perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh: MUTIARA WIDYAWATI
K3307037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh : Mutiara Widyawati K 3307037
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari
:
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. H. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001
Budi Hastuti, S. Pd, M. Si NIP. 19780806 200604 2 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 27 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S NIP. 19510601 197603 2 004
.......................
Sekretaris
: Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si NIP. 19721023 199802 2 001
.......................
Anggota I
: Prof. Dr. H. Ashadi NIP. 19510102 197501 1 001
.......................
Anggota II
: Budi Hastuti, S. Pd, M. Si NIP. 19780806 200604 2 001
........................
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa makalah Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 15 Desember 2011 Pembuat Pernyataan,
Mutiara Widyawati NIM. K3307037
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Mutiara Widyawati. K3307037. PENGARUH PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM GAME TOURNAMENTS (TGT) DILENGKAPI DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober. 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan metode STAD dan TGT dilengkapi dengan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid. (2) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid. (3) Interaksi antara metode STAD dan TGT dilengkapi dengan laboratorium virtual dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2 × 2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI. IPA 1 dan XI. IPA 2 semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif, metode angket untuk prestasi belajar afektif dan motivasi berprestasi. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov, dan uji homogenitas dengan Levene Test. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada metode STAD pada materi pokok Koloid. Hal ini ditunjukkan dari rerata prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada pembelajaran TGT yaitu 85,14 dan 81,28 lebih besar dibandingkan rerata prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada pembelajaran STAD yaitu 80,59 dan 77,29. (2) Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, ini ditunjukkan pada aspek kognitif signifikansi (0,012) < α (0,05) dan aspek afektif signifikansi (0,000) < α (0,05), (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan TGT dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada materi pokok Koloid. Hal ini dapat dilihat dari hasil anava dua jalan untuk aspek kognitif signifikansi (0,571) > α (0,05) dan untuk aspek afektif signifikansi (0,216) > α (0,05). Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Game Tournament (TGT), motivasi berprestasi, Koloid. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Mutiara Widyawati. K3307037. CHEMISTRY LEARNING BY USING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) AND TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) METHODS COMPLETED WITH VIRTUAL LABORATORY TOWARD STUDENT’S ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENT’S ACHIEVEMENT MOTIVATION ON SUBJECT MATTER COLLOID AT SECOND GRADE OF CLASS XI IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/ 2011. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2011. The aims of this research were to know: (1) The influence of implementation chemistry learning by using STAD and TGT methods completed with virtual laboratory toward learning achievement on subject matter Colloid. (2) The influence of achievement motivation toward student’s achievement on subject matter Colloid. (3) The interaction between STAD and TGT completed with virtual laboratory methods with student’s achievement motivation toward student’s achievement on subject matter Colloid. This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI. IPA1 and XI. IPA 2 class in State Senior High School 1 Karanganyar in academic year 2010/2011. Sampling technique was used Cluster Random Sampling. The collection of data gained from objective test method to measure cognitive achievement, questionaire method to measure affective achievement and achievement motivation. The analysis technique of data used A Two-Way Variance Analysis with different cells which has the requirement Kolmogorov Smirnov test to analize normality, and Levene test to analize homogenity. Based on this research could be concluded: (1) TGT method was better than STAD method toward the student’s cognitive and affective achievement on subject matter Colloid. It could be shown that the average cognitive score (85,14) and affective score (81,28) of TGT was higher than the average cognitive score (80,59) and affective score (77,29) of STAD. (2) There was an influence between students with high and low achievement motivation toward student’s achievement on subject matter Colloid. Student’s learning achievement from high achievement motivation students was better than that of low achievement motivation on subject matter Colloid. It could be shown by the value significance (0,012) < α (0,05) for cognitive achievement and significance (0,000) < α (0,05) for affective achievement. (3) There was no interaction between STAD and TGT methods with achievement motivation toward student’s achievement on subject matter Colloid. It could be shown by the value significance (0,571) > α (0,05) for cognitive achievement, significance (0,216) < α (0,05) for affective achievement of the students. Keywords: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Game commit to user Tournament (TGT), achievement motivation, Colloid. vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Alloh, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf: 87) “Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du : 11) "Sebetulnya hidup ini sangat sederhana; jika kita tidak merumitkannya dengan rencana yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang kita lalaikan, dan dengan larangan yang kita langgar." (Mario Teguh)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segenap cinta dan kasih, karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Bapak (Alm) dan Ibu tercinta, atas pengorbanan, motivasi dan do’a tulus ikhlas. I wish I can make you proud of me.
Kakak-kakakku tersayang, thanks for everything.
My handsome nephews, Alif, Ariq, Afiq, Altezza, dan Althaf.
Seseorang yang kan menjadi teman hidupku kelak.
Almamater
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya dengan ridho dan kehendak-Nya segala sesuatu dapat terlaksana dengan baik. Skripsi ini penulis susun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Sukarmin, Ph.D., Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta . 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi, selaku pembimbing I atas segala bimbingan dan masukan dengan segenap kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd, M.Si., selaku pembimbing II atas segala bimbingan dan masukan dengan segenap kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Drs. H. Sobirin Munawir, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Ibu Dra. Sri Widayati, MM, selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Siswa-siswa kelas XI. IPA SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang telah banyak commit membantu jalannya penelitian. to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Orang tua dan keluarga tersayang yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, dan do’a tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Cicuk Dwi Handoko dan Ria Kurniasari, terimakasih atas semua bantuannya. 11. Joko Susilo, yang telah membantu selama penelitian. 12. Nanik Galih Mawarni, Magdalena Dwi Setyani, Lian Retna Sari, dan Gotri Ruswani, terimakasih untuk dukungan dan bantuannya. 13. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2007. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Surakarta,
Oktober 2011
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........……………………………………………..
i
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….
v
ABSTRAK ...............................................................................................
vi
ABSTRACT .............................................................................................
vii
MOTTO ...................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ....................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .............................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………….......
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………....
4
C. Pembatasan Masalah ………………………………………
5
D. Perumusan Masalah …………………………………………
6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………
6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………….
7
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………
8
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………...
8
1. Belajar ……………………………………………………….
8
2. Pembelajaran ………………………………………………...
11
3. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) …………
12
4. Student Teams Achievement Divisions (STAD) …………….
14
5. Team Game Tournament (TGT) ……………………………. commit to user 6. Media Pembelajaran Laboratorium Virtual ………………….
17
xii
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Motivasi Berprestasi ………………………………………..
25
8. Prestasi Belajar …………………………………………….
28
9. Materi Pokok Koloid ………………………………………
31
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………
43
C. Kerangka Pemikiran ……………………………………………
45
D. Hipotesis …………………………………………………………
48
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………
49
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………
49
1. Tempat Penelitian ………………………………………….
49
2. Waktu Penelitian ……………………………………………
49
B. Metode Penelitian ………………………………………………
49
C. Variabel Penelitian ........................................................................
50
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ……………………
51
1. Populasi ...................................................................................
51
2. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................
51
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………
51
1. Sumber Data …………………………………………………
51
2. Instrumen Penelitian ………………………………………....
52
F. Teknik Analisa Data ……………………………………………
60
1. Uji Prasyarat …………………………………………………
60
2. Uji Hipotesis ………………………………………………....
62
3. Uji Komparasi Ganda ……………………………………….
63
BAB IV. HASIL PENELITIAN .............................................................
64
A. Deskripsi Data ...............................................................................
64
1. Data Skor Motivasi Berprestasi ..............................................
64
2. Data Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid ........
65
B. Pengujian Persyaratan Analisis .....................................................
68
1. Uji Kesamaan Rata-rata ..........................................................
68
2. Uji Normalitas ........................................................................ commit to user 3. Uji Homogenitas ....................................................................
68
xiii
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................
69
D. Pembahasan ...................................................................................
71
1. Hipotesis Pertama ...................................................................
71
2. Hipotesis Kedua .....................................................................
73
3. Hipotesis Ketiga .....................................................................
74
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................
75
A. Kesimpulan ....................................................................................
75
B. Implikasi ........................................................................................
75
C. Saran ..............................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
78
LAMPIRAN .............................................................................................
80
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Data Nilai Ulangan Harian Materi Koloid Tahun Pelajaran
2
2009/2010 ............................................................................... Tabel 2.1
Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi ..............................
31
Tabel 2.2
Jenis-Jenis Koloid ...................................................................
32
Tabel 2.3
Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Koloid Liofob .............
39
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian .......................................................
49
Tabel 3.2
Rancangan Penelitian ..............................................................
49
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif ..............................
53
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif ..........................
54
Tabel 3.5
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif ..........
55
Tabel 3.6
Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif .........................
56
Tabel 3.7
Skor Penilaian Afektif ............................................................
56
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif ................................
57
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif ............................
57
Tabel 3.10
Skor Pengukuran Motivasi Berprestasi ...................................
59
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Item Instrumen Motivasi Berprestasi .......
59
Tabel 4.1
Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi
64
dan Motivasi Berprestasi Rendah ........................................... Tabel 4.2
Perbandingan
Distribusi
Frekuensi
Skor
Motivasi
65
Berprestasi antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid ......................................................................... Tabel 4.3
Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif
66
antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid ..................................................................................... Tabel 4.4
Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif
66
antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid ..................................................................................... Tabel 4.5
Perbandingan Presentase Aspek-Aspek Afektif Siswa antara commit to pada user Materi Pokok Koloid …... Kelas TGT dan Kelas STAD
xv
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif ...................................
68
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif .....................................
68
Tabel 4.8
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ................................
69
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif ..................................
69
Tabel 4.10
Nilai Rata-Rata Prestasi Kognitif ...........................................
70
Tabel 4.11
Rangkuman Uji Analisis Variansi Prestasi Kognitif ..............
