (income available to common stockholders), divided by the weighted average of common share outstanding.”
20
Earning Per Share (EPS) merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan, rasio EPS ini dapat menggambarkan perkiraan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dari penjelasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa dengan mengetahui besarnya Earning Per Share (EPS), investor dapat memprediksi hasil yang diterimanya apabila berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Dengan demikian Earning Per Share (EPS) mencerminkan pendapatan di masa depan. Mamduh Hanafi (2005:199) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis, EPS bisa digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga, dan EPS juga mudah dihubungkan dengan harga saham.” Suad Husnan (2001:336) dalam bukunya Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas menyatakan bahwa: “Terdapat dua alasan mengapa variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) menjadi perhatian investor. Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen, perusahaan harus mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham.” Besar kecilnya EPS tergantung pada laba bersih perusahaan dan jumlah lembar
saham
biasa
yang
beredar.
Semakin
tinggi
EPS
tentu
saja
menggembirakan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Rasio ini merupakan indikator yang berpengaruh terhadap harga saham, karena investor percaya bahwa nilai suatu saham
21
tergantung kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tiap lembar sahamnya,
dengan
demikian
meningkatnya
EPS
akan
mengakibatkan
meningkatnya harga saham. Berbagai penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur periode 20012002. Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) menyatakan bahwa: “Earning Per Share (EPS) sebagai indikator dari rasio profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham”. Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) melakukan penelitian di BEI yang berjudul Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 3 perusahaan pertambangan yang sahamnya selalu masuk pada pemilihan saham penyusun indeks LQ45. Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) menyatakan bahwa: “Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.”
1.5.2. Hubungan Rasio Pasar dengan Harga Saham Pengertian Rasio Pasar menurut Mamduh Hanafi (2005:87) adalah sebagai berikut:
22
“Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan.” Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasiorasio ini. Indikator dari rasio pasar yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah Price Earning Ratio (PER). Alasan PER digunakan dalam penelitian ini karena PER merupakan model analisis fundamental yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat kapitalisasi pasar dan hasilnya cukup andal untuk mengukur tingkat kapitalisasi pasar berdasarkan EPS. PER menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai bukunya. Pengertian Price Earning Ratio (PER) menurut Agus Sartono (2001:86) adalah sebagai berikut: “Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio antara harga saham dengan earning per share.” Pengertian Price Earning Ratio (PER) menurut Tandelilin (2001:191) adalah sebagai berikut: “Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.” Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan dari suatu perusahaan. PER merupakan perbandingan harga saham dengan laba perlembar saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan.
23
Tandelilin
(2001:194)
dalam
bukunya
Analisis
Investasi
dan
Manajemen Portofolio menyatakan bahwa: “Informasi Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif saham perusahaan .” Peneliti terdahulu yang melakukan penelitian mengenai pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham adalah Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) yang penelitiannya berjudul Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER terhadap Harga Saham. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang sahamnya selalu masuk pada pemilihan saham penyusun indeks LQ45. Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) menyatakan bahwa: “Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.” Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa PER sebagai indikator dari Rasio Pasar dapat mempengaruhi Harga Saham. Hal umum yang dilakukan adalah menjadikan rasio price earning sebagai pembanding untuk menilai pertumbuhan suatu perusahaan. Artinya, pertumbuhan suatu perusahaan dinilai tinggi jika rasio price earning perusahaan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rasio price earning perusahaan dalam industri yang sejenis. Investor dapat memilah-milah nilai saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang.
24
PER menggambarkan harga saham di bursa pada tanggal neraca atau tanggal lain yang dibandingkan laba per lembar saham selama satu periode. Secara umum, saham dengan PER yang lebih rendah dari perusahaan sejenis sering disebut sebagai saham murah atau undervalue, sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi investor untuk membelinya. Namun, saham perusahaan yang bagus seringkali diburu para investor sehingga harganya menjadi sangat tinggi yang mengakibatkan PER menjadi lebih tinggi, dan sebaliknya. Investor harus jeli dalam memilih saham perusahaan yang bagus dengan PER yang rendah. Sebaiknya kita menggunakan dan melihat rasio PER sebuah perusahaan dalam satu periode yang cukup lama. Jadi kita akan melihat PER sebuah perusahaan berdasarkan trend perubahan angka PER secara historis. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka penelitian dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti disajikan pada gambar berikut ini:
25
Investor
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
Laporan Keuangan
Analisa Rasio Keuangan
Rasio Profitabilitas (X1)
Kondisi perekonomian, tingkat inflasi, suku bunga, valas, keadaaan politik
Rasio Pasar (X2)
Earning Per Share (EPS) Price Earning Ratio(PER)
Harga Saham (Y)
Keterangan : = Jalur Pemikiran yang diteliti = Jalur Pemikiran yang tidak diteliti
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengambil suatu hipotesis bahwa : “Terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.”
26
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian dan pengambilan data di Pojok Bursa Universitas Sangga Buana YPKP, Jalan PHH Mustopa No.68, Bandung. Serta melalui studi kepustakaan khususnya di Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan dan melalui internet dengan situs resmi PT Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Juli 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Rasio Profitabilitas
2.1.1. Pengertian Rasio Profitabilitas Rasio
profitabilitas
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mamduh Hanafi (2005:85) sebagai berikut: ”Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham yang tertentu.” Definisi rasio profitabilitas menurut Brigham & Houston (2001:99) adalah sebagai berikut: “Profitability is the net result of a number of policies and decisions. The ratio examined thus far provide useful clues as to the effectiveness of a firm’s operations, but the profitability ratios go on to show the combined effect of liquidity, asset management, and debt on operating result.” Sedangkan definisi rasio profitabilitas menurut Agus Sartono (2001:122) adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”
27
28
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2001:304)
pengertian
rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”
2.1.2. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Mamduh Hanafi (2005:85) adalah sebagai berikut: “1. Profit Margin 2. Return on total asset (ROA) 3. Return on equity (ROE)” Jenis-jenis rasio profitabilitas tersebut dapat diuraikan sebagai beikut: 1. Profit Margin Profit margin merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sementara Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu. Secara umum rasio
yang rendah bisa menunjukan
ketidakefisienan manajemen. Rasio Profit Margin bisa dihitung sebagai berikut: Profit Margin = Laba Bersih Penjualan
29
2. Return on total assets (ROA) ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu.Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi manajemen. ROA bisa dihitung sebagai berikut: ROA = Laba Bersih Total Aset 3. Return on equity (ROE) ROE merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE bisa dihitung sebagai berikut: ROE = Laba Bersih Modal Saham Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:304), jenis-jenis rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: “1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Marjin Laba (Profit Margin) Assets turn over (Return on Assets) Return on Investment (Return on Equity) Return on Total Assets Basic Earning Power Earning Per Share Contribution Margin”
Penjelasan dari point-point diatas adalah sebagai berikut: Pendapatan Bersih 1. Marjin Laba (Profit Margin) = Penjualan
30
Dalam hal ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba cukup tinggi. Penjualan Bersih 2. Assets turn over (Return on Assets) = Total Aktiva Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Laba Bersih 3. Return on Investment (Return on Equity) = Rata-rata Modal (Equity) Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari pemilik modal. Semakin besar semakin bagus. Laba Bersih 4. Return on Total Assets = Rata-rata Total Assets Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Laba Sebelum Bunga dan Pajak 5. Basic Earning Power = Total Aktiva Rasio ini menunjukan kemapuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.
31
Laba bagian saham bersangkutan 6. Earning Per Share = Jumlah saham Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Laba Kotor 7. Contribution Margin = Penjualan Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperolah laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengendalikan pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Jumlah Laba 8. Rasio Rentabilitas = Jumlah Karyawan Rasio ini menunjukkan kemampuan karyawan, cabang, aktiva tertentu dalam meraih laba.
2.1.3. Earning Per Share (EPS) Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai Earning Per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Pemodal seringkali memusatkan perhatian pada laba per lembar saham (EPS). EPS merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan
32
yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan. Secara umum Earning Per Share dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh pemegang saham per lembar sahamnya. Tetapi untuk mengetahui definisi Earning Per Share lebih lanjut, maka ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Kieso dan Weygandt (2008:144) adalah sebagai berikut: “Earning per share is net income minus preffered dividens (income available to common stockholders), divided by the weighted average of common share outstanding.” Menurut James C. Van Horne (2002:363) definisi Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut: “Earning Per Share are earnings after taxes divided by number of shares outstanding.” Menurut Zaki Baridwan (2004:443) yang dimaksud dengan Earning Per Share (EPS) adalah: “Pendapatan per lembar saham (Earning Per Share) adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham.”
33
Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Mamduh Hanafi (2005:194) adalah sebagai berikut: “Earning Per Share (EPS) atau laba perlembar saham adalah rasio yang
digunakan
untuk
menganalisis
kemampuan
perusahaan
mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai.” Menurut Gitman (2009:68) definisi Earning per share adalah sebagai berikut: “Earning per share is generally of interest to present or prospective stockholders and management. EPS represent the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock.” Menurut Mohamad Samsul (2006:167) mengenai Earning per share adalah sebagai berikut: “Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik.” Earning Per Share (EPS) merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan, rasio EPS ini dapat menggambarkan perkiraan-perkiraan dividend yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kieso dan Weygandt (2002:425) mengemukakan bahwa laba dari setiap lembar saham biasa dirumuskan sebagai berikut: Laba Per Saham =
௦ି௩ௗ ௌ
௨ ோ௧ି௧ ௌ ௬ ௗ
34
2.2.
Rasio Pasar
2.2.1
Pengertian Rasio Pasar Pengertian rasio pasar menurut Mamduh Hanafi (2005:87) adalah
sebagai berikut: “Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan.” Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Sedangkan pengertian rasio pasar menurut James C. Van Horne (1998:703) adalah sebagai berikut: “Ratios that relate the market value of a company’s stock to profitability, to dividens, and to book equity.” Menurut Brigham dan Houston (2006:110) pengertian rasio pasar adalah sebagai berikut: “Rasio nilai pasar adalah rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku perusahaan.”
2.2.2. Jenis-jenis Rasio Pasar Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi prestasi perusahaan di pasar modal. Menurut Mamduh Hanafi (2005:87) terdapat beberapa perhitungan rasio pasar yaitu sebagai berikut:
35
1. “Price Earning Ratio (PER) menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. PER bisa dihitung sebagai berikut: Harga Pasar per lembar Price Earning Ratio (PER) = Earning per Share 2. Dividend Yield menunjukkan dividen per lembar dibandingkan dengan harga pasar saham per lembar. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjaadi kecil. Sebaliknya, peerusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian mempunyai dividend yield yang tinggi pula. Dividend Yield dihitung sebagai berikut: Dividen per lembar Dividend Yield = Harga pasar saham per lembar 3. Rasio Pembayaran Dividen (dividend pay-out ratio) Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen dihitung sebagai berikut:: Dividen per lembar Rasio Pembayaran Dividen = Earning per Share
2.2.3. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli, karena PER merupakan ukuran kepercayaan pasar terhadap nilai saham.
36
Berikut definisi Price Earning Ratio (PER) menurut Gitman (2009:69) dalam bukunya Principle of Managerial Finance yaitu: “The Price Earning Ratio is commonly used to asses the owners appraisal of share value. The price earning ratio measure the amount that investor are willing to pay for each dollar of firm’s earning.” Menurut Brealey & Myers (2001:150) dalam bukunya Fundamental of Corporate Finance menyatakan bahwa: “The price earning ratio, therefore, is an indicator of the prospects of the firm. To justify a high price earning ratio, one must believe the firm is endowed with ample growth opportunities.” Berikut definisi PER menurut Abdul Halim (2003:23) dalam bukunya Analisis Investasi: “Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.” PER sebagaimana namanya menunjukan dan mendasarkan diri pada rasio antar harga saham per lembar dengan pendapatan per lembar saham. Tidak ada standar yang pasti berapa PER yang wajar bagi suatu saham. Definisi PER menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:311) yaitu: “Rasio ini menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi.”
37
Dari uraian diatas, PER yang tinggi menjadi salah satu faktor yang dapat menarik seorang investor untuk membeli saham tersebut, makin tinggi PER maka makin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Artinya, perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang semakin bagus, ini akan mempengaruhi terhadap performance perusahaan tersebut di masyarakat. Menurut Suad Husnan (2001:342), penggunaan analisis PER untuk mendeteksi saham mana yang sudah mempunyai PER yang terlalu tinggi dan yang terlalu rendah, dipaparkan oleh kutipan sebagai berikut: “Analisis PER dapat dilakukan secara individual saham, untuk menentukan apakah PER suatu saham sudah terlalu tinggi atau tidak.” Menurut Suad Husnan (2001:342) faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah sebagai berikut: 1. “Dividend payout ratio. Apabila faktor-faktor lain dianggap konstan, maka meningkatnya payout ratio akan meningkatkan PER. 2. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya discount rate akan menurunkan PER. 3. Pertumbuhan dividen. Apabila faktor-faktor lain dianggap konstan, maka meningkatnya pertumbuhan dividen akan meningkatkan PER.” Alasan Price Earning Ratio (PER) digunakan dalam penilaian intrinsik saham adalah sebagai berikut: 1. Merupakan suatu pendekatan statistik intuitif yang menghubungkan harga yang dibayar pada pendapatan sekarang.
38
2. Sederhana cara menghitungnya, tersedia luas, serta dapat dengan mudah dibandingkan antar saham. 3. Memiliki hubungan ke beberapa karakteristik perusahaan termasuk resiko dan pertumbuhan.
2.3.
Harga Saham
2.3.1. Pengertian Saham Saham
merupakan
salah
satu
jenis
efek
yang
paling
banyak
diperdagangkan di pasar modal. Bahkan saat ini dengan banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik investor untuk terjun dalam jual beli saham. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (PT). Dengan memiliki suatu saham perusahaan, maka manfaat yang diperoleh berupa dividen yang merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham, capitalgain merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dan harga belinya. Menurut Panji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:58) saham didefinisikan sebagai berikut : “Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga atau bukti penyertaan atau pemilikan individu suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik saham dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.”
39
Menurut Rusdin (2005:68) saham didefinisikan sebagai berikut: “Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga dimana ditujukan sebagai bukti penyertaan atau pemilikan seseorang atas badan dalam suatu perusahaan, berapapun porsinya dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham sesuai dengan yang tertera pada saham. Menurut Zaki Baridwan (2004:390) saham yang merupakan bukti kepemilikan Perseroan Terbatas (PT) mempunyai beberapa hak sebagai berikut: 1. Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham. 2. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan. 3. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing-masing pemegang saham dapat tidak berubah. 4. Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi. Hak-hak tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikan atas saham yang beredar sehingga hak atas kepemilikan perseroan terbatas berdasarkan atas jumlah lembar saham yang dimiliki. Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macam-macam saham terbagi berdasarkan peralihan kas, berdasarkan hak tagih dan berdasarkan kinerja itu sendiri. A.
