PENGARUH PENGENDALIAN INTERN DAN PENILAIAN KREDIT TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEK KUDUS
Mohammad Abdurrohman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur pengendalian intern dan penilaian kredit terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa jawaban responden dari pengumpulan data kuesioner. Sampel yang digunakan ada 36 koperasi simpan pinjam dari 58 koperasi simpan pinjam yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM. Ke-36 koperasi simpan pinjam yang terlibat menunjukkan tingkat respon 87,8 %. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis persamaan regresi berganda, sedangkan uji hipotesisnya menggunakan uji t dan uji f, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dalam struktur pengendalian intern, juga variabel penilaian kredit terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Sedangkan variabel pemantauan mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Sedangkan uji f menunjukkan bawa secara bersama-sama (stimultan) lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan dan penilaian kredit berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Kata kunci
: pengendalian intern, penilaian kredit, non performing loan.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Suatu bangsa tentu terus melakukan perbaikan dan peningkatan
perekonomiannya, termasuk Indonesia. Menurut Saraswati dan Yadyana (2014) salah satu cara yang ditempuh demi peningkatan perekonomian adalah mendirikan lembaga-lembaga perekonomian rakyat. Adapun lembaga keuangan yang dimaksud salah satunya adalah koperasi.
Termuat dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian bahwa: “Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.” Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah salah satu jenis koperasi yang disebut dalam pasal 83 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tetang Perkoperasian. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang didirikan untuk membantu anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan bunga yang relatif ringan. Di Kabupaten Kudus dari tahun ke tahun jumlah koperasi mengalami peningkatan. Jumlah koperasi aktif yang peneliti dapatkan dari website resmi Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus tahun 2008 berjumlah 291 meningkat menjadi 313 pada tahun 2009 dan meningkat lagi 340 pada tahun 2010. Data terakhir per 30 Juni 2014 yang peneliti dapatkan dari website resmi Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Jawa Tengah menunjukkan ada 516 koperasi di Kabupaten Kudus, dan 65 di antaranya sudah tidak aktif. Semakin banyaknya koperasi yang bermunculan, khususnya Koperasi Simpan Pinjam menjadikan sebuah persaingan tersendiri dalam menarik anggota agar ikut bergabung bersama koperasinya. Masing-masing Koperasi Simpan Pinjam mempunyai strategi sendiri dalam merekrut anggota, antara lain dengan menawarkan suku bunga pinjaman yang rendah, mudahnya persyaratan pinjaman, hingga pinjaman tanpa jaminan. Dari segala tawaran beragam tersebut, bukannya tidak ada risiko apa-apa, tapi dengan semakin mudahnya anggota dalam memperoleh pinjaman maka risiko adanya kredit bermasalah atau yang biasa disebut non performing loan (NPL) pun semakin besar, ini yang menjadikan Koperasi Simpan Pinjam kerap kebingungan. Non performing loan disebutkan dalam Standar Akuntansi Keuangan No 31 (dikutip oleh Hudzafidah, 2013) yang menyebutkan bahwa: “Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok
atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.” Non Performing Loan menjadi perhatian khusus di dunia perkreditan, karena dengan NPL pula dapat digunakan sebagai ukuran kinerja suatu lembaga perkreditan, dalam hal ini Koperasi Simpan Pinjam. Salah satu dampak negatifnya adalah mengurangi jumlah modal pada Koperasi Simpan Pinjam, dimana salah satu sumber modal dari Koperasi Simpan Pinjam memang dari simpanan anggotanya, pengembalian pinjaman serta suku bunga. Untuk menekan angka NPL tersebut diperlukan manajemen koperasi yang baik, terstruktur dan terintegrasi dengan baik. Sistem pengendalian intern menjadi penting keberadaannya untuk mencapai tujuan sebuah badan usaha, termasuk Koperasi Simpan Pinjam. Sistem Pengendalian intern salah satunya bisa digunakan untuk mengatur pemberian