PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
ABSTRAK Penerapan teknologi yang masih sederhana di tingkat petani, berakibat pada rendahnya produktivitas dan pendapatan petani. Perbaikan teknologi dan sistem budidaya padi sawah diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui penerapan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) Padi sawah. Suatu kajian tentang pengaruh perbaikan penerapan teknologi terhadap pendapatan petani telah dilakukan di Kelurahan Taba Penanjung, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah pada MT. II (Juni-September) tahun 2012. Pengkajian bertujuan untuk : 1) mengetahui keragaan budidaya padi eksisting di tingkat petani dan 2) pengaruh penerapan komponen teknologi PTT padi sawah terhadap pendapatan petani. Pengkajian dilakukan di lahan 7 petani kooperator seluas 5 ha di Kelurahan Taba Penanjung. Data yang dikumpulkan meliputi keragaan teknologi eksisting serta biaya input dan output usahatani padi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan matematis. Dari hasil kajian diketahui bahwa penerapan teknologi dalah usahatani padi petani kooperator masih tergolong sederhana. Usahatani padi sawah melalui penerapan teknologi PTT menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani eksisting yang diterapkan oleh petani. Pendapatan petani meningkat 137,29% dari sebelum penerapan teknologi. Produksi padi sawah yang sebelumnya sebesar 2.379 kg GKP meningkat menjadi 5.643 kg GKP. Dilihat dari aspek R/C ratio dan B/C ratio, usahatani padi sawah dengan penerapan komponen teknologi PTT yang direkomendasikan lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi budidaya eksisting di tingkat petani, dengan masing-masing nilai R/C ratio dan B/C ratio pada teknologi eksisting adalah 2,28 dan 1,28 menjadi 3,29 dan 4,29 pada saat penggunaan komponen teknologi PTT padi sawah. Kata kunci : penerapan, teknologi, pendapatan, dan PTT padi sawah
PENDAHULUAN Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan secara nasional. Padi memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional (Wibawa, 2008). Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu sentral penghasil beras di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu tahun 2010, tingkat produktivitas padi di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu 3,68 ton/ha, lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas di tingkat provinsi, yaitu 3,87 ton/ha. Produktivitas tersebut masih dapat ditingkatkan, salah satunya adalah dengan melakukan perluasan areal tanam dan peningkatan adopsi atau penggunaan teknologi pertanian. Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani yang meliputi: varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami atau pupuk kandang ke sawah dalam bentuk kompos, pengaturan populasi tanaman secara optimum, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu), pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda (<21 hari), tanam bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan dengan landak atau gasrok, serta panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang Pertanian, 2010). Sebagai upaya percepatan transfer teknologi pertanian ke petani, diseminasi perlu dilakukan. Strategi diseminasi yang diterapkan BPTP Bengkulu mengikuti prinsip Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yang diformulasikan oleh Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Strategi ini dimaksudkan agar teknologi dapat tersebar kepada pengguna secara luas dalam waktu relatif cepat dengan memanfaatkan jalur komunikasi (aktor dan media) secara optimal baik secara formal maupun informal. Prosesnya melalui generating agent (penghasil teknologi), delivery agent (penyalur teknologi), dan akhirnya kepada receiving agent (pengguna teknologi) (Badan Litbang
Pertanian, 2011). Mengacu pada prinsip SDMC, maka upaya diseminasi yang dilakukan BPTP Bengkulu sebagai UPT Badan Litbang Pertanian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi diantaranya adalah melalui demonstrasi teknologi dan pertemuan. Penerapan teknologi yang masih rendah di tingkat petani, berakibat pada rendahnya produktivitas dan pendapatan petani. Perbaikan teknologi dan sistem budidaya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbaikan penerapan teknologi terhadap pendapatan petani. BAHAN DAN METODA Pengkajian dilaksanakan melalui demplot dan sosialisasi teknologi di Kelurahan Taba Penanjung, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah. Demonstrasi plot (demplot) dilakukan pada MT. II tahun 2012 yaitu dari bulan Juni s/d September 2012 pada lahan sawah irigasi seluas 5,0 ha melibatkan 7 orang petani kooperator. Kegiatan dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) untuk merumuskan perbaikan teknologi budidaya padi dalam kegiatan demplot. Komponen PTT yang diterapkan antara lain 1) Varietas Unggul Baru (VUB), meliputi Inpari 14, Inpari 15, dan Inpari 20; 2) sistem tanam legowo 4:1; 3) bibit muda (umur <21 HSS); 4) jumlah tanaman 2-3 batang per lubang tanam; 5) dosis pupuk yang diintroduksikan adalah dosis rekomendasi spesifik lokasi berdasarkan hasil analisis tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yaitu 222 kg urea/ha + 50 kg KCl/ha + 240 kg phonska/ha. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi keragaan teknologi budidaya eksisting, data input dan output, serta data analisis usahatani. Data sekunder diambil dari data BPS dan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bengkulu Tengah. Data dianalisis secara deskriptif dan matematis untuk mengetahui peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Padi Sawah Eksisting Penerapan teknologi dalam usahatani padi petani kooperator masih tergolong sederhana. Hal ini terlihat pada penggunaan benih, umur persemaian, sistem tanam, dan dosis pemupukan. Rata-rata petani masih menggunakan benih tidak berlabel yang disisihkan dari hasil panen sendiri ataupun dengan cara menukar benih dengan petani tetangga. Umur persemaian antara 25-30 hari, dengan jumlah bibit 5-7 tanaman per lubang tanam. Umumnya petani menanam padi dengan jarak tanam tidak beraturan, terkait dengan upah tenaga kerja tanam yang dibayar secara borongan. Jarak tanam belum teratur, sebagian petani telah menggunakan sistem tegel atau lorong dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Di sisi pematang belum dibuat caren untuk pengendalian keong emas, sehingga petani masih ragu untuk menanam bibit 2-3 batang per lubang tanam, disamping masih menggunakan bibit tua. Hal ini menyebabkan pemborosan benih, 1 hektar pertanaman membutuhkan 36 kg benih padi. Petani melakukan pemupukan 1 kali selama musim tanam dengan dosis pupuk yang rendah (100 kg Urea + 50 kg SP-36 per hektar), masih jauh di bawah rekomendasi berdasarkan hasil uji tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah yaitu 250 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 50 kg KCl per hektar. Teknologi budidaya padi eksisting secara rinci tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Teknologi Budidaya Padi Eksisting di Kelurahan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012. No.
Sistem Budidaya
Uraian
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Benih yang digunakan Varietas yang sering ditanam Pola tanam dalam satu tahun Sistem tanam Pemupukan Penyiangan
Turunan Ciherang dan Batubara (Varietas lokal) IP 200 Tidak beraturan 1 kali (dosis : 100 kg urea dan 50 kg SP-36) Satu kali
Sumber : Tabulasi data primer tahun 2012.
Keuntungan rata-rata petani dari usahatani sawah sebesar Rp. 4.558.123 dengan standar deviasi +/- Rp. 3.464.050 sehingga kisaran keuntungan petani dari usahatani padi adalah antara Rp. 1.094.073 s/d Rp. 8.022.173 per hektar per musim tanam. Dari hasil analisis, usahatani padi sawah dengan sistem budidaya yang diterapkan oleh petani selama ini telah layak diusahakan dengan nilai B/C > 1 (Tabel 2). Namun, produktivitas yang dihasilkan masih lebih rendah dibandingkan dengan proktivitas rata-rata di Kabupaten Bengkulu Tengah (3.420 kg/ha). Sehingga perlu diupayakan peningkatan produktivitas melalui pendekatan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) padi sawah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Pengaruh Perbaikan Penerapan Teknologi Terhadap Pendapatan Petani Komponen teknologi yang diterapkan pada demplot mengacu pada komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Komponen PTT yang diterapkan antara lain meliputi 1) Varietas Unggul Baru (VUB), meliputi Inpari 14, Inpari 15, dan Inpari 20; 2) sistem tanam jajar legowo 4:1; 3) bibit muda (umur <21 HSS); 4) jumlah tanaman 2-3 batang per lubang tanam; 5) dosis pupuk yang diintroduksikan adalah dosis rekomendasi spesifik lokasi berdasarkan hasil analisis tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yaitu 222 kg urea/ha + 50 kg KCl/ha + 240 kg phonska/ha. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa melalui pendekatan PTT padi sawah ternyata mampu meningkatkan produktivitas hasil panen gabah kering panen (GKP) dan pendapatan petani. Analisis usahatani eksisting dan penerapan teknologi tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis usahatani eksisting dan usahatani dengan penerapan teknologi PTT padi sawah di Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012. No A 1 2
