perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user JULI 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
: Ihda Nuria Afidah
NIM
: K4308091
Jurusan / Program Studi : P. MIPA / Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGARUH PENERAPAN METODE
SOCRATIC
CIRCLES
DISERTAI
MEDIA
GAMBAR
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Ihda Nuria Afidah
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K4308091
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit user JULI to 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Surakarta, Juli 2012 Pembimbing II
Drs. Slamet Santosa, M.Si. NIP. 19591220 198601 1 002
Meti Indrowati, S.Si., M.Si. NIP. 19781001 200112 2 002
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Senin
Tanggal
: 23 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Ketua
Tanda Tangan
: Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd.
Sekretaris : Dr. Baskoro Adi Prayitno, S,Pd., M.Pd. Anggota I : Drs. Slamet Santosa, M.Si.
........................ ........................ ........................
Anggota II : Meti Indrowati, S.Si., M.Si.
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002 commit to user v
........................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu beberapa derajad” (QS. Al-Mujadalah: 11) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du: 11) “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai, tetaplah bekerja keras, dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah: 6-8) “Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan” “Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada kemudahan” (HR. Tirmidzi) “Tetap semangat, waktu yang kamu lalui takkan pernah kembali, maka gunakanlah setiap kesempatan dengan baik. Terus berusaha dan berdo’a, berikan yang terbaik” (Umah & Abah) “Segala sesuatu yang dikerjakan tergesa-gesa hasilnya takkan baik” (Bapak Slamet Santosa) “Lakukan yang terbaik sebagai wujud baktimu pada orang tua” (Ibu Meti Indrowati) “Orang yang paling bahagia adalah orang yang dapat menebarkan kebahagiaan kepada banyak orang” (Dr. ‘Aidh al-Qarni) “Memahami makna hidup secara haqon wala murron dan menjalaninya secara hakikiah untuk mendapatkan ridlho Illah” (Ardhiansyah) “Besok adalah harimu, Sukses ada di tanganmu, Semangat!” (Pak Syaif) “Selalu ingat do’a & harapan orang tuamu yang terukir indah dalam namamu” “Berikanlah yang terbaik pada dunia, & yang terbaik akan kembali padamu” “Tersenyumlah maka dunia akan tersenyum padamu” (Penulis) commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati & rasa hormat karya sederhana ini kupersembahkan kepada: Kedua cahayaku: Umahku, Umahku, Umahku Badriah & Abahku Moh. Nur tercinta yang selalu mencurahkan ketulusan cinta & kasih sayang kepadaku, memotivasi, mendukung & selalu ada dalam setiap langkahku. Terima kasih tiada terkira untuk bimbingan & untaian do’a dalam setiap jengkal perjalanan hidupku. Adikku: Nuria Zakiyatus Sholihah & M. Nuria Al-Muttaqinir Rosyidin yang selalu aku kasihi. Terima kasih atas kebahagiaan & keceriaan yang kalian lukiskan selama ini. Mbah Rosidah (almarhum), Mbah Dewi (almarhum), Mbah Basir, Mbok Iti (almarhum), Mbah Iskandar (almarhum) dan keluarga besarku yang telah menginspirasiku untuk menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih untuk kasih sayang & do’a yang tercurahkan untukku. Bapak Slamet Santosa yang tidak hanya sekedar menjadi pembimbing bagiku, tetapi juga bapak yang menyenangkan & menentramkan ketika berada di samping bapak. Terima kasih atas kasih sayang, pelajaran hidup & bimbingan bapak selama ini. Semoga Allah menyelipkan pahala disetiap ilmu yang bapak curahkan. Ibu Meti Indrowati yang telah menjadi sosok ibu yang sabar dalam membimbingku. Terima kasih atas kasih sayang, bimbingan, motivasi & pesanpesan ibu. Bapak Bowo Sugiarto dan Bapak Baskoro Adi Prayitno yang telah berkenan menjadi penguji dalam ujian skripsiku. Terima kasih atas saran, kritik dan bimbingan Bapak. Ibu Sri Widoretno yang telah menjadi pembimbing akademikku selama menuntut ilmu di Pendidikan Biologi UNS. Bapak Sarono, terimakasih sudah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali. Ibu Endang Tri Sarwasih, terima kasih sudah berkenan menerima & membimbingku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali. Pak Zayin yang telah menjadi bapakku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali sampai sekarang. Pak Saryono yang sudah menepis kebosananku dengan memberikan ceritacerita seru selama aku di SMA Negeri 2 Boyolali & Pak Sriyono yang selalu memberikan tawa nan ramah walaupun kucubiti. Seseorang yang telah menegurku dengan lembut dan bijak, si pendiam nan ramah Mohammad Ardhiansyah Surya Pranata, kelembutan tutur katamu menyejukkan & menentramkan. Terima kasih atas kasih sayang, do’a & suportnya. My Sweetie Fairy Annisa Nur Khasanah commit to user “Mbok Sa” yang telah setia menemaniku dari awal penyusunan skripsi ini sampai selesai. vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
My Fairy Mother Dyah Erlina Sulistyaningrum “Mama Ina” yang berkenan menjadi penasehat & editor setiaku. Sahabat pemicu gagasan & pemacu semangat. Sahabat tersayang pelengkap warna hidupku, Yenny Putri Pratiwi & Umi Nurjannah yang sering membantu, menyemangati & memperhatikanku. Terima kasih atas persahabatan yang indah ini. Mas Amin, Ami, Risky, Efty, Karana, Mas Ilham, Wawan, Taufik, Mas Fredy, Mas Rizal, Dik Ria, Mbak Ita, Ayu, Mas Ibnu yang telah meluangkan waktu untuk menepis kebingunganku & semua orang yang yang secara langsung maupun tidak langsung memotivasi, membantu & mendo’akanku. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman Kos Barokah 2 yang selalu menemani & mengisi hari-hariku. Terima kasih untuk kehangatan keluarga ini. Keluarga Merpati Putih. Terima kasih untuk kebersamaan yang indah selama ini. Keluarga Sumber (Mbah Parto, Dik Erlina & Dik Enis) yang telah memberiku tempat berteduh & menerimaku dengan baik. Keluarga Mama Ina (Suparmi, Feriana, Anggun, Amalia). Terima kasih untuk canda-tawa & keceriaan yang tiada duanya. Teman-Teman sebimbingan Bapak, terima kasih untuk segala masukan & semangatnya. Teman-teman sebimbingan Ibu yang selalu menghadirkan canda tawa & semangat baru. Teman-teman Asisten ANFISMAN, Resty, Isna, Fatim, Novita dan Evi NH yang ikut membantu aku ngoreksi laporan adik-adik. Hehehe... Teman-teman Pendidikan Biologi kelas B Angkatan 2008 yang akan selalu kurindukan semua cerita perjuangan kita di kampus. Menyenangkan mengenal kalian, kutunggu waktu untuk bertemu lagi & semoga pertemanan kita akan menjadi ikatan indah selamanya. Teman-teman Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2008 yang menorehkan banyak kenangan, Thank’s atas kerjasama & bantuannya selama ini. Semoga kesuksesan selalu mengikuti setiap langkah kita. Adik-adik tingkat Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2009 yang memberikan warna dalam perjalananku. Almamater tercinta yang kubanggakan.
Selain karena pertolongan Allah Berkat do’a, dukungan & bantuan Anda skripsi ini bisa selesai
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ihda Nuria Afidah. THE INFLUENCE OF APPLICATION SOCRATIC CIRCLES METHOD WITH IMAGES MEDIA TOWARD STUDENT’S CREATIVE THINKING SKILL. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012. This research aims to ascertain whether or not the application Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill. This research is considered quasi-experiment research. The research was designed using Posttest-Only Control Group Design by applying Socratic Circles method with images media in experimental group and lectures methods, discussions, and presentations in control group. The population of this research were all strudents in X grade of SMA Negeri 2 Boyolali in academic year 2011/ 2012. The sample of this research was established by Cluster Random Sampling, in order to obtain class X-3 as experimental group and class X-2 as control group. The data was collected by using tests, documentation and observation form. The hypothesis was analized by using t-test. The conclusion of this research is that the application of Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill. Key words: Socratic Circles method, Images Media, Creative Thinking Skill.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ihda Nuria Afidah. PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan Posttest-Only Control Group Design dengan menerapkan metode Socratic Circles disertai media gambar pada kelompok eksperimen dan metode ceramah, diskusi, dan presentasi pada kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, sehingga diperoleh kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan X-2 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, dokumentasi, dan observasi. Uji hipotesis menggunakan uji-t. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata kunci: Metode Socratic Circles, media gambar, kemampuan berpikir kreatif.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRATIF SISWA”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Slamet Santosa, M.Si. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan wejangan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. 5. Ibu Meti Indrowati, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. 6. Bapak Drs. Sarono selaku Kepala SMA Negeri 2 Boyolali yang telah memberi ijin dalam penelitian. 7. Ibu Endang Tri Sarwasih selaku guru mata pelajaran Biologi Kelas X yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian. 8. Para siswa SMA Negeri 2 Boyolali yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, khususnya untuk Kelas X-2 dan X-3. 9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, commit to user xi
Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... v HALAMAN MOTTO....................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vii ABSTRACT ...................................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... x KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi DAFTAR ISI ...................................................................................................xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xvii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian........................................................................ 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ........................... 8 1. Kajian Teori............................................................................. 8 a. Socratic Circles ................................................................... 8 1) Memahami Socratic Circles ............................................ 8 2) Karakteristik Socratic Circles ......................................... 9 3) Manfaat dari Socratic Circles......................................... 11 4) Tahapan Socratic Circles ............................................... 14 to user Circles ................................ 17 5) Peran Guru commit dalam Socratic xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Media Gambar.................................................................... 18 c. Berpikir Kreatif .................................................................. 23 1) Pengertian Berpikir Kreatif ............................................ 23 2) Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 26 2. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29 B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 32 C. Hipotesis ..................................................................................... 35 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36 1. Tempat Penelitian ................................................................... 36 2. Waktu Penelitian..................................................................... 36 B. Desain Penelitian ......................................................................... 37 1. Rancangan Penelitian .............................................................. 37 2. Variabel Penelitian.................................................................. 38 a. Variabel Bebas ................................................................... 38 b. Variabel Terikat ................................................................. 38 C. Populasi dan Sampel.................................................................... 39 1. Populasi Penelitian.................................................................. 39 2. Sampel Penelitian ................................................................... 39 D. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 40 E. Pengumpulan Data ...................................................................... 44 1. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44 a. Metode Tes ........................................................................ 44 b. Metode Non-Tes................................................................. 44 1) Metode Dokumentasi ..................................................... 44 2) Metode Observasi .......................................................... 44 2. Teknik Penyusunan Instrumen ................................................ 45 F. Validasi Instrumen Penelitian ...................................................... 46 1. Uji Validitas ........................................................................... 46 2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 50 commit to user G. Analisis Data ............................................................................... 52 xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Prasyarat ........................................................................... 52 a. Uji Normalitas .................................................................... 52 b. Uji Homogenitas ................................................................ 52 2. Uji Hipotesis ........................................................................... 53 H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 55 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................. 59 B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 63 1. Uji Normalitas ........................................................................ 63 2. Uji Homogenitas ..................................................................... 64 C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 65 D. Pembahasan Hasil Analisis Data.................................................. 67 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................... 78 B. Implikasi ..................................................................................... 78 C. Saran ........................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80 LAMPIRAN .................................................................................................... 87
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles ............................................................... 15 Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Hawadi, dkk (2001) .................. 27 Tabel 2.3 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2009) ...................... 28 Tabel 3.1 Rancangan penelitian Posstest-Only Control Group Design Menurut Darmadi (2011) ............................................................... 37 Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ................ 41 Tabel 3.3 Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal............. 42 Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ................... 42 Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ............................................................................................. 43 Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................................................. 49 Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................ 50 Tabel 3.8 Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item ............................ 51 Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................................................................... 51 Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 59 Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................................................................................. 63 Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................................................................................. 64 Tabel 4.4 Uji-t Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa............... 66
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles ................................. 17 Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale................................................ 22 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 34 Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar ......................... 36 Gambar 3.2 Paradigma Penelitian ................................................................... 39 Gambar 3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 55 Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............................ 60 Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............................ 61 Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif setiap Aspek ................................................................................ 62
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN a. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol
Halaman
1) Silabus Kelas Kontrol ........................................................................ 87 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............................ 90 3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Kontrol ........................ 116 4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Kontrol.............................................................................................. 117 5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ................................ 119 6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ..... 120 7) Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ................................................... 121 8) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Kontrol ................. 127 b. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen 1) Silabus Kelas Eksperimen ............................................................... 132 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .................. 136 3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen ................ 166 4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen ..................................................................................... 167 5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Eksperimen ...................... 169 6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Eksperimen ..................................................................................... 170 7) Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen........................................... 171 8) Petunjuk Persiapan Seminar Socratic Circles .................................. 177 9) Artikel-artikel tentang Perubahan dan Pencemaran Lingkungan karena Aktivitas Manusia ................................................................ 178 10) Lembar Observasi Kinerja Patner .................................................... 190 11) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Eksperimen......... 191 c. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 1) Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif............... 198 commit toBerpikir user Kreatif ............................. 199 2) Soal Tes Uji Coba Kemampuan xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Rubrik Penilaian Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif .. 205 4) Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif.............................. 214 5) Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................ 215 6) Rubrik Penilaian Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ................. 218 LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN a. Data Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .................. 223 b. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Kontrol .................................................................................................. 226 c. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen ............................................................................................ 227 d. Deskripsi dan Distribusi Data Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif.......... 228 e. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas Kontrol....... 231 f. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas Eksperimen ............................................................................................ 232 g. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Kontrol ............. 233 h. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Eksperimen ....... 234 LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS DATA a. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ..... 235 b. Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ....... 236 c. Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.... 237 d. Uji Hipotesis Penelititan ........................................................................ 238 e. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis) .......... 239 LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI PENELITIAN a. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-1 ....................................................... 242 b. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-2 ....................................................... 243 c. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-3 ....................................................... 244 d. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal commit user Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-4to ....................................................... 245 xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-5 ....................................................... 246 f. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-6 ....................................................... 247 g. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-7 ....................................................... 248 h. Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ........................ 249 i. Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal..................... 250 j. Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ........................... 251 k. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Keseimbangan) ............................. 252 l. Dokumentasi Hasil Observasi Awal ....................................................... 255 m. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Kontrol .................................. 256 n. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................ 257 o. Dokumentasi Proses Pengambilan Data Kemampuan Berpikir Kreatif .. 258 LAMPIRAN 5. TABEL DISTRIBUSI a. Tabel Kolmogorov-Smirnov Test ........................................................... 259 b. Tabel Titik Kritis Distribusi F (α = 0,05)................................................ 261 c. Tabel Titik Kritis Distribusi t ................................................................. 266 LAMPIRAN 6. SURAT-SURAT PENELITIAN a. Surat Permohonan Validasi Instrumen Penelitian ................................... 271 b. Surat Keterangan Validasi Instrumen ..................................................... 273 c. Surat Permohonan Mengadakan Observasi ............................................ 276 d. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .............................................. 277 e. Surat Ijin Penyusunan Skripsi ................................................................ 278 f. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out .............................................. 279 g. Surat Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian.................................. 284 h. Surat Pemberian Ijin Penelitian .............................................................. 286 i. Surat Ketarangan Telah Mengadakan Penelitaian ................................... 288 j. Surat Ketarangan Ujian Skripsi .............................................................. 289 k. Surat Undangan Ujian Skripsi ................................................................ 290 commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia, dengan menempuh pendidikan yang baik, manusia dapat menjadi mandiri karena dapat memperoleh solusi bagi setiap masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia untuk menjadi lebih baik. Mengenai pentingnya pendidikan bagi manusia, Thrilling and Hood (1999) serta Nursito (2000) menyatakan hal yang hampir sama bahwa pada abad ke-21 diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi dan mampu belajar sepanjang hayat (life-long learning). Lingkup bahasan lain yang lebih khusus mengenai pembentukan karakter bangsa, Liliasari (2011) mengungkapkan bahwa pembentukan karakter peserta didik yang kuat dan kokoh merupakan hal penting untuk menghadapi tantangan dan rintangan hidup di masa yang akan datang. Pernyataan Liliasari tersebut mengandung penegasan mengenai pentingnya pendidikan dari sisi yang lain, yaitu pendidikan sebagai suatu upaya untuk membentuk karakter sumber daya manusia Indonesia yang kuat dan kokoh. Pendidikan baik pada jenjang dasar, menengah, atau tinggi, akan selalu melibatkan proses berpikir. Proses berpikir ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kemampuan berpikir manusia. Berkenaan dengan kemampuan berpikir ini, ada sudut pandang yang menarik dari sisi sumber daya manusia Indonesia. Arnyana (2006) menjelaskan bahwa lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di samping memiliki kemampuan vokasional (vocasional skills), juga harus memiliki kecakapan berpikir (thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa buruh. Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. commit to prosesnya user Kemampuan berpikir manusia berdasarkan dapat digolongkan menjadi 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 dua jenis, yaitu kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir kompleks atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2011). Proses kemampuan berpikir tingkat tinggi diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis (tajam dalam menganalisis) dan kreatif (bersifat daya cipta). Kemampuan berpikir baik kemampuan berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan hal penting dan sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang. Berpikir kreatif di bidang pendidikan nantinya akan membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses belajar. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa menjadi hal yang sangat penting, karena pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana dan konvergen. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada rendahnya prestasi peserta didik. Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa aspek, yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration Munandar (2009).