70
Tabel 4.12
Nilai Rata-Rata Prestasi Afektif .............................................
71
Tabel 4.13
Rangkuman Uji Analisis Variansi Prestasi Afektif ................
71
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Efek Tyndall .......................................................................
34
Gambar 2.2
Gerak Brown, suatu gerak zig-zag partikel koloid yang
34
dapat diamati di bawah mikroskop ultra ............................ Gambar 2.3
Sel elektroforesisi sederhana ..............................................
35
Gambar 2.4
Adsorbsi ion-ion oleh koloid di dalam air ……..................
36
Gambar 2.5
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit ................
37
Gambar 2.6
Pengendap Cottrel ..............................................................
37
Gambar 2.7
Dialisis ................................................................................
39
Gambar 2.8
Diagram suatu dialisis darah ..............................................
39
Gambar 2.9
Contoh koloid hidrofob (mayonaise) dan koloid hidrofil
39
(agar-agar) .......................................................................... Gambar 2.10
Pembuatan sol logam dengan busur bredig .......................
41
Gambar 2.11
Larutan sabun .....................................................................
43
Gambar 2.12
Skema cara kerja detergen..................................................
43
Gambar 2.13
Skema Kerangka Pemikiran ...............................................
48
Gambar 4.1
Histogram Perbandingan Skor Motivasi Berprestasi
65
antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid ................................................................................. Gambar 4.2
Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif antara Kelas
66
TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok ........................ Gambar 4.3
Histogram Perbandingan Prestasi Afektif antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid ............
commit to user
xvii
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Silabus ..................................................................................
80
Lampiran 2.
Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ……......
82
Lampiran 3.
Lembar Kerja Siswa .............................................................
91
Lampiran 4.
Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif ………........
100
Lampiran 5.
Instrumen Penilaian Kognitif ...............................................
102
Lampiran 6.
Kunci Jawaban Instrumen Kognitif ......................................
108
Lampiran 7.
Lembar Jawaban Kognitif ....................................................
109
Lampiran 8.
Kisi-kisi Angket Aspek Afektif ............................................
110
Lampiran 9.
Angket Aspek Afektif ..........................................................
111
Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi .................................
113
Lampiran 11. Angket Motivasi Berprestasi ................................................
114
Lampiran 12. Penelaahan Instrumen oleh Panelis ......................................
118
Lampiran 13. Analisis Instrumen Kognitif ................................................
119
Lampiran 14. Analisis Instrumen Afektif ..................................................
121
Lampiran 15. Analisis Instrumen Motivasi Berprestasi ..............................
123
Lampiran 16. Soal Kuis Metode STAD ......................................................
124
Lampiran 17. Aturan Turnamen Menggunakan Roda Impian ....................
125
Lampiran 18. Soal Turnamen (Roda Impian) Metode TGT .......................
126
Lampiran 19. Media Roda Impian ..............................................................
128
Lampiran 20. Media Laboratorium Virtual .................................................
129
Lampiran 21. Sertifikat Penghargaan Tim ..................................................
130
Lampiran 22. Nilai Mid Semester Genap Mata Pelajaran Kimia ...............
132
Lampiran 23. Uji Normalitas Nilai Mid Semester Genap Mata Pelajaran
133
Kimia .................................................................................... Lampiran 24. Uji Homogenitas dan Uji T Nilai Mid Semester Genap
134
Mata Pelajaran Kimia ........................................................... Lampiran 25. Kelompok Kelas TGT dan STAD ........................................
138
Lampiran 26. Data Induk Penelitian ........................................................... commit…………………………………… to user Lampiran 27. Rekapan Aspek Afektif
139
xviii
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 28. Distribusi Frekuensi Data Motivasi Berprestasi ...................
143
Lampiran 29. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif .........................
145
Lampiran 30. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif ...........................
147
Lampiran 31. Analisis Data Prestasi Kognitif ............................................
149
Lampiran 32. Analisis Data Prestasi Afektif ..............................................
152
Lampiran 33. Dokumentasi Penelitian ........................................................
155
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian yang penting dalam kehidupan bangsa karena ikut menentukan kemajuan suatu bangsa. Banyak upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya adalah melakukan pengembangan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Dalam KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru (teacher centered learning), akan tetapi kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa (student centered learning). Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif banyak digunakan guru untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam belajar. Masalah dalam belajar masih banyak ditemukan pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar pada materi pokok Koloid. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa materi pokok Koloid tahun 2009/2010 yang tersaji dalam tabel 1.1. Rendahnya presentase ketuntasan belajar ini disebabkan karena sebagian besar pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar masih commit to user menggunakan model pembelajaran ceramah yang berpusat pada guru (teacher
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
centered), sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Pembelajaran kimia juga hanya dilakukan di dalam kelas dan tidak pernah dilakukan eksperimen di laboratorium. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka diperlukan upaya untuk memperbaiki proses pengajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam keberhasilan belajar (prestasi belajar). Tabel 1.1. Data Nilai Ulangan Harian Materi Pokok Koloid Tahun 2009/2010 Jumlah siswa % KKM Kelas Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Total 70 XI. IPA 1 24 18 42 42% XI. IPA 2 23 21 44 47% XI. IPA 3 20 24 44 54% XI. IPA 4 27 15 42 36% XI. IPA 5 24 20 44 45% Menurut Muhibbin Syah (2009: 145-157), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat) dan aspek psikologis (tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa). Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang meliputi dua aspek, yakni lingkungan sosial (guru, staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa, serta orang tua dan keluarga siswa itu sendiri) dan lingkungan non sosial (gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, metode mengajar guru, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa). Faktor pendekatan belajar adalah segala upaya yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Untuk mencapai hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut perlu diupayakan dengan sebaik-baiknya. Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut commit to userWS. Winkel (2009: 197), motivasi
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
berprestasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Keberhasilan dalam belajar akan lebih mudah dicapai apabila dalam diri setiap siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Menurut Robert E. Slavin (2010: 4), model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan keaktifan siswa, aspek ketrampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling sederhana. Dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD), siswa dapat saling membantu dalam kelompoknya untuk menguasai konsep pada materi Koloid serta berusaha untuk menjadi tim yang terbaik diantara tim lainnya dengan memberikan skor yang diperoleh dari proses belajar mengajar. Metode kooperatif yang lain adalah Team Game Tournament (TGT). Pada metode Team Game Tournament (TGT) siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya. Dalam penelitian ini akan digunakan permainan turnamen berupa roda impian (yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan) pada pembelajaran kimia pada materi pokok Koloid. Untuk menjadi pemenang dalam turnamen, siswa sebagai wakil dari timnya harus bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Penggunaan metode pembelajaran akan lebih baik jika disertai dengan penggunaan media. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laboratorium virtual. Menurut Mujiyono (2005: 12), laboratorium virtual adalah commit to user komputer, dioperasikan dengan alat-alat laboratorium dalam program (software)
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komputer. Laboratorium virtual dapat digunakan untuk menampilkan eksperimen seperti pada laboratorium riil. Keuntungan penggunaan laboratorium virtual adalah sangat mudah dioperasikan dan dalam ditangan
pemakai,
pemakai
bebas
program ini aktivitas 100%
melakukan
eksperimen.
Penggunaan
laboratorium virtual ini diharapkan dapat membuat siswa lebih semangat dan tertarik untuk belajar kimia sehingga dapat meningkatkan prestasi. Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) Dilengkapi dengan Laboratorium Virtual terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa pada Materi Pokok Koloid Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan pada materi pokok Koloid sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid? 2. Apakah pembelajaran metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual sesuai untuk materi pokok Koloid? 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pelajaran menggunakan metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual pada materi pokok Koloid? 4. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual lebih tinggi dari metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan laboratorium virtual? commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok Koloid dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual? 6. Adakah interaksi antara pembelajaran metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa? C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka penelitian ini membatasi masalah pada: 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. 2. Metode Pembelajaran Metode yang digunakan adalah metode Student Team Achievement Division (STAD) dilengkapi dengan laboratorium virtual dan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual. Penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol. 3. Materi Pokok Materi pokok dalam penelitian ini adalah Koloid. 4. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai standar keunggulan dan kesempurnaan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Motivasi berprestasi dibagi menjadi dua kategori yaitu motivasi berprestasi tinggi dan rendah. 5. Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa materi pokok Koloid yang meliputi ranah kognitif dan afektif. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode Student Team Achievement Division (STAD) dan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011? 2. Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode Student Team Achievement Division (STAD) dengan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penggunaan metode Student Team Achievement Division (STAD) dan penggunaan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. 2. Pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Interaksi antara metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) dilengkapi dengan laboratorium virtual dengan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis Memberikan informasi yang didasarkan pada teori yang sudah ada pada bidang pendidikan, terutama mengenai teori pembelajaran dengan Student Team Achievement Division (STAD) dan metode Team Game Tournament (TGT) yang masing-masing dilengkapi dengan laboratorium virtual yang ditinjau dari motivasi berprestasi terhadap pencapaian prestasi belajar materi pokok Koloid. 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan pada guru khususnya di SMA Negeri 1 Karanganyar dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran kooperatif dan media dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik untuk melakukan penelitian metode pembelajaran kooperatif berbantuan media lebih lanjut.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Definisi Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2010: 1). Berikut definisi belajar dari beberapa ahli: 1) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). 2) Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (WS. Winkel, 2009: 59). 3) Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2009: 68). 4) Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan dan pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan (Mulyati, 2009: 5) 5) Belajar dalam arti luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman A.M, 2010: 20-21). Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas psiko-fisik yang kompleks yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap yang konstan dalam interaksinya dengan lingkungan. b. Teori Belajar Konstruksivisme Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar konstruksivisme. Beberapa teori belajar konstruksivisme yang disampaikan oleh para ahli, antara lain: 1) Teori Ausubel Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah ”bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Dalam pembelajaran, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. 2) Teori Piaget Menurut Piaget (1996), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: sensori motor (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas). Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi peserta didik. Sebagai realisasinya, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah aktif. 3) Teori Vygotsky Vygotsky (1997) mengemukakan pembelajaran merupakan suatu commit to useryang spontan dan pengertian yang perkembangan pengertian, yaitu pengertian
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah. Sumbangan dan teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini (jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial). Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri. Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru. (Isjoni, 2010: 51-57) c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto (2010: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, terdiri dari: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani). 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, terdiri dari: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat). 2. Pembelajaran Menurut Syaiful Sagala (2010: 62), pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan, sedangkan untuk proses kegiatan adalah langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran (Isjoni, 2010: 14). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Menurut Syaiful Sagala (2010: 63), pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: a. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. b. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. 3. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis (Isjoni, 2010: 14). Robert E. Slavin (2010: 8) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan untuk menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Kelompok dalam cooperative learning merupakan kelompok yang heterogen. Menurut Anita Lie (2010: 41), kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosioekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2010: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong commit to user harus diterapkan, yaitu:
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Saling Ketergantungan Positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berlainan dan saling bertukar informasi
dengan
anggota
kelompoknya.
