PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014 Ni Putu Yuria Mendra1 (Universitas Mahasaraswati Denpasar) 1 Email:
[email protected]
ABSTRACT
Analysis of fundamental factors are based on the company’s financial statements can be analyzed through the analysis of financial ratios and other measures such as cash flow to measure the financial performance of the company. Financial ratios grouped into five types: Liquidity Ratios, Activity Ratios, Profitability Ratios, Solvency ratio, and the ratio of the Market. Ratio analysis enables financial managers and stakeholders to evaluate the financial condition would indicate healthy or failure of a company. Fundamental analysis is pretty much use the analysis of ratios. One of the most commonly used ratio is the ratio of price to net earnings (Price Earning Ratio / PER), because it is quite easily understood by investors or prospective investors. purpose of the study to determine the effect the Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnoverdan Return On Equity Against Price Earning RatioPada Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange Year 2012-2014 “. This research was conducted at PT. Indonesia Stock Exchange (BEI) .Variabel research meliputi Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover, Return On Equity danPrice Earning Ratio. The data used is secondary data sampling method is purposive sampling with a sample of 65. The data collection technique using the documentation, with data analysis techniques using classic assumption test, the coefficient of determination, F-test, t test, and multiple regression analysis. The results of the analysis states that the variable Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover does not affect the Earning Price Ratio, while the variable return on equity positively affects Earning Price Ratio. Keywords: Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover, Return On Equity, Price Earning Ratio
I. PENDAHULUAN Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Mengukur dan menganalisa kondisi fundamental suatu perusahaan, alat ukur yang utama digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan rugi laba (profit and loss), neraca (balance sheet) dan kondisi arus kas (cash flow) perusahaan. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat
dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan dikelompokkan dalam lima jenis yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Pasar. Analisis rasio memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan akan menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Analisis fundamental cukup banyak
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
57
menggunakan analisis rasio-rasio. Salah satu rasio yang paling sering dipergunakan adalah rasio harga dengan laba bersih (Price Earning Ratio/PER), karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor. Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan. PER juga merupakan indikator dari pertumbuhan suatu perusahaan, PER sendiri dipengaruhi oleh banyak variabel, yaitu Current ratio yangrendah akan berakibat terjadi penurunan harga pasar dari saham perusahaan yangbersangkutan, sehingga akan menurunkan Price Earning Ratio, begitu juga sebaliknya.Penelitian terhadap variabel Current Ratio yang dilakukan oleh Lusiana (2011) dan Krisnadi (2005) menyimpulkan bahwa variabel Current Ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yumettasari, dkk (2008) dan Melati (2011), menyimpulkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap PER. Pada variabel Debt To Equity Ratio(DER), Kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang relatifkecil, umumnya ada pada perusahaan besar dan benefit, sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan tersebut.Penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2011) dan Melati (2011) menyatakan bahwa Debt To Equity Ratio mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap PER, sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Anggraini (2012) dan Lusiana (2011) bahwa Debt To Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap PER. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali Operating Assets berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini semakin tinggi
58
maka semakin baik, karena penggunaan aktiva yang efektif dalam menghasilkan penjualan, sehingga dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan juga tinggi dan dengan demikian kinerja keuangan semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sukamdiani (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Total Asset Turnover mempunyai pengaruh positif terhadap PER, selain itu penelitian yang dilakukan Anggraini (2012) juga menyatakan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif antara Total Asset Turnover dengan PER, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2011) dan Melati (2011) menyimpulkan bahwa Total Asset Turnover mempunyai pengaruh negatif terhadap PER. Return On Equity(ROE) penting bagi investor, sebab ROE merupakan suatu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai ROE semakin besar maka semakin efisien biayayang dikeluarkan dan berarti semakin besar laba yang diperoleh, sehingga akan menaikkan PER. Penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2010) dan Krisnadi (2005), menyimpulkan bahwa Return On Equity mempunyai pengaruh positif terhadap PER, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Yumettasari, dkk (2008) dan Ratnaningrum(2010) menyimpulkan bahwa Return On Equity mempunyai pengaruh negatif terhadap PER. Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnoverdan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014”. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah suatu analisis yang dilakukan berdasarkan data fundamental dan faktor-faktor
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
eksternal yang berhubungan dengan perusahaan atau badan usaha tersebut. Analisis fundamental dilakukan untuk mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti aktiva, laba, deviden, prospek manajemen perusahaan), yaitu dengan mengidentifikasi saham mana saja yang memiliki prospek yang baik di masa depan (Lusiana ,2012:32). Analisis fundamental laporan keuangan dijadikan sebagai dasar perkiraan harga. Pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis fundamental bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi atau memproyeksikan nilai dari suatu saham yang nantinya hasil analisis ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Analisa fundamental, cukup banyak analisa rasio yang digunakan. Salah satu rasio yang sering digunakan adalah rasio harga dengan laba bersih (Price Earning Ratio). 2.2 Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima, sehingga Price Earning Ratio yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi (Harahap, 2011:311). Price Earning Ratio (PER) merupakan indikator seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan. 2.3 Efficient Market Theory Pasar modal dikatakan efisien jika dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat, jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba dimasa mendatang serta kualitas