Fluency atau
kemampuan berpikir lancar ditandai dengan perilaku siswa yang mampu mengajukan berbagai macam pertanyaan, mampu menjawab dengan sejumlah jawaban bila ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah dan lancar mengungkapkan gagasannya. Flexibility atau kemampuan berpikir luwes ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai macam penafsiran suatu gambar atau masalah, memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain, mampu memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah. Originality atau kemampuan berpikir orisinal ditandai dengan perilaku siswa yang mampu mengungkapkan gagasan baru yang orisinil dan suka memberikan jawaban yang lain dari yang lain (jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang). Elaboration atau kemampuan berpikir terperinci ditandai dengan perilaku siswa yang mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah
dengan
melakukan
langkah-langkah
terperinci,
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Hawadi, dkk, 2001). Penelitian Suparman (2005) tentang berpikir kreatif pada siswa SMP dan commit to user mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 berada pada kategori rendah.
Rosilawati (2006) menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen berada pada kategori rendah. Yuliana (2008) hasil penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa dalam diskusi pada konsep pencemaran lingkungan berada pada kategori sangat rendah. Akhyar (2008) melakukan wawancara terhadap guru yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa kurang terampil dalam mengajukan hipotesis dan menarik kesimpulan karena jarang mengajukan pertanyaan atau mengutarakan pendapatnya pada sesi diskusi kelas. Penulis juga telah melakukan observasi langsung yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, hasil observasi menunjukkan masih sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru atau menanggapi jawaban teman selama kegiatan belajar mengajar (KBM).
Hal
tersebut menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kreatif siswa masih perlu ditingkatkan. Rendah atau tingginya keterampilan berpikir kreatif siswa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sistem pendidikan. Sugiarto (2011) menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang tetap memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas anak-anak.
Proses
pendidikan seharusnya tidak sekedar menuntut anak memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru atau buku, tapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan serangkaian alternatif jawaban yang juga benar. Harsanto (2005) berpendapat sejauh ini para pendidik lebih tertarik dalam upaya mengembangkan dan menguji daya ingat anak didiknya, dari pada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Sistem pendidikan akhir-akhir ini (dalam hal ini strategi pengajaran) juga mulai berkembang. Pendidik yang dulu merupakan pusat pembelajaran (teacher center), kini bergeser menjadi peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student center). Peran pendidik sebagai pusat informasi perlahan berkembang menjadi fasilitator, mediator, dan teman yang memberikan kondisi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan. Perubahan sistem pendidikan dari student commit to user center ke teacher center dikarenakan selama proses pembelajaran masih jarang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 ada siswa yang mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya, pembelajaran di sekolah akan terfokus pada guru sebagai penyampai informasi kepada siswa, atau proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, sehingga kurang mendukung perkembangan kemampuan siswa. Peserta didik pada dasarnya kreatif dan potensi tersebut harus dikembangkan sepenuhnya melalui proses belajar mengajar (Sugiarto, 2011; Nursito, 2000). Perkembangan optimal kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru mengajar, sehingga metode pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Arnyana (2006) mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik. Melihat hasil penelitian sebagaimana pada paragraf di atas, penulis menganggap salah satu alternatif solusi untuk menangani rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa adalah dengan menerapkan strategi atau metode pembelajaran inovatif yang akan memberikan ruang kepada peserta didik untuk bisa menemukan, membangun konsep sendiri, dan meningkatkan kemampuan berpikirnya. Salah satu metode pembelajaran inovatif tersebut adalah Socratic Circles. Socratic Circles disebut juga dengan Socratic Seminar yang dapat didefinisikan sebagai suatu metode pengajaran dengan menggunakan deretan pertanyaan (pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir analitis dan kritis), dari serangkaian pertanyaan itu diharapkan peserta didik mampu menemukan jawabannya, atas dasar kecerdasan dan kemampuannya sendiri. Socratic Circles dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara dialog atau seminar (Copeland, 2005) dan mempunyai karakteristik, yaitu: adanya teks yang dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin serta peserta seminar (Swanson, 2011). Metode Socratic Circles tidak sepenuhnya bergantung pada bahan kasus (teks), penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan to user permasalahan untuk membimbingcommit pertanyaan awal (Peterson, 2009a). Swanson
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 (2009) mengemukakan bahwa dulu metode ini digunakan oleh Socrates (seorang filsuf Yunani) untuk memperoleh suatu jawaban kebenaran dari siswa-siswanya, karena Socrates memiliki keyakinan bahwa membantu siswa untuk berpikir lebih penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta, dan penggunaan pertanyaan-jawaban menjadi kekuatan pendorong untuk belajar bagi peserta didik. Socratic Circles merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan berbagai keterampilan akademik.
Socratic Circles dapat
membangun
keterampilan di bidang membaca, mendengarkan, refleksi, berpikir kritis, partisipasi peserta didik (berbicara), mengajarkan rasa hormat pada teman karena ide yang beragam, memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen (Kenner, 2009). Socratic Circles menjadi sarana yang baik untuk mengembangkan berbagai keterampilan akademik karena metode Socratic Circles aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (Peterson, 2009a) atau pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru hanya bertindak menjaga jalannya proses pembelajaran.
Copeland (2005) menjelaskan bahwa proses
penyelidikan
Socratic
bersama
dalam
Circles
akan
membantu
siswa
mengembangkan kebiasaan berpikir dan analisis yang mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir siswa. Metode Socratic Circles dapat diterapkan diberbagai macam siswa yang mewakili kemampuan tinggi dan rendah, dan berbagai latar belakang ras, budaya, dan sosial ekonomi (Copeland, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Noviasari (2011) penerapan metode Socratic berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah. Ong and Borich (2006) mengemukakan bahwa banyak bagian-bagian keterampilan penting untuk berpikir kritis yang penting untuk berpikir kreatif. (Suryadi, 2005) menambahkan bahwa ketika seseorang menghadapi suatu masalah haruslah dihadapi secara kritis dan mencoba mencari solusi secara kreatif sehingga diperoleh solusi yang terbaik, dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama commit to user seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Selain pemilihan metode pengajaran yang sesuai, dalam prosesnya pendidikan membutuhkan media sebagai alat bantu.
Media pembelajaran
diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien (Sutjiono, 2005).
Mengingat pada materi pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia
terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, permasalahan pada materi tersebut tidak dapat dibawa ke kelas sehingga guru memerlukan media yang tepat untuk memberikan gambaran yang nyata kepada siswa mengenai permasalahan yang akan dibahas.
Pemilihan media gambar pada materi pokok bahasan
pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan siswa pada permasalahan yang ada di sekitar mereka. Sadiman, dkk (2009) memaparkan beberapa kelebihan dari media gambar diantaranya sifatnya konkret atau lebih realistis dalam menunjukkan pokok masalah, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu dan dapat memperjelas suatu masalah. Berdasarkan latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif serta beberapa kelebihan yang ada pada Socratic Circles dan gambar sebagai media pembelajaran, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul:
PENGARUH
PENERAPAN
METODE
SOCRATIC
CIRCLES
DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah disusun sebuah rumusan masalah yaitu apakah penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir commit to user kreatif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam dunia pendidikan mengenai penggunaan metode Socratic Circles.
Selain itu penelitian ini dapat
memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pembelajaran biologi terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran yang inovatif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik, memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan memberikan suasana pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran biologi menjadi lebih menarik atau tidak monoton dan tidak membosankan. b. Bagi guru, memberikan referensi bagi guru biologi untuk memperoleh gambaran penggunaan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, serta menambah pengetahuan tentang pelaksanaan metode pembelajaran Socratic Circles dan memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi. c. Bagi Institusi, memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat meningkatkan sumber daya pendidikan dan mencetak generasi dengan pemikiran-pemikiran kreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Socratic Circles 1) Memahami Socratic Circles Socratic Circles atau metode Socratic disebut juga dengan Socratic Seminar (dialog Socratic atau diskusi Socratic) yang dapat didefinisikan sebagai eksplorasi percakapan intelektual yang berpusat pada teks, dengan teks tersebut siswa akan dilatih membaca kritis dan menganalisisnya dengan tujuan mereka mencapai pemahaman yang lebih besar (Copeland, 2005). Teks yang digunakan dalam Socratic Circles ini adalah teks yang dapat menimbulkan serangkaian pertanyaan (Paraskevas and Wickens, 2003). Peterson (2009b) mendefinikan metode Socratic sebagai suatu bentuk disiplin pertanyaan yang dapat digunakan mendorong pemikiran abstrak untuk berbagai tujuan, berpikir analitis dan kritis. Socratic
Paraskevas and Wickens (2003) menyatakan bahwa metode dalam
pendidikan
melibatkan
penggunaan
pertanyaan
sistematis, berpikir induktif dan perumusan definisi umum. Berdasarkan penjelasan para tokoh tersebut dapat diketahui Socratic Circles menggunakan teks dengan ketentuan tertentu sebagai media pemicu timbulnya serangkaian pertanyaan (ketentuan-ketentuan teks tersebut akan dijelaskan pada sub-bab karakteristik Socratic Circles). Socratic Circles berguna untuk mendorong siswa berpikir mandiri dalam proses pembelajaran. Metode Socratic diajarkan dengan cara bertanya jawab untuk membimbing dan memperdalam pemahaman siswa. Penerapan serangkaian pedoman pertanyaan kepada siswa, akan membuat siswa berpikir sendiri. Belajar dari kesalahan dan memberikan alat yang akan diperlukan untuk menilai situasi yang mereka hadapi di commit Pertanyaan to user kehidupan (Peterson, 2009a). digunakan untuk membantu 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 siswa mengembangkan pemikiran (Paraskevas and Wickens, 2003). Metode Socratic tidak memaksa siswa untuk menghasilkan jawaban yang benar, namun akan meningkatkan apresiasi siswa dalam membaca sehingga siswa mau membaca lebih lanjut (Styslinger and Pollock, 2010).