3
Uraian Pengeluaran (Rp) Benih (jumlah 1) Tenaga kerja - Semai - Biaya traktor - Penanaman - Penyiangan - Penyemprotan - Pemupukan - Pemanenan - Pengangkutan - Penjemuran Jumlah tenaga kerja (2) Pupuk - Urea - SP-36 - NPK Phonska - Pupuk cair - KCl Jumlah pupuk (3)
Biaya rata-rata usahatani Eksisting Pendekatan PTT 203.167,-
71.429
50.000,625.000,740.476,106.250,127.381,50.000,657.095,352.619,119.167,2.827.988,-
70.714 625.000 926.607 82.917 103.571 96.429 657.095 480.214 119.167 3.161.714
221.429,148.214,11.905,22.000,0,403.548,-
500.000 268.000 464.300 1.232.300
4
B C D E F
Pestisida - Insektisida - Herbisida - Fungisida - Moluksisida - Rodentisida Jumlah pestisida (4) Jumlah pengeluaran total (A) Panen (kg GKP) Harga jual (Rp. 3.400/kg) Keuntungan (C- A) (Rp.) R/C ratio B/C ratio
48.095,56.286,0,3.810,31.429,139.619,3.531.934,2.379 8.090.057,4.558.123,2,28 1,28
0 49.857 17.143 3.810 0 70.810 4.464.824,5.643 19.186.200,14.721.376,4,29 3,29
Sumber : Data primer terolah.
Usahatani padi sawah melalui penerapan teknologi PTT menghasilkan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani eksisting dengan sistem budidaya yang diterapkan oleh petani. Penerapan Varietas Unggul Baru (VUB), sistem tanam jajar legowo 4:1, bibit muda (umur <21 HSS), jumlah tanaman 2-3 batang per lubang tanam, serta dosis pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan status hara tanah berpengaruh positif terhadap produktivitas dan pendapatan petani, yang meningkat 137,29% dari sebelum penerapan teknologi. Meskipun dari aspek biaya terjadi peningkatan dikarenakan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman lebih banyak (karena petani belum terbiasa menanam dengan sistem tanam jajar legowo, sehingga memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan penanaman) dan biaya untuk pembelian pupuk meningkat dikarenakan aplikasi dosis rekomendasi, namun produksi dan pendapatan petani jauh lebih meningkat. Namun, teknologi PTT padi di spesifik lokasi pengkajian berdampak pada efisiensi dalam pengguanaan benih dan tenaga kerja dengan jenis pekerjaan penyiangan dan penyemprotan. Hasil pengkajian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2006) juga menunjukkan bahwa teknologi pendekatan model PTT padi dapat meningkatkan hasil antara 15-20% bila dibandingkan dengan nonPTT. Menurut Kaniawati (2012), varietas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tanaman. Pada dasarnya hasil gabah ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor tanah, tanaman, dan lingkungan (iklim). Faktor lingkungan (iklim) merupakan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, dan lain-lain, sementara itu faktor tanah dan tanaman dapat dimodifikasi agar cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. VUB padi sawah yang digunakan pada pengkajian adalah varietas Inpari 14, Inpari 15, dan Inpari 20. Ketiga varietas ini adaptif dengan iklim di Kabupaten Bengkulu Tengah serta tahan terhadap hama penyakit. Disamping itu, penggunaan sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produksi padi sawah yaitu dengan jalan menata populasi tanaman menjadi lebih tinggi. Jika sistem tanam biasa yang dilakukan petani 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm, populasi tanaman per ha hanya 200.000-250.000. sedangkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 populasi tanaman mencapai 300.000 rumpun per ha. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah merupakan salah satu faktor penting penentu produktivitas yang juga merupakan bagian dari komponen dasar yang seharusnya diterapkan oleh petani. Beberapa hal yang menyebabkan petani belum bisa melaksanakannya adalah terbatasnya ketersediaan pupuk dan kendala ekonomi. Selain itu disebabkan oleh rendahnya pengetahuan petani dan terbatasnya ketersediaan informasi mengenai teknologi pemupukan spesifik lokasi. Penggunaan bibit muda umur < 21 hari setelah tanam memberikan keuntungan, antara lain adalah tanaman tidak stres akibat pencabutan bibit di persemaian, pengangkutan dan penanaman kembali di sawah dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Penanaman bibit 1 – 3 batang per lubang tanam bermanfaat untuk efisiensi bibit, mengurangi persaingan antar tanaman dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan mengurangi persaingan dalam perkembangan akar, memudahkan penyulaman jika ada tanaman yang rusak atau mati dalam pertumbuhan awal, serta pertumbuhan vegetatif akan lebih baik dengan jumlah anakan yang lebih banyak (Badan Litbang Pertanian, 2010).
