PENGARUH RASIO
∶
, RASIO Fe : DAN UKURAN BULIR MINERAL
MAGNETIK PADA SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TONER Titis Lestyowati1, Siti Zulaikah , Abdulloh Fuad Program Studi Fisika MIPA Universitas Negeri Malang 1 Email:
[email protected]
ABSTRAK Suseptibilitas magnetik adalah salah satu sifat bahan magnetik yang menunjukkan tingkat respon bahan terhadap medan magnet eksternal. Besar kecilnya harga suseptibilitas magnetik pada bahan bergantung pada jenis mineral magnetik, konsentrasi dan ukuran bulir mineral magnetik pada bahan. Toner merupakan serbuk tinta kering yang digunakan pada mesin fotokopi dan printer laser. Komposisi dan ukuran bulir mineral magnetik toner dibuat sesuai dengan karakteristik mesin cetaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio Fe O : Fe O , rasio Fe : C dan ukuran bulir mineral magnetik pada suseptibilitas magnetik toner. Penelitian ini menggunakan metode kuasi kuantitatif eksperimental. Penelitian diawali dengan melakukan karakterisasi pada ketiga sampel toner. Sampel yang digunakan antara lain Toner X, Toner HP Refill dan Toner Canon IR 5000. Toner X merupakan toner yang tidak menempel pada kertas dan ditampung pada Waste Bin mesin fokopi. Karakterisasi ketiga sampel toner, dimulai dari uji komposisi toner dengan XRF dan EDAX. Data komposisi hasil uji kedua metode tersebut, kemudian digunakan untuk menentukan rasio unsur Fe dan C yang terdapat dalam ketiga sampel toner. Langkah kedua melakukan karakterisasi senyawa yang terdapat dalam toner melalui pengujian XRD. Hasil uji XRD kemudian diolah dengan perangkat lunak High Score Plus. Berdasarkan hasil analisis, pada ketiga sampel toner terdapat dua senyawa yang berkontribusi didalamnya yakni Fe O dan Fe O . Data komposisi kedua senyawa untuk ketiga sampel toner tersebut kemudian dibuat rasio. Karakterisasi selanjutnya pada morfologi toner. Pada penelitian ini, morfologi toner diukur dengan dua metode yaitu pencitraan SEM dan fitting grafik hasil uji XRD. Langkah terakhir adalah melakukan fitting grafik pada data rasio Fe O dan Fe O dengan suseptibilitas magnetik toner, rasio Fe dan C dengan suseptibilitas magnetik toner dan ukuran bulir mineral magnetik dengan suseptibilitas magnetik toner. Hasil penelitian menunjukkan, Toner X memiliki rentang nilai suseptibilitas magnetik 2,99– 11,11 x10 m /kg, Toner HP Refill 3,73–11,39 x10 m /kg dan Toner Canon IR 5000 3,15– 12,32 x10 m /kg. Berdasarkan hasil uji komposisi toner dengan EDAX, rasio Fe : C pada Toner X sebesar 0,33, Toner HP Refill 0,42 dan Toner Canon IR 5000 0,50. Sedangkan hasil uji XRD yang diolah dengan High Score Plus menunjukkan bahwa rasio Fe O ∶ Fe O pada Toner X sebesar 0,67, Toner HP Refill 3,17 dan Toner Canon IR 5000 8,09. Berdasarkan hasil pencitraan SEM, Toner X memiliki ukuran bulir sebesar 9,36 µm, Toner HP Refill 10,89 µm dan Toner Canon IR 12,81 µm. Dan hasil fitting grafik hasil uji XRD, Toner X memiliki ukuran bulir sebesar 0,48 µm, Toner HP Refill 0,50 µm dan Toner Canon IR 5000 sebesar 0,51 µm. Dari hasil fitting grafik antara rasio Fe O : Fe O dan suseptibilitas magnetik toner, dapat disimpulkan bahwa semakin besar rasio Fe O : Fe O maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar sebab Fe O bersifat ferrimagnetik. Rasio Fe : C dalam toner berpengaruh terhadap suseptibilitas magnetik toner. Semakin besar rasio Fe : C pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Toner yang memiliki kandungan unsur Fe lebih besar maka suseptibilitas magnetiknya lebih besar, sebab Fe bersifat ferromagnetik. Dan semakin besar ukuran bulir pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Sebab semakin banyak domain yang dimiliki oleh bulir magnetik, magnetisasinya semakin besar, sehingga suseptibilitas magnetiknya semakin besar.