Penggunaan pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socratic
adalah untuk mencegah penerimaan pasif dan menghafal fakta atau konsep serta menantang siswa berpikir secara mandiri (Peterson, 2009a). Penerapan metode Socratic menekankan penggunaan pertanyaanpertanyaan
dalam
bentuk
dialog
pemikiran
sebagai
usaha
mengungkapkan suatu objek pembahasan. Socratic Circles merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru bertugas untuk menjaga jalannya diskusi (Copeland, 2005). Proses pembelajaran aktif memiliki potensi untuk memberikan manfaat pendidikan lebih daripada mereka yang melakukan proses pembelajaran secara tradisional (pendekatan pasif) (Peterson, 2009a). Metode
Socratic
secara
aktif
melibatkan
siswa
dalam
proses
pembelajaran dengan memanfaatkan pedoman pertanyaan untuk menyalurkan proses berpikir siswa. Metode Socratic pertama kali diterapkan oleh Socrates (seorang ahli filsafat dari Yunani) untuk mengajar siswa-siswanya di kelas filsafat. Socrates mengajar dengan mengajukan pertanyaan (Paraskevas and Wickens, 2003). Menurut Socrates membantu siswa untuk berpikir lebih penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta.
Penggunaan
pertanyaan-pertanyaan akan menjadi kekuatan pendorong bagi siswa untuk belajar secara mandiri (Kenner, 2009; Styslinger and Pollock, 2010). 2) Karakteristik Socratic Circles Socratic
Circles
atau
Socratic
Seminar
dalam
proses
pembelajarannya akan mendorong siswa belajar aktif, karena sebagai peserta seminar mereka akan mengekplorasi dan mengevaluasi ide-ide, commit to user masalah dan nilai-nilai dalam suatu teks tertentu. Sebuah seminar yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 baik terdiri dari empat komponen yang saling terkait yaitu: teks yang dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin seminar dan peserta seminar (Swanson, 2011). Komponen-komponen khas Socratic Circles ini menjadi karakteristik dan menjadikan Socratic Circles berbeda dengan metode-metode yang lain. Komponen pertama dalam metode Socratic Circles adalah teks, akan tetapi tidak semua teks dapat digunakan dalam proses pembelajaran Socratic Circles. Teks yang dapat digunakan adalah teks yang dapat memperkaya siswa dengan ide (Copeland, 2005), masalah dan nilai-nilai untuk merangsang terjadinya dialog (Swanson, 2011). Metode Socratic Circles tidak sepenuhnya bergantung pada bahan kasus (teks), penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan permasalahan untuk membimbing pertanyaan awal (Peterson, 2009a). Swanson (2011) berpendapat bahwa sebuah teks yang baik akan menimbulkan pertanyaan penting dalam benak para peserta.
Copeland (2005) mengatakan
hendaknya teks tersebut relevan dengan apa yang sedang dipelajari dan bermakna bagi kehidupan siswa.
Menurut Paraskevas and Wickens
(2003) teks yang kaya akan ide dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa, emosional siswa dapat dikaitkan dengan kegiatan dari pengalaman siswa. Bahan teks dapat diambil dari sastra, sejarah, ilmu pengetahuan, matematika, filsafat, atau kasus peristiwa (Copeland, 2005). Komponen kedua dalam metode Socratic Circles adalah pertanyaan.
Pertanyaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles
merupakan hal yang sangat mendominasi.
Metode Socratic Circles
dimulai dengan mengajukan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan lebih lanjut dalam menanggapi jawaban siswa (Peterson, 2009a). Pertanyaan pembuka yang baik mengarahkan peserta didik kembali ke teks sebagai media berspekulasi. Pertanyaan pembuka
yang
baik
dapat digunakan untuk mengevaluasi, commit toisu user mendefinisikan dan memperjelas yang terlibat. Tanggapan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 pertanyaan pembuka akan menghasilkan pertanyaan baru yang akan mengarah ke respon baru (Swanson, 2011).
Penggunaan pertanyaan
dalam metode Socratic mengharuskan siswa untuk mengenali batas-batas pengetahuan
mereka
sehingga
meningkatkan
motivasi
belajar
(Paraskevas and Wickens, 2003). Pertanyaan pada metode Socratic tidak akan mencapai kebenaran mutlak, karena kemungkinan adanya perbedaan jawaban pertanyaan pada masa kini dan akan datang (Paraskevas and Wickens, 2003). Penggunaan serangkaian pertanyaan dalam metode Socratic membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan. Hasil penelitian tim National Reading Panel menunjukkan bahwa proses tanya-jawab dapat meningkatkan pemahaman. Cara mengatasi gangguan memahami bacaan yaitu dengan mengembangkan proses tanya-jawab melalui metode Socratic Circles (Frankenfield, 2009).
Pertanyaan-
pertanyaan dalam metode Socratic Circles dirancang untuk menyalurkan proses berpikir peserta didik (Paraskevas and Wickens, 2003). Komponen ketiga dalam metode Socratic Circles adalah pemimpin seminar.
Peran sebagai pemimpin seminar Socratic dapat
dilakukan oleh guru maupun siswa. Menurut Swanson (2009) pemimpin dalam seminar Socratic memainkan peran ganda, yaitu sebagai pemimpin dan peserta.
Tugas sebagai pemimpin seminar adalah mengarahkan
eksplorasi pada ide-ide dalam teks. Tugas pemimpin sebagai peserta seminar adalah terlibat secara aktif dalam proses eksplorasi teks. Komponen keempat dalam metode Socratic Circles adalah peserta seminar.
Tugas peserta seminar selain terlibat aktif dalam proses
eksplorasi teks adalah berbagi tanggung jawab dengan pemimpin seminar dalam menjaga kualitas seminar. 3) Manfaat dari Socratic Circles Socratic Circles dilihat dari prosesnya kaya akan manfaat, jika metode ini diterapkan dengan benar. Socratic Circles selain membantu commit user siswa memahami masalah yangtokomplek juga dapat membantu siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 membangun keterampilan baik akademik maupun sosial (Copeland, 2005; Kenner, 2009).
Keterampilan akademik meliputi keterampilan
membaca, menulis, berbicara, mendengar, berpikir kritis, merefleksi, dan mendorong berpikir divergen.
Keterampilan sosial meliputi team
building skills, conflik resolution, dan community-building skills (Copeland, 2005; Seitz, 2005, Frankenfield, 2009; Kenner, 2009). Menurut Peterson (2009a) metode Socratic akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan memfasilitasi siswa untuk belajar aktif.
Siswa
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang teori. Manfaat yang lain yaitu membantu siswa menemukan hubungan teori inovatif untuk mendirikan metode dan penggunaan pertanyaan yang tepat.
Siswa
mampu menghubungkan kejadian masa lalu untuk situasi saat ini atau masa yang akan datang. Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan akademik yang dapat dikembangkan melalui metode Socratic Circles.
Metode
Socratic merupakan sarana yang baik untuk berlatih mengembangkan proses analisis dan berpikir kritis dengan individu terlibat secara aktif (Peterson, 2009b; Copeland, 2005).
Keterampilan berpikir kritis
dikembangkan melalui proses merevisi dan memperbaiki ide-ide untuk pemahaman siswa dan memahami rekan-rekan mereka (Copeland, 2005). Berpikir kritis dan belajar itu sendiri adalah proses yang berkelanjutan bukan koleksi dari produk pembelajaran (Copeland, 2005). Keterampilan berbicara dan mendengar dapat dikembangan secara bersamaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles, yang terlihat dalam bentuk diskusi atau dialog.
Socratic Circles dapat
meningkatkan kegiatan diskusi dalam kelas sehingga membantu siswa mendapat wawasan tidak hanya dari guru atau teks (Frankenfield, 2009). Kegiatan diskusi dalam Socratic Circles ini merangsang imajinasi dan kecerdasan dengan meningkatkan kreatif dan kekuatan ingin tahu siswa (Copeland, 2005). Menurut Copeland (2005) diskusi kelas yang benar to user kesempatan bagi siswa untuk atau dialog yang benar commit harus memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 berbagi ide mereka sendiri.
Membangun pengetahuan berdasarkan
informasi sebelum diterapkan untuk situasi baru.
Menguji hipotesis
mereka sendiri dan persepektif rekan-rekan mereka, sampai menemukan jawaban yang telah dibangun melalui pengalaman pribadi, berpikir kritis, retorika dan wacana. Siswa bisa berbicara dalam kegiatan diskusi jika sebelumnya mereka memiliki pengetahuan awal tentang yang akan dibahas, disinilah keterampilan membaca dan menulis siswa ikut berperan.
Guru
memberikan teks kepada siswa sebelum kegiatan diskusi dengan tujuan membekali mereka pengetahuan awal agar diskusi dapat berjalan lancar. Styslinger and Pollock (2010) berpendapat dengan memahami teks siswa mampu berbicara di kelas. Pemahaman terhadap teks akan memberikan pengetahuan pada siswa. Pengetahuan atau pengalaman yang telah siswa miliki dapat digunakan untuk memecahkan masalah sederhana atau komplek atau masalah yang ditimbulkan oleh pertanyaan (Paraskevas and Wickens, 2003). Pemahaman siswa dari teks yang diberikan guru tidak harus dihafalkan, tetapi siswa dapat menuliskannya kemudian membacanya kembali saat diskusi. Kegiatan mendengar dilakukan semua siswa baik yang di lingkaran luar maupun yang di lingkaran dalam. Metode Socratic Circles membuat siswa belajar bersabar mendengarkan pikiran-pikiran, perasaanperasaan, ide-ide orang lain saat berada di lingkaran luar atau dalam. Mendengarkan berbagai teori atau pendapat orang lain siswa bisa menjadi peserta diskusi aktif (Copeland, 2005). Kegiatan refleksi dilakukan siswa ketika mereka berada di lingkaran luar dalam kegiatan seminar Socratic.
Kegiatan refleksi
melatih siswa berpikir kritis, merefleksi ide-ide baru dan membantu meningkatkan kinerja siswa serta prestasi akademik (Copeland, 2005; Strong, 2011). Perkembangan kreativitas siswa dapat dipengaruhi oleh to userbelajar. Kreativitas merupakan lingkungan pembelajarancommit dari rekan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 aspek lain yang dapat ditingkatkan melalui Socratic Circles, siswa lebih kreatif bila terlibat dalam kelompok dan mendengarkan pemikiran orang lain.
Siswa menggali lebih dalam pikiran dan perasaan mereka
(Copeland, 2005). Penerapan
metode
Socratic
Circles
membantu
siswa
membangun keterampilan sosial. Siswa mampu menerima pendapat dan ide-ide orang lain yang berbeda dari mereka, dengan belajar bagaimana cara untuk mendekati masalah melalui cara kolaborasi (Copeland, 2005; Kenner,
2009).
Socratic
Circles
memfasilitasi
siswa
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterbukaan pikiran dan kerja
sama
tim
(Peterson,
2009a),
sehingga
metode
Socratic
memungkinkan siswa untuk menyingkirkan egosentrisme kognitif (Paraskevas and Wickens, 2003). Kegiatan menyelidikan bersama dalam memecahkan masalah atau membangun pengetahuan bersama ini dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial siswa. 4) Tahapan Socratic Circles Proses pembelajaran yang menerapkan metode Socratic Circles adalah
pembelajaran
dibangun
dengan
memberikan
serangkaian
pertanyaan yang tujuannya mengetahui sesuatu isi materi tertentu. Metode Socratic Circles memudahkan siswa mendapatkan pemahaman secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan.
Bentuk-
bentuk tahapan prosedural dalam melaksanakan tanya-jawab seperti yang dilakukan oleh Socrates dalam membelajarkan bahan dengan perilaku menirukan apa yang dilaksanakan oleh Socrates.
Menurut Copeland
(2005) dan Frankenfield (2009) metode Socratic Circles memiliki tujuh tahap dalam proses pembelajarannya. Tujuh tahapan prosedural dari metode Socratic Circles ditampilkan dalam Tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles Tahap Tahap 1: Menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah
Tahap 2: Mengorganisasikan untuk belajar
siswa
Tahap 3: Membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama Tahap 4: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok putaran pertama
Tahap 5: Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan Tahap 6: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok putaran kedua Tahap 7: Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan
Kegiatan Guru Guru mengorientasikan arah pembelajaran dengan menetapkan topik yang dipelajari, dengan cara guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menarik perhatian dan memotivasi siswa, menggali pengetahuan awal siswa, dan memberikan teks yang dapat meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi Guru membantu siswa mengatur tugastugas belajar untuk menganalisis teks dan membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai bahan diskusi) serta mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi Guru membimbing siswa membentuk dua kelompok lingkaran konsentris secara acak untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam Guru membimbing siswa yang berada di lingkaran dalam untuk memulai diskusi dengan memberikan pertanyaan awal, dan mengkondisikan siswa di lingkaran luar untuk diam mengamati perilaku atau kinerja siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental Guru membimbing siswa di lingkaran luar untuk menilai kinerja dan memberikan feedbak pada kelompok atau individu di lingkaran dalam dan menawarkan saran untuk perbaikan Guru membimbing siswa di lingkaran dalam dan lingkaran luar untuk bertukar peran dan posisi, dilanjutkan proses diskusi siswa di lingkaran dalam yang baru Guru membimbing siswa di lingkaran luar yang baru untuk memberikan feedback dan menawarkan saran untuk perbaikan bila diperlukan
(Sumber: Copeland, 2005; Frankenfield, 2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Tahap pertama dalam metode Socratic Circles menurut Copeland (2005) dan Frankenfield (2009) yaitu sehari sebelum seminar guru menetapkan topik yang dipelajari dan memberikan teks yang dapat meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi.