Selanjutnya,
pengajar
akan
mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. b. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi Antaranggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. e. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning. 4. Student Teams Achievement Division (STAD) Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat atau lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu (Robert E. Slavin, 2010: 11). Menurut Robert E. Slavin (2010: 143-163), lima komponen utama STAD adalah: a. Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi commit user dengan demikian akan sangat perhatian penuh selama presentasi kelas,to karena
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membantu mereka untuk mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. c. Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d. Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Langkah-langkah pelaksanaan metode STAD adalah: a. Pengajaran 1) Pembukaan a) Menyampaikan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Menumbuhkan rasa ingin tahu para siswa dengan cara penyampaian yang berputar-putar, masalah dalam kehidupan nyata, dan sarana-sarana lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
b) Membuat para siswa bekerja dalam tim mereka untuk ”menemukan” konsep-konsep, atau untuk membangkitkan minat mereka terhadap pelajaran. c) Mengulangi tiap persyaratan atau informasi secara singkat. 2) Pengembangan a) Memfokuskan pada pemaknaan, bukan penghapalan. b) Mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep atau skil-skil, dengan menggunakan alat bantu visual, cara-cara cerdik, dan contoh yang banyak. c) Menilai siswa sesering mungkin dengan memberi banyak pertanyaan. d) Menjelaskan mengapa sebuah jawaban bisa salah atau benar, kecuali jika memang sudah sangat jelas. e) Berpindah pada konsep berikutnya begitu para siswa telah menangkap gagasan utamanya. f) Memelihara momentum dengan menghilangkan interupsi, terlalu banyak bertanya, dan berpindah bagian pelajaran terlalu cepat. 3) Pedoman Pelaksanaan a) Membuat agar para siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh, atau mempersiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. b) Memanggil siswa secara acak. Ini akan membuat para siswa selalu mempersiapkan diri mereka untuk menjawab. c) Tidak memberikan tugas-tugas kelas yang memakan waktu lama. Membuat agar para siswa mengerjakan satu atau dua permasalahan atau contoh, atau mempersiapkan satu atau dua jawaban, lalu memberi mereka umpan balik. b. Belajar Tim Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses user dan teman sekelasnya. pengajaran dan untuk menilai diricommit merekato sendiri
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tes (Ujian) Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diizinkan untuk bekerja sama mengerjakan kuis tersebut, pada saat ini para siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara individual. d. Rekognisi Tim Setelah melakukan kuis dan menghitung skor individu serta skor tim, kemudian memberikan penghargaan kepada tim dengan skor tertinggi. (Robert E. Slavin, 2010: 153-159) Kelebihan dan kekurangan penggunaan metode STAD adalah sebagai berikut: a.
Kelebihan: 1) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 2) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi. 3) Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta biasa menerima pendapat orang lain. 4) Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya. 5) Miskonsepsi dapat diketahui lebih cepat karena siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b.
Kelemahan: 1) Memerlukan waktu yang lama. 2) Memerlukan persiapan yang matang. 3) Dapat menimbulkan suasana gaduh di kelas.
5. Team Game Tournament (TGT) TGT pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Secara umum, TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem ekor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Robert E. Slavin, 2010: 163). Deskripsi komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut: a. Presentasi di Kelas Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka untuk mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. c. Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah roda impian. Roda impian merupakan permainan berupa suatu roda commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bernomor yang dimainkan dengan cara diputar. Setiap nomor roda berisi satu pertanyaan dan jawaban. d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Siswa dalam setiap kelompok maju dan memainkan game akademik. Perolehan nilai setiap siswa berkontribusi pada nilai akhir kelompok. e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor mereka tertinggi. Tim yang mendapat nilai tertinggi yaitu tim yang paling banyak menjawab benar pertanyaan-pertanyaan selama turnamen berlangsung. Tim yang mendapat nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Dalam pembelajaran kooperatif TGT, meskipun proses belajar dilakukan secara berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. (Robert E.Slavin, 2010:163-167) Langkah-langkah pelaksanaan metode TGT adalah: a. Pengajaran 1) Pembukaan a) Menyampaikan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Menumbuhkan rasa ingin tahu para siswa dengan cara penyampaian yang berputar-putar, masalah dalam kehidupan nyata, dan sarana-sarana lainnya. b) Membuat para siswa bekerja dalam tim mereka untuk ”menemukan” konsep-konsep, atau untuk membangkitkan minat mereka terhadap pelajaran. c) Mengulangi tiap persyaratan atau informasi secara singkat. 2) Pengembangan commit to bukan user penghapalan. a) Memfokuskan pada pemaknaan,
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
b) Mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep atau skil-skil, dengan menggunakan alat bantu visual, cara-cara cerdik, dan contoh yang banyak. c) Menilai siswa sesering mungkin dengan memberi banyak pertanyaan. d) Menjelaskan mengapa sebuah jawaban bisa salah atau benar, kecuali jika memang sudah sangat jelas. e) Berpindah pada konsep berikutnya begitu para siswa telah menangkap gagasan utamanya. f) Memelihara momentum dengan menghilangkan interupsi, terlalu banyak bertanya, dan berpindah bagian pelajaran terlalu cepat. 3) Pedoman Pelaksanaan a) Membuat agar para siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh, atau mempersiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. b) Memanggil siswa secara acak. Ini akan membuat para siswa selalu mempersiapkan diri mereka untuk menjawab. c) Tidak memberikan tugas-tugas kelas yang memakan waktu lama. Membuat agar para siswa mengerjakan satu atau dua permasalahan atau contoh, atau mempersiapkan satu atau dua jawaban, lalu memberi mereka umpan balik. b. Belajar Tim Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya. c. Turnamen Turnamen dilaksanakan oleh setiap siswa untuk mewakili timnya. Siswa tidak diizinkan untuk bekerja sama mengerjakan soal dalam turnamen tersebut, pada saat ini para siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara individual. Skor yang diperoleh setiap siswa dijadikan skor kuis individu, user sedangkan jumlah skor dari setiapcommit anggotatotim dijadikan skor tim tersebut.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Rekognisi Tim Setelah melakukan kuis dan menghitung skor individu serta skor tim, kemudian memberikan penghargaan kepada tim dengan skor tertinggi. (Robert E. Slavin, 2010: 153-159) Kelebihan dan kekurangan penggunaan metode TGT adalah sebagai berikut: a. Kelebihan: 1) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 2) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi. 3) Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta biasa menerima pendapat orang lain. 4) Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya. 5) Miskonsepsi dapat diketahui lebih cepat karena siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 6) Game dalam turnamen dapat menghilangkan kejenuhan dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. b. Kelemahan: 1) Memerlukan waktu yang lama. 2) Memerlukan persiapan yang matang. 3) Dapat menimbulkan suasana gaduh di kelas.
6. Media Pembelajaran Laboratorium Virtual a. Media Pembelajaran Menurut Sri Anitah (2010: 4), media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada penerima pesan. Secara umum, media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berfungsi untuk :menimbulkan kegairahan belajar; memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; dan memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4) Jika siswa dan guru mempunyai latar belakang lingkungan yang berbeda, maka media pendidikan mampu untuk: memberikan perangsang yang sama; mempersamakan pengalaman; dan menimbulkan persepsi yang sama. (Arief S. Sadiman dkk, 2009: 17-18) b. Media Pembelajaran Komputer Komputer adalah mesin yang dirangcang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. Adapun keuntungan dan keterbatasan penggunaan komputer sebagai media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2009: 53-56) adalah sebagai berikut: 1) Keuntungan a) Dapat mengakomodasi siswa yang lamban dalam menerima pelajaran, karena dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan. b) Dapat merangsang siswa mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna dan commit to user musik yang dapat menambah realisme.