Berdasarkan peralihan kas
1. Saham atas tunjuk (Bearer Stock)
40
Saham atas tunjuk merupakan jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan. 2. Saham atas nama ( Registered Stock) Berbeda dengan saham atas tunjuk, saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham atas nama juga dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu. B.
Berdasarkan hak tagih / klaim Menurut R.Agus Sartono (2001:329) saham dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu : 1. “Saham Biasa (Common Stock) Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemegang saham biasa merupakan kelebihan pendapatan atas biaya-biaya, atau laba setelah dikurangi pajak dan dividen atas saham preferen. Saham biasa merupakan sumber dana yang permanen, karena akan tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tak terbatas selama peerusahaan masih menjalankan operasi. 2. Saham Preferen (Prefered Stock) Sebagai sumber modal jangka panjang, saham preferen menduduki posisi antara long term debt dengan saham biasa. Seperti halnya saham biasa, saham preferen juga merupakan bagian dari modal sendiri. Seperti halnya long term debt, saham prefern juga memberikan pendapatan yang relatif konstan di samping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi daripada biaya utang, karena risiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari resiko pemegang obligasi. Pemegang saham preferen memiliki preferensi atau prioritas dalam pembayaran dividen.”
C. Berdasarkan kinerja perusahaan 1. Blue Chip Stock Saham ini merupakan saham unggulan, karena diterbitkan oleh perusahan yang memiliki kinerja yang bagus, sanggup memberikan deviden secara
41
stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan blue chip stock biasanya perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap. 2.
Income Stock Saham ini merupakan saham yang memiliki deviden yang progresif atau besarnya deviden yang di bagikan lebih tinggi dari rata-rata deviden tahun sebelumnya.
3. Growth Stock Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. 4. Speculative Stock Saham jenis ini menghasilkan deviden yang tidak tetap, karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah namun memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang. 5. Counter Sylical Stock Perusahaan yang menerbitkan jenis saham ini adalah jenis perusahaan yang operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Perusahaan tersebut biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa. 2.3.2. Pengertian Harga Saham Pengertian harga saham menurut Agus Sartono (2001:41) adalah sebagai berikut: “Harga saham adalah harga sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.”
42
Sementara pengertian harga saham menurut Jogiyanto H.M (2003:8) adalah sebagai berikut: “Harga saham adalah nilai pasar (market value) yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.” Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk memperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) di mana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply. Eduardus Tandelilin (2001:156) mengemukakan bahwa : “Harga pasar saham menentukan besarnya nilai perusahaan. Nilai perusahaan bisa dihitung dari hasil perkalian harga saham dengan jumlah saham yang beredar.” Bagi investor yang pernah berinvetasi dalam pasar saham mengetahui bahwa mungkin saja, dan biasanya benar, ada perbedaan antara harga serta pengembalian yang diharapkan dan terealisasi. Dari waktu ke waktu harga sari suatu saham dapat naik, turun, atau tetap. Ini merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh investor yang terlibat dalam kegiatan di pasar modal, ataupun manajemen perusahaan publik yang sahamnya tercatat di pasar modal.
43
Perkembangan harga saham tersebut selalu menjadi objek yang menarik untuk dianalisis. Keberhasilan dan ketepatan memprediksi perkembangan harga saham merupakan tujuan yang diharapkan oleh para investor yang bermain di pasar modal, terutama investor yang merupakan speculator. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar (market value), dan mempunyai nilai-nilai lainnya. Menurut Jogiyanto (2003:79) terdapat berbagai jenis nilai saham, yaitu: 1. “Nilai buku (book value) Merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Untuk mengetahui nilai buku dari saham, ada beberapa nilai yang berhubungan dengan nilai buku yang harus diketahui yaitu sebagai berikut: a. Nilai nominal (par value) Nilai nominal dari sesuatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini sangat penting sebab nilai nominal merupakan modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. b. Agio saham (additional paid-in capital or in excess of par value) Agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nominal sahamnya yaitu agio per lembar saham dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dijual. c. Nilai modal disetor (paid in capital) Nilai modal yang disetor merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. d. Laba ditahan (retained earning) Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. e. Nilai buku (book value) Nilai buku per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
44
2. Nilai pasar (market value) Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar bursa. 3. Nilai intrinsik/ nilai riil (fair value/reasonable value) Nilai intrinsik bisa disebut juga dengan nilai fundamental (fundamental value), merupakan nilai yang seharusnya atau sebenarnya dari suatu saham yang diperdagangkan. Dua macam analisis yang sering digunakan untuk menentukan nilai intrinsic dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) dan analisis teknikal (technical analysis).” Nilai suatu perusahaan bisa dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, karenanya setiap saat bisa mengalam perubahan seiring dengan minat investor untuk menempatkan modalnya pada saham. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik; demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan.
2.3.3. Penilaian Harga Saham Dalam aktivitas di pasar modal harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan investasi,
45
karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan. Harga saham mencerminkan prestasi emiten. Apabila emiten punya prestasi yang makin baik maka keuntungan yang diperoleh dari operasi usaha juga semakin besar, maka keuntungan yang diperoleh pemegang saham emiten yang bersangkutan juga cenderung naik. Bagi investor harga saham, pergerakannya merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Melalui penilaian saham inilah investor akan dapat memutuskan untuk menentukan strategi investasi. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan, semakin tinggi nilai harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya. Setiap perusahan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga sahamnya. Suad Husnan (2001:290) mengemukakan bahwa: “Penilaian harga saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi perusahaan yang diramalkan (atau yang di amati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, deviden yang dibagikan, varibilitas laba, dan sebagainya.” Upaya untuk merumuskan bagaimana menghitung harga saham yang seharusnya (nilai intrinsik) telah dilakukan oleh setiap analis dengan tujuan untuk dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan. Namun demikian, sulit bagi investor untuk terus bisa “mengalahkan” pasar dan memperoleh keuntungan di atas normal. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Sebenarnya faktor-faktor tersebut mudah diketahui. Masalahnya adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut ke dalam suatu
46
model perhitungan yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukkan ke dalam portofolio. Suad Husnan (2001:315) memformulasikan kedalam suatu pendekatan analisis yang sistematis dalam menganalisis harga pasar saham pada dua pendekatan analisis harga yaitu: 1. Analisis fundamental Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu atau nilai yang sebenarnya. Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, yang berasal dari dalam perusahaan (emiten), industri maupun keadaan perekonomian makro. Analisis fundamental tersebut akan membandingkan nilai intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar sekuritas sudah benar-benar mencerminkan nilai intrinsik atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut maka akan ditentukan strategi investasi. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara umum. Analisis ini didahului oleh proses analisis terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi suatu harga saham. Analisis ini berusaha mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Pendekatan dan model-model analisis fundamental diarahkan untuk menjawab apakah harga suatu saham undervalued atau overvalued.
47
2. Analisis Teknikal Dilain pihak, analisis teknikal menganalisis dengan hanya memperhatikan perubahan harga sekuritas tersebut dari waktu lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental
(seperti
kebijakan
pemerintah,
pertumbuhan
ekonomi,
pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dsb), yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar). Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (a) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, (b) bahwa informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga di waktu lalu, dan (c) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang. Dari dua jenis analisis diatas, yang paling sering digunakan adalah jenis analisis fundamental dan salah satu indikatornya adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa memberikan informasi kepada investor mengenai kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi. Seperti yang dikemukakan oleh Suad Husnan (2001:315) sebagai berikut: “…Secara tradisional analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para analis sekuritas, dan perkembangan penelitian tentang konsep pasar yang efisien telah mempengaruhi analisis saham.” Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa analisis fundamental lebih banyak dipergunakan dalam menganalisis dan memilih saham, karena analisis fundamental mendasarkan diri pada kinerja perusahaan, di mana pada
48
umumnya investor lebih mengutamakan informasi tentang kondisi perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang.
2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. Menurut Arifin (2001 : 116-125) faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : a. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2001 : 315) analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan : “1) Mengestimasi nilai faktor–faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2) Menetapkan hubungan variabel–variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham.” Model ini sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Dalam model ini langkah yang paling penting adalah mengidentifikasi faktor–faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan.
49
Menurut Jogiyanto ( 2003 : 315 ) mengenai analisis fundamental adalah sebagai berikut: “Analisis fundamental merupakan analisis yang menggunakan data–data finansial yaitu data–data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, seperti laba, deviden yang dibagi dan sebagainya.” Dengan demikian untuk menganalisis harga saham digunakan analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan. Salah satu komponen yang berhubungan
dengan
kondisi
internal
perusahaan
adalah
kinerja
perusahaan manufaktur yang terdiri dari rasio profitabilitas yang menggunakan indikator Earning Per Share (EPS), serta rasio pasar yang menggunakan indikator Price Earning Ratio (PER). Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan
keuntungan
(profitabilitas)
pada
tigkat
penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh besarnya earning per share dari perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab earning per share (EPS) ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan
50
EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Rasio pasar merupakan rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Indikator dari rasio pasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER), faktor fundamental perusahaan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masa depan. PER diperoleh dengan membandingkan harga saham dengan laba per lembar saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan. Hal umum yang dilakukan adalah menjadikan price earning sebagai pembanding untuk menilai pertumbuhan suatu perusahaan. b.
Hukum permintaan dan penawaran Setelah faktor fundamental faktor permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan melakukan transaksi jual beli. Tranasaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
c.
Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil risikonya jika
51
dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. d.
Valuta asing Mata uang amerika ( Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan dibank dalam bentuk dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik.
e.
Dana asing dibursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.
f.
Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang
52
burukKondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa. g.
News and rumors Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
2.4.
Hubungan Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar dengan Harga Saham Sebelum melakukan investasi saham, individu atau organisasi harus
memastikan bahwa investasi yang dilakukan adalah tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai alternatif cara penilaian apakah saham yang dipilih benar-benar merupakan saham yang akan mendatangkan pengembalian positif di waktu yang akan datang. Baik pada deviden yaitu pola investasi jangka panjang maupun penerimaan perubahan harga saham itu sendiri atau yang sering terjadi pada investasi jangka pendek. Pengertian rasio profitabilitas perusahaan menurut Agus Sartono (2001:122) adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”
53
Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh seorang calon investor. Rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
performa perusahaan.
Jika kondisi
perusahaan
dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Seperti yang dinyatakan oleh Suad Husnan (2001:317) yaitu sebagai berikut: “Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.” Sementara Agus sartono (2001:114) menyatakan bahwa: “…pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan risiko, karena kestabilan harga saham sangat tergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dan dividen dimasa datang.” Untuk melakukan analisis rasio profitabilitas, dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator Earning Per Share (EPS) sebagai berikut:
54
Earning Per Share (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tiap lembar sahamnya. EPS dapat diperoleh dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham, dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap pemegang saham biasa. Calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang relatif lebih besar karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS dianggap sebagai alat ukur kinerja keuangan suatu perusahaan yang penting bagi investor dan manajemen. Data laba per lembar saham dilaporkan dalam laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan calon investor dalam mengevaluasi kemampuan menghasilkan laba perusahaan. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Apabila perusahaan mampu meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya, maka investor menganggap bahwa perusahaan dapat memberikan deviden per lembar saham yang besar pula, hal ini akan menambah tingkat kepercayaan investor terhadap emiten. Kepercayaan investor terhadap emiten akan selalu dibarengi dengan permintaan akan saham emiten. Apabila permintaan akan saham emiten meningkat maka harga sahampun akan meningkat. Demikian pula sebaliknya jika perusahaan tidak dapat meningkatkan laba untuk tiap lembar
55
sahamnya, maka investor menilai bahwa perusahaan tidak dapat memberikan keuntungan. Hal ini berakibat investor tidak tertarik dengan saham emiten dan permintaan saham akan turun, jika permintaan saham turun maka harga saham turun. Mamduh Hanafi (2005:199) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis, EPS bisa digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga, dan EPS juga mudah dihubungkan dengan harga saham.” Sementara Suad Husnan (2001:317) dalam bukunya Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas menyatakan bahwa: “Terdapat dua alasan mengapa variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) menjadi perhatian investor. Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen, perusahaan harus mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham.” Sudut pandang rasio pasar lebih banyak berdasarkan pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini, angka rasio pasar juga dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat tergantung pada prospek perusahaan.
56
Pengertian Rasio Pasar menurut Mamduh Hanafi (2005:87) adalah sebagai berikut: “Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan.” Indikator yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis rasio pasar perusahaan adalah Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio (PER) digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan earning per share. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi, demikian pula sebaliknya perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah memiliki PER yang kecil atau rendah. PER tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau bahkan negatif. Dalam keadaan ini PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau bahkan negatif. PER merupakan bagian dari rasio pasar di mana sudut pandang rasio ini lebih banyak dari sudut pandang investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham suatu perusahaan. Keinginanan investor untuk melakukan analisis suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER disebabkan adanya keinginan investor atau calon investor akan saham perusahaan tersebut.
57
Adapun kegunaan rasio ini adalah : 1) Menentukan nilai pasar saham yang diharapkan, 2) Menentukan nilai pasar saham di masa yang akan datang. Tandelilin
(2001:194)
dalam
bukunya
Analisis
Investasi
dan
Manajemen Portofolio menyatakan bahwa: “Informasi Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif saham perusahaan .” Suad Husnan (2001 : 332) dalam bukunya Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas menyatakan bahwa: “Secara fundamental rasio PER diperhatikan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham, sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah menunjukkan nilai pasar yang rendah sehingga akan berdampak terhadap penurunan harga saham.”
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1.
Objek Penelitian
3.1.1
Unit Penelitian Unit penelitian yang penulis teliti adalah mengenai pengaruh rasio
profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI. Yang dimasud dengan rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham yang tertentu. Rasio pasar yaitu rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku perusahaan. Sedangkan harga saham adalah nilai pasar yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
3.1.2. Populasi Penelitian Populasi merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu dan dapat dikategorikan ke dalam objek tersebut, biasanya berupa manusia, file-file atau dokumen yang dapat dipandang sebagai objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi sasaran adalah populasi yang akan digunakan untuk dijadikan sasaran penelitian.
58
59
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2008:115) adalah sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut. Sedangkan yang dimaksud populasi sasaran adalah populasi yang digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka sesuai dengan judul skripsi ini yaitu Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham, yang menjadi populasi sasaran adalah perusahaan whole sale and retail trade sebanyak 23 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan di BEI periode 2005 sampai dengan 2008.
