386
Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh Meylis1*, Sarah1, A. Munir2, Dirwan1, Azmeri1, dan Masimin1 1 2
Universitas Syiah Kuala
Ranting Dinas Pengairan Aceh Besar *
[email protected]
Intisari Persoalan utama yang terjadi pada Daerah Irigasi Krueng Aceh adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air irigasi di musim tanam gadu. Jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh juga mengalami pergeseran setiap tahunnya. Jadwal tanam untuk musim rendengan yang direncanakan pada bulan Oktober bergeser ke bulan November, sedangkan untuk musim tanam gadu direncanakan pada bulan April bergeser ke bulan Juni. Akibat dari pergeseran jadwal tanam tersebut mempengaruhi produktivitas padi yang berdampak pada ketahanan pangan daerah. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap produktivitas padi pada D.I. Krueng Aceh. Metode studi yang digunakan ialah dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder terdiri dari data debit andalan, debit pengambilan rencana, jadwal tanam rencana, dan hasil panen padi dari tahun 2008 hingga 2012, sedangkan data primer meliputi survei lapangan pada saluran primer dan survei ke sawah. Data primer ini dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi dengan mengukur tinggi muka air pada waktu pengambilan maksimum. Pengamatan tersebut dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni hingga bulan Juli tahun 2012. Tinggi muka air pada saluran primer dibaca melalui peil scale yang terdapat pada bangunan ukur ambang lebar. Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan adanya pergeseran jadwal tanam yang dilakukan oleh petani mengakibatkan produktivitas padi menurun antara 0,85% sampai 6,64%. Kesimpulan yang didapat dari studi ini adalah selama 5 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai tahun 2012, jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh mengalami pergeseran. Pergeseran jadwal tanam tersebut mempengaruhi produktivitas padi dan mengakibatkan ketidakcukupan debit untuk mengairi sawah. Kata kunci: pergeseran, jadwal tanam, produktivitas
387
PENDAHULUAN Irigasi Krueng Aceh merupakan irigasi teknis yang dibangun pada tahun 1992 dan suplai airnya berasal dari Sungai Krueng Aceh. Setelah Daerah Irigasi Krueng Aceh dibangun, produktivitas padi yang awalnya hanya 2,5 ton/ha diharapkan meningkat menjadi 6 ton/ha. Pola tanam yang diterapkan pada D.I. Krueng Aceh ialah padi-padi dengan dua musim tanam. Musim tanam pertama (musim rendengan) berada pada bulan Oktober sampai bulan Januari. Pada musim rendengan ini, seluruh areal persawahan dapat diairi yaitu seluas 6640,36 ha. Untuk musim tanam kedua (musim gadu) berada pada bulan April sampai bulan Juli. Pada musim tanam tersebut, areal persawahan yang dapat diairi seluas 4174,33 ha. Persoalan utama yang terjadi pada D.I. Krueng Aceh adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air irigasi di musim tanam gadu. Dinas Pengairan Aceh Besar menyatakan bahwa debit andalan Sungai Krueng Aceh pada musim kering rata-rata 5,59 meter kubik per detik (Serambi Indonesia, 30 Juni 2011). Jadwal tanam pada D.I. Krueng Aceh juga mengalami pergeseran setiap tahunnya. Jadwal tanam untuk musim rendengan yang direncanakan pada bulan Oktober bergeser pada bulan November, sedangkan untuk musim tanam gadu direncanakan pada bulan April bergeser ke bulan Juni. Akibat dari pergeseran jadwal tanam tersebut, berpengaruh terhadap produktivitas padi sehingga berdampak pada ketahanan pangan daerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi terhadap permasalahan ini. Adapun tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap produktivitas padi pada Daerah Irigasi Krueng Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Ketersediaan Air Sungai Ketersediaan air sungai adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) pada suatu sungai dengan jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Air yang tersedia tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air domestik (air minum dan rumah tangga) dan non domestik (perdagangan, perkantoran) dan industri, pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan, irigasi, dan pembangkit listrik tenaga air. Untuk pemanfaatan air, perlu diketahui informasi ketersediaan debit andalan (Triatmodjo, 2009). Menurut Anonim 1 (1986), bila kebutuhan air tidak dapat dipenuhi oleh hujan, maka untuk mengairi sawah diperlukan sumber air yang berasal dari sungai. Debit sungai yang dapat diandalkan sebagai dasar perencanaan untuk kebutuhan air disebut debit andalan. Debit andalan untuk perencanaan irigasi adalah debit sungai dengan kemungkinan tak terpenuhi 20% atau dengan kata lain debit sungai dengan kemungkinan terpenuhi 80%. Debit Pengambilan (Qp) Kebutuhan irigasi adalah bagian dari penggunaan konsumtif yang harus disediakan oleh irigasi. Kebutuhan air irigasi dianalisis berdasarkan kebutuhan air tanaman (di lahan) dan kebutuhan air pada bangunan pengambilan (di bendung).