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
c) Kendali berada ditangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain, komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perseorangan misalnya dengan bertanya dan menilai jawaban. d) Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan suatu program pembelajaran memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau. e) Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan, peralatan lain seperti compact disc, video tape dan lain-lain dari program pengendali dari komputer. 2) Keterbatasan a) Meskipun harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun (murah), tetapi pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal. b) Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang komputer. c) Keragaman model komputer (perangkat keras) sering menyebabkan program (software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok (kompatibel) dengan model lainnya. d) Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak akan dapat mengembangkan kreativitas siswa. e) Komputer hanya efektif bila digunakan satu orang atau beberapa orang dalam kelompok kecil. Untuk kelompok yang besar diperlukan tambahan peralatan lain yang mampu memproyeksikan pesan-pesan di monitor ke layar lebih lebar. c. Media Laboratorium Virtual Menurut Mujiyono (2005: 12), laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program (software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Menurut Norasiken dan Halimah (2007), laboratorium virtual dapat digunakan commit to laboratorium user untuk menampakkan laboratorium seperti yang sebenarnya ketika
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
melakukan eksperimen dengan komputer ”the term virtual laboratory is used to show the student that the are in a real laboratory when they done their eksperiment using computer “. Karakteristik program laboratorium virtual menurut Mujiyono (2005:14) sebagai berikut: 1) Berisi animasi dari alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat-alat riil. 2) Dapat dioperasikan dan menampilkan proses seperti dalam laboratorium riil. 3) Sangat mudah dioperasikan, satu pemakai dapat dengan satu komputer atau satu komputer untuk dua atau tiga pemakai. 4) Dalam program ini aktivitas 100% ditangan pemakai, pemakai bebas melakukan eksperimen. Dalam eksperimen virtual tahapan praktikum meliputi: 1) Pengenalan alat Dalam pengenalan alat ditunjukkan secara langsung oleh guru karena siswa sebelumnya sudah pernah menggunakan komputer, sehingga pengenalan alat untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah. 2) Pengukuran Kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran dengan laboratorium virtual antara lain: a) Melakukan pengamatan b) Melakukan proses IPA c) Memecahkan masalah d) Menjalankan desain teknologi sederhana e) Bernalar f) Bersikap ilmiah 3) Pengamatan pada laboratorium virtual Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati: a) Bekerja secara mandiri, dengan sedikit mungkin bantuan guru. b) Dapat berdiskusi dengan teman didekatnya atau teman sekelompok. commit useralat maupun kunci dari guru. c) Umpan balik dilakukan secara baiktooleh
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam pengamatan menggunakan laboratorium virtual siswa dapat langsung melihat kejadian yang terjadi. 4) Percobaan dengan menggunakan laboratorium virtual Siswa dapat melakukan percobaan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut salah berdasar petunjuk praktikum yang ditampilkan. (Mujiyono, 2005:14-15) Software laboratorium virtual yang akan digunakan dalam penelitian dapat dijalankan dengan Macromedia Flash MX. Flash MX 2004 merupakan alat yang sangat bagus untuk desainer web, praktisi media interaktif, atau praktisi multimedia. Kemampuannya ditekankan pada pembuatan (kreasi) animasi, serta mengimpor dan memanipulasi berbagai tipe media (audio, video, bitmap, vektor, teks, grafik, dan data) (Lukmanul Hakim, 2004: 2). 7. Motivasi Berprestasi a. Motivasi Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 70), motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Jadi, motivasi bukanlah hal yang diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat disaksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu; kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Menurut Djaali (2009: 101), motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Menurut Mc. Donald dalam Sardiman A.M.(2010: 73-74)
motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian ini mengandung tiga elemen penting: 1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu commit to membawa user manusia. Perkembangan motivasi akan beberapa perubahan energi
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
di dalam sistem ”neurophysiogical” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan tertentu. b. Motivasi Berprestasi (Achievement Motivation) Ada beberapa definisi motivasi berprestasi dari para ahli, antara lain yaitu: (1) Menurut WS. Winkel (2009: 197), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. (2) Mc Clelland dalam Djaali (2009: 103), menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian. (3) Atkinson dalam Djaali (2009: 105) menyatakan bahwa motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan. (4) Hamzah B. Uno (2006: 30) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah motivasi untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau commit to user pekerjaan, motivasi untuk memperoleh kesempurnaan.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai standar keunggulan dan kesempurnaan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Menurut Johnson dan Schwitzgebel dan Kalb dalam Djaali (2009: 109110), karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut: 1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasilhasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan. 2) Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya. 3) Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya. 4) Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. 5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 6) Tidak tergugah untuk sekedar mendatangkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan. Ausubel mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu: 1) Dorongan kognitif, adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya. 2) An ego-enhancing one, maksudnya keinginan siswa untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang. 3) Komponen afiliasi, adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain. (Djaali, 2009: 104) commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Berkaitan dengan hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, Bruner dalam Djaali (2009: 106) mengemukakan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, cenderung untuk lebih pintar sewaktu mereka menjadi dewasa. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi lebih mampu untuk melakukan banyak tugas untuk berprestasi daripada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. Alat ukur motivasi berprestasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Adapun indikator yang digunakan adalah suka hal-hal yang inovatif, suka bekerja keras, berusaha mandiri, penuh semangat, mengatasi hambatan, dan kemauan berkompetensi. Indikator tersebut dijabarkan dalam instrumen dengan menggunakan alternatif jawaban berupa skala sikap yang dikemukan oleh Likert. Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat responden yang menunjukkan tingkatan yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. 9. Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 2-3) antara lain: a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (curiousity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi-rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. e. Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Menurut Muhibbin Syah (2009: 145-157), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek fisiologis Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga siswa kurang mampu menyerap materi yang sedang dipelajari. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. 2) Aspek psikologis Faktor psikologis
siswa
yang pada umumnya dipandang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa antara commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain: tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu : 1) Lingkungan sosial, seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa, serta orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. 2) Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, metode mengajar guru, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor pendekatan belajar Faktor pendekatan belajar (learning approach) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan instruksional, prestasi belajar menggunakan klasifikasi dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana Sudjana, 2009: 22-23) commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Materi Pokok Koloid a. Sistem Koloid Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan suspensi disajikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi. Larutan Koloid Suspensi (Dispersi molekuler) (Dispersi koloid) (Dispersi kasar) Contoh: larutan gula Contoh: campuran susu Contoh: campuran dalam air dengan air tepung terigu dengan air 1) Homogen, tidak dapat 1) Secara makroskopis 1) Heterogen dibedakan walaupun bersifat homogen menggunakan tetapi heterogen jika mikroskop ultra diamati dengan mikroskop ultra 2) Semua partikel 2) Partikel berdimensi 2) Salah satu atau berdimensi (panjang, antara 1 nm sampai semua dimensi lebar, atau tebal) 100 nm partikelnya lebih kurang dari 1 nm besar dari 100 nm 3) Satu fase 3) Dua fase 3) Dua fase 4) Stabil 4) Pada umumnya stabil 4) Tidak stabil 5) Tidak dapat disaring 5) Tidak dapat disaring 5) Dapat disaring kecuali dengan penyaringan ultra (Michael Purba, 2008: 146) Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan, koloid dan suspensi. Contoh larutan
: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70 %, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin.
Contoh koloid
: buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonnaise.
Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Jenis-jenis Koloid Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya dapat dilihat dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Jenis-Jenis Koloid Fase Fase Terdispersi Pendispersi Padat Gas Padat Cair Padat Padat Cair Gas Cair Cair Cair Padat Gas Cair Gas Padat
Nama
Contoh
Aerosol padat Sol Sol padat Aerosol cair Emulsi Emulsi padat Buih Buih padat
Asap, debu Sol emas, sol belerang, tinta Gelas berwarna, intan hitam Kabut, awan Susu, santan, minyak ikan Jelly, mutiara, opal Buih sabun, krim kocok Karet busa, batu apung (Michael Purba, 2008: 148)
1) Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Contoh aerosol padat
: asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair
: kabut dan awan
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray, semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot dan lain-lain. 2) Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh koloid jenis sol adalah air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, timta tulis, dan cat. 3) Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau to emulsi commit user air dalam minyak (A/M). Dalam
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air (M/A)
: santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak (A/M)
: mayonnaise, minyak bumi, dan minyak ikan
4) Buih Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. 5) Gel Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. c. Sifat-sifat Koloid Pada dasarnya, sistem koloid mempunyai beberapa sifat khusus, yang membedakannya dengan sistem dispersi lainnya. 1) Efek Tyndall Efek tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar oleh partikelpartikel koloid. Hamburan cahaya dari partikel-partikel koloid ini dapat diamati dari arah samping, meskipun partikel-partikel koloid tidak tampak. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan (lihat gambar 2.1).
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.1 Efek Tyndall (a) larutan sejati meneruskan cahaya, berkas cahaya tidak kelihatan; (b) sistem koloid menghamburkan cahaya, berkas cahaya kelihatan. Efek tyndall dalam kehidupan sehari-hari: a) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut b) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu c) Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. 2) Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan
terlihat
partikel
koloid
senantiasa
bergerak terus-menerus dengan gerak patahpatah (gerak zig-zag) seperti pada gambar 2.2. Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati Gambar 2.2 Gerak Brown, dengan mikroskop ultra. Gerak Brown terjadi suatu gerak zig-zag partikel koloid yang dapat diamati di sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang bawah mikroskop ultra. dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi. (Michael Purba, 2008: 150-152)
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Muatan koloid a) Elektroforesis Partikel
koloid
dapat
bergerak
dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Apabila kedalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel
Gambar 2.3 Sel elektroforesis sederhana
koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis. Dari percobaan yang ditunjukkan pada gambar 2.3, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. b) Adsorpsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaanya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorpsi ion H+, sedangkan partikel As2S3 dalam air bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion negatif (lihat gambar 2.4). commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.4 Adsorpsi ion-ion oleh koloid di dalam air Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat dilakukan bardasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh: (1) Pemutihan gula tebu Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. (2) Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. (3) Penjernihan air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menanbahkan tawas atau aluminium sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zatzat warna atau zat pencemar dalam air. (Michael Purba, 2008: 153-154) 4) Koagulasi Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan commitditokatode. user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Koagulasi karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua (lihat gambar 2.5). Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. gambar 2.5 memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan -3 tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan -1, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.
