Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
PENGARUH PENGENDALIAN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS PT ARDILES CIPTA WIJAYA SURABAYA Yudhitya Larasati
[email protected]
Triyonowati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The account receivable turnover level shows that a company has some illiquid working capitals and its existence is very influential on the company’s liquidity level. Based on the problem above the researcher conducts a research which is entitled: The Influence of Account Receivable Turnover to the Liquidity Level on PT Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. The purpose of this research is to find out the influence of the control of account receivable based on the account receivable turnover and the average of the collection of account receivable to the company’s liquidity. Quantitative method is applied as the method in this research while the data is analyzed by using regression analysis, correlation, hypothesis test and determination and using SPSS 20 for windows program. The result of research shows that simultaneously the account receivable turnover and the average of the collection of account receivable have an influence 85.8% to the liquidity and the remaining is 14.2% which is influenced by other factors. Partially the account receivable turnover has an influence 72.25% to the liquidity and the average of the collection of account receivable has an influence 82.08% to the liquidity. Keywords: Account Receivable Turnover, the Average of the Collection of Account Receivable, Liquidity ABSTRAK Tingkat perputaran piutang menunjukan bahwa perusahaan mempunyai sejumlah modal kerja yang tidak likuid sehingga dengan adanya modal kerja yang tidak likuid tersebut tentu sangat berpengaruh pada tingkat likuiditas perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengambil judul: Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Tujuan dari penulisan penelitian ini yaitu: untuk mengetahui pengaruh pengendalian piutang berdasarkan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif, sedangkan data di analisis dengan menggunakan analisis regresi, analisis korelasi, analisis determinasi dan uji hipotesis serta menggunakan program SPSS 20 for windows. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan pengendalian piutang berdasarkan variabel perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang berpengaruh sebesar 85,8% terhadap likuiditas dan sisanya sebesar 14,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan secara parsial variabel perputaran piutang berpengaruh sebesar 72,25% terhadap likuiditas dan rata-rata pengumpulan piutang berpengaruh sebesar 82,08% terhadap likuiditas. Kata kunci: Perputaran Piutang, Rata-rata Pengumpulan Piutang, Likuiditas
PENDAHULUAN Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh dengan semakin cepat, hal ini merupakan suatu dampak yaitu yang ditandai dengan semakin meningkatnya suatu persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan atau pimpinan perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu untuk mengelola faktor-faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien agar tujuan suatu perusahaan tercapai. Dalam hal ini pula
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
2
perusahaan juga dituntut untuk mampu menentukan kinerja usaha yang baik, sehingga perusahaan akan dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen harus mengelola perusahaan dengan baik dan harus didukung oleh penetapan perencanaan, kebijakan, prosedur, pendelegasian wewenang, metode-metode dan standar pelaksanaan yang dapat diterapkan untuk mengevaluasi hasil yang dicapai. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, ruang lingkup perusahaan semakin luas, sehingga tugas dan wewenang pimpinan didelegasikan kepada orang lain. Dengan demikian pimpinan perusahaan membutuhkan laporan-laporan dan analisis kegiatan operasional agar dapat mengarahkan, mengendalikan, melindungi perusahan dalam rangka usaha pencapaian tujuan. Kebutuhan akan laporan ini dapat dipenuhi dengan adanya sistem yang memadai dalam rangka pengelolaan kegiatannya. Perusahaan menyadari bahwa persaingan yang sangat ketat mengharuskan perusahaan terus bertahan dan mampu menghasilkan laba. Oleh karena itu, semakin dirasakan pentingnya suatu strategi pemasaran yang dapat membantu perusahaan untuk terus mempertahankan pangsa pasarnya. Strategi yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba salah satunya adalah penjualan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang kepada konsumen atau disebut piutang usaha. Di dalam piutang tertanam sejumlah investasi sebagaimana halnya dengan investasi pada aktiva lancar lainnya. Untuk itu harus dilakukan analisis tentang pengadaan piutang terutama dalam hal pengelolaannya, mulai dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang sampai kembali menjadi kas. Sebab investasi yang terlalu besar dalam piutang dapat menimbulkan lambatnya perputaran modal kerja sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualannya. Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan penjualan kredit, maka sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan resiko yang akan timbul lainnya. Oleh karena itu, sistem pengelolaan piutang harus dilakukan secara efektif dan efisien. Sistem pengelolaan piutang yang efektif akan mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan barang atau jasa secara kredit. Dan sebaliknya, jika pengelolaan piutang tidak berjalan dengan efektif yaitu lemahnya kebijakan pengumpulan dan prosedur penagihan piutang, maka akan menimbulkan resiko piutang tak tertagih (bad debt). Pengelolaan piutang usaha yang efektif diperlukan untuk mendorong kemampuan kas yang dibutuhkan untuk pembiayaan perusahaan karena penerimaan yang tidak sepadan dengan kebutuhan dana akan memberatkan dalam menjalankan program kerja yang telah ditetapkan sebagai sasaran kegiatan perusahaan. Sistem pengelolaan dan pengendalian piutang usaha yang baik sebagai upaya untuk lebih meningkatkan performansi/kinerja keuangan sebagai upaya untuk menekan biayabiaya terutama yang berkaitan langsung dengan pengelolaan piutang usaha seperti penyisihan piutang, penagihan piutang (yang bermasalah) dan penghapusan piutang usaha. PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya, merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pembuatan alas kaki. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Ardiles Cipta Wijaya seperti sepatu, sandal, sepatu sandal untuk dewasa, anak-anak, dan orang tua yang nyaman dan sehat. Dalam suatu perusahaan, ada kalanya penjualan kredit lebih besar posisinya daripada penjualan secara tunai dan memberikan kontribusi terbesar terhadap laba perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, peranan manajemen piutang dalam hal ini menjadi sangat
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
3
penting bagi perusahaan yang bersangkutan. Beberapa cara yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya piutang tak tertagih yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan antara lain: mempercepat proses penerbitan nota, mempercepat pengantaran surat penagihan, konfirmasi yang baik dari perusahaan kepada pihak pelanggan, dan lain-lain sebagainya. Akan tetapi, masalah yang umum dihadapi adalah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak selalu dapat diselesaikan dengan seluruhnya. Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “Apakah pengendalian piutang pada PT. Ardiles Cipta Wijaya berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian piutang berdasarkan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap tingkat likuiditas perusahaan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Kebijakan Penjualan Kredit Kebijaksanaan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah seseorang pelanggan akan diberikan kredit dan jika diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan. Ada beberapa unsur yang terkandung dalam penjualan kredit sebagaimana yang dijelaskan oleh (Kasmir, 2009: 74) yaitu : (a) kepercayaan; (b) waktu; (c) degree of risk; (d) prestasi . Manfaat Penjualan Kredit Investasi pada piutang akan memberikan manfaat bagi perusahaan. Penjualan kredit ini ditempuh dengan harapan agar bisa memperoleh penjualan yang lebih tinggi daripada menjual secara tunai, karena itu perusahaan mengharapkan memperoleh keuntungan yang lebih besar.Meskipun demikian, ada banyak biaya yang harus ditanggung.Pertama, ada kemungkinan piutang tidak terbayar. Kedua, perusahaan akan memerlukan dana yang lebih besar, dan semua dana mempunyai biaya. Karena itu perusahaan menanggung biaya dana yang lebih besar. Oleh karena itu, tambahan manfaat harus lebih besar dari tambahan pengorbanannya, agar pembentukan piutang tersebut bisa dibenarkan. (Adisaputra, 2008: 43) mengemukakan manfaat penjualan kredit, antara lain: (a) upaya untuk meningkatkan omzet penjualan; (b) meningkatkan keuntungan; (c) meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan para langganan; (d) manfaat keuntungan berupa selisih bunga modal pinjaman yang harus dibayarakan kepada bank sebagai sumber dana pembelanjaan piutang; (e) memenangkan persaingan. dalam dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan politik penjualan kredit ini. Pengertian Piutang Pada saat perusahaan menjual barang hasil produksinya, penjualan dapat dilakukan secara tunai atau secara kredit. Memberikan kredit berarti melakukan investasi kepada pelanggan. Penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan penjualan. Dengan meningkatnya penjualan diharapkan terjadi peningkatan terhadap laba perusahaan. Piutang timbul pada saat perusahaan melakukan pinjaman secara kredit. Namun, memiliki piutang menimbulkan biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu, analisis terhadap piutang penting karena dampaknya terhadap posisi aktiva dan arus laba. Kedua dampak ini saling terkait. Pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menagih semua piutangnya. Menurut (Kuswadi, 2005: 249) piutang adalah kekayaan perusahaan (aktiva
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
4
lancar) yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Sedangkan menurut (Munawir, 2010: 15) piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan dagang secara kredit. Pengendalian Piutang Dalam pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi setiap perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu, maupun keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan kebijakan piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi masalah piutang perusahaan. Untuk melaksanakan pengendalian kredit atas dana yang tertanam pada piutang, maka manajer harus memperhatikan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh manajer perusahaan. Menurut (Syamsuddin, 2007: 257), syarat kredit yang perlu diperhatikan oleh pihak manajer antara lain: (a) biaya-biaya administrasi; (b) investasi dalam piutang; (c) kerugian piutang (bad debt expanses); (d) volume penjualan. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over – RTO) Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi. Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Rata-Rata Pengumpulan Rata-Rata Piutang (Average Collection Period – ACP) Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil dan sebaliknya, maka berarti beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan. Likuiditas Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT Ardiles Cipta Wijaya sebuah perusahaan trading alas kaki di Indonesia. Sedangkan sample nya diambil data dari bagian accounting khususnya bagian piutang pada PT Ardiles Cipta Wijaya dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Sampel merupakan bagian dari populasi terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu, misal akan melakukan penelitian tentang piutang dan likuiditas, maka sample data adalah laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba/rugi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan laporan ini, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh perusahaan dalam bentuk angka-angka, seperti laporan keuangan perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
5
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan-laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu data tentang Perputaran piutang, Rata-rata pengumpulan piutang dan Likuiditas PT Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Data yang digunakan yaitu laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan pada saat penelitian berupa laporan neraca dan laba rugi. Periode yang digunakan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Dalam memperoleh data guna penelitian penulisan ini, maka perlu dilakukan proses pengumpulan data yang didalamnya terdiri dari informasi-informasi yang diterima oleh penulis baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang relevan dengan penganalisan masalah, yaitu: (a) penelitian lapangan (field research); (b) penelitian kepustakaan (library research). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable turn over – RTO) Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi. Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Apabila angka piutang rata-rata sama dengan nol ( 0 ), berarti perusahaan sudah tidak memiliki piutang lagi atau dengan kata lain, semua piutang sudah tertagih. Menghitung Receivable turn over – RTO Receveible Turn Over = Dimana, untuk menghitung rata-rata piutang adalah, b. Rata-Rata Pengumpulan Piutang (Average collection period – ACP) Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan. Menghitung Average collection period – ACP
Variable Dependent a. Likuiditas (Sartono, 2010) menyebutkan bahwa likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
6
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik Analisis Regresi Linier Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih varibel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Perhitungan regresi linier dihitung sebagai berikut: Dimana:
Y=a+b1 X1+b2 X2+ +e
n
n
n b
n
X iYi i 1
Xi i 1
n i 1
2
n
X i2
n
Yi i 1
;
a Y
bX
Xi i 1
Y = Variabel Terikat (Likuiditas) a = Konstanta b1 s/d b2 = Parameter koefisien regresi X1= Perputaran piutang X2 = Rata-rata Pengumpulan piutang e = Unsur ganggu (error) Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. 1) Uji Asumsi Klasik Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri atas : a) Hasil Pengujian Normalitas Data Residual Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian signifikansi koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu: 1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. 2. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal. Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plotsdalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
7
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. b) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF), Dimana Ri² adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2004:362). c) Uji Heteroskedastisitas Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji Glejser test, yaitu dengan mengregresikan variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila koefisien regresi dari masing-masing variabel modal kerja ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2004: 406). d) Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W). Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson: Apabila 1,65 < Durbin-watson < 2,35, tidak terjadi autokorelasi Apabila 1,21< Durbin-Watson < 1,65 atau 2,35 < Durbin-Watson < 2,97, tidak dapat disimpulkan. Apabila Durbin_watson <1,21 atau Durbin-Watson > 2,79, terjadi autokorelasi. 2. Analisis Korelasi Korelasi pada dasarnya merupakan nilai yang menunjukan tentang adanya hubungan antara dua variabel atau lebih serta besarnya hubungan tersebut, ini berarti bahwa korelasi tidak menunjukan hubungan sebab akibat.Apabila dipahami sebagai suatu hubungan sebab akibat, hal itu bukan karena diketahuinya koefisien korelasi melainkan karena rujukan teori
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
8
atau logika yang memaknai hasil perhitungan, oleh karena itu analisis korelasi mensyaratkan acuan teori yang mendukung adanya hubungan sebab akibat dalam variabelvariabel yang dianalisa hubungannya. Koefisien korelasi untuk 2 buah variabel X dan Y dengan jumlah data sebesar N, dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Karl Pearson, yaitu [1]:
Untuk menghitung koefisien korelasi ganda dapat digunakan rumus berikut [1]:
Dimana: ryx1= Koefisien korelasi antara variabel x1 dengan variabel y ryx2= Koefisien korelasi antara variabel x2 dengan variabel y Untuk kekuatan hubungannya, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 sampai 1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (-) [2]. Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan untuk memperoleh koefisien korelasi simultan atau bersama semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mencari berapa koefisien korelasi salah satu variabel bebas terhadap variabel terikat ketika variabel bebas yang lain dianggap konstan, dipergunakan persamaan korelasi parsial sebagai berikut:
Koefisien korelasi parsial dimaksudkan untuk mencari tahu seberapakuatkah, hubungan salah satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, tidak simultan atau bersama-sama. Koefisien korelasi menunjukan berapa besar varians total satu variabel berhubungan dengan varians variabel lain. Hal ini berarti bahwa tiap nilai r perlu ditafsirkan posisinya dalam keterkaitan tersebut. Untuk memberikan tafsiran pada nilai koefisien korelasi, dapat digunakan referensi guilford empirical rules pada tabel 1.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
9 Tabel 1 Penafsiran Koefisien Korelasi [1] Besar ryx ≥ 0,20 – < 0,40
Penafsiran Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
≥ 0,20 – < 0,40
Hubungan rendah atau lemah
≥ 0,40 – < 0,70
Hubungan sedang atau cukup
≥ 0,70 – < 0,90
Hubungan kuat
≥ 0,90 – ≤ 1,00
Hubungan sangat kuat
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, nilai koefisien determinasi juga dapat diperoleh dengan persamaan berikut: KP = (Rx1,x2,y)2 x 100% Nilai KP pada persamaan di atas menunjukan seberapa besar nilai variabel bebas x1 dan x2 mempengaruhi nilai variabel terikat y. Nilai (1 – KP) akan menunjukkan persentase besarnya pengaruh faktor-faktor lain di luar faktor yang ada pada variabel bebas, dalam mempengaruhi variabel terikat y. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar peranan varibel bebas (perputaran piutang, rata-rata pengumpulan rata-rata piutang, dan piutang tak tertagih) secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada dasar variabel terikat (likuiditas perusahaan). Untuk itu, dalam analisis regresi agar koefisien korelasi yang diperoleh dapat diartikan maka dihitung indeks determinasinya, yaitu hasil kuadrat dari koefisien korelasi:
R 2xy
(rxy ) 2
Indeks determinasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk menjelaskan persentase variasi dalam variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh bervariasinya variabel bebas (X). Hal ini untuk menunjukkan bahwa variasi dalam variabel tak bebas (Y) tidak sematamata disebabkan oleh bervariasinya variabel bebas (X), bisa saja variasi dalam variabel tak bebas tersebut juga disebabkan oleh bervariasinya variabel bebas lainnya yang mempengaruhi variabel tak bebas tetapi tidak dimasukkan dalam model persamaan regresinya. 4. Uji Hipotesis Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: a. Hipotesis parsial antara variabel bebas Perputaran Piutang terhadap variable terikat likuiditas. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Piutang terhadap variable terikat Likuiditas. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Piutang terhadap variable terikat Likuiditas b. Hipotesis parsial antara variable bebas Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap variable terikat Likuiditas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
10
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. c. Hipotesis secara keseluruhan antara variabel bebas Perputaran Piutangdan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap variable Likuiditas. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap variabel Likuiditas Ha : Terdapat pengaruh Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap variabel Likuiditas. Hipotesis Statistik a. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t). Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji dua pihak (two tail test) dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol (H0) : β = 0 dan hipotesis alternatifnya (Ha) : β ≠ 0. H0 : β1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Piutang terhadap Likuiditas. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Piutang terhadap Likuiditas. H0 : β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. Ha : β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F). H0 : β12 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. Ha : β12 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Piutang dan Ratarata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas Menentukan Tingkat Signifikan Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel–variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam statu penelitian. a. Pengujian Secara keseluruhan (Simultan) Hipotesis pada pengujian secara simultan ini adalah: H0 : β1 = β2 = 0 Ha : sekurang-kurangnya terdapat sebuah β ≠ 0 Rumus pengujian pada koefisien regresi secara keseluruhan (simultan) sebagaiman yang diungkapkan Gujarati (2004:258) adalah sebagai berikut: F = R² / k (1 - R²) / (n – k – 1) Untuk satu variabel bebas nilai R² sama dengan r². Statistic uji di atas mengikuti distribusi F dengan derajat bebas db1 = k dan db2 = n – K - 1, dengan K adalah banyaknya parameter. Adapun kriteria uji hipotesisnya adalah: F hitung ≥ F tabel, dengan α = 5 % maka tolak Ho artinya signifikan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
11
F hitung ≤ F tabel, dengan α = 5 % maka terima Ho artinya tidak signifikan b. Pengujian Secara Parsial Hipotesis operasional dalam pengujian secara parsial ini adalah : H0 : βi = 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Piutang, Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. Ha : βi ≠ 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Piutang, Ratarata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas. Dimana, i = 1, 2 Untuk menguji koefisien regresi secara individual, rumus menurut Gujarati (2004:134) adalah sebagai berikut:
ti = βi /Se βi dimana, i = 1, 2 βi = koefesien regresi ke – i Se βi = standar error koefesien ke - i