Dilihat dari aspek R/C ratio dan B/C ratio, usahatani padi sawah dengan penerapan komponen teknologi PTT yang direkomendasikan lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi budidaya eksisting di tingkat petani, dengan masing-masing nilai R/C ratio dan B/C ratio pada teknologi eksisting adalah 2,28 dan 1,28 menjadi 4,29 dan 3,29 pada saat penggunaan komponen teknologi PTT padi sawah. Senada dengan hasil analisis, hasil pengkajian yang dilakukan oleh Pramono, dkk (2005) serta Krismawati, A (2010) juga menunjukkan bahwa penerapan komponen teknologi PTT padi sawah mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. KESIMPULAN Penerapan teknologi dalam usahatani padi petani kooperator masih tergolong sederhana sehingga perlu adanya perbaikan teknologi budidaya padi di tingkat petani melalui pendekatan PTT. Melalui penerapan komponen teknologi PTT, usahatani padi sawah di tingkat petani menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani eksisting. Pendapatan petani meningkat 137,29% dari sebelum penerapan komponen teknologi PTT. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2010. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanian. Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanian. Jakarta. BPS Prov. Bengkulu. 2011. Bengkulu Dalam Angka. Bengkulu. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Kaniawati, et al. 2012. Keragaan Usahatani Padi Sawah Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Kasus pada Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya) (online). http://www.google.co.id/#hl =id&tbo= d&sclient= psyab&q=keragaan+ usahatani+ padi+sawah+ sistem+ pengelolaan +tanaman +terpadu+ %28PTT %29&oq= keragaan+usahatani +padi+sawah+sistem+pengelolaan+tanaman +terpadu+%28PTT%29&gs_l=hp.3...18793.46485.0.50978.83.77.6.0.0.1.1021.21682.0j2j56j8j 9j1j0j1.77.0...0.0...1c.1.2.hp.xZjOgoQHkXE&pbx=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&bvm=bv.4 1934586,d.bmk&fp=a44487d69bcab9c&biw=1366&bih=655. (Diakses 1 Oktober 2012). Bengkulu. Krismawati, A dan Angraeni, H. 2010. Kajian Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Kabupaten Madiun (online). http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+peningkatan+produktivitas+padi+melalui+P TT&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEcQFjAH&url=http%3A%2F%2Fpaparisa.unpatti.a c.id%2Fpaperrepo%2Fppr_iteminfo_lnk.php%3Fid%3D36&ei=0hdpUNj4JIfLrQews4CQBQ& usg=AFQjCNGAwFFYVgt9kq7MkQzmSdhIOzuKKA. (Diakses 1 Oktober 2012). Bengkulu. Pramono Joko, et al. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (online). http://agrise.ub.ac.id / vol_x_3_2010_7.html. (Diakses 1 Oktober 2012). Bengkulu. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Wahyu, Wibawa. 2010. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Padi dan Jagung di Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Balai pengkajian Teknolog Pertanian Bengkulu. Bengkulu.