Tahap
kedua yaitu menugaskan siswa untuk mempelajari dan menganalisis teks serta membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai bahan diskusi) kemudian mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi dari permasalahan yang disajikan dalam bentuk teks. Tahap ketiga, sebelum memulai proses seminar atau diskusi siswa dibagi menjadi dua kelompok lingkaran konsentris secara acak untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam. Tahap keempat siswa yang berada di lingkaran dalam memulai diskusi diawali dengan membaca teks diskusi lalu mendiskuskan teks selama 10 menit. Siswa yang berada di lingkaran luar diam mengamati perilaku atau kinerja siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental. Tahap kelima yaitu setelah siswa di lingkaran dalam menyimpulkan diskusi, siswa di lingkaran luar menilai kinerja dan memberikan feedback pada kelompok atau individu di lingkaran dalam selama 10 menit, guru dapat menawarkan saran untuk perbaikan pada tahap ini. Tahap keenam, siswa di lingkaran dalam dan lingkaran luar bertukar peran dan posisi. Tahap ketujuh merupakan proses pengulangan langkah keempat dan kelima. Proses pengulangan diskusi-feedback ini dapat dimodifikasi sesuai dengan isi, fokus dan tujuan dari pembelajaran.
Posisi duduk siswa
dalam proses pembelajaran dalam metode Socratic Circles dapat dilihat pada Gambar 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Lingkaran Luar
Bangku/ Kursi
Lingkaran Dalam
Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles (Sumber: Frankenfield, 2009) 5) Peran Guru dalam Socratic Circles Kegiatan dikusi Socratic Circles agar berjalan efektif perlu dipersiapkan.
Guru
perlu
mempertimbangkan
dan
memahami
pentingnya: iklim kelas, peran guru dan membimbing siswa untuk diskusi yang berkualitas (Copeland, 2005). Socratic Circles mempunyai bentuk lingkaran ketika proses diskusi. Bentuk lingkaran dalam Socratic Circles menurut Copeland (2005) bertujuan untuk membuat iklim kelas lebih kondusif sehingga membuat diskusi di kelas lebih mengalir. Kontak mata dan keterlibatan non-verbal dalam percakapan penting untuk membuat siswa lebih percaya diri dan nyaman.
Pengaturan
percakapan juga bisa mempengaruhi iklim kelas (Copeland, 2005). Peran guru dalam proses pembelajaran Socratic Circles menurut Frankenfield (2009) yaitu: (1) memilih teks untuk diskusi, (2) menjaga jalannya diskusi, (3) mengarahkan lingkaran luar untuk memberi feedback, (4) menilai dan mengevaluasi performance atau kinerja setiap siswa dan kelompok. Memilih teks untuk diskusi maksudnya teks yang dipergunakan dalam proses diskusi Socratic Circles sebaiknya teks dengan kualitas tinggi atau baik yaitu teks yang mampu menimbulkan banyak pertanyaan dan memungkinkan siswa untuk melihat dunia luar di sekitar mereka.
Menjaga jalannya diskusi dengan cara sesekali
memberikan kontribusi pertanyaan dan info dasar dan berperan sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 fasilitator dalam percakapan.
Mengarahkan lingkaran luar untuk
memberi feedback hasil diskusi lingkaran dalam meliputi kualitas suara siswa, isi diskusi dan kinerja siswa.
menilai dan mengevaluasi
performance atau kinerja setiap siswa dan kelompok baik secara formal ataupun informal. Penilaian dan evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan rubrik dan menggunakan scorecard. Hal penting dari feedback guru pada akhir kegiatan yaitu menggambarkan tingkat prestasi siswa secara verbal dan memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas diskusi. Pemberian teks kepada siswa selain sebagai sarana memberikan pengetahuan awal juga akan membantu siswa dalam membuat pertanyaan. Perterson (2009a) menyatakan bahwa agar metode Socratic dapat diterapkan secara efektif, siswa harus memiliki cukup informasi latar
belakang
masalah
dan
pengetahuan
tentang
topik
untuk
berpartisipasi dalam diskusi. Pertanyaan merupakan bagian penting dari diskusi, sehingga guru perlu memberikan waktu kepada siswa untuk menganalisis permasalahan dan merumuskan pertanyaan atau komentar. Styslinger and Pollock (2010) menyatakan bahwa pemberian waktu pada siswa untuk menuliskan pertanyaan dan komentar akan merangsang diskusi berjalan baik. b. Media Gambar Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Media secara mendasar berpotensi
memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kepribadian. Media dalam pembelajaran atau media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid dan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas (Angkowo dan Kosasih, 2007). Media pembelajaran commit to user menurut Daryanto (2010) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Indriana (2011) menyatakan pada intinya media
pembelajaran adalah tempat penyampaian pesan atau materi pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid dengan tujuan mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu alat yang dapat menarik pehatian siswa dan dijadikan sebagai penghubung ataupun perantara dari guru kepada siswa agar proses pembelajaran efektif dan efisien. Penyampaikan membutuhkan
suatu
materi
pelajaran
oleh
guru
perantara
yang
dijadikan
alat
kepada
siswa,
bantu
untuk
mempermudah penyampaian maksud dari materi pelajaran. Perantara atau alat bantu tersebut dikenal sebagai media pembelajaran.
Media
pembelajaran akan berperan besar dalam mengkomunikasikan pesan atau informasi
yang disampaikan guru.
Angkowo dan Kosasih (2007)
menyatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan
sangat
membantu
keefektifan
proses
pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu. Pembelajaran bermedia juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran, serta memadatkan informasi. Peran media sebagai perantara penyampaian pesan materi dari guru kepada siswa berkaitan dengan memudahkan komunikasi yang sulit dilakukan atau dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi. Media juga mempunyai banyak peran dalam pembelajaran antara lain memudahkan penjelasan materi yang abstrak, mempermudah guru dalam commit to user pengalaman yang nyata dan menyampaikan pembelajaran, memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 menarik perhatian siswa.
Menurut Sadiman, dkk (2009) dan Daryanto
(2010) kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar secara umum meliputi: memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera; penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik; dapat memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persebsi yang sama. Para pendidik sering menggunakan gambar sebagai media pembelajaran karena selain lebih praktis dan ekonomis media gambar juga mudah dimengerti. Praktis dalam arti mudah dibawa kemana-mana dan mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Ekonomis dalam arti murah harganya dan mudah didapat. Media gambar menurut Sadiman, dkk (2009) adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Pepatah Cina mengatakan bahwa media gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Anitah (2009) mendeskripsikan nilai gambar dari pendapat Gerlach dan Ely bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun dan seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pebelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu meskipun jauh dari jangkauan pengalaman pebelajar sendiri. Pemanfaatan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik
siswa
dan
karakteristik
materi
pembelajaran
memungkinkan proses pembelajaran berlangsung efektif.
akan
Penggunaan
media dalam pembelajaran tidak harus berbasis komputer atau teknologi, melainkan dapat berupa media sederhana. Media gambar merupakan salah satu media visual sederhana yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran.
Guru dalam menggunaan media
pembelajaran haruslah mempertimbangkan banyak hal agar media tersebut benar-benar dapat mempermudah penyampaian materi kepada peserta didik. Pertimbangan lain yang harus dipahami guru dalam memilih media adalah to user kemudahan akses, biaya, dancommit teknologi suatu media.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Media gambar memanfaatkan mata sebagai sarana utama untuk memahami dunia, manusia mampu menterjemahkan informasi yang diterima oleh indera lain kedalam kesan penglihatan, dengan demikian dalam berbagai hal indera penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan indera yang lain. Prisip-prinsip penggunaan media berbasis visual termasuk media gambar adalah kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan. Gambar visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambar jadi yang dapat diperoleh dari sumber yang sudah ada misalnya yang dapat di download dari situs internet www.google.com. Media gambar sebagai suatu media visual sederhana mempunyai beberapa kelebihan antara lain: gambar sifatnya konkret, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, gambar dapat memperjelas suatu masalah, gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus (Sadiman, dkk, 2009; Indriana, 2011, Sulistyo, 2011). Kelebihan lain dari media gambar yaitu: gambar dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata; banyak tersedia dalam buku-buku; sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan; relatif tidak mahal; dan dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi Anitah (2009). Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut membuat media gambar menjadi alternatif yang mudah digunakan dan tidak memberatkan para pendidik. Berdasarkan kerucut pengalaman Edgare Dale penggunaan media seperti media visual (dalam hal ini media gambar) mampu menyajikan pengalaman yang lebih kongkrit sehingga dapat membantu siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengalaman sebelumnya. Senada dengan pernyataan tersebut Anitah (2009) mengulas pendapat Edgare Dale bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih kongkrit (pengalaman langsung), sehingga penggunaan media dapat menunjang keberhasilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 siswa.
Kerucut pengalaman (core experience) yang dikemukakan oleh
Edgare Dale disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale (sumber: Jacobs, et al, 2008) Berdasarkan gambar kerucut pengalaman Edgare Dale pada Gambar 2.2 terlihat bahwa aktivitas melihat media gambar merupakan aktivitas secara visual yang memberikan kontribusi pengetahuan siswa sebesar 30%. Senada dengan pernyataan Graybill (2008) we learn 30% of what we see, yang berarti kita memperoleh pengetahuan sebesar 30% dari apa yang kita lihat. Pengunaan media gambar yang dipadukan dengan metode Socratic Circles tidak hanya sekedar aktivitas visual saja, namun akan melibatkan beberapa aspek lain dari aktivitas belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles dapat membuat siswa mau belajar untuk membaca, mendengar, melihat, berdiskusi, bahkan mengajarkan apa yang siswa pahami kepada teman sebayanya.
Graybill (2008) pernah
merumuskan dalam Socratic Seminars International bahwa: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita diskusikan dengan orang lain, 80% dari apa yang kita alami sendiri dan commit to user 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain. Berdasarkan pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Graybill tersebut penggunaan metode Socratic Circles dan media gambar akan dapat membantu siswa memperoleh pengalaman yang lebih kongkrit dan pengetahuan yang lebih besar. c. Berpikir Kreatif 1) Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Guru perlu menciptakan aktivitas dan lingkungan yang
kondusif
dalam
rangka
membantu
siswa
membangun
pengetahuannya sendiri dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Liliasari (2011) kegiatan berpikir yang termasuk proses berpikir tingkat tinggi diantaranya berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Kedua proses
berpikir tersebut menggunakan penalaran untuk membangun berbagai ide. Berpikir terjadi dalam membuat keputusan, atau memperoleh pemahaman, melalui berpikirlah manusia mampu memperoleh makna atau pemahaman tentang setiap hal yang dihadapinya dalam kehidupan. Fisher (2009) menyatakan bahwa seseorang yang berpikir kritis biasa mengajukan pertanyaan yang tepat, menggabungkan informasi yang relevan. Berpikir kritis secara efesien dan kreatif menyusun informasi, mempunyai nalar yang masuk akal atas informasi yang dimiliki. Kesimpulan-kesimpulan konsisten yang dapat dipercaya sehingga dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dan bisa memetik keberhasilan. Ong and Borich (2006) menyatakan bahwa ada beberapa keterampilan berpikir kritis yang menunjang berpikir kreatif.
Kedua
kemampuan berpikir kritis dan kreatif saling menunjang dalam upaya menyelesaikan suatu masalah.
Masalah harus dihadapi secara kritis
kemudian mencari solusi secara kreatif sehingga diperoleh solusi yang terbaik. Berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan membangun pengetahuan yang telah dimiliki, menanyakan suatu kekhawatiran terhadap suatu masalah yang mungkin diperlukan di masa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 depan, mempertinggi perhatian terhadap satu permasalahan, dan merangsang hasrat serta rasa ingin tahu. Berpikir kreatif menurut Rachmawati dan Kurniati (2010) merupakan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Arnyana (2006) berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah penggunaan
dasar
proses
berpikir
untuk
mengembangkan
atau
menemukan gagasan atau ide atau hasil yang asli, estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk menjelaskan sesuai perspektif pemikir. Berpikir kreatif menurut Johnson (2009) merupakan sebuah kebiasaan pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Liliawati dan Erna (2010) menjelaskan berpikir kreatif sebagai kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara divergen. Sitompul dan Fahmi (2007) mengemukakan bahwa berpikir kreatif berarti menciptakan gagasan-gagasan baru, alternatif baru, solusi baru dan penemuan baru. Liliasari (2011) memfokuskan berpikir kreatif pada pencarian banyak ide, pemunculan berbagai kemampuan dan banyak jawaban benar terhadap suatu permasalahan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan proses kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi untuk menciptakan ide-ide baru maupun mengembangkan gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan segala informasi atau data yang tersedia untuk commit to userpemikir. memecahkan masalah sesuai perspektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen (Arnyana, 2006). Berpikir divergen merupakan cara berpikir menyebar dari satu titik ke segala arah. Aktivitas berpikir kreatif memungkinkan lebih dari satu jawaban untuk menjawab permasalahan. Berpikir kreatif menurut (Ambarjaya, 2008) merupakan bagian dari kreativitas, dimana kemampuan berpikir kreatif adalah aspek kognitif dari kreativitas. Berpikir kreatif merupakan padanan dari kreativitas dalam berpikir. Berpikir kreatif menunjukan terdapatnya kreativitas yang dimiliki oleh seseorang dalam menyikapi sesuatu hal atau dapat diartikan hasil dari berpikir kreatif diwujudkan dalam bentuk kreativitas. Kreativitas menurut Sugiarto (2011) merupakan kemampuan melihat masalah ketika orang lain tidak melihatnya, kemampuan melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, kemampuan berkreasi dalam menggabungkan beberapa gagasan yang lama atau sudah ada menjadi baru.
Pengertian kreativitas menurut Hawadi, dkk (2001)
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru. Gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non-aptitude termasuk sesuatu yang baru. Munandar (2004) mengungkapkan kreativitas sebagai hasil interaksi antara individu dan lingkungannya.
Heidarie, et al (2011) menjelaskan kreativitas
merupakan kemampuan untuk menghasilkan pikiran-pikiran baru untuk menemukan solusi baru untuk masalah. Hernowo (2007) menyatakan bahwa kreativitas berkaitan dengan potensi yang ada dalam diri manusia yang dapat dimanfaatkan untuk mengubah kehidupan.