Statistik uji di atas mengikuti distribusi dengan derajat bebas n – k – 1, k merupakan banyaknya parameter pada persamaan regresi. Dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut: t hitung ≥ t table, dengan α = 5 % maka tolak Ho artinya signifikan t hitung ≤ t table ≤ t hitung, dengan α = 5 % maka terima Ho artinya tidak signifikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Kuantitatif Setelah diuraikan gambaran data variabel penelitian, selanjutnya untuk menguji pengaruh perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap likuiditas baik secara simultan maupun parsial, digunakan analisis regresi berganda. Uji Asumsi Klasik a. Hasil Pengujian Normalitas Data Residual Pengujian normalitas data residual hasil taksiran model regresi (error term) dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov terhadap data residual hasil taksiran model regresi. Hasil perhitungan untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CP RTO 7 7 N Normal Parametersa,b Mean 164.1629 2.7514 Std. Deviation 14.62238 1.04643 .197 .353 Most Extreme Absolute .124 .151 Differences Positive -.197 -.353 Negative Kolmogorov-Smirnov Z .522 .933 Asymp. Sig. (2-tailed) .948 .348 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
ACP 7 188.0714 186.72652 .477 .477 -.307 1.261 .083
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
12
Hasil perhitungan nilai Kolmogorov untuk model regresi yang diperoleh sebesar 0,948. Nilai probability uji Kolmogorov lebih besar dari tingkat kekeliruan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual dari model regresi berdistribusi normal. Selain itu, untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui grafik normal P Plot of Regression Statistic. Kondisi normalitas terpenuhi bila titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas)
Dari grafik normal P-Plot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dalam penelitian tidak terjadi gangguan normalitas, yang berarti data berdistribusi normal. b. Hasil Pengujian Multikolinearitas Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi pada pengujian parsial koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Coefficient Model
Franction Missing Info Tolerance
VIF
RTO
0.114
8.741
ACP a. Dependent Variable : CP
0.114
8.741
1
(Constant)
Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 3 diatas menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, dimana nilai VIF dari kedua variabel bebas lebih kecil dari 10 dan dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara kedua variabel bebas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
13
c. Hasil Pengujian Heterokedastisitas Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak efisien. Untuk menguji homogenitas varian dari residual digunakan uji rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila koefisien korelasi dari masingmasing variabel independen ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Pada tabel 4 berikut dapat dilihat nilai signifikansi masing-masing koefisien korelasi variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Tabel 4 Hasil Korelasi Rank Spearman Correlations RTO Spearman's rho RTO Correlation Coefficient 1.000 . Sig. (2-tailed) N 7 ACP Correlation Coefficient -.991** Sig. (2-tailed) .000 7 N CP Correlation Coefficient -.018 .969 Sig. (2-tailed) 7 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
ACP -.991** .000 7 1.000 . 7 .036 .939 7
CR -.018 .969 7 .036 .939 7 1.000 . 7
Dari tabel di atas, diperoleh korelasi nilai residual dengan variabel X1 dan X2 tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan (X1 = 0,969, X2 = 0,939) lebih dari 0,05. Sehingga disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi yang diperoleh. d. Hasil Pengujian Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi tahun berjalan dipengaruhi oleh error dari observasi tahun sebelumnya. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regressi dan berikut nilai Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regressi.
Model
R
Tabel 5 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi Model Summaryb R Square R Square Std. Error of the Durbin-Watson Adjusted Estimate
1 .926a .858 a Predictors: (Constant), ACP, RTO b Dependent Variable: CR
.787
6.74987
2.434
Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (D-W) = 2,434, sementara dari tabel d untuk jumlah variabel bebas = 2 dan jumlah pengamatan n = 7. Karena nilai Durbin-Watson model regressi (2,434) berada diantara dL (2,35) dan dU (2,97), yaitu daerah tidak ada autokorelasi maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada model regressi.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
14
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk melakukan prediksi, perubahan nilai variabel dependen yaitu likuiditasapabila nilai variabel bebas yaitu perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang naik atau turun nilainya. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan karena variabel yang menjadi kajian dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu dua variabel yaitu perputaran piutang sebagai variabel X1 dan rata-rata pengumpulan piutang sebagai variabel X2 dan satu variabel dependen yaitu likuiditas. Untuk model matematis untuk hubungan antara dua variabel tersebut adalah persamaan regresi berganda, yaitu sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2 X2 Hasil perhitungan koefisien regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20 for Windows berdasarkan data penelitian adalah berikut :
Model
1
(Constant)
Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 268.571
29.421
-25.097
7.785
-0.189 a. Dependent Variable: CP
0.044
RTO ACP
Sig.