Gambar 2.5 Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit. Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih besar efektif dalam menggumpalkan koloid. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri: a) Pembentukan delta di muara sungai terjadi
karena
koloid
tanah
liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit air laut. b) Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format. c) Lumpur
koloidal
dalam
Gambar 2.6 Pengendap Cottrel air
sungai
dapat
digumpalkan
dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium sulfat). d) Asap atau debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari cottrel (lihat gambar 2.6). 5) Koloid pelindung Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok. a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung. 6) Dialisis Pada pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat menggangu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar 2.7). Kantong koloid tadi terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses
dialisis. Jaringan
ginjal
bersifat
sebagai
selaput
semipermeabel yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal dapat menjalani cuci darah, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator (lihat gambar 2.8). commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.7 Dialisis 7) Koloid liofil dan koloid liofob
Gambar 2.8 Diagram suatu dialisis darah
Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, sistem koloid dibedakan menjadi dua macam yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat. Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium
pendispersinya.
Bila
medium
pendispersinya air koloid liofil disebut juga koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut sebagai koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil dan hidrofob disajikan pada
Gambar 2.9 Contoh koloid hidrofob (mayonaise) dan koloid hidrofil (agar-agar)
gambar 2.9. Perbedaan
kemampuan
menarik
medium
pendispersinya
mengakibatkan terjadinya perbedaan sifat-sifat koloid tersebut. Perbandingan sifat koloid liofil dan koloid liofob disajikan dalam tabel 2.3. Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Koloid Liofob No Sifat Sol liofil Sol liofob 1 Daya adsorpsi Kuat, mudah Tidak mengadsorpsi terhadap mengadsorpsi mediumnya mediumnya medium sehingga ukuran partikelnya dapat semakin besar 2 Efek Tyndall Kurang jelasto user Sangat jelas commit 3 Viskositas Lebih besar daripada Hampir sama dengan
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
(kekentalan) Koagulasi
5
Lain-lain
6
Contoh
mediumnya Sukar terkoagulasi
mediumnya Mudah terkoagulasi (kurang stabil) Bersifat reversible (bila Irreversible (bila sudah terkoagulasi dapat sudah menggumpal dengan mudah dijadikan sukar dikoloidkan koloid lagi ) kembali) Protein, sabun, detergen, Susu, mayonaise, sol agar-agar, kanji, gelatin logam, sol belerang, darah, sol Fe(OH)3 (Unggul Sudarmo, 2009: 233-234)
d. Pembuatan sistem koloid Cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan cara dispersi dan cara kondensasi. Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid. Cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran partikel, umumnya dari larutan diubah menjadi koloid. 1) Cara dispersi a) Dispersi langsung (mekanik) Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Untuk memperkecil ukuran partikel dapat dilakukan dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Misalnya, pada pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang-ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena ukuran partikel-partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid. b) Homogenisasi Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam air di dalam mesin to user susu akan berubah menjadi homogenisasi, sehingga commit partikel-partikel
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
seukuran pertikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi menggunakan mesin homogenisasi. c) Peptisasi Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel-partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah (pemeptisasi) tertentu. Sebagai contoh endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. d) Busur Bredig Busur bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik (lihat gambar 2.10). Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api Gambar 2.10 Pembuatan listrik mengakibatkan logam akan menguap sol logam dengan busur bredig dan selanjutkan terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam. 2) Cara kondensasi Cara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel-partikel terdispersi. a) Reaksi hidrolisis Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air). Contohnya adalah pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3 (FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl (aq)). commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Reaksi redoks Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi. Contoh: Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2 (2 H2S(g) + SO2 (aq) → 2H2O (l) + 3S (s)). Pembuatan sol emas dari reaksi antara HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO (formaldehida) (2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) → 2Au(koloid) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)). c) Pertukaran ion Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia. Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3 (3H2S (g) + As2S3(aq) → As2S3(s) + 3H2O (l)). Pembuatan sol AgCl dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer (AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)). d) Penggantian pelarut Selain dengan cara-cara di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Contohnya adalah larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. e. Koloid Asosiasi Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebur ekor).
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik menarik, sehingga terbentuk partikel koloid (lihat gambar 2.11).
Gambar 2.11
Larutan sabun merupakan koloid asosiasi. Ekor yang hidrofob cenderung berkumpul sekaligus menghindari air.
Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air (lihat gambar 2.12).
Gambar 2.12
Skema cara kerja detergen: (a) Kotoran atau bercak lemak pada bahan cucian; (b) molekul sabun atau detergen menarik kotoran dengan gugus nonpolarnya; (c) kotoran mulai terangkat; (d) kotoran didispersikan dalam air.
Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah dan penurun tegangan permukaan. Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian. (Michael Purba, 2008: 162-165)
B. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian Francis A. Adesoji dan Tunde L. Ibraheem (2009:23) yang berjudul ”Effects of Student Teams-Achievement Divisions Strategy and Mathematics commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
Knowledge on Learning Outcomes in Chemical Kinetics”, menyatakan bahwa metode STAD lebih meningkatkan prestasi belajar siswa daripada metode konvensional karena metode STAD mempunyai keunggulan antara lain membuat siswa bersikap lebih positif terhadap diri sendiri, teman, dewasa dan belajar secara umum. The superiority of STAD cooperative learning strategy over the conventional technique could be attributed to the fact that it makes students develop more positive attitudes toward self, peer, adults and learning in general. 2. Penelitian dari Hajah Norasiken Bte Bakar1 dan Halimah Hj Badioze Zaman (2007: 4) yang berjudul ”Development of VLab-Chem for Chemistry Subject Based on Constructivism-Cognitivism-Contextual Approach”
menyatakan
bahwa laboratorium virtual dapat meningkatkan pemahaman materi siswa dan guru, dengan kata lain tingkat pendidikan akan naik paralel dengan teknologi informasi, oleh karena itu pembelajaran berbasis komputer dibangun untuk meningkatkan efisiensi kemampuan siswa dengan bantuan multimedia. Virtual laboratory could increase students and teachers understanding in this subject. In other word, educational level will be increase parallel with the information technology. Therefore, learning based computer is build to increase the efficiency of student ability with the aid of multimedia. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tzu-Hua Huang, Yuan-Chen Liu, Wan-Ting Yan, dan Yu-Chun Chen (2009: 92) yang berjudul “Using The Innovative Cooperative Learning Model with The Interactive Whiteboard to Primary School Students’ Mathematical class: Statistic vs. Pie Chart and Solid Diagram” menyatakan bahwa pengaruh aktivitas pembelajaran kooperatif telah memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan prestasi akademik dalam pelajaran. The effects of cooperative learning activities had been positive for increased academic achievement in empirical studies. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pemikiran yang mendasari adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Penggunaan Metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) Dilengkapi dengan Laboratorium Virtual terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid. Model maupun metode pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan sekarang hendaknya metode yang berpusat pada siswa agar siswa aktif dalam proses belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada penelitian ini, digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT yang dilengkapi dengan laboratorium virtual. Metode tersebut berdasarkan paham konstruktivisme dimana siswa aktif membangun pengetahuan sendiri. Sedangkan media yang digunakan adalah laboratorium virtual yang berfungsi untuk menampakkan prinsip-prinsip percobaan seperti di laboratorium riil. Pada metode pembelajaran STAD, siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang yang heterogen. Kemudian, guru menyampaikan materi apa yang harus dipelajari oleh siswa. Selanjutnya dilakukan diskusi kelompok untuk membahas materi yang dipelajari. Setiap kelompok bertanggung jawab atas pemahaman materi oleh semua anggotanya. Bila dalam proses diskusi terdapat anggota yang belum memahami materi, maka dapat meminta penjelasan kepada anggota lain dalam kelompoknya. Setelah satu atau dua periode diskusi kelompok, diadakan kuis individu. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Langkah selanjutnya adalah menghitung skor kuis tiap siswa dalam kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi. Pada metode pembelajaran TGT, langkah-langkahnya sama seperti STAD, yang membedakan hanyalah kuis pada STAD diganti dengan commit to user di akhir unit. Siswa dalam satu turnamen. Turnamen pada TGT dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
kelompok maju dan memainkan game akademik yang berisi soal-soal tentang materi yang telah didiskusikan sebelumnya. Kemudian menghitung skor perolehan tiap siswa dalam kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi. Koloid merupakan materi yang bersifat abstrak dan sub-sub pokok bahasan pada materi koloid memiliki keterkaitan satu sama lain. Masingmasing sub konsep pada materi koloid secara terintegrasi membentuk satu konsep koloid secara utuh. Dari uraian tersebut, diduga terdapat pengaruh penggunaan metode STAD dan TGT terhadap prestasi belajar siswa, dimana siswa yang diajar dengan menggunakan metode TGT memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode STAD. Pada STAD, tahap kuis dilakukan di setiap akhir sub pokok bahasan. Sehingga kedalaman pemahaman materi siswa terhadap konsep koloid akan terpecah-pecah pada masing-masing sub pokok bahasan. Sedangkan pada TGT, tahap turnamen dilakukan di akhir pokok bahasan. Hal ini secara tidak langsung memberikan tuntutan bagi siswa untuk mempelajari materi koloid secara utuh sebelum diadakannya turnamen. Sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman konsep secara utuh dan menyeluruh. 2. Pengaruh Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai standar keunggulan dan kesempurnaan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Apabila motivasi berprestasi siswa besar maka rasa takut akan kegagalan dan rendahnya keinginan berusaha bisa dikalahkan sehingga mempermudah siswa meraih tujuannya. Sebaliknya, apabila motivasi berprestasi rendah dan ketakutan akan kegagalan lebih besar maka siswa akan lebih sulit untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Dari uraian tersebut diprediksikan bahwa terdapat pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai keunggulan prestasi di kelas. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung tidak begitu tertarik untuk mencapai keunggulan prestasi di kelas. Sehingga, diduga terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa yaitu siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. 3. Interaksi Metode Student Team Achievement Division (STAD) Dan Team Game Tournament (TGT) Dilengkapi Laboratorium Virtual Dengan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid. Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana keduanya akan saling berpengaruh. Motivasi berprestasi adalah faktor internal dan metode pembelajaran adalah faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Untuk mengurangi kendala-kendala dalam proses pembelajaran Koloid dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan motivasi berprestasi dalam diri siswa dan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Pada pembelajaran materi koloid dengan menggunakan metode TGT dan STAD ditinjau dari motivasi berprestasi dimungkinkan akan terjadi fenomena dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan metode TGT daripada STAD. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan metode STAD daripada TGT. Dengan adanya turnamen dalam metode TGT, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi semakin terpacu untuk bekerja lebih keras dalam memenangkan turnamen. Di sisi lain, siswa dengan motivasi berprestasi commit to user rendah kurang berminat dengan adnya turnamen, sehingga prestasi belajar
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan metode TGT lebih rendah daripada metode STAD. Dengan demikian, diduga
terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan TGT
dilengkapi laboratorium virtual dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada materi pokok Koloid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Faktor Eksternal
Metode Mengajar
STAD dengan laboratorium virtual
Faktor Internal
TGT dengan laboratorium virtual
Motivasi Berprestasi
Prestasi Belajar Siswa Gambar 2.13 Skema Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan perumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan metode STAD dan TGT terhadap prestasi belajar siswa. 2. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. 3. Terdapat interaksi antara metode STAD dan TGT dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar pada siswa kelas XI. IPA semester genap tahun ajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yaitu pada bulan Februari-Juli 2011. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Penjelasan mengenai alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No.
