Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Harianto
[email protected]
Wahidahwati
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This study aimed to test whether capital structure consisting of Debt Ratio (DR) , Debt Equity Ratio (DER) and Financial Performance comprised of Earning Per Share (EPS) , Return on Equity (ROE) affect the Stock Price . The population in this study is a manufacturing company that listed its shares on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2006-2010 . The sampling technique used in this study is the purposive sampling in which the sample was selected on the basis of certain considerations or criteria and the number of samples obtained in the study was 16 Textile and Garment companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). The results showed that : (1) Debt Ratio (DR) significantly affects stock price (HS) , (2 ) Debt Equity Ratio (DER) significantly affects Stock Price (HS) , (3) Earning Per Share (EPS) significantly affects Stock Price (HS) , (4) Return on Equity (ROE) significantly affects Stock Price (HS) , (5) Capital Structure and Financial Performance berengaruh simultaneously significantly on Stock Price (HS) Keywords : capital structure ratios and financial performance , multiple linear regression analysis and the positive influence, stock price ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Struktur Modal yang terdiri dari Debt Ratio (DR), Debt Equity Ratio (DER) dan Kinerja Keuangan yang terdiri dari Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling dimana sampel dipilih atas dasar pertimbangan atau kriteria tertentu dan jumlah sampel yang didapat dalam penelitian adalah 16 perusahaan Textile and Garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)
Debt Ratio (DR) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (HS); (2) Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (HS); (3) Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (HS); (4) Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (HS); (5) Struktur Modal dan Kinerja Keuangan secara simultan berengaruh signifikan terhadap Harga Saham (HS) Kata kunci: Rasio struktur modal dan kinerja keuangan, analisa regresi linier berganda dan pengaruh positif, harga saham
1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
2
PENDAHULUAN Suatu perusahaan umumnya memerlukan tambahan dana/modal untuk pengembangan usahanya, salah satu upaya untuk menarik modal adalah dengan memasuki pasar modal karena pasar modal menyediakan fasilitas untuk mempertemukan dua kepentingan yaitu, pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus tersedianya dana dari operasi perusahaan untuk pembelanjaan jangka panjang. Sumber pembelanjaan jangka panjang terdiri dari tiga macam, yaitu utang jangka panjang (long term debt), saham preferen (preffered stock), dan saham biasa (common stock). Utang jangka panjang dapat dibagi menjadi hipotek (mortgage) dan obligasi (bond). Perbankan komersial adalah lembaga penyedia hipotek, sedangkan obligasi, saham preferen, dan saham biasa dapat diperoleh melalui pasar modal. Peran pasar modal sangat penting untuk penyediaan sumber pembelanjaan jangka panjang. Darmadji (2001:2) menyatakan bahwa dengan adanya pasar modal diharapkan aktifitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan–perusahaan. Perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan tercapai tujuan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengambilan keputusan financial dalam pemilihan sumber dana yang berpengaruh pada nilai suatu perusahaan, hingga pada struktur modal yang optimal. Pembuatan keputusan sumber pendanaan yang tepat terdiri dari internal (retained earning dan depresiasi) atau eksternal (hutang dan ekuitas) atau kedua–duanya, disamping harus memperhatikan biaya dan manfaat yang ditimbulkan karena setiap sumber dana mempunyai konsekuensi dan karakteristik financial yang berbeda. Bauran penggunaan antara modal sendiri dan hutang disebut dengan struktur modal perusahaan. Riyanto (2001:296) berpendapat bahwa Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan yang bersumber dari modal sendiri misalnya modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan maka perusahaan perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan berupa utang (debt financing). Pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), struktur modal perusahaan dapat dilihat disisi pasiva neraca. Menurut Warsono (2003:236), struktur modal terdiri atas tiga komponen yaitu : utang jangka panjang adalah utang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari 1 tahun, saham preferen (preferred stock) adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri (saham biasa) dengan utang jangka panjang, ekuitas saham biasa (common stock equity) adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan. Menurut Kartadinata (1999: 4-5), Struktur keuangan menggambarkan susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang-hutang jangka pendek, hutang-hutang jangka panjang, modal saham, dan laba yang ditanam kembali. Struktur modal adalah susunan atau perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang, jadi struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
3
Struktur modal dalam penelitian ini sebagai variabel bebas. Indikator rasio yang dipakai adalah rasio utang ekuitas atau biasa disebut Debt Equity Ratio (DER) dan rasio utang atau Debt Ratio (DR). Rasio utang ekuitas adalah perbandingan antara utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal. DER digunakan sebagai pengukur seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai kreditur. Makin tinggi nilai rasionya, maka semakin besar dana yang diambil dari luar. Debt Ratio (DR) adalah perbandingan antara total utang dengan total aktiva. hal ini berarti semakin tinggi nilai rasio ini, maka semakin besar pula resiko bagi kreditur atas dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan dan sebaliknya. Risiko yang dimaksudkan disini adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dengan aktivanya. (Syamsuddin, 2009:71). Kinerja keuangan merupakan ukuran tingkat keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya, yang menitik beratkan pada pengelolaan investasi perusahaan dalam berbagai bentuk yang bertujuan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Menurut SAK No.1 (2002) kinerja keuangan adalah keefektifan