PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN AN ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK WIJEN SERTA KELAYAKAN USAHA TANI DI LAHAN PASIR PANTAI ABSTRAK Dewi Ratna Nurhayati*), Aris Eddy Sarwono**), dan Budi Hariyono***) *) FP - Universitas Slamet Riyadi Surakarta (
[email protected]), **) FE - Universitas Slamet Riyadi Surakarta ***) Balittas – Malang Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas perkebunan rakyat potensial sebagai sumber minyak pangan yang banyak dibutuhkan.,dan mempunyai potensi agroindustri cerah untuk keperluan bahan pangan, kue, penerangan, bahan dasar produk farmasi, bahan ramuan obat, dan industri Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan an organik NPK terhadap produksi dan kandungan minyak wijen serta kelayakan usaha tani di lahan pasir pantai. Penelitian dilaksanakan di Purworejo, Jawa Tengah, pada bulan Juni hingga Desember 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemupukan, terdiri atas: kontrol, pupuk kandang 10 ton/ha, NPK rekomendasi (100:100:50), pupuk kandang 7,5 ton/ha + 25% NPK, pupuk kandang 5 ton/ha + 50% NPK, dan pupuk kandang 2,5 ton/ha + 75% NPK. Faktor kedua adalah varietas, terdiri atas: Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, dan Lokal hitam. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, berat biji per tanaman, berat 1000 biji, dan kadar minyak. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan 5%. Parameter kelayakan usaha meliputi Internal Rate of Return (IRR), Benefit and Cost ratio (B/C Ratio), dan Payback Period (PP). Hasil menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi perlakuan pemupukan dan varietas. Umur berbunga tercepat 45 hari pada perlakuan kontrol. Umur panen hampir sama, yakni 105 hari. Kadar minyak total tertinggi 51,73% pada perlakuan pemupukan organik 10 ton/ha. Varietas unggul wijen Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 dapat beradaptasi dan memberikan produksi dan kadar minyak yang lebih tinggi dibandingkan varietas lokal. Budidaya wijen di lahan pasir pantai dengan menerapkan pemupukan organik memberikan kelayakan ekonomi yang prospektif dan efisien, khususnya pada perlakuan pupuk kandang sapi 10 ton/ha dengan varietas Sumberrejo-2.dengan B/C Ratio 1,91, IRR 48% dan PP 0,5. Kata kunci: Lahan pasir pantai, pupuk organik, kelayakan ekonomi, wijen
1
THE EFFECT OF ORGANIC AND INORGANIC FERTILIZER ON PRODUCTION, AND SESAME SEED OIL CONTENT AND FEASIBILITY IN SANDY COASTAL LAND
Dewi Ratna Nurhayati *), Aris Eddy Sarwono **), and Budi Hariyono ***) *) FP - Slamet Riyadi University of Surakarta (
[email protected]), **) FE - University of Surakarta Slamet Riyadi ***) Balittas – Malang ABSTRACT
This study aimed to investigate the effect of organic and inorganic fertilizer NPK on the production and seed oil content of sesame and the feasibility of cultivation in the sandy coastal land. This study conducted in Purworejo, Central Java, from June to December 2011. Experiment arranged in factorial Randomized Block Design with two-factor, repeated three times. The first factor is fertilization: control (without fertilization), cow manure 10 tonnes/ha, NPK 100:100:50, cow manure 7.5 tonnes/ha + 25% NPK, cow manure 5 tonnes/ha + 50% NPK, and cow manure 2.5 tonnes/ha + 75% NPK. The second factor is the variety: Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, and local black sesame. Variable observed were: plant height, days to flowering, day of harvest, seed weight per plant, weight of 1000 seeds, and seed oil content, as well as economic indicators (B/C ratio, IRR, and Payback Period). The data analyzed by Anova 5%, with further testing Duncan 5%. The results showed that no interaction effect of fertilization and variety. The fastest flowering (45 days) was on the control treatment. The age of harvest is almost the same, 105 days. Highest total seed oil content, 51.73%, obtained in the treatment of organic fertilizer 10 tonnes/ha. Sumberrejo-1 and Sumberrejo-2 varieties were well adapted in sandy coastal land, provide production and seed oil content higher than local variety. Sesame cultivation in sandy coastal land, provide prospective economic viability and efficient, especially by applying organic fertilizer on Sumberrejo-2, with the achievements of B/C Ratio 1.91; IRR of 48% and payback Period of 0.5. Keywords: Sandy coastal land, organic fertilizer, economic feasibility, sesame (Sesamum indicum L.)
2
PENDAHULUAN Lahan pasir pantai di Indonesia dengan luas ± 1.060.000 ha (Kertonegoro, 2009) merupakan salah satu potensi penting untuk pengembangan pertanian, dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti penyusutan lahan akibat alih fungsi menjadi non-pertanian. Lahan tersebut merupakan lahan marginal dengan produktivitas yang rendah, dicirikan oleh bahan penyusun tanah yang dominan terdiri dari pasir, sehingga daya menahan air sangat rendah. Pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budidaya tanaman secara produktif masih terbuka luas (Kastono, 2007). Budidaya wijen akan berpotensi meningkatkan produktivitas lahan ini jika dipilih varietas yang cocok dengan kondisi lingkungan (Budi, 2007).
Macam
varietas yang digunakan perlu disesuaikan dengan tujuan pertanaman, kondisi iklim (ketersediaan air) dan tanah.
Beberapa kelebihan lahan pasir pantai untuk lahan pertanian yakni: luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal (Yuwono, 2009). Namun, rendahnya kandungan bahan organik mempengaruhi kondisi agregat tanah sehingga struktur tanah lepas-lepas. Pemberian bahan organik (pupuk kandang) merupakan salah satu cara dalam upaya meningkatkan kualitas lahan tersebut (Sanchez, 1992). Bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi. Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah sehingga populasi mikroorganisme meningkat, yang selanjutnya mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara (Buckman & Brady, 1982; Widiana, 1994). Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang memperbaiki struktur tanah, kemantapan agregat tanah, daya menahan air, permeabilitas, pengharaan, aerasi dan perkembangan akar (Rajiman, 2011).