9.129
0.001
-1.796
-3.224
0.032
-2.389
-4.289
0.013
Hasil koefisien regresi yang diperoleh dari tabel di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang menggambarkan hubungan data X dan Y yang digunakan adalah sebagai berikut: Y= 268,571–25,097 X1 – 0,189 X2 Persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 268,571 persen menunjukkan nilai rata-rata likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya selama periode tahun 2007-2013 tidak ada perubahan pada perputaran piutang maupun rata-rata pengumpulan piutang. 2. Perputaran piutang memiliki koefisien bertanda negatif sebesar -25,097, artinya setiap peningkatan perputaran piutang sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan likuiditas sebesar 25,097 persen dengan asumsi rata-rata pengumpulan piutang tidak berubah. 3. Rata-rata pengumpulan piutang memiliki koefisien bertanda negatif sebesar -0,189 artinya setiap peningkatan rata-rata pengumpulan piutang sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan likuiditas sebesar 0,189 persen dengan asumsi perputaran piutang tidak berubah. Hasil Analisis Korelasi Parsial Untuk mengetahui keeratan hubungan antara perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap likuiditaspada PT Ardiles Cipta WIjaya Surabayadigunakan analisis korelasi Pearson (product). Korelasi Pearson (product) digunakan sesuai dengan jenis data skala penelitian yang digunakan yaitu rasio. Berikutnya akan dilanjutkan dengan perhitungan korelasi parsial yang digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan masing-masing variabel independen (Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang) dengan Likuiditas. Melalui korelasi parsial akan dicari besar pengaruh masingmasing variabel independen terhadap Likuiditas ketika variabel independen lainnya dianggap konstan. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antarvariabel baik secara
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
15
parsial maupun simultan dapat dilakukan dengan bantuan perhitungan SPSS 20 for Windows sebagai berikut: 1. Korelasi Parsial Perputaran Piutang dengan Likuiditas Koefisien korelasi antara perputaran piutang dengan likuiditas ketika rata-rata pengumpulan piutang tidak berubah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Koefisien Korelasi Parsial Perputaran Piutang Dengan Likuiditas Correlations Control Variables RTO CR 1.000 -.850 ACP RTO Correlation .032 Significance (2-tailed) . 0 4 Df -.850 1.000 CR Correlation . Significance (2-tailed) .032 Df 4 0
Hubungan antara perputaran piutang dengan likuiditas ketika rata-rata pengumpulan piutang tidak berubah adalah sebesar 0,850 dengan arah negatif. Artinya hubungan perputaran piutang dengan likuiditas termasuk kuat/tinggi ketika rata-rata pengumpulan piutang tidak mengalami perubahan. Arah negatif menunjukkan bahwa ketika perputaran piutang meningkat, sementara rata-rata pengumpulan piutang tidak berubah maka likuiditas perusahaan akan menurun. Besarnya korelasi antara Perputaran Piutang terhadap Likuiditas PT Ardiles Cipta Wijaya Surabayaketika Rata-rata Pengumpulan Piutang tidak berubah adalah (-0,850)²x 100% = 72,25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Perputaran Piutang pada PT Ardiles Cipta Wijaya Surabayadapat mempengaruhi perkembangan likuiditas sebesar 72,25%. 2. Korelasi Parsial Rata-rata Pengumpulan Piutang dengan Likuiditas Koefisien korelasi antara Rata-rata Pengumpulan Piutang dengan likuiditas ketika perputaran piutang tidak berubah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Koefisien Korelasi Parsial Rata-rata Pengumpulan PiutangDengan Likuiditas Correlations Control Variables CR ACP 1.000 -.906 RTO CR Correlation .013 Significance (2-tailed) . Df 0 4 ACP Correlation -.906 1.000 Significance (2-tailed) .013 . 4 0 Df
Hubungan antara rata-rata pengumpulan dengan likuiditas ketika rata-rata pengumpulan piutang tidak berubah adalah sebesar 0,906 dengan arah negatif. Artinya hubungan rata-rata pengumpulan piutang dengan likuiditas cukup erat atau sedang ketika perputaran piutang tidak mengalami perubahan. Arah negative menunjukkan bahwa ketika rata-rata pengumpulan piutang meningkat, sementara perputaran piutang tidak berubah maka likuiditas perusahaan menurun. Kemudian besar pengaruh rata-rata pengumpulan piutang terhadap likuiditas perusahaan ketika perputaran piutang tetap adalah (-0,906)²x 100% = 82,08%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengumpulan piutang PT
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
16
Ardiles Cipta Wijaya Surabayadapat mempengaruhi perkembangan likuiditassebesar 82,08%. 3.