manjemen perusahaan dalam memfungsikan dan memberdayakan segala unsur yang ada diperusahaan, yang berarti pula semakin tinggi citra perusahaan dimata pihak luar. Penilaian kinerja keuangan ini melibatkan analisis terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini dapat dinilai kinerja perusahaan pada masa lalu dan memproyeksikan hasil atau kinerja dimasa depan. Salah satu cara menilai kinerja kinerja keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan secara keseluruhan mencerminkan tingkat kinerja keuangan perusahaan sudah efektif dan efisien atau belum. Efektif berkaitan dengan tujuan hendak dicapai, sedangkan efisien berkenaan dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan secara maksimal dan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin sehingga tercapai laba maksimal. Bagi perusahaan menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham yang sudah diperdagangkan dibursa efek tetap eksis dan tetap diminati investor. Rasio-rasio dalam penelitian ini yang terkait dengan kinerja keuangan sebagai variabel bebas (independent), yaitu Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE). Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders/EACS) dengan jumlah saham biasa yang beredar (number of outstanding common stock/NOCS). Hasil perhitungan laba per lembar saham menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap unit saham biasa yang digunakannya. Rasio ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan karena EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Menurut Tandellin (2001:241), EPS menjadi komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis fundamental. karena informasi EPS dianggap informasi yang paling mendasar dan berguna yang dapat menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa yang akan datang. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang dihasilkan dari rata-rata total asset yang bersangkutan. ROE mencerminkan alat ukur dari efisiensi penggunaan modal sendiri. Menurut Martono dan Harjito (2003:60), Return On Equity merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri yang menghasilkan modal tersebut, maka Return On Equity (ROE) merupakan pengukuran yang lebih tepat, karena rasio ini dipengaruhi oleh besarnya utang perusahaan. Apabila proporsi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
4
hutang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Return on Equity (ROE) juga berguna untuk menganalisis kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas ekuitas yang ditanamkannya kedalam perusahaan. Selama memberikan keuntungan kepada pemegang saham, maka dari segi akuntansi ROE adalah ukuran kinerja yang paling tepat. Harga saham dipengaruhi oleh proses penawaran dan permintaan dari para pelaku pasar modal. Sehingga harga yang diperoleh merupakan keseimbangan antara penwaran dan permintaan. Struktur modal juga berpengaruh terhadap harga saham, karena semakin besar angka struktur modal berarti semakin banyak jumlah pinjaman jangka panjang, sehingga semakin banyak bagian dari laba operasi yang digunakan untuk membayar beban bunga tetap dan semakin banyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman, mengakibatkan semakin sedikit jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diterima oleh perusahaan sehingga akan berpengaruh terhadap harga saham. Disamping faktor fundamental tersebut menurut (Haediningsih, 2002:4) bahwa para investor juga menggunakan teknikal yang lazim yang meliputi faktor ekonomi, politik, dan finansial. Secara kuantitatif, faktor ekonomi dapat diukur dari beberapa indikator amtara lain diukur dengan tingkat inflasi, dan nilai tukar mata uang (foreign exchange rate)suatu negara terhadap mata uang asing. Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan (1) mengistemate nilai faktor-faktor fundamental yamg mempengaruhi harga saham dimasa yangakan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Inflasi dan nilai tukar termasuk dua faktor yang memengaruhi naik turunnya risiko ekonomi suatu negara. Sejalan dengan pendapat tersebut (Rowland, 2008:3) juga menyatakan bahwa faktor fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau tingkat pengembalian saham adalah rasio keuangan dan rasio pasar. Rasio keuangan yang berfungsi untuk memprediksi harga saham antara lain : return on assets (ROA), debt equity ratio (DER), dan book value per share (BVS). Rasio pasar yang sering dikaitkan dengan harga atau tingkat pengembalian saham adalah price book value (PBV). Faktor tknikal diukur dengan beberapa indikator antara lain inflasi, nilai tukar mata uang, dan risiko pasar. Saham perusahaan yang go pablik adalah komoditi investasi yang berisiko, karena bersifat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di dalam negeri maupun perubahan dari luar negeri. Perubahan-perubahan ini tentunya merupakan risiko bagi investor. Pemilihan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada keinginan untuk mengetahui bagaimana kondisi struktur dan kinerja keuangan pada perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor industri Textile ang Garment merupakan salah satu kategori sektor industri di BEI yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang.Sektor ini kondisinya stabil karena tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian. Perusahaan masih menjadi incaran investor karena menghasilkan produk yang berkualitas tinggi di Indonesia. Industri Textile ang Garmentadalah salah satu industri yang punya daya saing utama perseroan yang terletak pada kemampuan untuk menjaga kualitas produk-produknya dengan menggunakan teknologi mutakhir, pendidikan karyawan dan pengawasan kualitas yang ketat sementara mengendalikan biaya dan meningkatkan produktifitas. BEI adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penwaran dan pembelian efek oleh pihak-pihak lain atau investor dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
5