Pupuk kandang sapi merupakan sumber bahan organik yang mengandung nitrogen (N) 1,05%, fosfor (P) 0,5%, kalium (K) 0,73%, Mg 0,13%, Ca 0,11%, dan Fe 7569 ppm, pH 6,5 (Musofie, 2008). Dalam perombakan bahan organik akan dilepas mineral-mineral hara tanaman N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro dalam jumlah yang relatif kecil (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Penambahan bahan organik dapat mengurangi ketergantungan pupuk anorganik dan mendukung upaya mewujudkan pertanian ramah lingkungan. Penelitian di India tahun 2002-2004 pada tanaman wijen menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik yang berasal dari 75 kg/ha abu kayu + 3,75 t/ha pupuk
3
kandang + 900 kg/ha kompos mimba + 75 kg/ha tulang ikan + 20 kg/ha sulfur + fosfor yang diperkaya dengan bakteri 5 kg/ha Azotobacter dan Trichoderma viride (0.4%) pada perlakuan biji, memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah polong, produksi biji maupun terhadap BC ratio dan NMR yang tinggi (Duhoon et al., 2007). Hasil penelitian El-Habasha et al. (2007) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik dalam budidaya tanaman wijen memberikan perlindungan lingkungan secara alami dari polusi. Pemberian pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah polong sebesar 17,5%. Karena adanya unsur makro dan mikro yang terdapat dalam pupuk organik tersebut mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah buku (nodus) sehingga jumlah polongpun bertambah. Pemupukan berupa 10 ton/ha pupuk kandang dan 100 % NPK yang diperkaya dengan biofertilizer Azospirillium dan Phosfobakteria @ 2 kg/ha, memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah polong, hasil biji, dan memberikan hasil tertinggi 1,11 ton /ha atau 32,% lebih tinggi dari pada dengan NPK rekomendasi saja, sehingga merupakan suplai nutrisi yang efisien untuk meningkatkan
hasil wijen sekaligus perbaikan kesuburan tanah/ soil health
(Palaniappan, 2003). Beberapa varietas wijen Indonesia cocok untuk dikembangkan baik di lahan sawah sesudah padi maupun lahan kering, yakni Sumberrejo-1 dan Sumberrejo 4, Sumberrejo-2 dan Sumberrejo 3 cocok untuk dikembangkan di lahan kering (Mardjono et al., 2006). Dengan demikian varietas Sumberrejo-1 dan Sumberrejo 3 diharapkan toleran untuk budidaya di lahan berpasir. Salah satu indikator produksi wijen adalah kadar minyak wijen. Minyak wijen mengandung asam lemak jenuh rendah dan asam lemak tidak jenuh mencapai 84%, sehingga tidak berbahaya baik untuk kesehatan (Suddhiyam dan Maneekhao, 1997). Agar lahan pasir dapat dikembangkan
menjadi sentra
produksi wijen diperlukan upaya perbaikan kualitas lahan pasir pantai melalui pemberian pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran pupuk organik dan anorganik, dan macam varietas terhadap produktivitas wijen, dan analisa ekonomi / analisa kelayakan usaha budidaya wijen lahan pasir pantai.
4
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan pasir pantai Purworejo Jawa Tengah pada bulan Juni hingga Desember 2011. Kondisi lahan ini memiliki kandungan bahan organik 0,25% (rendah), pH 6,15 (masam), N total 0,17% (sangat rendah), P tersedia 254 mg/100g, K tersedia 0,05 cmol(+)/kg, fraksi pasir 99% (sangat porous), dan KPK 0,90 cmol(+)/kg (Parwata, 2010). Kecepatan angin bergaram relatif tinggi (dapat mencapai 40 km/jam). Suhu permukaan tanah harian dapat mencapai kisaran 26,9 - 31,5 oC (Sarjiyah, 1997). Bahan yang digunakan adalah benih wijen, pupuk kandang sapi, pupuk anorganik (N, P, K). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemupukan, terdiri atas enam macam: control (tanpa pemupukan), pupuk kandang 10 ton/ha, NPK rekomendasi (100:100:50), pupuk kandang 7,5 ton/ha + 25% dosis NPK rekomendasi, pupuk kandang 5 ton/ha + 50% dosis NPK rekomendasi, dan pupuk kandang 2,5 ton/ha + 75% dosis NPK rekomendasi. Faktor kedua adalah macam varietas, terdiri atas tiga macam: Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, Lokal hitam. Petak percobaan berukuran 2 m x 3 m, dengan jarak tanam 25 cm x 60 cm. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman, umur pertama kali berbunga, berat biji per tanaman, jumlah polong per tanaman, umur panen, berat 1000 biji, dan kadar minyak (metode soxhlet). Data dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan uji lanjut dengan uji Duncan 5%. Parameter kelayakan usaha meliputi Internal Rate of Return (IRR= tingkat pengembalian dari investasi), Benefit and Cost ratio (B/C Ratio= perbandingan pendapatan dan biaya), dan Payback Period (PP= periode kembalinya investasi). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman Pertumbuhan
adalah
proses
dalam
kehidupan
tanaman
yang
mengakibatkan perubahan ukuran semakin besar sehingga menentukan hasil tanaman dan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal (genetik) dan unsur-unsur iklim, tanah, dan biologis dari lingkungan tanaman (Rukmana, 1999). Pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik tidak 5
terdapat interaksi dengan perlakuan varietas wijen (Tabel 1.). Tinggi tanaman pada minggu keempat dan kedelapan mengalami peningkatan karena perlakuan pemupukan. Pada minggu keduabelas tanaman kontrol mencapai 82,83 cm, lebih tinggi dibandingkan tanaman yang diberi pupuk organik saja, anorganik saja, maupun kombinasinya. Pada
minggu
keempat,
pertumbuhan
tiga
varietas
menunjukkan
perbedaan, sedangkan pada minggu kedelapan dan keduabelas tidak berbeda. Ini menunjukkan ketiga varietas memberikan respon pertumbuhan yang sama di lahan pasir pantai. Disampaikan oleh Okpara(2007) tentang hasil penelitian wijen, bahwa penambahan hara N,dan P memberikan peningkatan hasil yang nyata pada tinggi tanaman, jumlah cabang/tanaman,Leaf Area Index,Berat kering maupun hasil biji.
Tabel 1. Pengaruh pupuk organik dan anorganik serta varietas terhadap tinggi tanaman wijen di lahan pasir pantai Purworejo. Perlakuan
Tinggi tanaman (cm) Minggu Minggu Minggu ke-4 ke-8 ke-12
Pemupukan Kontrol 11,17 a*) Pupuk kandang sapi 10 ton/ha 26,00 c NPK 100:100:50 17,00 b Pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK 17,00 b Pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK 30,44 d Pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK 27,00 c Varietas Sumberrejo-1 22,72 b Sumberrejo-2 23,72 c Lokal hitam 17,86 a KK (%) 5,29 Keterangan : *) angka yang didampingi huruf yang sama dalam nyata pada uji Duncan 5%. tn : tidak berbeda nyata.
