Wacana
Didaktika
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA Agus Budiyono Dosen Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Islam Madura ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan model pembelajaran argument-based science inquiry terhadap peningkatan kemampuan berargumentasi siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain one group pretest posttest design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI di MAN Pamekasan Jawa Timur dengan Sampel sebanyak satu kelas yang dipilih secara cluster random sampling dengan jumlah 34 siswa. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan berargumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah effect size dan
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran ABSI berpengaruh sangat besar terhadap kemampuan berargumentasi siswa dengan nilai effect size sebesar 5,80, serta meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dengan nilai sebesar 0,85 atau berada pada kategori tinggi. Pengaruh, model pembelajaran Argument-Based Science Inquiry (ABSI), Kemampuan berargumentasi.
Kata kunci:
proses aktif di mana siswa harus
PENDAHULUAN Belajar fisika pada dasarnya
melakukan sesuatu, bukan sesuatu
adalah belajar pemahaman terhadap
yang dilakukan terhadap siswa. Oleh
konsep,
hukum-hukum
karena itu, proses pembelajaran fisika
fisika. Dalam mempelajari fisika tidak
di sekolah harus menekankan pada
cukup dengan sekadar mengingatnya
pemberian
saja. Akan tetapi yang paling penting
secara inkuiri sehingga siswa dapat
adalah bagaimana cara memahami
terlibat aktif dalam mengkonstruksi
konsep,
pengetahuan
teori
teori
atau
atau
hukum-hukum
tersebut. National Research Council (1996)
mengungkapkan
bahwa
pembelajaran IPA merupakan sebuah 84 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
pengalaman
dan
langsung
pemahamannya
sendiri. Proses
penemuan
ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh para
Wacana
Didaktika ilmuwan
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
melibatkan
berbagai
terlibat dalam wacana ilmiah. Untuk
keterampilan ilmiah. Cara seperti ini
mencapai terlaksananya wacana ilmiah,
dapat ditiru dan dilakukan oleh siswa
siswa harus
dalam pembelajaran fisika melalui
memiliki
kemampuan
argumentasi
yang
dalam
kegiatan praktikum di laboratorium.
pembelajarannya
melatihkan
siswa
Pembelajaran inkuiri dengan kegiatan
untuk terbiasa berargumentasi.
eksperimen akan melibatkan siswa secara
langsung
dalam
Dari penjelasan diatas terlihat
berbagai
bahwa, argumentasi memiliki peranan
aktivitas seperti mengajukan hipotesis,
penting dalam pembelajaran fisika di
merencanakan
eksperimen,
kelas. Dengan adanya kemampuan
memprediksi, menginterpretasi data,
berargumentasi yang dimiliki oleh
mengolah informasi dan membuat
siswa, maka proses pembelajaran di
kesimpulan (Duran, 2014). Dengan
kelas akan lebih menarik karena siswa
begitu, pengetahuan yang diperoleh
akan berpartisipasi aktif dalam kelas,
tidak hanya sekadar dihafal, akan tetapi
baik
dipahami dan dikuasai secara lebih
pendapat,
mendalam, serta bertahan lebih lama
maupun menjawab pertanyaan guru.
sebuah
dalam pikiran.
dalam
bentuk
mengajukan
sanggahan,
pertanyaan
Untuk
Selain pemahaman konsep, hal
itu
perlu
adanya
pembelajaran
yang
mampu
lain yang perlu dikembangkan adalah
memberikan
pengalaman
inkuiri
kemampuan argumentasi. Kuhn (2010)
sekaligus melatih argumentasi siswa.
mengungkapkan Konsep ilmu sebagai
Adapun pembelajaran tersebut adalah
argumen,
bahwa
pembelajaran argument-based science
terlibat dalam argumentasi ilmiah harus
inquiry (ABSI), yaitu sebuah model
memainkan
pembelajaran
pendidikan
dan
pandangan
peran sains.
kunci
dalam
konsepsi
sains
argumentasi
yang
mengintegrasikan inkuiri sains dalam
sebagai argumen telah datang secara
pembelajaran.