Kata Kunci: Suseptibilitas Magnetik, Fe O , Fe O , Ukuran Bulir, Toner
PENDAHULUAN Toner merupakan tinta kering pada mesin fotokopi dan printer laser yang terbuat dari mineral magnetik berupa magnetite ( ) (Tanauma, 2011). Pada awalnya bahan dasar pembuatan toner adalah karbon, namun dewasa ini untuk meningkatkan mutu cetak pembuatan toner dicampur dengan bahan adiktif lain, seperti pewarna (pigment), serbuk plastik (polymer), besi oksida ( ) dan wax. Toner dibuat sesuai dengan karakteristik mesin cetak, jenis catridge, pengembangan citra dan kemampuan penggabungan warna yang dimiliki oleh mesin cetak. Toner berbentuk serbuk halus berpigmen yang didalamnya terdiri dari partikel-partikel halus dan memiliki rata-rata ukuran partikel sebesar 5-10 µm (Banerjee, 2010). Irvan (2005) melakukan penelitian tentang karakterisasi Toner Canon NP 1010 dan Toner HP C3906F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toner terdiri dari serbuk halus berukuran kecil dan dibungkus oleh mantel tipis yang mengandung oksida besi. Pada pembuatan toner, bubuk magnetite dicampur dengan polymer kemudian dipanaskan pada suhu tertentu, dibentuk dengan ukuran tertentu dan setelah itu didinginkan. Ukuran bulir pada kedua toner tersebut adalah untuk bulir halus berkisar ≤ 0,2 µm sedangkan untuk bulir besar berukuran 15-17 µm. Kandungan unsur dalam Toner Canon NP 1010 antara lain adalah Karbon (C) 71,01%; Besi (Fe) 28,99% sedangkan Toner HP C3906F memiliki kandungan unsur antara lain Karbon (C) 79,35%; Besi (Fe) 14,74% dan Tembaga (Cu) 5,91%. Zulaikah (2012) telah melakukan penelitian tentang komposisi Toner HP Laser Jet 12A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, komposisi Toner HP Laser Jet 12A terdiri dari Karbon (C) 58,20%; Oksigen 12,8%; Ra 0,18%; Titanium (Ti) 0,41% dan Fe 22,37%. Ukuran bulir Toner HP Laser Jet 12A adalah sebesar 0,20 µm (Trisdamayanti, 2012). Menurut kajian pasar yang telah dilakukan oleh Pinderhughes (2003) kebutuhan toner meningkat sebesar 8,5% per tahunnya. Hal ini mendorong munculnya sebuah ide kreatif tentang sintesa toner dengan memanfaatkan limbah industri (Fly Ash dan Bottom Ash) serta sumber daya mineral berupa pasir besi untuk mengurangi impor toner. Sintesa toner bukanlah hal yang mudah. Sebab toner dibuat sesuai dengan karakteristik mesin cetak, jenis catridge,
pengembangan citra dan penggabungan warna yang dimiliki oleh mesin cetak (Banerjee, 2010). Sehingga diperlukan data yang akurat dan signifikan sebagai bahan kajian dalam sintesa toner, baik dari segi komposisi, ukuran bulir dan sifat magnetik toner. Berdasarkan uraian data hasil karakterisasi toner dan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, uji suseptibilitas magnetik terhadap karakteristik toner sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Suseptibilitas dapat menggambarkan tingkat respon bahan magnetik terhadap medan magnet dari luar pada bahan magnetik. Berdasarkan hal tersebut perlu dilaukan penelitian tentang “Pengaruh Rasio ∶ , Rasio : dan Ukuran Bulir Mineral Magnetik pada Suseptibilitas Magnetik Toner” METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode kuantitatif eksperimental. Penelitian diawali dengan melakukan karakterisasi toner melalui uji komposisi toner dengan XRF dan EDAX, uji morfologi toner dengan SEM dan uji senyawa dalam toner dengan XRD. Tahap selanjutnya melakukan uji suseptibilitas magnetik. Melalui uji suseptibilitas magnetik, maka rentang nilai suseptibilitas magnetik dari ketiga sampel toner didapatkan. Kemudian melakukan analisa data melalui fitting grafik. Fitting grafik yang dilakukan antara lain, rasio : dengan suseptibilitas magnetik, rasio Fe : C dengan suseptibilitas magnetik dan ukuran bulir mineral magnetik dengan suseptibilitas magnetik. Dari hasil fitting grafik tersebut, selanjutnya dianalisis tentang pengaruh rasio : , rasio Fe : C dan ukuran bulir mineral magnetik pada suseptibilitas magnetik toner. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Komposisi Toner Dalam penelitian ini, karakterisasi komposisi toner dilakukan dengan menggunakan dua pengujian, yaitu pengujian XRF dan EDAX. Tabel 4.1, merupakan tabel komposisi utama toner hasil pengujian XRF.