43,22 a 56,22 ab 62,00 b 78,11 c 67,56 bc 65,33 bc
82,83 c 59,64 a 63,78 ab 76,11 bc 69,89 abc 69,89 abc
62,19 tn 65,43 58,60 15,21
65,22 tn 71,72 74,12 15,79
kolom tidak berbeda
Rifin (1990) menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan air pada fase vegetatif tidak mengalami pengaruh langsung terhadap hasilnya tetapi
6
pertumbuhan bagian tanaman, seperti batang akan terhambat. Bila dibandingkan dengan tanaman wijen yang tumbuh di daerah normal seperti di lahan sawah, tinggi tanaman dari hasil pengamatan diatas masih tergolong rendah. Rendahnya ketinggian wijen untuk daerah pasir pantai dikarenakan keadaan iklim mikro yang ekstrim serta terbatasnya ketersediaan air dan hara. Habitus tanaman yang terlalu tinggi kurang baik untuk daerah berkecepatan angin tinggi karena dapat memicu tanaman mudah rebah ataupun patah batang.
Umur berbunga Tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan pemupukan dan varietas pada umur berbunga wijen (Tabel 2.). Umur berbunga merupakan fase transisi dari fase vegetatif ke fase generatif. Jika fase vegetatif terlalu cepat biasanya akan ada masalah pada fase generatifnya. Umur berbunga suatu tanaman berkaitan erat dengan umur panennya. Pada dasarnya semakin cepat suatu tanaman berbunga, maka akan semakin lama fase pengisian biji dan semakin cepat tanaman itu dapat dipanen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa umur berbunga tercepat adalah 45 hari pada perlakuan kontrol, sedangkan yang paling lama pada perlakuan pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK, yakni 47,2 hari. Penambahan pupuk organik
menunda umur berbunga 1-2 hari. Ketiga varietas yang diuji menunjukkan umur berbunga yang sama. Lingkungan tumbuh tanaman wijen di lahan pasir pantai dengan segala cekamannya baik terkait dengan suhu maupun keterbatasan hara, dapat mempengaruhi siklus tanaman, yang berkaitan dengan umur bunga. Suhu yang tinggi diatas optimum mampu mempengaruhi metabolisme tanaman sehingga berbunga lebih cepat. Pada perlakuan pemberian pupuk organik kondisi tanah dapat diperbaiki sehingga suhu tanah dipertahankan dan pembungaan tidak terlalu cepat. Hal tersebut selaras dengan Nath et al (2002) bahwa suhu yang tinggi mempercepat munculnya bunga pertama pada tanaman wijen.
7
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pemupukan dan macam varietas terhadap umur berbunga, umur panen, berat biji/tanaman, berat 1000 biji dan kandungan minyak wijen di lahan pasir pantai Purworejo.
Perlakuan
Umur berbunga
Umur panen
Berat biji /tan (g)
(hari ) (hari ) Pemupukan Kontrol 45,00 a*) 97,00 a 4,37 b Pupuk kandang sapi 10 ton/ha 46,78 bc 105,00 b 5,42 d NPK 100:100:50 46,11 b 105,33 c 4,90 bc Pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK 46,55 bc 107,00 bcd 4,94 bc Pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK 46,56 bc 105,00 b 4,83 bc Pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK 47,22 d 105,00 b 4,05 a Varietas 46,33 tn 104,17 tn 4,81 b Sumberrejo-1 46,55 104,00 4,85 b Sumberrejo-2 Lokal hitam 46,22 104,06 4,60 a KK ( %) 3,49 4,21 3,87 Keterangan : *) angka yang didampingi huruf yang sama dalam kolom tidak berbeda Duncan 5%. tn : tidak berbeda nyata.
Berat 1000 biji (g )
Kandungan minyak
1,30 a 2,19 e 1,99 d 1,80 bc 1,83 bc 1,35 a
30,36 a 51,73 e 49,17 bc 49,60 c 46,49 b 50,46 d
1,77 b 1,97 c 1,51 a 4,07
48,57 c 45,40 b 44,92 a 0,98
( %)
nyata pada uji
Umur panen Umur panen merupakan umur dari tanaman untuk menyelesaikan seluruh siklus hidupnya, yang berhubungan erat dengan umur berbunga. Semakin cepat suatu tanaman memasuki fase pembungaan, maka akan semakin cepat pula tanaman tersebut memasuki fase panen. Berdasarkan analisis hasil untuk umur panen, antar perlakuan mempunyai rerata yang hampir sama, yakni 105 hari (Tabel 2). Dibandingkan dengan kontrol, penambahan pupuk menunda umur panen 8-10 hari. Semakin tinggi dosis pupuk organik akan menambah umur panen. Penambahan pupuk organik menyebabkan ketersediaan air yang lebih baik. Tiga varietas yang diuji tidak menunjukkan perbedaan umur panen. Wijen merupakan tanaman hari pendek, sekitar 7 jam per hari. Makin panjang hari, panen akan semakin cepat (Soenardi, 1994). Hal ini dapat digunakan dalam strategi penanaman terkait curah hujan daerah. Di lahan pasir pantai, intensitas penyinaran matahari cukup tinggi dengan panjang penyinaran lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang pada umumnya sering terhalang 8
awan (Nath, et al., 2003). Terkait dengan panen, sifat indeterminate pada wijen membuat buah yang siap panen tidak merata, sehingga menimbulkan waktu panen yang lebih lama dan bila tidak ditangani secara baik akan menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar karena polong yang telah masak dan tidak panen mengalami pecah polong.
Berat biji per tanaman Berat biji per tanaman disajikan pada Tabel 2. Biji merupakan hasil utama yang dikehendaki dalam budidaya wijen. Variabel ini sangat dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan. Terhambatnya pertumbuhan dapat mengurangi atau meniadakan hasil (Wijaya, 2009). Adanya tambahan hara S, N, P, dan K dari pupuk organik dan anorganik dapat berfungsi sebagai faktor pembangkit disamping berfungsi dalam meningkatkan hasil biji (Devakumar dan Giri, 1998). Perlakuan pupuk kandang 10 ton/ha mencapai hasil terbaik untuk berat biji per tanaman yakni 5,42 gr (setara 361 kg/ha), atau meningkat 24% dibanding kontrol. Pemupukan N pada dosis 100-200 kg/ha mempengaruhi jumlah bunga yang dihasilkan, dan jumlah biji serta kandungan minyak pada wijen yang dibudidayakan di lahan pasir (El-Nakhlawi dan Shaheen, 2009). Varietas unggul Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 mencapai hasil biji 5% lebih baik dibanding varietas lokal yang hanya mencapai 4,60 gr (setara 307 kg/ha). Nampaknya dosis pupuk kandang 10 ton/ha dalam penelitian ini masih kurang. Pada lahan sejenis, Syukur (2005) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi 20 ton/ha mampu memperbaiki kualitas tanah yaitu meningkatkan kemampuan mengikat air dan ketersediaan ammonium dan nitrat sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada caisim.