3.1.3. Sampel Penelitian Sampel penelitian merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Definisi sampel menurut Sugiyono (2008:116) adalah sebagai berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Pada dasarnya ukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya sampel tersebut, bisa dilakukan dengan menggunakan cara statistik ataupun besarnya estimasi penelitian. Sampel yang dipilih harus representatif yakni mewakili populasi yang berarti semua ciri atau karakteristik yang ada pada
60
populasi tercermin dalam sampel tersebut sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah terbatas pada perusahaanperusahaan whole sale and retail trade yang mengalami keuntungan berturut-turut selama periode 2005-2007 secara konsisten. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Perusahaan-perusahaan whole sale and retail trade yang menjadi sampel penelitian No. Nama Perusahaan 1 PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk 2 PT Alfa Retailindo Tbk 3 PT Enseval Putra Megatrading Tbk 4 PT FKS Multi Agro (Formerly Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk) 5 PT Hero Supermarket Tbk 6 PT Matahari Putra Prima Tbk 7 PT Millenium Pharmacon Internasional Tbk 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 9 PT Multi Indocitra Tbk 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 11 PT Tigaraksa Satria Tbk Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2008
Kode AIMS ALFA EPMT FISH HERO MPPA SDPC MAPI MICE RALS TGKA
3.1.4. Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2008:116) pengertian teknik sampling adalah sebagai berikut: “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Terdapat 2 (dua) jenis teknik sampling yang dapat digunakan menurut Sugiyono (2008:117), yaitu sebagai berikut:
61
1. “Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random,dan area random.” 2. Non Probability Sampling Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling jenuh, snowball sampling”. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Non Probability Sampling dan lebih tepatnya dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling. Pengertian purposive sampling
menurut Sugiyono (2008:122) adalah
sebagai berikut: “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sampel perusahaan yang dipilih didasarkan pada kriteria tertentu. Untuk sampel penelitian ini ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan tersebut memiliki data yang lengkap tentang Earning per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) selama tahun 2005-2007 dan Harga Saham (close price) selama tahun 2006-2008. Dalam kriteria ini, data tentang Earning per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) selama tahun 2005-2007 dan close price selama tahun 2006-2008 harus tersedia secara lengkap. Dari 23 perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI hanya 16 perusahaan yang mempunyai data yang lengkap tentang EPS, PER, dan close price.
62
2. Perusahaan tersebut mengalami keuntungan berturut-turut selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Dalam criteria ini, dari 16 perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI hanya 11 perusahaan yang mengalami keuntungan berturut-turut selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
3.1.5. Prosedur dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar dan Harga Saham. Dimana prosedur yang dilakukan penulis dalam memilih objek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penulis melakukan studi kepustakaan guna mendapatkan pemahaman mengenai teori-teori yang berhubungan dengan objek yang diteliti. 2. Penulis membuka situs yang terdapat di internet untuk mencari objek penelitian melalui situs www.idx.co.id. 3. Penulis mengajukan usulan mengenai objek tersebut kepada Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan dan pada akhirnya penulis mendapatkan persetujuan mengenai objek yang akan diteliti. 4. Penulis melakukan survey kembali dalam memenuhi objek-objek yang akan diteliti di Pojok Bursa.
63
3.2.
Metode Penelitian
3.2.1. Pendekatan Penelitian Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2008:5) menyatakan bahwa: “Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.” Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif asosiatif. Metode deskriptif adalah metode untuk memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimanaadanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Sugiono (2008:55) menyatakan bahwa: “Metode asosiatif adalah suatu pernyataan penelitian yang bersifat menunjukan hubungan antara dua variabel atau lebih.” Analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mengukur atau menguji data sehingga menghasilkan jawaban identifikasi masalah yang harus diukur atau diuji dengan alat uji kuantitatif, dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis.
64
3.2.2. Variabel Penelitian Definisi variabel penelitian menurut Sugiyono (2008:58) adalah sebagai berikut: “Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, maka variabel penelitiannya terdiri dari: a. Variabel Bebas (Independent Variable) Yaitu suatu variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi variabel lain. Pengertian variabel bebas menurut Sugiyono (2008:59) adalah sebagai berikut: “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependend (terikat).” Pada penelitian ini variabel-variabel bebas yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Rasio Profitabilitas, indikator pengukurnya adalah: ே ௧ூ ௧ ்௫௦
EPS = ௨ ௦
௦
2. Rasio Pasar, indikator pengukurnya adalah: ு ௌ
PER = ௌ
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yang sifatnya bebas.
65
Pengertian variabel dependent menurut Sugiyono (2008:59) adalah sebagai berikut: “Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah harga saham. Adapun indikator pengukurnya adalah harga penutupan masingmasing emiten pada akhir tahun.
3.2.3. Operasionalisasi Variabel Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel X dan Y Variabel
Definisi Variabel
Indikator
Rasio
Rasio yang mengukur kemampuan
Earning per Share (EPS),
Profitabilitas
perusahaan memperoleh laba dalam
merupakan perbandingan antara
hubungannya dengan penjualan,
net income dan jumlah lembar
total aktiva maupun modal sendiri.
saham
(X1)
Skala Rasio
(Agus Sartono, 2001:122) Rasio Pasar
Rasio yang mengukur harga pasar
(X2)
relatif terhadap nilai buku perusahaan. (Mamduh Hanafi, 2005:87)
Price Earning Ratio (PER), merupakan perbandingan antara harga pasar per lembar saham dan laba bersih per lembar saham.
Harga
Harga sebesar nilai sekarang atau
Harga penutupan masing-masing
Saham (Y)
present value dari aliran kas yang
emiten pada akhir tahun.
diharapkan akan diterima. (Agus Sartono, 2001:41)
Rasio
Rasio
66
3.2.4. Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Dan data bersifat time series yaitu data yang menggambarkan perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga analisisnya bersifat dinamis karena adanya perubahan waktu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder Data sekunder artinya data yang diperoleh dari laporan-laporan yang memuat berbagai informasi tentang masalah yang diteliti, serta studi pustaka dengan cara membaca serta mendalami literatur. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pojok Bursa Universitas Sangga Buana YPKP, Indonesian Capital Market Directory 2008. Selain itu data juga diperoleh dari situs resmi BEI www.idx.co.id.
3.2.5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data sekunder, digunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan, yakni sebagai berikut: 1.
Studi Literatur Dalam studi ini, penulis mengumpulkan dan mempelajari data mengenai Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Harga Saham yang berasal dari Laporan Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, serta data close price saham perusahaan sampel.
67
2.
Studi Internet Dalam studi ini penulis melakukan penelitian atau pengumpulan data dari situs-situs yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu dari pojok bursa dan dari situs resmi PT BEI www.idx.co.id.
3.2.6. Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Rasio Profitabilitas (X1) Harga Saham (Y) Rasio Pasar (X2)
Gambar 3.1 Model Penelitian Bila digambarkan secara matematis, hubungan dua variabel di atas adalah: Y = f(X1, X2)
Di mana: X1 = Rasio Profitabilitas X2 = Rasio Pasar Y = Harga Saham F = Fungsi
68
Dari model penelitian di atas dapat diartikan bahwa rasio profitabilitas dan rasio pasar mempengaruhi harga saham.
3.2.7. Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis 3.2.7.1.Analisis Data Pengertian analisis data menurut Sugiyono (2008:206) adalah sebagai berikut: “Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.” Setelah data itu dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengolahan data, maka kemudian data tersebut dianalisis. Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah yaitu berupa pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, yang mana dalam hal ini perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel di atas adalah skala rasio, yaitu skala yang mempunyai data yang jaraknya sama dan nilainya mutlak. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara variabel-variabel penelitian. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham digunakan langkah-langkah analisis sebagai berikut:
69
1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui besarnya rasio profitabilitas dan rasio pasar serta harga saham. Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai tingkat rasio profitabilitas dan rasio pasar serta harga saham dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Menghitung Rasio Profitabilitas dengan menggunakan indikator sebagai berikut: Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: EPS
ே ௧ூ ௧ ்௫௦
= ௨ ௦
௦
(Sumber : Agus Sartono, 2001:122)
b. Menghitung Rasio Pasar dengan menggunakan indikator sebagai berikut: PER
ு ௌ
= ௌ
(Sumber : Mamduh Hanafi, 2005:87)
c. Menghitung Harga Saham dengan menggunakan data Closing Price masing-masing emiten pada akhir tahun. 2. Analisis Statistik Analisis statistik yaitu, analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik berupa analisis regresi dan korelasi berganda karena teknik ini sesuai dengan data kuantiatif yaitu berupa angka. Berdasarkan ukuran variabel yang sudah berupa data kuantitatif, maka hipotesis akan diuji dengan menggunakan:
70
a. Asumsi Klasik Dalam penelitian ini penulis akan melakukan uji statistik analisis regresi dalam mempelajari hubungan yang ada di antara variabelvariabel sehingga dari hubungan tersebut dapat ditaksir nilai variabel tidak bebas jika variabel bebasnya diketahui atau sebaliknya. 1) Out Lier atau Data Out Lier Digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan telah benar atau tidak. Melalui uji tersebut dapat diketahui apakah bentuk model linier dan non linier, dan melalui uji tersebut dapat diketahui juga data regresi atau linier. 2) Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara gangguan atau distribusi yang masuk ke dalam fungsi regresi. Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara serial dalam bentuk waktu atau korelasi antara tempat yang berdekatan bila datanya cross series. Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji suatu keadaaan dimana terdapat hubungan antara variabel atau dengan kata lain terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas sehingga memberikan standar error (penyimpangan) yang besar. Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai Durbin Watson (d) dengan dL dan du tertentu atau dengan melihat tabel Durbin
71
Watson yang telah ada klasifikasinya untuk menilai penghitungan d yang diperoleh. Kriteria untuk nilai tersebut ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel Durbin Watson Test.
Jika
Tabel 3.3 Uji Statistik Durbin Watson d Keputusan
0 < d < dL
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ du
Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
du ≤ d ≤ 4-du
Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi positif/negatif
4-du ≤ d ≤ 4- dL
Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
4- dL ≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi negatif
Sumber : Agus Widarjono (2005:182) 3) Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya korelasi antara variabel bebas satu terhadap variabel bebas lainnya dalam analisis regresi. Pengujian multikolinearitas ini berguna untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharunya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat diketahui dari nilai tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0.10 dan batas VIF adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF dibawah nilai 10 dan tolerance value diatas nilai 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas sehingga model reliable sebagai dasar analitis.
72
4) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi
sehingga
hasil
prediksi
menjadi
meragukan.
Heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan, dan kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random (acak). Heteroskedastisitas yang ada dalam regresi dapat menyebabkan penaksir (estimator) yang diperoleh menjadi tidak efisien dan kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh sehingga memberikan indikasi yang salah. Salah satu cara yang digunakan
untuk
mengetahui
ada
tidaknya
gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat kurva heteroskedastisitas atau diagram pancar (chart) dengan dasar pemikiran sebagai berikut: a) Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi heteroskedostisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik dibawah atau di atas 0 pada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
73
b. Analisis Regresi Sederhana Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut: Y = a + bX Nilai a dan b ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
a=
(∑ Y )(∑ X ଶ) − (∑ X ) (∑ XY )
b=
n∑ YX − (∑ X )(∑ Y )
n∑ X2 − (∑ X )2
n∑ X2 − (∑ X )2
(Sumber: Sugiyono, 2008:206) Keterangan : X = variabel independen Y = variabel dependen a = konstanta b = koefisien regresi linier n = banyaknya sampel c. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik-turunkan
74
nilainya), adapun bentuk persamaan regresi ganda bila dihubungkan dengan penelitian ini yaitu: Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y
= Harga saham yang merupakan variabel dependen.
a
= Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah nilai Y pada saat variabel independen adalah 0 (X1, X2 = 0).
b1 = koefisien regresi berganda antara variabel independen X1 terhadap variabel dependen Y, bila variabel X2 dianggap konstan. b2 = koefisien regresi berganda antara variabel independen X2 terhadap variabel dependen Y, bila variabel X1 dianggap konstan. X1 = Rasio Profitabilitas yang merupakan variabel independen ke-1 X2 = Rasio Pasar yang merupakan variabel independen ke-2 Persamaan diatas memperlihatkan bagaimana perubahan variabel Y sebagai adanya perubahan dalam variabel X, tetapi hal itu tidak menjamin adanya hubungan kedua variabel tersebut. d. Analisis Korelasi Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y, sedangkan ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan atau seberapa kuat hubungan yang terjadi antara variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Langkahlangkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi multiple dapat diuraikan sebagai berikut:
75
1) Analisis Korelasi Parsial Korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Dengan korelasi parsial dapat diketahui tingkat hubungan variabel X1 dan Y serta variabel X2 dan Y. Korelasi parsial ini dapat diterapkan dengan rumus: r yx1 – r yx2 . r x1x2 Ry.x1x2=
1 – r2 x1x2 √ 1 – r2 yx2
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan, menurut Sugiyono (2004:183) ada beberapa pedoman untuk interpretasi koefisisen korelasi diantaranya adalah: Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2004:24)
76
2) Analisis Korelasi Berganda (multiple) Korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara keseluruhan variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel tidak bebas (Y). Menurut Sugiyono (2008:256) rumus korelasi berganda adalah sebagai berikut: Ry (1,2) =
b1 X 1Y b 2 X 2
Y
2
(Sumber: Sugiyono, 2004:218) Keterangan: R = koefisien korelasi ganda b = koefisien regresi X1 = rasio profitabilitas X2 = rasio pasar Y = harga saham e. Analisis Koefisien Determinasi Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi, tahap selanjutnya adalah mencari nilai dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah: Kd = r2 x 100 % dimana:
r
Kd
= Koefisien determinasi
r
= Koefisien korelasi
77
f. Uji t Untuk menguji apakah variabel koefisien korelasi ( r ) signifikan atau tidak maka dilakukan pengujian melalui uji t dengan rumus sebagai berikut: t =
r
n2 1 r2
(Sumber: Sugiyono, 2004:184) Keterangan: t = nilai distribusi t r = koefisien korelasi r2 = koefisien determinasi n = jumlah sampel Nilai t hasil dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan nilai t pada table dengan derajat kebebasan n-2 dengan kriteria uji sebagai berikut: a. Jika nilai thitung < nilai ttable, maka H0 diterima, Ha ditolak. b. Jika nilai thitung > nilai ttable, maka H0 ditolak, Ha diterima. g.
