PENGARUH PENGGUNAAN EAR PLUG TERHADAP KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERUSAHAAN TEKSTIL Moh. As'ad Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta
ABSTRACT This study aimed at learning the effects of ear plug use on work stress and fatigue-individually or in group. The noisy coming into the ears of a worker may result in work stress and fatigue. The use of ear plug may hinder the coming of noisy into the ears, so work stress and fatigue as a result of the noisy may decrease. This study applied experimental approach called pre-test post-test control group design by early measuring and observation before the treatment and measurement after treatment. The subjects were 70 weaving workers fulfilling the inclusing criteria. The subjects were divided into 2 groups, treatment group and control group. The division into two groups was done using random sampling, and each group consisted of 35 workers. Data analysis was done using co-variance and regression analysis. The results showed that: (1) there was significant positive influence on the use of ear plug on work stress (F = 70,448 and p < 0,01) and this positive influence was shown by determinant coefficient (R2) = 0,5088 (50,88%,); (2) there was significant positive influence of the ear plug use on fatigue (F = 78, 142 and p < 0,01) and that positive influence was shown by determinant coefficient (R2) = 0,5347 (53,47%); (3) there was significant positive influence of ear plug use on work stress and fatigue (F = 24,315 and p < 0,01) for work stress and (F = 28,958 and p < 0,01) for fatigue. Keyword: noisy – ear plug – fatigue – work stress
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
1
PENGANTAR Pengembangan industri di Indonesia khususnya industri tekstil adalah salah satu pendukung misi untuk tercukupinya kebutuhan akan sandang bagi masyarakat. Selain bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, perlu disadari bahwa industri tekstil dapat menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi tenaga kerja maupun masyarakat sekitar industri. Industri tekstil banyak didirikan dengan mesin-mesin maupun peralatan industri yang modem, dengan efek samping yang dapat ditimbulkannya. Efek samping itu pada umumnya banyak disadari setelah menimpa manusia. Industri tekstil di daerah Sleman Yogyakarta menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan terutama di bagian tenun (weaving). Kebisingan di perusahaan tekstil tersebut bersifat continue, dapat mengalami resiko kelelahan dan stress kerja. Untuk mengatasi kebisingan ini perlu ditekan pengaruhnya terhadap tenaga kerja, di antaranya dengan menggunakan ear plug (sumbat telinga). Kenyataan di lapangan didapatkan tenaga kerja yang bekerja di bagian tersebut pada umumnya tidak menggunakan ear plug pada waktu bekerja. Seharusnya tenaga kerja menggunakan ear plug pada saat bekerja pada tempat kerja dengan kebisingan tinggi. Skurr (1984) menyatakan bahwa untuk mengendalikan kebisingan dapat di lakukan secara medis antara lain dengan penggunaan ear plug bagi tenaga kerja. Suma'mur (1988) juga menyatakan bahwa untuk mengendalikan kebisingan salah satunya adalah dengan penggunaan ear plug bagi tenaga kerja. Hasil survei pabrik tekstil yang berlokasi di Sleman Yogyakarta didapatkan data bahwa: 1.
Intensitas kebisingan di bagian tenun atau weaving berkisar antara 95-99 dB (A).
2.
Tenaga kerja yang bekerja pada bagian tenun (weaving) terpapar kebisingan selama 8 jam kerja perhari dengan istirahat 1 jam dan terbagi dalam 3 shift.
3.
Tenaga kerja pada bagian tersebut pada umumnya tidak menggunakan ear plug (sumbat telinga) pads waktu bekerja.
4.
Tenaga kerja pada bagian tersebut mengeluh kurang konsentrasi, gelisah,
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
2
cemas, dan merasa lelah. Hal tersebut merupakan indikasi adanya stres dan kelelahan kerja.