Kreativitas dapat didefinisikan sebagai
potensi yang ada dalam diri seseorang untuk melihat dan memecahkan masalah yang ada pada lingkungan tempat hidup mereka dengan cara yang baru.
Lingkungan tempat manusia hidup akan mempengaruhi
(kemampuan berpikir) dan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi dalam diri individu (perubahan kemampuan berpikir). Perubahan di commit user dalam individu maupun di tolingkungan dapat menunjang atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 menghambat
upaya
perkembangan
kemampuan
berpikir
kreatif.
Implikasinya dalam pendidikan kemampuan berpikir kreatif dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang dikondisikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2) Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir kreatif dimaksudkan sewaktu menggagas ide baru, otak berpikir untuk menghasilkan ide yang banyak (kelancaran), ide yang bervariasi atau berbeda-beda (kelenturan), ide yang unik (asli), dengan paparan yang rinci dan berguna (bernilai). Ciri-ciri berpikir kreatif ada lima, yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), kemampuan berpikir memerinci (elaboration), dan kemampuan mengevaluasi atau menilai (evaluation) (Hawadi, dkk, 2001; Ambarjaya, 2008). Menurut Rachmawati dan Kurniati (2010) lima ciri-ciri kemampuan
berpikir
kreatif yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), elaboration (keterperincian), sensitivity (kepekaan). Hawadi, dkk (2001) dan Ambarjaya (2008) merumuskan evaluation sebagai ciri kelima untuk kemampuan berpikir kreatif, sedangkan Rachmawati dan Kurniati (2010) merumuskan sensitivity. Arnyana (2006) dan Munandar (2009) merumuskan empat aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration. Fluency merupakan kemampuan menghasilkan banyak ide. Flexibility merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi. Originality merupakan kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada dan elaboration merupakan kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail. Seseorang itu kreatif atau tidak dapat dilihat dari ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang berkaitan dengan unsur aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan commit tomerupakan user kognitif, sedangkan non-aptitude ciri-ciri yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 dengan sikap atau perasaan (Hawadi, dkk, 2001). Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Hawadi, dkk, (2001) dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Hawadi, dkk (2001) N o
1
2
3
Ciri-ciri Berpikir Kreatif
Berpikir lancar (Fluency)
Berpikir luwes (Flexibility)
Berpikir orisinal (Originality)
Definisi a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda
a. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik b. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur
commit to user
Perilaku Siswa Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah Lancar mengemukakan gagasan-gagasannya Memberikan macammacam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macammacam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbedabeda Setelah membaca atau mendengar gagasangagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Tabel Lanjutan Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif
4
Kemampuan merinci (Elaboration)
5
Kemampuan menilai (Evaluaty)
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk b. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga jadi lebih menarik a. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka b. Mampu melaksanakan gagasan, tidak hanya mencetuskan gagasan saja
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkahlangkah yang merinci Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri Mempunyai alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan Merancang suatu rencana kerja dari gagasangagasan yang tercetus
(Sumber: Hawadi, dkk, 2001) Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009) disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2009) No
Ciri-ciri Berpikir Kreatif
1
Berpikir lancar (Fluency)
2
Berpikir luwes (Flexibility)
3
Berpikir orisinal (Originality)
4
Berpikir terperinci (Elaboration)
Perilaku Siswa Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan Arus pemikiran lancar Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam Arah pemikiran yang berbeda-beda Mampu mengubah cara atau pendekatan Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan Memperinci detail-detail Memperluas suatu gagasan
(Sumber: Munandar, 2009) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 2. Hasil Penelitian yang Relevan Peneliti belum menemukan referensi hasil penelitian yang menjelaskan pengaruh metode Socratic Circles terhadap kemampuan berpikir kreatif, sebab penggunaan metode Socratic Circles belum begitu familiar di Indonesia, namun Noviasari pernah melakukan penelitian dengan metode yang serupa dalam skripsinya yang berjudul pengaruh metode Socrates (Socratic Method) dalam pembelajaran fisika pada materi pokok cahaya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Hasil penelitian
Noviasari (2011) menunjukkan bahwa penerapan metode Socrates (Socratic Method) berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dibanding dengan kelas kontrol.
Respons siswa
terhadap penerapan metode Socrates (Socratic Method) sangat bagus. Hal ini terlihat dari 12 pertanyaan yang diberikan kepada siswa setiap pertanyaan memperoleh lebih dari 75% yang artinya bahwa sebagian besar siswa antusias terhadap metode pembelajaran yang diterapkan sehingga metode Socrates (Socratic Method) berhasil diterapkan. Jurnal yang berjudul pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah dan pertanyaan Socratic untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP oleh Redhana, dkk (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran ini dimulai dengan masalah, dan mampu mengembangkan ide-ide siswa serta efektif untuk membimbing siswa mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Perterson (2009b)
dalam jurnalnya yang berjudul Socratic Problem-Solving in The Business World menyimpulkan bahwa metode Socratic memungkinkan peserta didik mengambil keputusan secara kritis dan menganalisis fakta-fakta yang terkait dengan situasi.
Peterson (2009a) menyatakan hal yang serupa dalam
jurnalnya yang berjudul Teaching to Think Applying The Socratic Method Ourside The Law School Setting dengan kesimpulan metode Socratic dapat menjadi sarana yang efektif dalam memupuk kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metode commit to user Socratic dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah dalam proses pembelajaran. Penelitian eksperimental tentang kemampuan berpikir kritis dan kreatif pernah dilakukan Ismaimuza dalam disertasinya yang berjudul kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP melalui pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif. Hasil penelitian Ismaimuza (2010) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta sikap positif siswa dalam matematika. Penelitian-penelitian lain tentang pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam lingkungan yang sama dilakukan oleh Ambarwati dalam thesisnya yang berjudul mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui pendekatan pembelajaran langsung dan tak langsung.
Penelitian Ambarwati (2011) menghasilkan kesimpulan
bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Langsung-Tak Langsung mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif lebih baik dari siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung. Penelitian Budiman dalam thesisnya yang berjudul peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, serta terdapat hubungan positif yang cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D (Budiman, 2011).
Hasil penelitian Budiman ini menunjukkan secara
langsung adanya korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dimana peringkat yang diperoleh siswa pada kemampuan berpikir kritis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 matematis
hampir
sama dengan peringkat
yang diperoleh dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis. Penelitian quasi-eksperimental Hidayat ketika menempuh jenjang S-2 dengan judul thesisnya menigkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa melalui pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW), salah tujuan penelitiannya adalah untuk melihat apakah terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematik dan kemampuan berpikir kreatif matematik. Hasil studi menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif TTW lebih baik daripada yang pembelajarannya dengan cara konvensional, dan terdapat asosiasi yang signifikan antara kualifikasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dan asosiasinya termasuk kategori cukup kuat (Hidayat, 2011).
Asosiasi
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan berpikir kritisnya baik maka kemampuan berpikir kreatifnya cenderung baik.
Penelitian ini
semakin memperkuat bahwa terdapat hubungan antara berpikir kritis dan kreatif.
Pernelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa kemampuan
berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Jurnal yang berjudul Critical and Creative Thinking Course Activities oleh Zimmerman (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat ditingkatkan pada kegiatan pembelajaran yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 B. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan sebuah proses belajar yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan atau tidak dapat saling lepas satu sama lain. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sejauh ini belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk bisa menemukan, membangun konsep pengetahuannya sendiri, dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini dikarenakan para pendidik lebih tertarik dalam upaya mengembangkan dan menguji daya ingat anak didiknya, dari pada usaha para pendidik untuk benarbenar mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir merupakan hal penting dan sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang. Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dilatih adalah kemampuan berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif di bidang pendidikan nantinya akan
membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses belajar. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa menjadi hal yang sangat penting, karena pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana dan konvergen. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada rendahnya prestasi peserta didik. Kemampuan berpikir kreatif akan lebih mudah dikembangkan apabila proses pembelajaran yang dilaksanakan memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas siswa.
Siswa harus memberikan satu-satunya
jawaban yang benar menurut guru atau buku serta mengutarakan serangkaian alternatif jawaban yang juga benar. Proses pembelajaran seperti itu merupakan proses pembelajaran aktif. Salah satu proses pembelajaran yang aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode Socratic Circles. Metode Socratic Circles menggunakan deretan pertanyaan dalam proses pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan itu akan membantu siswa menemukan dan membangun konsep pengetahuannya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Proses tanya-jawab dalam metode Socratic Circles dapat memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen, dengan kata commit to user lain proses penyelidikan bersama ini akan membantu siswa mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 kebiasaan berpikir kritis dan analisis yang mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir siswa. Metode Socratic Circles dapat diterapkan diberbagai macam siswa yang mewakili kemampuan tinggi dan rendah, dan berbagai latar belakang ras, budaya, dan sosial ekonomi dan terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah, dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Selain pemilihan metode pengajaran yang sesuai, dalam prosesnya pendidikan membutuhkan media sebagai alat bantu agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Pemilihan media gambar di sini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan siswa pada permasalahan yang ada di sekitar mereka. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
commit to user
Kerangka pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Proses pembelajaran Pembelajaran belum mengakomidasi siswa untuk menemukan dan membangun konsep sendiri Pembelajaran berorientasi pada penguasaan materi atau daya ingat Pembelajaran kurang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
Keadaan siswa Siswa pasif dalam proses pembelajaran Jawaban siswa cenderung teks book Siswa kurang mengungkapkan jawabanjawaban alternatif yang juga benar (gagasan-gagasan baru)
Kemampuan berpikir kreatif siswa kurang atau rendah
Penerapan metode pembelajaran Socratic Circles
Penerapan metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar
Berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kreatif
Pengaruh Kemampuan berpikir kreatif meningkat
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka dalam penelititan ini dapat dirumuskan sebuah hipotesis penelitian yaitu penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENILITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Boyolali yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar No. 06, Kebonbimo, Boyolali, pada kelas X semester 2 tahun pelajaran 2011/ 2012. 2. Waktu Penelititan Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya disajikan pada Gambar 3.1.
Bulan ke(tahun pelajaran 2011/ 2012) 01 02 03 04 05 06 07
Jenis Kegiatan Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pengajuan judul skripsi b. Penyusunan proposal c. Penyusunan instrumen penelitian d. Seminar proposal e. Perijinan penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian a. Uji coba instrumen penelitian b. Menganalisis hasil uji coba c. Merevisi instrumen penelitian d. Penentuan sampel e. Penerapan metode pembelajaran f. Pengambilan data (postes) 3. Tahap Penyelesaian a. Analisa data b. Penyusunan draf c. Pengetikan skripsi d. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 B. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen semu (quasi
experimental research) karena tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi oleh peneliti (Azwar, 2001; Darmadi, 2011). Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam penelitian dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua kelompok eksperimen. Rancangan penelitian ini adalah Posstest-Only Control Group Design yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Penggunaan rancangan penelitian PosstestOnly Control Group Design didasarkan pada asumsi bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil sudah betul-betul equivalen, tujuan penggunaan desain ini yaitu untuk mengetahui perbandingan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Posstest-Only Control Group Design Menurut Darmadi (2011) Group Eksperimen (R) Kontrol (R)
Variabel Terikat X1 X2
Posttest O O
(Sumber: Darmadi, 2011) Keterangan: R : Random assigment (pemilihan kelompok secara random) X1 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar X2 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah-diskusipresentasi O : Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek, dimana kedua kelompok diberi perlakuan atau treatment yang berbeda. Dua kelompok commit to user subjek penelitian dipilih secara acak atau random (Setyosari, 2010). Kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 pertama yang terpilih adalah kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas kedua adalah kelas X-2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan, tetapi masingmasing mendapatkan perlakuan yang berbeda.
Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi.
Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diberi posttest di akhir
pembelajaran (Sugiyono, 2011). Hasil posttest kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Setyosari, 2010; Widoyoko, 2012).
Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu: a. Variabel Bebas Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang menjadi sebab munculnya variabel terikat (Darmadi, 2011; Sugiono, 2011). Variabel bebas dipilih oleh peneliti untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat (dependent variable). Variable bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar dan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi. b. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel bebas (Darmadi, 2011; Sugiono, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang meliputi aspek
fluency, flexibility, originality dan
elaboration. Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar dengan metode pembelajaran ceramah commit to user disertai diskusi dan presentasi terhadap variabel terikat yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 kemampuan berpikir kreatif siswa tertuang dalam paradigma penelitian. Skema paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2. X0
Y
X0Y
X1
Y
X1Y
X
Keterangan: X X0 X1
: Pembelajaran : Pembelajaran metode ceramah-diskusi-presentasi (kontrol) : Pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar (eksperimen) Y : Kemampuan berpikir kreatif X0Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol X1Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan himpunan objek atau subjek yang mempumyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Populasi dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok secara acak dengan jumlah siswa setiap kelompok antara 31 sampai 34 siswa. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam penelitian yang tidak mampu memberi perlakuan terhadap seluruh populasi, sehingga hanya mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel yang dapat mewakili commit to user seluruh populasi. Sugiyono (2011) menambahkan bahwa sampel yang diambil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 dari populasi tersebut harus bersifat representatif agar penarikan kesimpulan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian adalah dua kelas yang ada di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali yaitu kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 32 siswa dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 31 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan cara pengambilan sampel secara random dimana sampel yang dipilih sudah dalam kelompokkelompok tertentu, dimana setiap kelompok mempunyai karakteristik yang sama (Darmadi, 2011).
Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok-
kelompok sampel dimana kelompok tersebut terdapat di kelas X. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari tujuh kelas pada kelas X di SMA Negeri 2 Boyolali.
Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang akan diperlakukan
sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga dalam sampel ini unit analisisnya bukan individu tetapi kelas atau kelompok yang terdiri atas sejumlah individu (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Sebelum pengambilan sampel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sampel memiliki karakteristik yang sama. Pengujian dilakukan dengan cara menguji data sekunder berupa dokumen nilai ulangan semester gasal pada mata pelajaran biologi menggunakan anova yang didahului dengan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (α = 0,050) dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. H0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Keputusan uji dinyatakan bahwa H0 diterima apabila harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel(α,n) (Sudarmanto, 2005) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 (Pramesti, 2011). Hasil uji normalitas untuk semua kelompok dalam populasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 disajikan pada Tabel 3.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 249).
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal Kelas X-1 n = 33 X-2 n = 31 X-3 n = 32 X-4 n = 34 X-5 n = 32 X-6 n = 34 X-7 n = 33
Kolmogorov-Smirnov Test Dhitung Sig. Dtabel(α;n) 0,190
0,185
0,231
0,173
0,313
0,238
0,191
0,194
0,234
0,146
0,466
0,227
0,161
0,378
0,234
0,129
0,622
0,227
0,140
0,539
0,231
Perbandingan Nilai D Sig. dengan α Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,190 ≤ 0,231 0,185 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,173 ≤ 0,238 0,313 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,191 ≤ 0,234 0,194 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,146 ≤ 0,227 0,466 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,161 ≤ 0,234 0,378 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,129 ≤ 0,227 0,622 > 0,050 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α 0,140 ≤ 0,231 0,539 > 0,050
Keputusan Uji H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Hasil pengolahan data sekunder menunjukan bahwa setiap kelompok dalam populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali memiliki harga koefisien Dhitung ≤ Dtabel(α,n) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga menunjukan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data sekunder yang berupa dokumen nilai ulangan semester pada kelompok-kelompok dalam populasi kemudian diuji dengan uji Levene’s (α = 0,050) menggunakan bantuan program SPSS 16 untuk mengetahui apakah populasi bersifat homogen atau tidak. bervariansi homogen.
H0 dirumuskan bahwa data populasi
H1 dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi
homogen. Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien Flevene’s (Fhitung) ≤ nilai kritis Ftabel(α,df1,df2) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005). Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 3.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 250).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Tabel 3.3 Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal Levene’s Test Ftabel Fhitung Sig.
Kelas
Perbandingan Nilai F
Sig. dengan α
Fhitung ≤ Ftabel 1,801 ≤ 2,139
Sig. > α 0,100 > 0,050
Keputusan Uji
(α;df1;df2)
X-1 sampai X-7
1,801
0,100
2,139
H0 diterima
Hasil dari uji Levene’s menunjukan harga koefisien FLevene’s (Fhitung) ≤ Ftabel(0,050;6;222) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga dapat diketahui bahwa kelompokkelompok dalam populasi memiliki varians yang tidak berbeda nyata sehingga populasi bersifat homogen (Pramesti, 2011). Uji anova bisa dilakukan karena data tiap kelompok dalam populasi telah memenuhi persyaratan yaitu data berdistribusi normal dan homogen. Uji anova dilakukan menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan H0 dirumuskan bahwa tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi dan H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi (Wijaya, 2009).
Hasil dari uji anova dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 251).
Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ANOVA Test Ftabel Fhitung Sig.
Kelas
Perbandingan Nilai F
Sig. dengan α
Fhitung ≥ Ftabel 7,528 ≥ 2,139
Sig. < α 0,000 < 0,050
Keputusan Uji
(α;df1;df2)
X-1 sampai X-7
7,528
0,000
2,139
H0 ditolak
Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien Fhitung ≤ nilai kritis Ftabel(α;df1;df2) atau apabila nilai Sig. < tingakt α yang ditetapkan yaitu 0,050, maka H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi, begitu pula sebaliknya (Hartono, 2010). Pengolahan data pada Tabel 3.4 tersebut menunjukan bahwa harga koefisien Fhitung ≥ Ftabel(0,050;6;222) dan nilai Sig. < 0,050, sehingga H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti bahwa ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi, oleh karena itu perlu commit to user dilakukan uji lanjut untuk mengetahui letak perbedaan nilai rata-rata antar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 kelompok tersebut.
Uji lanjut menggunakan metode Scheffe, karena asumsi
homogenitas telah terpenuhi dan ukuran sampel setiap kelompok tidak sama. Hasil uji Scheffe disajikan pada Tabel 3.5 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 251). Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester Gasal Kelas
N
X-6 X-7 X-4 X-5 X-1 X-2 X-3 Sig.
34 33 34 32 33 31 32
Mean sub-kelompok untuk α = 0,05 1 2 3 67,74 68,42 68,42 69,24 69.24 69,24 69,53 69,53 69,53 72,24 72,24 72,84 73,00 0,868 0,085 0,095
Hasil uji lanjut mentode Scheffe pada Tabel 3.5 tersebut menunjukkan adanya tiga kelompok yang memiliki nilai rata-rata berbeda. Kelompok satu memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok dua dan tiga. Kelompok dua memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok tiga, namun ketiga kelompok tersebut memiliki nilai sig. > 0,050, yang berarti nilai rata-rata homogen dalam sub-kelompok sehingga kelompok atau kelas yang diambil dapat digunakan apabila dalam sub-kelompok yang sama.
Sampel yang digunakan
untuk penelitian harus berada dalam sub-kelompok yang sama karena sampel dalam penelitian harus memiliki kemampuan awal yang seimbang atau sama. Berdasar hasil tersebut maka penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel, pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 2 kelas yaitu kelas X-2 sebagai kelompok kontrol dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 E. Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode tes dan metode non-tes.
Masing-masing metode tersebut
dijelaskan sebagai berikut: a. Metode Tes Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan dalam angka. Tes sebagai instrumen pengumpul data berupa serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Riduwan, 2004). Metode tes digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa.
Tes yang
dikembangkan dalam penelitian ini berupa soal uraian sebanyak 10 butir soal. b. Metode Non-Tes 1) Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang ada yang memiliki kaitan dengan objek penelitian (Riduwan, 2004).
Metode
dokumentasi pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sekunder berupa dokumen nilai hasil ulangan semester gasal siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012 pada mata pelajaran biologi. Nilai tersebut akan digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui keseimbangan kemampuan awal siswa berdasarkan
nilai hasil ulangan semester gasal mata pelajaran biologi pada populasi penelitian. 2) Metode Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan commitatau to user (Riduwan, 2004). Observasi pengamatan sebagai alat penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu proses pembelajaran. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (Sudjana, 2010). Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan metode Socratic Circles disertai media gambar yang diterapkan di kelompok eksperimen yang diawasi oleh observer serta keterlaksanaan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi pada kelompok kontrol. Objek pengamatan mencakup seluruh proses kegiatan belajar mengajar di kelas meliputi aktivitas guru dan peserta didik serta kondisi kelas selama proses pembelajaran.
Metode observasi juga
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor dan afektif, namun data ini hanya digunakan sebagai data pelengkap proses belajar mengajar yang meliputi ranah psikomotor dan afektif.
Penilaian
dilakukan oleh observer dengan melakukan checklist (√) pada lembar observasi. Skala yang digunakan pada lembar observasi adalah numerical rating scale dengan skala 1 sampai dengan 4 (Sugiyono, 2011). 2. Teknik Penyusunan Instrumen Menurut Ong and Borich (2006) pengukuran kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes berupa soal uraian. Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini diukur melalui tes berupa soal uraian. Langkah pertama untuk menyusunan soal tes kemampuan berpikir kreatif ini adalah memilih materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah menyusun indikator dan tujuan pembelajaran, agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah membuat kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif yang dilengkapi dengan komponen-komponen Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator pada mata pelajaran Biologi dengan materi pelajaran commit perubahan to user pengaruh aktivitas manusia terhadap dan pencemaran lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Langkah keempat adalah menyusun soal tes kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Soal-soal yang disusun mencakup empat aspek dalam kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009) yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinal (originality) dan kemampuan berpikir terperinci atau mengelaborasi (elaboration). Langkah selanjutnya yaitu menyusun item soal tes kemampuan berpikir kreatif.
Instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif ini diuji kesahihan itemnya melalui uji validitas dan reliabilitas. Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif.
Hasil dari uji coba tersebut kemudian dianalisis butir soalnya
mencakup uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang sudah melaui uji validitas dan reliabilitas, serta sudah dinyatakan valid dan reliabel siap digunakan sebagai soal postes (soal tes kemampuan berpikir kreatif).
F. Validasi Instrumen Penelitian Penilaian kemampuan berpikir kreatif menggunakan metode tes bentuk soal uraian. Instrumen yang akan dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk soal uraian.
Instrumen yang akan
digunakan untuk mengambil data harus diuji cobakan terlebih dahulu pada sampel dari mana populasi diambil (Sugiyono, 2011).
Instrumen penelitian pada
umumnya perlu mempunyai dua syarat penting, yaitu valid dan reliabel (Darmadi, 2011). Instrumen tes diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji sebagai berikut: 1. Uji Validitas Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Darmadi, 2011; Widoyoko, 2012). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk pada suatu keadaan bahwa instrumen disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang commit to2010). user Pengujian validitas isi untuk dievaluasi (Darmadi, 2011; Arikunto,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 instrumen berbentuk soal uraian pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrumen yang telah disusun sesuai kurikulum (materi dan
tujuannya) agar memenuhi validitas isi, pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memenuhi atau tidak sebagai sampel tes (Darmadi, 2011; Sudjana, 2010). Hal tersebut dilakukan agar soal tes yang digunakan dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran. Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct (Darmadi, 2011).
Validitas konstruk sebuah instrumen menunjuk pada suatu kondisi
dimana instrumen disusun berdasarkan konstruk atau aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi (Arikunto, 2010). Pengujian validitas konstruk instrumen test pada penelitian ini menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts).
Para ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah
disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur (Sugiyono, 2011). Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Uji coba (try out) dilakukan pada
sampel dari populasi penelitian. Sugiono (2011) menyatakan bahwa jumlah anggota sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen setidaknya sekitar 30 orang. Uji coba instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur validitas instrumen yang berbentuk soal tes kemampuan berpikir kreatif. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Product Moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010). rxy =
N XY X Y {N X 2 X }{ N Y 2 Y } 2
2
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i Y : skor total (dari subyek try out) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Nilai rxy kemudian digunakan dalam perhitungan pada uji-t. Uji-t digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi (Muhidin dan Abdurahman, 2009). Uji-t dilakukan dengan rumus (Riduwan, 2004; Widoyoko, 2012) yaitu: thitung =
rXY N 2 1 rXY
2
Keterangan : t : nilai t menurut perhitungan uji t rxy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf signifikansi (α) = 0,050 dan derajad kebebasannya (dk = N-2). Perbandingan tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu apabila harga koefisien thitung < nilai kritis ttabel maka item soal tidak valid, sedangkan apabila harga koefisien thitung > nilai kritis ttabel maka item soal dapat dinyatakan sebagai soal yang valid. Pengujian validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif ini dibantu dengan program SPSS 16 dan program Microsoft Office Excel 2007.
Hasil uji
validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif secara ringkas disajikan pada Tabel 3.6, perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 223) dan rekapitulasi uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 235).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Tabel 3.6 Rekapitulasi
Uji
Validitas
Hasil
Uji
Coba
Soal
Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif Butir Soal
Validitas (t hitung)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2,713 6,091 0,281 6,286 1,068 1,699 3,462 5,065 0,884 1,78 2,223 3,622 4,297 1,01 3,08 2,456 6,184 3,324 4,049 7,042
t tabel (α:df)
Keterangan
2,040
Valid Valid Invalid Valid Invalid Invalid Valid Valid Invalid Invalid Valid Valid Valid Invalid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari validitasi hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa dari 20 butir soal yang telah diuji cobakan terdapat 14 butir soal yang valid 6 butir soal yang invalid. Dari 16 butir soal yang valid kemudian diambil 10 butir soal yang memenuhi semua indikator dan aspek kemampuan berpikir kreatif, 10 butir soal inilah yang dijadikan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif No 1 2 3 4
Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Fluency (kemampuan berpikir lancar) Flexibility (kemampuan berpikir luwes) Originality (kemampuan berpikir orisinil) Elaboration (kemampuan berpikir merinci) Jumlah
Jumlah Soal 3 3 2 2 10
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian merupakan ketetapan atau keajegan suatu alat dalam menilai apa yang dinilainya. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabilitas alat yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur bila kapanpun dan bilamanapun akan memberikan hasil yang relatif sama (Darmadi, 2011; Sudjana, 2010).
Pengujian reliabilitas ini menggunakan
metode reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari hasil satu kali uji coba instrumen. Analisis uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach. Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach menurut Sugiyono (2011): 2 k Si r11 1 2 St k 1
Keterangan: r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan k 2 = Banyaknya butir soal atau item pertanyaan 2S i = Jumlah varians skor setiap item St = Varians total Hasil perhitungan r11 selanjutnya dibandingkan dengan rtabel, apabila nilai r11 < rtabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dikatakan tidak reliabel, dan sebaliknya apabila nilai r11 > rtabel maka butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dinyatakan reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai acuan tingkat reliabilitas instrumen menurut Riduwan (2004) dapat dilihat pada Tabel 3.8. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Tabel 3.8 Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item No 1 2 3 4 5
Skala r11 Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Antara 0,00 sampai dengan 0,199
Keterangan Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR)
Pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 16. Hasil uji reliabilitas dari uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.9 dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 223). Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Instrumen Penelitian
Jumlah Item
Keputusan Uji Reliabilitas
Kriteria Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
20
0,806
Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa reliabilitas hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan rumus Alpha diperoleh r11 = 0,806 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi.