Uji F Untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F yang didapat melalui rumus berikut ini:
78
F=
R 2 /k 1 R 2 / n k 1
(Sumber: Sugiyono, 2004:190) Keterangan : F = nilai distribusi F R2 = koefisien korelasi ganda n = jumlah anggota sampel k = jumlah variabel independen Ftabel ditentukan melalui derajat kebebasan pembilang dan penyebut, yaitu: dk pembilang = k dan dk penyebut = n – k – 1 Untuk uji F, kriteria yang digunakan adalah: a. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, Ha ditolak b. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, Ha diterima Bila H0 diterima, maka hal ini diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara suatu variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
3.2.7.2.Rancangan Pengujian Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang ditetapkan menunjukan tentang tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan hipotesis penelitian
79
(Ha) menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka pengujian hipotesis pada bab ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: a. Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis nol a. Ho1 : ρ = 0 ;
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham.
Ha1 : ρ ≠ 0 ;
terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham.
b. Ho2 :
ρ = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio pasar terhadap harga saham
Ha2 :
ρ ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio pasar terhadap harga saham..
2. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang telah ditentukan adalah 5% dengan derajat bebas db = n-k-1, untuk menentukan nilai ttabel sebagai daerah batas penerimaan dan penolakan H0. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.
80
3. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria: Ho diterima dan Ha ditolak, jika thitung ≤ ttabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika thitung > ttabel b. Pengujian Hipotesis secara simultan (Uji F) Pengujian dilakukan dengan uji statistik F dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan Hipotesis Nol H0 : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham 2. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang telah ditentukan adalah 5% dengan derajat bebas db = n-k-1, untuk menentukan nilai Ftabel sebagai daerah batas penerimaan dan penolakan H0. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam suatu penelitian. 3. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, dengan kriteria: Ho diterima dan Ha ditolak, jika Fhitung ≤ Ftabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika Fhitung > Ftabel
81
3.2.8. Proses Penelitian Proses
penelitian
merupakan
urutan
atau
langkah-langkah
yang
dilaksanakan dalam penelitian ini, mulai dari adanya suatu masalah sampai dengan penarikan kesimpulan penelitian yang penulis lakukan berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diambil dari penelitian harus tepat dan saling mendukung antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Proses penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Melakukan survei pendahuluan dan didukung oleh studi kepustakaan. Selanjutnya mengajukan proposal penelitian dengan topik yang telah disetujui oleh Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 2. Menetapkan latar belakang penelitian. 3. Menentukan tujuan yang nantinya akan dibahas dalam penelitian ini. 4. Menentukan kerangka pemikiran. 5. Menentukan hipotesis. 6. Menentukan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek-objek yang telah ditetapkan sebelumnya. 7. Mengolah data yang telah diperoleh dan melakukan pembahasan atas data yang telah diolah dan analisis mengenai pengujian hipotesis. 8. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan memberikan saransaran kepada pihak yang berkepentingan yang diharapkan dapat berguna dikemudian hari.
82
Proses penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Penentuan Judul
Latar Belakang Penelitian
Tujuan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Tinjauan Pustaka Metode Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.2 Proses Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Pada abad XIX dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah Belanda mengembangkan secara besar-besaran sektor perkebunan. Untuk menjalankan usaha tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit. Dana ini diperoleh dari para penabung yang sebagian besar adalah orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya. Seiring berkembangnya industri tersebut maka dirasakan dana yang tidak mencukupi lagi. Akhirnya pengusaha Belanda mendirikan Verenigin voor Effrctenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912, dan ini merupakan titik awal perdagangan Efek di Indonesia. Efek yang diperdagangkan pada masa itu sangat terbatas, yaitu meliputi saham dan obligasi dari perusahaan Belanda pada sektor perkebunan yang berkedudukan di Indonesia. Perkembangan Pasar Modal di Batavia, disusul pembukaan Bursa Efek di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Perang Dunia II telah banyak membuat perubahan pada keadaan dalam negeri di Indonesia. Mengingat keamanan menjadi prioritas utama maka Pemerintah Hindia Belanda Mengambil langkah memusatkan Bursa Efek di Jakarta dengan menutup Bursa Efek di Surabaya dan Semarang. Namun akhirnya
83
84
Bursa Efek di Jakarta juga ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta, swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta (BEJ) meluncurkan Jakarta Automated Trading Sistem (JATS), yaitu sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Dengan adanya sistem baru ini maka dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan disbanding dengan perdagangan manual. Swastanisasi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan BEJ. Di akhir 1996
85
lima BUMN terdaftar di BEJ mencapai 26% dari total kapitalisasi pasar. BUMN tersebut adalah : Semen Gresik, Indosat, Telkom, Tambang Timah, dan Bank Negara Indonesia. Pada tahun 2007 Bursa Efek Surabaya (BES) digabungkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam kesehariannya Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh sekretaris perusahaan dan beberapa orang peneliti senior. Direktur Operasi membawahi empat orang direktur untuk membantu tugas kesehariannya, yaitu Direktur Pencatatan, Direktur Perdagangan, Direktur Keanggotaan, dan Direktur Administrasi. 1. Direktur Pemeriksaan membawahi empat divisi, yaitu: a. Divisi Pengawasan, bertugas mengadakan beberapa kegiatan untuk meningkatkan kemampuan sistem pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain penyempurnaan sistem monitoring. b. Divisi Hukum, bertugas menyiapkan kontrak-kontrak yang disiapkan oleh perusahaan dan menyempurnakan peraturan biasa.
86
c. Satuan Pemeriksaan Anggota Bursa, bertugas membantu tim audit dalam memeriksa dan mengaudit laporan keuangan para emiten. d. Satuan Pemeriksaan Internal, bertugas memeriksa dan mengaudit laporan keuangan perusahaan. 2. Direktur Pencatatan membawahi dua divisi, yaitu: a. Divisi
Pencatatan
Sektor
Jasa,
bertugas
mengevaluasi
dan
mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor jasa. b. Divisi Pencatatan Sektor Pabrikan, bertugas mengevaluasi dan mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor pabrikan. 3. Direktur Perdagangan membawahi dua divisi, yaitu : a. Divisi Perdagangan, bertugas menyediakan sarana perdagangan yang efisien, menyempurnakan peraturan perdagangan, menyempurnakan sistem perdagangan efek agar teratur. b. Divisi Riset dan Pengembangan, bertugas memberikan masukan bagi pengembangan instrument pasar dan bisnis informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Aktivitas rutin divisi ini mencakup penyusunan publikasi statistik mingguan, bulanan, tahunan, data base BEI, fact book dan Jurnal BEI. 4. Direktur Keanggotaan membawahi satu divisi, yaitu: a. Divisi Keanggotaan, bertugas mengatur anggota-anggota bursa.
87
5. Direktur Administrasi membawahi empat divisi, yaitu: a. Divisi Keuangan, bertugas mengambil inisiatif dalam melakukan integrasi laporan keuangan untuk mempercepat proses penyusunan laporan keuangan. b. Divisi Umum, bertugas sebagai penunjang kegiatan perusahaan diantaranya penyusunan pedoman inventarisasi barang perusahaan, bertanggung jawab dalam pengadaan kebutuhan untuk menunjang kebutuhan perusahaan. c. Divisi Sumber Daya Manusia, bertugas untuk menunjang kelancaran operasi perusahaan dengan kebijakan perusahaan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di BEI melalui program pelatihan dan pendidikan.
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2008. Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang listing sampai dengan periode pengamatan yaitu berjumlah 23 Perusahaan. Perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang menjadi sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan berbagai kriteria yang telah ditentukan sebagaimana telah dijelaskan dalam BAB III. Maka terpilih perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 11 perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2005-2008.
88
1.
Sejarah Singkat PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia
pada tanggal 7 Mei 1997 berdasarkan akta notaris Drs. Hanifa Halim, SH No.24 pada tanggal yang sama. Akta pendirian tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-7398.HT.01.01.Th.97 tanggal 31 juli 1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 16 Tambahan No. 1232 tanggal 24 Pebruari 1998. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir dilakukan berdasarkan akta No. 144 tanggal 15 Juni 2007 oleh Notaris Sutjipto, S.H., M.Kn., dan telah dilaporkan kepada Departemen hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Direksi dan Komisaris Perusahaan No. W7-HT.01.10-12316 tanggal 4 September 2007. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1998. Berdasarkan akta Notaris Pahala Sutrisno Amijoyo Tampubolon, SH., M.Kn., No.9 tanggal 10 November 2004, perusahaan melakukan diversifikasi dengan menambah divisi perdagangan dan pertambangan batubara. Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan umum yang saat ini dan untuk kedepannya akan lebih difokuskan kepada bidang perdagangan batubara sebagai suatu bidang usaha baru yang telah dijalani perseroan sejak tahun 2005. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa permintaan batubara dunia, sebagai salah satu sumber energi alternatif selain minyak bumi dan gas yang tetap tinggi dan Indonesia sebagai salah satu Negara eksportir batubara terbesar di dunia.
89
Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jl. Suryopranoto 2, Harmoni Plaza Blok A-29, Jakarta Pusat 10130. 2.
Sejarah Singkat PT. Alfa Retailindo Tbk PT. Alfa Retailindo Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia berdasarkan
Akta No.22 tanggal 4 Agustus 1989 yang dibuat di hadapan Gde Kertayasa, S.H., Notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5159.HT.01.01.TH.91 tanggal 26 September 1991 dan diumumkan dalam Berita Negara No.68 tanggal 24 Agustus 1999. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No.76 tanggal 7 Desember 2006 yang dibuat di hadapan Sri Lestari Roespinoedji, S.H., Notaris di Tangerang, antara lain mengenai perubahan modal ditempatkan dan disetor penuh, serta tugas dan wewenang komisaris dan direksi. Perubahan ini telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat No. W29-HT.01.04-23 tanggal 5 Januari 2007. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan antara lain bergerak dalam bidang perdagangan umum termasuk distributor, leveransir dan grosir. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dengan kantor pusat berlokasi di Jalan Lodan No.80-81,Jakarta. Kegiatan usaha Perusahaan dimulai pada tahun 1989. Pada tanggal 31 Desember 2007, Perusahaan mengoperasikan 29 (dua puluh sembilan) pasar swalayan dengan nama “Alfa Supermarket” dan 5 (lima) took grosir, yang seluruhnya tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.
90
Pada bulan Desember 2007, Perusahaan menjual seluruh penyertaannya pada Anak perusahaan kepada PT Kreasi Cahaya Sukses, pihak ketiga, sebesar Rp.1,37 miliar. Kerugian atas penjualan penyertaan saham sebebsar Rp.1,39 miliar dicatat sebagai bagian dari Penghasilan (Beban) Lain-lain. 3.
Sejarah Singkat PT. Enseval Putra Megatrading Tbk PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (Perusahaan) didirikan berdasarkan
akta notaries Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No. 64 tanggal 26 Oktober 1988. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia (Menkeh) dalam surat keputusan No. C2-2743.HT.01.01.Th.89 tanggal 1 April 1989 dan telah diumumkan dalam Tambahan No. 3251, Berita Negara Republik Indonesia No. 48 tanggal 17 Juni 1994. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan diantaranya untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 1 tahun 1995. Perubahan terakhir berdasarkan akta notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi No. 2 tanggal 1 Desember 2003, sehubungan dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp250 per saham menjadi Rp50 per saham. Perubahan ini telah dilaporkan kepada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai dengan surat keputusan No. C-28304 HT.01.04.TH.2003 tanggal 3 Desember 2003 dan telah diumumkan dalam Tambahan No. 228, Berita Negara Republik Indonesia No. 23 tanggal 19 Maret 2004. Sesuai dengan anggaran dasarnya, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha dalam bidang perdagangan, pengangkutan, industri, perwakilan dan/atau peragenan dan jasa ekspedisi. Saat ini, kegiatan utama Perusahaan adalah sebagai distributor dan pemasok produk
91
obatobatan, barang konsumsi, kosmetik dan barang dagang lainnya. Kegiatan usaha komersial Perusahaan dimulai pada tahun 1993. Perusahaan dan Anak Perusahaan termasuk dalam kelompok perusahaan Kalbe. 4.
Sejarah Singkat PT. FKS Multi Agro (Formerly Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk) PT FKS Multi Agro Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris
Raden Santoso, No. 34 tanggal 27 Juni 1992 dengan nama PT Fishindo Kusuma Sejahtera. Akta pendirian ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8706.HT.01.01TH’92 tanggal 21 Oktober 1992 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.100 tanggal 15 Desember 1992, Tambahan No. 6459. Berdasarkan akta notaris Andalia Farida, SH, MH No. 20 tanggal 28 Juni 2006, nama Perusahaan berubah menjadi PT FKS Multi Agro Tbk. Akta perubahan ini telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat No. C-19266 HT.01.04.TH.2006 tanggal 3 Juli 2006, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 66 tanggal 18 Agustus 2006, Tambahan No. 8825. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa perubahan, terakhir dengan akta notaries Andalia Farida, SH, MH No. 21 tanggal 28 Juni 2006 mengenai perubahan susunan direksi. Akta perubahan tersebut telah dilaporkan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat No. C-UM.02.01.11929 tanggal 12 Juli 2006.
92
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang perikanan, industri dan perdagangan. Kantor pusat Perusahaan terletak di Jalan Suryopranoto No. 11G, Jakarta Pusat dan lokasi pabrik terletak di Muncar Banyuwangi, Jawa Timur. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial sejak tahun 1993. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal dan juga di ekspor ke beberapa negara di Asia, dengan proporsi pemasaran lokal dan ekspor masing-masing sebesar 99,59% dan 0,41% pada tahun 2006 serta 97,62% dan 2,38% pada tahun 2005. 5.
Sejarah Singkat PT. Hero Supermarket Tbk PT Hero Supermarket Tbk (“Perseroan”) didirikan berdasarkan Akta
Notaris Djojo Muljadi, SH., No. 19 tertanggal 5 Oktober 1971 yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/169/11 tertanggal 5 Agustus 1972. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali diubah sejak pendiriannya. Perubahan penting antara lain adalah sehubungan dengan perluasan kegiatan usaha untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha hipermarket yang dituangkan dalam Akta Notaris Yaumi Azhar, SH., LLM No. 66 tertanggal 30 Maret 2001. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-01632 HT.01.04. TH.2001 tertanggal 5 Juni 2001. Perubahan terakhir diubah dan dituangkan dalam Akta Notaris Imas Fatimah, SH., No. 39 tertanggal 8 Juni 2006 dan perubahan ini telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
93
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C.23343.HT.01.04.TH 2006 tertanggal 9 Agustus 2006. Perseroan bergerak di bidang supermarket dan hipermarket, perdagangan dan jasa yang dibagi dalam dua usaha eceran utama, yaitu eceran skala besar dan eceran skala kecil. Eceran skala besar terdiri dari usaha supermarket dan hipermarket. Eceran skala kecil berhubungan dengan kegiatan usaha eceran khusus. Kegiatan usaha komersial Perseroan dimulai pada Agustus 1972. Kantor pusat Perseroan berlokasi di Jakarta dan memiliki gerai-gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. 6.