Adanya kebisingan yang tinggi di tempat kerja dan kenyataan tenaga kerja yang tidak menggunakan ear plug pada saat bekerja serta memperhatikan keluhan-keluhan tenaga kerja di atas, maka mungkin stres kerja dan kelelahan kerja yang dialami tenaga kerja disebabkan karena tenaga kerja tidak menggunakan ear plug. Bahaya bahaya lingkungan kerja seperti fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologis perlu dikendalikan sedemikian rupa sehingga terciptalah suatu lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman. Berbagai cara pengendalian dapat dilakukan untuk menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan, namun pengendalian teknis teknologi pads sumber bahaya itu sendiri dinilai paling efektif dan merupakan alternatif pertama yang dianjurkan, sedangkan pemakaian alat pelindung diri merupakan alternatif terakhir. Ear plug bekerja sebagai penghalang antara kebisingan dengan telinga dalam. Alat pelindung telinga pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu ear plug (sumbat telinga) dan ear muff (tutup telinga). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas penggunaan ear plug adalah: (1) kebocoran suara apabila ukuran tidak sesuai, (2) perambatan gelombang suara melalui bahan alat pelindung, dan (3) konduksi suara melalui tulang dan jaringan (Siswanto, 1983). Kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan stres kerja dan kelelahan kerja pada tenaga kerja yang terpapar. Dengan demikian penggunaan ear plug yang menghalangi masuknya kebisingan ke telinga dalam, akan dapat menurunkan terjadinya stres kerja dan kelelahan kerja tenaga kerja. Kebisingan berpengaruh secara psikologis, yaitu menimbulkan rasa terganggu, tidak tenang, dan sulit untuk berkonsentrasi (Moran & Loeb, 1977). Suma'mur (1990) menyatakan faktor penyebab perasaan terganggu yang ditimbulkan oleh kebisingan akan semakin besar bila tingkat kebisingan juga semakin tinggi. Perasaan terganggu ini merupakan salah satu indikasi stres yang disebabkan oleh kebisingan. Myers (2002) menyatakan bahwa besamya stres yang Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
3
ditimbulkan oleh kebisingan sejalan dengan intensitas kebisingan tersebut. Kebisingan berpengaruh pada pekerjaan, tidur, dan rekreasi. Kebisingan juga menyebabkan
ketegangan
dan
kelelahan,
hilangnya
nafsu
makan
dan
terganggunya pencernaan serta rangsangan sakit kepala atau pusing (Setyawati, 1994). Pengaruh kebisingan selain pada penurunan pendengaran adalah gangguan tidur, kelelahan, gangguan konsentrasi, dan mulai tersinggung (Hartley &Adams, 1974). Ear plug atau sumbat telinga adalah segumpal bahan lembut yang dirancang tepat dengan bentuk Jiang telinga manusia, sehingga dapat menyumbat telinga tanpa kebocoran (Skurr, 1984). Penggunaan ear plug dimaksudkan untuk menghalangi masuknya kebisingan ke dalam telinga sehingga dapat mengurangi efek yang ditimbulkannya, yaitu berupa stres kerja dan kelelahan kerja. Masa kerja yang biasanya sejalan dengan usia dapat berpengaruh terhadap stres kerja (As'ad, 1987; Robbins, 1996). Hal ini disebabkan usia yang lebih tua, emosinya relatif lebih stabil dan telah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya dan cenderung lebih rendah stres kerjanya (Cooper & Payne, 1978). Masa kerja yang biasanya sejalan dengan usia dapat berpengaruh juga terhadap kelelahan kerja (Setyawati, 1994). Hal ini ini sebabkan kekuatan otot tenaga kerja yang lebih tua relatif lebih rendah daripada tenaga kerja yang lebih muda, sehingga kelelahan kerjanya cenderung lebih tinggi (Muchlas, I 99 r). Pada usia dewasa muda seseorang mempunyai kekuatan fisik yang tinggi namun stabilitas emosinya kadang-kadang belum stabil, sebaliknya pada usia tua seseorang tenaga kerja karena stabilitas emosionalnya lebih baik daripada usia muda maka dapat memberi dampak positif dalam melakukan pekerjaannya (Setyawati, 1994). Manusia dalam perkembangannya, akan mengalami perubahan fisik maupun mentalnya, perubahan yang dialami setiap manusia karena faktor usia yang sekaligus ada kaitannya dengan masa kerja juga mempengaruhi aktivitas kerja (As'ad, 1987). Lechman (1972) menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan dan kapasitas kerja. Dengan bertambahnya usia maka kecekatan, kekuatan fisik dan kesehatan akan ikut mengalami kemunduran. Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
4
Boring (1960) menyatakan bahwa kecepatan gerak dari berbagai gerakan tangan, jari dan kaki mencapai puncaknya pada saat orang mencapai usia 20 tahun dan usia 40 tahun berikutnya mulai terlihat adanya penurunan kecepatan. Walaupun ada penurunan yang berkaitan dengan masalah fisik, keadaan tersebut dapat diimbangi dengan pengalaman maupun kematangan mental tenaga kerja tersebut (Gilmer, 1966). Tenaga kerja yang senior cenderung puas dengan pekerjaannya karena mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan pengalamannya. Mereka cenderung lebih stabil emosinya sehingga secara keseluruhan dapat bekerja lebih lancar, teratur dan mantap (Davis, 1984). Berdasarkan landasan teoritik di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1.
Ada pengaruh penggunaan ear plug dan masa kerja terhadap stres kerja dan kelelahan kerja.
2. Ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap sires kerja. 3. Ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja. 4. Ada pengaruh masa kerja terhadap stres kerja. 5. Ada pengaruh masa kerja terhadap kelelahan kerja
Pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan Anakova, pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi yang komputasinya menggunakan Program SPSS.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test control group design (Shadish, Cook & Campbell, 2002). Secara skematis dapat dilukiskan sebagai berikut: 01
X
02
03
X
04
Keterangan:
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
5
01 dan 03 adalah pengukuran masa kerja dan stres kerja 02 dan 04 adalah pengukuran kelelahan kerja dan masa kerja X adalah pengukuran dengan penggunaan ear plug Alat Penelitian Dalam penelitian ini digunakan alat penelitian sebagai berikut: 1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur kebisingan 2. Reaction time, yaitu alat untuk mengukur waktu reaksi yang menunjukkan kelelahan tenaga kerja. 3. Skala stres kerja. Variabel Penelitian Independen variabel
: penggunaan ear plug
Dependen variabel
: kelelahan kerja dan stres kerja
Kovariabel
: umur dan masa kerja
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah para pekerja di pabrik tekstil yang memenuhi kriteria inklusi sebayak 70 orang, kemudian dilakukan random untuk membagi menjadi dua kelompok perlakuan sebanyak 35 orang, dan kelompok kontrol sebanyak 35 orang.
HASIL PENELITIAN 1. Hasil Pengukuran Stres Kerja Setelah Perlakuan Menguji kebenaran hipotesis pertama, yang menyatakan bahwa "ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja", dilakukan pengkajian pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dengan analisis kovariansi (Anakova). Variabel yang terkait dalam analisis ini adalah variabel bebas penggunaan ear plug, variabel terikat stres kerja, dan kovariabelnya adalah umur, dan masa kerja. Hasil pengukuran stres kerja setelah perlakuan menghasilkan, pada kelompok perlakuan, skor tertinggi 25,000 dan skor terendah 15,000, dengan rerata 18,543 dan terjadi perubahan (penurunan) rata-rata -4,000. Data tersebut, setelah dianalisis dengan uji-t amatan ulangan, diperoleh hasil t =10,461 dengan p= 0,01 Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
6
(berbeda signifikan). Pada kelompok kontrol, skor tertinggi 32,000 dan skor terendah 17,000 dengan rerata 21,971 dan perubahan (kenaikan) 0,829. Data di atas setelah dianalisis dengan uji-t amatan ulangan diperoleh hasil t = -1,914 dengan p > 0,05 (tidak berbeda signifikan). Mengetahui pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja, antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, diuji dengan analisis kovariansi. Uji tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dengan F = 70,448 dan p=0,000 dengan demikian ada pengaruh positif menggunakan ear plug terhadap stres kerja. Besarnya pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap stres kerja ditunjukkan oleh koefisien determinan (R2) = 0,5088 (50,88%). Besarnya pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap penuruanan stres kerja disebabkan fungsi harier atau penghalang dari ear plug yang menghalangi masukknya
intensitas
kebisingan
ke
dalam
telinga.
Kebisingan
dapat
mengakibatkan stres kerja, sehingga dengan menghalangi masuknya intensitas kebisingan ke dalam telinga dapat menurunkan stres kerja. Hal tersebut sesuai dengan yang yang dinyatakan oleh Grandjean (1985) bahwa kebisingan dapat menyebabkan stres kerja dan untuk mengendalikan kebisingan tersebut salah satunya yang paling sederhana adalah penggunaan ear plug. Penggunaan ear plug yang baik dapat menurunkan kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja sampai dengan 30 dB. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Suma'mur (1988) bahwa kebisingan menggangu konsentrasi dan kecenderungan membuat kesalahan kesalahan kerja, hal tersebut merupakan indikasi adanya sires kerja. Selanjutnya Suma'mur (1988) menyatakan bahwa untuk mengendalikan kebisingan salah satunya adalah penggunaan ear plug bagi tenaga kerja, karenaalat hi dapat mengurangi intensitas kebisingan yang diterima tenaga kerja sekitar 20-25 dB. Wawancara terhadap tenaga kerja dan pengamatan di lapangan didapatkan bahwa sebagian tenaga kerja merasa pusing dan perasaan tidak enak pads hari pertama sampai hari ketiga, namun hari-hari selanjutnya tenaga kerja merasa lebih nyaman dengan menggunakan ear plug. Umumnya tenaga kerja meminta ear plug kepada peneliti termasuk yang dijadikan kelompok kontrol, namun peneliti tidak dapat memberikannya, karena untuk kepentingan penelitian. Hal tersebut Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
7