388
Debit pengambilan (Qp) ditentukan oleh kebutuhan dan luas daerah yang akan diairi ( Anonim 2, 1986). Bangunan Pengukur Debit Bangunan pengukur debit yang di pakai di hulu saluran primer pada bendung Krueng Aceh adalah alat ukur ambang lebar. Anonim 3 (1986) menyebutkan bahwa bangunan ukur ambang lebar dianjurkan untuk dibuat karena memiliki kelebihankelebihan seperti bentuk hidrolis luwes dan sederhana, konstruksi kuat dan tidak mahal, benda-benda hanyut dapat dilewatkan, serta operasinya mudah. Alat Pengukur Tinggi Muka Air Salah satu pengukuran tinggi muka air pada saluran primer yaitu secara manual. Pengukuran secara manual adalah dengan melihat peil scale (papan duga). Dari papan duga tersebut dapat diketahui tinggi muka air saat itu (Windarta, 2000). Agar debit yang mengalir dapat diketahui dengan mudah, maka digunakan tabel hubungan tinggi muka air dengan debit. Hubungan tinggi muka air dengan debit pada bangunan ukur ambang lebar yang terdapat pada saluran primer dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.
Hubungan tinggi muka air dan debit pada bangunan ukur ambang lebar (saluran primer) Tinggi muka air (h) (cm)
Debit (Q) (m3/dt)
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,28 0,792 1,455 2,24 3,131 4,116 5,187 6,337 7,561 8,856
Sumber : Ranting Dinas Pengairan Seulimum, 1995
METODOLOGI STUDI Lokasi Lokasi penelitian berada di Desa Seunebok, Kecamatan Selimum, Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam studi ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari survei lapangan pada saluran primer dan survei ke sawah. Data sekunder diperoleh dari pihak Dinas terkait seperti Ranting Dinas Pengairan
389
Seulimum, Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, dan Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Besar. Data primer meliputi debit aliran dari bangunan pengambilan bendung irigasi Krueng Aceh yang mengalir pada saluran primer. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi untuk mengukur tinggi muka air pada waktu pengambilan maksimum. Pengamatan tersebut dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni hingga bulan Juli tahun 2012. Untuk data sekunder meliputi data debit andalan, debit pengambilan rencana, jadwal tanam rencana, dan hasil panen padi dari tahun 2008 hingga 2012 pada D.I. Krueng Aceh. Analisis Data Data sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya dianalisis pergeseran jadwal tanamnya dari tahun 2008 sampai 2012. Untuk data primer, tinggi muka air dibaca melalui peil scale yang terdapat pada saluran primer dengan bangunan ukur ambang lebar. Bangunan ukur ambang lebar tersebut lokasinya 500 meter dari bendung Krueng Aceh. Dari tinggi muka air yang telah diperoleh, dapat diketahui debit pengambilan saat pengamatan (Qp real) dengan menggunakan tabel hubungan tinggi muka air dan debit. Debit yang telah diperoleh kemudian dirata-ratakan per bulannya dan dibandingkan dengan debit pengambilan rencana (Qp desain) pada musim tanam gadu. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Data Debit andalan dan debit pengambilan rencana yang diperoleh Dari Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, Aceh Besar disajikan pada Tabel 2. Untuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik ini berdasarkan jadwal tanam rencana. Tabel 2. Debit andalan dan debit pengambilan rencana pada D.I.Krueng Aceh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Debit andalan (m3/dtk) 11,09 11,97 14,88 19,28 21,82 9,92 5,96 4,49 5,84 15 27,75 29,88
Debit pengambilan (m3/dtk) 6.28 0 0 7.54 6.21 6.21 3.77 0 0 12.57 10.35 10.35
390
Gambar 1.
