PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SYARI’AH TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN MEMILIH PELAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Pati)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Islam
Oleh:
NUR IZA KHOLIDA 072411051
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ii
iii
ABSTRAKSI Perkembangan fisik yang dilakukan oleh berbagi Rumah Sakit Islam dengan tujuan mampu bersaing dengan Rumah Sakit Umum tidak diimbangi dengan melakukan pengembangan pada bidang pelayanan. Dan sebagai rumah sakit yang bernanung di bawah nama Islam maka pelayanan dan kegiatan operasional rumah sakit Islam harus berdasar pada prinsip-prinsip syari’ah Islam yang sudah ditentukan, agar tercapai kemashlahatan bagi semua pihak, baik pihak rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dan pihak pasien atau masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan. Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan prinsip-prinsip syari’ah di Rumah Sakit Islam (RSI) Pati (2) Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh penerapan prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan pada RSI Pati. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif-kuantitatif. Objek penelitian adalah penerapan prinsip-prinsip syariah sebagai variabel independen (X) dan keputusan pasien sebagai variabel dependen (Y). Adapun subjek penelitian adalah pasien Rumah Sakit Islam (RSI) Pati sebagai unit yang dianalisis. Sampel penelitian sebanyak 70 pasien dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menganalisis penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang terdapat pada RSI Pati menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang berkepentingan, bahwa penerapan prinsipprinsip syari’ah pada RSI Pati dikatakan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah, akan tetapi pelaksanaannya belum maksimal dikarenakan adanya keterbatasan Sumber Daya Manusia sebagai faktor utama. Sedangkan untuk mengukur pengaruh prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan pasien di RSI Pati maka digunakan metode deskriptif dengan alat analisis yang dipergunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear sederhana, dengan tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 memperoleh t hitung sebesar 3, 898 dan nilai signifgikan 0,000, untuk membuktikan tingkat signifikan yang diperoleh digunakan uji normalitas dengan Normal Probability Plot, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan penerapan prinsip-prinsip syari’ah (variabel X) terhadap keputusan pasien (variabel Y) di RSI Pati. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2 besarnya 0,183, ini berarti variabel keputusan pasien dapat dijelaskan oleh variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah (X) yang berarti keputusan psien dipengaruhi oleh variabel X sebesar 18,3%.
iv
v
MOTTO
“Allah SWT tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. Al-Baqarah: 268)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk: -
Kedua Surga, Bapak H. Abdullah Zawawi dan Ibu Hj. Muslichah, matur sembah nuwun atas ketulusan, kesabaran, kasih sayang, semangat, bimbingan, dan do’a yang senantiasa mengiringi langkah demi keberhasilan penulis.
-
Kakak-kakak penulis, Mbak Ririn dan Mas Ali, Mas Iful dan Mbak Ida, Mas Chotib dan Mbak Lilah, Mas Anaz dan Mbak Linda, Mas Hanif dan Mbak Anik, Mbak Ella dan Mas Uscan, terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan.
-
Pemberi semangat dan keceriaan bagi penulis, Isfa, Mala, Novice, si kembar Nava-Vina, Ula, Nabila, Afudz, Aufa, Isna, Dila, Eva, dan Afiq, kalian adalah keponakan-keponakan yang menggemaskan.
-
Seseorang yang senantiasa menemani dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih atas do’a dan dukungannya.
-
Wadyabala Crazy House (Zuntet, Cha dan Yuyun)
-
Keluarga Besar EIB Belguyank, terkhusus untuk Mihex, Rani, Safi’, Firoh, Yuyun, Malik, Faqeh, Bay, Fajri, Aik, thank’s for a lovelly class and thank’s for our gatherness, I love you all.
-
Semua orang yang telah mendo’akan penulis dan semua pihak yang telah membantu tercapainya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita pada zaman yang penuh dengan cahaya Islam. Berkat
nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam Terhadap Keputusan Pasien Memilih Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Islam Pati”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dorongan, bantuan dan kerjasama dari pihak-pihak yang berperan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.
Bapak Prof. DR. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2.
Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang beserta Pembantu Dekan I, II dan III.
3.
Ketua dan Sekertaris Jurusan Ekonomi Islam.
4.
Bapak DR. Ali Murtadlo, M.Ag dan Bapak H. Muchamad Fauzi, SE, MM selaku pembimbing I dan II.
5.
Semua dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di bangku kuliah.
6.
Seluruh staf dan karyawan akademik Fakultas Syari’ah dan perpustakaan baik Institut maupun Fakultas Syari’ah.
7.
Bapak, Ibu dan ketujuh kakakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang dan doa tiada henti untuk penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
8.
Keluarga EIB Belguyank (2007) yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
viii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, November 2011 Penulis,
NUR IZA KHOLIDA NIM: 072411051
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................
ii
PENGESAHAN.......................................................................................
iii
ABSTRAKSI ...........................................................................................
iv
DEKLARASI ..........................................................................................
v
MOTTO ..................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xiii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................
6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................
6
1.4 Sistematika Penulisan Penelitian .......................................
7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ..................................................................
9
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit .........................................
9
2.1.2 Karakteristik Rumah Sakit Islam ............................
10
2.1.3 Pengertian Prinsip-Prinsip Syari’ah .........................
13
2.1.4 Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah..........................
14
2.1.5 Perilaku Konsumen .................................................
19
2.1.6 Keputusan Memilih .................................................
23
2.1.7 Pelayanan Kesehatan ...............................................
27
2.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................
30
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ..............................................
32
2.4 Hipotesis ............................................................................
32
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .................................................................
34
3.2 Populasi dan Sampel ..........................................................
35
3.3 Jenis Data...........................................................................
37
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................
38
3.5 Variabel Penelitian.............................................................
40
3.6 Definisi Operasional Variabel ............................................
40
3.7 Validitas dan Reliabilitas....................................................
41
3.7.1 Validitas ..................................................................
41
3.7.2 Reliabilitas ..............................................................
42
3.8 Metode Analisis Data .........................................................
42
3.8.1 Analisis Deskriptif...................................................
42
3.8.2 Uji Normalitas.........................................................
43
3.8.3 Analisis Regresi ......................................................
43
3.8.4 Uji Hipotesis ...........................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................
45
4.1.1 Gambaran Umum RSI Pati ........................................
45
4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi............................................
46
4.1.3 Struktur Organisasi RSI Pati......................................
48
4.1.4 Kegiatan Pelayanan ...................................................
49
4.2 Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah di RSI Pati...................
54
4.2.1 Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah di RSI Pati..........
54
4.2.2 Hambatan dan SolusiPenerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah
58
4.2.3 Analisis Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah
61
4.3 Deskripsi Data Penelitian dan Karakteristik Responden......
73
4.3.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................
73
4.3.2 Karakteristik Responden..........................................
74
4.4 Uji Validitasdan Reliabilitas Instrumen… ..........................
79
4.4.1 Uji Validitas ..............................................................
79
4.4.2 Uji Reliabilitas ..........................................................
80
xi
BAB V
4.5 Uji Normalitas....................................................................
81
4.6 Deskripsi Variabel Penelitian .............................................
82
4.6.1 Variabel Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah............
82
4.6.2 Variabel Keputusan Pasien ......................................
91
4.7 Hasil Analisis dan Uji Hipotesis .........................................
94
4.7.1 Analisis Regresi Sederhana .......................................
94
4.7.2 Hasil Uji Parsial ........................................................
95
4.7.3 Koefisien Determinasi...............................................
96
4.8 Pembahasan .......................................................................
97
PENUTUP 5.1 Kesimpulan.........................................................................
101
5.2 Saran...................................................................................
102
5.3 Penutup...............................................................................
103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
: Populasi ...........................................................................
35
Tabel 3.2
: Operasional Variabel .......................................................
40
Tabel 4.1
: Umur ...............................................................................
74
Tabel 4.2
: Jenis Kelamin ..................................................................
75
Tabel 4.3
: Pendidikan .......................................................................
77
Tabel 4.4
: Pekerjaan .........................................................................
78
Tabel 4.5
: Hasil Uji Validitas ...........................................................
79
Tabel 4.6
: Hasil Uji Reliabilitas........................................................
80
Tabel 4.7
: Indikator Pelayanan Islami...............................................
83
Tabel 4.8
: Indikator Pembagian Perawat...........................................
84
Tabel 4.9
: Indikator Fasilitas Ibadah .................................................
85
Tabel 4.10
: Indikator Makanan dan Minuman Halal ...........................
86
Tabel 4.11
: Indikator Busana Karyawan .............................................
87
Tabel 4.12
: Indikator Kebersihan dan Kesucian..................................
88
Tabel 4.13
: Indikator Bimbingan Rohani ............................................
89
Tabel 4.14
: Indikator Pemulasaran Jenazah ........................................
90
Tabel 4.15
: Indikator Faktor Budaya ..................................................
91
Tabel 4.16
: Indikator Faktor Sosial.....................................................
92
Tabel 4.17
: Indikator Faktor Pribadi ...................................................
93
Tabel 4.18
: Indikator Faktor Psikologi................................................
94
Tabel 4.19
: Hasil Uji Hipotesis...........................................................
96
Tabel 4.20
: Hasil Koefisien Determinasi ............................................
96
xiii
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1
: Umur ...............................................................................
75
Grafik 4.2
: Jenis Kelamin ..................................................................
76
Grafik 4.3
: Pendidikan .......................................................................
77
Grafik 4.4
: Pekerjaan .........................................................................
78
Grafik 4.5
: Hasil Uji Normalitas ........................................................
82
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
: Proses Perilaku Konsumen...............................................
20
Gambar 4.1
: Struktur Organisasi ..........................................................
48
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Rumah sakit yang semula bertujuan untuk membantu masyarakat dan
berorientasi pada aspek sosial1, kini telah menjadi institusi yang menitikberatkan pada profit oriented. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya rumah sakit-rumah sakit yang lebih mengutamakan perkembangan bangunannya dari pada pelayanannya dengan maksud untuk menarik perhatian masyarakat. Perbaikan dibidang pembangunan memang sangat diperlukan demi kenyamanan pasien dan pengunjung, seperti penyediaan kamar-kamar pavilium dengan tarif kamar hotel. Akan tetapi jika tidak diimbangi dengan perkembangan dan perbaikan dibidang pelayanan hal tersebut tidaklah berarti. Pembuktian hal tersebut juga dapat dilihat dari adanya sebagian rumah sakit atau instansi kesehatan yang tidak mau memberikan pelayanan bagi warga miskin atau parahnya pasien yang tidak dapat menyelesaikan administrasi pembayaran maka harus ditahan oleh pihak rumah sakit dan baru bisa dibawa pulang jika pembayaran telah lunas. Beberapa hal tersebut menunjukkan rumah sakit melakukan pemusatan pada keuntungan (profit) dan mengkesampingkan aspek sosial.
1
Dalam pasal 2 UU No. 44 tahun 2009 ditegaskan bahwa rumah sakit juga memiliki fungsi sosial, disamping memberikan perlindungan dan keselamatan pasien. Fungsi sosial ini diwujudkan dengan memberikan pelayanan kepada fakir miskin dan orang tidak mampu. Namun dalam kenyataannya banyak kasus yang ditemukan dimana orang miskin sulit memperoleh pelayanan yang standar dari rumah sakit. Selengkapnya lihat Undang-undang Kesehatan Rumah Sakit tahun 2009, Yogyakarta: Nuha Medika, 2007. Kritik atas realitas ini direspon oleh Eko Prasetyo dengan judl (pemeo) bukunya “Orang Miskin Dilarang Sakit” pada tahun 2004. Sehingga seakan-akan hanya orang kaya yang boleh sakit karena ia mampu membayar biaya rumah sakit.
1
2
Bergesernya orientasi rumah sakit diatas, direspon oleh sebagian umat Islam dengan mendirikan rumah sakit Islam. Rumah sakit ini diharapkan lebih mengkedepankan aspek-aspek sosial yang digali dari nilai-nilai (value) al Qur’an, dengan cara memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa adanya diskriminasi antara pasien dari keluarga kaya atau miskin dan mengutamakan keselamatan jiwa (hifd al nafs) yang menjadi tujuan syari’ah (maqashid al syari’ah). Kepedulian umat Islam diwujudkan dengan mendirikan pusat-pusat layanan kesehatan, seperti poliklinik dan rumah sakit-rumah sakit Islam. Meskipun rumah sakit Islam mengklaim mengkedepankan aspek sosial, masih banyak dijumpai Rumah sakit Islam yang mengfokuskan pada profit, dengan alasan untuk meningkatkan sistem pelayanan kepuasan pasien. Hingga pada kenyataannya masih banyak rumah sakit Islam yang tidak mengindahkan bagaimana etika berbisnis islami, tidak memberikan pelayanan yang memusakan akan tetapi berusaha mengambil keuntungan sebesar mungkin. Hal ini sudah jelas bertentangan dengan ajaran Islam sesuai dalil:
Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa urusan itu kapada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah 188) Namun tanpa dukungan dana (‘keuntungan’) yang memadai rumah sakit sulit untuk meningkatkan layanan yang menyangkut sarana dan prasarana. Seiring dengan tuntutan tersebut maka rumah sakit Islam dipandang sama seperti rumah
3
sakit umum yang berorientasi pada keuntungan semata. Sehingga tambahan kata “Islam” pada rumah sakit kurang mencerminkan prinsip-prinsip syari’ah yang digali dari al Qur’an dan al Hadist. Dengan demikian maka rumah sakit Islam hanya mencerminkan rumah sakit yang dimiliki oleh umat Islam, belum mencerminkan rumah sakit yang menggunakan system syari’ah. Oleh karenanya simbol-simbol ke’Islam’an pada rumah sakit Islam diwujudkan dengan adanya fasilitas-fasilitas keagamaan, seperti tempat sholat (masjid/mushola), pemisahan rawat inap berdasarkan jenis kelamin, menu makanan yang halal, busana Islami para pegawainya dan pemasangan kaligrafi arab di sudut-sudut bangunan dan adanya al Qur’an dalam ruang pasien. Sementara yang terkait dengan sistem pelayanan yang syari’ah belum memperoleh perhatian cukup, seperti pengadaan bimbingan rohani, sebagai contoh bimbingan sakaratul maut, kemudian penanganan pasien perempuan oleh dokter laki-laki atau pasien laki-laki oleh dokter perempuan. Padahal menurut ajaran agama Islam dijelaskan bahwa berobatlah kepada ahli/dokter yang sama jenis kelaminnya, kecuali alasan darurat. Disamping itu masih banyak dokter-dokter dan perawat laki-laki yang bekerja pada bagian bersalin (ibu melahirkan). Demikian juga pelayanan kepada orang-orang miskin, rumah sakit Islam belum memberikan pelayanan secara maksimal, sebagaimana ditunjuk oleh pasal 2 Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyatakan bahwa Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
4
mempunyai fungsi sosial. Fungsi sosial ini kadang diabaikan oleh rumah sakit sehingga banyak pasien yang berasal dari keluarga miskin (kurang mampu) kurang memperoleh perhatian. Padahal menurut ajaran Islam, ketika pasien tidak mampu membayar biaya rumah sakit, maka pihak rumah sakit atau dokter harus menanggung biaya tersebut (dibebaskan).2Oleh karenannya sangat penting untuk dikaji
bagaimana rumah sakit-rumah sakit Islam menerapkan prinsip-prinsip syari’ah dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, bukan hanya sekedar simbolsimbol keislaman saja. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat oleh rumah sakit merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan rumah sakit itu sendiri. Ramainya rumah sakit dengan dipadatinya ruang-ruang inap pasien dan keluarga pasien menunjukkan bahwa trust masyarakat kepada rumah sakit tersebut cukup tinggi. Sebagai contoh adalah Rumah Sakit Islam (RSI) Pati yang pada saat-saat tertentu ruang inapnya selalu padat dan menolak pasien karena sudah tidak ada tempat lagi, atau jika memungkinkan booking kamar dulu untuk penyakit yang tidak harus segera ditangani. Rumah Sakit Islam Pati3 (selanjutnya di tulis RSIP) ini memiliki tingkat hunian yang cukup padat dibanding dengan rumah sakit Kristen Tayu yang jaraknya cukup dekat (+ 8 km). Fenomena ini berbeda juga dengan rumah sakit-rumah sakit lainnya yang berada di wiliayah Pati, seperti RS Umum Soewondo, RS Mitra Bangsa, dan RS Keluarga Sehat.
2
K.H.A. Aziz Masyhuri, Masalah Keagamaan Hasil Muktamar dan Munas Ulama Nahdlatul Ulama (kesatu-1926 s/d kedua puluh Sembilan 1994), Surabaya: Dinamika Perss, 1997, h.304 3 RSIP berada di Desa Waturoyo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. RSIP ini berdiri sejak 9 September 1986.
5
Realita menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan masyarakat setempat untuk memilih RSIP sebagai tempat layanan kesehatan. Keputusan pemilihan RSIP tersebut secara garis besar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pertama, banyak warga yang memeluk agama Islam sehingga menganut ajaran agama Islam dengan komitmen keagamaannya akan lebih nyaman memilih RSIP dibanding dengan yang lainnya. Kedua, RSIP memberikan layanan Askes, Jamsostek dan Jamkesmas sehingga masyarakat merasa lebih mudah dan lebih ringan dalam melakukan pembayaran, tentunya bagi warga yang kurang mampu.. Ketiga, fasilitas yang dimiliki RSIP cukup lengkap dan cukup berteknologi tinggi sehingga mampu mengatasi segala keluhan masyarakat dibanding dengan rumah sakit terdekat (RSK Tayu) sehingga jika memungkinkan tidak perlu diadakan rujukan ke rumah sakit yang lain dan lebih jauh. Keputusan pasien atau keluarga pasien untuk memperoleh layanan kesehatan yang memadai di rumah sakit bukan pertimbangan praktis (kedekatan lokasi), namun lebih pada aspek-aspek lain, seperti penerapan prinsip-prinsip syari’ah. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan sejauh mana pengaruh penerapan prinsip syari’ah terhadap keputusan konsumen dalam memilih layanan kesehatan, dalam wujud proposal penelitian
skripsi
“PENGARUH
PENERAPAN
PRINSIP-PRINSIP
SYARI’AH TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN MEMILIH PELAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Pati).”
6
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Pati?
2.
Bagaimana
pengaruh
penerapan
prinsip-prinsip
syari’ah
terhadap
keputusan pasien dalam memilih layanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Pati?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan sebuah
perencanaan kerja sudah dapat dipastikan memiliki tujuan sebagai cita-cita kegiatan tersebut, termasuk dalam penelitian karya ilmiah. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui bentuk dari penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan di rumah sakit Islam.
2.
Untuk mengukur dan menganalisis pengaruh penerapan prinsipprinsip syari’ah terhadap keputusan pasien memilih layanan kesehatan di rumah sakit Islam.
7
1.3.2
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi penulis Untuk mendapatkan nilai tambah dengan mengadakan studi perbandingan antara teori yang didapat dengan praktek lapangan, khususnya tentang prinsip-prinsip syari’ah dalam penerapan dan pengaruhnya.
2.
Bagi Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dimasa yang akan datang, khususnya dalam rangka penerapan prinsip-prinsip syari’ah.
3.
Bagi Pihak Lain Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
bahan
perbandingan untuk menambah pengetahuan khususnya bagi pihakpihak yang tertarik pada masalah yang dibahas untuk diteliti lebih lanjut.
1.4
Sistematika Penulisan Penilitian Sistematika penulisan penelitian ini mencakup 5 bab. Bab pertama terdiri
dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penelitian. Bab kedua pada penelitian ini mencakup tentang Landasan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Teoritik dan
8
Hipotesis. Bab ketiga terdiri dari Jenis Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian dan Pengukuran, serta Teknik Analisis Data. Sedangkan pada Bab empat terdiri dari Penyajian Data, Analisis Data dan Interpretasi Data, serta Pembahasan. Sebagai penutup adalah Bab lima yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran, serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya yang diselenggarakan.4
4
Ery Rustiyanto, Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 28
9
10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud Rumah sakit adalah rumah tempat merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.5 Sedang menurut Wikipedia Indonesia, Rumah Sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Dalam UU No. 44 tahun 2006 dinyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Rumah
sakit
juga
disebut
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan rawat tinggal secara preventif, diagnostik, kuratif, dan rehabilitatif melalui kegiatan rawat jalan dan rawat tinggal (Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan departemen Kesehatan R.I. No.895/ Kes/ PPL/ 81). Menurut S.K. Menteri Kesehatan R.I. No. 031/ Birhup/ 1972), yang dimaksud rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medik umum dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi, dan pelayanan secara rawat jalan dan rawat tinggal.
5
968
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h.
11
2.1.2
Karakteristik Rumah Sakit Islam Untuk mendefinisikan rumah sakit Islam tidaklah sederhana,
mengingat adanya kemiripan rumah-rumah sakit umum dengan rumah sakit Islam. Misalnya rumah sakit umum juga harus menyediakan fasilitas/tempat ibadah.6 Untuk memahami rumah sakit Islam perlu kiranya memperhatikan karakteristik Rumah Sakit Islam pada era keemasan Islam. Menurut sejarah rumah sakit Islam pertama kali bernama Bimaristan yang didirikan pada masa Dinasti Umayyah oleh khalifah ke-6, Walid bin Abdul Malik di Damaskus tahun 702. Pada masa ini rumah sakit sudah memberikan pelayanan yang gratis karena dikelola melalui kas Negara atau dana wakaf umat tanpa membedakan antara yang kaya dan yang miskin. Rumah sakit Islam ini juga dilengkapi dengan adanya toko obat, perpustakaan, dan dapur.7 Rumah sakit Islam selanjutnya juga telah didirikan pada masa Bani Abasiyah oleh khalifah Harun Al Rasyid di kota Baghdad. Rumah sakit Islam ini memiliki ruang khusus untuk perempuan, perspustakaan, dan toko obat.8 Design rumah sakit Islam yang dihiasi dengan kaligrafi terdapat pada Rumah Sakit Yusuf Al Mansur yang didirikan oleh Amirul Mikminin Al Mansur Ibnu Yusuf, di rumah sakit ini juga sudah disediakan makanan dan minuman untuk
6
Pasal 10 ayat 2 huruf l Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Http: books.google.co.id., diakses pada tanggal 25 Mei 2011,.Irfan Amalee, Islam for Kids, Bandung: Mizan, 2006, h. 211 8 Http: books.google.co.id., diakses pada tanggal 25 Mei 2011, Philip K. Hitti, History of the Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005, h. 457 7
12
para pasien.9 Dan masih banyak rumah sakit-rumah sakit Islam yang didirikan pada zaman keemasan Islam. Dari banyaknya rumah sakit Islam yang tersebar di kawasan Arab, menurut Dr Hossam Arafa dalam tulisannya berjudul Hospital in Islamic History Rumah Sakit Islam memiliki karakteristik antara lain:10 1.
Rumah Sakit Islam melayani semua orang tanpa membedakan warna kulit, agama, serta strata sosial. Rumah sakit dikelola pemerintah. Direkturnya biasanya seorang dokter. Di sebuah rumah sakit, meski berbeda agama, semua dokter dapat bekerja sama dengan baik untuk menyembuhkan pasiennya.
2.
Sudah diterapkan pemisahan bangsal. Pasien laki-laki dan perempuan menempati bangsal yang terpisah. Penderita penyakit menular juga dirawat di tempat yang berbeda dengan pasien lainnya.
3.
Pembagian perawat. Perawat laki-laki bertugas merawat pasien lakilaki dan perawat perempuan merawat pasien perempuan.
4.
Memperhatikan kamar mandi dan pasokan air. Dalam kondisi sehat ataupun sakit, shalat tetap merupakan sebuah kewajiban. Meski begitu, orang yang sakit mendapat keringanan untuk melaksanakan shalat berdasarkan kemampuan fisiknya. Sebelum menunaikan ibadah shalat, setiap Muslim harus berwudlu membersihkan muka, tangan,
9
Http: books.google.co.id., diakses pada tanggal 25 Mei 2011, Syaifuddin Al Indunisi, Ensiklopedia Anak Muslim – Temuan yang Mengubah Dunia, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, h. 24 10 Harian Republika terbit pada Tanggal 18 Maret 2008, Http: //www.republika.co.id/berita/asal-mula-rumah-sakit-dalam-sejarah-islam, diakses pada 23 Mei 2011
13
kepala, dan kaki. Untuk memenuhi kebutuhan itu, rumah sakit menyediakan air yang melimpah dengan dilengkapi fasilitas kamar mandi. 5.
Tidak sembarang dokter bisa berpraktik di rumah sakit. Hanya dokterdokter yang berkualitas diizinkan untuk mengobati pasien di rumah sakit.
Khalifah
Al-Mugtadir
dari
Dinasti
Abbasiyah
sangat
memperhatikan kualitas dokter yang bertugas di rumah sakit. Untuk memastikan semua dokter berkualitas, khalifah memerintahkan kepala dokter istana, Sinan Ibn-Thabit, untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad. Dokter yang mendapat izin praktik di rumah sakit hanyalah mereka yang lolos seleksi ketat. Tak hanya di Baghdad, khalifah juga memerintahkan Abu Osman Sa’id Ibnu Yaqub untuk melakukan seleksi serupa di wilayah Damaskus, Mekah, dan Madinah. Hal itu dilakukan lantaran dua kota suci itu setiap tahunnya dikunjungi jamaah haji dari seluruh dunia. 6.
Rumah Sakit Islam pada zaman kekhalifahan tak hanya sekadar tempat untuk merawat dan mengobati orang sakit. Rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat menempa mahasiswa kedokteran, tempat pertukaran ilmu kedokteran, dan pusat pengembangan dunia kesehatan dan kedokteran secara keseluruhan. Rumah sakit besar dan terkemuka dilengkapi dengan perpustakaan mewah yang memiliki koleksi bukubuku terbaru. Selain itu, rumah sakit Islam zaman kekhalifahan juga dilengkapi auditorium untuk pertemuan dan perkuliahan. Di kompleks
14
rumah sakit juga berdiri mes atau perumahan untuk mahasiswa kedokteran serta staf rumah sakit. 7.
Rumah Sakit Islam menyimpan data pasien dan rekam medisnya. Konsep itu hingga kini digunakan rumah sakit yang ada di seluruh dunia.
8.
Selama era kekhalifahan Islam, ilmu farmasi dan profesi apoteker telah berkembang menjadi ilmu dan profesi terkemuka.
2.1.3
Pengertian Prinsip-prinsip Syari’ah Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti kata prinsip
adalah dasar, asas dasar yang menjadi pokok dasar berpikir.11 Sedangkan syari’ah berasal dari kata syara’a yang menurut bahasa berarti jalan menuju sumber air, dapat juga bermakna sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan.
12
Dan jika diartikan menurut istilah syari’ah adalah peraturan-
peraturan yang diturunkan Allah SWT melalui Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian, maupun muammalah guna meraih kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Jadi secara keseluruhan yang dimaksud prinsip-prinsip syari’ah adalah segala pedoman atau dasar berpikir dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk mencari kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat sesuai dengan
11
Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Revisi, Semarang: Difa Publisher, 2008,cet. Ke-3, h. 671 12 Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fikih, Jakarta: Penerbit Amzah, 2005, cet.I, h. 307
15
peraturan-peraturan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT agar dapat mencapai kemaslahatan bagi umat manusia.
2.1.4
Penerapan Prinsip-prinsip Syari’ah Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan prinsip-prinsip syari’ah pada rumah sakit adalah pelaksanaan pedoman-pedoman dalam operasional bisnis sehari-hari dengan berdasarkan nilai-nilai syari’ah, dalam hal ini terkait dengan bisnis rumah sakit. Ada beberapa prinsip etika bisnis yang Islami diantaranya adalah:13 1.
Prinsip Ketauhidan (kesatuan/unity) Prinsip ini merupakan pokok dari segala sesuatu, karena di dalamnya terkandung perpaduan keseluruhan aspek-aspek kehidupan Muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya menjadi satu (homogeneus whole) dimana Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan.14 Atas dasar inilah etika dan ekonomi atau etika dengan bisnis diharapkan bisa saling harmonis menuju saling keterpaduan dengan yang lain, sehingga para pelaku bisnis tidak akan melakukan diskriminasi diantara pekerja, dan akan menghindari praktik-praktik bisnis haram atau yang melanggar ketentuan syari’ah, seperti yang tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 13
13
Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007, cet.I, h.80-87 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006, h.145 14
16
2.
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Prinsip Keseimbangan (keadilan/equilibrium) Prinsip ini mengajarkan keadilan yang merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dipegang oleh para pebisnis. Kunci dalam prinsip ini adalah
senantiasa
berorientasi
kepada
dua
hal
yaitu
untuk
mewujudkan keseimbangan antara kehidupan akhirat sebagai tujuan panjang, dan kehidupan duniawi sebagai tujuan saat ini, sedang untuk mewujudkannya
diperlukan
keadilan
yang
seimbang,
dimana
keduanya sama pentingnya untuk kehidupan semua orang. Sehingga dengan adanya prinsip ini menghindarkan para pebisnis untuk melakukan praktik monopoli dan segala macamnya. Keseimbangan merupakan landasan pikir dan kesadaran dalam pendayagunaan dan pengembangan harta benda agar harta benda tidak menyebabkan kebinasaan bagi manusia.15 3.
Prinsip Kehendak Bebas (ikhtiyar/free will) Dalam Islam, kehendak dan berlaku bebas dalam menjalankan roda bisnis harus benar-benar dilandaskan pada aturan-aturan syari’ah.
15
Ibid,. h.150
17
Tidak diperkenankan melakukan persaingan dengan cara-cara yang kotor dan bisa merugikan orang banyak. Sehingga dalam berbisnis, manusia memiliki kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk menepati janji atau mengingkarinya.16 Dan seorang Muslim yang percaya kehendak Allah akan menepati semua janji yang dibuatnya. Hal ini dianjurkan dalam firman Allah (Q.S Al Kahfi 29)
Artinya:”Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” 4.
Prinsip Tanggung Jawab Tanggung jawab disini diharapkan mampu menghantarkan manusia untuk selalu mengacu kepada tauhid dan keseimbangan, sehingga melahirkan antara lain kesadaran sosial yang mengantarkannya mengulurkan bantuan kepada sesama manusia. Dan memberi batasan tersendiri
16
Ibid,. h.151
pada
prinsip
kehendak
bebas
yang
dibutuhkan
18
pertanggungjawaban atas semua yang dilakukannya. (Q.S An Nisa’ 85)
Artinya:“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya, dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, syafa'at yang baik ialah: setiap sya'faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.” 5.
Prinsip Kebenaran Kebenaran mengandung dua unsure penting, yaitu kebajikan dan kejujuran. Dimana kebenaran merupakan satu prinsip yang tidak bertentangan dengan seluruh ajaran Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar dan jauh dari kesan salah. Agama Islam menjadikan prinsip-prinsip tersebut menjadi tolok ukur
sebagai suatu nilai yang harus dipatuhi dalam melakukan kegiatan bisnis termasuk dalam melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Sehingga prinsip-prinsip syari’ah tersebut dapat diterapkan melalui karakteristik rumah sakit Islam yang sudah ada sebelumnya. Sehingga yang menjadi indikator dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.
Pelayanan yang Islami
2.
Pembagian perawat
19
3.
Penyediaan fasilitas ibadah
4.
Sajian makanan dan minuman
5.
Busana karyawan
6.
Kebersihan dan kesucian
7.
Bimbingan rohani
8.
Pemulasaran jenazah Bimbingan rohani pasien rawat inap memberikan tuntunan rohani
secara Islam kepada pasien dan keluarga untuk dapat melaksanan kewajiban sebagai
muslim/muslimah
selama
dalam
perawatan.
Bimbingan
ini
dimaksudkan agar pasien dan keluarga mendapatkan keikhlasan, kesabaran, dan ketenangan dalam menghadapi cobaan sakit. Bentuk bimbingan yang diberikan biasanya seperti palaksanaan sholat atau thoharoh bagi orang yang sakit, tuntunan dzikir atau do’a menghadapi rasa sakit, ataupun bimbingan sakaratul maut. Sedangkan pemulasaran jenazah, sudah sepatutnya sebagai Rumah Sakit Islam menyediakan pelayanan tersebut bagi pasien yang sudah meninggal sesuai yang diinginkan oleh pihak keluarganya. Dan pelaksanaan pemulasaran jenazah Muslim/Muslimah sesuai dengan tata cara dan rukun sesuai syari’at Islam untuk selanjutnya diserahkan kepada keluarga masing-masing. 2.1.5
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan kegiatan manusia, sehingga bila
dibahas perilaku konsumen berarti membahas kegiatan manusia hanya dalam lingkup yang terbatas. Perilaku konsumen akan selalu berubah-ubah sesuai
20
dengan pengaruh sosial budaya yang semakin meluas, latar belakang sosial yang semakin meningkat, sehingga berusaha mencari motivasi dalam diri konsumen. Seperti yang dikutip oleh Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, menurut Schiffman dan Kanuk Perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses yang dilalui seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.17 Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk/jasa dan mengkonsumsinya. Proses perilaku konsumen terdiri dari beberapa tahap seperti gambar di bawah ini:18 Mendapatkan produk (mencari): - Informasi - Alternatif - Keputusan membeli
Kebutuhan
1.
Pasca Beli:
Konsumsi: - Menggunakan - mengevaluasi
Perilaku Pasca Beli
Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing)
2.
Tahap
Konsumsi
(consumption):
menggunakan
(using)
dan
mengevaluasi (evaluating)
17
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen, Yogyakarta, Andi,
2004, h. 9 18
Ibid,. h. 10
21
3.
Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan oleh konsumen setelah produk/jasa itu digunakan atau dikonsumsi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah
sebagai berikut:19 1.
Faktor budaya Budaya merupakan perilaku penentu yang paling dasar. Masingmasing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub budaya terdiri atas kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Budaya juga dipengaruhi oleh kelas sosial yang merupakan pembagian masyarakat relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minta, dan perilaku yang serupa.
2.
Faktor sosial Faktor sosial ini juga dipengaruhi beberapa faktor seperti kelompok acuan yang memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, keluarga yang merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, kemudian peran dan status, dimana peran meliputi kegiatan yang diharapkan
dilakukan
seseorang
dan
masing-masing
peran
menghasilkan status.
19
Irine Diana Sari, Manajemen Pemasaran Rumah Sakit, Yogyakarta, Nuha Medika, 2008, h. 86-94
22
3.
Faktor pribadi Karakteristik pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan, gaya hidup yang merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya, serta kepribadian yang biasanya mencerminkan kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemampuan beradaptasi.
4.
Faktor psikologis Faktor ini dipengaruhi oleh motivasi dan persepsi. Dimana motivasi itu merupakan gambaran bahwa setiap orang pasti mempunyai kebutuhan pada waktu tertentu dan biasanya kebutuhan itu ingin dipuaskan, sehingga kebutuhan biasanya menjadi salah satu faktor yang mendorong untuk memenuhinya. Sedangkan persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengartikan informasi untuk memperoleh gambaran dunia yang berarti. Dalam pandangan Islam (ilmu ekonomi Islam), perilaku seorang
konsumen haruslah dapat mencerminkan hubungan dirinya dengan Allah SWT.20 Artinya segala tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya haruslah sesuai dengan perintah Allah, dan tidak melanggar segala yang di larang-Nya. Ibnu Khaldun seperti dikutip oleh
20
Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 4
23
Muhammad Muflih menyatakan bahwa perilaku konsumen yang telah terintegrasi dengan syari’at akan memiliki pandangan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan untuk hidup dunia dan akhiratnya.21 Keseimbangan tersebut bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia (falah) dan juga kebahagiaan di akhirat (mardlatillah). Perilaku konsumen menurut perspektif ilmu ekonomi Islam akan sangat dipengaruhi oleh tingkat keimanan masing-masing orang.22 Keimanan akan memberikan cara pandang yang berbeda kepada seseorang, yang akan berpengaruh pula terhadap kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera, dan juga sikap mereka. Dan sesuai ajaran agama Islam dianjurkan untuk berperilaku yang benar seperti ajaran Nabi Muhammad sebagai tauladan seluruh umat di dunia, seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 21:
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
2.1.6
Keputusan Memilih Setelah menerima pengaruh perilaku, selanjutnya adalah bagaimana
konsumen/masyarakat (dalam penelitian ini juga termasuk pasien) sampai pada keputusan
21 22
membeli/memilih
Ibid., h. 12 Ibid.
produk
atau
jasa.
Kebanyakan
penulis
24
mendefinisikan bahwa keputusan adalah sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif.23 Keputusan juga merupakan aktivitas manajemen berupa tindakan dari sekumpulan alternatif yang telah dirumuskan sebelumnya untuk memecahkan suatu masalah dalam manajemen.24 Dengan kata lain orang yang mengambil keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif atau perilaku yang berbeda. Seperti yang ditujukan dalam model pengambilan keputusan, semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi di lingkungan baru.25 Akan tetapi, inti dari pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Proses pengambilan keputusan oleh seorang konsumen terdiri dari tiga tahapan yaitu:26 1.
Sadar akan kebutuhan Konsumen menyadari akan adanya kebutuhannya ketika menghadapi masalah.
23
Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Op Cit., h.226 Ery Rustiyanto, Op Cit., h. 119 25 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, Jakarta: Kencana, 2003, h.414 26 Ristiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Op Cit., h.233 24
25
2.
Pencarian pra beli Pencarian pra beli dimulai ketika konsumen mempersepsi suatu kebutuhan
yang
mungkin
bisa
terpuaskan
dengan
membeli,
menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk/jasa. Selanjutnya mencari informasi sebagai dasar menentukan pilihan produk/jasa. 3.
Evaluasi terhadap alternatif Ketika mengevaluasi alternatif-alternatif yang potensial, konsumen cenderung mempergunakan dua tipe informasi, yaitu: a. Senarai merek yang mereka rencanakan untuk digunakan dalam memilih. b. Kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi tiap-tiap merek. Pada akhirnya, setelah membeli produk, konsumen akan merasakan
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Apabila konsumen merasa puas akan produk/jasa tersebut maka konsumen akan melakukan pembelian ulang, dan bahkan menginformasikan kepada pelanggan lain, tetapi apabila konsumen tidak puas dengan produk/jasa tersebut maka konsumen akan kecewa dan tidak melakukan pembelian lagi pada produk tersebut. Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen, yaitu:27 1.
Sudut pandang ekonomis Pandangan ini melihat konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional. Bahwa konsumen harus mengetahui semua
27
Ibid,. h.228-230
26
alternatif produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatif yang ditentukan, dilihat dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasi satu alternatif yang baik. Namun pada kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang cukup akurat ataupun keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk membuat keputusan yang sempurna. Oleh sebab itu pandangan ini sering ditolak karena terlalu idealistis dan simplistis.28 2.
Sudut pandang pasif Sudut pandang ini berlawanan dengan sudut pandang ekonomis. Pandangan ini mengatakan bahwa konsumen pada dasarnya pasrah pada kepentingannya sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsif dan irasional. Dalam pandangan pasif, para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional, siap menyerah kepada tujuan dan kekuasaan pemasar.
3.
Sudut pandang kognitif Pandangan ini menganggap konsumen sebagai cognitive man atau sebagai pemecah masalah (problem solver). Disini konsumen merupakan pengolah informasi yang senantiasa mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk/jasa dan gerai. Pengolahan informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, selanjutnya
28
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk dialihbahasakan oleh Zoelkifli Kasip, Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. INDEKS, 2008, h. 490-491
27
terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk/jasa. Pandangan kognitif menggambarkan konsumen berada di antara pandangan ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak memperoleh pengetahuan yang mutlak mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna. 4.
Sudut pandang emosional Pandangan menekankan emosi sebagai pendorong utama sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme merupakan salah satu bukti bahwa seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya. Dalam pandangan ini hanya sedikit perhatian yang diberikan untuk mencari informasi sebelum membeli. Sebaliknya lebih banyak perhatian diberikan kepada suara hati dan perasaan yang timbul seketika itu.
2.1.7
Pelayanan Kesehatan Pelayanan merupakan setiap tindakan/unjuk kerja yang ditawarkan
oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangible (tidak berwujud) dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Pelayanan merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.29 Pelayanan juga didefinisikan sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai dan manfaat) intangible yang berkaitan 29
2002, h. 6
Fandy Tjiptono, Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Yogyakarta: Penerbit Andi,
28
dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen/barangbarang milik dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Pelayanan (jasa) adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang pelanggan dengan menggunakan produk atau fasilitas organisasi.30 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.31 Sehingga pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih dengan menggunakan produk/jasa tertentu dengan tujuan mendapatkan keadaan fisik maupun mental dalam keadaan sehat, agar mampu hidup secara normal dengan produktif. Pelayanan kesehatan menurut jenisnya terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga serta pelayanan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat, yang meliputi:32 1.
Pelayanan kesehatan promotif yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat mengutamakan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini juga bisa diartikan upaya untuk meningkatkan dari kondisi yang sudah baik
30
Hansen Mowen, Management Accounting (Akuntansi Manajemen),Jakarta: Salemba Empat, 2005, h. 46 31 Undang-undang Kesehatan Rumah Sakit tahun 2009, Yogyakarta: Nuha Medika, 2007, h. 3 32 Ibid,. h.25
29
menjadi lebih baik atau lebih sehat. Upaya ini tercermin dalam ayat yang menjelaskan bahwa manusia dilarang merusak diri.
َوَأَﻧْﻔِﻘُﻮا ﻓِﻲ ﺳَﺒِﯿﻞِ اﻟﻠﱠﮫِ وَﻟَﺎ ﺗُﻠْﻘُﻮا ﺑِﺄَﯾْﺪِﯾﻜُﻢْ إِﻟَﻰ اﻟﺘﱠﮭْﻠُﻜَﺔِ وَأَﺣْﺴِﻨُﻮا إِنﱠ اﻟﻠﱠﮫ ﯾُﺤِﺐﱡ اﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﯿﻦ 2.
Artinya:“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” Pelayanan kesehatan preventif sebagai suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Menurut pandangan Islam, memelihara nilai-nilai kesehatan merupakan obat mujarab yang tiada duanya. Oleh karena itu upaya preventif dapat dimulai dengan meletakkan prinsip:33 al wiqooyatu khoiru min al-“ilaaji Artinya: “pencegahan lebih baik daripada pengobatan”
3.
Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit atau pengendalian kecacatan akibat penyakit, dan pelayan kesehatan.
4.
Pelayanan
kesehatan
rehabilitatif
merupakan
kegiatan
untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat. Lebih jelasnya adalah upaya mengembalikan kondisi dari keadaaan sakit menjadi lebih
33
Al-Hafidz, Ahsin W., Fikih Kesehatan, Jakarta: AMZAH, 2007, h. 16
30
sehat, selanjutnya diupayakan agar tidak kembali pada kondisi yang lebih parah.34 Pelayanan
kesehatan
tersebut
harus
dilaksanakan
dengan
mendahulukan dan mementingkan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya. Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif, yang pengawasannya langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Pelayanan harus diberikan kepada setiap pasien dengan sebaikbaiknya, karena setiap pasien yang datang untuk berobat adalah layaknya seorang tamu yang wajib dimuliakan, seperti tercantum dalam Hadits Nabi Muhammad SAW:
ْ ﻣَﻦ: َﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ أَنﱠ رَﺳُﻮْلَ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻗَﺎل ِ وَﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲ،ْﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿَﻘُﻞْ ﺧَﯿْﺮاً أًوْ ﻟِﯿَﺼْﻤُﺖ ُ وَﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿُﻜْﺮِمْ ﺿَﯿْﻔَﮫ،ُوَاْﻟﯿَﻮْمِ اﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿُﻜْﺮِمْ ﺟَﺎرَه Artinya: dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘Alaih)
2.2
Penelitian Terdahulu Kajian tentang pengaruh prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan
konsumen dalam memilih sebuah produk sudah banyak dilakukan. Diantara
34
Ibid., h. 30
31
beberapa penelitian terkait masalah tersebut adalah skripsi dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Terhadap Minat Konsumen Hotel Syari’ah (Studi Kasus pada Hotel Graha Agung Semarang). Hasil riset ini menjelaskan bahwa (a) kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat konsumen hotel untuk memakai hotel syari’ah), (b) prinsipprinsip syari’ah yang diterapkan pada Hotel Graha Agung memiliki pengaruh signifikan (41.50 %) terhadap minat konsumen di hotel syari’ah tersebut. 35 Selanjutnya skripsi karya Doddy Aryanto dengan judul “Personal Selling dan Keputusan Membeli Nasabah Asuransi di PT. Fadent Mahkota Sahid Medan.” Riset ini menjelaskan bagaimana personal selling itu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan konsumen dalam memilih asuransi. Semakin handal personal selling dalam meraih nasabah maka semakin maju perusahaan tersebut memperoleh keuntungan.36 Penelitian lain yang terkait adalah skripsi karya Siti Ismah dengan judul “Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Konsumen Muslim dalam Melakukan Pembelian di Alfamart Ngaliyan Semarang.” Dari penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan sampling incidental sebanyak 90 konsumen, secara parsial menunjukkan yang signifikan antara pengaruh produk dan promosi, sedangkan hubungan antara harga dan lokasi tidak signifikan. Dan
35
Abdul Waris, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Penerapan Prinsip-PrinsipSyari’ah Terhadap Minat Konsumen Hotel Syari’ah (Studi Kasus pada Hotel Graha Agung Semarang), Skripsi S1 pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2009, h.. 53-56 36 Doddy Aryanto, Personal Selling dan Keputusan Membeli Nasabah Asuransi di PT. Fadent Mahkota Sahid Medan, Skripsi S1 Universitas Sumatera Utara, 2001
32
menurut hipotesis terdapat pengaruh marketing mix terhadap keputusan konsumen Muslim memilih berbelanja di Alfamart Ngaliyan.37
2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan uraian di atas kerangka teori dalam penelitian ini sebagai
berikut : Prinsip-prinsip Syari’ah (X):
Keputusan Pasien (Y):
Pelayanan yang Islami
Faktor budaya
Pembagian perawat
Faktor sosial
Fasilitas ibadah
Faktor pribadi Faktor psikologi
Sajian makanan dan minuman halal Busana karyawan Kebersihan dan kesucian Bimbingan rohani Pemulasaran jenazah
2.4
Hipotesis Hipotesa adalah penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-
gejala atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Atau dengan bahasa lain, hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan
37
Siti Ismah, Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Konsumen Muslim dalam Melakukan Pembelian di Alfamart Ngaliyan Semarang, Skripsi S1 pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2011
33
potensial antara dua atau lebih variabel.38 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi sebagaimana dikutip oleh Drs. Marzuki, hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah, dimana akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.39 Hipotesa dalam proposal ini adalah: H1=
Diduga bahwa penerapan prinsip-prinsip syari’ah di Rumah Sakit Islam Pati sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam yang dianjurkan.
H2=
Diduga bahwa penerapan prinsip-prinsip syari’ah dapat berpengaruh terhadap keputusan pasien memilih layanan di rumah sakit Islam.
38 39
Consuelo G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993, h. 15 Drs. Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: Adipura, 2000, h. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif-kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini disebut juga penelitian inquiri alamiah (naturalistic inquiry).40 Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang penggalian datanya berupa angka-angka. Penelitian ini disebut juga penelitian ilmiah (scientific paradigm).41 Dalam penelitian ini, kualitatif dimaksudkan untuk mencari rumusan atau konsep rumah sakit Islam guna menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Pati. Dalam beberapa literatur yang penulis lacak, belum ditemukan bagaimanakan konsep rumah sakit syari’ah (bukan rumah sakit Islam). Dengan cara ini maka dapat diketahui prinsip-prinsip rumah sakit Islam yang memberikan pelayanan secara syari’ah. Sedangkan metode kuantitatif penulis gunakan untuk menjawab rumusan kedua dari penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh penerapan prinsipprinsip syari’ah terhadap keputusan konsumen dalam memilih layanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Pati.
40
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1991, h..3 41
Ibid.
34
35
3.2
Populasi dan Sampel Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.42 Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan valid maka peneliti mengklasifikasikan unit analisis dan populasi tersebut melalui sampel. Cakupan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap RSI Pati (keluarga pasien dan pengunjung juga bisa dijadikan sampel jika dianggap perlu) yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tahun
Bulan
Jumlah
Juli
506
Agustus
533
September
471
Oktober
465
Nopember
512
Desember
491
Januari
492
Februari
461
Maret
525
April
432
Mei
473
Juni
425
Total Populasi
5786
2010
2011
Sumber Data: Daftar Rekam Medis RSI Pati
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
42
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005, h. 49
36
peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk menjadi sampel dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan cirriciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya.43. Biasanya dilakukan dengan beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan lain sebagainya. Berikut adalah kriteria dalam menentukan sampel: 1.
Pasien/pengunjung yang penulis
anggap memiliki pengetahuan lebih
tentang agama Islam. 2.
Pasien/pengunjung yang serendah-rendahnya memiliki pendidikan sampai tingkat SMA/MA/PonPes.
3.
Pasien/pengunjung yang menempati ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II A dan ruang kelas II B. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus
Slovin dengan presisi 12% dengan tingkat kepercayaan 88% yakni sebagai berikut: n = __N__ 1 + N e² n = _5786_ 1 + 5786. 0,12² n = 69
43
Muhamad, M.Ag, Metodologi Kuantitatif¸Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h.175
Penelitian
Ekonomi
Islam
Pendekatan
37
Keterangan: n = Ukuran sampel N = Populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, misalnya 2% Dengan demikian, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak 70 responden dengan nilai kelonggaran 12%.
3.3
Jenis Data Data adalah segala informasi yang dijadikan dan diolah untuk suatu
kegiatan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. 44Dalam penelitian ini klasifikasi data terdiri dari data-data primer dan data-data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyeknya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.45 Data ini diperoleh melalui keterangan yang diminta kepada pihak yang memberikan jawaban (responden). Misalnya data tentang fitur yang terdapat dalam Rumah Sakit Islam Pati, data pelanggan, dan lain sebagainya. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya. Data tersebut sudah tersedia di perusahaan dan dapat diperoleh dengan cara mencatat atau menyalin data tersebut atau dapat
44 45
Ibid., h. 97 Drs. Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: Adipura, 2000, h. 55
38
memperbanyak data.46 Misalnya data tentang sejarah berdirinya Rumah Sakit Islam Pati, jenis pelayanan, prinsip syari’ah yang diterapkan, dan lain sebagainya.
3.4
Metode Pengumpulan Data Dalam proses pencarian data dalam penyusunan penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode, yang meliputi : 1.
Metode Observasi Dengan metode ini penulis lakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki, tanpa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.47 Dalam metode ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, yaitu Rumah Sakit Islam Pati.
2.
Metode Wawancara Merupakan metode dengan cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan oleh dua pihak antara pihak pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang diwawancarai (yang memberikan jawaban).48 Dalam metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihakpihak yang bersangkutan, yakni pengelola/karyawan Rumah Sakit Islam Pati. Wawancara ini juga peneliti lakukan kepada pasien jika dipandang perlu untuk melengkapi data-data (kuesioner/angket).
46
Ibid., h. 56 Ibid., h.58 48 Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991, h.135 47
39
3.
Metode Studi Pustaka Metode studi pustaka adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti atau mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan kejadian penelitian, kemudian digunakan sebagai kerangka teori dan perbandingan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam metode ini penulis dalam proses pencarian data dengan cara membaca buku-buku atau literatur-literatur kepustakaan ataupun melalui internet yang berhubungan dengan obyek yang akan penulis teliti.
4.
Metode Angket (Kuesioner) Kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Metode ini digunakan untuk pengambilan data mengenai tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan konsumen membeli layanan. Kuesioner yang dipakai disini adalah model tertutup disediakan dan pengukurannya menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini tingkat jawaban mengenai kesetujuan
responden
terhadap
statement
atau
pertanyaan
yang
dikemukakan mendahului option jawaban yang disediakan. Dengan ketentuan sebagai berikut: -
SS
: Sangat Setuju
dengan nilai : 5
-
S
: Setuju
dengan nilai : 4
-
N
: Netral
dengan nilai : 3
40
3.5
-
TS
: Tidak Setuju
dengan nilai : 2
-
STS
: Sangat Tidak Setuju
dengan nilai : 1
Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.49 Dimana dalam
penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1.
Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala, yang disebut dengan variabel X.50 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah pengaruh penerapan prinsip-prinsip syari’ah.
2.
Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yang disebut dengan variabel Y.51 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat Y adalah keputusan pasien memilih pelayanan.
3.6
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variable dalam penelitian ini dapat dilihat pada table
berikut: Variabel penelitian Penerapan
Prinsip- Pelaksanaan
prinsip syari’ah (X)
49
Definisi
Indikator prinsip- Pelayanan
prinsip syari’ah dalam
yang
Islami
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, h. 89 50 Ibid., h. 93 51 Ibid., h.93
41
operasional sehari-hari Pembagian perawat pada RSI Pati
Fasilitas ibadah Sajian makanan dan minuman halal Busanan karyawan Kebersihan Bimbingan rahani Pemulasaran jenazah
Keputusan Pasien (Y)
Perilaku pasien dalam Faktor budaya menentukan keputusan Faktor sosia sangat dipengaruhi oleh Faktor pribadi beberapa faktor
3.7
Faktor psikologi
Validitas dan Reliabilitas
3.7.1
Validitas Validitas instrument dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan
suatu
instrument.
Tinggi
atau
rendahnya
validitas
instrument
akan
menunjukkan penyimpangan data yang dikumpulkan. Jika validitas tinggi, maka data yang ada akan menunjukkan tidak adanya penyimpangan. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah:
Keterangan: = Koefisien korelasi X dan Y
42
Jumlah responden Skor tiap item Skor total Validitas data diukur dengan menggunakan r hitung dengan r table. Apabila r hitung > r table, dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid dan apabila sebaliknya maka tidak valid.
3.7.2
Reliabilitas Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keandalan suatu
instrumen. Instrument yang reliabel akan menunjukkan bahwa instrument tersebut akan mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya (dapat diandalkan). Teknik pengukuran reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha, yaitu:
Keterangan: Reliabilitas Instrumen
= Jumlah varian butir
Jumlah kuesioner
= Varian total
Untuk menilai reliable tidaknya suatu instrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan
dengan
. Apabila
maka
instrumen dinyatakan reliable dan jika sebaliknya maka dinyatakan tidak reliable.
43
3.8 Metode Analisis Data 3.8.1 Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif
yaitu
analisis
yang
digunakan
untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan masing-masing jawaban penelitian agar lebih mudah dibaca dan dipahami data atau angka yang ditampilkan. Metode ini digunakan untuk mengukur nilai atau rata-rata dari hasil uji pengaruh variable X (prinsip-prinsip syari’ah) terhadap variable Y (keputusan pasien). 3.8.2 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengujinya digunakan normal probability plot, yaitu apabila grafik menunjukkan penyebaran data yang berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model tersebut memenuhi asumsi normalitas. 3.8.3 Analisis Regresi Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel x saja, dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana satu predikator, terhadap satu variabel
dependen y, yang
dinyatakan dengan persamaan: Y= aX + K Keterangan: Y = variabel Y (personal selling)
a = koefisien predikator
X = variabel X (minat nasabah)
K = bilangan konstan
44
3.8.4
Uji Hipotesis Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan uji t. Hipotesis uji t : Ho
=
b 1 ,b 2 =
0, masing-masing variabel independen tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
dependen. Ha
=
b 1 ,b 2
0,
masing-masing
berpengaruh
variabel
signifikan
independen
terhadap
variabel
dependen. Dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 dan degree of freedom (dk): nk, maka diperoleh nilai t tabel . Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara t tabel dengan t hitung . Apabila jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima, artinya masing-masing variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai variabel dependen. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai variabel dependen.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum RSI Pati Rumah Sakit Islam Pati adalah Rumah Sakit Swasta yang bernaung di
bawah Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU Kabupaten Pati yang berperan membantu pemerintah di bidang kesehatan
melalui upaya kegiatan
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya rujukan. Upaya untuk merealisasi kegiatan rumah sakit tersebut, serta berdasarkan SK Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU Kabupaten Pati, Rumah Sakit Islam Pati memiliki Visi dan Misi sebagai berikut52: 1.
Falsafah Memberikan pelayanan kesehatan yang Islami.
2.
Visi Terwujudnya Rumah Sakit Swasta yang menjadi pilihan dalam pelayanan kesehatan yang professional dan dipercaya masyarakat.
3.
Misi a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Islami, terpadu dan professional dengan meningkatkan sumber daya rumah sakit dan masyarakat.
52
Profil YKMNU RSI Pati, 2009, h.3
45
46
b. Memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat. 4.
Tujuan a. Terwujudnya rumah sakit yang representatif. b. Terlaksananya pelayanan Islami yang komprehensip dan bermutu. c. Tercapainya kesehatan dan kepuasan yang optimal.
5.
Motto Berjuang untuk maju dalam pelayanan.
4.1.2
Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Islam Pati adalah rumah sakit swasta yang dipimpin oleh
seorang
direktur
yang
bertanggung
jawab
kepada
Ketua
Yayasan
Kesejahteraan Muslimat NU Kabupaten Pati. Tugas pokok RSI Pati adalah membantu pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSI Pati mempunyai Fungsi sebagai berikut53: 1.
Penyelenggaraan pelayanan medis
2.
Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis
3.
Penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan
4.
Penyelenggaraan pelayanan obat dan alat kesehatan
5.
Penyelenggaraan pelayanan rujukan
53
Ibid., h. 3-4
47
6.
Penyelenggaraan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
7.
Penyelenggaraan pelayanan bimbingan rohani
8.
Penyelenggaraan system informasi manajemen
9.
Penyelenggaraan keuangan
10. Penyelenggaraan ketata-usahaan 11. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh ketua YKM NU Kabupaten Pati
48
4.1.3
Struktur Organisasi RSI Pati Gambar 4.1 YKM NU PATI Direktur
Kep.Bidang Pelayanan Keperawatan
Kep.instalasi Rawat Jalan& Rehab Medik
Kep.Bidang Pelayanan Medis
Kepala IGD
Kep.bagian Customer Kep.Bagian Keuangan & Akuntansi Kap.Bagian Logistik & Umum Kep.Bagian SDM
Kep.Instalasi Rawat Inap Kep.Instalasi Intensive Care Unit Kep.Instalasi Obsgyn & Perinatal Kep.Instalasi Bedah Kep.Instalasi Farmasi Kep.Instalasi Laboratorium Kep.Instalasi Radiologi Kep.Instalasi Gizi Kep.Instalasi Rekam Medis Kepala IPSRS Kep.Instalasi Pemulasarn Jenazah
49
4.1.4
Kegiatan Pelayanan
4.1.4.1
Jenis Pelayanan Rumah Sakit Islam Pati memiliki bermacam-macam pelayanan
kepada masyarakat, adapun jenis pelayanannya adalah sebagai berikut54: 1.
Pelayanan Administrasi a.
Pelayanan Administrasi Umum Pelayanan Administrasi Umum berfungsi untuk menunjang kelancaran pelayanan medis antara lain: dalam keuangan, persyaratan pasien Askes, Jamsostek, JPK-Jamkesmas dan Jamkesda dan surat keterangan lainnya.
b.
Pelayanan Administrasi Medis Berfungsi untuk keamanan pemberian pelayanan kesehatan baik bagi pasien maupun petugas seperti: formulir rekam medis, pencatatan status penderita, pelaporan hasil kegiatan pelayanan, pengarsipan dokumen Rekam Medis, surat keterangan medis, visum et repertum, dll.
2.
Pelayanan Kesehatan a.
Pelayanan Rawat Jalan/Poliklinik 1) Klinik Rawat Anak 2) Klinik Rawat Jalan 3) Klinik Bedah Umum 4) Klinik Bedah Orthopedi
54
Ibid., h. 8-9
50
5) Klinik Kebidanan dan Kandungan 6) Klinik Konsultasi Gizi 7) Klinik THT 8) Klinik Syaraf 9) Klinik Gigi 10) Klinik Rehabilitasi Medis b.
Pelayanan Rawat Inap Kelas Perawatan 1) Kelas I
: 6 kamar 12 tempat tidur
2) Kelas II
: 7 kamar 29 tempat tidur
3) Kelas III
: 7 kamar 48 tempat tidur
4) Kelas utama/VIP : 3 kamar 3 tempat tidur
c.
5) Perinatal
: 4 tempat tidur
6) ICU
: 1 kamar 2 tempat tidur
7) Isolasi
: 1 kamar 2 tempat tidur
Pelayanan Penunjang 1) Instalasi Gawat Darurat 2) Instalasi Kamar Bersalin 3) Instalasi Bedah Sentral 4) Instalasi Radiologi 5) Instalasi Laboratorium 6) Instalasi Farmasi 7) Instalasi Umum dan Sarana Prasarana
51
8) Instalasi Gizi 9) Instalasi Gizi 4.1.4.2
Jadwal Pelayanan Jadwal pelayananyang ada di Rumah Sakit Islam Pati adalah
sebagai berikut55: 1.
Administrasi Umum, buka setiap hari: Hari Senin – Jum’at
Jam 08.00 – 15.00 WIB
Hari Sabtu
Jam 08.00 – 13.00 WIB
Pembayaran buka 24 jam 2.
Pendaftaran a.
b.
Pendaftaran Poliklinik: Hari Senin – Jum’at
Jam 07.00 – 14.00 WIB
Hari Sabtu
Jam 08.00 – 13.00 WIB
Pendaftaran di Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap buka 24 jam
3.
Poliklinik Semua Poliklinik buka setiap hari kerja.
4.
Instalasi penunjang a.
Instalasi Farmasi, Laboratorium, Perawatan Intensif, Bedah Sentral, Kamar Bersalin semuanya buka 24 jam.
55
Ibid., h. 9
b.
Instalasi Radiologi: 08.09 – 21.00 WIB
c.
Instalasi Gizi: 04.30 – 20.00 WIB
52
4.1.4.3
Pengguna Jasa Pelayanan Untuk jasa pengguna pelayanan kesehatan di RSI Pati dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut56: a.
b.
Berdasarkan cara pembayaran pasien a.
Pasien dengan jaminan (peserta Askes, Jamsostek)
b.
Pasien umum/membayar sendiri
c.
Pasien JPK – Jamkesmas, Jamkesda (dijamin pemerintah)
Berdasarkan datangnya pasien a.
Pasien rujukan dari rumah sakit lain, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta
b. c.
4.1.4.4
Pasien dating sendiri
Berdasarkan kegawatan kasus a.
Penderita dengan kasus gawat darurat
b.
Penderita dengan kasus biasa/bukan darurat
Fasilitas Rawat Inap Berikut merupakan fasilitas rawat inap yang ada di Rumah Sakit
Islam Pati57: 1.
56 57
Kelas VIP -
1 kamar untuk satu pasien
-
Almari pakaian
-
Kamar mandi sendiri
Ibid., h. 9-10 Ibid., h. 10-11
53
2.
3.
4.
5.
-
TV parabola, AC, Kulkas, Paket Ucapan Selamat Datang
-
Pasien dapat ditunggu 3 orang
Kelas I -
1 kamar untuk dua pasien
-
Kamar mandi di dalam
-
TV Parabola, Almari Pakaian/bed side cabinet
-
Sekat masing-masing pasien
-
Pasien dapat ditunggu 1 orang
Kelas II A -
1 ruang untuk empat pasien
-
Kamar mandi di dalam
-
Lemari pakaian/ bed side cabinet
-
Pasien dapat ditunggu 1 orang
Kelas II B -
1 ruang untuk tiga pasien
-
Kamar mandi di dalam
-
Almari pakaian
-
Pasien dapat ditunggu 1 orang
Kelas III -
1 ruang untuk enam pasien
-
Kamar mandi
-
Almari pakaian
-
Pasien dapat ditunggu 1 orang
54
4.2
Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah di RSI Pati
4.2.1
Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah di RSI Pati Rumah Sakit Islam Pati adalah Rumah Sakit Swasta yang bernaung di
bawah Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU yang membantu pemerintah di bidang kesehatan, dengan motto berjuang untuk maju dalam pelayanan. RSI Pati ini berada pada lokasi yang strategis di tengah-tengah kota Pati dan dekat dengan wilayah pesantren. Visinya yang ingin mewujudkan Rumah Sakit Swasta yang menjadi pilihan dalam pelayanan kesehatan yang profesional dan dipercaya masyarakat. Dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Islami, terpadu dan profesional serta memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat. Adapun jenis pelayanan dengan prinsip syari’ah yang diterapkan oleh RSI Pati menurut keterangan yang penulis peroleh dari Kepala Bagian Adminstrasi RSI Pati, Ibu H. Istikanatin adalah sebagai berikut58: 1.
Pelayanan yang Islami Adapun pelayanan yang Islami ini RSI dapat memberikan pelayanan yang mendahulukan dan mementingkan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya. Oleh sebab itu pihak rumah
sakit
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif. Pelayanan Islami ini direalisasikan oleh RSI Pati dengan benar-benar menghargai pasiennya dan menjaga 58
Istikanatin, Hasil Wawancara di RSI Pati, pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2011 pukul 09.30 WIB
55
kepercayaan yang telah diberikan, serta bersikap selalu tanggap dan cekatan terhadap kebutuhan dan keluhan pasien, bersikap ramah dan sopan kepada pelanggan, dan yang terpenting adalah tidak memberikan prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit. 2.
Pembagian Perawat Maksud RSI Pati dalam pelayanan ini adalah memberikan pelayanan kepada para pasien dan pelanggan yang menginginkan pengobatan atau perawatan dengan dilayani (ditangani) oleh perawat yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan maksud agar proses pelayanan pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan lancar dan nyaman karena tidak ada batasan jika mereka adalah satu jenis kelamin. Pelayanan ini dilakukan untuk mengatasi keluhan para pasien atau pelanggan yang merasa risi atau malu jika dilayani oleh perawat yang berbeda jenis.
3.
Penyediaan Fasilitas Ibadah Sebagai rumah sakit yang dibangun dibawah naungan agama Islam sudah selayaknya jika rumah sakit dilengkapi dengan adanya fasilitas ibadah baik berupa masjid ataupun musholla. Penyediaan fasilitas ibadah benar-benar diperhatikan oleh RSI Pati dengan dilengkapi fasilitas wudlu yang baik dan pengairan yang lancar agar para pasien/pengunjung tidak mengalami kesulitan saat akan melaksanakan ibadah sholat. Pihak rumah sakit juga memperhatikan kebutuhan pasien rawat inap dengan menyediakan fasilitas kamar mandi yang
56
dilengkapi tempat wudlu yang baik di setiap kamarnya. Bukan hanya sebatas ibadah sholat, Al Qur’an juga disediakan di setiap kamar yang ada di RSI Pati. 4.
Sajian Makanan dan Minuman Pasien rawat inap di rumah sakit ini memperoleh makan dan minum rutin tiga kali dalam sehari yang selalu dibagikan oleh petugas rumah sakit saat tiba waktunya. Pemberian makanan dan minuman tidak dilakukan dengan begitu saja, namun oleh bagian instalasi gizi sajian makanan dan minuman selalu dijaga kebersihan dan kehalalannya, serta disesuaikan dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh pasien masing-masing. Disamping itu RSI Pati juga dilengkapi oleh sebuah kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi yang membutuhkan. Tidak sembarang makanan dan minuman yang dijual oleh kantin rumah sakit, akan tetapi hanya makanan dan minuman yang diperbolehkan dalam agama Islam saja yang disediakan.
5.
Busana Karyawan Sudah semestinya sebagai Muslim wajib mematuhi peraturan dalam menutup aurat. Hal ini juga yang diupayakan oleh RSI Pati, sebagai rumah sakit yang berdiri atas nama Islam, maka kewajiban dalam menutup aurat pun diharuskan bagi seluruh dokter, perawat dan karyawan yang ada. Kewajiban menutup aurat diwujudkan dalam pemakaian busana yang sesuai dengan syari’at Islam dengan menutup
57
seluruh aurat dan pakaian tidak boleh ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuh seseorang. Karena hal tersebut dilarang oleh agama Islam. 6.
Kebersihan dan Kesucian Rumah sakit yang sesuai fungsinya adalah sebagai tempat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, maka sudah suatu keharusan kebersihan selalu ditekankan oleh pihak RSI Pati, karena kebersihan juga termasuk upaya promotif pencegahan suatu penyakit. Bukan hanya kebersihan saja, karena kesucian juga diupayakan untuk selalu dijaga demi kenyamanan dan kepuasan bagi semua pihak. Slogan kebersihan dan kesucian tidak hanya ditujukan pihak rumah sakit bagi para petugas kebersihan semata, namun seluruh pihak yang ada diharapkan mampu bekerja sama menciptakan dan menjaga kebersihan dan kesucian.
7.
Bimbingan Rohani Bimbingan rohani disediakan oleh rumah sakit sebagai pelayanan tambahan untuk membantu meringankan beban para pasien dalam menghadapi ujian dan cobaan berupa sakit. Kegiatan bimbingan rohani ini meliputi pemasangan poster, pemutaran kaset bacaan Al Qur’an dan ceramah yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Pelayanan ini juga dilengkapi dengan bimbingan sakaratul maut bagi pihak yang membutuhkannya.
58
8.
Pemulasaran Jenazah Pelayanan di RSI Pati ini tidak berhenti begitu saja ketika pasien telah meninggal, karena di rumah sakit ini memberikan pelayanan pemulasaran jenazah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak keluarga yang ditinggalkan oleh pasien. Tentu saja pelaksana dari pemulasaran jenazah ini dilakukan sesuai dengan tata cxara dan rukun yang sudah ditentukan oleh syari’at Islam.
4.2.2
Hambatan dan Solusi dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam di RSI Pati
4.2.2.1
Hambatan dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam di RSI Pati Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, banyak hambatan
yang dialami oleh pihak rumah sakit dalam menerapkan prinsip-prinsip syari’ah Islam pada rumah sakitnya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah59: 1.
Berkaitan dengan penerapan prinsip yang pertama, yaitu tentang pelayanan yang Islami, RSI Pati masih mendapat kritikan bahwa pelayanan pendaftaran yang prosesnya kurang cepat, pelayanan rawat juga dinilai kurang tanggap dan kurang ramah dalam menjalankan tugasnya, dan pelayanan dokter spesialis juga dirasa sangat terbatas. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga medis
59
Ibid.
59
dan non medis masih belum sesuai standar yang ditentukan, masih terdapat kekurangan. 2.
Mengenai penerapan prinsip syari’ah berupa pembagian perawat yang harus menangani pasien sesuai dengan jenis kelaminnya, kadang masih tidak bisa dilaksanakan karena hal yang sama yaitu masih terdapat kekurangan tenaga medis. Sehingga pada saat-saat tertentu disaat yang mendesak hal tersebut diabaikan demi tetap berlangsungnya kegiatan pelayanan kesehatan untuk pasien.
3.
Dalam penyediaan fasilitas ibadah hanya mengalami hambatan pada penyediaan air yang kadang kebutuhan air kadang kurang tercukupi jika terdapat kerusakan di bagian pompa air, maka pemenuhan saluran air terhambat.
4.
Satu hambatan mengenai prinsip penyajian makanan dan minuman yang halal yang dihadapi oleh pihak Instalasi Gizi RSI Pati yaitu variasi dan rasa makanan pasien kurang memuaskan.
5.
Untuk penerapan prinsip syari’ah yang mengharuskan seluruh petugas medis maupun non medis RSI Pati dalam menggunakan pakaian yang menutup aurat dirasa tidak mengalami hambatan apapun karena semua dapat mematuhi peraturan ini.
6.
Mengenai kebersihan dan kesucian, pihak rumah sakit mendapat hambatan mengenai toilet yang dirasa pelanggan masih kurang bersih dan kadang bau sehingga diragukan kesuciannya. Padahal
60
dari pihak petugas kebersihan menyampaikan bahwa mereka selalu menjaga kebersihan dan kesucian rumah sakit disetiap waktu. Namun hal tersebut tidak dapat terwujud jika tidak diimbangi dengan kerja sama bagi semua pihak yang ada di rumah sakit. 7.
Berhubungan dengan pelayanan bimbingan rohani, hambatan terdapat pada pemutaran kaset bacaan Al Qur’an yang masih kurang rutin pelaksanaannya. Hambatan ini disampaikan pihak rumah sakit karena masih terbatasnya petugas yang khusus menangani pelayanan tersebut. Sedang untuk pelayanan bimbingan sakaratul maut hanya akan diberikan jika ada pihak pasien atau keluarga pasien yang membutuhkannya.
8.
Untuk pelayanan pemulasaran jenazah pihak rumah sakit tidak menghadapi kendala karena petugas di instalasi ini sudah dibekali ketrampilan yang sesuai dengan ajaran syari’at Islam. Hal ini juga dikarenakan pelaksanaannya hanya sebatas sampai yang diinginkan oleh pihak keluarga. Namun setidaknya jenazah akan tetap dibersihkan dan dimandikan oleh petugas yang bersangkutan.
4.2.2.2
Solusi dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam di RSI Pati Untuk mengatasi masalah hambatan yang dialami, maka
berbagai upaya dilakukan oleh RSI Pati dalam rangka menjaga dan
61
meningkatkan kepuasan serta kepercayaan pelanggan. Solusi yang ditempuh oleh RSI Pati antara lain sebagai berikut60: 1.
Melengkapi kebutuhan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan rumah sakit sesuai dengan kebutuhan RSI Pati.
2.
Meningkatkan kwalitas karyawan, melalui pendidikan formal dan non formal, mengikutsertakan karyawan untuk pelatihan manajerial maupun fungsional.
3.
Meningkatkan kinerja karyawan melalui pengawasan dan disiplin tugas serta melengkapi SOP semua jenis kegiatan.
4.
Mencukupi sarana dan prasarana baik medis maupun non medis sesuai kemampuan uang.
5.
Melakukan pengembangan pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan masyarakat.
4.2.3
Analisis Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Sesuai dengan ajaran agama Islam yang menerangkan bahwa segala
tingkah laku manusia harus disesuaikan dengan ketentuan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Begitu juga tentang pelaksanaan pelayanan, perawatan dan pengobatan yang dijalankan oleh instansi rumah sakit maupun lembaga pelayanan kesehatan lainnya harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ditentukan, baik ketentuan sesuai ajaran Islam yaitu Al Qur’an dan Hadits atau
60
Tim Panyusun, Jurnal RSI Pati, 2011, h. 11
62
ketentuan sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit, demi tetap terjaga dan terlaksananya syari’at Islam dan demi kemaslahatan umat bersama. Adapun mengenai dasar penerapan prinsip-prinsip syari’ah pada RSI Pati ini adalah: 1.
Pelayanan yang Islami Islam mengajarkan untuk selalu menghargai orang lain, dalam hal ini adalah menghargai pasien (pelanggan), dimana Rasulullah memberikan tauladan kepada umatnya dalam hal pelayanan (service), bahwa nabi benar-benar menghargai pelanggannya sebagaimana beliau menghargai dirinya sendiri,61 seperti tercantum dalam Hadits:
َ ﻣَﻦْ ﻛَﺎن: َﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ أَنﱠ رَﺳُﻮْلَ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻗَﺎل ِ وَﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاْﻟﯿَﻮْم،ْﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿَﻘُﻞْ ﺧَﯿْﺮاً أًوْ ﻟِﯿَﺼْﻤُﺖ ُ وَﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿُﻜْ ِﺮمْ ﺿَﯿْﻔَﮫ،ُاﻵﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿُﻜْﺮِمْ ﺟَﺎرَه Artinya: dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘Alaih) Sehingga kepentingan pasien harus menjadi prioritas utama dibanding kepentingan lainnya. Pelayanan kesehatan juga harus diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif sesuai dengan
isi dari UU No.36 pasal 2 yaitu pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, 61
Thorik Gunara, Utus Hardiyono Sudibyo, Marketing Muhammad, Bandung: PT. Karya Kita, 2007, h.85
63
keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan normanorma agama.62 2.
Pembagian Perawat Bahwa perawat pria menangani pasien pria dan perawat wanita menangani pasien wanita. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan diri dari kemudlaratan agar terhindar dari fitnah. Karena terdapat keterangan bahwa tidak bolehnya menyentuh kulit wanita Ajnabiyah (non muhrim) tanpa keperluan darurat. Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ruba’i binti Mu’awwidz bin ‘Afra: Artinya: “Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah, dimana kami memberikan minum kepada pasukan, mengurus dan membawa tentara-tentara yang terbunuh dan juga terluka kembali ke Madinah.” Hadits tersebut menerangkan bahwa seorang wanita Muslimah diperbolehkan berobat kepada dokter pria dan sebaliknya, ketika dalam keadaan darurat dan tidak ada dokter lain yang mampu mengobatinya. Jika dalam keadaan terpaksa, seorang dokter pria boleh melihat aurat pasien wanita demikian sebaliknya.63 Keterangan tersebut lebih dikhususkan untuk
pemenuhan
dokter, sedangkan yang ditekankan dalam prinsip syari’ah rumah sakit adalah
penanganan
perawat.
Sehingga
rumah
sakit
tetap
mengusahakan sepenuhnya mematuhi prinsip tersebut berhubung
62
Undang-Undang Kesehatan Rumah Sakit Tahun 2009, Yogyakarta: Nuha Medika,
2009, h. 6 63
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Al-Jami’ fii Fiqhi An-Nisa’, yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010, h. 211
64
ketersediaan sumber daya perawat di Indonesia ini sudah sangat banyak, terbukti sekarang ini banyak didirikan perguruan tinggi kejuruan perawat. Namun jika keadaan benar-benar
mendesak tidak bisa
melaksanakan prinsip tersebut maka dibolehkan penanganan pasien oleh
perawat
yang
berbeda
muhrim
sebatas
sekedar
yang
dibutuhkan.64 Meskipun begitu tetap diupayakan dahulu jalan yang dibolehkan, kecuali tidak ada lagi alternatif lain. 3.
Penyediaan Fasilitas Ibadah Penyediaan fasilitas ini berkaitan erat dengan adanya perintah sholat yang merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan bagi seluruh umat manusia yang sudah baligh tanpa terkecuali bagi mereka yang sakit ataupun bepergian. Penyediaan fasilitas ibadah dilakukan oleh pihak rumah sakit karena berkaitan dengan upaya kuratif, dimana orang sakit tetap diwajibkan untuk melakukan sholat dengan keringanan sesuai kemampuan fisik masing-masing.
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya” (QS. Al Baqarah: 286) Selain sebagai kewajiban bagi umat Muslim, sholat juga dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam menyingkirkan segala
64
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih,Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2007, h. 73
65
bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya,65 termasuk mereka yang sedang mengalami ujian sakit. Hal ini sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai pertolonganmu” (QS. Al Baqarah: 153) Dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu pasal 10 ayat 2 dijelaskan bahwa dalam salah satu persyaratan dalam pembangunan rumah sakit adalah harus terdapat ruang ibadah di dalamnya.66 4.
Sajian Makanan dan Minuman Al Qur’an selalu mengajarkan untuk memakan makanan yang halal. Karena makan dan minum juga termasuk salah satu upaya menjaga kesehatan melalui upaya preventif (pencegahan). Keberadaan makanan dan minuman dalam tubuh manusia sangat diperhatikan oleh agama Islam karena ditemukan bahwa perut merupakan sumber utama penyakit. Oleh sebab itu banyak sekali tuntutan (baik dalam Al Qur’an maupun Hadits) yang berkaitan dengan makanan, jenis maupun kadarnya.67 Hal ini sesuai dengan Q.S Al Baqarah ayat 168 yang
65
Abdul Aziz MA., Abdul Wahab SH., Fiqh Ibadah, Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta: Amzah, 2009, h. 145 66 Undang-Undang Kesehatan Rumah Sakit Tahun 2009, Yogyakarta: Nuha Medika, 2009, h. 146 67 Ahsin W. Alhafidz, M.A., Fikih Kesehatan, Jakarta: Amzah, 2007, h. 18
66
menerangkan bahwa kita dianjurkan untuk memakan makanan yang baik untuk tubuh.
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh manusia” (QS. Al Baqarah: 168) Keterangan bahwa makanan dan minuman yang halal termasuk upaya mencegah datangnya penyakit juga penulis dapatkan dari sebuah makalah yang berjudul “Pengobatan Ilmiah dan Islami” yang disampaikan oleh seorang Guru Besar Kedokteran Universitas Brunei, yaitu Prof. Dr. Omar Hassan Kasule yang disampaikan pada dalam seminar di UNDIP Semarang. yang memaparkan bahwa Al Qur'an memuat do'a untuk kesehatan yang baik sebagaimana panduan terapi khusus, seperti madu, hanya memakan makanan yang sehat dan halal, menghindari makanan yang haram dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang berlebihan.68 5.
Busana Karyawan Agama Islam begitu menjaga keselamatan dan kenyamanan bagi umatnya. Bukan hanya dalam memilih makanan dan minuman yang halal dan sehat untuk tubuh, tetapi juga Islam juga menjaga kehormatan setiap Muslim dengan mewajibkan menggunakan pakaian
68
Http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20seminar%20pengobatan%20il miah%20dan%20islam, diakses pada tanggal 31 Agustus 2011
67
yang menutup aurat mereka, agar terhindar dari segala macam ancaman dan celaan, dan dikhawatirkan juga dapat menimbulkan mudlarat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Sesuai perintah Allah kepada Nabi yang terurai dalam ayat:
Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab: 59) Dalil yang menjelaskan tentang perintah menutup aurat juga terdapat dalam surat Al A’raf 26 yang menerangkan bahwa adanya perintah menggunakan pakaian yang menutup aurat:
6.
Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya kami menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (QS. Al A’raf: 26) Kebersihan dan Kesucian Kebersihan merupakan bagian dari menjaga kesehatan melalui upaya preventif, yaitu upaya mencegah atau melindungi diri dari
68
terjadinya penyakit.69 Karena dari lingkungan yang bersih akan tercipta lingkungan yang sehat pula. Al Qur’an bahkan mensejajarkan kebersihan dengan taubat yang merupakan salah satu sifat manusia yang disukai Allah sesuai dengan firman-Nya:
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertaubat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri” (QS. Al Baqarah: 222) Kepentingan kebersihan sebagai upaya pencegahan juga terdapat dalam firman Allah QS. Al Muddatstsir ayat 4-5 yang bunyinya:
Artinya: ”Dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala macam kotoran” Namun kepentingan kebersihan bagi individu manusia atau rumah sakit sebagai instansi harus diimbangi dengan jaminan kesucian di setiap tempat, agar pelaksanaan ibadah dapat dijalankan dengan mudah dan lancar. Karena salah satu syarat untuk melakukan ibadah adalah dalam keadaan bersih dan suci. Kata suci itu sendiri berasal dari bahasa Arab menurut arti bahasa ath-thaharah yang berarti bersih dan jauh dari kotorankotoran, baik yang kasat mata ataupun tidak kasat mata seperti aib dan
69
Ahsin W. Alhafidz, M.A., Op Cit., h. 15
69
dosa. Sedang menurut istilah syara’ adalah bersih atau suci dari najis baik najis faktual seperti tinja maupun secara hukmi, yaitu hadits.70 7.
Bimbingan Rohani Bimbingan rohani sangat penting keberadaannya disetiap rumah sakit, karena hal ini membantu dan menjelaskan pada pasien dan keluarganya
bagaimana seharusnya yang dilakukan oleh pasien
Muslim dalam menghadapi penyakit yang diderita menurut ajaran Islam. Karena dalam keadaan sakit seseorang dapat tergoncang jiwanya seperti stress. Dengan keadaan seperti ini bimbingan rohani sangat diperlukan untuk memperkuat psikis pasien, yang pada akhirnya akan membantu proses kesembuhan pasien sendiri.71 Bimbingan Rohani merupakan menjaga kesehatan melalui upaya kuratif. Pelayanan bimbingan ini dapat diberikan secara langsung seperti ceramah yang dilakukan pada saat-saat tertentu baik untuk pasien ataupun karyawan, bisa juga dalam bentuk bimbingan berdo’a bagi pasien, sakaratul maut bagi pasien yang membutuhkan ataupun secara tidak langsung seperti pemutaran kaset bacaan Al Qur’an. Contoh yang terakhir memiliki manfaat yang besar bagi orang yang sedang sakit (pasien). Karena Al Qur’an memiliki pengaruh
70
Abdul Aziz MA., Abdul Wahab SH , Op Cit., h.3 dr. Budi Santosa, Sambutan Direktur RSUD Tugurejo Semarang, Bimbingan Rohani Bagi Pasien, Semarang: LBKI Laboratorium Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2005, h. vii-viii 71
70
terhadap proses penyembuhan atau penjagaan kesehatan. Seperti yang tercantum dalam firman Allah:
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Isra’: 82). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Qadhi, seorang Direktur Utama Islamic Medicine for Education and Research di Amerika, membuktikan bahwa Al Qur’an memiliki pengaruh fisiologis maupun psikologis. Contoh dari pengaruh fisiologis adalah bahwa Al Qur’an memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres) dan dapat mengurangi depresi (gelisah). Diketahui bahwa ketegangan urat syaraf yang dapat mengurangi daya tahan tubuh karena terganggunya keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau membantu proses penyembuhan.72 Bimbingan rohani dalam bentuk bimbingan sakaratul maut membantu para pasien yang sakit dan telah menunjukkan tanda-tanda mendekati ajal dengan talqin bagi orang sakit yang mendekati ajal
72
Ahsin W. Alhafidz, M.A., Op Cit., h. 13-14
71
atau membacakan surat Yasin yang faedahnya adalah mempermudah keluarnya ruh dari dalam tubuh.73 Nabi Muhammad SAW bersabda:
( )رواه أﺑﻮ داود.ْاِﻗْﺮَؤُاْ ﯾٰﺲ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻮْﺗٰﺎﻛُﻢ
8.
Artinya: “Bacakanlah surat Yasin atas orang-orang (akan akan) mati diantara kalian” Pemulasaran Jenazah Kematian merupakan pintu gerbang menuju kehidupan yang lain, yaitu kehidupan yang abadi. Dan setiap manusia bahkan makhluk hidup yang bernyawa di bumi ini akan menemui kematian.74 Dalam Firman Allah SWT :
Artinya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan” ( QS. Al 'Ankabuut : 57). Ayat tersebut mempertegas bahwa manusia hidup di dunia ini pasti akan meninggal. Dan perawatan bagi orang yang meninggal dunia tentu saja merupakan kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama keluarga yang ditinggalkannya untuk mengurusnya sampai menguburkannya. Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, yang artinya cukup dikerjakan oleh sebagian masyarakat, bila sebagian dari seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka seluruh masyarakat akan 73
http://el.ibbien.com/index.php/kajian-fiqh/72-tata-cara-merawat-jenazah, diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 74 Tim Misykat, 4 Langkah Mengurus Jenazah, Jakarta: MIsykat, 2003, h. 4
72
dituntut
dihadapan
Allah
SWT
sedang
bagi
orang
yang
mengerjakannya, mendapat pahala yang banyak disisi Allah SWT. Namun setiap orang tentunya wajib mengetahui tata cara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena kewajiban merawat jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat mayit, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang Muslim yang lainnya berkewajiban untuk merawatnya.75 Rumah Sakit Islam sebagai tempat yang melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan bagi yang membutuhkan, seperti mereka yang sedang sakit. Tidak dipungkiri jika pada suatu saat ada pasien yang meninggal dunia, rumah sakit sebagai tempat yang terdekat orang yang meninggal berkewajiban untuk menyelenggarakan perawatan jenazah jika tidak ada kerabat yang mengurusinya, atau bisa saja memang diminta secara langsung oleh pihak keluarga untuk melakukan perawatan jenazah. Perawatan jenazah harus sesegera mungkin dilaksanakan karena tidak ada keharusan untuk menunggu kerabatnya sesuai dengan Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
أَﺳْـﺮِﻋُﻮْا ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَﺎزَةِ ﻓَﺈِنْ ﺗَﻚُ ﺻَﺎﻟِﺤَﺔً ﻓًﺨَﯿْﺮٌ ﺗُﻘَﺪﱢﻣُﻮْﻧَﮭَﺎ إِﻟَﯿْﮫِ وَإِنْ ﺗَﻚُ ﺳِﻮَى ْذﻟِﻚَ ﻓَﺸَﺮﱞ ﺗَﻀَﻌُﻮْﻧَﮫُ ﻋَﻦْ رِﻗَﺎﺑِﻜُﻢ
75
//http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg01040.html, diakses padatanggal 31 Oktober 2011
73
Artinya: “Segerakanlah jenazah tersebut, sebab jika dia shaleh maka kalian telah mensegerakannya kepada kebaikan, namun jika selain itu, maka kalian telah melepaskan beban keburukan dari diri kalian” (Muttafaqun ”alaih). 76
4.3
Deskripsi Data Penelitian dan Karakteristik Responden
4.3.1
Deskripsi Data Penelitian Data penelitian dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner
secara langsung kepada responden yang berhasil ditemui. Kuesioner diperoleh dengan cara peneliti menemui langsung responden dan memberikan kuesioner untuk diisi oleh para responden yang merupakan pasien/keluarga pasien atau bisa juga pengunjung Rumah Sakit Islam Pati. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan menemui responden, hal ini bertujuan agar lebih efektif untuk meningkatkan respon rate responden dalam penelitian ini. Survey dengan kuesioner dilakukan mulai tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 2 November 2011 di RSI Pati dengan mengambil 70 responden. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampling yang mengambil sampel dengan karakteristik tertentu yang dianggap mampu dan lebih paham mengenai permasalahan. Karena jumlah sampel yang didapat sebanyak 70 sampel, dengan demikian syarat pengolahan data analisis SPSS dapat terpenuhi.
76Syaikh
Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Op Cit., h. 227
74
4.3.2
Karakteristik Responden Penyajian data karakteristik responden bertujuan agar dapat dilihat
profil dari data penelitian tersebut dan hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian.
Responden
dalam
penelitian
ini
memiliki
karakteristik.
Karakteristik-karakteristik penelitian terdiri dari: 1.
Umur Responden Adapun data mengenai umur responden RSI Pati adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 umur
Valid
15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 Total
Frequency 12 16 17 20 5 70
Percent 17,1 22,9 24,3 28,6 7,1 100,0
Valid Percent 17,1 22,9 24,3 28,6 7,1 100,0
Cumulative Percent 17,1 40,0 64,3 92,9 100,0
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011 Berdasarkan keterangan pada tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pasien pasien/keluarga pasien/pengunjung RSI Pati yang diambil sebagai responden sebagian besar berusia 40–49 tahun, yaitu sebanyak 20 responden atau 28.6 % dari jumlah sampel. Sedangkan yang berumur kurang dari 19 (15-19) tahun terdapat12 responden, yang berumur 20-29 tahun sebanyak 16 responden, yang berumur 30-39
75
terdapat 17 responden, dan yang paling sedikit respondennya adalah kelompok usia yang melebihi umur 50 (50-59) tahun. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar usia/umur responden yang dapat dilihat pada tabel berikut: Grafik 4.1
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
2.
Jenis Kelamin Responden Adapun data mengenai jenis kelamin responden pasien RSI Pati adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 jenis kelamin
Valid
laki-laki perempuan Total
Frequency 34 36 70
Percent 48,6 51,4 100,0
Valid Percent 48,6 51,4 100,0
Cumulative Percent 48,6 100,0
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.2 di atas, dapat diketahui tentang jenis kelamin responden psien RSI Pati yang diambil sebagai
76
responden, yang menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan, yaitu sebanyak 36 orang dengan presentase 51,4% dan responden laki-laki sebanyak 34 orang atau 48,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari pasien RSI Pati yang diambil sebagai responden adalah perempuan. Untuk lebih jelasnya berikut gambar jenis kelamin responden yang dapat dilihat pada: Grafik 4.2
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
3.
Pendidikan Responden Adapun data mengenai pendidikan responden pasien RSI Pati adalah sebagai berikut:
77
Tabel 4.3 pendidikan
Valid
Frequency SMA/MA 47 S1 12 Lainnya 11 Total 70
Percent 67,1 17,1 15,7 100,0
Valid Percent 67,1 17,1 15,7 100,0
Cumulative Percent 67,1 84,3 100,0
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas memperlihatkan bahwa pasien RSI Pati yang diambil sebagai responden sebagian besar berpendidikan SMA/MA sebanyak 67,1% yaitu 47 orang. Kemudian untuk responden yang memiliki pendidikan sampai tingkat sarjana hanya 12 orang, dan sisanya sebanyak 11 orang adalah selain SMA/MA dan S1 yaitu kebanyakan dari Pondok Pesantren. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar pendidikan responden RSI Pati yang dapat dilihat pada: Grafik 4.3
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
4.
Pekerjaan Responden
78
Adapun data mengenai pekerjaan responden pasien RSI Pati adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 pekerjaan
Valid
PNS Pegawai Swasta Wirausaha Lainnya Total
Frequency 9 26 10 25 70
Percent 12,9 37,1 14,3 35,7 100,0
Valid Percent 12,9 37,1 14,3 35,7 100,0
Cumulative Percent 12,9 50,0 64,3 100,0
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar dari pekerjaan pasien RSI Pati yang diambil sebagai responden adalah pegawai swasta, yaitu sebanyak 26 orang, sebagai wirausaha terdapat 10 orang, yang berprofesi sebagai PNS hanya 9 orang, dan sisanya sebanyak 25 orang memiliki pekerjaan yang lain. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut: Grafik 4.4
Sumber data: Output SPSS yang diolah, 2011
79
4.4
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
4.4.1
Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor atau
butir pertanyaan dengan skor konstruk atau variabel. Hal ini dapat dilakukan dengan uji signifikan yang membandingkan
dengan
untuk degree
of fredom (df) = n-k dalamhal ini n adalah jumlah sampel k adalah konstruk. Untuk mengetahui soal valid dan tidak valid dapat dilihat nilai rhitung dibandingkan dengan tabel corelation produk moment untuk dk (Derajat Kebebasan) = n-1 = 70-1 = 69 untuk alfa 5% adalah 0,235. Jika rhitung > rtabel maka soal tesebut valid dan sebaliknya. Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel
Item
PrinsipPrinsip Syari’ah (X)
PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 PS7 PS8 PS9 PS10 PS11 PS12 PS13 PS14 PS15 PS16 PS17 PS18 PS19 PS20 PS21
Corrected item-total correlation (r hitung) 0.283 0.423 0.406 0.561 0.266 0.393 0.269 0.380 0.506 0.639 0.394 0.424 0.362 0.321 0.397 0.550 0.411 0.499 0.554 0.559 0.495
r tabel
Keterangan
0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
80
Keputusan Pasien (Y)
PS22 PS23 PS24 KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8
0.588 0.396 0.604 0.615 0.737 0.492 0.330 0.347 0.554 0.249 0.400
0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235 0.235
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber Data : output SPSS yang diolah, 2011
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan rtabel. Jadi semua soal dinyatakan valid dari kedua variabel.
4.4.2
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Untuk mengetahui soal tersebut reliabel atau tidak dilihat pada nilai Alpha dicocokkan dengan nilai rtabel = 0,235, apabila nilai Alpha lebih besar dari r tabel maka artinya signifikan atau reliabel dan sebaliknya. Tabel 4.6 Uji Reliabilitas Variabel X Y
Reliability Coefficients 24 Item 82 Item
Alpha 0.874 0.767
Sumber Data : output SPSS yang diolah, 2011
Keterangan Reliable Reliable
81
Dari kedua tabel uji reliabilitas di atas, menjelaskan bahwa variabel prinsip-prinsip syari’ah menunjukkan nilai alpha sebesar 0,874 melebihi r tabel, maka untuk variabel ini dinyatakan signifikan atau reliabel. Sedangkan pada variabel keputusan pasien juga menunjukkan bahwa nilai alpha melebihi nilai r tabel, yaitu sebesar 0,767. Sehingga variabel keputusan pasien di atas dinyatakan signifikan atau reliabel.
4.5
Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan uji normalitas. Untuk mengujinya digunakan normal probability plot. Dengan deteksi melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan /atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
82
Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada gambar 4.9 sebagai berikut: Grafik 4.5 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Pasien 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Dari grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaranya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk prediksi Keputusan pasien berdasar masukan variabel independentnya.
4.6
Deskriptif Variabel Penelitian
4.6.1
Variabel Penerapan Prinsip-Prinsip Syari’ah Dalam variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah disini terdiri atas 8
indikator yaitu pelayanan yang Islami, pembagian perawat, penyediaan fasilitas
83
ibadah, makanan dan minuman halal, busana karyawan, kebersihan dan kesucian, bimbingan rohani, dan pemulasaran jenazah. 1.
Indikator Pelayanan Islami Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator pelayanan yang Islami diwakili dengan 3 item pertanyaan, dan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pelayanan Islami
Q
SS
S
N
TS Frk
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
%
PS1
19
27.1
37
52.9
12
17.1
1
1.4
PS2
9
12.9
30
42.9
20
28.6
9
PS3
8
11.4
44
62.9
12
17.1
4
Frk
Total
%
Frk
%
1
1.4
70
100
12.9
2
2.9
70
100
5.7
2
2.9
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel 4.7 di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden untuk indikator pelayanan Islami tergolong baik. Mayoritas responden memberi jawaban setuju bahwa dalam rumah sakit Islam memberikan pelayanan yang Islami dengan baik. Sebanyak 27,15% item pertanyaan pertama dijawab responden dengan sangat setuju, 52,9% menjawab setuju, 17,1% menjawab netral dan satu responden saja yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sedangkan pada item pertanyaan kedua dijawab 12,9% dengan sangat setuju, 42,9% menjawab setuju, 28,6 menjawab netral, 12,9% menjawab tidak setuju, dan 2,9% menjawab sangat tidak setuju. Selanjutnya 11,4% menjawab sangat setuju pada item
84
pertanyaan ketiga, 62,9% menjawab setuju, 17,1% menjawab netral, 5,7% dengan jawaban netral, dan 2,9% menjawab tidak setuju. 2.
Indikator Pembagian Perawat Pembagian
perawat
didefinisikan
dengan
memberikan
pelayanan kepada pasien oleh perawat atau dokter yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Dalam indikator pembagian perawat ini diwakili dengan 3 item pertanyaan. Sedangkan hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pembagian Perawat Q
SS
S
N
TS
STS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
PS4
17
24.3
21
30.0
21
30.0
11
15.7
0
PS5
11
15.7
19
27.1
23
32.9
17
24.3
PS6
37
52.9
21
30.0
8
11.4
3
4.3
%
Total Frk
%
0
70
100
0
0
70
100
1
1.4
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden mengenai indikator pembagian perawat adalah baik jika pihak rumah sakit memberlakukan prinsip syari’ah tersebut, namun bisa dikatakan 30% responden bersikap netral terhadap indikator tersebut. Sebanyak 24,3% responden menjawab sangat setuju untuk item pertanyaan keempat, 30% menjawab sangat setuju, 30% menjawab netral, 15,7% dengan jawaban tidak setuju. Sedangkan untuk item pertanyaan ke lima adalah 15,7% menjawab sangat setuju, 27,1%
85
dengan jawaban sangat setuju, 32,9% menjawab netral, 24,3% menjawab tidak setuju. Dan untuk pertanyaan ke enam 52,9 menjawab sangat setuju, 30% menjawab setuju, 11,4% responden menjawab tidak setuju, dan 1,4% menjawab sangat tidak setuju . 3.
Indikator Fasilitas Ibadah Dalam penelitian ini untuk indikator fasilitas ibadah diwakili dengan 3 pertanyaan. Dan hasil penelitian tentang indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Fasilitas Ibadah Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
PS7
21
30.0
26
37.1
18
PS8
39
55.7
23
32.9
PS9
34
48.6
24
34.3
STS
Total
Frk
%
Frk
%
Frk
%
25.7
4
5.7
1
1.4
70
100
6
8.6
1
1.4
1
1.4
70
100
11
15.7
1
1.4
0
0
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden mengenai indikator fasilitas ibadah adalah sangat baik. Mayoritas responden memberikan jawaban sangat setuju dan setuju bahwa di RSI Pati terdapat fasilitas ibadah yang baik. Terdapat 30% jawaban sangat setuju pada item pertanyaan ke tujuh, 37,1% menjawab setuju, 25,7% dengan jawaban netral, 1,4% untuk jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sedangkan pada item pertanyaan ke delapan menjawab sebesar 55,7% sangat setuju, 32,9% untuk jawaban setuju, 8,6% menjawab netral, dan 1,4% untuk
86
jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju sekali. Selanjutnya item pertanyaan ke sembilan dijawab oleh responden dengan jawaban 48,6% dengan sangat setuju, 34.3% menjawab setuju, 15,7% untuk jawaban netral dan tidak setuju sebesar 1,4%. 4.
Indikator Makanan dan Minuman Halal Definisi dari indikator makanan dan minuman halal adalah kepastian pemberian makanan yang sehat dan sesuai cakupan gizi, serta jaminan kepastian kehalalannya. Dan hasil penelitian untuk indikator ini adalah: Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Makanan dan Minuman Halal Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
PS10
11
15.7
37
52.9
19
PS11
16
22.9
31
44.3
PS12
17
24.3
36
21.4
STS
Total
Frk
%
Frk
%
Frk
%
27.1
3
4.3
0
0
70
100
22
31.4
1
1.4
0
0
70
100
15
21.4
2
2.9
0
0
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden mengenai indikator makanan dan minuman halal tergolong baik karena mayoritas responden menjawab setuju. Sebanyak 15,7% item pertanyaan ke sepuluh dijawab sangat setuju, 52,9% responden menjawab setuju, 27,1% menjawab netral, 4,3% menjawab tidak setuju. Sedangkan untuk item pertanyaan ke sebelas adalah 22,9% menjawab sangat setuju, 44,3% menjawab
87
setuju, 31,4% menjawab netral, dan 11,4% menjawab tidak setuju. Selanjutnya 24,3% responden menjawab sangat setuju pada item pertanyaan ke dua belas, 21,4% menjawab setuju, 21,4% dengan jawaban netral, dan jawaban tidak setuju sebesar 2,9%. 5.
Indikator Busana Karyawan Dalam penelitian ini untuk indikator busana karyawan diwakili oleh 3 item pertanyaan yang membahas tentang busana yang menutup aurat dan sesuai syari’at Islam. Dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Busana Karyawan Q
SS
S
N
Frk
%
Frk
%
PS13
39
55.7
22
31.4
8
PS14
12
17.1
24
34.3
PS15
33
47.1
25
35.7
TS
Frk
%
STS
Total
Frk
%
Frk
%
Frk
%
11.4
1
1.4
0
0
70
100
26
37.1
6
8.6
2
2.9
70
100
10
14.3
1
1.4
1
1.4
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel4.10 dapat diketahui bahwa untuk indikator busana karyawan dapat dikatakan sangat baik karena mayoritas responden menjawab sangat setuju dan setuju. Sebanyak 55,7% responden menjawab sangat setuju untuk item pertanyaan ke tiga belas, 31,4% menjawab setuju, 11,4% menjawab netral, 1,4% menjawab tidak setuju. Sedangkan untuk item pertanyaan ke empat belas menjawab sangat setuju sebesar 17.1%, dan 34.3% untuk jawaban setuju, 37,1% menjawab netral, 8,6% menjawab tidak
88
setuju dan2,9% menjawab sangat tidak setuju, kemudian untuk item pertanyaan ke lima belas adalah 47,1% responden menjawab sangat setuju, 35,7% menjawab setuju, 14,3% dengan jawaban netral, dan masing-masing 1,4% untuk jawaban tidak dan sangat tidak setuju. 6.
Indikator Kebersihan dan Kesucian Untuk indikator kebersihan dan kesucian dibatasi mengenai jaminan kebersihan dan kesucian lingkungan rumah sakit di setiap tempat dan ruangan. Dan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kebersihan dan Kesucian Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
PS16
12
17.1
38
54.3
16
22.9
2
PS17
11
15.7
20
28.6
29
41.4
PS18
28
40.0
25
35.7
11
15.7
STS %
Total
Frk
%
Frk
%
2.9
2
2.9
70
100
9
12.9
1
1.4
70
100
5
7.1
1
1.4
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian mengenai indikator kebersihan dan kehalalan dapat diketahui bahwa responden memberi tanggapan yang cukup baik untuk indikator ini karena banyak responden yang menjawab netral dan tidak setuju. Dengan jawaban 17,1% responden menjawab sangat setuju, 54,3% menjawab setuju, 22,9% menjawab netral, dan masing-masing 2,9% untuk jawaban tidak dan sangat tidak setuju untuk item pertanyaan ke enam belas. Sedangkan 15,7% dijawab sangat setuju untuk item pertanyaan ke tujuh belas, 28,6% dijawab setuju, 41,4%
89
dijawab netral, 12,9% dijawab tidak setuju, 1,4% dengan jawaban sangat tidak setuju. Selanjutnya 40% responden menjawab sangat setuju, 35,7% menjawab setuju, 15,7% menjawab netral, 7,1% dengan jawaban tidak setuju dan 1,4% menjawab sangat tidak setuju untuk item pertanyaan ke delapan belas. 7.
Indikator Bimbingan Rohani Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator bimbingan rohani dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Bimbingan Rohani Q
SS Frk
S
N
TS
%
Frk
%
Frk
%
Frk
STS %
Total
Frk
%
Frk
%
PS19
5
7.1
25
35.7
30
42.9
7
10.0
3
4.3
70
100
PS20
5
7.1
18
25.7
30
42.9
14
20.0
3
4.3
70
100
PS21
7
10.0
24
34.3
34
48.6
4
5.7
1
1.4
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian mengenai indikator bimbingan rohani tergolong cukup baik karena kurang lebih 42% dari responden menjawab netral disetiap item pertanyaan. Untuk item pertanyaan ke sembilan belas responden menjawab 7,1% dengan sangat setuju, 35,7% dengan jawaban setuju, 42,9% dengan jawaban netral, 10% menjawab tidak setuju, 4,3% menjawab sangat tidak setuju. Sedangkan 7,1% item pertanyaan ke dua puluh dijawab sangat setuju, 25,7% dijawab setuju, 42,9% dijawab netral, 20% dijawab tidak setuju, 4,3% dijawab sangat tidak setuju.
90
Selanjutnya 10% responden menjawab sangat setuju, 34,4% menjawab setuju, 48,6% menjawab netral, 5,7% menjawab tidak setuju, dan 1,4% menjawab santa tidak setuju untuk item pertanyaan ke dua puluh satu. 8.
Indikator Pemulasaran Jenazah Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai tata cara penyelenggaraan jenazah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pemulasaran Jenazah Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
PS22
28
40.0
29
41.4
11
PS23
13
18.6
36
51.4
PS24
21
30.0
30
42.9
STS
Total
Frk
%
Frk
%
Frk
%
15.7
2
2.9
0
0
70
100
20
28.6
0
0
1
1.4
70
100
14
20.0
4
5.7
1
1.4
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel 4.13 di atas dapat dideskripsikan bahwa tanggapan responden tentang indikator pemulasaran jenazah dikatakan sangat baik karena mayoritas responden menjawab sangat setuju dan setuju. Sebanyak 40% responden menjawab sangat setuju pada item pertanyaan ke dua puluh dua, 41,4% menjawab setuju, 15,7% menjawab netral, 2,9% menjawab tidak setuju. Sedangkan 18,6% responden menjawab sangat setuju, 51,4% menjawab setuju, 28,6 menjawab netral, 1,4% menjawab tidak sangat tidak setuju untuk item pertanyaan ke dua puluh tiga. Dan selanjutnya sebanyak 30% item pertanyaan ke dua puluh empat dijawab sangat setuju, 42,9% dijawab
91
setuju, 20% dijawab netral, 5,7% dijawab tidak setuju dan 1,4% sangat tidak setuju.
4.6.2
Variabel Keputusan Pasien Dalam variabel keputusan pasien dalam mengambil keputusan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. 1.
Indikator Faktor Budaya Hasil penelitian mengenai pengaruh faktor budaya dalam mengambil keputusan pasien dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Faktor Budaya Q
SS Frk
S
N
TS
%
Frk
%
Frk
%
Frk
STS %
Frk
Total
%
Frk
%
KP1
7
10.0
20
28.6
26
37.1
9
12.9
8
11.4
70
100
KP2
14
20.0
28
40.0
20
28.6
5
7.1
3
4.3
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa faktor budaya cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan. Pada item pertanyaan ke satu untuk variabel keputusan pasien dijawab 10% sangat setuju, 28,6% dijawab setuju, 37,1% dijawab netral, 12,9% dijawab tidak setuju, 11,4% dijawab sangat tidak setuju. Sedangkan 20% item pertanyaan ke dua dijawab sangat setuju, 40%
92
dijawab setuju, 28,6% dijawab netral, 7,1% dijawab tidak setuju, dan 4,3% dijawab sangat tidak setuju. 2.
Indikator Faktor Sosial Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai pengaruh faktor sosial dalam mengambil keputusan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Faktor Sosial Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
Frk
KP3
13
18.6
27
38.6
21
30.0
8
KP4
14
20.0
32
45.7
21
30.0
3
STS %
Total
Frk
%
Frk
%
11.4
1
1.4
70
100
4.3
0
0
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa faktor sosial cukup mempengaruhi responden terhadap pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan. Sebesar 18,6% pertanyaan item ke tiga pada variabel keputusan pasien dijawab responden dengan sangat setuju, 38,6% dengan setuju, 30% dengan jawaban netral, 11,4% dengan jawaban tidak setuju, dan 1,4% dijawab sangat tidak setuju. Sedangkan 20% responden menjawab sangat setuju pada item pertanyaan ke empat, 45.7% menjawab setuju, 30,0% menjawab netral, dan 4,3% menjawab tidak setuju.
93
3.
Indikator Faktor Pribadi Hasil penelitian mengenai indikator faktor pribadi dalam pengambilan keputusan pasien dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Faktor Pribadi Q
SS Frk
S
N
TS
%
Frk
%
Frk
%
Frk
STS %
Total
Frk
%
Frk
%
KP5
8
11.4
40
57.1
14
20.0
7
10.0
1
1.4
70
100
KP6
11
15.7
20
28.6
25
35.7
8
11.4
6
8.6
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa indikator faktor pribadi berpengaruh terhadap responden dalam memilih pelayanan kesehatan. Pada item pertanyaan ke lima pada variabel keputusan pasien dijawab 11,4% dengan sangat setuju oleh responden, 57,1 dijawab setuju, 20% dijawab netral, 10% dijawab tidak setuju, 1,4% dengan jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan pada item pertanyaan ke enam adalah 15,7% responden menjawab sangat setuju, 28,6% menjawab setuju, 35,7% menjawab netral, 11,4% menjawab dengan jawaban tidak setuju, dan 8,6% dengan sangat tidak setuju. 4.
Indikator Faktor Psikologis Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai indikator faktor psikologis dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut:
94
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Faktor Psikologis Q
SS
S
N
TS
Frk
%
Frk
%
Frk
%
KP7
12
17.1
26
37.1
26
KP8
9
12.9
36
51.4
22
STS
Total
Frk
%
Frk
%
Frk
%
37.1
5
7.1
1
1.4
70
100
31.4
3
4.3
0
0
70
100
Sumber Data: Output SPSS yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa indikator faktor pribadi bisa dikatakan berpengaruh terhadap responden dalam mengambil keputusan. Sebanyak 17,1% responden menjawab sangat setuju, 37,1% menjawab setuju, 37,1 menjawab netral, 7,1% menjawab tidak setuju, 1,4% menjawab sangat tidak setuju pada item pertanyaan ke tujuh untuk variabel keputusan pasien. Sedangkan 12,9% responden menjawab sangat setuju, 51,4% menjawab setuju, 31,45 menjawab netral, dan 4,3%menjawab tidak setuju pada item pertanyaan terakhir.
4.7
Hasil Analisis dan Uji Hipotesis
4.7.1
Analisis Regresi Sederhana Untuk menganalisis data dalam penelitian skripsi ini digunakan
analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan pada prinsip-prinsip syari’ah Islam terhadap keputusan pasien. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persamaan garis regresi yaitu: Y= a + bX
95
Hasil analisis data yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah untuk variabel bebas = 0,173 dengan konstanta sebesar 12,659 sehingga persamaan regresi yang diperoleh adalah: Y = 12,659 + 0,173X Dimana: Y= variabel keputusan pasien X = variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah 1.
Nilai konstanta (Y) sebesar 12,659, artinya jika variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah (X) nilainya adalah 0 (nol), maka keputusan pasien adalah 12,659.
2.
Koefisien regresi penerapan prinsip-prinsip syari’ah (X) dari perhitungan linier sederhana didapat nilai koefisien (b) = 0,173 yang menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1,- penerapan prinsip-prinsip syariah akan meningkatkan Keputusan pasien sebesar 0,173.
4.7.2
Hasil Uji t atau Uji Parsial Untuk menguji pengaruh penerapan prinsip-prinsip syari’ah terhadap
keputusan pasien digunakan uji statistik t (uji t). apabila nilai t hitung > nilai t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya. Hasil uji t pada variabel prinsip-prinsip syari’ah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
96
Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Coefficientsa
Model 1
(Constant) Prinsip-prinsip Syariah
Unstandardized Coefficients B Std. Error 12,659 4,144 ,173 ,044
Standardized Coefficients Beta ,427
t 3,055 3,898
Sig. ,003 ,000
a. Dependent Variable: Keputusan Pasien
Sumber Data: Output yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa uji hipotesis memperoleh hasil uji t hitung sebesar 3,898 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dengan demikian Ho ditolak dan menerima H1. Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara penerapan prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan pasien di RSI Pati.
4.7.3
Koefisien Determinasi Analisa koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.20 Model Summary Model 1
R ,427a
R Square ,183
b
Adjusted R Square ,171
a. Predictors: (Constant), Prinsip-prinsip Syariah b. Dependent Variable: Keputusan Pasien
Sumber Data: Output yang diolah SPSS, 2011
Std. Error of the Estimate 3,78888
97
Dari tabel di atas diketahui bahwa angka R sebesar 0,427 munujukkan bahwa korelasi/hubungan antara Keputusan pasien
dengan variabel
independen lainya adalah lemah, karena berada dibawah 0,5. Sedangkan angka R square atau Koefisien Determinasi adalah 0,183 (berasal dari 0,427 x 0,427). Hal ini berarti 18,3% variasi dari Keputusan pasien bisa dijelaskan oleh variasi dari variabel independent. Sedangkan sisanya (100% - 18,3% = 81,7%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
4.8
Pembahasan Pembahasan disini menguraikan fakta-fakta lapangan yang sudah
diuraikan di atas kaitannya dengan menjawab rumusan masalah pertama bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip syari’ah pada Rumah Sakit Islam Pati, serta “Bagaimanakah pengaruh penerapan prinsip-prinsip terhadap keputusan pasien memilih pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Pati”. Melihat penilaian deskriptif kantitatif penerapan prinsip-prinsip syari’ah sebagai variabel independen dan keputusan pasien sebagai variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut: Bahwa berdasarkan pada nilai koefisien regresi sederhana yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah dengan variabel terikat keputusan pasien adalah 0,173 dengan konstanta sebesar 12,659. Persamaan regresi yang diperoleh dari penelitian ini adalah Y= 12,659 + 0,173X. dari persamaan regresi tersebut diketahui bahwa parameter koefisien regresi untuk variabel penerapan prinsip-
98
prinsip syari’ah adalah positif terhadap terhadap keputusan pasien memilih pelayanan kesehatan di RSI Pati. Dalam
upaya
mengidentifikasi
seberapa
jauh
pengaruh
variabel
independen terhadap variabel dependennya, perlu melihat dari koefisien determinasi. Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, bahwa nilai R adalah sebesar 0,183, yang artinya besar pengaruh variabel independen (penerapan prinsip-prinsip syari’ah) terhadap variabel dependen (keputusan pasien) adalah 0,183. Hal ini berarti 18,3% variabel keputusan pasien dijelaskan oleh variabel independen penerapan prinsip-prinsip syari’ah. Sedangkan sisanya 81,7% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dilteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan dan tidaknya hasil penelitian ini, perlu menunjukkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel, diketahui dari hasil uji hipotesis parsial menunjukkan bahwa angka t hitung adalah 3,898 dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 5% (0,05), artinya bahwa variabel X yaitu penerapan prinsip-prinsip syari’ah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y yaitu keputusan pasien. Melihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah terhadap keputusan pasien di rumah sakit Islam, maka seyogyanya pihak rumah sakit Islam Pati perlu adanya suatu perhatian tersendiri terhadap penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yang mengedepankan nilai-nilai kemashlahatan bersama dengan tetap menegakkan syari’at Islam dengan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam menjalankan segala perkara yang ada di dunia ini. Dan
99
meskipun pengaruhnya tidak begitu besar, jika variabel independennya ditingkatkan maka akan meningkatkan juga variabel dependennya yaitu keputusan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan di RSI Pati. Dan kaitannya dengan variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah masih banyak ditanggapi responden dengan sikap yang netral. Hal ini dikarenakan masih kurangnya bentuk realisasi prinsip syari’ah di bidang kesehatan yang diberikan dengan pelayanan yang ala kadarnya, seperti kurangnya frekuensi pemutaran kaset bacaan Al Qur’an yang dirasa masih jarang oleh pasien. Contoh lain lagi adalah masih terdapat pasien yang ditangani oleh perawat yang beda jenis kelaminnya karena diakibatkan kurangnya Sumber Daya Manusia yang tersedia. Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa rumah sakit Islam merupakan rumah sakit yang menjalankan kegiatan pelayanan kesehatannya termasuk kegiatan operasionalnya dengan berpedoman pada ketentuan syari’at yang sudah ditentukan dalam ajaran Islam berdasarkan pada Al Qur’an dan Hadits. Rumah sakit Islam tetap berusaha menerapkan beberapa prinsip-prinsip syari’ah yang sudah terurai sebelumnya, seperti memberikan pelayanan tanpa adanya perbedaan kepada masing-masing pasien dengan sabar, ikhlas, ramah dan sopan, tetap menjaga aurat pasien dengan penanganan pasien sesuai jenis kelamin, jaminan kenyamanan ruangan dengan kebersihan dan kesucian, dan sebagainya sesuai dengan perintah yang dianjurkan dengan analisis-analisisnya yang sudah dijelaskan di depan. Karena dalam mencari kemashlahatan manusia secara bersama harus diambil jalan yang terbaik dulu, yaitu jalan yang dianjurkan oleh agama Islam
100
agar kedua atau semua pihak sama-sama tidak merasa dirugikan dan tetap terjaga keselamatan baik jiwa dan raga mereka. Akan tetapi melihat keadaan yang sedemikian, mengingat bahwa masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang mampu menjalankan prinsip syari’ah tersebut dan terbatasnya SDM yang mampu menangani masalah kesehatan, menjadikan rumah sakit Islam diperbolehkan menjalankan prinsip tersebut sebatas kemampuan yang dimiliki, seperti yang tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 286, bahwa Allah tidak membebani manusia kecuali sebatas kemampuannya. Dan sebagai contoh dalam agama Islam melarang berobat kepada dokter yang tidak sesuai dengan muhrimnya, kecuali jika tidak ditemukan maka diperbolehkan berobat kepada selain muhrim dengan sekadarnya saja. Contoh yang lain adalah dilarang memakan makanan yang haram kecuali dalam keadaan yang terpaksa, sehingga menghalalkan manusia memakannya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Islam masih memberikan kemudahan kepada umatnya dalam menjalankan kehidupan di dunia ini.
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Dengan melihat hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat penulis
simpulkan bahwa: 1.
Prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh rumah Sakit Islam sudah bisa dikatakan sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam, akan tetapi pelaksanaannya belum dijalankan secara maksimal, melihat hasil dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip syari’ah hanya memiliki pengaruh yang lemah terhadap keputusan pasien.
2. Variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan di RSI Pati. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil perhitungan secara parsial menunjukkan t hitung 3,898 dengan nilai signifikan 0,000 dibawah 5% (0,05) yang berarti penerapan prinsip syari’ah mempunyai andil. 3.
Dari hasil analisis koefisien determinasi adalah sebesar 0,183, artinya bahwa variabel keputusan pasien dipengaruhi oleh penerapan prinsipprinsip syari’ah sebesar 18,3%. Sedangkan sisanya sebesar 81,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.
4.
Berdasarkan analisis regresi linear sederhana diperoleh koefisien variabel bebas sebesar 0,173 dan konstanta sebesar 12,659 sehingga model persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 12,659 + 0,173 X. dan jika pada variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah dinaikkan satu tingkat 101
102
maka pengaruhnya juga kan bertambah satu tingkat terhadap keputusan pasien.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka
penulis memberikan saran sebagi berikut: a.
Bagi RSI Pati Bagi RSI Pati diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang dimiliki secara maksimal, seperti melengkapi SDM yang sesuai dengan bidangnya, meningkatkan kwalitas karyawan baik dari sisi keilmuan kesehatan maupun keilmuan keagamaan Islam, meningkatkan saran dan pra sarana, melengkapi pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.
b.
Bagi Peneliti Selanjtnya Untuk peneliti berikutnya diharapkan bisa menambah variabel yang lainnya. Sebab variabel penerapan prinsip-prinsip syari’ah yang peneliti gunakan sebagai variabel bebas hanya memiliki kontribusi 18,3% mempengaruhi keputusan pasien, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
5.3
Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
dengan rahmat dan hidayat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH
PENERAPAN
PRINSIP-PRINSIP
SYARI’AH
103
TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN DALAM MEMILIH PELAYANAN KESEHATAN DI RSI PATI”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW yang membimbing kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu. Meskipun penulis sudah berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan karena keterbatasan yang ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk kebaikan bersama. Akhirnya dengan memanjatkan do’a mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi diri penulis sendiri. Selain itu juga mampu memberikan hasanah ilmu yang positif bagi keilmuan Ekonomi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafidz, Ahsin W., Fikih Kesehatan, Jakarta: AMZAH, 2007 Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Aryanto, Doddy, Personal Selling dan Keputusan Membeli Nasabah Asuransi di PT. Fadent Mahkota Sahid Medan, Skripsi S1 Universitas Sumatera Utara, 2001 Aziz, Abdul, Abdul Wahab, Fiqh Ibadah, Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta: Amzah, 2009 Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih,Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2007 Fauroni, R. Lukman, Etika Bisnis dalam Al Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006 Gunara, Thorik & Utus Hadiono Sudibyo, Marketing Muhammad saw, Bandung: PT. Karya Kita, 2007 Hasan Kasule, Omar, Guru besar Epidemologi dan Kedokteran Islam Universitas Brunei, Makalah Seminar Pengobatan Ilmiah dan Islam di Universitas Diponegoro Semarang Ismah, Siti, Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Konsumen Muslim dalam Melakukan Pembelian di Alfamart Ngaliyan Semarang, Skripsi S1 pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2011 Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fikih, Jakarta: Penerbit Amzah, 2005 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: Adipura, 2000 Masyhuri, Aziz, Masalah Keagamaan Hasil Muktamar dan Munas Ulama Nahdlatul Ulama (kesatu-1926 s/d kedua puluh Sembilan 1994), Surabaya: Dinamika Perss, 1997 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991
Mowen, Hansen, Management Accounting (Akuntansi Manajemen),Jakarta: Salemba Empat, 2005 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif¸ Jakarta: Rajawali Pers, 2008 Muflih, Muhammad, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Prasetijo, Ristiyanti & John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen, Andi, 2004
Yogyakarta,
Profil YKMNU RSI Pati, Pati, 2010 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2003 Rustiyanto, Ery, Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010 Santosa, Budi Sambutan Direktur RSUD Tugurejo Semarang, Bimbingan Rohani Bagi Pasien, Semarang: LBKI Laboratorium Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2005 Sari, Irine Diana, Manajemen Pemasaran Rumah Sakit, Yogyakarta, Nuha Medika, 2008 Senja, Ratu aprilia, Zul Fajri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Revisi, Semarang: Difa Publisher, 2008 Setiadi, Nugroho J., Perilaku Konsumen, Jakarta: Kencana, 2003 Sevilla, Consuelo G., dkk., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993 Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk dialihbahasakan oleh Zoelkifli Kasip, Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. INDEKS, 2008 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005 Tjiptono, Fandy, Prinsip-prisip Total Quality Service, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002 Tim Misykat, 4 Langkah Mengurus Jenazah, Jakarta: Misykat, 2003 Tim Penyusun, Jurnal RSI Pati, Pati, 2010
Undang-undang Kesehatan Rumah Sakit tahun 2009, Yogyakarta: Nuha Medika, 2007 Warits, Abdul, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Penerapan PrinsipPrinsipSyari’ah Terhadap Minat Konsumen Hotel Syari’ah (Studi Kasus pada Hotel Graha Agung Semarang), Skripsi S1 pada Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2009 Harian
Republika terbit pada Tanggal 18 Maret 2008, Http: //www.republika.co.id/berita/asal-mula-rumah-sakit-dalam-sejarah-islam, diakses pada 23 Mei 2011
Http://books.google.co.id. diakses pada tanggal 25 Mei 2011,.Irfan Amalee, Islam for Kids, Bandung: Mizan, 2006 Http://books.google.co.id. diakses pada tanggal 25 Mei 2011, Philip K. Hitti, History of the Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semsta, 2005 Http://books.google.co.id. diakses pada tanggal 25 Mei 2011, Syaifuddin Al Indunisi, Ensiklopedia Anak Muslim – Temuan yang Mengubah Dunia, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Http://www.wattpad.com/443013-telaah-kritis-atas-doktrin-faham-salafi-wahabi6?p=18, diakses pada tanggal 13 Oktober 2011. Http://El.Ibbien.Com/Index.Php/Kajian-Fiqh/72-Tata-Cara-Merawat-Jenazah, diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 http://www.mail-rchive.com/
[email protected]/msg01040.html, diakses pada tanggal 31 Oktober 2011 Http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah%20seminar%20pengobatan %20ilmiah%20dan%20islam, diakses pada tanggal 31 Agustus 2011.
Hal Lampiran
: Permohonan Pengisian Angket : Satu Berkas
Yth. Bapak / Ibu / Sdr/i Pasien / Pengunjung Rumah Sakit Islam Pati di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sehubungan dengan proses penyelesaian karya ilmiah (skripsi) saya pada jurusan Ekonomi Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang dengan judul Pengaruh Penerapan Prinsip-
Prinsip Syari’ah Terhadap Keputusan Konsumen Memilih Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Pati), saya: Nama : Nur Iza Kholida NIM
: 072411051
Jurusan: Ekonomi Islam Memohon dengan hormat kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari Pasien/Pengunjung RSI Pati untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Peran serta Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari sangat bermanfaat bagi keberhasilan penelitian yang akan dilaksanakan. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dalam menjawab pertanyaan/ pernyataan pada kuesioner ini, penulis sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, Oktober 2011 Hormat Saya,
NUR IZA KHOLIDA NIM : 072411051
ANGKET PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN MEMILIH PELAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Pati)
I.
IDENTITAS RESPONDEN Mohon dengan hormat kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ( √ ): 1.
Nama
: ………………………………..
2.
Alamat
: ………………………………..
3.
Usia
:1
< 20 th
3
30-39 th
5
> 50 th
2
20-29 th
4
40-49 th
4.
Jenis Kelamin
:1
Laki-laki
2
Perempuan
5.
Pendidikan
:1
SD/MI
2
SMP/MTs
3
SMA/MA
4
S1
5
Lainnya, (PonPes)……..
6.
Pekerjaan/Profesi : 1 3
PNS
2
Pegawai Swasta
Wirausaha
4
Lainnya,………
Tanda Tangan
II. PETUNJUK PENGISIAN 1. Berilah tanda silang ( √ ) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/I anggap sesuai, dengan alternative jawaban sebagai berikut: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
N
: Netral
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setujui
2. Lembar angket ini semata-mata bertujuan untuk memperoleh data sebagai bahan skripsi tentang Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip Syari’ah terhadap Keputusan Konsumen Memilih Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus Rumah Sakit Islam Pati).
3. Mengenai jawaban yang diberikan, akan dijaga kerahasiaannya.
III. PERTANYAAN A. Penerapan Prinsip-prinsip Syari’ah No
Pertanyaan/pernyataan
1
RSI Pati memberikan pelayanan dan perhatian kepada setiappasien/pelanggan tanpa memandang status.
2
Keluhan pasien dapat ditanggapi dengan cepat dan tepat oleh para dokter/perawat.
3
Dokter/perawat/karyawan di RSI Pati memberikan pelayanan yang sopan dan ramah.
4
Pasien ditangani oleh perawat yang sesuai dengan muhrimnya (pasien wanita oleh perawat wanita, begitu juga pria).
SS
S
N
TS
STS
5
Pasien ditangani oleh dokter sesuai muhrimnya.
6
Pasien ditangani oleh dokter sesuai spesialis masing-masing sesuai harapan anda.
7
Fasilitas ibadah baik peralatan shalat ataupun Al Qur’an disediakan di setiap ruangan untuk para pasien.
8
Pada RSI Pati terdapat tempat ibadah (musholla/masjid) yang memadai.
9
Pada RSI Pati selain terdapat tempat ibadah, juga dilengkapi dengan tempat wudlu yang baik.
10
Pasien
di
RSI
Pati
mendapatkan
makanan dan minuman yang sesuai gizi yang sedang dibutuhkan. 11
Pasien di RSI Pati memperoleh makanan dan
minuman
yang
terjamin
kehalalannya. 12
Pada RSI Pati terdapat fasilitas kantin yang
menyediakan
makanan
dan
minuman yang tidak bertentangan dengan agama Islam. 13
Semua dokter/perawat/karyawan RSI Pati mengenakan busana yang sesuai syar’ah.
14
Semua dokter/perawat/karyawan RSI Pati memakai busana yang menutup aurat.
15
Tidak ada dokter/perawat/karyawati yang berbusana minim (ketat).
16
Lingkungan di RSI Pati selalu terjaga kebersihan
di
setiap
tempat
dan
ruangannya. 17
kebersihan di lingkungan RSI Pati sudah tentu terjamin kesuciannya.
18
Karyawan bagian pembersihan (cleaning service)
selalu
tanggap
terhadap
kebersihan di RSI Pati. 19
RSI Pati memberikan layanan bimbingan rohani bagi para pasiennya.
20
Pada RSI Pati terdapat pemutaran kaset bacaan
Al
Qur’an
sebagai
bentuk
bimbingan rohani. 21
RSI
Pati
juga
bimbingan
terdapat
sakaratul
pasien/keluarga
pelayanan
maut
pasien
bagi yang
menginginkan. 22
Pelayanan pemulasaran jenazah terdapat pada RSI Pati.
23
Pelayanan pemulasaran jenazah diberikan sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak keluarga pasien yang meninggal.
24
Pemulasaran jenazah di RSI Pati sudah sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.
B. Keputusan Memilih Pelayanan No
Pertanyaan/pernyataan
25
Saya memilih pelayanan kesehatan di RSI Pati karena dipengaruhi oleh tradisi masyarakat setempat.
SS
S
N
TS
STS
26
Tingkat pendapatan saya mempengaruhi pengambilan
keputusan
saya
dalammemilih RSI ini. 27
Saya
memilih
pelayanan
kesehatan
(berobat) di RSI Pati dipengaruhi oleh teman, rekan kerja dan keluarga. 28
Menurut pengamatan saya, mayoritas yang berobat di RSI Pati adalah kelas menengah.
29
Saya memilih RSI Pati karena jasa pelayanan
yang
disediakan
sudah
lengkap. 30
RSI Pati menyediakan jasa/pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan
saya
(sesuai
prinsip
syari’ah). 31
Saya berobat di RSI Pati termotivasi oleh jasa yang lengkap dan harga yang standar.
32
Saya tertarik pada pelayanan dengan prinsip syar’ah yang ditawarkan oleh RSI Pati
LAMPIRAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP SYARI'AH
KEPUTUSAN PASIEN
NO PS1
PS2
PS3
PS4
PS5
PS6
PS7
PS8
PS9
PS10
PS11
PS12
PS13
PS14
PS15
PS16
PS17
PS18
PS19
PS20
PS21
PS22
PS23
PS24
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
KP6
KP7
KP8
1
3
4
4
3
2
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
3
3
4
3
3
4
5
3
4
2
3
4
4
4
5
3
4
2
4
4
4
5
2
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
3
2
4
5
5
5
4
5
5
3
5
4
5
4
3
4
3
4
3
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
3
3
4
3
2
4
5
4
5
2
3
3
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
2
3
4
5
4
3
3
3
5
5
5
3
3
5
3
4
3
5
4
4
5
5
5
3
4
4
5
3
5
4
4
4
2
2
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
4
5
4
6
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
5
3
4
5
4
3
4
3
3
3
4
4
3
3
5
5
3
3
4
5
3
7
4
3
3
4
4
5
2
5
5
4
5
5
5
5
5
3
3
4
3
3
3
4
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
8
3
2
4
5
3
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
2
4
3
3
4
4
4
4
9
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
10
4
4
5
3
3
5
2
5
5
4
4
4
5
5
5
3
3
4
4
4
3
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
11
5
5
4
4
3
5
4
5
5
3
4
4
5
5
5
5
3
5
4
2
2
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
3
12
4
4
3
5
4
4
5
5
5
4
4
3
5
5
5
4
3
5
4
4
3
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
13
4
4
3
4
2
5
4
5
4
4
3
4
5
5
5
4
5
5
2
2
3
5
3
4
3
3
4
3
4
4
3
4
14
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4
4
5
3
4
15
4
3
4
2
3
4
3
5
4
2
3
2
3
5
4
2
2
4
3
2
3
2
3
4
1
3
1
5
4
3
4
2
16
3
4
3
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
3
3
3
3
3
3
3
4
5
5
3
5
4
3
17
3
3
4
5
4
5
5
5
5
4
3
5
5
5
5
4
3
5
3
3
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
3
4
18
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
4
2
3
3
3
4
5
3
5
19
5
4
4
5
3
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
20
3
4
4
3
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
3
4
4
5
5
4
3
3
3
4
4
4
4
4
21
5
5
4
4
5
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
3
4
3
3
4
3
3
4
22
1
2
2
2
5
5
4
3
5
3
4
5
5
5
5
1
3
5
1
1
1
3
3
3
5
4
3
1
1
3
3
3
23
3
3
3
3
3
3
4
2
5
3
3
3
3
5
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
5
5
4
3
2
2
2
4
24
4
4
4
3
3
5
3
4
4
5
5
4
4
4
5
4
3
4
3
3
3
4
3
3
2
4
4
5
4
5
4
2
25
4
3
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
3
4
4
5
3
4
4
5
4
5
4
5
26
5
5
4
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
4
3
5
4
4
4
5
3
4
3
3
4
3
4
5
3
4
27
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
28
5
5
5
5
3
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
3
2
3
3
5
4
5
3
4
4
4
4
4
3
4
29
3
3
4
2
2
5
4
4
4
3
4
4
5
4
4
2
2
3
2
2
3
3
5
2
4
4
4
3
2
5
3
3
30
4
3
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
2
3
3
5
3
4
4
5
31
5
4
1
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
4
4
5
4
2
1
3
32
5
5
5
4
3
5
4
5
2
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
5
3
4
4
3
4
4
33
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
3
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
34
4
2
4
3
2
5
4
5
4
3
3
3
5
5
4
3
3
2
3
2
4
5
4
3
3
4
4
5
3
3
4
3
35
5
1
1
3
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
2
1
1
1
3
2
2
2
4
2
3
3
2
4
5
5
2
4
36
4
4
3
4
3
5
3
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
37
5
1
3
4
5
2
4
3
5
2
4
2
3
5
1
4
5
5
4
3
5
3
1
1
2
4
5
5
4
4
3
5
38
5
4
3
2
3
5
3
4
4
4
5
3
5
4
3
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
39
4
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
40
5
4
5
4
3
4
5
5
5
4
3
5
5
5
5
4
3
4
3
3
4
5
4
4
3
4
4
5
5
5
3
4
41
3
4
4
3
2
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
3
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
42
4
5
4
3
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
3
4
3
3
3
4
4
5
4
4
2
3
4
4
4
4
43
4
4
3
5
3
5
3
4
4
5
4
3
4
4
4
5
3
5
4
4
3
5
4
4
3
4
3
3
4
4
5
3
44
5
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
3
4
4
5
3
4
5
4
3
4
4
4
3
4
3
3
5
4
4
3
3
45
5
4
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
5
5
5
2
4
5
5
5
4
46
4
3
3
3
3
2
3
5
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
47
5
4
2
4
2
1
4
3
5
3
2
4
2
4
3
4
2
3
2
3
2
4
3
2
1
3
3
5
4
4
4
2
48
3
3
2
2
2
5
3
3
3
4
4
4
4
5
5
3
4
3
2
2
3
3
3
2
3
2
4
4
3
3
3
3
49
5
5
4
5
4
5
1
1
4
3
3
4
5
5
4
3
2
3
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
3
4
5
5
50
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
3
4
3
3
3
4
3
4
51
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
3
3
52
4
3
4
4
4
3
3
5
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
53
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
3
4
5
5
4
4
2
5
3
3
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
5
4
54
5
3
5
4
2
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
2
3
2
2
3
4
4
5
2
2
2
4
4
5
2
4
55
4
2
4
4
4
5
4
4
4
2
3
4
5
5
5
4
2
3
4
3
4
4
3
4
3
5
5
3
5
4
5
4
56
4
3
4
2
2
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
2
3
2
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
2
3
57
4
2
4
5
5
4
3
5
4
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
3
3
4
5
4
1
1
2
5
2
5
4
3
58
5
5
5
4
3
5
5
5
5
4
3
3
4
4
4
4
3
5
3
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
59
4
4
3
2
2
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
5
4
3
60
5
3
4
5
4
2
3
5
3
4
3
5
3
5
3
4
5
3
5
3
4
5
3
5
1
3
5
5
3
4
2
4
61
4
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
1
3
5
4
4
1
2
3
4
3
4
3
4
62
4
4
4
2
2
4
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
5
4
3
63
2
2
4
3
3
4
2
5
5
3
3
3
5
5
4
4
3
4
3
2
3
5
3
5
3
3
3
3
4
4
3
4
64
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
2
2
2
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
65
4
2
4
5
5
4
3
5
4
4
5
4
5
4
5
4
5
5
4
3
3
4
5
4
1
1
2
3
2
5
4
3
66
4
3
4
3
2
5
4
5
4
3
3
3
5
5
4
4
2
3
1
1
3
5
5
5
2
3
4
4
4
4
4
4
67
3
2
2
2
2
3
4
4
4
3
3
4
5
5
3
4
3
2
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
5
3
4
68
4
3
4
2
2
3
3
3
5
4
3
3
4
5
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
69
4
2
4
5
5
4
3
5
4
4
5
4
5
4
5
4
5
5
4
3
3
4
5
4
1
1
2
3
2
5
4
5
70
4
3
4
3
3
4
4
3
5
4
4
4
3
4
3
5
5
4
1
2
3
4
4
3
1
2
2
4
2
3
3
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur iza Kholida
Tempat Tanggal Lahir: Pati, 2 Maret 1987 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Ds. Pakis RT.03 RW.03 Kec. Tayu Kab. Pati
Jenjang Pendidikan
:
-
TK Raudlathul Athfal
Tahun 1991-1992
-
SDN Pakis 01
Tahun 1993-1999
-
Madrasah Diniyah
Tahun 1999-2000
-
MTs PIR Pakis
Tahun 2000-2003
-
SMAN 1 Tayu
Tahun 2003-2006
-
Fakultas Syari’ah
Tahun 2007-sekarang
IAIN Walisongo Semarang Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, November 2011
Nur Iza Kholida