menunjukkan bahwa ear plug benar-benar dibutuhkan oleh mereka dan tenaga kerja pada umumnya sadar akan kepentingan penggunaan ear plug, namun mereka tidak tahu bagaimana cars mendapatkannya atau membelinya. Berdasarkan analisis data diketahui terjadinya penurunan skor stres kerja pada kelompok perlakuan yang menggunakan ear plug dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa menggunakan ear plug) yaitu : (1) pada kelompok perlakuan yang menggunakan ear plug, skor terendah stres kerja sebelum menggunakan ear plug 16,00 dan skor tertinggi 31,00, setelah menggunakan earplug selama 14 hari skor stres kerja yang terendah turun dari 16,00 menjadi 15,00 dan skor tertinggi turun dari 31,00 menjadi 25,00 dengan rerata penurunan - 4,000; (2) pada kelompok kontrol (tanpa menggunakan ear plug) rerata kenaikan 0,829. hasil uji statistik dengan analisis kovariansi diperoleh I = 70,448 dan p=0,000 yang berarti penggunaan ear plug bermakna terhadap penurunan stres kerja. Hipotesis pertama yang menyatakan "ada pengaruh penggunaan earplug terhadaap stres kerja", diterima, dan pengaruh tersebut positif. Adanya penurunan skor stres kerja pada kelompok perlakuan disebabkan karena ear plug dapat mengurangi kebisingan yang masuk ke dalam telinga, sehingga stres kerja yang ditimbulkan oleh kebisingan menjadi semakin kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian Callestam, dkk (dalam Kryter, 1985) pada operator IBM tentang stres dan kelelahan kerja, dengan menggunakan perlakuan intensitas kebisingan 76 dB, 82 dB, 88 dB, 94 dB didapatkan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan maka semakin tinggi pula skor stres kerja. Berkurangnya intensitas kebisingan yang masuk ke dalam telinga tenaga kerja dengan menggunakan ear plug berarti stres kerja akan menjadi lebih kecil. Broadbent (dalam Sastrowinoto, 1985) menyatakan bahwa bising menyebabkan kelumpuhan pada daya atensi yang berpengaruh kepada hilangnya konsentrasi dan lumpuhnya kecerdasan mental. Sastrowinoto (1985) menyatakan bahwa tugas yang menuntut konsentrasi mental terus menerus akan lebih mudah diganggu bising daripada tugas lainnya Pelindung telinga yang paling sederhana adalah ear plug dan jika penggunaannya secara efektif maka pengurangan bising bisa sampai 30 dB. Faktor stres kerja yang dialami tenaga kerja sebelum perlakuan terbesar adalah Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
8
faktor fisik 78,57 persen, diikuti faktorperilaku 75,71 persen, faktor emosi 58,57 persen, dan yang terendah adalah faktor psikososial sebesar 26,99 persen. Setelah perlakuan faktor fisik menjadi 25,71 persen, faktor perilaku 27,14 persen, faktor emosi 34,29 persen dan faktor psikososial 19,05 persen. Penurunan stres kerja setelah perlakuan dengan penggunaan ear plug bagi tenaga kerja terbesar adalah faktor fisik 67,27 persen, diikuti faktor perilaku 64,15 persen, faktor emosi 41,45 persen dan yang terendah penurunannya adalah faktor psikososial yaitu sebesar 29,41 persen. Uraian di atas jelas bahwa penggunaan ear plug dapat menurunkan stres kerja. Ear plug benar-benar dibutuhkan oleh tenaga kerja karena terbukti dapat memberikan sumbangan positif untuk menurunkan stres kerja. Perhatian dari pihak pengusaha sangat diharapkan dalam rangka pemberian secara cuma-cuma dan pengawasan penggunaan ear plug di tempat kerja dengan kebisingan tinggi. Dengan demikian tenaga kerja akan merasa nyaman dan aman karena terlindungi kesehatannya sehingga akan bergairah kerja. Tenaga kerja yang sehat akan lebih produktif dan dapat mendukung kelangsungan usaha perusahaan. 2. Hasil pengukuran kelelahan kerja setelah perlakuan Pengujian kebenaran hipotesis kedua, yang menyatakan "ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja", dilakukan pengkajian pengaruh penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja dengan analisis kovariansi (Anakova). Variabel yang terkait dalam analisis ini adalah variabel bebas: penggunaan ear plug, variabel terikat: kelelahan kerja; dan kovariabel: umur dan masa kerja. Hasil pengukuran kelelahan kerja setelah perlakuan menghasilkan, pada kelompok kontrol skor tertinggi 816,21 dan skor terendah 247,98 dengan rerata 412,368 dan perubahan (rerata penurunan) - 1,571. Data tersebut di atas setelah dianalisis dengan uji-t amatan ulangan diperoleh hasil t = 0,310 dengan p 0,756 (tidak ada perbedaan yang signifikan). Pada kelompok perlakuan, skor tertinggi 752,46 dan skor terendah 23 8,17, dengan rerata 431,619 dan terjadi perubahan (rerata penurunan) -72,977. Data tersebut setelah dianalisis dengan ujit amatan
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
9
ulang, diperoleh hasil t = 10,681 dengan p = 0,000 (ada perbedaan signifikan). Mengetahui pengaruh penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diuji dengan analisis kovariansi uji tersebut, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dengan F = 78,142 dengan p = 0,000, dengan demikian ada pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja. Besarnya pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap penurunan kelelahan kerja ditujukkan oleh koefisien determinan (R2) = 0,5344 (53,44%). Analisis tersebut terlihat bahwa penggunaan ear plug dapat nemberikan sumbangan positif untuk menurunkan kelelahan kerja. Hal ini disebabkan fungsi penghalang dari ear plug yang menghalangi masuknya intensitas kebisingan ke dalam telinga. Kebisingan