Sejarah Singkat PT. Matahari Putra Prima Tbk PT. Matahari Putra Prima Tbk (Perusahaan) didirikan di Republik Indonesia
pada tanggal 11 Maret 1986 berdasarkan akta notaries Budiarti Karnadi, S.H. No. 30 tanggal 11 Maret 1986. Akta pendirian Perusahaan diumumkan dalam Berita Negara No.73 tanggal 10 Sepetember 1991, Tambahan No. 2954. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No.64 tanggal 27 April 2007, antara lain mengenai perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan. Perusahaan dan Anak Perusahaan mengusahakan (i) jaringan toko serba ada yang menyediakan berbagai macam barang seperti pakaian, perhiasan, tas, sepatu, kosmetik, peralatan elektronik, mainan, alat tulis, buku, obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari, dan (ii) pusat hiburan keluarga yang dikenal sebagai Time Zone. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1986.
94
Kantor Pusat Perusahaan berkedudukan di Menara Matahari – Lippo Life, Lantai 20, Jalan Boulevard Palem Raya No.7, Lippo Karawaci – Tangerang, Jawa Barat. Pada tanggal 31 Desember 2007, Perusahaan dan PT Matahari Super Ekonomi (Anak Perusahaan) mengoperasikan toko di 92 lokasi, sedangkan PT Matahari Graha Fantasi (Anak Perusahaan lainnya) mengoperasikan 90 gerai permanen dan 44 gerai non-permanen pusat hiburan keluarga. Semua toko dan pusat hiburan keluarga berlokasi di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. 7.
Sejarah Singkat PT. Millenium Pharmacon Internasional Tbk PT Millennium Pharmacon International Tbk (Perusahaan) didirikan di
Jakarta dengan nama N.V. Perusahaan Dagang Soedarpo Corporation, berdasarkan Akta No. 32 tanggal 20 Oktober 1952 dari Notaris Rd. Mr. Soewandi, SH. Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A. 5/43/20 tanggal 27 Mei 1953 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 56, Tambahan No. 421 tanggal 14 Juli 1953. Anggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta no. 38 tanggal 24 Juni 2002 dari Notaris P. Sutrisno A. Tampubolon, SH, sehubungan dengan perubahan modal dasar Perusahaan. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C- 12288.HT.01.04.TH.2002 tanggal 5 Juli 2002. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang usaha perdagangan dan jasa. Sampai saat ini kegiatan
95
usaha yang dilakukan Perusahaan adalah dibidang distribusi produk farmasi, suplemen makanan dan produk diagnostik. Perusahaan beroperasi secara komersial pada tanggal 20 Oktober 1952. Sejak 2 Desember 2004 PT Millennium Pharmacon International Tbk merupakan anak perusahaan dari Esteem Interpoint Sdn Bhd, Malaysia ( sekarang Pharmaniaga International Corporation Sdn. Bhd. ). Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan 25 kantor cabang di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Panin Bank Centre 9th floor Jl. Jendral Sudirman, Senayan, Jakarta 10270. Jumlah karyawan tetap Perusahaan rata-rata 671 karyawan tahun 2007 dan 561 karyawan tahun 2006. 8.
Sejarah Singkat PT. Mitra Adiperkasa Tbk PT. Mitra Adiperkasa Tbk (Perusahaan), didirikan dengan akta No. 105
tanggal 23 Januari 1995 dari Julia Mensana, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C2-9243.HT.01.01.TH.95 tanggal 31 Juli 1995 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 6 Oktober 1995, Tambahan No. 8287. Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah dengan akta notaris No. 19 tanggal 27 Agustus 2004 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan status Perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka sehingga nama Perusahaan menjadi PT. Mitra Adiperkasa Tbk dan perubahan ketentuan seluruh anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang
96
No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-13/PM/1997, tanggal 30 April 1997 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik. Akta perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
dan
Hak
Asasi
Manusia
Republik
Indonesia
No.
C-
21990.HT.01.04.TH.2004 tanggal 1 September 2004 serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 23 Nopember 2004 tambahan No. 11588. Perusahaan berdomisili di Jakarta, dengan kantor pusat beralamat di Wisma 46, Kota BNI, Lantai 8, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi perdagangan, jasa, manufaktur, transportasi, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan. Saat ini, kegiatan Perusahaan terutama dalam bidang perdagangan eceran pakaian, sepatu, asesoris, tas dan peralatan olahraga di lebih dari 600 toko/outlet yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Batam, Manado dan kota-kota lainnya di Indonesia. Jumlah karyawan Perusahaan pada tahun 2007 dan 2006 masing-masing 4.641 karyawan dan 3.901 karyawan. Pada tanggal 10 Nopember 2004 dilakukan pencatatan 1.160.000.000 saham Perusahaan milik pemegang saham pendiri pada Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 31 Desember 2007, seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 1.660.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta).
97
9.
Sejarah Singkat PT. Multi Indocitra Tbk PT Multi Indocitra Tbk dahulu PT Modern Indocitra (Perusahaan) didirikan
berdasarkan Akta No. 52 tanggal 11 Januari 1990 dari Notaris Esther Daniar Iskandar, SH. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-7745.HT.01.01.Th.91 tanggal 16 Desember 1991. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 93 dari Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH tanggal 16 Agustus 2005, mengenai antara lain : 1. Menyetujui status Perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka sehingga nama Perseroan ini bernama “PT Multi Indocitra Tbk“. 2. Merubah tempat kedudukan dari semula berkedudukan di Jakarta Timur menjadi di Jakarta Pusat. 3. Menyetujui perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan, yaitu hanya dalam bidang Perdagangan Umum dan distribusi produk kecantikan dan kesehatan serta produk perlengkapan bayi, anak dan ibu. 4. Menyetujui meningkatkan modal dasar yang semula sebesar Rp 100.000.000.000 menjadi sebesar Rp 200.000.000.000 5. Menyetujui mengubah nilai nominal saham yang semula bernilai Rp 1.000 per lembar saham menjadi Rp 100 per lembar saham. 6. Perubahan Susunan Pengurus Perseroan. 7. Penawaran umum kepada masyarakat melalui Pasar Modal (Go Public) sejumlah Rp 12.500.000.000 atau 125.000.000 lembar saham.
98
Akta perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-23708.HT.01.04.TH.2005 tanggal 26 Agustus 2005. Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan umum atas barang-barang konsumsi dengan merek dagang “Pigeon dan Sanrio”. Perusahaan memulai produksi komersialnya pada tahun 1990 dan saat ini berkedudukan di Wisma Kosgoro Lantai 5, Jalan M.H Thamrin No. 53, Jakarta dengan kantor cabang di Surabaya – Jawa Timur. Perusahaan telah mendapatkan pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) dengan Surat No. S-3350/PM/2005 pada tanggal 9 Desember 2005 untuk melakukan penawaran umum (Initial Public Offering atau IPO) atas 100.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 (Seratus Rupiah) per saham kepada masyarakat dengan harga penawaran sebesar Rp 490 (Empat Ratus Sembilan Puluh Rupiah) per saham. Pada tanggal 21 Desember 2005, seluruh saham Perusahaan tersebut telah tercatat di Bursa Efek Jakarta. 10.
Sejarah Singkat PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia
pada tanggal 14 Desember 1983 berdasarkan Akta Notaris R. Muh. Hendrawan, S.H., No.60 pada tanggal yang sama. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik
Indonesia
dalam
Surat
Keputusan
No.C2-
5877.HT.01.01.TH.85 tanggal 17 September 1985 dan diumumkan dalam Berita Negara No.9 Tambahan No.589 tanggal 3 Oktober 1985. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta
99
Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No.37 tanggal 18 Juni 2004, mengenai pemecahan nilai nominal saham dari Rp.250 (Rupiah Penuh) per saham menjadi Rp.50 (Rupiah penuh) per saham. Perubahan ini telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-21365 HT.01.04.TH.2004 tanggal 24 Agustus 2004 dan diumumkan dalam Berita Negara No.82 Tambahan No.875 tanggal 12 Oktober 2004. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan utama Perusahaan adalah perdagangan umum yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan produk-produk kebutuhan sehari-hari melalui gerai serba ada (Department Store) milik Perusahaan. Pada tahun 2007, Perusahaan menghentikan operasi 2 gerai dan mengoperasikan gerai baru sebanyak 11 gerai. Pada tanggal 31 Desember 2007, jumlah gerai yang dioperasikan oleh Perusahaan terdiri dari 95 gerai dengan nama “Ramayana” dan “Robinson”, 3 gerai dengan nama “Cahaya” dan 2 gerai dengan nama “Orangemart”, yang berlokasi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Kantor Pusat Perusahaan berdomisili di Jl. KH Wahid Hasyim No. 220 A & B, Jakarta 10250. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. 11.
Sejarah Singkat PT. Tigaraksa Satria Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk (Perusahaan) didirikan di Jakarta berdasarkan akta
No.35 dari notaris M.M.I. Wiardi, S.H., tanggal 17 November 1986. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
100
Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-3127.HT.01.01.Th.87 tanggal 21 April 1987 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.101 tanggal 19 Desember 1989, Tambahan No.3682. Anggaran Dasar telah megalami beberapa kali perubahan, terakhir diubah dengan akta No.12 dari notaris Misahardi Wilamarta, S.H., tanggal 3 Agustus 2006, mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasarnya, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
adalah
bergerak
dalam
bidang
perdagangan,
perindustrian,
pertambangan, pengangkutan, pertanian, pemborong, administrasi, agen, dan percetakan. Saat ini kegiatan utama Perusahaan meliputi bidang distribusi produkproduk beberapa principal. Selain itu Perusahaan memproduksi susu dengan merk “Produgen”, serta melakukan investasi pada beberapa perusahaan. Perusahaan memiliki hak atas merek dagang Ocean Line, Tira, Produgen, Crystal Dentiss, Progensa, dan Blue Gaz. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan Kantor Pusat di Gedung Tira, Jalan HR. Rasuna Said Kav. B-3, Jakarta selatan dengan kantor cabang di kotakota besar lainnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1988. Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini keduanya telah melebur menjadi PT Bursa Efek Indonesia) sebanyak 918.492.750 saham masing-masing pada tahun 2007 dan 2006.
102
4.1.3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset dan modal saham yang tertentu. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan Earning Per Share (EPS). Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan Earning Per Share (EPS) yang besar karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: EPS = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Lembar Saham Biasa Rasio profitabilitas yang ditetapkan sebagai variabel independen (X1) pada masing-masing perusahaan whole sale and retail trade mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Berikut adalah penghitungan rasio profitabilitas dari sampel perusahaan yang dapat dilihat pada table 4.1:
103
Tabel 4.1 Rasio Profitabilitas Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 (dalam jutaan rupiah)
No 1 2 3
Perusahaan
Net Income 754 9,943 203,304
PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT. Alfa Retailindo Tbk PT. Enseval Putra Mega Trading Tbk PT. FKS Multi Agro (Formerly 4 Fishindo Kusuma Sejahtera)Tbk 4,739 5 PT. Hero Supermarket Tbk 55,201 6 PT. Matahari Putra Prima Tbk 222,663 PT. Millenium Pharmacon 7 International Tbk 7,028 8 PT. Mitra Adiperkasa Tbk 131,944 9 PT. Multi Indocitra Tbk 27,622 10 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 302,352 11 PT. Tigaraksa Satria Tbk 19,547 Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2008
2005 Outstanding Share 110 468 2,280
Net Income 81 39,074 209,164
Tahun 2006 Outstanding Share 110 468 2,280
480 329.420 2,705.994
7,735 64,163 160,496
480 329.420 2,904.578
24,890 68,999 180,191
480 329.420 4,441.322
728 1,660 600 7,032 874.755
8,421 109,350 38,270 312,552 26,455
728 1,660 600 7,032 874.755
9,609 115,429 30,012 366,809 47,191
728 1,660 600 7,032 918.492
2007 Net Outstanding Income Share 950 110 4,176 468 231,650 2,280
104
4.1.4. Rasio Pasar Rasio pasar merupakan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi prestasi perusahaan. Indikator dari rasio pasar yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah Price Earning Ratio (PER), karena PER merupakan ukuran kepercayaan pasar terhadap nilai saham, sehingga investor mempertimbangkan PER dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Dari uraian diatas, PER yang tinggi menjadi salah satu faktor yang dapat menarik seorang investor untuk membeli saham tersebut, makin tinggi PER maka makin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Artinya, perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang semakin bagus, ini akan mempengaruhi terhadap performance perusahaan tersebut di masyarakat dan juga akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Penghitungan rasio pasar menggunakan rumus sebagai berikut : ு ௌ
PER = ௌ
Berikut adalah penghitungan rasio pasar sampel perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 4.2:
105
Tabel 4.2 Rasio Pasar Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 (dalam rupiah)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perusahaan
PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT. Alfa Retailindo Tbk PT. Enseval Putra Mega Trading Tbk PT. FKS Multi Agro (Formerly Fishindo Kusuma Sejahtera)Tbk PT. Hero Supermarket Tbk PT. Matahari Putra Prima Tbk PT. Millenium Pharmacon International Tbk PT. Mitra Adiperkasa Tbk PT. Multi Indocitra Tbk PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT. Tigaraksa Satria Tbk
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2008
2005 Closing Earning Per Price share 170 6.855 1900 21.246 750 89.168 250 6050 960 70 880 660 810 290
9.873 167.570 82.285 9.654 79.484 46.037 42.997 22.346
Tahun 2006 Closing Earning Per Price share 165 0.736 1450 83.491 650 91.739 300 6,000 800 70 910 980 870 275
16.115 194.776 55.256 11.567 65.873 63.783 44.447 30.243
2007 Closing Earning Per Price share 135 8.636 2100 8.923 770 101.601 600 4,500 690 98 700 790 850 320
51.854 209.456 40.571 13.199 69.536 50.020 52.163 51.379
106
4.1.5. Harga Saham Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap profit perusahaan. Dalam aktivitas di pasar modal harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan investasi, karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan juga sebaliknya. Harga saham berubah-ubah setiap terjadi transaksi, bisa dalam hitungan hari, jam, menit, bahkan detik, tergantung kepada transaksi jual beli saham pada hari tersebut. Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif tiap harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung naik, sedangkan pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun. Dorongan permintaan akan saham biasanya ditimbulkan karena saham tersebut memiliki nilai intrinsik lebih tinggi daripada nilai jual yang ditawarkan untuk pemilik saham tersebut, kondisi ini dikenal dengan undervalued. Analisis
fundamental
mendasarkan
pada
keyakinan
bahwa
harga
dipengaruhi oleh kekuatan dari faktor fundamental perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, salah satunya didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai keuntungan yang diperoleh.