Grafik debit andalan dan debit pengambilan rencana
Jadwal tanam rencana pada D.I. Krueng Aceh ditampilkan pada Tabel 3. Untuk hasil panen padi pada D.I. Krueng Aceh ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 3. Jadwal tanam rencana pada D.I. Krueng Aceh No 1 2
Musim Tanam Rendengan Gadu
Bulan Oktober - Januari April – Juli
Sumber : Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, 1995
Tabel 4. Hasil panen padi pada D.I. Krueng Aceh No 1 2 3 4 5 6 7 8
Musim Tanam Rendengan Gadu Rendengan Gadu Rendengan Gadu Rendengan Gadu
Tahun 2008/2009 2009 2009/2010 2010 2010/2011 2011 2011/2012 2012
Hasil Panen (ton) 37197,26 24832,97 37350,33 24479,39 37252,42 24771,25 37385,23 Belum panen
Sumber : Ranting Dinas Pengairan Blang Bintang, 1995
Analisis Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi Produktivitas padi dipengaruhi oleh jadwal tanam, ketersediaan air irigasi, dan peran P3A dalam pengoperasian sarana irigasi. Nilai produktivitas padi akan maksimal jika padi yang dihasilkan memiliki koefisien produktivitas yang tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh tersedianya debit pengambilan untuk kebutuhan irigasi. Tabel 5 berikut menampilkan nilai produktivitas padi dengan jadwal tanam yang telah bergeser untuk setiap musim tanam selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Apabila jadwal tanam yang terealisasi sesuai dengan perencanaan, nilai produktivitas padi akan tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila jadwal tanam yang terealisasi bergeser dari jadwal rencananya maka produktivitas padi akan menurun. Pada Tabel 6 dapat dilihat hasil penurunan produktivitas padi ketika jadwal tanam telah bergeser. Pada musim rendengan tahun 2008/2009 mengalami penurunan produksivitas yang cukup besar mencapai 6,64%, sedangkan
391
pada musim tanam gadu tahun 2010 mengalami penurunan produktivitas sebesar 2,26%. Oleh karena itu, untuk mempertahankan produktivitas padi di D.I. Krueng Aceh ini, perlu adanya rekomendasi-rekomendasi yang dapat memberikan solusi dari permasalahan yang telah terjadi. Tabel 5. Hubungan pergeseran jadwal tanam dengan produktivitas padi Koefisien produktivitas Produktivitas (ton) Musim Tahun Bulan (ton/ha) Tanam Renc Real Renc Real Rendengan 2008/2009 Nov – Feb 6.00 5.60 39842.16 37197.26 Gadu 2009 Mei – Agt 6.00 5.95 25045.98 24832.97 Rendengan 2009/2010 Des – Mar 6.00 5.62 39842.16 37350.33 Gadu 2010 Jun – Sept 6.00 5.86 25045.98 24479.39 Rendengan 2010/2011 Nov – Feb 6.00 5.61 39842.16 37252.42 Gadu 2011 Mei – Agt 6.00 5.93 25045.98 24771.25 Rendengan 2011/2012 Nov – Feb 6.00 5.63 39842.16 37385.23 Gadu 2012 Jun - Feb 6.00 Sumber : Dinas Pengairan Aceh Besar, 2012
Tabel 6. Penurunan produktivitas padi akibat pergeseran jadwal tanam Musim Produktivitas (ton) Penurunan Tahun Rencana Realisasi Produktivitas (%) Tanam
Rendengan Gadu Rendengan Gadu Rendengan Gadu Rendengan Gadu
2008/2009 2009 2009/2010 2010 2010/2011 2011 2011/2012 2012
39842,16 25045,98 39842,16 25045,98 39842,16 25045,98 39842,16 -
37197,26 24832,97 37350,33 24479,39 37252,42 24771,25 37385,23 -
Sumber : Dinas Pengairan Aceh Besar, 2012
6,64 0,85 6,25 2,26 6,50 1,10 6,17
Analisis Debit Pengambilan Saat Pengamatan (Q real) Setelah dilakukan penelitian selama 2 bulan, maka diperoleh tinggi muka air pada saluran primer. Kemudian dianalisis untuk memperoleh debit dengan menggunakan tabel hubungan tinggi muka air dan debit, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Untuk perbandingan antara Qp desain dengan Qp real disajikan pada Tabel 8, sedangkan grafik perbandingan antara Qp desain dengan Qp real disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut. Tabel 7. Tinggi muka air rata-rata (H) dan debit pengambilan rata-rata (Qp real) saat pengamatan No 1 2
Bulan Juni Juli
Masa Penyiapan lahan Pertumbuhan padi
H (cm) 79,4 68,6
Qp real (m3/dtk) 6,387 5,276
392
Tabel 8. Hasil penelitian debit pengambilan real pada bulan Juni-Juli tahun 2012 No
Masa
1 2
Penyiapan lahan Pertumbuhan padi
Qp desain (m3/dtk) 7.54 6.21
Qp real (m3/dtk) 6.387 5.276
Keterangan Tidak Terpenuhi Tidak Terpenuhi