luas dan menganjurkan sebagai hal
memberikan kesempatan kepada siswa
dasar untuk pendidikan sains. tujuan
untuk melakukan kegiatan praktikum
pendidikan
sains
tidak
hanya
secara inkuiri, memberikan kesempatan
penguasaan
konsep-konsep
ilmiah,
untuk melakukan diskusi kelompok
tetapi juga belajar bagaimana untuk
kecil dan diskusi kelas sehingga siswa
85 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
Pembelajaran
ABSI
Wacana
Didaktika
dilatih untuk berargumentasi argumentasinya
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
tersebut
yang
didasarkan
atas hasil kegiatan inkuiri sains. dengan kata lain pembelajaran ABSI dapat memfasilitasi kegiatan penyelidikan dan membangun argumentasi siswa. Demirbag dan Gunel
(2014)
Gambar 1 : The One-Group PretestPosttest Design Keterangan : O1 : Pretes kemampuan berargumentasi siswa O2 : posttest kemampuan berargumentasi siswa X : Perlakuan berupa materi elastisitas menggunakan model pembelajaran ABSI.
melaporkan bahwa pembelajaran ABSI mampu meningkatkan hasil belajar
Metode ini digunakan untuk
siswa, kemampuan argumentasi dan
mengetahui hasil perlakuan dengan
kemampuan menulis. Lebih lanjut,
lebih
Demircioglu
dan
membandingkan
melaporkan
bahwa
Ucar
(2012)
penggunaan
siswa
kualitas
dibandingkan
pre-exsperiment
(Sugiyono,
2012).
pengukuran yaitu sebelum eksperimen setelah
eksperimen
(posttest) dengan soal yang sama. Desain ini hanya menggunakan satu kelas
eksperimen
dan
menggunakan kelas kontrol.
X
86 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
adalah
sebanyak
O2
Pamekasan satu
kelas
(satu kelas
eksperimen) dari delapan kelas yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam
menentukan
sampel
dalam
penelitian ini adalah sampel acak kelas, yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi karena kedelapan kelas XI di MAN Pamekasan dianggap homogen (Sugiono, 2012). Kemampuan
tidak siswa
diukur
kemampuan
O1
Kabupaten
Jawa Timur
Desain tersebut menggunakan 2 kali
dan
ini
Pamekasan
dengan desain The One-Group Pretest-
(pretest)
penelitian
penggunaan
Pada penelitian ini digunakan
Design
Subjek
dengan jumlah 34 siswa
penelitian
keadaan
siswa kelas XI peminatan IPA di MAN
METODOLOGI
Postest
dengan
dapat
argumentasi
metode konvensional.
metode
karena
sebelum dan setelah diberi perlakuan.
argumen berbasis inkuiri efektif lebih meningkatkan
akurat,
berargumentasi menggunakan
berargumentasi
tes pada
materi elastisitas. Tes yang digunakan
Wacana
Didaktika
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
p-ISSN : 2337-9820
berupa tes uraian. Soal tes tersebut
indikator
menuntut
indikator yang dikembangkan oleh
siswa
mampu
membuat
tersebut
klaim sesuai dengan permasalahan,
Toulmin
menyajikan data dan menganalisis
Campbell (2013).
data,
memberikan
dalam
sesuai
dengan
Robertshaw
dan
pembenaran,
Adapun rubrik penilaian pada tes
memberikan dukungan atau sanggahan
kemampuan argumentasi ini dapat
terhadap
dijelaskan
permasalahan.
Keempat
pada
tabel
1.