Penelitian ini betujuan memperoleh bukti empiris dengan menguji apakah struktur modal yaitu variabel DR dan varibel DER berpengaruh terhadap harga saham dan kinerja keuangan yaitu variabel EPS dan varibel ROE berpengaruh terhadap harga saham serta struktur modal (DR, DER) dan kinerja keuangan (EPS, ROE) secara simultan berpenaruh terhadap harga saham TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan pembelanjaan hutang jangka panjang, saham biasa dan saham preferen (Sartono, 2000:178). Menurut Martono (2003:240), struktur modal adalah perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Menurut Arthur J. Keown (2000:542) struktur modal adalah panduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Intinya konsep ini terkait dengan kewajiban jangka panjang. Menurut Warsono (2003:235) struktur modal atau capital struktur adalah berkaitan dengan bauran (mix) pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Komponen Struktur Modal Pada perusahaan yang berbentuk PT, struktur modal perusahaan dapat dilihat disisi pasiva neraca. Menurut Warsono (2003:236) terdiri atas tiga komponen yaitu : Pertama, Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa jatuh tempo pelunasannya lebih dari 1 tahun. Komponen modal jangka panjang yang berasal dari hutang ini terdiri dari: hutang hipotek (mortgage), obligasi (bond), dan bentuk hutang jangka panjang lainnya, seperti pinjaman jangka panjang dari bank. Kedua, Saham preferen (prefereed stock) adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri (saham biasa) dengan hutang jangka panjang. Dengan karakteristik ini saham preferen sering disebut dengan sekuritas hibrida (hybrid security).Dalam neraca, saham preferen biasanya dimasukkan dalam modal sendiri atau ekuitas (stockholder’s equity). Ketiga, Ekuitas saham biasa (common stock equity) adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan. Bagi pemegang saham biasa, dengan membeli saham tersebut berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala resiko sebesar dana yang ditanamnya. Laba ditahan termasuk dalam ekuitas saham biasa. Tujuan Manajemen Struktur Modal Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber pembelanjaan permanen sedemikian rupa, sehingga mampu memaksimumkan harga saham perusahaan (Warsono, 2003:238). Dalam rangka mencapai tujuan manajemen struktur modal tersebut mekanisme yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan bauran pembelanjaan sedemikian rupa sehingga dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital) dan memaksimumkan nilai perusahaan (Warsono, 2003:238) Teori Struktur Modal Teori struktur modal mempelajari soal pengaruh yang ditimbulkan pengungkit keuangan (financial leverage) terhadap biaya modal secara keseluruhan yang harus ditanggung
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
6
perusahaan dengan nilai sahamnya. Dalam teori-teori struktur modal ada 2 faktor yang disorot yaitu biaya modal yang harus ditanggung perusahaan ; dan harga saham perusahaan yang tengah berlaku di bursa efek. Dalam konteks ini ada 2 macam teori modal yang dikaji yaitu : teori struktur modal pada pasar sempurna dan tidak ada pajak, dan teori struktur modal pada pasar sempurna dan ada pajak. Indikator Struktur Modal Sesuai dengan pengertian struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator. Pertama, rasio hutang (debt ratio). Secara matematis rasio hutang dapat diformulasikan sebagai berikut: Total Hutang Debt Ratio = x 100% Total Aset Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Indikator struktur modal yang kedua adalah debt equity rasio. Debt equity ratio adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan capital sendiri. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: Debt Equity Ratio =
Hutang Jangka Panjang Ekuitas Pemegang Saham
x 100%
Semakin tinggi rasio hutang ekuitas mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, resiko keuangan yang ditanggung oleh para pemegang saham biasa semakin tinggi. (Warsono, 2003:239). Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan ukuran tingkat keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya, menitik beratkan pada pengelolaan investasi perusahaan dalam berbagai bentuk yang bertujuan untuk menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Menurut SAK No. 1 (2002) kinerja keuangan adalah keefektifan manajemen perusahaan dalam memfungsikan dan memberdayakan segala unsur yang ada diperusahaan, yang berarti pula semakin tinggi citra perusahaan dimata pihak luar.Penilaian kinerja keuangan ini melibatkan analisis terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini dapat dinilai dimasa depan salah satu cara menilai kinerja keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir, 1995:85)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
7
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement” (pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntasi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevakuasi efisien dan efektifitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Warsono, 2003:69). Jogiyanto (2003:17) menyatakan bahwa ide dasar dari pendekatan fundamental ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan saham. Sebaliknya apabila tedapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian Anita (2003:17) menyatakan bahwa Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau mesyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik. Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan Analisa rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktik bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif, bergantung bagaimana suatu analisis dilakukan dalam konteks analisis tersebut diaplikasikan (Helfret, 1999). Selanjunya perkembangan yang terjadi pada pendekatan penyusunan teori akuntansi telah mendorong dilakukannya studi akuntansi yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena akuntansi tertentu. Harapannya akan dapat ditemukan berbagai kegunaan obyektif dari rasio keuangan. Beberapa yang telah dilakukan diantaranya adalah yang menguji kegunaan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan khususnya perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan memprediksi perubahan laba perusahaan. Salah satu tahapan dalam proses akuntansi yang penting untuk keperluan pengambilan keputusan manajemen adalah tahap interprestasi laporan akuntansi, yang didalamnya mencakup rasio keuangan. Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode tertentu, berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan dengan kata lain informasi akuntansi. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut. Kenyataanya, praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis rasio keuangan, meskipun relevansinya tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
8