pinjaman kepada anggota. Menurut Saraswati dan Yadnyana (2014) pengendalian intern terhadap kelancaran pengembalian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam harus terus dievaluasi dan disempurnakan agar sesuai dengan tujuannya dan senantiasa dapat berperan sebagaimana mestinya. Selain sistem pengendalian intern yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk menekan angka NPL, penilaian kredit ternyata perlu juga mendapat perhatian lebih. Bagian pemasaran di Koperasi Simpan Pinjam sering melupakan masalah ini dikarenakan target mereka yang harus terpenuhi. Ini menjadi penyebab besar ancaman naiknya angka NPL. Menurut Tjoekam (2005) bahwa: “untuk dapat melakukan kegiatan perkreditan secara sehat, pihak bank harus menerapkan prinsip 5C yang meliputi Character (Kepribadian), Capaity (Kemampuan), Capital (Modal), Colateral (Jaminan), Conditions (Kondisi).” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tambahan variabel penilaian kredit, dimana ini adalah pengembangan daripenelitian yang dilakuka Saraswati dan Yadnyana (2014). Metode yang digunakan peneliti adalah kuantitatif, juga membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Laila (2013)
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka rumusan masalah
penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh dari pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan) dan penilaian kredit terhadap non performing loan (NPL) pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. 1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh
dari pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan) dan penilaian kredit terhadap non performing loan (NPL) pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Serta kegunaan penelitan ini adalah untuk menambah wawasan serta referensi dan sebagai bahan perbandingan jika di kemudian hari akan melakukan penelitian sejenis.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Teori Agensi (Agency Theory) Mursalim (dikutip oleh Palupi, 2011) Teori keagenan dapat dipandang
sebagai suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agen dan pihak yang lain disebut principal. Palupi (2011) Berdasarkan teori keagenan tersebut maka sistem pengendalian intern dirasa sangat penting bagi sebuah organisasi untuk menghindari konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen. Sistem pengendalian intern berfungsi untuk mengawasi tugas dan fungsi masing-masing unit bagian, sehingga setiap unit bagian memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Rapat anggota dalam koperasi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi hingga memiliki hak untuk memberikan tugas kepada pengurus dan pengawas. 2.2
Pengendalian Intern Rama dan Jones (2008) pengendalian internal (internal control) adalah
suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan
terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Mulyadi (2001) dari definisi pengendalian intern, menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Menurut COSO (Guidance on Monitoring Internal Control Systems) Dewasa ini banyak organisasi telah berinvestasi dalam meningkatkan kualitas sistem kontrol internal mereka. Rama dan Jones (2008) COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian internal. Adapun lima komponen tersebut adalah: a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk segala unsur pengendalian, yang membentuk disiplin dan struktur. Hall (2007) menegaskan bahwa lingkungan pengendalian adalah dasar untuk menentukan arah perusahaan dan memengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. b. Penilaian Risiko Adalah identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian internal. Saraswati dan Yadyana (2014) Penilaian risiko merupakan menganalisis, identifikasi dan pengelolaan risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. c. Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi risiko. Aktivitas pengendalian terdiri dari: - Penelaahan kinerja yang mencakup analisis kinerja - Pemisahan tugas - Pengendalian aplikasi - Pengendalian umum d. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu. Laila (2013) penerapan informasi dan komunikasi melalui meeting koordinasi piutang akan meminimlakan terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet. e. Pemantauan Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk meastikan bahwa pengendalian oraganisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan. Pemantauan ini memastikan operasi berjalan dengan baik. 2.3