Berat 1000 biji Berat 1000 biji merupakan komponen hasil yang berkaitan erat dengan besar biji dan bobot tiap bijinya. Parameter ini juga merupakan komponen hasil yang berpengaruh langsung pada besar kecilnya produktivitas tanaman wijen. Namun dengan ditanamnya varietas wijen Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 serta varietas Lokal hitam di lahan pasir pantai, maka potensi hasilnya masih tergolong
9
dalam potensi yang normal sesuai dengan deskripsi potensi hasil tanaman wijen (Mardjono et al.,2006). Penambahan hara yang berasal dari pupuk kandang sapi 10 ton/ha mampu meningkatkan berat 1000 biji sebesar 68%, dari 1,30 gr menjadi 2,19 gr pada perlakuan pupuk kandang 10 ton/ha. Disampaikan oleh Haruna dan Abimiku (2012), bahwa pemberian pupuk organik pada takaran 2,5 ton/ha memberikan peningkatan hasil yang baik pada parameter jumlah polong, berat polong/ tanaman, jumlah biji/tanaman dan berat 1000 biji.
Kandungan minyak total Hwang (2005) menyampaikan, komposisi proksimat dari biji wijen bervariasi ditinjau dari varietas, warna biji dan sifat permukaan kulit biji. Kandungan minyak dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan tanaman, rata-rata suhu harian, tingkat perolehan suhu selama tahap reproduktif (Kuzayli et al., 1966). Perlakuan penambahan pupuk baik organik maupun kombinasi dengan NPK nyata meningkatkan 53-70% kandungan minyak biji wijen dibanding kontrol. Namun kandungan minyak wijen tertinggi (51,73%) diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha. Sharar et al. (2000), menyampaikan bahwa kandungan minyak pada wijen dipengaruhi oleh tingkat pemberian hara / pemupukan, seperti N dan P, demikian juga dipengaruhi oleh perbedaan kondisi tanah dan iklim. Kandungan minyak meningkat sampai pada pemupukan 75 kg N dan 50 kg P. Hasan et al. (1999) mengemukakan dari hasil uji pengembangan macam populasi wijen lokal di Turki yang ditanam di berbagai lokasi untuk menentukan kualitas minyak wijen, diperoleh hasil minyak total dan kandungan asam lemak yang variatif, sehingga lokasi tanam menentukan kualitas produksi minyak. Sedangkan Egbekun dan Ehieze (1997), dalam Nzikou (2009), menyampaikan, produksi hasil minyak dipengaruhi oleh varietas tanaman, fase kematangan biji, system budidaya dan metode ekstraksi yang diterapkan. Adanya hara makro dan esensial yang terdapat pada pupuk kandang akan meningkatkan retensi dan nutrisi yang berperan sebagai sumber hara dalam tanah yang akan mempengaruhi perkembangan akar. Demikian halnya dengan penambahan NPK yang bersumber dari pupuk an organic akan meningkatkan sumber nutrisi, berperan terhadap
10
pertumbuhan organ bagian tanaman dan akhirnya akan bermuara terhadap peningkatan area fotosintesis yang pada akhirnya berpengaruh terhadap bahan kering hasil( Harma, 2011).
Parameter kelayakan ekonomi (B/C ratio, IRR, dan Payback Period) Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam hal ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit (Novania, 2001). Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari. Dengan mengetahui nilai B/C Ratio, IRR dan Payback Period maka dapat diketahui
tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi, dan dapat
menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya memboroskan sumber daya.
Tabel 3. Hasil analisis B/C Ratio, IRR, dan Payback Period yang dipengaruhi oleh pemupukan dan macam varietas wijen di lahan pasir pantai Purworejo. Perlakuan Pemupukan dan varietas Kontrol, Sumberrejo-1 Kontrol, Sumberrejo-2 Kontrol, Lokal hitam Pupuk kandang sapi 10 ton/ha, Sumberrejo-1 Pupuk kandang sapi 10 ton/ha, Sumberrejo-2 Pupuk kandang sapi 10 ton/ha, Lokal hitam NPK 100:100:50, Sumberrejo-1 NPK 100:100:50, Sumberrejo-2 NPK 100:100:50, Lokal hitam Pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK, Sumberrejo-1 Pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK, Sumberrejo-2 Pupuk kandang sapi 7,5 ton/ha + 25% NPK, Lokal hitam Pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK, Sumberrejo-1 Pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK, Sumberrejo-2
Indikator Ekonomi B/C R IRR PP 1,12 11% 6,2 1,31 24% 2,4 0,79 0% 0 1,75 43% 0,6 1,91 48% 0,5 1,14 12% 3,5 1,59 37% 0,8 1,75 43% 0,6 1,01 1% 6,6 1,63 39% 0,7 1,75 43% 0,6 1,08 7% 6,0 1,22 18% 2,1 1,30 23% 1,5
11
Pupuk kandang sapi 5 ton/ha + 50% NPK, Lokal hitam Pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK, Sumberrejo-1 Pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK, Sumberrejo-2 Pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha + 75% NPK, Lokal hitam
0,90 1,36 1,65 1,05
0% 27% 40% 4%
0 1,4 0,8 11,1
Keterangan : B/C R = Benefit and Cost ratio (perbandingan pendapatan dan biaya). IRR = Internal Rate of Return (tingkat pengembalian dari investasi). PP = Payback Period (periode kembalinya investasi). Dari hasil analisis dapat disampaikan bahwa budidaya wijen di lahan pasir pantai dengan menerapkan pemupukan organik dengan varietas Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 memberikan kelayakan yang prospektif, khususnya nampak pada perlakuan pupuk organik 10 ton/ha dengan varietas Sumberrejo-2. Hal ini terlihat dari aspek penilaian untuk B/C Ratio yang menunjukkan nilai lebih dari 1, yang artinya dalam usaha ini memberikan gambaran pendapatan lebih tinggi dari pada biaya operasionalnya, yakni 1,91. Sedangkan dilihat dari IRR, juga memberikan nilai tingkat pengembalian keuntungan yang melebihi bunga wajar sempurna /return yang lebih tinggi dibandingkan jika modal tersebut disimpan dalam bentuk deposito, yakni sebesar 48%. Selanjutnya dilihat dari aspek Payback Period menunjukkan tingkat pengembalian modal yang sangat cepat yaitu hanya pada sekali panen maka modal usaha sudah dapat kembali, yang nilainya 0,5. Sebagai pembanding, kelayakan usaha tani dari hasil penelitian bawang merah dengan teknologi amelioran di lahan pasir pantai juga mampu memperbaiki kesuburan lahan pasir pantai dan meningkatkan hasil, dengan B/C ratio 2,4 dan R/C ratio 3,4 (Setyono dan Suradal, 2005).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di lahan pasir pantai, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik 10 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan produksi dan kandungan minyak wijen di lahan pasir pantai. Varietas unggul wijen Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2 lebih produktif dibandingkan varietas lokal. Budidaya wijen di lahan pasir pantai
12