Table 1. Rubrik penilaian Tes Kemampuan Argumentasi 1
Kemampuan argumentasi Unsur Aspek Klaim Akurasi klaim
2
Data
No
Kecukupan data
Kualitas data
Skor dan kriteria 2 Klaim Klaim sepenuhnya sebagian tidak akurat akurat Menyertakan Menyertakan data tetapi tidak data, tetapi relevan untuk tidak cukup mendukung untuk klaim mendukung klaim Data ada tetapi Data sebagian tidak dianalisis dianalisis untuk untuk mendukung mendukung klaim klaim 1
3
Pemben aran
Kualitas pembenaran
Pembenaran untuk menjelaskan hubungan antara data dan klaim tidak mendukung klaim
Pembenaran untuk menjelaskan hubungan antara data dan klaim sebagian mendukung klaim
4
Dukung an
Kualitas dukungan
Dukungan untuk melandasi pembenaran tidak mendukung klaim
Dukungan untuk melandasi pembenaran sebagian mendukung klaim
Untuk
mengetahui
pengaruh
materi
3 Klaim sepenuhnya akurat Menyertyakan data yang cukup untuk mendukung klaim Data sepenuhnya dianalisis untuk mendukung klaim Pembenaran untuk menjelaskan hubungan antara data dan klaim sepenuhnya mendukung klaim Dukungan untuk melandasi pembenaran sepenuhnya mendukung klaim (Muslim, 2014)
elastisitas
digunakan
dengan
menggunakan
model pembelajaran ABSI terhadap
perhitungan
kemampuan berargumentasi siswa pada
effect size. Perhitungan Effect size
87 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
Wacana
Didaktika
merupakan ukuran besarnya kekuatan hubungan antara sebuah variabel bebas
0,8 ≤ d<1,0 d ≥ 1,0
dengan variabel terikat (Cohen, 1998). Yang
dimaksud
hubungan
dalam
penelitian ini adalah kuat lemahnya peningkatan kemampuan memahami dan kemampuan berargumentasi siswa. Kuat
lemahnya
kemampuan
peningkatan
memahami
dan
kemampuan berargumentasi tersebut mengambarkan kontribusi dalam
besar
penerapan
dan
kemampuan kemampuan
berargumentasi. Effect size dihitung menggunakan rumus (Cohen, 1998) sebagai berikut:
Besar Sangat Besar (Cohen, 1998)
Adapun digunakan
analisa
data
untuk
mengetahui
peningkatan
yang
kemampuan
berargumentasi
siswa
pada
materi
elastisitas digunakan data skor rata-rata yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.
kecilnya
model ABSI
meningkatkan
memahami
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
<S post S pre Sm ideal S pre
Keterangan:
: skor rata-rata gain yang dinormalisasi <Spost> : skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa <Spre> skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa Sm ideal skor maksimum ideal Sedangkan kategori disajikan pada Tabel 3.
Keterangan:
Tabel 3.Kategori Tingkat
M : Rata-rata skor tes SD : Standar deviasi skor tes Nilai diperoleh
effect
size
kemudian
(d)
yang
diintepretasi
dengan menggunakan kriteria di bawah ini:
Batasan N-gain > 0,70 0,30 ≤ ≥ 0,70 < 0,30
Kategori Tinggi Sedang Rendah (Hake, 1999)
HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan berargumentasi
Tabel 2. Interpretasi effect size Effect size d < 0,2 0,2 ≤d < 0,5 0,5 ≤d < 0,8
Interpretasi Sangat Kecil Kecil Sedang
88 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
diperoleh
melalui
tes
kemampuan
berargumentasi yang dilakukan di awal (pretest) dan di akhir (posttest). Tes kemampuan berargumentasi ini terdiri
Wacana
Didaktika
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
dari 6 bagian soal uraian yang mengacu
pengaruhnya dengan penerapan model
pada
ABSI
indikator
kemampuan
berargumentasi untuk materi elastisitas
terhadap
kemampuan
berargumentasi siswa.
yang terdiri dari konsep modulus
Berarti
secara
implisit
elastisitas, hukum Hooke, dan hukum
memberikan indikasi bahwa penerapan
Hooke pada rangkaian seri dan paralel.
model ABSI memiliki makna penting
Indikator kemampuan berargumentasi
dan tidak dapat diabaikan pengaruhnya
yang digunakan dalam tes yaitu; klaim,
terhadap kemampuan berargumentasi
data, pembenaran dan dukungan yang
siswa. Hal tersebut karena setiap
terdapat pada setiap bagian soal.
tahapan pembelajaran model ABSI
Pengaruh penerapan model ABSI
memuat
kegiatan-kegiatan
terhadap kemampuan berargumentasi
berorientasi
siswa
kemampuan berargumentasi.
secara
umum
digunakan
kepada
yang
tumbuhnya
perhitungan effect size (d). Berdasarkan
Lebih lanjut rekapitulasi hasil
hasil perhitungan diperoleh data seperti
pretest, posttest dan kemampuan
Tabel 4.
berargumentasi disajikan pada tabel 5.