Penilaian Kredit Riyanto (2001) menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah risiko dalam
pengambilan kredit, pihak perbankan perlu menggunakan atau memperhatikan penilaian kredit sebelum memutuskan untuk memberikan kredit kepada debitur. Riyanto (2001) menyebutkan dengan istilah The five C’s of Credit sebagai penilaian atau analisis terhadap calon pelanggan atau debitur: a. Character (Kepribadian) Menunjukkan kemungkinan dari pelanggan untuk secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. b. Capacity (Kemampuan) Merupakan pendapat subyektif mengenai kemampuan dari pelanggan. Hal ini didukung dengan riwayatnya di masa lalu, dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik atau toko maupun penghasilan pelanggan. c. Capital (Modal) Diukur posisi finansial perusahaan pelanggan secara umum, di mana hal ini ditunjukkan oleh analisis rasio finansial, yang khususnya ditekankan pada nilai modal dari perusahaan. d. Colateral (Jaminan)
Dicerminkan oleh aktiva dari pelanggan yang dikaitkan atau dijadikan keamanan kreit yang diberikan kepada pelanggan tersebut. e. Conditions (Kondisi) Menunjukkan pengaruh langsung dari kecenderungan ekonomi secara umum terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajiban. 2.4
Non Performing Loan Hariyani (2010) kredit bermasalah ialah kredit yang tergolong kredit
kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Non performing loan adalah nama lain dari kredit bermasalah yang mencakup kredit kurang lancar, kredit dalam perhatian khusus, kredit diragukan, dan kredit macet. Non performing loan adalah rasio yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja suatu koperasi. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio NPL dapat dihitung dengan rumus: Kredit kurang lancar + kredit diragukan + kredit macet Rasio NPL = X 100% Total kredit yang diberikan Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah ≥ 5% dari total portofolio kreditnya. 2.5
Hipotesis Penelitian Merujuk pada teori dan penelitian terdahulu maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut: H1
: Lingkungan pengendalian berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
H2
: Penilaian risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
H3
: Aktivitas pengendalian berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
H4
: Informasi dan komunikasi berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
H5
: Pemantauan berpengaruh negatif signifikan terhadap non perorming loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
H6
: Penialian kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus.
METODE PENELITIAN 3.1
Variabel Penelitian Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen
dan variabel dependen. a. Variabel independen: Pengendalian Intern [Lingkungan Pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Aktivitas Pengendalian (X3), Informasi dan Komunikasi (X4), Pemantauan (X5)], Penilaian Kredit (X6) b. Variabel dependen : Non Perfoming Loan (Y) 3.2
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi simpan pinjam di
Kabupaten kudus yang terdaftar di Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus yakni sejumlah 58. Karena populasi sedikit (<100) maka peneliti bermaksud menggunakan seluruh populasi sebagai sampel atau dengan metode sensus. 3.3
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yakni
sekunder dan primer. Data sekunder adalah data koperasi simpan pinjam dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus, sedangkan data sekunder adalah jawaban responden dari kuesioner yang disebar ke koperasi simpan pinjam. 3.4
Metode Analisis Data
3.4.1
Uji Validitas Instrumen Sugiyono (2008) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid yaitu jika r hitung > rtabel pada taraf signifikasi α 0,05, jika koefisien product moment > r-tabel (α ; n-2) n = jumlah sampel, nilai sig. ≤ α, Suliyanto (2006:149) 3.4.2
Uji Reliabilitas Instrumen Sugiyono (2008) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dikatakan reliabel jika koeisien Cronbach Alpha bernilai ≥ 0,6. 3.4.3
Uji Asumsi Klasik