kandungan unsur utama dalam toner antara lain Fe, C, O dan Si.
Tabel 1 Komposisi Utama Toner Hasil Pengujian XRF Toner
Si (%)
Ca (%)
Cr (%)
Mn (%)
Fe (%)
Zn (%)
Eu (%)
X
0,78
0,89
0,095
0,48
94,88
0,04
0,75
Canon IR 5000
0,71
0,64
0,17
0,41
95,01
0,095
0,96
Hasil Uji Senyawa Toner Karakterisasi senyawa yang terdapat dalam toner dilakukan dengan menggunakan XRD. Dari data hasil pengujian XRD kemudian diolah dengan perangkat lunak, yaitu High Score Plus. Fe 3 O4 ; Fe 2 O3
Counts/s Toner X
1500
1000
20
30
40
60
70
80
Gambar 1 Hasil Analisis High Score Plus pada Toner X Fe3 O4
Counts/s Toner HP Refill
F e3 O4
2000
Fe 3 O4; F e2 O3
Fe (%) 21,42
O (%) 12,59
Si (%) 0,7
61,58
25,77
12,15
0,49
58,45
29,45
11,41
0,69
Fe 3 O4; Fe 2 O3 Fe3 O4
Fe 3 O4
Fe3 O4; Fe 2 O3
Fe 3 O4
1000
Fe 3 O4
X HP Refill Canon IR 5000
C (%) 65,17
Fe3 O4
Fe3 O4 ; Fe2 O3
50 Position [°2Theta] (Copper (Cu) )
0 20
30
40
50
60
70
80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Gambar 2 Hasil Analisis High Score Plus pada Toner HP Refill Counts/s Fe3 O4
Toner
Fe3 O4
Fe3 O4; Fe 2 O3
0
Fe 3 O4
Berdasarkan Tabel 1, ketiga sampel toner memiliki 6 komposisi unsur dengan kandungan yang berbeda, yaitu Si, Ca, Cr, Mn, Fe, Zn dan Eu. Dari keenam unsur tersebut, unsur Fe pada ketiga sampel toner memiliki persentase terbesar yaitu >90%. Kandungan unsur Fe terbesar dimiliki oleh Toner HP Refill. Pengujian dengan XRF tidak dapat mendeteksi keberadaan unsur C dalam toner, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian dengan EDAX. Tabel 2 merupakan tabel komposisi toner hasil pengujian EDAX. Tabel 2 Komposisi Toner Hasil Pengujian EDAX
Fe3 O4; Fe 2 O3
Fe3 O4
500
Fe3 O4 Fe3 O4
0,95
Fe 3 O4 Fe 3 O4
0,06
Fe 3 O4 ; Fe2 O3
97,39
Fe 3 O4 ; Fe2 O3
0,53
Fe3 O4; Fe2 O3
0,22
Fe 3 O4
0,14
Fe 3 O4
0,43
Fe3 O4 ; Fe2 O3
HP Refill
Toner Canon IR 5000
1500
Fe3 O4
Fe3 O4; Fe2 O 3
Fe3 O4
Fe3 O 4
Fe3 O4
Fe3 O4
Fe3 O4; Fe2 O 3
500
Fe3 O4
Fe3 O4; Fe2 O3
Fe3 O4
1000
Fe3 O4
Berdasarkan Tabel 2, ketiga sampel toner memiliki 4 komposisi unsur dengan kandungan yang berbeda, keempat unsur tersebut antara lain C, Fe, O dan Si. Hasil pengujian EDAX menunjukkan bahwa dalam ketiga sampel toner, kandungan C memiliki persentase komposisi terbesar, yaitu >50%. Sedangkan unsur Fe memiliki persentase komposisi >20%. Melalui pengujian EDAX, unsur C dalam toner dapat terdeteksi sebab EDAX memiliki rentang pengukuran unsur mulai dari unsur Be (4) pada golongan 2 sampai dengan unsur U (92) pada golongan aktinida, sehingga unsur C dalam toner dapat terdeteksi. Sedangkan XRF hanya memiliki rentang pengukuran unsur mulai dari unsur Na (11) pada periode 3 sampai dengan unsur U (92) pada golongan aktinida. Dari dua metode pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
0 20
30
40
50
60
70
80
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Gambar 3 Hasil Analisa High Score Plus pada Toner Canon IR 5000
Tabel 3 Senyawa dalam Toner Toner
Komposisi
Komposisi
X