tujuan dan kepentingan masing-masing analisis (Bambang, 2002). Berdasarkan penelitian ini rasio-rasio yang terkait dengan kinerja keuangan sebagai variabel bebas (independent), yaitu Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE). Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders/EACS) dengan jumlah saham biasa yang beredar (number of outstanding common stock/NOCS). Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akanEarning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Sedangkan menurut Tandellin (2001:241), EPS menjadi komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis fundamental. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang banyak diperhatikan oleh calon investor, karena informasi EPS dianggap informasi yang paling mendasar dan berguna yang dapat menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa yang akan datang. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut EPS =
EAT Jumlah lembar saham biasa yang beredar
x Rp 1,00
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan, yaitu laporan rugi-laba. Keseluruhan komponen laporan rugi laba perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya nilai EPS. Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan ekuitas saham biasa. (Warsono, 2003: 38). Rumus ROE sebagai berikut: ROE =
Laba bersih sesudah pajak Ekuitas Pemegang Saham
x 100%
Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau return on equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2001:44). Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT = earning after tax). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Return on Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
9
Harga Saham Darmadji (2001:5) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan saham (stock) adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian Anita (2007:4) menjelaskan bahwa harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi dibursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, harganya semakin naik, sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau mendapatkan suatu saham, harganya semakin bergerak turun. Jenis-jenis Saham Darmadji (2001:6) mengelompokkan saham ditinjau dari berbagai segi sebagai berikut: Pertama, Ditunjau dari segi kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim : (1) Saham Biasa (common stocks), Saham biasa yaitu saham menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Warsono (2003), saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bukti atau kepemilikan atas suatu perusahaan yang menerbitkannya.Saham biasa adalah kepemilikan dalam sebuah perusahaan yang memberikan hak yang sama kepada seluruh pemegang saham yang ada. (2) Saham Preferen (preferred stocks), Saham Preferen yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar deviden. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham, memilki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Kedua, Ditinjau dari cara pengalihan saham : (1) Saham Atas Unjuk (beare stocks) Saham tersebut tidak tetulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memiliki saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS, (2) Saham Atas Nama (registered stocks), Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Ketiga, Ditinjau dari cara kinerja perdagangan : (1) Blue-Chip Stocks, Blue-Chip Stocks yaitu saham biasa dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. (2) Income Stocks, Income Stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. (3) Growth Stocks (Well-Known), Growth Stocks (well known) yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
10
sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. (4) Speculative Stocks, Speculative stock yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. (5) Counter Cyclical Stocks, Counter Cyclical Stocks yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan consumer goods. Pengaruh Struktur Modal (DR dan DER) dan Kinerja Keuangan (EPS dan ROE) Terhadap Harga Saham : Menurut Iman (2006:27) menyatakan bahwa “ada bebrapa tujuan yang ingin dicapai investasi dalam melakukan investasi, salah satu tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan kemakmuran investor dimasa yang akan depan. Tujuan tersebut dalam praktek investasi bisa juga diterjemahkan sebagai tujuan untuk memaksimalkan return investasi. Harapan keuntungan tersebut sering juga disebut sebagai return. Return merupakan salah satu faktor yang bisa memotivasi berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investor yang dilakukannya”. Pengaruh Debt Ratio (DR) Terhadap Harga Saham Debt Ratio (DR) menunjukkan seberapa besar hutang yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Debt Ratio (DR) merupakan perbandingan antara jumlah hutang (hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek) dengan total aktiva. Syamsudin (2009:71) hal ini berarti semakin tinggi nilai rasio ini, maka semakin besar pula resiko bagi kreditur atas dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan dan sebaliknya. Risiko yang dimaksudkan disini adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dengan aktivanya. Namun pada kenyataannya DR yang kecil belum tentu lebih baik dari DR yang besar, karena untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan, perusahaan membutuhkan hutang untuk tumbuh dan berkembang, dengan demikian besar kecilnya DR itu selalu diikuti besar kecilnya resiko pula, sehingga DR ini dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap harga saham, karena nilai dari rasio DR tergantung pada situasi yang dihadapi bisnis tersebut. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh (Marieke, 2010) yaitu dengan variabel yang dipilih antara lain DR, DER, LDER, dan EAR. Hasil yang diperoleh yaitu secara simultan semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, secara parsial LDER dan EAR yang signifikan dan EAR mempunyai pengaruh yang paling dominan. Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Debt Equity Ratio (DER) menunjukkan efisiensi perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka pendek dan panjang. Menurut Syamsudin (2009:54), DER merupakan rasio yang dapat menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. DER digunakan sebagai pengukur seberapa jauh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
11