dapat menimbulkan kelelahan kerja, sehingga dengan menghalangi masuknya kebisingan kedalam telinga maka kelelahan kerja yang ditimbulkan oleh kebisingan akan semakin ringan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Grandjean (1985) bahwa kebisingan sebagai salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Untuk mengendalikan kebisingan salah satunya yang paling sederhana adalah penggunaan ear plug, penggunaan ear plug yang balk dapat mengurangi kebisingan yang diterima tenaga kerja sampai dengan 30 dB. Soeripto (1994) juga menyatakan bahwa kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi, kelelahan dan lain-lain. Upaya untuk menanggulangi kebisingan yang paling sederhana adalah dengan penggunaan alat pelindung telinga, salah satunya adalah ear plug.Hal senada juga dikemukakan oleh Charles (1991) bahwa alat pelindung diri (termasuk ear plug) merupakan cara pengendalian dan pencegahan bahaya yang paling sederhana. Penelitian Calestam, dick (dalam Kryter, 1985) menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan juga semakin tinggi kelelahan kerja. Dikuranginya kebisingan yang masuk ke dalam telinga tenaga kerja dengan menggunakan ear plug berarti kelelahan kerja akan menjadi lebih ringan. Suma'mur (1988) menyatakan bahwa kebisingan yang tinggi berakibat meningkatnya kelelahan. Selanjutnya Suma'mur (1988) juga menyatakan bahwa untuk mengendalikan Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
10
kebisingan antara lain agar tidak menimbulkan kelelahan salah satunya dengan penggunaan ear plug. Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Tasbeh dan Suharto (1980) yang menyatakan bahwa untuk mengurangi kebisingan yang masuk ke dalam telinga dapat dilakukan dengan pemakaian ear plug pada telinga tenaga kerja yang akan terpapar kebisingan. Analisis tersebut terlihat bahwa penggunaan ear plug dapat memberikan pengaruh positif terhadap penurunan kelelahan kerja. Analisis statistik dengan analisis kovariansi diperoleh basil F = 78,142 dengan p = 0,000 berarti penggunaan ear plug bermakna dalam menurunkan kelelahan kerja. Besarnya pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja adalah 53,47 persen, dengan rerata perubahan -72,977. Hipotesis kedua yang menyatakan "ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap kelelahan kerja", diterima dan pengaruh tersebut positif. Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa penggunaan ear plug) sebelum maupun setelah perlakuan tidak terjadi perubahan kelelahan kerja.
3. Hasil pengukuran stres kerja dan kelelahan kerja setelah perlakuan Pengujian kebenaran hipotesis ketiga yang menyatakan "ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja secara bersamasama", dilakukan pengkajian pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja dengan analisis regresi. Variabel yang terkait dalam analisis ini adalah, variabel bebas: penggunaan ear plug, variabel terikat: stres kerja dan kelelahan kerja; dan kovariabel: umur dan masa kerja. Berdasarkan analisis regresi setelah perlakuan menunjukkan pengaruh yang dengan nilai F regresi = 24,315 dengan p = 0,000 untuk variabel terikat stres kerja serta F regresi = 28,958 dengan p = 0,000 untuk variabel terikat kelelahan kerja. I berarti ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja. Besarnya pengaruh positif penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja sebesar (SE%) = 50,728 persen untuk stres kerja (SE%) = 51,038 persen untuk kelelahan kerja. Analisis di atas dapat diketahui hahwa penggunaan ear plug dapat menurunkan stres kerja dan kelelahan kerja. Terj adinya penurunan tersebut Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
11
karena ear plug dapat berfungsi sebagai penghalang kebisingan yang akan masuk ke dalam telinga, sehingga akibat yang ditimbulkan oleh kebisingan berupa stres kerja dan kelelahan kerja juga semakin kecil. Hal ini terbukti dari analisis statistik dengan uji regresi menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan nilai I " regresi = 24,315 dengan p = 0,000 untuk stres kerja serta F regresi = 28,958 dengan p = 0,000 untuk kelelahan kerja, yang berarti ada pengaruh positifpenggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja secara bersama-sama. Besarnya pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja secara bersama-sama sebesar (SE%) = 50,728 persen untuk stres kerja (SE%) = 51,038 persen untuk kelelahan kerja. Hipotesis ketiga yang menyatakan "ada pengaruh penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja secara bersamasama", diterima danpengaruh tersebut positif. Hasil tersebut di atas didukung oleh Calestam, dkk (dalam Krytet, 1985) dengan penelitiannya pada operator IBM tentang stres kerja dan kelelahan kerja, dengan memberikan perlakuan intensitas kebisingan 76 dB, 82 dB, 88 dB, dan 94 dB, didapatkan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan juga semakin tinggi pula skor stres kerja dan kelelahan kerja. Penggunaan ear plug yang berfungsi sebagai penghalang masuknya kebisingan ke dalam telinga, maka akibat pengaruh yang ditimbulkan oleh kebisingan berupa stres kerja dan kelelahan kerja juga semakin turun. Wrightman dan Deaux (dalam Purba, 1992) juga menyatakan bahwa stres yang ditimbulkan oleh kebisingan sejalan dengan intensitas kebisingan tersebut. Rasjid (1981) menyatakan bahwa kebisingan dapat menimbulkan gangguan tidur, kelelahan, gangguan konsentrasi dan mudah tersinggung. Mengendalikan kebisingan salah satunya penggunaan ear plug yang sederhana, praktis, dan relatif murah maka akibat-akibat tersebut di atas khususnya stres kerja dan kelelahan kerja dapat diturunkan. Hasil analisis pengujian statistik untuk melihat perbedaan nilai variabel antara sebelum dan setelah diberi perlakuan penggunaan ear plug dirangkum dalam tabel 1 dan tabel 2 berikut ini:
Tabel 1. Rangkuman Hasil Pengujian Statistik Variabel Peneliatian antara Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
12
Sebelum dan Setelah diberi Perlakuan Penggunaan Ear Plug Variabel dan Kelompok A Stres Kerja 1. KIp. Perlakuan 2. KIp. Kontrol
Nilai Uji
Keterangan
Perubahan
t =10,461 t=1,914
Berbeda signifikan Tdak berbeda
-17,7439% (turun) 3,9189% (naik)
B. Stres Kerja -16,9076% Berbeda 1. KIp. t =10,681 signifikan (turun) Perlakuan t = 0,310 0,3809% (turun) Tidak berbeda 2. KIp. Kontrol Sumber: Hasil Analisis Data Primer
Terlihat bahwa untuk semua variabel yang diberi perlakuan penggunaan ear plug memberikan pengaruh yang positif terhadap stres kerja dan kelelahan kerja yaitu memperlihatkan penurunan yang menyakinkan (bermakna). Pada kelompok yang tanpa diberi perlakuan penggunaan ear plug (kontrol) memperlihatkan kecenderungan penurunan stres kerja maupun kelelahan kerja yang tidak bermakna, bahkan pada variabel stres kerja cenderung mengalami kenaikan. Hasil uji regresi tersebut di atas juga diketahui adanya korelasi positif yang signifikan antara stres kerja dengan kelelahan kerja (r = 0,582) yang berarti sumbangan pengaruhnya (R2) = 0,3387 (33,87%). Hubungan tersebut dua arah yaitu semakin tinggi stres kerja, semakin tinggi pula kelelahan kerja dan semakin tinggi kelelahan kerja semakin tinggi pula stres kerja. Stres kerja dan kelelahan kerja erat kaitannya dengan terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai gambaran, berikut ini disampaikan data kecelakaan kerja di Pabrik Tekstil di Sleman Yogyakarta periode tahun 1995-2000 sebagai berikut:
Tabel 2. Data Kecelakaan Kerja di Pabrik Tekstil di Daerah Sleman Yogyakarta Periode Tahun 1995-2000 Tahun 1995 1996 1997
Jumlah 26 Kecelakaan 42 33
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
13
24 1998 1999 33 PerJuli200 26 Jumlah 184 0 Sumber: Data Perusahaan, Agustus 2000.
Hasil rekapitulasi kecelakaan kerja selama tahun 1999 diketahui bahwa dari 33 kejadiaan kecelakaan kerja, 12 (36,36%) kecelakaan lalu lintas dan 21 (63,64%) kecelakaan di tempat kerja. Jenis-jenis kecelakaan di tempat kerja mungkin disebabkan karena pekerja kurang konsentrasi dalam bekerja dan kelelahan kerja sehinggamenimbulkan tangan atau jari masuk mesin, terkena pisau pemotong, terpeleset dan masuk roll mesin, tersengat aliran listrik, dan sebagainya. Kecelakaan lalu lintas sebagian besar terjadi ketika pulang kerja dan sebagian kecil ketika berangkat atau tugas keluar perusahaan. Kejadian tersebut mungkin disebabkan akumulasi stres kerja dan kelelahan kerja selama bekerja, sehingga di pedalanan pulang kurang konsentrasi dan cukup lelah yang memudahkan untuk terjadinya kecelakaan seperti kendaraan tergelincir atau tabrakan. Penggunaan ear plug bagi tenaga kerja yang bekerja di tempat bising adalah sangat penting karena dapat menurunkan stres kerja dan kelelahan kerja. Peranan Serikat Pekerja sebagai wakil tenaga kerja dan P2K3 sebagai pengawas K3 tingkat perusahan, agar dapat ditingkatkan untuk dapat melindungi tenaga kerja baik yang bersifat nonaktif (upah, jam kerja, jamsostek, lembur, dan sebagainya) maupun yang bersifat teknis (kesehatan dan keselamatan kerja). Keberadaan Serikat Pekerja (SP) hendaknya dapat dirasakan manfaatnya bagi tenaga kerja, dan tenaga kerja mendapatkan informasi yang jelas tentang hal-hal yang telah diperjuangkan SP, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara tenaga kerja dengan SP. Memasuki era perdagangan bebas dunia bisnis dituntut untuk dapat bersaing merebut konsumen. Salah satu faktor yang menentukan tingkat daya saing barangbarang ekspor non migas Indonesia di pasar Internasional adalah mutu barang itu sendiri, karena barang yang bermutu baik merupakan pertimbangan utama calon
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
14
pembeli. Alasan-alasan impor oleh negara-negara maju ataupun negara-negara anggota organisasi perdagangan regional ditekankan pada alasan kesehatan, keamanan dan perlindungan konsumen serta lingkungan. Banyak produk ekspor indonesia ditolak oleh negara jepang, Amerika Serikat maupun negaranegara Eropa. Diawali
dengan
penerapan
ISO
(International
Organization
for