3.4.3.1 Uji Normalitas Masrukin (2009) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal/tidak, model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal/mendekati normal. Data dikatakan normal jika pada grafik Normal Plot of Regresion Standizzed Residual penyebaran titik-titiknya tidak membentuk suatu pola(menyebar). 3.4.3.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokrelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamat lain pada model regresi. Uji autokorelasi dapat dilihat dalam nilai Durbin Watson jika Bila nilai DW berada di antara dU sampai dengan 4 - dU maka koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi. 3.4.3.3 Uji Multikolienaritas Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atu tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Apabila nilai VIF dibawah 10, maka tidak ada masalah multikolinearitas. 3.4.3.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, di mana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedassitas. Uji heterokedastisitas dapat
dilihat pada garfik scatterplot dimana penyebaran titik-titik mengikuti garis diagonal maka dikatakan tidak terdapat penyimpangan heterokedastisitas. 3.4.4
Persamaan Regresi Linear Berganda Menurut Sugiyono (2008) analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti,
bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel indepen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Keterangan: Y = Non performing loan a = Koefisien konstanta b1-b6
= Koefisien regresi
X1 = Lingkungan pengendalian X2 = Penilaian risiko X3 = Aktivitas pengendalian X4 = Informasi dan komunikasi X5 = Pemantauan X6 = Penilaian kredit e = error
3.4.5
Uji Hipotesis
3.4.5.1 Uji t Pengujian hipotesis menggunakan uji t yang digunakan untuk menguji koefisien regresi dari variabel independenya. Untuk menentukan nilai t-statistik tabel ditentukan tingkat signifikasi α = 5%. Bantuk pengujian menurut Suliyanto (2006) adalah sebagai berikut: Ho diterima jika
: t hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05
Ha diterima jika
: t hitung > t tabel atau Sig. ≤ 0,05
3.4.5.2 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah secara koefisien regresi variabel bebas mempunyai
pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
tergantung. Bentuk pengujiannya menurut Suliyanto (2006:198) adalah sebagai berikut:
3.4.6
Ho diterima jika
= F hitung ≤ F tabel atau sig. > 0,05
Ha diterima jika
= F hitung > F tabel atau sig. ≤ 0.05
Koefisien Determinasi Menurut Suliyanto (2001) koefisien determinasi digunakan untuk
mengukur ketepatan dari model analisis yang dibuat. Bila R 2 mendekati angka satu maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel tergantung semakin besar.
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Deskripsi Obyek Penelitian Menurut data dari website Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Jawa
Tengah jumlah total ada 516 koperasi, dan 65 di antaranya sudah tidak aktif. Dari ke 516 koperasi di Kabupaten Kudus 58 diantaranya bergerak pada bidang Koperasi Simpan Pinjam, yang syariah maupun konvensional. 4.2
Analisis Deskriptif Dari ke-58 Koperasi Simpan Pinjam yang terdaftar di Dinas Perindustrian
Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus yang sekaligus menjadi sampel penelitian ternyata ada beberapa yang tidak memenuhi syarat yaitu Koperasi Simpan Pinjam yang baru berdiri di tahun 2013 dan 2014. Ada 17 Koperasi Simpan Pinjam yang terbilang baru berdiri, sehingga tidak bisa diteliti karena pengalaman di dunia koperasi belum mempuni. Sisanya ada 41 kuesioner yang disebarkan sesuai jumlah Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus yang memenuhi syarat untuk diteliti. Namun dalam prakteknya ada 5 Koperasi Simpan Pinjam yang tidak memberi ijin penelitian atau bisa dikatakan kuesioner ditolak atau tidak kembali. Dengan kata lain dapat disimpulkan ada 36 kuesioner yang kembali dan bisa diolah, jika dihitung dalam persentase ada 87,8 %. 4.3
Uji Validitas Data
Semua data dikatakan valid karena r hitung lebih dari r tabel (0,3291).
Tabel 4.1 Uji Validitas Data No Instrumen 1 Non Performing Loan
2
Lingkungan Pengendalian
3
Penialaian Risiko
4
Aktivitas Pengandalian
5
Informasi dan Komunikasi
6
Pemantauan
7
Penilaian Kredit
Sumber: Data Primer Diolah, 2014.