(%) 40
% 60
HP Refill
76
24
Canon IR 5000
89
11
Berdasarkan Tabel 3, ketiga sampel toner mengandung 2 senyawa yaitu dan . Kandungan senyawa terbesar dimiliki oleh Toner Canon IR 5000, sedangkan kandungan senyawa terbesar dimiliki oleh Toner X. Berdasarkan Tabel 2.3 nilai suseptibilitas magnetik dan mineral (Dearing, 1999) pada kajian pustaka, senyawa bersifat ferrimagnetik, sedangkan bersifat antiferromagnetik. Hasil Uji Morfologi Toner Pada penelitian ini, karakterisasi morfologi toner dianalisis dengan dua metode, yaitu metode pencitraan dengan SEM dan fitting grafik hasil pengujian dengan XRD. Tabel 4.4, merupakan ukuran bulir toner hasil pencitraan SEM. Tabel 4 Ukuran Bulir Toner Hasil Pencitraan SEM
Berdasarkan hasil fitting grafik pengujian XRD, Toner X memiliki rata-rata ukuran bulir sebesar 0,48 µm, Toner HP Refill 0,50 µm dan Toner Canon IR 5000 0,51 µm. Rata-rata ukuran bulir terkecil dimiliki oleh Toner X dan terbesar dimiliki oleh Toner Canon IR 5000. Hasil Uji Suseptibilitas Magnetik Toner Suseptibilitas magnetik pada ketiga sampel toner, disajikan pada Tabel 6. Alat yang digunakan untuk mengukur suseptibilitas magnetik toner adalah Bartingtong Magnetic Susceptibility Meter MS2B berbasis massa. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga sampel toner berindikasi memiliki sifat magnetik yang sangat kuat, sebab harga suseptibilitas magnetik meningkat seiring dengan penambahan massa pada toner. Rentang nilai suseptibiltas magnetik pada Toner X adalah 2994,5 – 11112,7 10 / ; Toner HP Refill 3728,1,4 – 11324,6 10 / dan Toner Canon IR 5000 3155,4 – 12394,6 10 / . Rentang suseptibilitas magnetik terbesar dimiliki oleh Toner Canon IR 5000. Tabel 6 Hasil Uji Suseptilitas Magnetik Toner NAMA SAMPEL
MASSA
TONER
(gram)
X
3
11112,7
2
5210,6
1
29994,5
3
11324,6
2
7384,3
1
3728,1
3
12394,7
2
6546,8
1
3155,4
HP Refill Toner X
Ukuran Bulir Toner (µm) 9,36
HP Refill
10,89
Canon IR 5000
12,81
Canon IR 5000
Berdasarkan hasil pencitraan SEM, rata-rata ukuran bulir pada Toner X 9,36 µm, Toner HP Refill 10,89 µm dan Toner Canon IR 5000 12,81 µm. Ratarata ukuran bulir terkecil dimiliki oleh Toner X. Tabel 5, merupakan ukuran bulir toner hasil fitting grafik pengujian XRD. Tabel 5 Ukuran Bulir Toner Hasil Fitting Grafik Pengujian XRD Toner Ukuran Bulir Toner (µm) X 0,48 HP Refill
0,50
Canon IR 5000
0,51
χlf
Pengaruh Rasio : pada Suseptibilitas Magnetik Toner Pada subbab ini akan dianalisis, tentang pengaruh rasio Fe O : Fe O pada suseptibilitas magnetik toner. Tabel 7, merupakan rasio Fe O : Fe O dan nilai suseptibilitas magnetik pada ketiga sampel toner. Tabel 7 Rasio Magnetik Toner Toner
: Rasio
dan Suseptibilitas Suseptibilitas Magnetik χlf ( 10 / )
X HP Refill Canon IR 5000
0,67 3,17 8,09
didalamnya, antara lain C, Fe, O dan Si. Pada subab ini akan dianalisis pengaruh 2 unsur utama yang memiliki komposisi terbesar dalam toner, yaitu unsur C dan Fe pada suseptibilitas magnetik toner.