Korelasi Simultan Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas Hasil korelasi simultan Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang dengan Likuiditas dengan SPSS 20 for Windows adalah sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Korelasi Simultan Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang dengan Likuiditas Model Summaryb Std. Error of Adjusted the Model R R Square R Square Estimate .926a .858 .787 6.74987 1 a. Predictors: (Constant), ACP, RTO b. Dependent Variable: CR
Hasil perhitungan korelasi Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang dengan Likuiditas sebesar 0,926 (nilai R). Nilai korelasi positif berarti bahwa hubungan antara Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dengan Likuiditas berbanding lurus (bersifat positif) yang berarti jika semakin besar perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang maka Likuiditas akan tinggi. Nilai korelasi tersebut berada diantara 0,800 hingga 1,000 yang tergolong dalam kriteria sangat kuat. Jadi, hasil yang diperoleh secara simultan bahwa kedua variabel bebas (Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang) memiliki hubungan yang kuat/tinggi dengan Likuiditas. Koefisien Determinasi (KD) yang menunjukkan besarnya pengaruh Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas diperoleh dengan menggunakan rumus berikut: Kd = R² x 100 % Kd = (0,926)2 x 100 % Kd = 0,858 x 100% Kd = 85,8% Hasil ini berarti bahwa ada kontribusi sebesar 85,8%, artinya pengaruh perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang secara simultan terhadap likuiditas dan sisanya yaitu 14,2% merupakan pengaruh faktor-faktor lain diluar kedua variabel yang diteliti. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Pengaruh Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang secara Simultan terhadap Likuiditas pada PT Ardiles Cipta WIjaya Surabaya Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap likuiditas maka perlu dilakukan pengujian hipotesis secara simultan yang dapat silihat dari tabel ANOVA hasil pengolahan SPSS.20. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis statistik Ho :β1 = β2 = 0 : Menunjukkan variabel perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
17
Ha :β1 ≠ β2 ≠ 0 : Menunjukkan variabel perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang berpengaruh secara simultan terhadap variabel likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. b. Menentukan tingkat signifikansi Statistik uji untuk menguji hipotesis (Nilai F) dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan derajat kebebasan (k; n-k-1) df = 2;4. Pada tabel F untuk df1= 2, df2=4, maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 6,94. Dengan bantuan software SPSS versi 20, diperoleh output untuk mendapatkan nilai dari Fhitung sebagai berikut: F = R² / k (1 - R²) / (n – k – 1) Tabel 10 Anova Untuk Uji Simultan (Uji F) ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square 1 Regression 1100.641 2 550.321 Residual 182.243 4 45.561 1282.884 6 Total a. Dependent Variable: CR b. Predictors: (Constant), ACP, RTO
F 12.079
Sig. .020b
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Fhitung untuk model regresi yang diperoleh adalah 12,079 dengan nilai signifikansi sebesar 0,020. Sedangkan dari hasil yang diperoleh dari perbandingan Fhitung dengan Ftabel adalah Fhitung > Ftabel (12,079>6,94), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti kedua variabel bebas, yaitu perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Selain itu dari tabel ANOVA diatas diperoleh nilai signifikansi uji F sebesar 0,020, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil dengan tingkat signifikansi adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga kesimpulannya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang terhadap likuiditas pada PT.Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Hasil uji pengaruh Perputaran Piutang (X1) dan Rata-rata Pengumpulan Piutang (X2) terhadap Likuiditas (Y) diperoleh Fhitung (12,079) lebih besar dari Ftabel (6,94) yang menunjukkan bahwa perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. 2. Pengaruh Perputaran Piutang dan Rata-rata Pengumpulan Piutang Terhadap Likuiditas Secara Parsial pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,776 yang diperoleh dari tabel t pada α = 0.05 dan derajat bebas 4 untuk pengujian dua pihak. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
18
Tabel 11 Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Model
1
(Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
9.141
0.001
268.183
29.337
-25.038
7.773
-1.792
-3.221
0.032
-0.187 a. Dependent Variable: CR
0.044
-2.385
-4.288
0.013
RTO ACP