suatu perusahaan dibiayai oleh kreditur. Makin tinggi nilai rasionya, maka semakin besar dana yang diambil dari luar. Namun dalam kenyataan perusahaan yang memiliki nilai DER yang kecil belum tentu lebih bagus dari perusahaan yang memiliki DER yang besar, karena kadang-kadang hutang itu dibutuhkan. Perusahaan yang tidak berhutang bisa jadi kehilangan kesempatan untuk tumbuh karena untuk tumbuh dibutuhkan modal kerja yang kemungkinan tidak bisa didanai oleh laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, besarnya nilai DER yang baik tidak dapat dijawab secara pasti karena hal tersebut bergantung pada situasi yang dihadapi bisnis tersebut. Selama perusahaan menghasilkan laba yang lumayan, tingginya nilai DER tidak akan menjadi masalah, karena sebagian laba perusahaan dapat digunakan untuk membayar hutang. Yang perlu menjadi perhatian adalah perubahan nilai DER dari tahun ke tahun ke arah yang lebih baik, karena hal tersebut dapat dijadikan acuan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa DER dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap harga saham. Berpengaruh positif yang berarti bahwa semakin tinggi nilai DER maka akan semakin tinggi pula harga saham yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Berpengaruh negative dalam artian semakin banyak bagian laba operasi yang digunakan untuk membayar angsuran pinjaman, mengakibatkan semakin sedikit jumlah laba bersih sesudah pajak yang akan diterima oleh perusahaan sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian trsebut mendukung penelitian oleh Iman (2006) dengan variabel yang dipilih yaitu DR, LDER, DER, dan EAR , hasil penelitian yang diperoleh yaitu secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan secara parsial semua variabel yaitu DR, LDER, DER, dan EAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi dan obat-obatan yang go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), secara parsial DER mempunyai pengaruh yang paling Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Menurut Syamsudin (2009:66), EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh pemegang saham biasa untuk setiap lembar saham biasa yang beredar. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang banyak diperhatikan oleh calon investor, karena informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna yang dapat menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa yang akan datang. Perhitungan EPS pada dasarnya mempunyai tujuan untuk melihat kemajuan dari operasi perusahaan, untuk menentukan harga saham dan besarnya deviden yang akan dibagikan. Menurut Syamsudin (2009:66) menyatakan bahwa pada umumnya investor tetarik pada earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Dengan demikian semakin tinggi nilai EPS perusahaan maka semakin tinggi pula laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan yang bersangkutan. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh Rowland BFP (2008) menyatakan bahwa dengan hasil penelitian yaitu secara simultan semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial CAR, RORA, dan EPS yang signifikan dan EPS mempunyai pengaruh paling dominan. Secara simultan dan parsial, pertumbuhan profitabilitas, posisi leverage, likuiditas dan efisiensi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham di delapan industri. Temuan lainnya adalah earning per share (EPS) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan pada enam industri.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
12
Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham dan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari ekuitas (Munawir, 2002:90). return on equity (ROE) dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. ROE yang tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan ekuitasnya dengan efisien dan efektif, sehingga para investor percaya dan selanjutnya perusahaan mampu memberikan pendapatan yang lebih besar pula kepada pemegang saham. Dengan demikian semakin tinggi return yang diterima pemilik perusahaan akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan yang bersangkutan. Sehingga dapat disimpulkan hubungan antara ROE dan harga saham merupakan hubungan positif. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh Anita (2007) bahwa variabel yang dipilih yaitu CAR, EPS, NPM, ROA, BOPO, dan DER. Secara simultan atau bersamasama antara CAR, RORA, dan LDR berpebgaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di BEJ sedangkan untuk ROA dan NPM dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Model Konsep dan Hipotesis Model Konsep Dalam suatu penelitian model konsep dapat menggambarkan suatu fenomena dengan jelas dan mudah dimengerti mengenai sesuatu yang akan diteliti. Menurut Nazir (2003:123) mengemukakan, ”Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan membuat generalisasi yang khas”. Gambar 1 Model Konsep Struktur Modal (independent)
Harga Saham (dependent)
Kinerja Keuangan (independent) Sumber: Data diolah, 2011 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Hipotesis harus dibuktikan kebenarannya karena masih merupakan dugaan. Suatu hipotesis dikatakan jawaban sementara karena disusunnya hanya berdasarkan teori yang relevan saja, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh dari hasil pengumpulan data (Sugiyono, 2005:51). Pada penelitian ini model hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
13
Gambar 2 Hipotesis Struktur Modal
DR DER
Kinerja Keuangan
Harga Saham
EPS ROE
Sumber: Data diolah, 2013 Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas rasio DR, DER, EPS, dan ROE sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah Harga Saham (HS). Berdasarkan model konsep dan hipotesis di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah : Struktur Modal (DR dan DER) berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Textile and Garment yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2010. H1: Debt Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham H2: Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham Kinerja Keuangan (EPS dan ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Textile and Garment yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2010. H3: Earning Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham H4: Return On Equity berpengaruh terhadap Harga Saham Struktur Modal dan Kinerja Keuangan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham H5: Struktur Modal (DR, DER) dan Kinerja Keuangan (EPS, ROE) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Sedangkan menurut Sugiyono (2005:72), populasi adalah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling dimana sampel dipilih atas dasar pertimbangan atau kriteria tertentu. Pertimbangan kriteria yang digunakan dalam proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut : Pertama, Perusahaan Textile and Garment yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