Gambar 2. Grafik debit pengambilan rencana (Qp desain) dan debit pengambilan real (Qp real) Petani melakukan pengolahan tanah di musim tanam gadu tahun 2012 pada bulan Juni. Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa debit rencana untuk masa pengolahan tanah adalah 7,54 m3/dtk. Namun, dikarenakan debit pengambilan saat pengamatan yang ada hanya 6,387 m3/dtk, maka kebutuhan air pada masa olah tanah kurang mencukupi. Begitu juga pada masa pertumbuhan padi, banyak sawah yang kekurangan air. Tabel 9. Pengaruh pergeseran jadwal tanam terhadap debit Qp real pada musim tanam gadu tahun 2012 Masa Penyiapan lahan Pertumbuhan padi Panen
Waktu Mulai Pengerjaan
Qp desain (m3/dtk)
April Mei Juni Mei Juni Juli Juli Agustus September
7.54 7.54 7.54 6.21 6.21 6.21 3.77 3.77 3.77
Qp real (m3/dtk) 19.28 21.82 9.92 21.82 9.92 5.96 5.96 4.49 5.84
Keterangan Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Tidak terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi
Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa apabila jadwal tanam yang sudah ditetapkan
393
bergeser, maka akan berpengaruh pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan debit pengambilan. Tampak bahwa jika waktu mulai masa penyiapan lahan dari bulan April dan bulan Mei, maka kebutuhan air terpenuhi. Namun ketika masa penyiapan lahan dimulai dari bulan Juni kebutuhan air tidak terpenuhi. Saat padi kekurangan air, hal ini dapat berdampak pada keretakan tanah dan padi banyak yang layu bahkan ada yang mati. Ketidakcukupan air yang terjadi pada sawah disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3. Foto daerah sawah yang mengalami kekurangan debit KESIMPULAN Kesimpulan a. Jadwal tanam pada Daerah Irigasi Krueng Aceh mengalami pergeseran di setiap tahunnya. b. Produktivitas padi yang diperoleh dari jadwal tanam yang mengalami pergeseran lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas padi yang diperoleh dari jadwal tanam yang tidak mengalami pergeseran jadwal tanamnya. c. Penyiapan lahan yang dimulai dari bulan Juni saat musim tanam gadu mengakibatkan ketidakcukupan debit pengambilan. d. Pergeseran jadwal tanam mempengaruhi produktivitas padi, nilai maksimum penurunan produktivitas yang terjadi 6,64 % dari produktivitas rencana awal. Saran a. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan khususnya kepada petani agar lebih memahami dan mematuhi arahan dari pihak Dinas Pengairan untuk melaksanakan jadwal tanam sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini
394
guna untuk memajukan ketahanan pangan daerah, khususnya daerah Aceh Besar yang berdampak pada ketahanan nasional. b. Perlu pembinaan kepada Keujreun Blang (Perkumpulan Petani Pemakai Air) agar lebih aktif dalam memberi informasi kepada petani mengenai rencana jadwal tanam di setiap musim tanam. c. Perlu dibuat suatu waduk di daerah Selimum yang dapat menyuplai air ke daerah irigasi krueng aceh, mengingat debit Sungai Krueng Aceh pernah mengalami krisis. UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat kemurahan-Nya karya ilmiah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Terima kasih kepada Bapak Ijal dan Saudara Akmal yang telah bekerja sama dan membantu dalam penyelesaian studi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. REFERENSI Anonim 1, 1996. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 01, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 79. Anonim 2, 1996. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 03, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 4. Anonim 3, 1996. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 04, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Halaman 7. Dinas Pengairan, 2012. Hasil Panen Daerah Irigasi Krueng Aceh, Dinas Pengairan Aceh Besar, Jantho. Ranting Dinas Pengairan Selimum, 1995. Profil Daerah Irigasi Krueng Aceh, Dinas Pengairan Aceh Besar, Jantho. Serambi Indonesia, 30 Juni 2011. Hampir 50 % Sawah Tidak Terairi Di Aceh Besar. Triatmodjo, B., 2009. Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta, Halaman 309. Windarta, J., 2000, Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang Dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Web, Institute Pertanian Bogor, Bogor.