Item Pertanyaan Y_1 Y_2 Y_3 Y_4 Y_5 Y_6 X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 X1_5 X1_6 X2_1 X2_2 X2_3 X2_4 X2_5 X2_6 X3_1 X3_2 X3_3 X3_4 X3_5 X3_6 X4_1 X4_2 X4_3 X4_4 X4_5 X4_6 X5_1 X5_2 X5_3 X5_4 X6_1 X6_2 X6_3 X6_4 X6_5
R hitung 0,475 0,700 0,682 0,717 0,830 0,784 0,757 0,809 0,684 0,841 0,701 0,684 0,740 0,770 0,835 0,829 0,886 0,846 0,748 0,780 0,774 0,846 0,822 0,761 0,706 0,816 0,784 0,823 0,737 0,750 0,784 0,908 0,703 0,454 0,752 0,893 0,865 0,869 0,810
R tabel 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291 0,3291
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
4.4
Uji Reliabilitas Data Semua data dikatakan reliabel karena koefisien cronbach’s alpha > 0,6. Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Data Cronbach’s Alpha Hitung Tabel 0,799 0,60 0,827 0,60 0,887 0,60 0,872 0,60 0,860 0,60 0,680 0,60 0,894 0,60
Variabel Non performing loan Lingkungan Pengendalian Penilaian Risiko Aktivitas Pengendalian Informasi dan Komunikasi Pemantauan Penialain Kredit Sumber: Data Primer Diolah, 2014 4.5
Uji Asumsi Klasik
4.5.1
Uji Normalitas
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Gambar 4.1 Normal P-P Plot Reggresi Variabel Non performing loan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: NPL
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Melihat grafik di atas, penyebaran titik-titik mengikuti garis horisontal, maka dapat dikatakan data dalam penelitian ini normal. 4.5.2 Uji Autokorelasi Hasil olah data menggunakan bantuan software SPSS 15.0 diperoleh angka Durbin Watson adalah 1,743. Angka tersebut memenuhi syarat pengujian autokorelasi yaitu berada di antara ≥ -2 dan ≤ 2, yakni -2 < 1,743 < 2. Dapat
diambil kesimpulan bawa uji korelasi yang dilakukan pada variabel non performing loan tidak terjadi autokorelasi. 4.5.3
Uji Multikolienaritas Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance Lingkungan Pengendalian 0,504 Penilaian Risiko 0,411 Aktivitas Pengendalian 0,456 Informasi dan Komunikasi 0,314 Pemantauan 0,880 Penilaian Kredit 0,293 Sumber: Data Primer Diolah, 2014.
VIF 1,986 2,433 2,191 3,185 1,136 3,410
Keterangan Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 4.3 menyajikan hasil dari uji multikolinearitas yang menunjukkan nilai tolerance > 0,1 dan nila VIF < 10. Jadi dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. 4.5.4
Uji Heterokedastisitas Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas untuk Regresi Variabel Y
Dengan melihat gambar 4.2 dapat diketahui bahwa tidak terjadi heterokedastisitas karena titik-titik menyebar atau tidak membentuk pola tertentu.
4.6
Persamaan Regresi Berganda Tabel 4.4 Analisis Regresi Linear Berganda Model
Unstandardize d Coefficients B
(Constant) Lingkungan Pengendalian Penilaian Risiko Aktivitas Pengendalian Informasi dan Komunikasi Pemantauan Penilaian Kredit t tabel Signifikansi F F Hitung F Tabel Adjusted R Square Sumber: Data Primer Diolah
53,307 -0,267 -0,330 -0,417 -0,556 -0,205 -0,250
Std. Error 3,262 0,110 0,083 0,079 0,085 0,119 0,107
Standardize d Coefficients Beta
-0,168 -0,303 -0,383 -0,573 -0,090 -0,212 2,045 0,000 67,511 2,43 0,930
t
Sig.