14
listing di BEI pada periode penelitian yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Kedua, Perusahaan Textile and Garment yang telah menerbitkan laporan keuangan pada BEI periode 2006-2010. Ketiga, Perusahaan Textile and Garment yang sahamnya aktif diperdagangan. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 16 perusahaan Textile and Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Debt Ratio atau DR Merupakan rasio dari total hutang dengan total aktiva yang dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Toal Hutang
DR =
Total Aset
x 100%
b. Debt to Equity Ratio atau DER Merupakan rasio dari hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: DER =
Hutang jangka panjang Ekuitas Pemegang Saham
x 100%
c. Earning Per Share atau EPS Rasio Earning Per Share digunakan untuk mengetahui potensi keuangan yang dapat diraih dari setiap lembar saham perusahaan (pendapatan per lembar saham). Para calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Rasio ini dirumumuskan sebagai berikut: EPS =
Laba bersih setelah pajak Jumlah lembar saham biasa yang beredar
x Rp 1,00
d. Retun On Equity atau ROE Merupakan rasio dari Laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri yang dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ROE =
Laba bersih setelah pajak Ekuitas Pemegang Saham
x 100%
Variabel Dependen Harga Saham Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas (independent). Variabel bebas dalam analisis ini adalah DR, DER, EPS dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
15
ROE, sedangkan variabel terikatnya adalah Harga Saham. Adapun bentuk regresi linear berganda dapat ditulis sebagai berikut : HS = a + b1DR + b2DER +b3EPS+ b4ROE + e Dalam hal ini : HS = a = b1,b2,b3,b4 = DR = DER = EPS = ROE =
e
Variabel Terikat (Harga Saham) Titik intercep atau constant, yaitu nilai perkiraan HS jika x=0 Koefisien regresi Debt Ratio Debt Equity Ratio Earning Per Share Return on Equity
= Kesalahan penggangu, artinya nilai-nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Data Outlier Pengujian data outlier digunakan untuk mendeteksi data yang menyimpang dari sekumpulan data yang lain. Outlier berpengaruh terhadap proses analisis data, salah satunya terhadap nilai mean dan standard deviasi. Oleh karena itu, dalam suatu pola data keberadaan outlier harus dihindari. Outlier dapat menyebabkan variance data menjadi besar, interval data dan range menjadi lebar, mean tidak dapat menunjukkan nilai yang sebenarnya (bias). Pengujian outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dijadikan outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standard score atau Z-Score (Santoso, 2002:8), batas nilai z-score berada pada rentang ± 2. Bahwa semua data variabel penelitian berada pada batas nilai z-score yaitu pada rentang ± 2. Artinya proses analisis data dapat diteruskan, karena keberadaan outlier dapat dihindari. Dimana bila terjadi Outlier dapat menyebabkan variance data menjadi besar, interval data dan range menjadi lebar, mean tidak dapat menunjukkan nilai yang sebenarnya (bias). Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Regresi linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi di antaranya empat asumsi dasar. Empat asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu : (1) Pengujian Normalitas, (2) Pengujian Multikolinieritas, (3) Pengujian Autokorelasi, (4) Pengujian Heteroskedastisitas. Apabila salah satu dari ke empat asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Pengujian Normalitas Data Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari sampel atau varian yang sama. Untuk menguji kenormalan suatu data bisa dilihat nilai uji Kolmogorov-Smirnov, bila nilai uji Kolmogorov-Smirnov mendekati 1, maka data dikatan normal (Singgih Santoso ; 2003). Atau dengan melilihat nilai probabilitas dengan ketentuan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
16
a. Bila nilai probabilitas > 0.05, maka data dikatakan normal. b. Bila nilai probabilitas < 0,05, maka data tidak normal. Bila dilihat dari nilai uji Kolmogorov_Smirnov dari empat variabel yang diteliti terlihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,943, artinya nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,943 > 0,05, maka bisa dikatakan data berdistribusi normal. Pengujian adanya Multikolinieritas Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dengan cara melihat/mengamati besarnya VIF, regresi bebas multikolinieritas apabila VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 (Ghozali; 2006:124). Adapun hasil perhitungan dengan program SPSS bahwa semua nilai VIF seluruh variabel independen < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka dapat dikatakan regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas. Artinya antara variabel independen tidak terjadi hubungan linier. Pengujian adanya Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi antara variabel independen dengan cara melihat nilai Durbin-Watson (DW), bila nilai DW mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW mendekati 0 atau mendekati 4 maka diduga ada autokorelasi (Agus Widarjono; 2010:99). Hasil pengujian dengan SPSS untuk mengetahui autokoeralsi bahwa hasil pengujian menunjukkan nilai Durbin-Watson = 1,845. Yang mana nilai DW mendekati 2, artinya tidak terjadi autokorelasi. Hal ini menunjukkan tidak ada autokorelsi antara variabel independen. Pengujian adanya Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dari suatu model regresi diperuntukkan dengan tujuan mengidentifikasi adanya hubungan atau pengaruh variabel bebas dari penelitian terhadap terjadinya kesalahan prediksi (standar error). Salah satu metode yang dipakai untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan nilai signifikan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bila nilai sig > 5%, maka Ho diterima, artinya tidak ada hetero. b. Bila nilai sig < 5%, maka H1 diterima, artinya ada hetero.