11112,7 11324,6 12394,6
Berdasarkan Tabel 7, semakin besar rasio Fe O : Fe O pada toner, maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Hal ini juga ditunjukkan oleh fitting grafik hubungan antara rasio Fe O : Fe O dengan suseptibilitas magnetik toner pada Gambar 4.4 berikut ini.
Tabel 8 Rasio Fe : Toner dan Suseptibilitas Magnetik Toner
Rasio
X HP Refill Canon IR 5000
0,33 0,42 0,50
Suseptibilitas Magnetik χlf ( 10 / ) 11112,7 11324,6 12394,6
Berdasarkan Tabel 8, Toner X memiliki rasio Fe:C sebesar 0,33, Toner HP Refill sebesar 0,42 dan Toner Canon IR 5000 sebasar 0,50. Rasio unsur Fe dan C terbesar dimiliki oleh Toner Canon IR 5000.
Gambar 4 Pengaruh Rasio : Suseptibilitas Magnetik Toner
pada
Gambar 4 merupakan grafik hubungan antara rasio Fe O dan Fe O dengan suseptibilitas magnetik toner. Berdasarkan analisis Tabel 7 dan Gambar 4, semakin besar rasio Fe O : Fe O pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Jika dilihat dari sifat kemagnetannya, Fe O bersifat ferrimagnetik. Bahan ferrimagnetik ini memiliki suseptibilitas magnetik besar dan berharga positif. Sifat ini timbul karena elektron-elektronnya tidak berpasangan, spinnya tersusun antipararel dengan besar momen spin yang berbeda. Walaupun momen spinnya saling meniadakan, tetapi masih menghasilkan total momen magnet yang posistif sehingga memiliki sifat magnetik yang cukup besar. Sedangkan Fe O merupakan senyawa yang bersifat antiferromagnetik. Bahan ini memiliki nilai suseptibilitas yang kecil dan berharga positif, sebab elektron-elektronnya tidak berpasangan, spin tersusun antipararel dan momen setiap spin sama besar sehingga menyebabkan momen spin saling meniadakan dan menghasilkan momen magnet total nol. Jadi jenis dan komposisi senyawa pada toner berpengaruh pada suseptibilitas magnetik toner, hal ini berkaitan dengan sifat kemagnetan dari senyawa yang terkandung dalam toner tersebut. Pengaruh Rasio Fe:C pada Suseptibilitas Magnetik Toner Berdasarkan hasil uji komposisi toner dengan EDAX, ada 4 unsur utama yang berkontribusi
Gambar 5 Pengaruh Rasio Fe : C pada Suseptibilitas Magnetik Toner Berdasarkan analisis Tabel 8 dan Gambar 5, semakin besar rasio Fe : C pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Sebab secara fisis Fe merupakan bahan magnetik yang bersifat ferromagnetik. Di dalam bahan ferromagnetik, elektronnya tidak berpasangan dan spinnya tersusun pararel. Hal ini yang menyebabkan bahan ferromagnetik memiliki momen magnet atau sifat kemagnetan yang sangat besar. Suseptibilitas magnetik pada bahan ini sangat besar (106 kali bahan diamagnetik atau paramagnetik) dan berharga posistif. Sedangkan C merupakan unsur non logam, bersifat diamagnetik dan memiliki suseptiblitas magnetik berkisar −5,9 x10 cm /mol. Apabila dalam toner kandungan C nya lebih besar maka suseptibilitas magnetiknya akan lebih kecil. Jadi toner yang memiliki rasio Fe : C lebih besar maka suseptibilitas magnetiknya lebih besar. Hal ini berkaitan dengan jenis unsur, komposisi dan sifat kemagnetan dari unsur tersebut.