dari manajemennya.Suatu pasar yang efisien adalah pasar yang harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut (Krisnadi, 2005:29).Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang effisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesuaikan secara cepat dan akurat(Lusiana ,2012:31). 2.4 Current Ratio (CR) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan, sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji, dan hutang jangka pendek lainnya. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. (Harahap, 2011:301). 2.5 Debt To Equity Ratio (DER) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Menurut Kasmir (2013:157) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
59
hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Debt To Equity Ratio (DER) semakin tinggi mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to equity ratio (DER) yang tinggi. 2.6 Total Assets Turnover (TATO) Menurut Harahap (2011:309) rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan, semakin tinggi rasio ini semakin baik. Total Asset Turnover yang semakin besar menunjukan nilai penjualannya juga semakin besar, penggunaan assetnya semakin efisien dan harapan memperoleh laba atau earning semakin besar pula sehingga mengakibatkan PER nya semakin tinggi. 2.7 Return On Equity (ROE) Menurut Kasmir (2013:204) mengatakan bahwa Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak (Earning After Tax) dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. ROE penting bagi investor, sebab ROE merupakan suatu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang, sehingga semakin tinggi nilai ROE, maka prospek perusahaan dimasa depan akan baik pula karena laba yang dihasilkan perusahaan tersebut meningkat yang akhirnya return (dividen) juga meningkat. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut yang akan menyebabkan permintaan saham meningkat sehingga harga saham pun meningkat, begitu juga sebaliknya. ROE berpengaruh terhadap harga saham yang akhirnya juga dapat mempengaruhi Price Earning Ratio.
60
2.8 Hipotesis H1: Current Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatifterhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Total Asset Turnover berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4: Return on Equity berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yangmenyediakan informasi laporan keuangan perusahaan dengan mengakses situsresmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx. co.id dan menggunakan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover dan Return On Equity Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014. 3.3 Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013:04). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER). 2) Variabel bebas (independent variabel) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent/
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
terikat (Sugiyono 2013:04). Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Equity. 3.4 Definisi Operasional Variabel 1) Variabel terikat(dependent) Variabel terikat dalam penelitian ini adalahPrice Earning Ratio (PER).Price Earning Ratio (PER) merupakan indikator seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan. 2)Variabel bebas(independent) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : a) Current Ratio Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio dihitung dengan cara membagi aktiva lancar dengan hutang lancar.
b) Debt To Equity Ratio Merupakan rasio untuk mengukur perbandingan dana perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan. Debt to Equity Ratio dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total modal sendiri dan dikalikan 100%. Skala pengukuran Debt to Equity Ratio adalah skala rasio dengan satuan ukur presentase (%).
c) Total Asset Turnover Total Asset Turnover yaitu rasio untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam meghasilkan penjualan. Total Assets Turnover dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan total aktiva. Skala pengukuran yang digunakan total assets turnover adalah skala rasio dengan satuan ukur rupiah (Rp).
d) Return on Equity Return on Equity adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaanberdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.Return On Equity dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan modal. Skala pengukuran yang digunakan return on equity adalahskala rasio dengan satuan ukur persentase (%).
3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan. 2) Data kualitatif dalam penelitian ini adalah daftar nama perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014, profil atau gambaran umum perusahaan. 3.5.2 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Situs Resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). 3.6 Metode Penentuan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013), dengan kriteria sebagai berikut :
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
61
3.7 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengadakan pencatatan dan penelahaan terhadap aspek atau dokumen yang berhubungan dengan objek dalam penelitian ini, yaitu laporan keuangan. Data laporan keuangan yang termasuk sampel diperoleh dari BEI. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri laporan tahunan yang terpilih menjadi sampel. 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda (multipleregression) dengan bantuan software statistik yaitu Statistical Package for Social Science (SPSS).Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulusebelum melakukan pengujian hipotesis. 1) Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan empat uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. a) Uji normalitas Asumsi klasik yang pertama diuji adalah normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau
62
mendekati normal. Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05. b)Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF yang tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. c) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskesdastisitas digunakan uji Glejser. Jika variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Suatu model dikatakan tidak mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansinya diatas 0,05. d) Uji autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Deteksi adanya Autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson, dimana telah disusun interval statistik D-W yang menunjukkan keberadaan Autokorelasi sebagai interval nilai statistik dari d-Durbin Watson seperti tampak pada Tabel 4.2.