Standardization) 9000 tentang Manajemen Mutu sejak tahun 1994 yang bertujuan memberikan kenyakinan bahwa barang/jasa yang dihasilkan perusahaan memenuhi persyaratan mutu konsumen (Hadiwiardjo & Wibisono, 1996). Akan ada suatu perubahan yang monumental yang secara nyata akan meningkatkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan membawa pengaruh pada era organisasi melakukan kegiatan bisnis. Selama 10-20 tahun terakhir ini banyak organisasi di dunia telah mengimplikasikan pengawasan lingkungan, terutama karena adanya denda, hukuman penjara, dan alasan-alasan peraturan. Banyak dari faktor-faktor pendorong ini akan selalu dijumpai, tetapi sekarang ada alasan yang lebih penting dan positif. Hal ini akan membawa organisasi untuk melindungi lingkungan. Yang menjadi alasan dari semua ini adalah konsumen sekarang mensyaratkan bahwa lingkungan harus dilindungi dengan baik. Persyaratan ini dinyatakan dengan berbagai cara, namun demikian bentuk yang ada adalah sertifikat ISO 14001 tentang Manajemen Pengelolaan Lingkungan mulai tahun 1996. Industri mungkin merasa bahwa Sertifikat ISO 14001 dan Sistem Pengelolaan Lingkungan yang baru akan menambah biaya dan mereka benar, sekurangnya pada tahap awal. Beberapa biaya yang besar pasti akan ditemui, namun demikian dalam jangka panjang akan penghematan biaya sejalan mereka
menyatakan
enak,
nyaman,
dengan
dapat
dihindarinya
dapat
berkonsentrasi bekerja dan pembersihan limbah, denda, dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan masalah-masalah lingkungan. Biaya-biaya tersebut yang dapat membuat suatu organisasi gulung tikar, dan bukan hanya biaya proaktif untuk ISO 14001 (Kuhre, 1996). Ketentuan ISO 14001 secara mereka khawatir ear plug tersebut implisit telah memuat ketentuan- masuk ke dalam telinga. Ear plug ketentuan tentang Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
15
kesehataan dan yang digunakan dilengkapi dengan tali keselamatan kerja. Menurut draf yang yang mengikat keduanya, sehingga telah dibuat di Colorado Amerika tidak mudah hilang dan jika terlalu Serikat akan ada ISO 18000 yang masuk kedalam telinga bisa ditarik secara eksplisit memuat ketentuan-keluar. Peneliti juga mencoba ketentuan tentang persyaratan menggunakan ear plug diruangkerja kesehatan dan keselamatan kerja. Pada akhir pembahasan penggunaan yang benar kebisingan penelitian ini, peneliti mencoba mengecek ke perusahaan mengenai perkembangan setelah diadakan penelitian ini. Ternyata tenaga kerja di unit weaving yang pada saat penelitian tidak memakai ear plug sebulan setelah post-test dilakukan telah menggunakan ear plug yang diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. Peneliti mewawancarai beberapa tenaga kerja yang telah sekita empat bulan menggunakan ear plug dari bahan karet. Umumnya menyatakan enak, nyaman, dapat berkonsentrasi bekerja dan tidak cepat lelah serta selalu dipakai setiap hari dalam bekerja. Sebagian kecil tenaga kerja menyatakan masih mendengar kebisingan, setelah peneliti mengecek penggunaannya ternyata kurang benar, yaitu tidak rapat atau kurang masuk, hal ini dikarenakan mereka khawatir ear plug tersebut masuk kedalam telinga. Ear plug yang digunakan dilengkapi dengan tali yang mengikat keduanya, sehingga tidak mudah hilang dan jika terlalu masuk kedalam telinga bisa ditarik keluar. Peneliti juga mencoba menggunakan ear plug di ruang kerja bising tinggi di weaving, dengan penggunaan yang benar kebisingan yang masih diterima sangat kecil. Hal tersebut diatas sangat membahagiakan peneliti, karena hal sederhana yang peneliti telah lakukan dengan penelitian ini dan pendekatan serta penjelasan pentingnya ear plug secara lisan baik kepada pihak manajemen maupun tenaga kerja telah muali membuahkan hasil. Peneliti berharap hal ini benar-benar karena kesadaran pengusaha untuk melindungi kesehatan tenaga kerja, dan bukan keterpaksaan atau lipstic saja. Hal yang penting selanjutnya adalah mengawasi penggunaannya dan menjelaskan kepada tenaga kerja mengenai pentingnya ear plug untuk melindungi kesehatannya, cara penggunaan yang benar, serta merawat ear plug yang telah diberikan pengusaha dengan baik agar tidak hilang. TugasJurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
16
tugas pengawasan ini bisa dilakukan oleh kepala unit melalui para kepala seksi, agar ear plug selalu digunakan pada waktu bekerja di tempat bising tinggi. Pihak pengusaha, sebaiknya hal yang baik ini dapat diteruskan untuk masamasa mendatang secara berkelanjutan dalam rangka perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja. Untuk mendidik tenaga kerja agar disiplin menggunakan ear plug pada saat bekerja adalah dengan memberi hukuman (punishment) disiplin bagi tenaga kerja yang menggunakan ear plug dan mengganti bila ear plug yang telah diberikan hilang, dengan cara membeli sendiri di koperasi perusahaan. Cara paling efektif untuk mendislipinkan pengguanaan ear plug sebagai standar operasional kerja di perusahaan. Adanya korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja (Suma’mur, 1998), maka dengan perlindungan K3 bagi tenaga kerja akan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja maupun keuntungan dan kemajuan suatu perusahaan.