Tabel 4. Ukuran Effect Size Kemampuan berargumentasi Aspek Rata-rata Standar Deviasi Effect Size (d)
Tes Awal Tes Akhir (%) Berargumentasi (%) 64,41 94,61 2,92
5,80 (Sangat besar)
Berdasarkan effect-size
6,75
hasil
perhitungan
memberikan
kesimpulan
bahwa kekuatan pembelajaran model ABSI
dalam
kemampuan
meningkatkan
berargumentasi
sangat
besar pengaruhnya dengan Effect Size (d) sebesar 5,80. Dari data tersebut terlihat
bahwa,
sangat
besar
Tabel 5. Rekapitulasi Kemampuan berargumentasi Kelas Eksperimen
Kemampuan
Pretest Skor Maksimum 60 Skor Minimum 53 Skor Rata-Rata 57,97 Skor Rata-Rata 64,41 (%)
Posttest 87 56 85,15 0.85 94,61
85
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa skor rata-rata pretest siswa kelas eksperimen 57,97 (64,41% dari skor ideal
90).
Skor
rata-rata
posttest
kelompok eksperimen sebesar 85,15 (94,61% dari skor ideal 90), dan skor rata-rata
kemampuan
berargumentasi sebesar 0.85 (85% dari 89 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
Wacana
Didaktika
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
skor ideal 1) yaitu berada pada kategori
(2014), yang melaporkan bahwa model
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
ABSI dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran
berargumentasi siswa.
ABSI ampuh
menggunakan untuk
model
meningkatkan
Sedangkan
perbandingan
skor
kemampuan berargumentasi siswa. Hal
rata-rata siswa pada tiap indikator
ini juga selaras dengan penelitian yang
kemampuan
dilakukan oleh Demirbag dan Gunel
ditunjukkan oleh Diagram berikut.
berargumentasi
Diagram Perbandingan skor rata-rata Tiap Indikator Kemampuan Berargumentasi
Berdasarkan
diagram
diatas
terlihat bahwa, keempat indikator kemampuan
berargumentasi
memiliki nilai yang berbeda. Untuk
kemampuan
memberikan
klaim yaitu sebessar 0,95, untuk kemampuan menganalisis untuk
menyajikan data
sebesar
kemampuan
dan 0,96,
melakukan
pembenaran sebesar 0,73, sedangkan untuk
kemampuan
memberikan
90 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
dukungan
sebesar
keempat
indikator
0,89.
Dari
kemampuan
berargumentasi tersebut yang terendah yaitu pada kemampuan pembenaran
serta
untuk
tertinggi berada pada kemampuan memberikan klaim. Indikator klaim, rata-rata sebesar 0,95. Siswa terfasilitasi pada tahapan sebelum
eksplorasi
pemahaman
pembelajaran.
Siswa
mengajukan dan menjawab sebuah
Wacana
Didaktika
klaim dari peristiwa demontrasi yang
dibandingkan
disajikan
lainnya.
oleh
guru
berkenaan
dengan materi yang akan dibahas. Lebih lanjut, indikator klaim juga
terfasilitasi
p-ISSN : 2337-9820
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
pada
tahapan
dengan
indikator
Adapun indikator pembenaran, rata-rata sebesar 0,73. Pada indikator
pembenaran
ini
siswa
bertukar pikiran dan membandingkan
terfasilitasi pada tahapan menulis
interpretasi data dalam kelompok
pengertian individu untuk kegiatan
kecil. Setiap siswa pada kelompok
praktikum. Siswa menghubungkan
mengajukan
untuk
hasil data yang diperoleh pada
didiskusikan dalam kelompoknya.
kegiatan praktikum dengan klaim
Hal ini memberikan peluang kepada
yang diajukan. Selain itu indikator
siswa
pembenaran ini juga terfasilitasi pada
klaim
untuk
mengekplorasi
pengetahuan yang diketahui pada
tahapan
saat
sains dengan buku teks atau sumber
melakukan
praktikum
pada
tahap sebelumnya. Selanjutnya juga
membandingkan
ide-ide
lainnya melalui diskusi kelas.
terfasilitasi pada tahapan eksplorasi
Sedangkan
indikator
pemahaman setelah pembelajaran.
dukukungan, rata-rata sebesar
Siswa
memberikan
berdasarkan
hasil
klaim
akhir
0,89. Siswa terfasilitasi pada tahapan
diskusi
kelas
bertukar pikiran dan membandingkan
sehingga menjadi kesimpulan akhir.
interpretasi data dalam kelompok
Pada Indikator data, rata-rata
kecil. Siswa mencoba memberikan
sebesar 0,96. Siswa terfasilitasi
dukungan berdasarkan teori, hukum
pada tahapan partisipasi aktif dalam
dan persamaan terkait materi yang
kegiatan
Siswa
didiskusikan dalam kelompok kecil.