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Penyusunan Instrumen Analisis Instrumen Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan
Februari
Bulan Maret April Mei
Juni
Juli
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Desain Faktorial 2 x 2. Rancangan ini menggunakan 2 kelompok subjek, yaitu kelompok pertama sebagai kelas eksperimen I dan kelompok kedua sebagai kelas eksperimen II. Rancangan penelitian yang digunakan tersaji dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Kelas TGT STAD
Metode Mengajar (A) A 1 commit to user A2
Motivasi Berprestasi (B) Tinggi (B1) Rendah (B2) A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: A1
:
Pengajaran dengan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi laboratorium virtual
A2
:
Pengajaran dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dilengkapi laboratorium virtual
B1
:
Motivasi berprestasi tinggi
B2
:
Motivasi berprestasi rendah
A1B1 :
Pengajaran dengan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi laboratorium virtual pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
A1B2 :
Pengajaran dengan metode Team Game Tournament (TGT) dilengkapi laboratorium virtual pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
A2B1 :
Pengajaran dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dilengkapi laboratorium virtual pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
A2B2 :
Pengajaran dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dilengkapi laboratorium virtual pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
C. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri atas: a. Metode Pembelajaran Pada penelitian ini akan digunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) yang dilengkapi dengan laboratorium virtual. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai standar keunggulan dan kesempurnaan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Pada penelitian ini motivasi berprestasi dikategorikan menjadi dua yaitu motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. 2. Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar pada materi pokok Koloid. Prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan afektif.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 5 kelas. 2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Dalam penelitian ini diambil dua kelas dari lima kelas yang memiliki kemampuan awal yang sama yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen I dengan metode TGT dan XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen II dengan metode STAD.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretest sebelum perlakuan dan to user posttest setelah perlakuan untuk commit mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada materi pokok Koloid akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data pada penelitian yang akan dilakukan berupa metode tes dan metode angket. a. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa sebagai aspek kognitif siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk objektif yang diberikan sebelum dan sesudah proses pembelajaran Koloid dengan perangkat tes yang sama. b. Metode Angket Metode angket dalam penelitian ini adalah angket aspek afektif untuk mengukur prestasi afektif siswa dan angket motivasi berprestasi untuk mengukur motivasi berprestasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar. Angket diisi langsung oleh siswa. 2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Penilaian Kognitif Instrumen yang digunakan dalam penelitian aspek kognitif berupa soalsoal objektif materi pokok koloid. Perangkat tes yaitu tes objektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Sebelum digunakan, perangkat tes ini diujicobakan kepada sekelompok siswa yang sudah menerima materi pokok Koloid untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda perangkat tes. 1) Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu perangkat tes dikatakan valid apabila perangkat tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas keseluruhan butir soal dan validitas item. Validitas keseluruhan butir soal digunakan formula dari Gregory (2007). Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan commitadalah to usersebagai berikut: dengan butir-butirnya. Formula Gregory
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ContentValidity(CV )
D A B C
D
Keterangan: A
: Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: Jumlah item yang kurang relevan menurut Panelis I dan relevan menurut Panelis II
C
: Jumlah item yang relevan menurut Panelis I dan kurang relevan menurut Panelis II
D
: Jumlah item yang relevan menurut kedua Panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif Panelis I Panelis II Jumlah Soal Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan 40
35
5
35
CV
5
0,8 Sedangkan validitas item digunakan formula korelasi Product Moment
sebagai berikut:
rxy
N N
X2
XY
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
N
: jumlah subyek
Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel commit to user
(Anas Sudijono, 2008: 181)
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Soal Valid 40 27
Invalid 13
2) Uji Reliabilitas Soal dinyatakan reliable bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian reliabilitas hendaknya langsung pada butir-butir item tes yang bersangkutan. Hal ini karena, jika dilakukan pembelahan tes bisa terjadi koefisien reliabilitas tes yang kita peroleh besarnya berbeda-beda. Pengujian reliabilitas tes objektif menggunakan rumus KR20 sebagai berikut : r11
n
St
2
n 1
pi qi St
2
Keterangan : r11
: koefisien reliabilitas tes
n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
St2
: varian total
pi
: proporsi peserta yang menjawab benar butir tes yang bersangkutan
qi
: proporsi peserta yang menjawab salah (qi = 1 - pi )
∑piqi : jumlah dari hasi perkalian pi dan qi (Anas Sudijono, 2008: 252-253) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,862. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kognitif memiliki reliabilitas tinggi. 3) Uji Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang commit to userdiperoleh, berarti semakin mudah
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal tersebut. Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
P
R T
Keterangan: P
: Indeks kesukaran item
R
: Jumlah
responden
yang
menjawab
benar
dari
seluruh
responden yang digunakan untuk analisis T
: Jumlah seluruh responden yang digunakan untuk analisis (Robert L. Lin dan Norman E. Gronlund, 2000: 365) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13, diperoleh hasil
seperti pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Soal Mudah Sedang 40 18 16
Sukar 6
4) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Untuk menentukan daya pembeda item dapat digunakan formula sebagai berikut:
D
(RU RL) 0,5T
Keterangan: D
: Daya pembeda
RU
: Jumlah responden berkemampuan tinggi (kelompok atas) yang menjawab benar
RL
: Jumlah responden berkemampuan rendah (kelompok bawah) yang menjawab benar
T
: Jumlah seluruh responden yang digunakan untuk analisis. (Robert L. Lin dan Norman E. Gronlund, 2000: 365)
Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13, diperoleh hasil commit to user seperti pada tabel 3.6.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Soal Jelek Cukup Baik 4 40 19 17
Baik sekali 0
b. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang akan digunakan adalah berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus disediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Tabel 3.7 Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang dinilai SS (selalu/sangat setuju) S (sering/setuju) TS (sangat jarang/tidak setuju) STS (tidak pernah/sangat tidak setuju)
Skor + 4 3 2 1
1 2 3 4
Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas keseluruhan butir soal dan validitas item. Validitas keseluruhan butir soal digunakan formula dari Gregory (2007).
Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk memeriksa
kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut:
ContentValidity(CV )
D A B C
D
Keterangan: A
: Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
commit to user Panelis I dan relevan menurut : Jumlah item yang kurang relevan menurut
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Panelis II C
: Jumlah item yang relevan menurut Panelis I dan kurang relevan menurut Panelis II
D
: Jumlah item yang relevan menurut kedua Panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 14, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif Panelis I Panelis II Jumlah Soal Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan 40
35
5
36
CV
4
0,8 Sedangkan validitas item digunakan formula korelasi Product Moment
sebagai berikut:
rxy
N N
XY
X2
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
N
: jumlah subyek
Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel (Anas Sudijono, 2008: 181) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 14, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif Kriteria Jumlah Soal Valid 40 27 commit to user
Invalid 13
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut: r11
n n 1
1
Si St
2
2
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas suatu tes
n
: jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1
: bilangan konstan
Si2 : jumlah varian skor dari tiap-tiap item S t2
: varian total
Kriteria pengujian: Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable). Jika r
11
≤ 0,70 maka tes hasil belajar belum memiliki reliabilitas yang tinggi
(unreliable). (Anas Sudijono, 2008:208-209) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 14, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,837. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen afektif memiliki reliabilitas tinggi. c. Instrumen Pengukuran Motivasi Berprestasi Siswa Instrumen pengukuran motivasi berprestasi siswa yang akan digunakan adalah berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus disediakan jawaban. Siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertanyaan, siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Tabel 3.10 Skor Pengukuran Motivasi Berprestasi Skor
Skor untuk aspek yang dinilai
+ SS (selalu/sangat setuju) 4 1 S (sering/setuju) 3 2 TS (sangat jarang/tidak setuju) 2 3 STS (tidak pernah/sangat tidak setuju) 1 4 Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada validitas item digunakan formula korelasi Product Moment sebagai berikut: rxy
N N
XY
X2
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
N
: jumlah subyek
Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel (Anas Sudijono, 2008: 181) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15, diperoleh hasil seperti pada tabel 3.11. Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Motivasi Berprestasi Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 40 27 13 commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uji Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut: r11
n n 1
1
Si St
2
2
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas suatu tes
n
: jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1
: bilangan konstan
Si2 : jumlah varian skor dari tiap-tiap item S t2
: varian total
Kriteria pengujian: Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable). Jika r
11
≤ 0,70 maka tes hasil belajar belum memiliki reliabilitas yang tinggi
(unreliable). (Anas Sudijono, 2008: 208-209) Proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,786. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen motivasi berprestasi memiliki reliabilitas tinggi.