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian dilakukandengan menggunakansignifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesisdilakukandengan kriteria: (1) Apabila t hitung > α = 5% maka hipotesis ditolak (2) Apabila t hitung < α = 5% maka 2) Uji Kelayakan Model (Goodness of hipotesis diterima Fit) (3) Analisis Regresi Linear Berganda Ketepatan fungsi regresi sampel Pengujian hipotesis dalam penedalam menaksir nilai aktual dapat dilitian ini menggunakan analisis regresi ukur dari Goodness of Fit. Secara statislinear berganda.Analisis regresi linear tik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai berganda digunakan untuk mengetahui koefisien determinasi, nilai statistik F pengaruh dari beberapa variabel bebas dan nilai statistik t (Ghozali, 2016). terhadap satu variabel terikat. Analisis a) Koefisien Determinasi regresi linear berganda dihasilkan denKoefisien determinasi (R2) mengukur segan cara memasukkan input data variberapa jauh kemampuan model dalam abel ke fungsi regresi. Pengujian hipotemenerangkan variasi variabel terikat. sis menggunakan analisis regresi linear Kelemahan mendasar penggunaan koeberganda dengan uji nilai selisih mutlak fisien determinasi adalah bias terhadap akan ditunjukkan dengan persamaan jumlah variabel bebas yang dimasukkan berikut ini: ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningY= α+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e. . . . . . . . (6) kat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan menggunakan nilai AdKeterangan: justed R2 pada saat mengevaluasi mana Y = Price Earning Ratio model regresi terbaik. Secara umum, α = Koefisien konstanta nilai Adjusted R2 untuk data cross secb1-4 = Koefisien regresi variabel tional relatif rendah. independen b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) x1 = Current Ratio Uji statistik F menunjukkan apax2 = Debt to Equity Ratio kah semua variabel bebas yang dimax3 = Total Assets Turnover sukkan dalam model mampu menjelasx4 = Return on Equity kan variabel terikat. Hasil uji statistik e = error F diketahui dari tabel analisis varians (ANOVA). Untuk menguji kebenaran koeIV. HASIL DAN PEMBAHASAN fisien regresi secara keseluruhan, nilai F 4.1 Uji Asumsi Klasik hitung dibandingkan dengan tingkat sig1. Uji Normalitas nifikansi yang ditetapkan peneliti. Krite Uji normalitas ini bertujuan unria pengambilan keputusan yaitu: Jika F tuk menguji apakah model regresi, varihitung > F tabel (α = 0,05), maka model abel penggangu atau residual mempuyang digunakan layak. nyai distribusi normal atau tidak. Model c) Uji Signifikan Parameter Individual regresi yang baik adalah distribusi nor(Uji Statistik t) mal atau mendekati normal. Penguji Uji statistik t pada dasarnya an normalitas data dilakukan menggumenunjukkan seberapa jauh pengaruh nakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
63
uji tes Kolmogorov-Smirnov dapat diliha pada lampiran. Diperoleh hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai 0,871 dengan signifikansi 0,433. Nilai tersebut menunjukkan bahwa seluruh data telah berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,433 > 0,05. 2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas dilakukan dengan menggunakan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan multikolonieritas jika mempunyai nilai tolerance diatas 0,10 dan VIF dibawah 10 pada masing-masing variabel bebas. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada lampiran. Nilai tolerance di atas 0,10 dan variabel independen yang memiliki nilai VIF di bawah 10. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolonieritas atau tidak terdapat multikolonieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varianceresidual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskesdastisitas digunakan uji Glejser. Jika variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Suatu model dikatakan tidak mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansinya diatas 0,05. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai signifikan di atas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model re-
64
gresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dikatakan ada masalah autokorelasi. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Apabila du
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
Asset Turnover (TATO), Return On Equity (ROE) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). 3) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriterianya adalahapabila t hitung > α = 5% maka hipotesis ditolak dan apabila t hitung < α = 5% maka hipotesis diterima. a) Variabel Current Ratio (X1) memi liki nilai thitung sebesar -1,025 dan nilai signifikansi 0,307. Hal ini berarti bahwa variabel Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earniing Ratio karena nilai signifikansi 0,307 > 0,05. b) Variabel Debt To Equity Ratio (X2) memiliki nilai thitung sebesar 0,222 dan nilai signifikansi 0,825. Hal ini berarti bahwa variabel Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earniing Ratio karena nilai signifikansi 0,825 > 0,05. c) Variabel Total Asset Turnover (X3) memiliki nilai thitung sebesar -0,962 dan nilai signifikansi 0,337. Hal ini berarti bahwa variabel Total Asset Turnover tidak berpengaruh terhadap Price Earniing Ratio karena nilai signifikansi 0,337 > 0,05. d) Variabel Return On Equity (X4) memiliki nilai thitung sebesar 6,050 dan nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa variabel Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price Earniing Ratio karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05. 4.3. Analisis Regresi Linear Berganda Model multiple regressiondigunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat (dependen)