dengan menerapkan pemupukan organik 10 ton/ha dengan varietas Sumberrejo-2 memberikan kelayakan ekonomi yang prospektif dan efisien dengan capaian B/C Ratio 1,91, IRR 48% dan PP 0,5.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O. dan Brady, 1982. Ilmu tanah. Penerjemah : Soegiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta. hal. 131-191. Budi, L.S., 2007. Pengaruh cara tanam dan penggunaan varietas terhadap produktivitas wijen. Buletin Agronomi 35(2): 135-141. Devakumar and G. Giri, 1998. Influence of weed control and doses and time gypsum application on yield attributes, pd, and oil yield of groundnut. Indian Journal Agron., 43: 453-458. Duhoon, A. J Yotishi, M.R. Deshmukh, and N.B. Singh, 2007. Optimization of sesame (Sesamum indicum L.) production through bio/natural inputs. All India Coordinated Research Project on Sesame and Niger (ICAR) J.N. Agriculture University, Jabalpur (M.P.) India – 48200. El-Habbasha, S.F., Abd El Salam, M.S. and Kabesh, M.O, 2007. Response of two sesame varieties (Sesamum indicum L.) to partial replacement of chemical fertilizers by bio-organic fertilizers. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences 3(6): 563-571. El-Nakhlawy and M.A. Shaheen. 2009. Response of seed yield, yield components and oil content to the sesame cultivar and nitrogen fertilizer rate diversity. JKAU: Met., Env. & Arid Land Agric. Sci., Vol. 20, No.2, pp: 21-31 (2009 A.D. / 1430 A.H.) Department of Arid Land Agriculture,Faculty of Meteorology, Environment and Arid Land Agriculture King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi Arabia. Harma,2011.Growth and Yield of Sesame (Sesamum indicum L.) as Affected by Poultry Manure, Nitrogen and Phosphorus at Samaru, Nigeria. The Journal of Animal and Plant Sciences,21 (4):2011, page 653-659. Haruna and Abimiku. 2012. Yield of sesame (Sesamum indicum, L.) as influenced by organic fertilizer in the Southern Guinea Savana of Nigeria. Sustainable Agriculture Researach. 1(1): 66-69. Hasan, B., I. Turgut and K. Turgut.1999. Variation of certain characters and line selection for yield, oil, oleic and linoleic acids in the Turkish sesame populations. Journal of Agriculture and Forestry (23):431-441. Hwang, L.S. 2005. Sesame oil. Baileys Industrial Oil and Fat Product. TaipehNational Taiwan University.
13
Kastono, D. 2007. Aplikasi model rekayasa lahan terpadu guna meningkatkan peningkatan produksi hortikultura secara berkelanjutan di lahan pasir pantai. Jurnal Ilmu Pertanian vol: 3. Desember 2007. hal 112-116. Kertonegoro, B.D. 2009. Peluang pengembangan agribisnis sayuran di lahan pasir pantai Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta (Kasus Desa Bugel Kecamatan Panjatan). Kuzayli, M.V., J.W. Cowan, and Z.I. Sabry. 1966. Nutritive value of middle eastern foodstuffs. II. Composition of pulses, seeds, nuts and cereal products of Lebanon. Journal of the Science of Food and Agriculture. 17:82-84. Mardjono, R., Supriyono dan H. Sudarmo. 2006. Galur-galur baru untuk pengembangan wijen di Indonesia. Makalah disampaikan pada sidang Komisi Pelepasan Varietas di Direktorat Jenderal Perkebunan Jakarta. Musofie, A.2008. Upaya pengembangan usaha tani di lahan pasir pantai melalui pemanfaatan limbah usaha peternakan. Makalah Seminar Nasional FTPUGM. Nath, R.; P. Chakraborty; P. Bandopadhyay, C. Kundu and A. Chakraborty. 2003. Analysis of relationship between crop growth parameters, yield and physical environment within the crop canopy of sesame (Sesamum indicum) at different sowing dates. Archives of Agron. And Soil Sci. 49: 677-682. Novania. 2001. Ekonomi teknik. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB. hal 211. Nzikou. 2009. Chemical composition on the seed and oil of sesame (Sesamum Indicum L.) grown in Congo – Brazzaville. Advance Journal of Food Science and Technologi 1 (1):6-11. Okpara.2007.Effects of N,P Fertilizer Rate on The Growth and Yield of Sesame in The South astern Rain Forest Belt in Nigeria. Nigeria Agri.Journal(38):1-11 Palaniappan, S.P., A. Jeyabal and S. Chelliah. 2003. Evaluation of integrated nutrient management in summer sesame (Sesamum indicum L.). Nagarjuna Agricultural Research and Development Institute C 15, Vikrampuri, Secunderabad – 500 009, India. Parwata, Arya, IGM. 2010. Kajian fisiologis ketahanan kekeringan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di lahan pasir pantai. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. Rajiman, 2010. Pemanfaatan bahan pembenah tanah lokal dalam upaya peningkatan produksi benih bawang merah di lahan pasir pantai Kulon Progo. Disertasi FP-UGM Yogyakarta. Rifin, A. 1990. Pertumbuhan, hasil dan serapan hara N, P dan K tanaman jagung pada berbagai fase cekaman air. Penelitian Pertanian 10(1): 19-21. Roesmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta. 14
Rukmana, 1998. Budidaya Wijen. Kanisius. Yogyakarta. Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan pengelolaan tanah tropika. Alih bahasa : Amir Hamzah. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 397 hal. Sarjiyah, 1997.Budidaya tiga varietas kacang tanah di lahan pasir pantai, Dusun Gisik, Bugel, Kulon Progo, Yogyakarta. Agr.UMY 6(2):1-6. Setyono, B. dan Suradal. 2005. Kelayakan usaha tani bawang merah di lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi di Kab. Bantul Prov. DIY. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Sharar MS, Ayub M, Choudhry MA, Asif M. 2000. Growth and yield of sesame genotypes as influenced by NP application. Int J Agri Biol 1 (2): 86-88. Soenardi dan M. Romli. 1994. Pengaruh waktu tanam terhadap pertumbuhan dan produksi pada empat galur wijen. Prosiding Seminar Sehari Pengembangan Pertanian Berwawasan Lingkungan Dalam Era Globalisasi. Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya.10 September 1994. Suddiyam, P., S. Maneekhao, 1997. Sesame (Sesamum indicum L.). A guide book for field crops production in Thailand. Field Crops Research Institute. Departmen Agriculture. 166 pp. Syukur, A. 2005. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat-sifat nanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 5(1): 30-38. Widiana, G.N. 1994. Peranan EM-4 dalam meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah. Buletin Kyusei Nature Farming, 5: 28-43. Wijaya, 2009. Keragaman sifat wijen (Sesamum indicum L.) generasi M3 hasil irradiasi sinar gama 60Co di lahan pasir pantai. Yuwono, N.W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9(2): 137-141. TRANSLATE FOR LN INTRODUCTION Land sand beach in Indonesia with an area ± 1.06 million ha (Kertonegoro, 2009) is one of the significant potential for agricultural development, and is expected to be used as a substitute for soil shrinkage due to conversion to nonagricultural. The land is marginal land with low productivity, characterized by the dominant soil constituent material composed of sand, so that the water holding power is very low. Land use beach sand for productive cultivation is still wide open (Kastono, 2007). Sesame cultivation will potentially improve the productivity of the land if selected varieties suitable for the environmental conditions (Budi, 2007). Wide varieties used to be adjusted with the aim of planting, climatic conditions (water availability) and soil.