Nilai statistik uji t yang terdapat pada tabel 11 selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai ttabel untuk menentukan apakah variabel yang sedang diuji berpengaruh signifikan atau tidak. a. Pengaruh Perputaran Piutang Secara Parsial Terhadap Likuiditas. Untuk melihat pengaruh Profitabilitas terhadap harga saham, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 : Menunjukan bahwa perputaran piutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Ha : β1 ≠ 0 : Menunjukan bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas pada PT. Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Statistik uji untuk menguji hipotesis (nilai t) dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: t = β1/Seβ1 Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan derajat kebebasan (df= n-k-1) df= 7-2-1= 4, dimana nilai ttabel pengujian dua arah sebesar 2,776. Dan Dengan bantuan software SPSS.20, seperti terlihat pada tabel 15 diperoleh nilai thitung variabel perputaran piutang sebesar -3,221. Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel menunjukkan thitung lebih kecil dari ttabel (-3,221< -2,776) dengan nilai signifikansi (p-value) = 0,032 lebih kecil dari 0,05 artinya dengan tingkat kepercayaan 68% dapat disimpulkan pada tingkat Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti perputaran piutang secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap likuiditas. b. Pengaruh Rata-rata Pengumpulan Piutang Secara Parsial Terhadap Likuiditas. Untuk melihat pengaruh Rata-rata Pengumpulan Piutang Terhadap Likuiditas, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : β2 = 0 : Menunjukkan bahwa Rata-rata Pengumpulan Piutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel likuiditas pada PT.Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Ha : β2 ≠ 0 : Menunjukkan bahwa Rata-rata Pengumpulan Piutang secara parsial berpengaruh terhadap variabel likuiditas pada PT.Ardiles Cipta Wijaya Surabaya. Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan derajat kebebasan (df= n-k-1) df= 7-2-1= 4, dimana nilai ttabel pengujian dua arah sebesar 2,776. Dengan bantuan software SPSS.20, seperti terlihat pada tabel 15 diperoleh nilai thitung variabel Rata-rata Pengumpulan Piutang sebesar -4,228. Hasil yang diperoleh menunjukkan thitung untuk variabel Rata-rata Pengumpulan Piutang (X2) lebih kecil dari ttabel (-3,221< -2,776) sehingga pada tingkat kekeliruan 5%
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
19
Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai signifikansi (p-value)=0,013 artinya ada pengaruh dari Rata-rata Pengumpulan Piutang terhadap Likuiditas sebesar 1.3% atau berarti lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat diterima sebesar 5% yang berarti variabel Rata-rata Pengumpulan Piutang secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap likuiditas. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan uraian-uraian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya Penulis dapat menarik simpulan bahwa : (1) PT Ardiles CIpta Wijaya (ACW) dalam melaksanaan penerapkan prosedur pengelolaan dan sistem pengendalian piutang belum efisien untuk meningkatkan likuiditas perusahaan; (2) Nilai Perputaran Piutang pada PT Ardiles Cipta Wijaya Surabaya dapat mempengaruhi perkembangan likuiditas sebesar 72,25%; (3) Nilai rata-rata pengumpulan piutang PT Ardiles Cipta Wijaya Surabaya dapat mempengaruhi perkembangan likuiditas sebesar 82,08%; (4) Ada kontribusi sebesar 85,8%, artinya pengaruh perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang secara simultan terhadap likuiditas dan sisanya yaitu 14,2% merupakan pengaruh faktor-faktor lain diluar kedua variabel yang diteliti; (5) Hasil uji pengaruh Perputaran Piutang (X1) dan Rata-rata Pengumpulan Piutang (X2) terhadap Likuiditas (Y) diperoleh Fhitung (12,079) lebih besar dari Ftabel (6,94) yang menunjukkan bahwa perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, dengan nilai sig. 0,02 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Keterbatasan Keterbatasan data yang dilakukan penulis. Sehingga penulis menyarankan ke pada perusahaan agar memperketat penagihan piutang agar piutang tidak terlalu lama tertanam sehingga dapat direalisasikan menjadi kas yang menyebabkan kas yang diperoleh perusahaan menjadi kurang efektif, hal ini akan berdampak pada perusahaan sewaktuwaktu akan ditagih hutang jangak pendeknya. DAFTAR PUSTAKA Adisaputra, G. 2008. Anggaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Gujarati, D. 2004. Basic Economietrics Fourth Edition. Mc. Graw Hill Internatonal Edition. Singapore. Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana. Jakarta. Kuswadi, 2005, Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam. Gramedia. Jakarta. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan (Cetakan Kelima Belas). Liberty. Yogyakarta. Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi edisi keempat. BPFE. Yogyakarta. Syamsuddin, L. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ●●●