dengan satu atau lebih variabel bebas (independen).Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh uji asumsi klasik sudah terpenuhi maka analisis regresi linier berganda bisa dilakukan. Hasil regresi dapat dilihat pada lampiran. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut: Y = 3,780 – 0,037X1 + 0,016X2 – 0,099X3 + 0,362X4
Persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Nilai konstanta sebesar 3,780 artinya bahwa jika variabel independen sama dengan nol, maka Price Earning Ratio (PER) menunjukkan nilai sebesar 3,780. 2) Nilai koefisien regresi Return On Equity (ROE) adalah sebesar 0,362. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar satu satuan akan meningkatkan nilai Price Earning Ratio sebesar 0,362 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya adalah konstan. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 1) Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio dan dinyatakan bahwa hipotesis pertama ditolak. Perusahaan yang memiliki CR yang rendah belum tentu berakibat pada turunnya harga pasar dari saham yang bersangkutan yang nantinya akan mempengaruhi Price Earning Ratio. Hal ini juga mungkin terjadi karena rasio ini dianggap sebagai ukuran kasar karena tidak mempertimbangkan likuiditas komponen individual aktiva lancar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yumettasari, dkk (2008) dan Melati (2011) yang menyimpulkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. 2) Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio Debt To Equity Ratio tidak berpen-
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
65
garuh terhadap Price Earning Ratio dan dinyatakan bahwa hipotesis kedua ditolak. Semakin tinggi atau rendahnya Debt To Equity Ratio(DER) tidak akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk berinvestasi. DER yang tinggi atau rendah tidak akan berdampak pada perolehan laba perusahaan karena perolehan laba tidak hanya dilihat dari besarnya utang yang dimiliki perusahaan, sehingga ketertarikan investor untuk berinvestasi tidak dapat diukur dengan nilai Price Earning Ratio (PER) yang diakibatkan nilai DER yang tinggi atau rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusiana (2010) yang menyimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. 3) Pengaruh Total Asset Turnover pada Price Earning Ratio Total Asset Turnover tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio dan dinyatakan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Perubahan nilai yang terjadi pada variabel TATO tidak berdampak pada perubahan nilai Price Earning Ratio. Nilai TATO yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan membaik karena efektifitas perusahaan menggunakan aktiva untuk memperoleh penjualan meningkat. Akan tetapi pada penelitian ini perusahaan kurang memanfaatkan aktiva yang ada dalam menciptakan penjualan, sehingga hal tersebut akan mengurangi efektivitas dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan. Selain itu, meskipun perusahaan mampu memanfaatkan sumber daya perusahaan dengan baik dan menghasilkan penjualan yang tinggi, perusahaan belum tentu akan mendapatkan keuntungan yang tinggi juga, karena dapat dilihat dari beban operasional perusahaan. Perusahaan memiliki penjualan yang tinggi tetapi beban operasionalnya juga tinggi maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba yang tinggi. Sehingga dalam hal ini TATO tidak memiliki pengaruh terha-
66
dap perubahan nilai Price Earning Ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2011) dan Melati (2011) yang menyimpulkan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. 4) Pengaruh Return On Equity pada Price Earning Ratio. Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratiodan dinyatakan bahwa hipotesis keempat diterima. Kenaikan ROE disebabkan oleh adanya peningkatan laba perusahaan, karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan, maka tentunya hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya Price Earning Ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2010) dan Krisnadi (2005) yang menyimpulkan bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio. V. PENUTUP 5.1 Simpulan 1) Variabel Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio yang dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,307 > 0,05. Perusahaan yang memiliki CR yang rendah belum tentu berakibat pada turunnya harga pasar dari saham yang bersangkutan yang nantinya akan mempengaruhi Price Earning Ratio. Hal ini juga mungkin terjadi karena rasio ini dianggap sebagai ukuran kasar karena tidak mempertimbangkan likuiditas komponen individual aktiva lancar. 2) Variabel Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio yang dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,825 > 0,05. Semakin tinggi atau rendahnya Debt To Equity Ratio (DER) tidak akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk berinvestasi. DER yang tinggi atau rendah tidak akan