107
Gambaran tentang harga saham pada perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2008 tampak pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Harga Saham Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2006-2008 (dalam rupiah) No 1 2 3
Perusahaan
2006
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk 165 PT Alfa Retailindo Tbk 1.450 PT Enseval Putra Mega Trading Tbk 650 PT FKS Multi Agro (Formerly Fishindo 4 Kusuma Sejahtera)Tbk 300 5 PT Hero Supermarket Tbk 6.000 6 PT Matahari Putra Prima Tbk 800 PT Millenium Pharmacon International 7 Tbk 70 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 910 9 PT Multi Indocitra Tbk 980 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 870 11 PT Tigaraksa Satria Tbk 275 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008
Tahun 2007
2008
135 2.100 770
137 2.800 325
600 4.500 690
780 4.000 630
98 700 790 850 320
90 360 170 500 265
Harga saham yang tinggi dan mengalami peningkatan menunjukan saham tersebut likuid. Kenaikan dan penurunan harga saham dapat disebabkan oleh permintaan dan penawaran investor, kinerja keuangan perusahaan, dan keadaan perekonomian, seperti : tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan yang lainnya. Kenaikan harga saham juga mencerminkan nilai perusahaan yang bagus.
108
4.2. Pembahasan Penelitian Pada bagian ini penulis melakukan pembahasan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui tingkat rasio profitabilitas pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007. 2. Untuk mengetahui tingkat rasio pasar pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2007. 3. Untuk mengetahui harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008. 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh rasio profitabilitas dan rasio pasar periode 2005-2007 terhadap harga saham periode 2006-2008 baik secara partial maupun secara simultan pada perusahaan whole sale and retail trade yang terdaftar di BEI.
4.2.1. Analisis Penghitungan Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Berdasarkan tabel 4.1 mengenai rasio profitabilitas yang dapat diukur dengan menggunakan Earning Per Share (EPS), berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan akhir dari rasio profitabilitas yang penulis tampilkan pada tabel di bawah ini:
109
Tabel 4.4 Hasil Penghitungan Akhir Rasio Profitabilitas Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 No.
Perusahaan
1 2 3
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Enseval Putra Mega Trading Tbk PT FKS Multi Agro (Formerly 4 Fishindo Kusuma Sejahtera)Tbk 5 PT Hero Supermarket Tbk 6 PT Matahari Putra Prima Tbk PT Millenium Pharmacon 7 International Tbk 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 9 PT Multi Indocitra Tbk 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 11 PT Tigaraksa Satria Tbk Sumber : data yang diolah penulis
2005
Tahun 2006
2007
6,855 21,246 89,168
0,736 83,491 91,739
8,636 8,923 101,601
9,873 167,570 82,285
16,115 194,776 55,256
51,854 209,456 40,571
9,654 79,484 46,037 42,997 22,346
11,567 65,873 63,783 44,447 30,243
13,199 69,536 50,020 52,163 51,379
Tabel 4.5 Tingkat Rata-rata Profitabilitas Tiap Perusahaan Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 No 1 2 3
Perusahaan
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Enseval Putra Mega Trading Tbk PT FKS Multi Agro (Formerly Fishindo Kusuma 4 Sejahtera)Tbk 5 PT Hero Supermarket Tbk 6 PT Matahari Putra Prima Tbk 7 PT Millenium Pharmacon International Tbk 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 9 PT Multi Indocitra Tbk 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 11 PT Tigaraksa Satria Tbk Sumber : data yang diolah penulis
Tahun 2005-2007 5,409 37,887 94,169 25,947 190,601 59,371 11,473 71,631 53,280 46,536 34,656
110
Analisis deskriftif mengenai rata-rata (mean) dari rasio profitabilitas dapat dilihat berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Descriptive Statistics N Rasio_Profitabilitas 11 Valid N (listwise) 11
Minimum Maximum 5.409
190.601
Mean
Std. Deviation
5.73600E1
51.122937
Dengan melihat tabel hasil deskriftif, dapat disimpulkan bahwa nilai ratarata (Mean) untuk rasio profitabilitas yang diukur dengan nilai Earning Per Share (EPS) adalah sebesar 5,73600E1. Rasio profitabilitas yang diukur dengan nilai Earning Per Share (EPS) maksimum diperoleh oleh PT Hero Supermarket Tbk yaitu sebesar 190,601. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan 1 lembar saham yang dimiliki akan menghasilkan keuntungan maksimum sebesar Rp 190,601, yang berarti adanya produktivitas setiap lembar saham yang dimiliki dalam menghasilkan laba. Sedangkan untuk nilai rasio profitabilitas yang diukur dengan Earning Per Share (EPS) minimum dilakukan oleh PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk yaitu sebesar 5,409. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan 1 lembar saham yang dimiliki akan menghasilkan keuntungan minimum sebesar Rp 5,409. Adapun grafik yang menunjukan rata-rata tingkat profitabilitas tahun 20052007 pada perusahaan Whole Sale and Retail Trade, sebagai berikut:
111
Grafik 4.1 Tingkat Rata-rata Rasio Profitabilitas Tahun 2005-2007 250
200
150
100
50
0 AIMS
ALFA
EPMT
FISH
HERO
MPPA
MPI
MAPI
MICE
RALS
TGKA
112
4.2.2. Analisis Penghitungan Rasio Pasar Berdasarkan tabel 4.2 mengenai rasio pasar yang dapat diukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER), berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan akhir dari rasio pasar yang penulis tampilkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Akhir Rasio Pasar Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 Tahun
No.
Perusahaan
2005
2006
2007
1
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
24,799
224,185
15,632
2
PT Alfa Retailindo Tbk
89,429
17,367
235,347
3
PT Enseval Putra Mega Trading Tbk
8,411
7,085
7,579
Fishindo Kusuma Sejahtera)Tbk
25,322
18,616
11,571
5
PT Hero Supermarket Tbk
36,104
30,805
21,484
6
PT Matahari Putra Prima Tbk
11,667
14,478
17,007
7,251
6,052
7,425
4
7
PT FKS Multi Agro (Formerly
PT Millenium Pharmacon International Tbk
8
PT Mitra Adiperkasa Tbk
11,071
13,814
10,067
9
PT Multi Indocitra Tbk
14,336
15,365
15,794
10
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
18,839
19,574
16,295
11
PT Tigaraksa Satria Tbk
12,978
9,093
6,228
Sumber : data yang diolah penulis
113
Tabel 4.7 Tingkat Rata-rata Rasio Pasar Tiap Perusahaan Sampel Perusahaan Whole Sale and Retail Trade periode 2005-2007 No
Perusahaan
1 2 3
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Enseval Putra Mega Trading Tbk PT FKS Multi Agro (Formerly Fishindo 4 Kusuma Sejahtera)Tbk 5 PT Hero Supermarket Tbk 6 PT Matahari Putra Prima Tbk 7 PT Millenium Pharmacon International Tbk 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 9 PT Multi Indocitra Tbk 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 11 PT Tigaraksa Satria Tbk Sumber : data yang diolah penulis
Tahun 2005-2007 88,205 114,048 7,692 18,503 29,464 14,384 6,909 11,651 15,165 18,236 9,433
Penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Descriptive Statistics N Rasio_Pasar Valid N (listwise)
11 11
Minimum 6.909
Maximum
Mean
114.048 3.03355E1
Std. Deviation 36.022182
Dengan melihat tabel hasil deskriftif, dapat disimpulkan bahwa nilai ratarata (Mean) rasio pasar yang diukur dengan nilai Price Earning Ratio (PER) adalah sebesar 3,03355E1. Rasio pasar yang diukur dengan nilai Price Earning Ratio (PER) maksimum diperoleh oleh PT Alfa Retailindo Tbk yaitu sebesar 114,048. Hal ini menunjukkan bahwa PT Alfa Retailindo Tbk telah mempunyai prospek perusahaan yang baik.
114
Sedangkan untuk nilai rasio pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER) minimum diperoleh oleh PT Millenium Pharmacon International Tbk yaitu sebesar 6,909. Hal ini menunjukkan bahwa PT Millenium Pharmacon International Tbk mempunyai prospek perusahaan yang kurang baik. Adapun grafik yang menunjukkan rata-rata tingkat rasio pasar pada perusahaan whole sale and retail trade, sebagai berikut:
115
Grafik 4.2 Tingkat Rata-rata Rasio Pasar Tahun 2005-2007 120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0 AIMS
ALFA
EPMT
FISH
HERO
MPPA
MPI
MAPI
MICE
RALS
TGKA
116
4.2.3. Analisis Penghitungan Harga Saham Berdasarkan tabel 4.3 mengenai harga saham, dari hasil perhitungan yang dilakukan maka diperoleh tingkat rata-rata harga saham dari 11 sampel perusahaan. Maka penulis tampilkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Tingkat Rata-rata Harga Saham Tiap Perusahaan Tahun 2006-2008 No
Perusahaan
1 2 3
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Enseval Putra Mega Trading Tbk PT FKS Multi Agro (Formerly Fishindo 4 Kusuma Sejahtera)Tbk 5 PT Hero Supermarket Tbk 6 PT Matahari Putra Prima Tbk PT Millenium Pharmacon International 7 Tbk 8 PT Mitra Adiperkasa Tbk 9 PT Multi Indocitra Tbk 10 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk 11 PT Tigaraksa Satria Tbk Sumber : data yang diolah penulis
Tahun 2006-2008 145,667 2116,667 581,667 560,000 4833,333 706,667 86,000 656,667 646,667 740,000 286,667
Analisis deskriftif mengenai rata-rata (mean) dari rasio profitabilitas dapat dilihat berdasarkan data pada tabel 4.8 diatas, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Descriptive Statistics N Minimum Harga_Saham
11
Valid N (listwise)
11
86.000
Maximum
Mean
4833.333 1.03273E3
Std. Deviation 1369.988996
117
Dengan melihat tabel hasil deskriftif, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (Mean) untuk harga saham adalah sebesar 1,03273E3. Harga saham maksimum diperoleh oleh PT Hero Supermarket Tbk, yaitu sebesar Rp 4833,333 dan harga saham minimum diperoleh oleh PT Millenium Pharmacon International Tbk, yaitu sebesar Rp 86,000. Adapun grafik yang menunjukan rata-rata tingkat harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade, sebagai berikut:
118 Grafik 4.3 Tingkat Rata-rata Harga Saham Tahun 2006-2008 6000.0
5000.0
4000.0
3000.0
2000.0
1000.0
0.0 AIMS
ALFA
EPMT
FISH
HERO
MPPA
MPI
MAPI
MICE
RALS
TGKA
119
4.2.4. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham Baik secara Partial maupun Secara Simultan 4.2.4.1.
Analisis Partial
4.2.4.1.1. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham 1. Asumsi Klasik a) Out Lier atau Data Out Lier Digunakan untuk melihat apakah bentuk model linier atau non linier. Untuk mengetahui data out lier, dapat dianalisis melalui residual statistik sebagai berikut: Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Predicted Value -1.37505E2 4.03407E3 1.03273E3 Std. Predicted -1.016 2.606 .000 Value Standard Error of 236.060 686.509 309.598 Predicted Value Adjusted Predicted -2.05740E2 2.07506E3 7.97446E2 Value Residual -1.280209E3 1.522583E3 .000000 Std. Residual -1.637 1.946 .000 Stud. Residual -1.768 2.131 .096 Deleted Residual -1.493391E3 3.477787E3 2.352811E2 Stud. Deleted -2.062 2.855 .192 Residual Mahal. Distance .002 6.793 .909 Cook's Distance .000 7.612 .748 Centered Leverage .000 .679 .091 Value a. Dependent Variable: Harga_Saham
Std. Deviation N 1151.579954 11 1.000 11 130.190 11 679.184443 11 742.114180 11 .949 11 1.161 11 1332.797625 11 1.439 11 1.981 11 2.279 11 .198 11
Dari tabel di atas tampak nilai cook’s distance adalah 0,000 dimana nilainya lebih kecil dari satu atau 0,000 < 1, dapat disimpulkan tidak ada data out lier.
120
Grafik 4.4 Uji Outlier Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham
Data diagram tersebut dapat menunjukkan dan memperkuat adanya pengaruh antara Rasio Profitabilitas (X1) terhadap Harga Saham (Y). b) Autokorelasi Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji suatu keadaan di mana terdapat hubungan antara variabel atau dengan kata lain terdapat korelasi yang tinggi di antara variabel bebas sehingga memberikan standar error (penyimpangan) yang besar.
121
Alat yang digunakan melalui uji Durbin Watson pada tabel berikut ini: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of Durbinthe Estimate Watson
a
1 .841 .707 .674 782.257031 a. Predictors: (Constant), Rasio_Profitabilitas b. Dependent Variable: Harga_Saham
2.625
Dari tabel di atas, nilai Durbin Watson (d) adalah 2,625. Durbin Watson (d) digunakan sebagai prosedur formal untuk menguji keberadaan autokorelasi. Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai d dengan dL dan du tertentu. D-W tabel pada α = 0,05, N = 11, dan k (jumlah variable bebas) = 1. Berdasarkan tabel Durbin Watson dL = 0,927 dan du= 1,324. Maka, 4-du =2,676 dan 4-dL = 3,073. Untuk menentukan pengambilan keputusan terjadi atau tidaknya autokorelasi, dapat digunakan tabel berikut: Uji Statistik Durbin-Watson d Jika
Keputusan
0 < d < dL dL ≤ d ≤ du du ≤ d ≤ 4-du
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi positif/negatif 4-du ≤ d ≤ 4- dL Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan 4- dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi negatif Sumber : Agus Widarjono (2005:182) Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diputuskan tidak terjadi autokorelasi, atau model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang autokorelasi.
122
2. Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham , nilai taksiran koefisien regresi (a dan b) diperoleh dengan hasil penghitungan pada tabel berikut ini: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-259.347
364.231
-.712
.494
Rasio_Profitabilitas 22.526 a. Dependent Variable:Harga_Saham
4.839
.841 4.655
.001
Dari hasil penghitungan regresi pada tabel di atas, diperoleh nilai a (konstanta) sebesar -259,347 dan nilai b sebesar 22,526 sehingga bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = -259,347 + 22,526 X Persamaan regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai berikut: a)
Nilai koefisien konstanta -259,347 merupakan nilai intersep yang artinya menyatakan bahwa jika rasio profitabilitas (X1) nol, maka harga saham sebesar -259,347. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba, maka harga saham tidak akan terbentuk, karena harga saham terbentuk dari permintaan dan penawaran atas saham tersebut, sedangkan para investor sudah tidak berminat lagi untuk melakukan permintaan terhadap saham.