Berdasarkan model regresi yang dibentuk dari data hasil penelitian tidak mengandung unsur terjadinya heteroskedastisitas, karena nilai signifikan masingmasing variabel > 5% (0,05). Sehingga model regresi yang diperoleh terbebas dari masalah pembiasan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh variabel bebas terhadap kesalahan estimasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
17
Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel 23 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Koefisien Variabel T Hitung Signifikan Regresi ( Constant) 3,901 Debt Ratio (DR) ,166 2,280 ,024 Debt Equity Ratio (DER) ,019 2,184 ,035 Earning Per Share (EPS) ,377 5,942 ,000 Return On Equity (ROE) ,184 2,504 ,014 R ,595 R Square ,354 Adjusted R Square ,319 F Hitung 10,272 Signifikan ,000 N 80 Sumber : Diolah dari hasil perhitungan program SPSS, Lampiran 15
Seperti pada tabel 23, maka model regresi linier berganda dapat diketahui: HS = 3.901 + 0.166 DR + 0.019 DER + 0.377 EPS + 0.184 ROE+ ε Model regresi linier salah satu fungsinya adalah untuk merencanakan nilai variabel dependen (harga saham), dengan diketahuinya nilai koefisien dari masing-masing variabel, maka nilai saham dapat dihitung yaitu nilai saham dianggap konstanta jika variabel bebas (DR, DER, EPS dan ROE) tidak ada penambahan, maka nilai variabel dependen akan konstan sebesar 3,901. Artinya jika variabel bebas tidak memberikan pengaruh, maka nilai saham konstan yaitu sebesar 3,901. Karena nilai koefisien regresi semua variabel independen positif, maka bila variabel independen naik variabel dependen akan naik pula, begitu juga sebaliknya. Pengujian Hipotesis Uji Pengaruh secara parsial (Uji t) Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Untuk membukti bahwa variabel debt ratio, debt equity ratio, earning per share dan return on equity berpengaruh positif terhadap harga saham, dengan cara melihat nilai t hitung dan nilai signifikannya. Langkah pertama untuk mengetahui adalah: a. Menentukan Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh secara parsial variabel debt ratio, debt equity ratio, earning per share dan return on equity terhadap harga saham. H1 : Ada pengaruh secara parsial variabel debt ratio, debt equity ratio, earning per share dan return on equity terhadap harga saham. b. Taraf signifikansi =5% c. Kriteria penerimaan hipotesis H0 diterima apabila nilai sig > (5%), maka H1 ditolak H0 ditolak apabila sig < (5%), maka H1 diterima
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
18
d. Nilai uji statistik dihitung dengan bantuan SPSS Berdasarkan dari Tabel 23, maka nilai t hitung dan nilai signifikan dari masing-maisng variabel independen (remunerasi, pelatihan, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja) dapat dijabarkan sebagai berikut :
Variabel Debt Ratio
Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan bahwa nilai uji t untuk debt ratio belajar sebesar 2,280 dengan angka signifikansinya sebesar 0,024. Jika dibandingkan dengan angka signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,024) < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel debt ratio berpengaruh terhadap harga saham dapat dibuktikan. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh (Marieke, 2010) yaitu dengan variabel yang dipilih antara lain DR, DER, LDER, dan EAR. Hasil yang diperoleh yaitu secara simultan semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, secara parsial LDER dan EAR yang signifikan dan EAR mempunyai pengaruh yang paling dominan. Variabel Debt Equity Ratio Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan bahwa nilai uji t untuk debt equity ratio sebesar 2,184 dengan angka signifikansinya sebesar 0,035 Jika dibandingkan dengan angka signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,035) < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variable debt equity ratio berpengaruh terhadap harga saham dapat dibuktikan. Penelitian trsebut mendukung penelitian oleh Iman (2006) dengan variabel yang dipilih yaitu DR, LDER, DER, dan EAR , hasil penelitian yang diperoleh yaitu secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan secara parsial semua variabel yaitu DR, LDER, DER, dan EAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi dan obat-obatan yang go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ), secara parsial DER mempunyai pengaruh yang paling dominan. Variabel Earning Per Share Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan bahwa nilai uji t untuk earning per share sebesar 5,942 dengan angka signifikansinya sebesar 0,000 Jika dibandingkan dengan angka signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel earning per share berpengaruh terhadap harga saham dapat dibuktikan. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh Rowland BFP (2008) menyatakan bahwa dengan hasil penelitian yaitu secara simultan semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial CAR, RORA, dan EPS yang signifikan dan EPS mempunyai pengaruh paling dominan. Secara simultan dan parsial, pertumbuhan profitabilitas, posisi leverage, likuiditas dan efisiensi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham di delapan industri. Temuan lainnya adalah earning per share (EPS) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan pada enam industri. Variabel Return On Equity Berdasarkan Tabel 23, menunjukkan bahwa nilai uji t untuk return on equity sebesar 2,504 dengan angka signifikansinya sebesar 0,014 Jika dibandingkan dengan angka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
19
signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,014) < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel return on equity berpengaruh terhadap harga saham dapat dibuktikan. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian oleh Anita (2007) bahwa variabel yang dipilih yaitu CAR, EPS, NPM, ROA, BOPO, dan DER. Secara simultan atau bersama-sama antara CAR, RORA, dan LDR berpebgaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di BEJ sedangkan untuk ROA dan NPM dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Koefisien Determinasi (R2) Seperti pada Tabel 23 diatas , terlihat nilai koefisien determinasi Adjusted (R2) sebesar 0,319 atau 31,9%. Artinya variabilitas variabel harga saham yang dapat dijelaskan oleh variabilitas debt ratio, debt equity ratio, earning per share dan return on equity sebesar 31,9%. Karena mempunyai nilai koefisien determinasi positf, sehingga keempat variabel mempunyai hubungan searaf. Sedangkan sisanya sebesar 68,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu simpulan dalam penelitian ini, sebagai berikut : (1) Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) 31,9%. Yang mana besarnya pengaruh tersebut masih dibawah 50%, artinya variabilitas harga saham yang dapat djelaskan atau dipengaruhi dari struktur modal (DR dan DER) dan kinerja keuangan (EPS dan ROE) tersebut dalam kategori sedang, sehingga harus ada penambahan faktor