Berdasarkan hasil uji
reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian tes kemampuan berpikir kreatif bersifat reliabel atau memiliki ketetapan yang sangat tinggi untuk digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 G. Analisis Data 1. Uji Prasyarat Pengujian hipotesis komparatif dua sampel atau lebih menggunakan teknik statistik parametris dan nonparametris bergantung pada macam data. Syarat untuk statistik parametris salah satunya adalah berdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut maka sebelum menguji hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat untuk menentukan statistik uji hipotesis yang akan kita gunakan. Umumnya uji prasyarat yang digunakan untuk uji komparasi dua sampel adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak (Budiyono, 2009). Uji normalitas data posttest atau hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnos dengan taraf signifikansi (α = 0,050), perhitungan uji normalitas dibantu dengan program SPSS 16.
H0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, sedangkan H1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Keputusan uji dari uji
Kolmogorov-Smirnov ini adalah apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel, maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal (Budiono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009). b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan variansi antar kelompok yang diuji (Budiyono, 2009).
Uji
homogenitas data posttest atau hasil tes kemampuan berpikir kreatif menggunakan uji Levene’s dengan taraf signifikansi (α = 0,050), perhitungan uji homogenitas dibantu dengan program SPSS 16.
H0
dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen, sedangkan H1 commit tidak to user dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen. Keputusan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 untuk uji homogenitas ini adalah apabila harga koefisien FLevene’s (Fhitung) ≤ nilai kritis Ftabel(α,df1,df2) atau apabila niali Sig. > tingkat α yang ditetapkan (0,050) maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa data homogen (Pramesti, 2011; Muhidin dan Abdurahman, 2009). 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis penelitian ini adalah uji generalisasi perbandingan nilai rata-rata data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak (Sugiyono, 2011). Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini dirumuskan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Statistik uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dua sampel yang independen pada tingkat signifikasi (α) = 0,050, perhitungan uji hipotesis ini dibantu dengan program SPSS 16. Uji hipotesis ini adalah uji generalisasi ratarata data dua sampel yang tidak berkorelasi berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel yang independen atau perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random atau acak (Sugiyono, 2011).
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan
hipotesis adalah H0 ditolak apabila signifikansi probabilitas (Sig.) < tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila nilai thitung > ttabel(α;df). Hal tersebut berlaku pula sebaliknya yaitu jika signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila nilai thitung < ttabel(α;df), maka H0 diterima (Budiono, 2009; Pramesti, 2011). Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis komparatif dua sampel yang independen dengan menggunakan uji-t (t-test). Langkah-langkah untuk menguji hipotesis komparatif dengan dua sampel yang user berikut: independen menurut Budiyonocommit (2009) to sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 a. Menentukan t hitung Uji-t untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen menurut (Sugiono, 2011) dapat menggunakan rumus sebagai berikut: t= (
)
(
)
Keterangan: t : t hitung t ( + − 2) : mean dari sampel kelompok eksperimen : mean dari sampel kelompok kontrol : ukuran sampel kelompok eksperimen : ukuran sampel kelompok kontrol s : simpangan baku b. Daerah kritis DK =
<−
/
>
/
c. Keputusan uji Ho ditolak jika t ∈ DK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 H. Prosedur Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dari tahap penelitian pendahuluan (observasi dan try out), revisi instrumen, penelitian sebenarnya sampai pada tahap penulisan laporan secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 3.3. Menentukan masalah penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Pembuatan instrumen penelitian
Judgment (Validasi ahli) dan uji coba instrumen
Revisi
Penentuan kelompok kontrol dan eksperimen (cluster random sampling)
Pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar pada kelompok eksperimen
Pembelajaran dengan metode ceramah-diskusipresentasi pada kelompok kontrol
Pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif (posttest)
Pengolahan data
Penarikan kesimpulan
Penyusunan laporan commit to user Gambar 3.3 Prosedur Penelitian
Instrumen baru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Berdasarkan pada Gambar 3.3 dapat diketahui secara lebih jelas bagaimana prosedur penelitian ini dilaksanakan. Tahap awal sebelum menyusun proposal penelitian terlebih dahulu harus menentukan masalah yang akan diteliti, setelah itu baru menyusun proposal penelitian kemudian dilanjutkan dengan pembuatan instrumen penelitian. Tahap pembuatan instrumen penelitian inilah dilakukan
penyusunan
perangkat
pembelajaran
seperti
silabus,
rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Socratic Circles serta media gambar sebagai media ajarnya.
Tahap ini peneliti mempersiapkan
instrumen untuk mengumpulkan data berupa soal tes kemampuan berpikir kreatif. Soal tes kemampuan berpikir kreatif selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya dengan mengkonsultasikannya kepada para ahli (judgment expert), setelah itu soal tes diuji cobakan. Hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif akan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas butir soal dan reliabilitasnya. Hasil dari perhitungan tersebut dijadikan acuan dalam melakukan revisi untuk membuat instrumen yang baru. Instrumen yang sudah melalui tahap uji validitas, uji reliabilitas dan revisi inilah yang akan digunakan dalam proses pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif. Cluster random sampling dilakukan untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah tahap validasi dan uji coba instrumen selesai. Hasil cluster random sampling didapatkan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen. Tahap berikutnya adalah pemberian treatment atau perlakuan pada subjek penelitian.
Perlakuan tersebut berupa
kegiatan belajar mengajar di kelompok eksperimen (kelas X-3) dengan penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar. Kelompok kontrol (kelas X-2) dengan penerapan metode caramah disertai diskusi dan presentasi.
Proses
kegiatan belajar mengajar guru dibantu oleh observer untuk mengetahui keterlaksanaan metode Socratic Circles serta aspek psikomotor dan afektif peserta didik. Posttest untuk mendapatkan data tes kemampuan berpikir kreatif dari masing-masing kelompok setelah tahap perlakuan selesai kemudian diadakan. commit to user Hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui pencapaian kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Proses analisis data ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Berdasarkan pada hasil analisis dapat diketahui perbandingan kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Penarikan kesimpulan dilajutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian setelah proses analisis selesai dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode Socratic Circles disertai media gambar diterapkan pada kelompok eksperimen yaitu kelas X-3, untuk kelompok kontrol yaitu kelas X-2 diterapkan metode ceramah yang disertai diskusi dan presentasi. Penetapan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol secara cluster random sampling setelah dilakukan uji keseimbangan pada seluruh populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif dari kedua kelompok yang diperlakukan dengan metode yang berbeda tersebut kemudian dibandingkan sehingga diketahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Data penelitian berupa nilai postes siswa yang diambil setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Materi yang digunakan adalah pengaruh aktivitas
manusia terhadap perubahan dan pecemaran lingkungan pada Kompetensi Dasar 4.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Dua nilai postes dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dianalisis secara statistik menggunakan uji-t.
Uji normalitas berupa uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas yang berupa uji Levene’s diperlukan sebagai prasyarat uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai kelompok kontrol dengan nilai kelompok eksperimen (Hartono, 2010). Perbandingan hasil thitung dengan nilai ttabel(α,df) serta nilai sig. dengan nilai α menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal uraian yang selanjutnya akan diuji dengan uji-t. Data commit yaitu to user penelitian diperoleh dari dua kelompok, kelompok kontrol dan eksperimen. 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Kelompok kontrol terdiri dari 31 siswa dan kelompok eksperimen terdiri dari 32 siswa.
Hasil penelitian berupa deskripsi data, pengujian persyaratan analisis,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data disajikan sebagai berikut:
A. Deskripsi Data Data kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi didapatkan dari hasil tes menggunakan soal uraian setelah proses pembelajaran (posttest). Soal tes terdiri dari 10 butir soal yang mencakup 4 aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pembelajaran pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat di Lampiran 2 (halaman 228) dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Interval Nilai 69,5 – 72,5 73,5 – 76,5 77,5 – 80,5 81,5 – 84,5 85,5 – 88,5 89,5 – 92,5 93,5 – 96,5 ∑ Mean Median Variance Standard Deviation Maximum Minimum Range
Frekuensi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen 2 0 3 0 7 6 7 3 9 7 3 15 0 1 31 32 81,855 87,344 82,5 88,75 28,32 25,378 5,322 5,038 90 95 70 77,5 20 17,5
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat histogram perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan to 4.1. user kelompok eksperimen seperti padacommit Gambar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
16
15
14
Frekuensi
12 10
9
8
7
6
7
7
Kontrol Eksperimen
6 4
3
3
3
2 2
1 0
0
0
0 69,5 – 72,5 73,5 – 76,5 77,5 – 80,5 81,5 – 84,5 85,5 – 88,5 89,5 – 92,5 93,5 – 96,5
Interval Nilai
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 memperlihatkan besarnya frekuensi setiap interval nilai pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Frekuensi
terbesar kelompok kontrol terletak pada interval nilai 85,5 sampai 88,5 dengan angka frekuensi 9. Frekuensi terbesar kelompok eksperimen terletak pada interval nilai 89,5 sampai 92,5 dengan angka frekuensi 15. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Rata-rata kelompok eksperimen adalah 87,344 sedangkan kelompok kontrol 81,855. Tabel 4.1 juga menunjukan bahwa variansi dan standar deviasi kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol, keadaan ini menunjukan bahwa tingkat keragaman atau variabilitas nilai pada kelompok eksperimen lebih kecil atau lebih homogen daripada kelompok kontrol (Sudijono, 2006). Variansi kelompok eksperimen adalah 25,378 dan variansi kelompok kontrol adalah 28,32. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah 5,038 dan standar deviasi kelompok commit to user kontrol yaitu 5,322. Nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Median atau nilai tengah pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berdasar hasil tersebut maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen secara deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat pula dibuat histogram perbandingan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan
Rata-rata Nilai Kemampuan Berpiki Kreatif
eksperimen seperti ditunjukan pada Gambar 4.2.
100
81,855
87,344
80 60 40 20 0 Kontrol
Eksperimen
Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen yang menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar lebih tinggi yaitu 87,344 dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi yaitu 81,855. Perbandingan rata-rata nilai untuk setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Setiap Aspek
62
4 3,5
3,698 3,495
3,531 3,376
3,226
3,375
3,250 2,839
3 2,5 2
Kontrol
1,5
Eksperimen
1 0,5 0 Fluency
Flexibility
Originality
Elaboration
Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif setiap Aspek Gambar 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif siswa untuk setiap aspek pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen pada aspek fluency sebesar 3,698, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 3,495. Nilai aspek flexibility pada kelompok eksperimen yaitu 3,531 yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 3,376.
Nilai aspek originality
kelompok eksperimen 3,375 sedangkan pada kelompok kontrol 3,226.
Pada
aspek elaboration nilai kelompok eksperimen mencapai 3,250 dan kelompok kontrol hanya mencapai nilai 2,839. Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif tertinggi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terletak pada aspek fluency, sedangkan terendah pada aspek elaboration. Berdasarkan selisih rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk setiap aspeknya urutan dari selisih terbesar ke yang terkecil adalah elaboration sebesar 0,311, fluency sebesar 0,203, flexibility sebesar 0,155 yang terakhir originality sebesar 0,149. Berdasarkan Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 menunjukan bahwa penerapan metode Socratic Circles commit to kreatif user siswa. mampu meningkatkan kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 B. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian asumsi sebagai prasyarat analisis perbedaan dua perlakuan dengan uji-t (t-test) perlu dilakukan uji prasyarat secara statistik. Analisis uji-t memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Salah satu syarat uji-t adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
H0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan H1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,050 dan peritungan dibantu dengan program SPSS 16.
Keputusan uji normalitas, apabila nilai Sig. dari uji
normalitas lebih besar dari nilai tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 (Sig. > 0,050) atau apabila nilai harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel(α,n) maka H0 diterima, sehingga dapat
dikatakan bahwa data terdistribusi normal
(Sudarmanto, 2005; Budiyono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009). Rangkuman hasil uji normalitas data kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 236).
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Kontrol n = 31 Eksperimen n = 32
Kolmogorov-Smirnov Test Dhitung Sig. Dtabel (α;n) 0,161
0,397
0,238
0,201
0,151
0,234
Perbandingan Keputusan Uji Nilai D Sig. dengan α Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α H diterima 0,161 ≤ 0,238 0,397 > 0,050 0 Dhitung ≤ Dtabel Sig. > α H diterima 0,201 ≤ 0,234 0,151 > 0,050 0
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu commit to user 0,050 dan harga koefisian Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel pada kelompok kontrol dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 ekperimen, sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua data pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Syarat lain dari uji-t adalah data yang digunakan adalah data bervariansi homogen.
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah variansi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen homogen atau tidak.
Homogen berarti bahwa data antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen.
H0
dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen dan H1 dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi homogen. Uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif dilakukan menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,050 dan perhitungan dibantu dengan program SPSS 16.
Kriteria keputusan uji
homogenitas apabila nilai Sig. dari uji homogenitas lebih besar dari tingkat α yang ditetapkan (Sig. > α) dan harga koefisien Fhitung (Flevene’s) ≤ nilai kritis Ftabel(α,df1,df2) maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data homogen (Sudarmanto, 2005; Muhidin dan Abdurahman, 2009; Pramesti, 2011). Rangkuman hasil uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 237).
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok
Levene’s Test Ftabel Fhitung Sig.