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
berdampak pada perolehan laba perusahaan karena perolehan laba tidak hanya dilihat dari besarnya utang yang dimiliki perusahaan, sehingga ketertarikan investor untuk berinvestasi tidak dapat diukur dengan nilai Price Earning Ratio (PER) yang diakibatkan nilai DER yang tinggi atau rendah. 3) Variabel Total Asset Turnover tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio yang dapat dilihat dari nilai signifikansisebesar 0,337 > 0,05. Perubahan nilai yang terjadi pada variabel TATO tidak berdampak pada perubahan nilai Price Earning Ratio. Nilai TATO yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan membaik karena efektifitas perusahaan menggunakan aktiva untuk memperoleh penjualan meningkat. Akan tetapi pada penelitian ini perusahaan kurang memanfaatkan aktiva yang ada dalam menciptakan penjualan, sehingga hal tersebut akan mengurangi efektivitas dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan.Sehingga dalam hal ini TATO tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan nilai Price Earning Ratio. 4) Variabel Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio yang dapat dilihat dari nilai signifikansisebesar 0,000 < 0,05. Kenaikan ROE disebabkan oleh adanya peningkatan laba perusahaan, karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan, maka tentunya hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya Price Earning Ratio. 5.2 SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat digunakan bagi pihak yang ingin melanjutkan penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan di sektor manufaktur dan bagi penelitian selanjutnya dapat memperluas pemilihan sampel dengan meneliti selain perusahaan manufaktur, seperti perusahaan di sektor properti, perusahaan keuangan non bank. 2) Penelitian ini hanya memakai empat variabel independen dan bagi penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel independen lainnya yang dapat mempengaruhi Price Earning Ratio, seperti variabel dividen payout ratio, net profit margin. 3) Penelitian ini hanya meneliti selama tiga periode dan bagi penelitian selanjutnya dapat menambah periodenya menjadi empat periode atau dengan memfokuskan setiap bulan selama satu periode. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Yemima. 2012. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Bursa Efek Indonesia, 2013. Indonesian Stock Exchange, http://www.idx. co.id. Fegriadi. Yuki. 2012. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Penghasil Bahan Baku dan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang. Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS, Edisi keenam, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Kesepuluh, PT
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
67
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Banjarmasin, Banjarmasin. Indah Dewi. 2012. Price Earning Ratio. http://iinloveaccounting.blogspot. com, 9 Juni 2012. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Krisnadi, Kurnia Natalia. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan Non Finansial Yang Terdaftar Di BEJ. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Lusiana, Farida Wahyu. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Universitas Diponegoro, Semarang Melati, Sheila Mara. 2011. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio. Skripsi. Universitas Jember, Jember. Muhammad Baskoro.2013. Penger-
68
tian Saham dan Jenis Saham. http://www.slideshare.net/mrezabaskoro/pengertian-saham-dan-jenis-saham.html, 11 November 2013. Riyadi, Elon Davit. 2011. Pengaruh faktor Debt to Equity Ratio, Return on Equity dan Total Asset Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di BEI. Jurnal.Universitas Negeri Padang, Padang Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Ketigabelas. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta. Sugiyono. 2013.Statistika Untuk Penelitian. Cetakan kedua puluh dua, CV Alfabeta, Bandung. Sukamdiani, MG. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio Saham Pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. STIE Wijaya Mulya:Surakarta Tanjung, Sartika A. 2011. Pengaruh Ratio Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas terhadap penilaian kinerja keuangan pada perusahaan sektor keuangan non bank yang terdaftar di BEI. Yumettasari Putri, Widiastuti Endang Tri, dan Mawardi Wisnu. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PER Antara Saham Syariah dan Saham Non Syariah.
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
Vol.06 No.4,September 2016
Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
69
70
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014