123
b) Nilai koefisien regresi b = 22,526 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan rasio profitabilitas (X1) sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan harga saham (Y) sebesar 22,526 %.
3. Analisis Korelasi Partial Korelasi partial digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungannya antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan ini ditunjukan oleh koefisien korelasi (r). Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham dilakukan uji statistik pada tabel berikut ini: Correlations Harga_Saha m Rasio_Profitabilitas Pearson Harga_Saham Correlation Rasio_Profitabilitas Sig. (1Harga_Saham tailed) Rasio_Profitabilitas N Harga_Saham Rasio_Profitabilitas
1.000
.841
.841 . .001 11 11
1.000 .001 . 11 11
Dari penghitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien korelasi yaitu r = 0,841. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel X (rasio profitabilitas) dengan variabel Y (harga saham). Untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dapat digunakan tabel interpolasi niali koefisien (r). Menurut sugiyono (2008:24) sebagai berikut:
124
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2004:24) Berdasarkan tabel interpretasi nilai r, maka dapat diketahui bahwa hasil penghitungan koefisien korelasi sebesar 0,841 mempunyai arti terdapat hubungan sangat kuat antara rasio profitabilitas dengan harga saham.
4. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Untuk uji ini, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .841a .707 .674 782.257031 a. Predictors: (Constant), Rasio_Profitabilitas Angka pada kolom R square tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham sebesar 0,707 atau 70,7 % sedangkan sisanya sebesar 29,3 % merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
125
5. Pengujian Hipotesis secara Partial (Uji t) Pada tahap akhir, dilakukan pengujian untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Untuk hipotesis ini, ditampilkan pada tabel berikut ini: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
-259.347
Standardized Coefficients Beta
364.231
t -.712
Sig. .494
Rasio_Profitabilitas 22.526 4.839 .841 4.655 .001 a. Dependent Variable: Harga_Saham Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu nilai thitung pada tabel tersebut sebesar 4,655, melalui kriteria uji t dimana penetapan signifikansi nya dengan df = 9, signifikansi 0,05 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,262. Dilihat dari tabel bahwa thitung > t
tabel
(4,655 > 2,262), maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain, terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham (Ha1 : ρ ≠ 0 ).
4.2.4.1.2. Pengaruh Rasio Pasar terhadap Harga Saham 1. Asumsi Klasik a) Out Lier atau Data Out Lier Digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan telah benar atau tidak. Untuk mengetahui data out lier, dapat dianalisis melalui residual statistik sebagai berikut:
126
Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Predicted Value 8.31790E2 1.75076E3 1.03273E3 Std. Predicted Value -.650 2.324 .000 Standard Error of 424.330 1117.541 563.989 Predicted Value Adjusted Predicted 6.44175E2 2.27073E3 1.04325E3 Value Residual -1.383429E3 3.808080E3 .000000 Std. Residual -.983 2.707 .000 Stud. Residual -1.219 2.839 -.006 Deleted Residual -2.125058E3 4.189158E3 -1.052515E1 Stud. Deleted Residual -1.257 8.280 .493 Mahal. Distance .001 5.401 .909 Cook's Distance .001 .403 .092 Centered Leverage .000 .540 .091 Value a. Dependent Variable: Harga_Saham
Std. Deviation
N
308.975545 11 1.000 11 214.420 11 422.204266 11 1334.692459 .949 1.023 1571.500560 2.613 1.654 .159
11 11 11 11 11 11 11
.165 11
Dari tabel di atas tampak nilai cook’s distance adalah 0,001 dimana nilainya lebih kecil dari satu atau 0,001 < 1, dapat disimpulkan tidak ada data out lier. Grafik 4.5 Uji Outlier Rasio Pasar terhadap Harga Saham
127
Data diagram tersebut dapat menunjukkan dan memperkuat adanya pengaruh antara Rasio Pasar (X2) terhadap Harga Saham (Y). b) Autokorelasi Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji suatu keadaan dimana terdapat hubungan antara variabel atau dengan kata lain terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas sehingga memberikan standar error (penyimpangan) yang besar. Alat yang digunakan melalui uji Durbin Watson pada tabel berikut ini: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
.226a .051 -.055 1406.889382 2.113 a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar b. Dependent Variable: Harga_Saham Dari tabel di atas nilai Durbin Watson (d) adalah 2,113. Durbin Watson (d) 1
digunakan sebagai prosedur formal untuk menguji keberadaan autokorelasi. Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai d dengan dL dan du tertentu. D-W tabel pada α = 0,05, N = 11, dan k (jumlah variable bebas) = 1. Berdasarkan tabel Durbin Watson dL = 0,927 dan du= 1,324. Maka, 4-du =2,676 dan 4-dL = 3,073. Untuk menentukan pengambilan keputusan terjadi atau tidaknya autokorelasi, dapat digunakan tabel berikut:
128
Uji Statistik Durbin-Watson d Jika
Keputusan
0 < d < dL
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ du
Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
du ≤ d ≤ 4-du
Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi positif/negatif
4-du ≤ d ≤ 4- dL
Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan
4- dL ≤ d ≤ 4
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi negatif
Sumber : Agus Widarjono (2005:182) Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diputuskan tidak terjadi autokorelasi, atau model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang autokorelasi. 2. Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh rasio pasar terhadap harga saham , nilai taksiran koefisien regresi (a dan b) diperoleh dengan hasil penghitungan pada tabel berikut ini: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B 772.529
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
565.961
Rasio_Pasar 8.577 12.351 a. Dependent Variable: Harga_Saham
.226
Sig.
1.365
.205
.694
.505
Dari hasil penghitungan regresi pada tabel di atas, diperoleh nilai a (konstanta) sebesar 772,529 dan nilai b sebesar 8,577 sehingga bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
129
Y = 772,529 + 8,577 X Persamaan regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai berikut: a) Nilai koefisien konstanta 772,529 merupakan nilai intersep yang artinya menyatakan bahwa jika rasio pasar (X2) nol, maka harga saham adalah sebesar Rp 772,529 b) Nilai koefisien regresi b = 8,577 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan rasio pasar (X2) sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan harga saham (Y) sebesar 8,577 %.
3. Analisis Korelasi Partial Korelasi partial digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungannya antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan ini ditunjukan oleh koefisien korelasi (r). Untuk mengetahui pengaruh rasio pasar terhadap harga saham dilakukan uji statistik pada tabel berikut ini: Correlations Harga_Saham Rasio_Pasar Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Harga_Saham
1.000
.226
Rasio_Pasar Harga_Saham Rasio_Pasar Harga_Saham Rasio_Pasar
.226 . .252 11 11
1.000 .252 . 11 11
Hasil yang diperoleh dari penghitungan koefisien korelasi ini yaitu r = 0,226. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel X2 (rasio pasar) dengan variabel Y (harga saham).
130
Untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X2 dengan variabel Y, dapat digunakan tabel interpolasi nilai koefisien (r). Menurut Sugiyono (2008:24) sebagai berikut: Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2004:24) Berdasarkan tabel interpretasi nilai r, maka dapat diketahui bahwa hasil penghitungan koefisien korelasi sebesar 0,226 yang mempunyai arti bahwa terdapat hubungan sangat rendah antara rasio pasar dengan harga saham.
4. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio pasar terhadap harga saham. Untuk uji ini, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .226a .051 -.055 a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar
Std. Error of the Estimate 1406.889382
b. Dependent Variable: Harga_Saham
Angka pada kolom R square tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh rasio pasar terhadap harga saham sebesar 0,051 atau 5,1% sedangkan sisanya sebesar 94,9 % merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
131
5. Pengujian Hipotesis secara Partial (Uji t) Pada tahap akhir, dilakukan pengujian untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh rasio pasar terhadap harga saham. Untuk hipotesis ini, ditampilkan pada tabel berikut ini: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
772.529 565.961
t 1.365
Sig. .205
Rasio_Pasar 8.577 12.351 .226 .694 .505 a. Dependent Variable: Harga_Saham Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu nilai thitung pada tabel tersebut sebesar 0,694, sedangkan nilai dari ttabel dengan df = 9 dan α = 0,05 adalah sebesar 2,262. Dilihat dari tabel tersebut bahwa besarnya thitung < t
tabel
(0,694 < 2,262), berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak dengan kata lain, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio pasar terhadap harga saham (Ho2 : ρ = 0).
132
4.2.4.2.
Analisis Simultan
4.2.4.2.1. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham 1. Asumsi Klasik a) Out lier atau Data Out lier Digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan telah benar atau tidak. Melalui uji tersebut dapat diketahui apakah bentuk model linier atau non linier, dan melalui uji tersebut dapat diketahui data-data digaris regresi atau tidak. Untuk mengetahui data out lier, dapat dianalisis melalui residual statistik sebagai berikut: Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Predicted Value -4.75199E2 4.32376E3 1.03273E3 Std. Predicted -1.179 2.573 .000 Value Standard Error of Predicted 182.360 490.051 267.080 Value Adjusted -6.56420E2 2.31975E3 8.39954E2 Predicted Value Residual -1.006611E3 5.611995E2 .000000 Std. Residual -1.834 1.023 .000 Stud. Residual -2.009 2.062 .107 Deleted -1.208295E3 2.513585E3 1.927736E2 Residual Stud. Deleted -2.671 2.818 .113 Residual Mahal. Distance .195 7.064 1.818 Cook's Distance .000 5.574 .611 Centered .019 .706 .182 Leverage Value a. Dependent Variable: Harga_Saham
Std. Deviation
N
1279.022613 11 1.000 11 109.082 11 848.381965 11 490.887974 11 .894 11 1.160 11 987.872034 11 1.425 11 2.370 11 1.651 11 .237 11
133
Dari tabel 4.21 tampak nilai cook’s distance adalah 0,000 dimana nilainya lebih kecil dari satu atau 0,000 < 1, dapat disimpulkan tidak ada data outlier. Grafik 4.6 Uji Out lier Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham
Data diagram tersebut dapat menunjukkan dan memperkuat adanya pengaruh antara Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar (X1 dan X2) terhadap Harga Saham (Y).
134
b) Autokorelasi Autokorelasi dimaksudkan untuk menguji suatu keadaan dimana terdapat hubungan antara variabel atau dengan kata lain terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas sehingga memberikan standar error (penyimpangan) yang besar. Alat yang digunakan melalui uji Durbin Watson pada tabel berikut ini: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate
DurbinWatson
1 .934a .872 .840 548.829440 2.678 a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar, Rasio_Profitabilitas b. Dependent Variable: Harga_Saham Dari tabel di atas, nilai Durbin Watson (d) adalah 2,678. Durbin Watson (d) digunakan sebagai prosedur formal untuk menguji keberadaan autokorelasi. Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai d dengan dL dan du tertentu. D-W tabel pada α = 0,05, n = 11, dan k (jumlah variable bebas) = 2. Berdasarkan tabel Durbin Watson dL
=
0,658 dan du= 1,604. Maka, 4-du
=2,396 dan 4-dL = 3,342. Untuk menentukan pengambilan keputusan terjadi atau tidaknya autokorelasi, dapat digunakan tabel berikut:
Jika 0 < d < dL dL ≤ d ≤ du du ≤ d ≤ 4-du
Uji Statistik Durbin-Watson d Keputusan
Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nul ; tidak ada autokorelasi positif/negatif 4-du ≤ d ≤ 4- dL Daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan 4- dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nul ; ada autokorelasi negatif Sumber : Agus Widarjono (2005:182)
135
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,678 berada dalam daerah keragu-raguan atau tidak ada keputusan. c) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat diketahui dari nilai tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF). Hasil uji multikolinieritas ditampilkan oleh penulis dalam tabel berikut ini: Coefficientsa Correlations Model 1 Rasio_Profitabilitas
Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance
VIF
.841
.930 .906
.958
1.044
Rasio_Pasar .226 a. Dependent Variable: Harga_Saham
.750 .406
.958
1.044
Dari tabel terlihat bahwa nilai tolerance value lebih dari 0,10 dan nilai VIFdari semua variabel dibawah 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas. d) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskadastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot. Berikut ini adalah hasil dari grafik scatterplot:
136
Grafik 4.7 Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan grafik 4.7 dapat dilihat bahwa diagram pencar residual dalam grafik tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Analisis Regresi Ganda Analisis ganda digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan kedua variabel, dalam hal ini variabel rasio profitabilitas dan rasio pasar dengan harga saham. Hal ini dapat diketahui dengan bentuk persamaan regresinya.
137
Untuk analisis regresi ganda ini, peneliti menampilkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows, maka hasilnya secara lengkap disajikan pada tabel berikut ini: Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-868.824
318.471
-2.728
.026
24.803
3.468
.926 7.151
.000
Rasio_Pasar 15.785 Dependent variabel:HargaSaham
4.922
.415 3.207
.012
Rasio_Profitabilitas
Dari penghitungan regresi yang telah diolah, diperoleh nilai konstanta sebesar -868.824 nilai b1 sebesar 24.803 dan nilai b2 sebesar 15.785. Sehingga bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = -868.824 + 24.803 X1 + 15.785 X2 Persamaan regresi linier berganda di atas, mempunyai arti sebagai berikut: a.
a0 = -868.824,menunjukan bahwa konstanta sebesar -868.824 yaitu apabila rasio profitabilitas (X1) dan rasio pasar (X2) nol, maka harga
saham sebesar -868.824. Hal ini
menunjukkan bahwa jika perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan
laba dan tidak
mampu untuk mempertahankan rasio pasar untuk tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka harga
saham
tidak akan terbentuk, karena harga saham terbentuk dari permintaan dan penawaran atas saham tersebut, sedang-
138
kan para investor sudah tidak berminat lagi untuk melakukan
permintaan
perusahaan
yang
menghasilkan b.
terhadap tidak
saham-saham
memiliki
kemampuan
laba.
b1 = 24.803, menunjukan koefisien regresi rasio profitabilitas (X1) sebesar
24.803. Artinya, setiap penambahan rasio
profitabilitas sebesar
0,001
atau
1%
akan
menambah harga saham sebesar 24.803 dengan asumsi rasio pasar konstan. c.
b2 = 15.785, merupakan koefisien regresi rasio pasar (X2) sebesar 15.785.
Artinya, setiap penambahan rasio pasar
sebesar 0,001 atau 1%
akan menambah harga saham
sebesar 15.785 dengan asumsi
rasio
profitabilitas
konstan.