Pengaruh Ukuran Bulir Mineral Magnetik pada Suseptibilitas Magnetik Toner Dalam penelitian ini, ukuran bulir pada ketiga sampel toner diukur dengan menggunakan dua metode, yaitu pencitraan SEM dan fitting grafik dari hasil uji XRD. Pada Tabel 9, disajikan data rata-rata ukuran bulir pada ketiga sampel toner hasil pencitraan SEM. Tabel 9 Rata--Rata Ukuran Bulir Toner Hasil Uji SEM dan Suseptibilitas Magnetik
TONER X HP Refill Canon IR 5000
Rata-Rata Ukuran Bulir (µm) 9,36 10,89 12,81
Suseptibilitas Magnetik ( × 10 11112,7
)
11324,6 12394,6
Gambar 6 Grafik Hubungan Antara Ukuran Bulir Toner Hasil Uji SEM dengan Suseptibilitas Magnetik Tabel 10 Ukuran Bulir Toner Hasil Fitting Pengujian XRD dan Suseptibilitas Magnetik
TONER
RataRata Ukuran Bulir (µm)
X
0,48
HP Refill
0,50
Canon IR 5000
0,51
Gambar 7 Grafik Hubungan Antara Ukuran Bulir Hasil Uji XRD Toner dengan SuseptibilitasMagnetik
Suseptibilitas Magnetik ( × 10 11112,7 11324,6 12394,6
)
Berdasarkan hasil analisis tabel dan gambar grafik pada kedua metode pengukuran ukuran bulir toner, didapatkan hubungan bahwa, semakin besar ukuran bulir toner maka suseptibilitas magnetiknya juga semakin besar. Pada kajian pustaka telah dijelaskan bahwa besar kecilnya suseptibilitas magnetik pada juga dipengaruhi oleh ukuran bulir pada bahan magnetik tersebut. Hal ini berkaitan dengan banyaknya domain magnetik yang dimiliki oleh bulir. Pada dasarnya, semakin besar ukuran bulir pada bahan magnetik, maka domain magnetik dalam bulir tersebut semakin banyak. Artinya, semakin besar ukuran bulir pada bahan magnetik maka bulir tersebut semakin berada pada wilayah Multi Domain (MD). Sebaliknya semakin kecil ukuran bulir pada bahan magnetiknya maka bulir tersebut semakin sedikit domain magnetiknya. Bulir-bulir magnetik yang berada pada wilayah Multi Domain(MD) memiliki suseptibilitas magnetik yang lebih besar daripada bulir-bulir yang berada pada wilayah Single Domain (SD). Hal ini dikarenakan, semakin banyak domain pada bulir magnetik maka akan berakibat pada pengurangan energi yang berpengaruh terhadap penjajaran magnetik, sehingga magnetisasi (M) meningkat. Semakin tinggi magnetisasi pada medan magnet magnet eksternal maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. KESIMPULAN 1. Semakin besar rasio Fe O : Fe O pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Toner yang memiliki komposisi Fe O lebih besar maka suseptibilitas magnetiknya juga lebih besar, sebab Fe O bersifat ferrimagnetik sedangkan Fe O bersifat antiferromagnetik. 2. Semakin besar rasio Fe : C pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Toner yang memiliki kandungan unsur Fe lebih besar maka suseptibilitas magnetiknya juga lebih besar,
sebab unsur Fe bersifat ferromagnetik. Sedangkan toner yang memiliki kandungan unsur C lebih besar, maka suseptibilitas magnetiknya lebih kecil, sebab unsur C bersifat diamagnetik dan memiliki suseptibilitas magnetik berharga negatif. 3. Semakin besar ukuran bulir magnetik pada toner maka suseptibilitas magnetiknya semakin besar. Sebab semakin besar ukuran bulir magnetik, maka domain magnetik pada bulir semakin banyak. Dan semakin banyak domainnya, maka energi pada penjajaran magnetik semakin berkurang, sehingga magnetisasinya semakin besar. SARAN 1. Diperlukan berbagai sampel toner dari produk yang berbeda sehingga didapatkan data karakteristik toner sebagai acuan penelitian selanjutnya 2. Perlu dilakukan sintesis toner berbahan baku limbah industri (Fly Ash dan Bottom Ash) dan sumber daya mineral (Pasir Besi) untuk mengurangi impor toner DAFTAR RUJUKAN Afandi, Sonny. 