15
Some of the excess sand beach land for agriculture namely: broad, flat, rarely floods, abundant sunshine, and the depth of the shallow groundwater (Yowono, 2009). However, the low organic matter content of soil aggregates that affect soil structure unravel. Provision of organic matter (manure) is one way in improving the quality of the land (Sanchez, 1992). Organic matter can improve soil fertility physical, chemical and biological. Organic matter is a source of energy for soil microorganisms thus increasing the population of microorganisms, which in turn can improve the availability of nutrients (Buckman & Brady, 1982; Widiana, 1994). Provision of organic material such as manure improves soil structure, soil aggregate stability, water holding power, permeability, his award, aeration and root development (Rajiman, 2011). Cow manure is a source of organic material containing nitrogen (N) 1.05%, phosphorus (P) 0.5%, potassium (K) 0.73%, 0.13% Mg, 0.11% Ca, and Fe 7569 ppm, pH 6.5 (Musofie, 2008). In the reshuffle of organic material will be removed minerals plant nutrients N, P, K, Ca, Mg and S, as well as micro nutrients in a relatively small number (Rosmarkam and Yowono, 2002). The addition of organic matter can reduce the dependence of inorganic fertilizers and support efforts to achieve sustainable agriculture. Research in India in 2002-2004 on sesame plants showed that the use of organic matter derived from 75 kg / ha wood ash + 3.75 t / ha manure + 900 kg / ha neem compost + 75 kg / ha + 20 kg fish bones / ha sulfur + phosphorus bacteria enriched with 5 kg / ha Azotobacter and Trichoderma viride (0.4%) in the treatment of seeds, provide real results on the number of pods, seed production and the BC ratio and high NMR (Duhoon et al., 2007 ). The results of the study of El-Habasha et al. (2007) stated that the use of organic materials in the cultivation of sesame plants naturally protect the environment from pollution. Cow manure to increase the number of pods at 17.5%. Due to the presence of macro and micro elements contained in the organic fertilizer can increase plant height and number of books (nodes) thus increasing the amount polongpun. Fertilization in the form of 10 tons / ha of manure and NPK 100% enriched with biofertilizer Azospirillium and Phosfobakteria @ 2 kg / ha, giving tangible results on the number of pods, seed yield, and gives the highest yield 1.11 t / ha or 32,% higher than in the NPK recommendation alone, so an efficient supply of nutrients to improve results at the same sesame improvement of soil fertility / soil health (Palaniappan, 2003). Several varieties of sesame Indonesian well suited to be developed in the paddy field after rice and dry land, namely Sumberrejo Sumberrejo-1 and 4, 2 and Sumberrejo Sumberrejo-3 suitable for development in dryland (Mardjono et al., 2006). Thus varieties Sumberrejo Sumberrejo-1 and 3 are expected tolerant to cultivation on sandy land. One indicator is the level of production of sesame sesame oil. Sesame oil is low in saturated fatty acids and unsaturated fatty acids was 84%, so it is not harmful to good health (Suddhiyam and Maneekhao, 1997). In order for the sand land could be developed into a production center sesame required land quality improvement efforts through the beach sand organic fertilizer. This study aims to determine the effect of organic and inorganic N fertilizer, and a wide variety on the productivity of sesame, and economic analysis / feasibility analysis of sesame cultivation of land sand beach. MATERIALS AND METHODS 16
The experiment was conducted in the area of Central Java Purworedjo sand beaches from June to December 2011. Condition of this land has an organic matter content of 0.25% (low), pH 6.15 (sour), total N 0.17% (very low), 254 mg/100g available P, available K 0.05 cmol (+) / kg, 99% sand fraction (very porous), and KPK 0.90 cmol (+) / kg (Parwata, 2010). Salty wind speed is relatively high (can reach 40 km / h). Daily soil surface temperature can reach the range of 26.9 to 31.5 ° C (Sarjiyah, 1997). The materials used are sesame seeds, cow manure, inorganic fertilizer (N, P, K). The study design used was factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor is fertilization, consists of six kinds: control (without fertilizer), manure 10 tonnes / ha, NPK recommendation (100:100:50), manure 7.5 t / ha + 25% NPK dose recommendations of manure 5 t / ha + 50% NPK dose recommendations and manure 2.5 t / ha + 75% NPK dose recommendation. The second factor is the wide variety, consisted of three kinds: Sumberrejo-1, Sumberrejo-2, Local black. Experimental plots measuring 2 mx 3 m, with a spacing of 25 cm x 60 cm. Variables observed were: plant height, age of first flowering, seed weight per plant, number of pods per plant, harvest, weight of 1000 seeds, and oil content (Soxhlet method). Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and Duncan test further test with 5%. Parameters include the feasibility of the Internal Rate of Return (IRR = rate of return on investment), and Benefit Cost Ratio (B / C Ratio = ratio of income and expenses), and Payback Period (PP = the period return of investment). RESULTS AND DISCUSSION height of plants Growth is a process in which plant life resulting in greater size changes that determine crop yield and is due to the interaction between the various internal factors (genetic) and elements of climate, soil, and environmental biology of plants (Rukmana, 1999). Effect of organic and inorganic fertilizer there is no interaction with sesame varieties of treatment (Table 1.). Plant height at the fourth and eighth weeks have increased due to fertilizer treatment. At the twelfth week of the control plants reached 82.83 cm, higher than plants treated with organic fertilizer only, inorganic alone, or a combination thereof. In the fourth week, three varieties showed differences in growth, while the eighth and twelfth week is no different. It shows three varieties of the same growth response in the land of sand beach. Delivered by Okpara (2007) about the study results sesame, that the addition of N, and P gives real results in an increase in plant height, number of branches / plant, Leaf Area Index, dry weight and seed yield. Table 1. Influence of organic and inorganic fertilizers as well as varieties of the sesame plant height in sand land Purworedjo. Treatment Plant height (cm) Week 4 Week 8 Week 12 fertilization Controls a 11.17 *) 43.22 a 82.83 c Cow manure 10 tonnes / ha 26.00 c 59.64 a 56.22 ab NPK 100:100:50 17.00 b 62.00 b 63.78 ab Cow manure 7.5 t / ha + 25% NPK 17.00 b 78.11 c 76.11 bc Cow manure 5 tonnes / ha + 50% NPK d 67.56 30.44 69.89 bc abc 17
Cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK 69.89 27.00 c 65.33 bc abc varieties Sumberrejo b-1 22.72 62.19 65.22 tn tn Sumberrejo-2 23.72 65.43 c 71.72 A local black 17.86 58.60 74.12 KK (%) 5.29 15.21 15.79 Description: *) Figures are accompanied by the same letter within a column are not significantly different at 5% Duncan test. tn: not significantly different. Rifin (1990) stated that the lack of water in the plant vegetative phase did not experience a direct influence on the result, but the growth of plant parts, such as rods will be hampered. When compared with the sesame plant that grows in the normal range as in paddy fields, plant height of observation above is still relatively low. The low height of sesame to local beach sand microclimate due to extreme circumstances and the limited availability of water and nutrients. Habitus a plant that is too high is not good for high wind speed areas because it can trigger the plants easily collapsed or broken stems. Age flowering There is no interaction effect between treatment and fertilization in flowering sesame varieties (Table 2.). Age flowering phase is the phase transition from vegetative to the generative phase. If the vegetative phase too fast there will usually be a problem in the generative phase. Age flowering of a plant closely related to the age of the harvest. Basically the faster a flowering plant, it will be the longer grain filling phase and the faster the crop can be harvested. The results showed that the fastest flowering date was 45 days in the control treatment, whereas the longest in the treatment of cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK, which is 47.2 days. The addition of organic fertilizer 1-2 days delay flowering. All three varieties tested showed the same flowering date. Environmental sesame plants grown in sand land with all good cekamannya related to the temperature and nutrient limitations, can affect the crop cycle, which is related to the age of interest. High temperatures above the optimum can influence the metabolism of plants that bloom faster. In the treatment of organic fertilizer soil conditions can be improved so that the temperature is maintained and flowering ground is not too fast. This is in line with Nath et al (2002) that high temperatures accelerate the appearance of the first flowers on the sesame plant.
Table 2. Influence of fertilizer treatment and a wide variety of the flowering date, maturity, seed weight / plant, weight of 1000 seeds and sesame oil content in beach sand land Purworedjo. Treatment of Age flowering (days)
Harvesting
18
(days) (G) (g)
Weight Weight The
seeds of content
/ 1000 of
the
plant seeds oil
(%) fertilization Controls a 45.00 *) 97.00 a 4.37 b 1.30 a 30.36 a Cow manure 10 tonnes / ha 105.00 b 46.78 bc 5.42 d 2.19 e 51.73 e NPK 100:100:50 105.33 46.11 b 4.90 c 1.99 d 49.17 bc bc Cow manure 7.5 t / ha + 25% NPK bcd 107.00 4.94 46.55 bc bc 1.80 bc 49.60 c Cow manure 5 tonnes / ha + 50% NPK 105.00 b 46.56 bc 4.83 bc 1.83 bc 46.49 b Cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK 47.22 d 105.00 b 4.05 a 1.35 a 50.46 d varieties Sumberrejo-1 46.33 104.17 tn tn 4.81 b 1.77 b 48.57 c Sumberrejo-2 46.55 104.00 4.85 b 1.97 c 45.40 b Local black 104.06 46.22 4.60 a 1.51 a 44.92 a KK (%) 3.49 4.21 3.87 4.07 0.98 Description: *) Figures are accompanied by the same letter within a column are not significantly different at 5% Duncan test. tn: not significantly different.