KESIMPULAN Ada pengaruh positif yang signifikan penggunaan ear plug terhadap stres kerja dan kelelahan kerja baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Saran yang diberikan antara lain agar perusahaan dapat memberikan ear plug kepada tenaga kerja khusunya unit weaving secara berkelanjutan, mengkampayekan tentang pentingnya ear plug, cara penggunaan dan perawatannya, mendidik tenaga kerja untuk disiplin menggunaaannya serta menjadikan penggunaan ear plug sebagai standar operasional.
DAFTAR PUSTAKA As'ad, M. (1987). Hubungan faktor umur, pendidikan, masa kerja, dan kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja pads petugas dinas luar asuransi. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Charles, C. (1991). Modul Kursus Higiene Perusahaan Bagi Paramedis Perusahaan. Jakarta: Bina Cipta Cooper, C. L., & Payne, R. (1978). Stres at Work New York: John Wiley and Sons Ltd. Cirandjean, E. (1985). Fitting The Task to The Ivfan. Philadhel phia: Taylor and Francis Inc. Hadi, S. (1998). Hand-out metodologi penelitian. Bahan Kuliah Program Studi Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
17
Ilmu Kesehatan Kerja.Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Hadiwiardjo, B. H., & Wibisono, S. (1996). Memasuki Pasar Internasional Dengan ISO 9000, Sistem Manajemen Mutu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hartley, L. R., & Adams, R. G. (1974).Effect of noice on the stroop test.Journal of Experimental Psychology, 102 (1), 62-66. Kryter, K.D. (1985). The Effects of Noise on Man. London: Academic Press, Inc. Kuhre, W. L. (1996). Sertifikat ISO 14001. Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta: Prehallindo. Moran, S. I. Y., & Loeb, M. (1977). Annoyance and behavioral after effect following interfering and non-interfering aircraft noice. Journal ofApplied Psychology, 62, 719-726. Muchlas, M. (1991).Stres dalam Lingkungan Kerja dan Carcara Penanggulangannya.Yogyakarta: Dian Nusantara. Myers, D. G. (2002).Social Psychology.New York : McGraw-Hill. Purba, R. E. (1992). Pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres kerja.Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Rasjid, R. (1981). Dasar-dasar kesehatan kerja.Materi Kursus Pembantu Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja.Jakarta. Robbins, P. S. (2005). Organizational Behavior: Concepts, r Controversies, Aplications 7 " Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Sastrowinoto,S. (1985). Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta: PT. BinawanPresindo. Setyawati, L. (1994). Kajian terhadap perasaan kelelahan kerja, penyusunan alat ukur serta hubungannya dengan waktu reaksi dan produktivitas kerja.Disertasi.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Experimental and Quasi Experimental Design For Generalized Causal Inference. Boston: Hougton Mifflin Company. Skurr, B. (1984). Audiometri klinis. Buku Kumpulan Kuliah Fakultas Kedokteran. Bandung: UniversitasPadjajaran. Soeripto. (1994). Penelitian pembuatan sumbat telinga. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, XXVII (3). Jakarta: Pusat Hiperkes Depnaker. Suma'mur. (19'90). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta: CV. Haji Manasung. Tasbeh, S., & Suharto.(1980). Studi perbandingan tentang efisiensi atenuasi suara daripada ear plug buatan Bina Hiperkes terhadap Deci Damp USA.Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, XIII (1).Jakarta: Pusat Hiperkes Depnaker RI.
Jurnal SPIRITS, Vol.1, No.2, Mei 2011. 97-224
ISSN : 2087-7641
18