mengumpulkan data dari kegiatan
Selain itu indikator dukungan ini
praktikum
juga
praktikum.
yang
selanjutnya
terfasilitasi
pada
diinterpretasikan kedalam tabel serta
membandingkan
data
sebagai
dengan buku teks atau sumber
penguatan dari klaim yang diajukan.
lainnya melalui diskusi kelas. Pada
Kemampuan memberikan data serta
diskusi kelas ini perwakilan siswa
mampu menganalisisnya ini yang
memberikan
menyebabkan
klaim yang diajukian berdasarkan
tersebut
dianalisis
paling tinggi
91 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
ide-ide
tahapan
dukungan
sains
terhadap
Wacana
Didaktika
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
p-ISSN : 2337-9820
teori, hukum dan persamaan yang
yaitu dengan effect siza (d) sebesar
sudah
5,80.
menjadi
dukungan
hasil
diskusi kelompok. Sedangkan siswa lainnya mencatat hasil diskusi kelas
DAFTAR PUSTAKA
sebagai dukungan akhir.
Cohen, J. (1998). Statistictical power analysis for the behavioral science, Second Edition. New Jersery USA: Lawrence Erlbaum Associate.
Model
pembelajaran
ABSI
maupun model yang berorientasi pada argumentasi siswa memberikan dampak
yang
baik
terhadap
kemampuan berargumentasi siswa. Santoso
dan
supriadi
(2014),
Siswanto, Kaniawati dan Suhandi (2014),
Muslim
(2014)
serta
Ucar
(2012)
Demircioglu
dan
melaporkan
bahwa
berbasis
argumentasi
memberikan
Demirbag, M. & Gunel, M. (2014). Integrating Argument-Based Science Inquiry with Modal Representations: Impact on Science Achievement, Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory and Practice 14(1), hlm. 386-391.
pembelajaran
dampak
yang
dapat baik
terhadap kemampuan berargumentasi peserta didik.
Demircioglu, T & Ucar, S. (2012). The Effect of ArgumentDriven Inquiry on PreService Science Teacher’s Attitudes and Argumentation Skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences 46 (2012), hlm.5035-5039.
PENUTUP Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penerapan model pembelajaran
argument-based
science inquiry (ABSI) terhadap kemampuan berargumentasi siswa, maka dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa
model
argument-based
inquiry science (ABSI) memberikan pengaruh yang sangat besar pada kemampuan berargumentasi siswa 92 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
Driver, R. Newton, P. & Osbome, J. (2000). Establishing The Norms of Scientific Argumentation in Classrooms. Science Education. 84 (3), hlm. 287312. Dunst, C.J., Deborah, W.H., & Carol, M.T. (2004). Guedelines for calculating effect sizes for practice-based research syntheses. Centerscope, 3 (1), hlm. 1-10.
Wacana
Didaktika
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains
Duran, M. (2014). A Study on 7th Grade Student’s Inquiry and Communication Competencies. ProcediaSocial and Behavioral Sciences. 116 (2014), hlm. 4511-4516. Hake,
R.R. (1998).Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University
Kuhn,
D. (2010).Teaching and Learning Scienceas Argument. Issues and Trends. hlm. 810-824.
Muslim. (2014). Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press. Robertshaw, B. & Campbell, T. (2013). Constructing Arguments: Investigating Pre-Service Science Teacher’s Argumentation Skills in a Socio-Scientific Context. Science Education International Journal. 24 (2), hlm. 195-211. Santoso & Supriadi. (2014). Pembelajaran Penalaran Argumen Berbasis Peta Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan memahami Kimia. Prosiding Seminar
93 Vol. 4, No. 1, Juni 2016
p-ISSN : 2337-9820
Nasional Kimia. hlm. C-134-C-143
UNESA,
Siswanto, Kaniawati, I & Suhandi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Menggunakan Metode Saintifik Untuk Meningkatkan Emampuan Kognitif Dan Keterampilan Berargumentasi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 10 (2), Hlm. 104-116. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Santoso & Supriadi. (2014). Pembelajaran Penalaran Argumen Berbasis Peta Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan memahami Kimia. Prosiding Seminar Nasional Kimia. UNESA, hlm. C-134-C-143. Siswanto, Kaniawati, I & Suhandi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Pembangkit Argumen Menggunakan Metode Saintifik Untuk Meningkatkan Emampuan Kognitif Dan Keterampilan Berargumentasi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 10 (2), Hlm. 104-116.