3. Analisis Korelasi Ganda Korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen, yang ditampilkan pada tabel berikut ini: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .934a .872 .840 548.829440 a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar, Rasio_Profitabilitas
b. Dependent Variable: Harga_Saham
139
Pada tabel di atas, dapat diketahui nilai koefisien korelasi berganda antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, yaitu sebesar R = 0,934, artinya bahwa tingkat hubungan atau pengaruh antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham mempunyai hubungan yang sangat kuat.
4. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara seluruh variabel independen yaitu rasio profitabilitas dan rasio pasar secara simultan terhadap harga saham. Untuk uji ini, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut: Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .934a .872 .840 548.829440 a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar, Rasio_Profitabilitas b. Dependent Variable: Harga_Saham
Dari hasil perhitungan maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,872 yang artinya bahwa rasio profitabilitas dan rasio pasar memiliki pengaruh sebesar 87,2% terhadap harga saham, sedangkan sisanya sebesar 12,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
5. Uji F Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
140
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual Total
df
Mean Square
1.636E7
2
8179494.223
2409710.032
8
301213.754
1.877E7
10
F 27.155
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar, Rasio_Profitabilitas b. Dependent Variable: Harga_Saham
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai F hitung sebesar 27,155, maka F hitung > F tabel (27,155 > 4,46), dengan tingkat signifikan yang diperoleh sebesar 0,000, lebih kecil dari angka probabilitas (α = 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.
6. Pengujian Hipotesis Pada tahap akhir, hipotesis yang telah diajukan oleh penulis akan diuji melalui hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho : ρ = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.
Ha : ρ ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.
Untuk hipotesis ini, penulis menggunakan SPSS 16.0 For Windows dengan hasil sebagai berikut:
141
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual Total
df
Mean Square
1.636E7
2
2409710.032
8
1.877E7
10
F
8179494.223 27.155
Sig. .000a
301213.754
a. Predictors: (Constant), Rasio_Pasar, Rasio_Profitabilitas b. Dependent Variable: Harga_Saham
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai F hitung sebesar 27,155, maka F hitung > F tabel (27,155 > 4,46), dengan tingkat signifikan yang diperoleh sebesar 0,000, lebih kecil dari angka probabilitas (α = 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. (Ha : ρ ≠ 0).
142
Tabel 4.9 Rekapitulasi Penelitian Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham
No Analisis 1. Asumsi Klasik a) Out Lier atau Data Out Lier
Hasil Cook’s distance adalah 0,000
b) Autokorelasi
Durbin Watson = 2,625
2.
Regresi Sederhana
Y = -259,347 + 22,526 X
3.
Korelasi Parsial
4.
Uji t
5.
Koefisien Determinasi
0,841
t hitung > t tabel yaitu 4,655 > 2,262
70,7 %
Keterangan Dimana nilainya lebih kecil dari 1, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada data out lier. Artinya tidak terjadi autokorelasi karena 1,324 < 2,625 < 2,676. Dari persamaan diatas nilai b sebesar 22,526 dari persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan rasio profitabilitas (X1) sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan harga saham (Y) 22,526 %. Sedangkan untuk nilai a sebesar -259,347 berarti apabila rasio profitabilitas dianggap konstan maka harga saham mengalami penurunan sebesar -259,347. Artinya bahwa korelasi rasio profitabilitas terhadap harga saham bersifat positif dengan korelasi sangat kuat. Dari hasil penghitungan diperoleh thitung > ttabel .Maka dalam hal ini Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham. Artinya bahwa rasio profitabilitas memiliki pengaruh sebesar 70,7 % terhadap harga saham, sisanya sebesar 29,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
143
Tabel 4.10 Rekapitulasi Penelitian Rasio Pasar terhadap Harga Saham
No Analisis 1. Asumsi Klasik a) Out Lier atau Data Out Lier b) Autokorelasi 2.
Regresi Sederhana
3.
Korelasi Parsial
4.
Uji t
5.
Koefisien Determinasi
Hasil Cook’s distance adalah 0,001 Durbin Watson = 2,113 Y = 772,529 + 8,577 X
0,226
t hitung < t tabel yaitu 0,694 < 2,262
5,1 %
Keterangan Dimana nilainya lebih kecil dari 1, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada data out lier. Artinya tidak terjadi autokorelasi karena 1,324 < 2,113 < 2,676. Dari persamaan diatas nilai b sebesar 8,577 dari persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan rasio pasar (X2) sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan harga saham (Y) 8,577 %. Sedangkan untuk nilai a sebesar 772,529 berarti apabila rasio pasar dianggap konstan maka harga saham sebesar 772,529. Artinya bahwa korelasi rasio pasar terhadap harga saham bersifat positif dengan korelasi rendah. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio pasar terhadap harga saham. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bram Hadianto dan Rony Setiawan (2007) Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik sampel, jumlah observasi, dan jangka waktu penelitian. Artinya bahwa rasio pasar memiliki pengaruh sebesar 5,1% terhadap harga saham, sisanya sebesar 94,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
144
Tabel 4.11 Rekapitulasi Penelitian Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham
No
Analisis
Hasil
Keterangan
1.
Asumsi Klasik a) Outlier atau Data Outlier
Cook’s Distance 0,000
Nilainya lebih kecil dari satu, sehingga dapat disimpulkan tidak ada data Outlier. Artinya berada dalam daerah keragu-raguan atau tidak ada keputusan. Nilai tolerance value lebih dari 0,1 dan nilai VIF dari semua variabel memiliki nilai dibawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel bebas. Regresi terbebas dari kasus heterokedastisitas dan memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang heterokedastisitas. Artinya persamaan regresi ganda tersebut menunjukkan bahwa jika rasio profitabilitas dan rasio pasar konstan, maka harga saham mengalami penurunan sebesar 868,824.
2.
b) Autokorelasi
Nilai Durbin Watson adalah 2,678
c) Mutikolinieritas
Nilai VIF untuk rasio profitabilitas dan rasio pasar yaitu 1,044 dan tolerancenya 0,958.
d) Heterokedastisitas
Diagram pencar tidak membentuk pola tertentu
Regresi Ganda
Y = -868,824 + 24,803 X1 + 15,785 X2
145
3.
Korelasi Ganda
0,934
4.
Koefisien Determinasi
87,2%
5.
Uji F
F hitung = 27,155
Artinya korelasi antara rasio profitabilitas dan rasio pasar bersifat positif dan mempunyai hubungan yang kuat terhadap harga saham. Artinya bahwa rasio profitabilitas dan rasio pasar memiliki pengaruh sebesar 87,2% terhadap harga saham, sisanya sebesar 12,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Artinya F hitung sebesar 27,155, maka F hitung > F tabel (27,155> 4,46), atau dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Rasio Profitabilitas pada perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di BEI diukur berdasarkan tingkat rata-rata Earning Per Share (EPS) selama periode 2005-2007, diketahui bahwa tingkat rasio profitabilitas tertinggi sebesar 190,601 diperoleh oleh PT Hero Supermarket Tbk, sedangkan tingkat rasio profitabilitas terendah sebesar 5,409 diperoleh oleh PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. 2. Rasio Pasar pada perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di BEI diukur berdasarkan tingkat rata-rata Price Earning Ratio (PER) selama periode 2005-2007, diketahui bahwa tingkat rasio pasar tertinggi sebesar 114,048 diperoleh oleh PT Alfa Retailindo Tbk, sedangkan tingkat rasio pasar terendah sebesar 6,909 diperoleh oleh PT Millenium Pharmacon International Tbk. 3. Harga Saham pada perusahaan Whole Sale and Retail Trade yang terdaftar di BEI diukur berdasarkan tingkat rata-rata Closing Price selama periode 2006-2008, diketahui bahwa tingkat harga saham tertinggi sebesar 4833,333 diperoleh oleh PT Hero Supermarket Tbk, sedangkan tingkat harga saham
146
147
terendah sebesar 86,000 diperoleh oleh PT Millenium Pharmacon International Tbk. 4. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga Saham baik secara partial maupun secara simultan adalah sebagai berikut: a. Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham dianalisis dengan melakukan Uji t antara variabel rasio profitabilitas dan harga saham, diperoleh bahwa t hitung > t tabel yaitu 4,655 > 2,262 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham, dan mempunyai nilai koefisien korelasi r = 0,841 yang berarti terdapat korelasi yang sangat kuat dan bersifat positif. b. Pengaruh rasio pasar terhadap harga saham dianalisis dengan melakukan Uji t antara variabel rasio pasar dan harga saham, diperoleh bahwa t hitung < t tabel yaitu 0,694 < 2,262 yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio pasar terhadap harga saham, dan mempunyai nilai koefisien korelasi r = 0,226 yang berarti terdapat korelasi yang positif namun tingkat hubungannya rendah. c. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar terhadap Harga saham secara simultan dianalisis dengan melakukan Uji F. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara keseluruhan (simultan) terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham. Sesuai dengan kriteria penerimaan hipotesis
148
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel yaitu 27,155 > 4,46. Dan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi multiple, terbukti bahwa terdapat hubungan linier (searah) atau positif dengan nilai korelasi yang sangat tinggi antara rasio profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham. Dengan nilai koefisien korelasi multiple yaitu 0,872 atau 87,2% yang artinya kenaikan rasio profitabilitas dan rasio pasar mempengaruhi kenaikan harga saham sebesar 87,2%. Sedangkan sisanya 12,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti faktor politik dan ekonomi Indonesia yang tidak stabil, reputasi perusahaan (emiten) yang sedang tidak baik di mata para investor, dan lain-lain. 5.2
Saran Dengan memperhatikan kesimpulan hasil analisis dari pengaruh rasio
profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham, maka saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk saham sebaiknya mencermati rasio profitabilitas yang menggunakan indikator Earning Per Share (EPS), agar dapat memprediksi keuntungan yang akan diperoleh dari investasi di pasar modal. Sedangkan untuk perusahaan, dalam hal ini harus memelihara kepercayaan investor dengan meningkatkan laba atau mempertahankannya, sehingga rasio profitabilitas yang menggunakan indikator Earning Per Share (EPS) akan naik sesuai harapan para pemegang saham, dan keadaan ini dapat berakibat pada kenaikan harga saham.
149
2. Bagi perusahaan yang ingin memiliki rasio pasar dengan indikator Price Earning Ratio (PER) yang tinggi, sebaiknya memperhatikan tingkat pertumbuhan deviden karena pertumbuhannya sangat mempengaruhi rasio pasar dengan indikator Price Earning Ratio (PER), sehingga likuiditas perusahaan terutama dalam penghimpunan modal guna pembangunan usaha akan tetap terjaga. Sementara bagi investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk saham dalam hal ini harus lebih memperhatikan rasio pasar dengan indikator Price Earning Ratio (PER), agar investor dapat mengetahui apakah saham yang dibeli tersebut undervalued atau overvalued, sehingga terhindar dari kemungkinan mengalami kerugian dalam berinvestasi. 3. Dalam melakukan transaksi jual beli saham, sebaiknya investor mencermati harga saham serta faktor-faktor yang mempengaruhinya agar investor dapat mengetahui saat yang tepat untuk menjual atau membeli sejumlah saham dengan tolak ukur nilai wajar saham yang diperdagangkan, serta memperhitungkan tingkat resiko, sehingga akan mendapatkan tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi saham yang dilakukan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua variabel independen yang mempengaruhi harga saham, diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dengan variabel independen yang lebih banyak lagi dan sebaiknya jangka waktu yang digunakan lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Njo, Yanni Widiastuty dan Imelda Wijiyanti, (2003), Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5, No.2, 123-132. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, (2001), Pengantar Pasar Modal, ed. Revisi, Rineka Cipta, Jawa Tengah. Baridwan, Zaki, (2004), Intermediate Accounting, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Brealey and Myers, (2001), Fundamental of Corporate Finance, Third edition, The Mc Graw Hill, New York. Brigham dan Houston, (2006), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, ed. Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta. Brigham, Eugene F.,and Joel F. Houston, (2001), Fundamental of Financial Management, Ninth edition, South Western (a division of thomson learning), United States of America. Fakhrudin dan M Sopian, (2001), Perangkat dan Modal Analisis di Pasar Modal, Buku Satu, Elek Media Komputindo, Jakarta. Gitman, Lawrence. J, (2009), Principles of Managerial Finance, Twelfth edition, Pearson Education, United States of America. Hadianto, Bram dan Rony Setiawan, (2007), Pengaruh Volume Perdagangan, EPS, dan PER terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan Pada Periode 2000-2005 di BEJ, Jurnal Manajemen, Vol.7, No.1, 81-96. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, (2005), Analisis Laporan Keuangan, ed. Kedua, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Hartono, Jogiyanto, (2003), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, ed. Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Haryanto dan Sugiharto, (2003), Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ, Jurnal Ekonomi & Bisnis, No.3 Jilid.8, 141-152. Husnan, Suad, (2001), Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, ed. Ketiga, Cetakan Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
149
Indonesian Capital Market Directory, (2008), Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Kieso and Weygandt, (2008), Intermediate Accounting, Twelfth edition, John Wiley & Sons, (Asia) Pte Ltd. Kieso dan Weygandt, (2002), Akuntansi Intermediate, ed. Kesepuluh, Erlangga, Jakarta. Munawir, S, (2004), Analisis Laporan Keuangan, ed. Keempat, Liberty, Yogyakarta. Rusdin, (2005), Pasar Modal Indonesia, Jakarta Agung Offiset. Samsul, Mohamad, (2006), Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta. Sari, W, (2004), Hubungan antara Volatilitas Perdagangan dan Volatilitas Harga Intraday di Bursa Efek Jakarta, Tesis S2 Tidak Dipublikasikan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sartono, Agus. (2001), Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, ed. Keempat, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Sasongko, Noer, dan Nila Wulandari, (2006), Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Jurnal Empirika, Vol.19, No.1, 64-80. Sugiyono, (2004), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keduabelas, Alfabeta, Bandung. ________, (2008), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keduabelas, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, (2008), Statistik Untuk Penelitian, Cetakan Ketigabelas, Alfabeta, Bandung. Syafri Harahap, Sofyan (2001), Teori Akuntansi, ed. Revisi Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tandelilin, Eduardus (2001), Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, ed. Pertama, BPFE, Yogyakarta. Van Horne, James C and Wackowicz, John M., (2002), Fundamentals of Financial Management, Twelfth Edition, Prentice Hall, England. Widarjono, Agus, (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi, ed. Pertama, Cetakan Pertama, EKONISIA, Yogyakarta.
150
www.bisnis.com www.google.com www.idx.co.id www.inilah.com www.kabarindonesia.com www.solusihukum.com www.wordpress.com
151