16,343 -2,435 -3,961 -5,277 -6,551 -1,714 -2,346
0,000 0,021 0,000 0,000 0,000 0,097 0,293
Berdasarkan hasilpenelitian, maka model persamaan regresi linear berganda adalah: Y = (53,307) – 0,267X1 – 0,330X2 – 0,417X3 – 0,556X4 – 0,205X5 – 0,250X6 + e Model regresi tersebut di atas dapat diartikan bahwa nilai koefisien 53,307 berarti secara statistik jika semua variabel bebas bernilai 0, maka nilai variabel terikat bernilai 53,307. Nilai regresi dari lingkungan pengendalian (-0,267), penilaian risiko (-0,330), aktivitas pengendalian (-0,417), informasi dan komunikasi (-0,556), pemantauan (-0,205), penilaian kredit (-0,250) memiliki kecenderungan mempengaruhi non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Angka pada setiap variabel bertanda negatif (-) artinya jika semakin baik variabel bebas atau dalam hal ini pengendalian intern dan penilaian kredit maka berdampak pada penurunan angka non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. 4.7
Uji Hipotesis
4.7.1
Uji-t
4.7.1.1 Lingkungan Pengendalian Tabel 4.4 variabel lingkungan pengendalian nilai sig 0,021 < dari nilai probabilitas < 0,05. Variabel lingkungan pengendalian mempunyai t hitung yakni 2,435 > t tabel 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Hasil yang didapat sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Yadyana (2014) dimana lingkungan pengendalian berpengaruh positif signfikan terhadap kelancaran pengembalian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar. 4.7.1.2 Penilaian Risiko Tabel 4.4 menunjukkan variabel penilaian risiko nilai sig 0,000 < 0,05. Variabel penilaian risiko mempunyai t hitung 3,961 > t tabel 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel penilaian risiko berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Ini sejalan dengan teori yang ada dimana penilaian risiko diperlukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang mengganggu tujuan suatu sistem pengendalian intern, dalam hal ini menaksir risiko kredit bermasalah dari setiap transaksi perkeditan. 4.7.1.3 Aktivitas Pengendalian Tabel 4.4 variabel aktivitas pengendalian nilai sig 0,000 < 0,05). Variabel aktivitas pengendalian mempunyai t hitung 5,277 > 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
aktivitas
pengendalian
pengendalian berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten kudus. Aktivitas pengendalian dalam Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus berperan penting dalam penurunan non performing loan lewat pemisahan tugas karyawan sehingga mengurangi peluang karyawan akan melakukan tugas ganda. 4.7.1.4 Informasi dan Komunikasi Tabel 4.4 variabel informasi dan komunikasi nilai sig 0,000 < 0,05). Variabel informasi dan komunikasi mempunyai t hitung 6,551 > t tabel 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel informasi dan
komunikasi berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Hasil yang didapat sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Yadyana (2014) diamana informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap kelancaran penerimaan kredit pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar. 4.7.1.5 Pemantauan Tabel 4.4 variabel pemantauan nilai sig 0,097 > 0,05). Variabel pemantauan mempunyai t hitung 1,714 < 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel pemantauan tidak berpengaruh signifikan terhadan non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Saraswati dan Yadyana (2014) dimana pemantauan tidak berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian yang dilakukan Ekaulandari dan Dwirandra (2013) dimana pemantauan tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem pemberian kredit LPD di Kabupaten Gianyar. Pemantauan yang dilakukan merupakan pemantauan secara keseluruhan pada pengendalian intern, bukan pada aktivitas perkreditan saja. Aktivitas pemantauan bisa lebih ditingkatkan dan menaruh perhatian lebih pada aktivitas perkreditan. 4.7.1.6 Penilaian Kredit Tabel 4.4 variabel penilaian kredit nilai sig 0,026 < 0,05. Variabel penilaian kredit mempunyai t hitung 2,346 > t tabel 2,045, pada taraf signifikan 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel penilaian kredit berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. Hasil dari penelitian ini juga sama apa yang pernah diteliti oleh Hudzafidah (2013) yang meneliti pentingnya analisis 5C dalam pemberian kredit terhadap non performing loan pada BPR Antar Parama Krasakan Probolinggo. 4.7.2
Uji F Uji F dapat dilihat pada Tabel 4.4 dimana diperoleh nilai sig 0,000 < dari
probabilitas 0,05 dan nilai F hitung (67,511) > F tabel (2,43), berarti secara bersama-sama
(simultan)
pengendalian
intern
(lingkungan
pengendalian,
penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan) dan penilaian kredit berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. 4.8
Koefisien Determinasi Dilihat pada Tabel 4.4 nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,930 atau
93%, angka ini dapat diartikan bahwa 93% angka non performing loan dipengaruhi oleh pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan) dan penilaian kredit. Sedangkan sisanya 7% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah diuraikan dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian dalam pengendalian intern berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus. 2. Penilaian risiko dalam pengendalian intern berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus. 3. Aktivitas pengendalian dalam pengendalian intern berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus. 4. Informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus. 5. Pemanatauan
dalam
pengendalian
intern
berpengaruh
negatif
tidak
berpengaruh signifikan terhadap non performing loan pada Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Kudus.
6. Penilaian kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. 7. Terdapat pengaruh signifikan dari keseluruhan variabel pengendalian intern dan penilaian kredit secara stimultan terhadap non performing loan pada koperasi simpan pinjam di Kabupaten Kudus. 5.2.
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Masih ada keterbatasan data yang diambil peneliti karena tidak diberikannya ijin dari Koperasi Simpan Pinjam yang diteliti, yakni data rasio non performing loan masing-masing koperasi. Untuk penelitian berikutnya disarankan lebih lengkap lagi dari segi data.
2. Belum tercakupnya semua objek penelitian karena beberapa hal antara lain, tidak diberikannya ijin penelitian dan Koperasi Simpan Pinjam yang masih baru, sehingga kurang pas untuk diteliti karena belum banyak mempunyai pengalaman, bahkan belum menerapkan sistem pengendalian intern.
3. Perlu ditambah metode wawancara untuk mengumpulkan data, sehingga meminimalisir responden tidak objektif dalam mengisi kuesioner. Sayangnya seringkali manager tidak bersedia meluangkan waktunya untuk dimintai wawancara lebih lanjut.
4. Koperasi Simpan Pinjam hendaknya terus meningkatkan sistem pengendalian intern mereka, dan tetap melakukan penilaian kredit demi meminimalkan rasio non performing loan.
DAFTAR PUSTAKA Hendar, SE. M.Si. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta: Erlangga. Tjoekam, H. Moh. 2005. Perkreditan, Bisnis Inti Bank Komersial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Deliarnov, Bertens. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Eknomi. Jakarta:Erlangga. Kasmir, SE., MM. 2004. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, H. Malayu S.P. 2004. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Budisantoso, Totok, Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BFE UGM. Manurung, Adler Haymans. 2008. Modal untuk Bisnis UKAM. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Rama, Dasaratha V. Frederick L. Jones. 2008. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 18 Bbuku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Palupi, Astri Ken. 2011. Pengaruh Ukuran Koperasi Dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Hasmawati, Novrina, Raharja. 2012. Pengaruh Ukuran Koperasi Dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern. Journal. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sitio, Arifin. Halomoan Tamba. 2001. Koperasi, Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga. Hall, James A. 2007. Sistem Informasi Akuntansi, edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Arikunto, S. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Faturrachman, Aman. 2009. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Piutang Terhadap Kelancaran Penerimaan Piutang Pada Koperasi Karyawan Omedata (KKO). Journal. Universitas Pendidikan Indoensia. Puspita Ningsih, Ni Luh Putu. 2012. Analisis Struktur Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT. Kuta Cemerlang Bali Jaya Tours & Travel di Kuta Badung. Skripsi. Universitas Warmadewa Denpasar. Hastoni, Andi Nugraha. 2006. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Dalam Meminimalkan Kredit Macet. Journal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor. Saraswati, Lukyta, I Ketut Yadyana. 2014. Pengaruh Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar. Journal. Universitas Udayana. Hudzafidah, Khusnik. 2013. Pengaruh Analisis 5C Dalam Pengembalian Kredit dan Dampaknya Terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT BPR Antar Parama. Journal. Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo. Laila, Farida Nikmatul. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Dalam Meminimalkan Risiko Kredit Macet (Studi Kasus pada Koperasi Simpan Pinjam An Nisa’). Journal. Universitas Negeri Surabaya. Widiantari, Ni Made Dwi, dkk. 2014. Pengaruh Penilaian Kredit Terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada BPR. Journal. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Ekaulandari, Ni Wayan Vany, A.A.N.B Dwirandra. 2013. Pengaruh Penaksiran Risiko, Informasi dan Komunikasi, Aktivitas Pengendalian, Pemantauan, Lingkungan Pengendalian pada Efektivitas Sistem Pemberian Kredit. Journal. Universitas Udayana Bali.