2006. Sintesa dan Karakteisasi Partikel Magnetik Submikron Berbasis Oksida Fe dan Polimer Polilaktat. Skripsi : Fisika IPB Arisanti, Titis Dyah. 2012. Pengaruh Ukuran Bulir Mineral Magnetik Terhadap Suseptibilitas Magnetik Pasir Besi Dari Pantai Senggigi Lombok Barat, NTB. Skripsi : Fisika UM Banerjee, Soumya. 2010. Development of a Novel Toner for Electrophotography based Additive Manufacturing Process. Leicester : De Monfort University Bijaksana, S. 2002. Kajian Sifat Magnetik pada Endapan Pasir Besi di Wilayah Cilacap dan Upaya Pemanfaatannya untuk Bahan Industri. Laporan Penelitian Hibah Bersama: ITB Humphreys, C.J. 2012. The Significance of Bragg’s Law in Electron Diffraction and Microscopy, and Bragg’s Second Law. Foundation of Crystallography SSN 0108-7673. Dearing, John. 1999. Enviromental Magnetic Suceptibility : Using the Bartington MS2 System Dunlop, David J,Ozden Ozdemir. 1996. Rock Magnetism. Cambridge University Press
Dunlop, David J, Gunther Kletetschka. 2001. Multidomain Hematite : A Source of Planetary Magnetic Anolies. Geophysical Reserch Latters, Vol.28, No.17, Pages 3345-3348, September 1, 2001 Evan, Michael E, Frederich Heller. 2003. Enviromental Magnetism Principles and Applications of Enviromagnetics. Canada:University of Alberta Edmonton Halliday, David., Robert Resnick. 1994. Fisika. Jakarta: Erlangga Hamsah, Dian. 2007. Pembuatan, Pencirian dan Uji Aplikasi Nanokomposit Berbasis Montmorilonit dan Besi Oksida. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: FMIPA IPB Rendle, D.F. 2003. X-Ray Diffraction in Forensic Science. The Rigaku Journal Vol 19/No.2 Irvan, Muhammad. 2005. Karakterisasi Tinta Kering (Toner) dengan Metode Magnetik dan Scanning Electron Microcroscopy (SEM). Skripsi: ITB Jan Srodon., Victor A. Drits., Douglas K. McCarty., Jean C.C., Hsieh and Dennis D. Eberl. 2001. Quantitative X-Ray Diffraction Analysis of Clay-Bearing Rock from Random Preparations. The Clay Minerals Society Vol.49, No 6. Jumate E., Manea D.L. 2012. Application of Applied Engineering Science. Journal of Applied Engineering Science Vol 2 (15). Kim, Samsoo dkk. (2004). Dry Toner Technology PVA Chemical Toner. Yeungnam University: School of Textile Nurbaiti, Upik. 2011. Magnetic Properties of Susepend of Polluted Heavy Metal Sediment from Semarang Rivers. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(2011):134-137 Pinderhughes, Raquel. 2003. Xerographic Toner. Diakses pada tanggal 6 September 2012 Ratnasari, Dina dkk. 2009. X-Ray Diffraction (XRD). Universitas Sebelas Maret Surakarta Tanauma, Adey dkk. 2011. Potensi Sumber Daya Alam Pasir Besi Pantai Arakan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Ilmiah Sains Vol.11 No.2 Oktober 2011
Trisdamayanti, Ike Yunia. 2012. Karakterisasi Mineral Magnetik Pasir Besi Di Daerah Pasirian Kabupaten Lumajang Untuk Pembuatan Bahan Baku Toner. Skripsi:UM Zakaria. 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Metode Diffraction. Skripsi tidak diterbitkan. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo Zulaikah, Siti. 2007. Kemagnetan Batuan dan Aplikasinya. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta