e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MENGGUNAKAN MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOSAKATA PADA ANAK KELOMPOK B 1
Trisnawaty Br Ginting , I Ketut Adnyana Putra 2, I Gusti Agung Oka Negara 3 1
Jurusan PG PAUD, 2,3 Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan kosakata setelah diterapkannya model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dan kelompok anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi experiment) dengan dengan rancangan penelitian adalah rancangan kelompok non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Gugus Jempiring Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling. Data hasil pre-test dianalisis untuk menguji kesetaraan kelompok sehingga di dapat dua kelas yakni PAUD Kusuma 2 Denpasar sebagai kelompok eksperimen dan TK Buana kumara asih sebagai kelompok kontrol. Pada akhir penelitian kelompok eksperimen dan kontrol diberikan post-test perkembangan kemampuan kosakata menggunakan instrumen penelitian observasi. data hasil post-test dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil yang didapat thitung = 4,820 dan ttabel= 2,021 (pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 38). Oleh karena thitung 4,820 > ttabel 2,021 maka terdapat perbedaan yang signifikan perkembangan kemampuan kosakata antara kelompok anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dengan kelompok anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Rata-rata perkembangan kemampuan kosakata yang diperoleh antara kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (85,59 > 76,81). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B TK Gugus Jempiring Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata-kata kunci: pembelajaran quantum, film animasi, kosakata Abstract This research aims to determine the development of vocabulary skills after the application of quantum learning models using animated film media and groups of children who learned through conventional learning model. This type of research is a quasi experiment with research design is non-equivalent group design. Population in this research is all children group B TK Gugus Jempiring Denpasar Barat Lesson Year 2016/2017. Sampling was done by random samplinga. The pre-test result data was analyzed to improve the equality of the above groups into two classes of PAUD Kusuma 2 Denpasar as experimental group and TK Buana kumara asih as control group. At the end of the experimental group study and control were given post-test of vocabulary development using observational research instruments. Post-test results were analyzed using
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) descriptive statistics and inferential statistics using the t-test. Based on the results obtained tcount = 4.820 and ttable = 2.021 (at 5% significance level with dk = 38). Therefore tcount 4,820> ttable 2.021 then there is a significant difference in the development of vocabulary skills between groups of children who are taught through quantum learning models using animated film media with groups of children that are learned through conventional learning model. The average development of vocabulary skills generated between the experimental group was higher in the control group (85,59> 76,81). So it can be concluded quantum learning model using animated film media for the development of vocabulary skills in children group B TK Gugus Jempiring West Denpasar Lesson Year 2016/2017. Keywords: quantum learning, animated film, vocabulary
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembelajaran setiap manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik dan buruknya pribadi manusia menurut ukuran normal. Di sisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan akademik (sekolah), manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pendidikan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembagan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Susilo, 2016) Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (pasal 1 butir 14) tentang sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut J.J. Rousseau pendidikan anak usia dini menurut gagasan rousseau ialah membentuk anak menjadi manusia yang bebas, rousseau menyarankan “kembali ke alam” dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak, dengan begitu anak akan berkembang
secara optimal, tanpa hambatan. Dan yang menjadi pendidik utama dan dapat menjamin pendidikan anak adalah seorang ibu. (Susilo, 2016) Sejak disahkannya UU No. 20 tahun 2003 pada tanggal 8 juli 2003 dan kemudian ditindak lanjuti dengan pencanangan secara resmi oleh Presiden RI pada puncak acara peringatan hari anak nasional 23 juli 2003, pendidikan bagi anak usia dini di indonesia memasuki babak baru. Babak baru itu dapat dikatakan suatu gerakan dari pemerintah yang memposisikan dirinya tampil berada ”lebih didepan” dalam menangani pendidikan bagi anak-anak usia dini di indonesia yang selama ini dipikul oleh masyarakat berupa yayasan-yayasan pendidikan. tidak bisa dipungkiri sejak indonesia merdeka tahun 1945, pendidikan termasuk pendidikan anak usia dini lebih didominasi oleh peran masyarakat, pemerintah lebih banyak terlibat dalam urusan kebijakan. Dengan lahirnya UU N0. 20/2003, pemerintah seakan berupaya berada di garis depan dalam penanganan pendidikan anak usia dini di tanah air (Masnipal,2013 ) Jadi berdasarkan beberapa pendapat tentang pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita, karena setiap manusia berhak untuk selalu berkembang dan mengembangkan dirinya untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadi seorang yang terdidik. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan untuk anak usia dini, yaitu 1) pengembangan model model
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) pembelajaran, 2) pengembangan media pembelajaran, 3) penataran bagi pendidik, 4) penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran, dan 5) pelatihanpelatihan. Akan tetapi, semua hal tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Fakta tersebut, menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran untuk PAUD perlu ditingkatkan, karena pembelajaran PAUD memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM menurut sismanto (Agung, 2014:147) Berkaitan dengan pembelajaran PAUD, banyak kalangan mengakui bahwa menanamkan aspek pemahaman bagi peserta didik amat penting. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Penggunaan model pembelajaran dapat memperjelas pesan yang ingin disampaikan kepada anak, serta dapat membantu anak untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar, sehingga membuat pembelajaran lebih bervariasi dan diharapkan agar pembelajaran yang dilakukan anak lebih bermakna . Arsyad (2000:26) "penggunaan media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaan pengalaman pada anak tentang peristiwaperistiwa di lingkungan mereka". Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu "pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain". Ahli psikologi, Jerone Brunner (Prayitno, 1986:119) mengemukakan bahwa " jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar". Penggunaan media yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak
bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran di lembaga PAUD. Model Pembelajaran quantum (quantum teaching) adalah pengubahan pembelajaran yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan,interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Pembelajaran quantum berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan belajar dan interaksi yang membangun landasan dan kerangka yang kuat untuk belajar. Tiga kata kunci yang dapat dijadikan sandaran dalam pembelajaran kuantum dengan format dinamis, yaitu quantum, pemercepatan belajar, dan fasilitasi (DePorter , 2015). Pembelajaran quantum mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif- faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan. Pembelajaran quantum ini tergolong relatif masih baru dalam PAUD karena pada umumnya pembelajaran ini digunakan untuk pendidikan formal. Pembelajaran quantum ini dalam penerapannya menekankan pada dua hal. Beberapa alasan mengapa pembelajaran ini diterapkan dalam PAUD, antara lain : (1) pembelajaran ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk semua usia, termasuk untuk anak usia dini; (2) pembelajaran ini menekankan dua aspek, yaitu menciptakan pembelajaran yang menyeangkan dan melejitkan prestasi anak; (3) pembelajaran ini mengorkestrasi berbagai interaksi dalam momen belajar, seperti unsur belajar yang efektif, unsur belajar yang memengaruhi kesuksesan anak, dan unsur yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) mengubah kemampuan dan bakat alamiah menjadi cahaya yang bermanfaat; (4) menunjukkan cara menjadi pendidik yang lebih baik; (5) menguraikan cara baru yang dapat mempermudah pembelajaran; (6) adanya penggubahan yang meriah dengan segala nuansanya; (7) menggabungkan perpaduan unsur seni dan pencapaian tujuan yang terarah; (8) mengakomodasi berbagai metode yang lain (Wiyani & Barnawi, 2012). Melalui pembelajaran quantum, peran otak kanan dan otak kiri dapat dioptimalkan. Pembelajaran ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial, dan kinestetik). Selain itu, pembelajaran ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sehingga dengan menggunakan pembelajaran quantum ini suasana belajar akan lebih bergairah,hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, dan nyaman sehingga anak-anak lebih betah selama belajar (Wiyani & Barnawi, 2012). Arsyad (2000:26) "penggunaan media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaan pengalaman pada anak tentang peristiwaperistiwa di lingkungan mereka". Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu "pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain". Ahli psikologi, Jerone Brunner (Prayitno, 1986:119) mengemukakan bahwa " jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar". Penggunaan media yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran di lembaga PAUD. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat dirangkum bahwa
penggunaan media pengajaran dapat memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar di lembaga PAUD yaitu dapat membantu guru untuk memperjelas bahan ajar, memotivasi anak agar lebih bersemangat untuk terlibat dalam proses pembelajaran, serta membuat metode yang dilakukan lebih bervariasi sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan pada anak lebih bermakna. Dari sekian banyak media yang dapat digunakan di lembaga PAUD, film animasi merupakan salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan kosakata anak. Film animasi merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Media film ini pada umumnya disenangi oleh anakanak karena karakter gambar animasi yang menarik. Hamalik mengemukakan bahwa “kelebihan penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak ketika bercakap-cakap,tanya jawab dan Iain-lain, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang bila dipandang perlu.Serta mendorong dan meningkatkan motivasi anak dalam menanamkan sikap dan segisegi afektif lainnya”.(dalam Arsyad, 2003 : 15) Menurut Darojah (2011) media film animasi merupakan media audiovisual berupa rangkaian gambar takhidup yang berurutan pada frame dan diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar. Oleh karena keunikan dimensi dan sifat hiburannya, saat ini banyak bermunculan film animasi di televisi. Akan tetapi, kebanyakan dari semua film-film animasi tersebut belum ada yang mengarah pada edukasi ilmiah. Kebanyakan film-film animasi yang ditayangkan di televisi, hanya bertujuan untuk hiburan semata. Meskipun, ada beberapa diantara film-film animasi tersebut yang menyampaikan pesan moral dalam ceritanya. Ketertarikan pada film animasi, tidak hanya dialami anak-anak, namun saat ini para remaja bahkan orang dewasa, tidak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) sedikit yang tertarik menyaksikan film animasi. Pemanfaatan film animasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, karena film animasi bersifat menarik. Jika media film animasi inisudah menarik perhatian siswa, maka diharapkan informasi akan mudah dimengerti, karena sebanyak mungkin indera terlibat, terutama telinga dan mata yang digunakan untuk menyerap informasi. Oleh sebab itu, pengembangan media pembelajaran berupa film animasi yang menarik sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama pada materi pembelajaran yang sulit. Jadi dari beberapa pendapat diatas penggunaan film animasi dapat membuat pembelajaran yang menyenagkan dan materi yang dibelajarkan mudah dimengerti oleh anak. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Melalui bahasa, anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Seorang anak akan mudah menjalin pergaulan dengan orang lain bila anak sudah menguasai kemampuan bahasa dengan baik. Kosakata (Perbendaharaan kata) berperan penting dalam pengembangan bahasa. Penguasaan bahasa yang benar sesuai dengan kaidah yang ada merupakan kunci keberhasilan dan kesempurnaan proses komunikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses komunikasi ialah perbendaharaan kosakata yang cukup. Penguasaan kosakata anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru. Anak usia 4-5 tahun umumnya sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosakata. Sedangkan menurut Tarigan (1993 : 3)“ Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut kosakata dasar, diantaranya yaitu perbendaharaan kata benda universal, kata kerja pokok, dan kata bilangan pokok”.
Kosakata merupakan salah satu komponen penting dalam setiap bahasa. Bagi para pembelajar bahasa, kosakata sering kali menjadi problematika. Hal ini disebebkan oleh banyaknya kosakata baru yang harus mereka ingat. Tidak hanya harus mengingat makna, pembelajar juga dituntut mengingat cara penulisannya dan pengucapannya yang sering dianggap aneh sebab tulisan dan pengucapannya umumnya berbeda. Tingkat kosakata seorang siswa merupakan indeks yang baik bagi kemampuan mentalnya, dan fakta yang diterima secara umum; oleh karena itu, ujian kosakata merupakan suatu cara untuk mengetahui IQ para siswa. Dari beberapa penelitian dijelaskan bahwa ujian kosakata mempunyai korelasi yang tinggi dengan ujian kemampuan membaca. Faktor terpenting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata adalah pengalaman yang kaya. Kosakata merupakan gambaran dari pengalaman. Akan tetapi, sebagai tambahan pengalaman tangan pertama, para siswa dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca. Justru sastralah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. dale, et al; 1971:244 (Tarigan 2015). Perkembangan kosakata mengandung pengertian lebih daripada penambahan kata-kata baru ke dalam perbendaharaan pengalaman kita. Perkembangan kosakata berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam tatanan yang lebih baik atau ke dalam urutan-urutan atau susunan-susunan tambahan. Pendek kata: merupakan kosakata berarti merupakan kehidupan,”To change your vocabulary is to change your life.” (Tarigan, 2015). Dari hasil observasi lapangan di TK Kusuma 2 menemukan permasalahan bahwa, ada beberapa anak hanya mampu duduk konsentrasi paling lama lima menit, setelah itu perhatian sudah buyar, mengganggu teman, kadang melamun. Hanya sekali-kali memperhatikan penjelasan guru. Bila diberi tugas yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) memerlukan konsentrasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu tidak dapat diselesaikan bahkan sama sekali tidak dikerjakan kecuali bila didampingi. Perilaku ini dilakukan berulang-ulang sampai pembelajaran selesai (sangat sulit duduk tenang dan menyimak pelajaran). Selain itu lingkungan belajar cenderung masih konvensional. DePorter (2011) mengungkapkan bahwa “ Pengaturan lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman, salah satunya pengaturan meja belajar. Beberapa pola pengaturan meja yang disarankan, seperti bentuk U, melingkar, atau setengah lingkaran”. Dengan demikian, anak memiliki peluang yang sama untuk berintraksi satu sama lain,termasuk dengan guru. Berdasarkan uraian tersebut, sebagai tenaga pendidik, khususnya pendidik anak usia dini, hendaknya membuat pembelajaran di kelas menjadi menarik dan tidak membosankan bagi anak, sehingga anak dapat berkonsentrasi dengan pembelajaran dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan teman sebayanya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan kosakata anak dengan mengemas pembelajaran yang inovatif, yang dapat menyediakan situasi belajar secara kondusif dan menyenangkan. Salah satu pembelajaran yang relevan untuk hal tersebut adalah pembelajaran quantum. Pembelajaran quantum berupaya menumbuhkan minat belajar anak dengan mengaitkan materi pelajaran (konten) dengan kehidupan sehari-hari (konteks) (DePorter, 2015). Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dibatasi dan difokuskan penelitian ini hanya pada penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran pada anak kelompok B TK Gugus Jempiring denpasar kecamatan denpasar barat tahun pelajaran 2016/2017. METODE Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Kelompok B di TK Gugus Jempiring
Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan alasan tidak semua karakteristik dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat seperti halnya dalam penelitian eksperimen murni (true experiment), Rancangan eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequilevalent control group design . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Gugus Jempiring Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik group random sampling. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tradisional yaitu diundi. Selanjutnya, dua kelas yang terpilih diberikan pretest untuk diuji kesetaraanya menggunakan uji-t, uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan uji-t. Setelah kedua kelas dinyatakan setara, kedua kelas kemudian diundi kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi yang diterapkan pada kelas eksperimen. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan kosakata anak kelompok B TK Gugus Jempiring Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data perkembangan kemampuan kosakata dalam penelitian ini adalah metode Non tes adalah cara penilaian hasil peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi melalui pengamatan secara sistematis. Melalui teknik non tes maka penilaian peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan atau observasi. maka penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) dengan observasi. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. menentukan distribusi frekuensi, nilai rerata (mean), median, modus, simpangan baku, varians, dan menggambarkanya dalam bentuk diagram. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata anak. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda rerata (mean) (uji t). Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data hasil perkembangan kemampuan kosakata anak kelompok B tema alam semesta pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data hasil perkembangan kemampuan kosakata diperoleh dari hasil post test yang diberikan pada akhir penelitian. Kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelompok B3 PAUD Kusuma 2 berjumlah 22 anak, sedangkan kelompok kontrol adalah B1 TK Buana Kumara Asih berjumlah 16 anak. Maka jumlah anak dalam penelitian ini sebanyak 38 anak. Kelompok B3 PAUD Kusuma 2 Denpasar Barat ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi sebanyak 6 kali pertemuan, kemudian diberikan posttest untuk memperoleh hasil perkembangan kemampuan kosakata anak dan Kelompok B1 TK Buana Kumara Asih sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pertemuan, kemudian diberi post test untuk memperoleh hasil perkembangan kemampuan kosakata anak. Hasil rata-rata nilai perkembangan kemampuan kosakata diambil dari hasil
post test. kelompok yang dibelajarkan mealui model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi adalah mean 85,59 dengan median 81,94, modus 83,50, varians 33,58, dan standar deviasi (SD) 5,79. Sedangkan kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional adalah mean 76,81 dengan median 74,98, modus 77,84, varians sebesar 26,96 dan standar deviasi 5,19. Dari data tersebut menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan kosakata kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dan data kelompok anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Uji normalita sebaran data dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat (X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = n-1. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dibawah dapat disajikan hasil uji normalitas sebagai berikut. Tabel 1. Hasil uji normalitas sebaran data Kelompok Nilai Harga Status Data Maksimum Tabel Kelompok 6,84 11,07 Normal Eksperimen Kelompok Kontrol
2,75
11,07
Normal
Uji homogenitas varians ini dilakukan berdasarkan data kemampuan kosakata anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dan data kelompok anak yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional. Jumlah masing-masing anak pada analisis adalah 22 untuk anak kelompok eksperimen dan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) 16 untuk kelompok kontrol. Untuk menentukan homogenitas variannya menggunakan uji F. Keriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel homogen. Pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan pembilang 22-1=21 dan derajat kebebasan penyebut 16-1=15 maka diperoleh Ftabel = 2,29.