lain dalam mempengaruhi harga saham. (2)Variabel sturktur modal yang terdiri dari debt ratio dan debt on equity berpengaruh terhadap harga saham, dengan nilai sig <0,05. debt ratio dipandang oleh kreditor adalah bagian dari sturktur modal sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar utang–utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang menjadi pertimbangan kreditor. Sedangkan debt equity ratio adalah pada kondisi tertentu penggunanaan hutang akan berdampak baik bagi perusahaan, dengan perusahaan mampu memenuhi kewajibannya. bawha struktut modal yang terkait dengan debt ratio dan debt equity ratio menjadi pertimbangan kreditor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya atau mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang. Kemampuan perusahaan untuk membayar utang–utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat menjadi pertimbangan seorang kreditor dalam menanamkan modalnya. (3)Berdasarkan nilai signfikan variabel kinerja keuangan yang terdiri dari earning per share dan retrun on equity lebih kecil dari 0,05, artinya kinerja keuangan yang terdiri dari earning per share dan retrun on equity berpengaruh terhadap harga saham. Eearning per share sebagai informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna yang dapat menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa yang akan datang. Artinya pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Sedangkan retrun on equity dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal sendiri yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
20
dioperasikan dalam perusahaan. Semakin besar return on equaty berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik modal dan Semakin kecil return on equaty berarti semakin kecil pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik modal, apabila perusahaan dapat menghasilkan return on equaty tinggi, maka investor menganggap perusahaan tersebut telah menggunakan modalnya dengan seefisien dan seefektif mungkin, berarti akan memberikan jaminan pada investor untuk memperoleh laba yang diharapkan. Saran
Berdasarkan hasil simpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan di atas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : (1) Melihat bersarnya pengaruh sebesar 31.9%, yang mana besarnya pengaruh tersebut berada dibawah 50%, artinya berada pada katagori sedang, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi harga saham. Perlu ada peninjauan kembali terhadap indikatorindikator yang ada, apakah perlu adanya penambahan atau pengurangan. (2) Kepada penelitian yang akan datang penulis mengharapkan agar penelitian selanjutnya dapat memperpanjang waktu pengamatan sehingga estimasi model regresi akan lebih tepat. Dan diharapkan menggunakan model analisis lain, seperti analisis jalur dan persamaan struktur model. (3) Sampel yang digunakan dalam penelitian selanjutnya, diharapkan jumlahnya lebih banyak tidak hanya pada perusahaan tekstil saja, Supaya analisis yang didapat bisa optimal. (4) Variabel dalam penelitian lebih diperbanyak lagi, sehingga dapat mengetahui faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham, tidak hanya pada DR, DER, EPS dan ROE saja. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat melemahkan hasil pengujiannya. Adapun keterbatasan dan kelemahan dari hasil penelitian sebagai berikut: (1) Saham perusahaan yang dipilih adalah saham-saham dari perusahaan tekstil dan sahamsaham tersebut selama periode pengamatan telah terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek. (2) Variabel-variabel yang berhubungan dengan harga saham selain variabel tingkat kemampuan modal yang diinvestasikan, kebijaksanaan pemerintah, laju inflasi, faktor psikologi, dan penjualan pembelian diabaikan dalam penelitian ini. (3) Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari bulan Januari tahun 2006 sampai dengan bulan Desember 2010.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
21
DAFTAR PUSTAKA Anita. 2007. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEJ”. Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yoyakarta: Pustaka Belajar. Bambang Agus Pramuka. 2002,”Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang akan datang: Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ”. Tesis, Univerwsitas Gajah Mada. Darmadji. 2001.Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi pertama. Salemba Empat. Jakarta. Ghozali, Imam. 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program. Semarang: Badan Penerbit – UNDIP. Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Daknas, Jakarta: Erlangga. Harahap, S. Safri. 2004. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Edisi 1 Cetakan 3, Jakarta: Bumi Aksara. Hardiningsih, Pancawati., Suryanto.,Chariri, A, 2002, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry & Chemical”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI. Hasan, Iqbal. 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia. Helfret, E.A, 1999, Teknik Analisis Keuangan (Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan). Edisi kedelapan. Erlangga. yogyakarta. Iman. 2006. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Obatobatan Terbuka yang Terdaftar di BEJ Tahun 2003-2006)”. Tesis, Universitas Terbuka Medan Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Kartadinata, Abas. 1999. Akuntansi dan Analisa Biaya, Cetakan kedua, Jakarta: Penerbit Aksara. Keown, Martin, Petty Scoot. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi kesembilan Jilid 1 Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia. Martono, & Hardjito. Agus. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Ekonosia Merieke. 2010. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Price to Book Value (PBV)” (Studi Pada Perusahaan Textile and Garment yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008). Tesis, Universitas Brawijaya Malang Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat Cetakan kelima, Yogyakarta: Liberty. Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Strategi Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta : Andy Offset. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Rowland, B.F.P. 2008. “Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 2. Nomor 2. (101-113). ISSN : 1978-3116 Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
22
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofyan. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam. Bandung : CV Alfabeta. Sunariah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. UPP AMP YKN, Yogyakarta. Suryaputri, Rossje V., dan Cristina Dwi Astuti. 2003. Pengaruh Faktor Leverage, Deviden Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap PER. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3, No.1/IV/2003, hal 1-23 Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Tandelin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi ketiga Jilid 1. Malang: Banyumedia Publising.
●●●