harvesting Harvesting is the age of the plant to complete the entire life cycle, which is closely related to flowering. The faster a plant enters the flowering phase, the sooner it will be entering a phase of crop plants. Based on the analysis results for harvesting, has averaged between treatments were almost the same, ie 105 days (Table 2). Compared with controls, the addition of fertilizer delaying harvest 8-10 days. The higher dose of organic fertilizer will increase the life of the harvest. The addition of organic fertilizers led to better water availability. Three varieties tested did not show differences in maturity. Sesame is a short-day plant, about 7 hours per day. The longer the day, the harvest will be even faster (Soenardi, 1994). It can be used in planting strategies related to local rainfall. In the land of sand beach, intensity of solar radiation is high enough with long exposure higher than mountainous area in general is often hindered cloud (Nath, et al., 2003). Associated with the harvest, the indeterminate nature of sesame make fruit ready for harvest uneven, giving rise to a longer harvest time and if not handled properly will cause considerable yield loss because the pods are ripe and not rupture a pod harvest. Weight of seeds per plant Seed weight per plant are presented in Table 2. Seed is the main result desired in sesame cultivation. This variable is strongly influenced by the growth variables. Growth inhibition may reduce or negate the result (Wijaya, 2009). The addition of nutrients S, N, P, and K from organic and inorganic fertilizers can serve as factors besides generating function in improving grain yield (Devakumar and Giri, 1998). Treatment of manure 10 tonnes / ha achieved the best results for seed weight 19
per plant ie 5.42 g (equivalent to 361 kg / ha), an increase of 24% compared to controls. N fertilization at doses of 100-200 kg / ha affect the amount of interest generated, and the number of seeds and oil content in sesame grown in sand soil (El-Nakhlawi and Shaheen, 2009). Yielding varieties and Sumberrejo Sumberrejo-1-2 reaches 5% of seed yield better than local varieties which only reached 4.60 g (equivalent to 307 kg / ha). It appears that the dose of manure 10 t / ha in this study is still lacking. In a kind of land, Gratitude (2005) found that cattle manure 20 tonnes / ha of soil that is capable of improving the quality of water increases the binding ability and the availability of ammonium and nitrate thus increasing the growth and yield on caisim. Weight of 1000 seeds Weight of 1000 seeds is a component that is closely related to the results of large seeds and weight of each seed. This parameter is also a component of the results that directly affect the size of sesame crop productivity. But with sesame varieties planted Sumberrejo-1 and Sumberrejo-2 and Local varieties of black sand beach on the land, the potential results are still classified in accordance with the normal potential description of the sesame crop yield potential (Mardjono et al., 2006). The addition of nutrients derived from cow manure 10 tonnes / ha can increase the weight of 1000 seeds by 68%, from 1.30 g to 2.19 g in the treatment of manure 10 tonnes / ha. Delivered by Haruna and Abimiku (2012), that the organic fertilizer at a dose of 2.5 tons / ha gave good results in the increase of the parameter number of pods, pod weight / plant, number of seeds / plant and weight of 1000 seeds. Total oil content Hwang (2005) stated, the proximate composition of sesame seeds vary in terms of varieties, seed color and seed coat surface properties. Oil content is influenced by plant growth conditions, the average daily temperature, the rate of temperature during the reproductive stage (Kuzayli et al., 1966). Addition of either organic fertilizer treatment or in combination with NPK significantly increased the 53-70% sesame seed oil content compared to controls. However, the highest content of sesame oil (51.73%) was obtained in the treatment of cow manure 10 tonnes / ha. Sharar et al. (2000), said that the oil content in sesame influenced by the rates of nutrient / fertilizer, such as N and P, as well as influenced by differences in soil and climatic conditions. Oil content increased up to 75 kg N fertilizer and 50 kg P. Hasan et al. (1999) suggested the development of a test result sesame kinds of local populations in Turkey were planted at various locations to determine the quality of sesame oil, obtained results of total oil and fatty acid content varied, so the planting location determines the quality of the oil production. While Egbekun and Ehieze (1997), in Nzikou (2009), said that the production of oil products is influenced by crop varieties, seed maturation phase, the system of cultivation and extraction methods are applied. The existence of an essential nutrient and contained in the manure will improve retention and nutrients that act as a source of nutrients in the soil that will affect root development. So it is with the addition of NPK fertilizer sourced from an organic source of nutrients will increase, contributing to the growth of plant parts and organs will eventually lead to increased photosynthetic area, which in turn affects the outcome of dry matter (Harma, 2011). 20
Economic feasibility parameters (B / C ratio, IRR, and Payback Period) Analysis of feasibility or feasibility study is also called activity to assess the extent of the benefits that can be obtained in carrying out a business activity. The results of this analysis are used as a material consideration in making a decision, whether to accept or reject the idea of a business. Understanding feasible in this case is the possibility of a business idea that will be implemented to provide benefits in terms of financial and social benefits (Novania, 2001). With the feasibility analysis of the risk of failure is expected in the product can be avoided. By knowing the value of B / C ratio, IRR and payback period it can be seen the rate of profit on investment alternatives, and can determine investment priorities, so that the investment can be avoided only waste resources.
Table 3. Results of the analysis of B / C ratio, IRR, and payback period are influenced by fertilization and wide varieties of sesame in Purworedjo beach sand land. Fertilization treatment and varieties of Economic Indicators B / C R IRR PP Control, Sumberrejo-1 1.12 11% 6.2 Control, Sumberrejo-2 1.31 24% 2.4 Control, Local black 0.79 0% 0 Cow manure 10 tonnes / ha, Sumberrejo-1 1.75 43% 0.6 Cow manure 10 tonnes / ha, Sumberrejo-2 1.91 48% 0.5 Cow manure 10 tonnes / ha, Local black 1.14 12% 3.5 NPK 100:100:50, Sumberrejo-1 1.59 37% 0.8 NPK 100:100:50, Sumberrejo-2 1.75 43% 0.6 NPK 100:100:50, Local black 1 1.01% 6.6 Cow manure 7.5 t / ha + 25% NPK, Sumberrejo-1 1.63 39% 0.7 Cow manure 7.5 t / ha + 25% NPK, Sumberrejo-2 1.75 43% 0.6 Cow manure 7.5 t / ha + 25% NPK, Local black 6.0 1.08 7% Cow manure 5 tonnes / ha + 50% NPK, Sumberrejo-1 1.22 18% 2.1 Cow manure 5 tonnes / ha + 50% NPK, Sumberrejo-2 1.30 23% 1.5 Cow manure 5 tonnes / ha + 50% NPK, black Locale 0.90 0% 0 Cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK, Sumberrejo-1 1.36 27% 1.4 Cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK, Sumberrejo-2 1.65 40% 0.8 Cow manure 2.5 t / ha + 75% NPK, Local 4% black 1.05 11.1 Description: B / CR = Benefit and Cost ratio (the ratio of income and expenses). IRR = Internal Rate of Return (rate of return on investment). PP = Payback Period (period return of investment). From the analysis it can be stated that the cultivation of sesame in beach sand land by applying organic fertilizer varieties and Sumberrejo Sumberrejo-1-2 provide prospective feasibility, particularly evident in the treatment of organic manure 10 tonnes / ha with a variety Sumberrejo-2. It is seen from the aspect of assessment for the B / C ratio which indicates the value of more than 1, which means in this business gives an overview of the income is higher than the cost of 21
operations, namely 1.91. While the views of the IRR, also providing value that exceeds the rate of returns perfectly reasonable interest / higher return than if the capital is stored in the form of deposits, which amounted to 48%. Furthermore, from the aspects payback period indicates the return on capital very quickly that only one harvest in the capital has been able to return, the value is 0.5. For comparison, the feasibility of the research farm onion with technology ameliorant on land sand beaches are also able to improve soil fertility and increase the yield of sand beach, with a B / C ratio of 2.4 and P / C ratio of 3.4 (Setyono and Suradal, 2005).
CONCLUSION From the results of research carried out in the land of sand beach, it can be concluded that the 10 tons of organic fertilizer / ha significant effect in increasing the production and content of sesame oil in the land of sand beach. Yielding varieties of sesame Sumberrejo-1 and-2 Sumberrejo more productive than local varieties. Sesame cultivation in sand land by applying organic fertilizer 10 tons / ha with a variety Sumberrejo-2 provides prospective economic viability and efficient achievement of B / C ratio of 1.91, 48% IRR and PP 0.5.
22