Pengujian hipotesis yang diuji adalah Ho yang berbunyi “tidak terdapat pengaruh model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B di TK Gugus Jempiring Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas varians diperoleh data kedua kelompok yaitu kelompok anak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dan kelompok anak yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen. Berdasarkan hal itu maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah beda mean (uji t) dengan rumus polled varians. Dengan kriteria pengujian jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima . pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk = 22+16-2 = 36)diperoleh nilai ttabel = 2,021. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Uji Homogenitas Varians Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sampel
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Kelompok Eksperimen dan
1,24
2,29
Homogen
Kelompok Kontrol
Dari perhitungan Fhitung = 1,24 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan pembilang 221=21 dan derajat kebebasan penyebut 161=15 maka diperoleh Ftabel = 2,29 karena < maka Ho diterima (gagal ditolak) ini berarti nilai varian nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen. Tabel
3.
Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Kelompok Data N Dk Mean
Varians
Kelompok Eksperimen
85,59
33,58
76,81
26,96
Kelompok Kontrol
22 16
36
Berdasarkan taraf signifikan 5% diperoleh thitung sebesar = 4,82 dengan derajat kebebasan dk = 22+16-2 = 36, maka ttabel 2,021. Dengan demikian, terlihat thitung > ttabel sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho yang berbunyi “tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B Di TK Gugus Jempiring Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, ditolak dan Ha yang berbunyi “terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran quantum
Thitung
Ttabel
Status
4,82
2,021
Ho ditolak
menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B Di TK Gugus Jempiring Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, diterima. Maka terdapat perbedaan yang signifikan antara anak yang belajar menggunakan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dengan yang menggunakan media pembelajaran konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi dengan model
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) pembelajaran konvensional terhadap perkembangan kemampuan kosakata anak kelompok B di TK gugus jempiring denpasar barat tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai uji thitung sebesar 4,82. jika dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2.021 pada taraf signifikan 5%, maka thitung>ttabel (4,82 > 2.021), sehingga nilai tersebut signifikan. Selain itu, karena nilai tersebut bernilai positif terhadap perkembangan kemampuan kosakata anak kelompok B di TK gugus jempiring denpasar barat tahun pelajaran 2016/2017. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa, model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan kosakata.
Kepada pembaca diharapkan tidak hanya mengetahui karya yang baik dan benar, namun juga mengetahui makna dan pesan yang terkandung sehingga karya tersebut dapat bermanfaat bagi pembaca. 2) Kepada pengajar penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi sebagai bahan pengajaran. Selanjutnya makna dan pesan yang akan disampaikan dapat diresapi dan diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 3) Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B Di Tk Gugus Jempiring Kecamatan Denpasar.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disampaikan simpulan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata pada anak kelompok B di Tk gugus jempiring kecamatan denpasar barat tahun pelajaran 2016/2017, Maka hasil perhitungan uji hipotesis yang menggunakan uji-t didapat bahwa perkembangan kemampuan kosakata berbantuan model pembelajaran quantum menggunakan media film animasi lebih baik dibandingkan dengan perkembangan kemampuan kosakata anak menggunakan model pembelajaran konvensional. simpulan uji ini diperoleh dengan membandingkan thitung = 4,820 terhadap ttabel pada taraf signifikan 5% dengan nilai ttabel = 2.021, didapat thitung > ttabel , maka keputusan yang diambil adalah Ha (diterima) yang menyatakan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran quantum menggunkan media film animasi terhadap perkembangan kemampuan kosakata anak lebih baik jika dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan simpulan yang telah di paparkan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1)
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. G. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. ______. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Darojah, R. U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Media Film Animasi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta. Skripsi. UNY, Yogyakarta DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2011. Pembelajaran kuantum. (online) http://liztyasheyrapembelajarankuan tum.blogspot.co.id.Diakses pada tanggal 18 februari 2017. DePorter, Bobbi. 2015. Quantum Learning: membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Edisi ke I. Diterjemahkan oleh: Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) Masnipal. 2013. Siap menjadi guru dan pengelola PAUD profesional. Jakarta: Gramedia Prayitno, 1986. Interaksidan motivasi belajar mengajar. Jakarta :CV. Rajawali. Sudjana & Rivai.1992. Media Pengajaran. Bandung : Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung. Susilo,
S. 2016. Pedoman penyelenggaraan paud. Jakarta: Bee Media
Tarigan, Henry Guntur 1993. PrinsiPrinsipDasarMetodeRisetPengajara n Dan PembelajaranBahasa. Bandung: Angkasa. _____.
2015. Pengajaran Bandung: Angkasa
kosakata.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wiyani, N. A & Barnawi. 2012. Format paud: konsep, karakteristik, & implementasi pendidikan anak usia dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.