F. Teknis Analisis Data 1. Uji Prasyarat a. Uji Kesamaan Rata-Rata Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal. Dengan cara menguji rata-rata nilai mid semester genap mata pelajaran Kimia antara siswa yang menggunakan metode TGT dan STAD. Untuk menguji kesamaan rata-rata ini digunakan alat uji Independent Samples T Test dengan bantuan program SPSS Statistics 17.0. Adapun langkah-langkah analisis hasil SPSS adalah sebagai commit to user berikut:
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Hipotesis H0 : tidak ada perbedaan rata-rata nilai mid semester antara kedua kelas H1 : ada perbedaan rata-rata nilai mid semester antara kedua kelas 2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Berdasar signifikansi: Signifikansi > 0,05; H0 diterima, tidak ada perbedaan rata-rata Signifikansi < 0,05; H0 ditolak, ada perbedaan rata-rata (Duwi Priyatno, 2008: 77) b. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi distribusi normal atau tidak Untuk menguji normalitas ini digunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS Statistics 17.0. Adapun langkah-langkah analisis hasil SPSS adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi normal 2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian Signifikansi > 0,05; H0 diterima, data berdistribusi normal Signifikansi < 0,05; H0 ditolak, data tidak berdistribusi normal (Duwi Priyatno, 2008: 46) c. Uji Homogenitas Varian Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan alat uji Levene’s Test dengan bantuan program SPSS Statistics 17.0. Adapun langkah-langkah analisis hasil SPSS adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis commit to user H0 : variansi populasi homogen
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H1 : variansi populasi tidak homogen 2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian Signifikansi > 0,05; H0 diterima, variansi populasi homogen Signifikansi < 0,05; H0 ditolak, variansi populasi tidak homogen (Duwi Priyatno, 2008: 76) 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB terhadap variabel terikat. Untuk menguji hipotesis dihitung dengan bantuan program SPSS Statistics 17.0. Adapun langkah-langkah analisis hasil SPSS adalah sebagai berikut: Pengujian terhadap Metode Pembelajaran 1) Hipotesis H0 : tidak ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara metode TGT dan STAD H1 : ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara metode TGT dan STAD 2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak Pengujian terhadap Motivasi Berprestasi 1) Hipotesis H0:
tidak ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah
H1:
ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah
2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian commit to user Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak Pengujian terhadap Interaksi Metode dan Motivasi Berprestasi 1) Hipotesis H0:
tidak ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara motivasi berprestasi tinggi dari metode TGT dan STAD dengan motivasi berprestasi rendah dari metode TGT dan STAD
H1:
ada perbedaan rata-rata nilai ujian antara motivasi berprestasi tinggi dari metode TGT dan STAD dengan motivasi berprestasi rendah dari metode TGT dan STAD
2) α = 0,05 3) Kriteria pengujian Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak (Duwi Priyatno, 2008: 97-98) 3. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis tersebut menunjukkan hasil bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe dengan bantuan program SPSS Statistics 17.0.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor motivasi berprestasi dan nilai prestasi belajar siswa materi pokok Koloid. Data diperoleh dari kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I dan XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I menggunakan metode pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dilengkapi laboratorium virtual dan kelas eksperimen II menggunakan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dilengkapi laboratorium virtual. 1. Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa Data motivasi berprestasi siswa diperoleh dari tes motivasi berprestasi, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa yang memiliki skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya termasuk kategori tinggi, dan siswa yang memiliki skor di bawah rata-rata termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 70 siswa yang terdiri dari 36 siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TGT dan 34 siswa dengan menggunakan metode pembelajaran STAD, terdapat 36 siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi dan 34 siswa memiliki motivasi berprestasi rendah. Secara rinci data skor motivasi berprestasi dapat dilihat pada lampiran 24 dan disajikan secara ringkas pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi dan Motivasi berprestasi Rendah. Siswa dengan Metode Siswa dengan Metode Motivasi Pembelajaran TGT Pembelajaran STAD berprestasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Rendah 19 52,78 17 50,00 Tinggi 17 47,22 17 50,00 Jumlah 36 100,00 34 100,00 commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan distribusi frekuensi skor motivasi berprestasi untuk kedua kelas eksperimen pada materi pokok koloid disajikan pada tabel 4.2 dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam lampiran 25. Tabel 4.2 No. 1 2 3 4 5 6 7
Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Berprestasi antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid Interval Nilai tengah TGT STAD 62,0 – 66,6 64,3 1 1 66,7 – 71,3 69,0 2 3 71,4 – 76,0 73,7 6 5 76,1 – 80,7 81,5 8 8 80,8 – 85,4 83,1 10 10 85,5 – 90,1 87,8 6 5 90,2 – 94,8 92,5 3 2 Jumlah 36 34 Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1
Histogram Perbandingan Skor Motivasi Berprestasi antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid
2. Data Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid a. Prestasi Kognitif Data prestasi belajar kognitif siswa dapat dilihat pada lampiran 24. Distribusi frekuensi data prestasi kognitif disajikan pada lampiran 26 dan dirangkum pada tabel 4.3.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 3 No. 1 2 3 4 5 6 7
Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid Interval Nilai tengah TGT STAD 63,0 – 68,3 65,65 1 5 68,4 – 73, 7 71,05 2 3 73,4 – 79,1 76,25 6 7 79,2 – 84,5 81,85 5 5 84,6 – 89,9 87,25 12 8 90,0 – 95,3 92,65 5 4 95,4 – 100,7 98,05 5 2 Jumlah 36 34 Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid
b. Prestasi Belajar Afektif Data prestasi belajar afektif siswa dapat dilihat pada lampiran 24. Distribusi frekuensi data prestasi kognitif disajikan pada lampiran 27 dan dirangkum pada tabel 4.4. Tabel 4. 4 No. 1 2
Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid
Interval 65,0 – 69,4 69,5 – 73,9
Nilai tengah TGT 67,2 0 71,7commit to user 4
STAD 5 4
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 4 5 6 7
74,0 – 78,4 78,5 – 82,9 83,0 – 87,4 87,5 – 91,9 92,0 – 96,4 Jumlah
76,2 80,7 85,2 89,7 94,2
11 8 7 1 5 36
9 9 5 2 0 34
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar 4.3
. Gambar 4.3
Histogram Perbandingan Prestasi Afektif antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid
Sedangkan untuk perbandingan presentase aspek-aspek afektif disajikan dalam tabel 4.5. Tabel 4. 5 No. 1 2 3 4 5
Perbandingan Presentase Aspek-Aspek Afektif Siswa antara Kelas TGT dan Kelas STAD pada Materi Pokok Koloid
Aspek Afektif Minat Sikap Konsep diri Nilai Moral
TGT (%) 70,83 76,39 70,14 71,01 75,00
STAD (%) 65,24 71,32 55,88 67,64 70, 03
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Kesamaan Rata-Rata Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui kemampuan awal yang sama antara siswa dengan metode pembelajaran STAD dan siswa dengan metode pembelajaran TGT. Uji yang digunakan adalah uji t dua pihak terhadap nilai mid semester genap mata pelajaran kimia. Adapun hasil komputasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 24. Dari perhitungan didapatkan bahwa harga signifikansi=0,544 > α=0,05
sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil
perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata mid semester genap mata pelajaran Kimia kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sama. Dengan mengasumsikan nilai mid semester genap mata pelajaran kimia sebagai kemampuan awal, maka kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. 2. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov. Komputasinya dapat dilihat pada lampiran 30 dan lampiran 31 sedangkan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelompok Signifikansi α TGT 0,113 0,05 STAD 0,155 0,05 TGT tinggi 0,200 0,05 TGT rendah 0,200 0,05 STAD tinggi 0,200 0,05 STAD rendah 0,200 0,05 MB tinggi 0,200 0,05 MB rendah 0,200 0,05
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok Signifikansi α TGT 0,200 0,05 STAD 0,200 0,05 TGT tinggi 0,200 0,05 TGT rendah 0,200 0,05 commit to user STAD tinggi 0,200 0,05
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
STAD rendah MB tinggi MB rendah
0,200 0,200 0,200
0,05 0,05 0,05
Normal Normal Normal
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji diperoleh signifikansi yang lebih besar dari alfa, sehingga diperoleh kesimpulan H0 diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Levene. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada lampiran 30 dan lampiran 31, sedangkan rangkuman hasilnya dapat dilihat secara ringkas pada tabel 4.8 dan tabel 4.9. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Kelompok Signifikansi (Based on Mean) STAD & TGT 0,441 Motivasi Berprestasi 0,544 Antar Sel 0,547 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif Kelompok Signifikansi (Based on Mean) STAD & TGT 0,770 Motivasi Berprestasi 0,479 Antar Sel 0,065
α
Kesimpulan
0,05 0,05 0,05
Homogen Homogen Homogen
α
Kesimpulan
0,05 0,05 0,05
Homogen Homogen Homogen
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan varian diperoleh signifikansi yang lebih besar dari α, sehingga diperoleh kesimpulan H0 diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varian yang sama. C. Pengujian Hipotesis Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan komputasinya dapatcommit dilihattopada userlampiran 30 dan 31. Adapun nilai
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rata-rata dan rangkuman hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama prestasi kognitif disajikan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11. Motivasi Berprestasi Tinggi Rendah Total
Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Prestasi Kognitif Metode Pembelajaran TGT 88,26 81,65 85,14
STAD 82,71 78,47 80,59
Total 85,64 80,06 82,93
Tabel 4.11 Rangkuman Uji Analisis Variansi Prestasi Kognitif Variabel Signifikansi α Kesimpulan Metode (STAD & TGT) 0,041 0,05 Berpengaruh Motivasi Berprestasi 0,012 0,05 Berpengaruh Metode dan motivasi berprestasi 0,571 0,05 Tidak ada interaksi 1. Nilai signifikansi metode pembelajaran adalah 0,041 < α=0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan ratarata prestasi kognitif siswa untuk materi pokok Koloid antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode STAD dan TGT. 2. Nilai signifikansi motivasi berprestasi adalah 0,012 < α=0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan ratarata prestasi kognitif siswa untuk materi pokok Koloid antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. 3. Nilai signifikansi metode dan motivasi berprestasi adalah 0,571 > α=0,05. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti, tidak ada perbedaan rata-rata prestasi kognitif antara siswa motivasi berprestasi tinggi dari metode STAD dan TGT dengan motivasi berprestasi rendah dari metode STAD dan TGT. Dengan kata lain tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi berprestasi dengan prestasi kognitif siswa. Sedangkan nilai rata-rata dan rangkuman hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama prestasi afektif disajikan pada tabel 4.12 dan tabel 4.13. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Prestasi Afektif Motivasi Berprestasi Tinggi Rendah Total
Metode Pembelajaran TGT 84,84 77,29 81,28
STAD 82,06 72,53 77,29
Total 83,53 74,91 79,34
Tabel 4.13 Rangkuman Uji Analisis Variansi Prestasi Afektif Variabel Signifikansi α Kesimpulan Metode (STAD & TGT) 0,008 0,05 Berpengaruh Motivasi Berprestasi 0,000 0,05 Berpengaruh Metode dan motivasi berprestasi 0,216 0,05 Tidak ada interaksi 1. Nilai signifikansi metode pembelajaran adalah 0,008 < α=0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan ratarata prestasi afektif siswa untuk materi pokok Koloid antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode STAD dan TGT. 2. Nilai signifikansi motivasi berprestasi adalah 0,000 < α=0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan ratarata terhadap prestasi belajar afektif siswa untuk materi pokok Koloid antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. 3. Nilai signifikansi metode dan motivasi berprestasi adalah 0,216 > α=0,05.
Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti, tidak ada perbedaan rata-rata prestasi afektif antara siswa motivasi berprestasi tinggi dari metode STAD dan TGT dengan motivasi berprestasi rendah dari metode STAD dan TGT. Dengan kata lain tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi berprestasi dengan prestasi afektif siswa. D. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Pada hipotesis
pertama, didapatkan kesimpulan bahwa metode
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia, baik prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh to user Muhibbin Syah (2009: 45) bahwacommit salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
belajar siswa adalah faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan. Dua metode pembelajaran yang berbeda, dalam hal ini STAD dan TGT, memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Berdasarkan rata-rata prestasi belajar kognitif pada tabel 4.10, diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada metode pembelajaran STAD. Prestasi belajar kognitif siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran TGT lebih tinggi daripada STAD. Hal ini dikarenakan pada metode pembelajaran TGT terdapat turnamen dengan menggunakan roda impian. Adanya turnamen ini menekankan kerjasama kelompok dalam mendiskusikan materi serta keaktifan siswa dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat sehingga semua siswa harus mempunyai pengetahuan yang cukup sebelum bermain. Selain itu, setiap individu juga akan tertantang untuk dapat menjawab pertanyaan dalam turnamen sehingga akan dapat menyumbangkan nilai bagi kelompoknya. Dorongan ini juga terjadi karena guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil memenangkan turnamen. Hal ini merupakan salah satu dari upaya yang dilakukan guru untuk memberikan motivasi kepada siswa. Sedangkan pembelajaran menggunakan metode STAD, turnamen diganti dengan kuis individu. Kuis dilakukan di setiap akhir pertemuan setelah diskusi kelompok. Diskusi ini dilakukan untuk memastikan setiap anggota dalam kelompok telah memahami materi. Hal ini dimaksudkan agar ketika kuis semua anggota kelompok dapat menjawab dengan benar sehingga akan menambah nilai bagi kelompok mereka. Namun semangat untuk belajar mempelajari materi Koloid yang belum dipahami dan juga semangat untuk menang masih kurang. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rataan prestasi belajar kognitif dan afektif kelas STAD lebih kecil dibandingkan kelas yang diajar menggunakan metode TGT. Berdasarkan prestasi belajar afektif, penggunaan metode pembelajaran STAD dan TGT memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok Koloid. Dari rata-rata prestasi user belajar afektif pada tabel 4.12,commit dapat todiketahui bahwa penggunaan metode
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran TGT lebih baik daripada metode pembelajaran STAD. Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Di sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai hasil pembelajaran pada aspek lainnya yaitu aspek kognitif. Prestasi belajar afektif siswa yang diajar dengan metode TGT lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode STAD karena adanya turnamen pada metode TGT dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Dari hasil observasi yang dilakukan juga terlihat bahwa siswa pada kelas TGT mempunyai minat dan antusias yang lebih besar terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket prestasi afektif pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa minat siswa sebesar 70,83%, sikap siswa sebesar 76,39%, konsep diri sebesar 70,14%, nilai sebesar 71,01%, dan moral siswa sebesar 75,00%. Sedangkan pada kelas STAD menunjukkan presentase yang lebih kecil dibandingkan kelas TGT. Dari hasil angket siswa pada kelas STAD menunjukkan bahwa minat siswa sebesar 65,24%, sikap siswa sebesar 71,32%, konsep diri sebesar 55,88%, nilai sebesar 67,64 %, dan moral siswa sebesar 70,03%. 2. Hipotesis Kedua Dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar kognitif dan afektif pada tabel 4.10 dan 4.12, motivasi berprestasi berpengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki nilai prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai standar keunggulan dan kesempurnaan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki. Motivasi berprestasi merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar. Siswa commit to usersekuat tenaga untuk memperoleh dengan motivasi berprestasi tinggi berusaha
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prestasi yang maksimal. Hal inilah yang membuat siswa dengan motivasi berprestasi tinggi bekerja lebih keras, mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya, dan mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi kognitif dan afektif yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi rendah. 3. Hipotesis Ketiga Pada hipotesis ketiga, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kimia, baik prestasi belajar kognitif maupun afektif pada materi pokok Koloid SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011, maka tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Pada tabel 4.10 dan 4.12, prestasi belajar kognitif maupun afektif, metode pembelajaran TGT lebih baik daripada metode pembelajaran STAD. Kemudian pada proses pembelajaran dengan metode TGT maupun STAD, peran motivasi berprestasi sangat dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif dan afektif. Semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi, maka semakin tinggi pula prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Sehingga apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik TGT maupun STAD, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Sebaliknya berapapun tingkat motivasi berprestasi siswa baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT akan memiliki prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik daripada metode pembelajaran STAD. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran TGT dan motivasi berprestasi yang tinggi dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran TGT dan motivasi berprestasi yang tinggi memberikan prestasi belajar (baik kognitif maupun afektif) yang lebih baik daripada metode pembelajaran STAD dan motivasi berprestasi rendah. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran STAD dan TGT terhadap prestasi belajar pada materi pokok Koloid siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Metode pembelajaran TGT lebih baik daripada metode pembelajaran STAD. Hal ini ditunjukkan dengan rerata prestasi belajar kelas TGT yaitu 85,14 (kognitif) dan 81,28 (afektif), sedangkan rerata prestasi belajar kelas STAD yaitu 80,59 (kognitif) dan 77,29 (afektif). 2. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia materi pokok Koloid siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rerata prestasi belajar siswa dengan motivasi berprestasi tinggi yaitu 85,64 (kognitif) dan 83,53 (afektif), sedangkan rerata prestasi belajar siswa dengan motivasi berprestasi rendah 80,06 (kognitif) dan 77,29 (afektif). 3. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar kimia materi pokok Koloid siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Baik siswa dengan motivasi berprestasi tinggi maupun rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan metode TGT daripada STAD. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan commit to user kualitas hasil belajar secara maksimal.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis a. Pembelajaran menggunakan metode Team Game Tournament (TGT) lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi pokok Koloid, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok Koloid sebaiknya disajikan dengan metode pembelajaran Team Game Tournament (TGT). b. Pada pembelajaran materi pokok Koloid perlu memperhatikan motivasi berprestasi, karena siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1.
Guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu metode Team Game Tournament (TGT). Untuk menerapkan metode TGT, guru hendaknya bisa memanajemen waktu dengan baik karena membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran dengan metode ceramah. Selain itu, guru hendaknya juga bisa mengatur kondisi kelas agar tetap kondusif karena suasana kelas yang menggunakan metode TGT cenderung ramai. Guru sebaiknya juga memilih permainan dan penghargaan untuk siswa yang menarik, sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mendapatkan prestasi maksimal.
2.
Dalam mengajar materi kimia Koloid, siswa hendaknya dirangsang untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa yaitu dengan memberi semangat kepada siswa dalam mengikuti proses commit to user pembelajaran maupun dalam mengerjakan tugas. Contoh lainnya yaitu
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan penghargaan bagi siswa yang memiliki prestasi yang tinggi. Dengan adanya penghargaan, siswa akan lebih termotivasi untuk berprestasi. 3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Game Tournament (TGT) guna mengetahui interaksinya terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user