Perbandingan Nilai F
Sig. dengan α
Fhitung ≤ Ftabel 0,090 ≤ 3,998
Sig. > α 0,765 > 0,050
Keputusan Uji
(α;df1;df2)
Kontrol dan Eksperimen df1 = 1 df2 = 61
0,090 0,765
3,998
H0 diterima
Pengolahan data pada Tabel 4.3 tersebut menunjukan bahwa nilai Sig.> α dan harga koefisien FLevene’s ≤ Ftabel(0,050;1;61), maka dapat diambil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 keputusan bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data berasal dari populasi yang variansinya homogen. Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa telah terpenuhi yaitu data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan bervariansi homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian secara parametrik melalui uji-t dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada penilitian telah dinyatakan normal dan homogen pada hasil uji prasyarat, sehingga prasyarat untuk melakukan uji-t telah terpenuhi. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah H0 ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas (Sig.) < tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila thitung > ttabel(α;df). Hal ini berlaku pula sebaliknya yaitu H0 diterima apabila signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau thitung < ttabel(α;df) (Budiyono, 2009; Pramesti, 2011). Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini dirumuskan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Perbedaan yang ditunjukan dari hasil penerapan antara metode Socratic Circles pada kelompok eksperimen dengan metode ceramah, diskusi dan presentasi pada kelompok kontrol dianggap sebagai sebuah pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Kemampuan berpikir kreatif tersebut meliputi empat aspek yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Hasil analisis pengaruh commit to user penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 berpikir kreatif siswa dengan uji-t menggunakan bantuan program SPSS 16 secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 238).
Tabel 4.4 Uji-t Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa t-test Variabel
thitung
Sig.
Perbandingan ttabel
Nilai t
Sig. dengan α
thitung > ttabel 4,205 > 1,999
Sig. < α 0,000 < 0,050
Keputusan Uji
(α;df)
Kemampuan Berpikir Kreatif df = n1+n2-2 df = 31+32-2
4,205 0,000 1,999
H0 ditolak
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan harga koefisien thitung kemampuan berpikir kreatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis ttabel(0,050;61) yaitu 4,205 > 1,999. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa H0 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa penerapan metode Socratic Circles berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 D. Pembahasan Hasil Analisis Data Hasil analisis data dengan uji-t pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hipotesis untuk pengujian pengaruh metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dinyatakan dengan H0 yaitu tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Berdasarkan keputusan uji H0 ditolak, maka H1 diterima yang berarti ada perbedaan nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil uji ditunjukkan dari nilai sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan dari nilai harga koefisien thitung > nilai kritis ttabel(α;df) yaitu 4,205 > 1,999. Hal tersebut juga didukung dari nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada kelompok eksperimen 87,344 yang lebih besar daripada kelompok kontrol 81,855 dengan selisih sebesar 5,489. Rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif siswa yang diperoleh kelompok eksperimen dengan penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah disertai diskusi dan presentasi. Hal ini karena siswa pada pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar diberi kesempatan lebih banyak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Siswa menjadi mampu menyelesaikan masalah maupun mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan permasalahan baru yang mungkin bisa ditimbulkan dari permasalahan yang sudah ada. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan akan lebih banyak gagasan to user baru atau pengembangan gagasan commit yang sudah ada sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa bisa disebabkan karena dalam
proses
pembelajaran
siswa
kurang
diberi
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka.
kesempatan
untuk
Kemampuan berpikir
kreatif siswa bisa dikembangkan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai macam pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan sejumlah jawaban dalam proses pembelajaran. Perlakuan tersebut akan mendorong siswa untuk menghasilkan banyak gagasan mengenai suatu masalah dan lancar mengungkapkan gagasannya. Memberikan keleluasaan siswa untuk memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah baik dengan mengungkapkan gagasan baru maupun dengan cara memperkaya gagasan orang lain. Metode Socratic Circles dominan dengan penggunaan pertanyaan dalam proses pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan itulah akan membantu siswa untuk menemukan dan membangun konsep pengetahuannya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Proses tanya-jawab dalam metode Socratic Circles dapat
memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen. Proses penyelidikan bersama (diskusi) ini akan membantu siswa mengembangkan kebiasaan berpikir kritis dan analisis yang mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir siswa. Noviasari (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan metode Socrates (Socratic Method) berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Perterson (2009b) menyatakan bahwa metode Socratic memungkinkan peserta didik mengambil keputusan secara kritis dan menganalisis fakta-fakta yang terkait dengan situasi. Peterson (2009a) mengungkapkan bahwa metode Socratic dapat menjadi sarana yang efektif dalam memupuk kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mempunyai hubungan yang erat. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Hasil penelitian Ismaimuza (2010) menunjukkan commit to usersiswa dapat ditingkatkan dengan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 strategi pembelajaran yang sama yaitu dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif.
Ambarwati (2011) menambahkan
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa diperoleh dari pembelajaran dengan Langsung-Tak Langsung.
Budiman (2011) menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif yang cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D.
Hidayat (2011), hasil penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat asosiasi yang signifikan antara kualifikasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dan asosiasinya termasuk kategori cukup kuat. Zimmerman (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat ditingkatkan pada kegiatan pembelajaran yang sama. Socratic Circles merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (Copeland, 2005). Metode Socratic Circles melibatkan siswa secara aktif untuk memahami konsep pada materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, dan terbukti mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kemampuan berpikir kreatif mempunyai
beberapa aspek, yaitu: fluency (kemampuan berpikir lancar), flexibility (kemampuan berpikir luwes), originality (kemampuan berpikir orisinal) dan elaboration (kemampuan berpikir terperinci) (Munandar, 2009).
Tahapan
pelaksanaan pembelajaran metode Socratic Circles menurut Copeland (2005) dan Frankenfield (2009) yaitu menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, kemudian membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan
bersama.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok
selanjutnya menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan. pengulangan
dari
tahap
penyelidikan,
Tahap selanjutnya adalah
menganalisis
dan
mengevaluasi.
Pengulangan tahap penyelidikan bersama, menganalisis dan mengevaluasi ini (diskusi-feedback) dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau sesuai materi pokok bahasan. Copeland (2005), Seitz (2005), Frankenfield (2009) dan Kenner (2009) commitCircles to user dapat mendorong siswa berpikir menyatakan bahwa penerapan Socratic
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 divergen. Berpikir divergen merupakan salah satu penerjemahan berpikir kreatif (Arnyana, 2006). Proses pembelajaran menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar yang diterapkan pada kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen. Awal pembelajaran dimulai dengan mengorientasi siswa pada masalah dengan menggunakan objek nyata berupa penggunaan sampel air tercemar, air tidak tercemar, zat kimia sebagai polutan dan ikan air tawar. Penggunaan sampel tersebut dalam pengorientasian siswa terhadap masalah bertujuan untuk memberikan gambaran permasalahan yang nyata atau dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Redhana, dkk (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran
Socratic dimulai dengan masalah, dan mampu mengembangkan ide-ide siswa serta efektif untuk membimbing siswa mengembangkan pemahaman konsep. Sari dan Nasikh (2009) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, ketrampilan menemukan dan memecahkan masalah. Media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran Socratic Circles selain bertujuan untuk menarik perhatian dan membangkitkan semangat siswa juga berfungsi untuk memudahkan komunikasi yang sulit dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi, sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Media gambar akan membantu siswa untuk melihat secara nyata keadaan atau masalah yang sebenarnya terjadi tanpa harus pergi ke tempat permasalahan yang dimaksud. Hal ini sangat penting karena masalah-masalah yang diorientasikan di awal pembelajaran merupakan starting point atau titik awal bagi siswa untuk membangun proses pengetahuan dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Sumalee, et al (2012) bahwa media-media yang digunakan dalam pembelajaran baik berupa teks, visual, audio, animasi, maupun video merupakan suatu bentuk pengaksesan informasi yang dapat dihubungkan dengan sumber-sumber pengetahuan.
Media dapat mendukung siswa dalam
proses membangun pengetahuan karena informasi-informasi yang ada dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 media dapat membantu siswa.
Membantu siswa untuk mengkonstruksi atau
mengelaborasi pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Kegiatan guru pada tahap pertama yaitu menayangkan gambar tentang berbagai macam aktivitas manusia terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan. Tahap selanjutnya yaitu mengajukan pertanyaan awal.
Guru mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang sudah ditayangkan. Guru memberikan pertanyaan awal untuk memancing siswa berpikir. Pertanyaan yang diajukan oleh guru bersifat open-ended atau terbuka, dimana pertanyaan tersebut memiliki beberapa jawaban dan tidak mempunyai jawaban benar yang mutlak. Rustaman, dkk (2005) menyatakan bahwa pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa akan mendorong siswa melatih kemampuaan berpikir sehingga mampu menemukan konsep terutama pada materi pencemaran lingkungan. Hmelo-Silver and Barrows (2006) menyatakan bahwa guru menggunakan pertanyaan untuk membimbing siswa berpikir dan penggunaan pertanyaan open-ended dapat melibatkan semua siswa untuk berpikir. Tahap pengorientasian siswa pada masalah ini akan mengakomodasi siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide dan kegiatan ini akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility). Aspek fluency merupakan kemampuan siswa untuk mengemukakan beberapa gagasan atau ide dengan lancar yang ditandai dengan perilaku siswa yang mampu mengajukan berbagai macam pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban bila ada pertanyaan.
Aspek flexibility
kerupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang bervariasi yang ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai macam penafsiran suatu gambar atau masalah. Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Aktivitas guru pada tahap ini adalah membantu siswa mengatur tugas-tugas belajar. Tugas belajar tersebut meliputi menganalisa teks dan membuat catatan pada teks serta mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi. Taylor (Mulyasa, 2004) menyatakan bahwa cara-cara yang dapat dilakukan dalam user menciptakan kreativitas anak menciptakan lingkungan belajarcommit yang todapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 diantaranya menyediakan sumber untuk menyusun gagasan-gagasan dan mendorong kebiasaan untuk menyusun implikasi ide-ide. Tahap ini dilakukan untuk mempersiapkan pemahaman siswa tentang materi sebelum memperdalam dan memperluas pemahaman tersebut dalam diskusi kelompok.
Yeo (2008)
menyatakan bahwa bekerja mandiri mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide dan menganalisis masalah.
Berpikir bersama akan
meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dan berpikir analitis. Tahap ketiga adalah pembentukan kelompok.
Pada tahap ini guru
membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama. Tahap keempat yaitu proses penyelidikan mandiri dalam kelompok. Proses penyelidikan dilakukan dalam bentuk dialog seminar atau diskusi kelompok lingkaran dalam (inner circles).
Proses penyelidikan mandiri dan bersama inilah yang
memberikan banyak peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka.
Bereiter (Chin and Chia, 2004) menyatakan bahwa
belajar dalam kelompok yang berkolaborasi akan menjadikan siswa merasa terlibat
untuk
mengkonstruk
konsep
(pengetahuan).
Fadllan
(2010)
menambahkan bahwa kontribusi setiap anggota kelompok dalam kegiatan penyelidikan dapat memperkaya informasi melalui bahan ajar yang tersedia. Menurut Rustaman, dkk (2005) kelebihan metode diskusi antara lain merangsang keberanian dan kreativitas siswa bertukar pikiran dengan teman. Kelebihan yang lain yaitu menerima dan menghargai pendapat orang lain. Kegiatan diskusi akan melatih siswa belajar bertangung jawab terhadap hasil pemikiran bersama. Socratic Circles memberikan ruang bagi siswa untuk berkolaborasi dalam menyelidiki permasalahan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan secara bersama-sama. Pengorganisasian ini dapat diwujudkan dalam kelompok-kelompok belajar dan patner kerja. Kelompok tersebut terjadi interaksi antar anggota kelompok seperti saling bertukar pendapat, saling berbagi pengetahuan dan menyumbangkan gagasan atau ide untuk menyelesaikan masalah. Widowati (2008) menyebutkan bahwa berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkaran belajar yang secara langsung to user terbuka dan fleksibel tanpa ada memberikan peluang bagi siswa commit untuk berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 rasa takut atau malu.
Siswa dapat memberikan jawaban yang bervariatif.
Jawaban yang dikemukakan oleh siswa tidak hanya terkait dengan konsep mengenai pencemaran lingkungan akan tetapi siswa mampu memberikan jawaban bersifat normatif. Kelompok yang terbentuk membahas permasalahan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran serta upaya melestarikan lingkungan. Guru sebagai fasilitator dapat memancing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memacu anggota kelompok untuk
mengeluarkan gagasan. Gagasan yang dikemukakan anggota satu dapat berbeda dengan anggota yang lainnya karena setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap penyelesaian masalah pencemaran lingkungan. Tahap kelima yaitu feedback atau menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan bersama. Feedback dilaksanakan oleh setiap siswa bersama patner kerja mereka. Kegiatan ini siswa akan tahu kelebihan dan kekurangan mereka saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa bisa melakukan proses perbaikan untuk proses penyelidikan (diskusi) selanjutnya. Kegiatan guru pada tahap ini hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk melakukan refleksi atas proses penyelidikan yang dilakukan. Tahap keenam dan ketujuh merupakan pengulangan dari tahap keempat dan kelima. Pengulangan tahap ini menjadikan pembelajaran Socratic Circles dominan dengan proses penyelidikan bersama berupa diskusi (tanya-jawab), menganalisis dan mengevaluasi (feedback). Novianti (2011) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, guru di kelas harus menemukan cara untuk menyatukan kesempatan-kesempatan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir. Proses penyelidikan bersama pada pembelajaran Socratic Circles yang dilakukan kelompok lingkaran dalam (inner circles) untuk memecahkan satu topik masalah pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan. Penyelidikan bersama merupakan kegiatan siswa dalam membangun konsep pengetahuan sendiri (konstruktivisme). Penyelidikan yang dilakukan siswa bertujuan agar siswa sepenuhnya memahami dimensidimensi dari situasi permasalahan yang dihadapi. Proses penyelidikan bersama commit to user yang mendapatkan sanggahan (tanya-jawab) akan banyak pernyataan-pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 atau pernyataan yang tidak sependapat. Keadaan tersebut akan mendorong siswa untuk berpikir lebih kreatif dalam menemukan solusi-solusi permasalahan yang lebih masuk akal dan lebih mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Derri and Pachta (2007) menambahkan bahwa penggunaan pertanyaan dapat membantu siswa mengoptimalkan proses berpikirnya, tetapi dengan pertanyaan yang berbeda-beda.
Tahap ini para peserta seminar akan mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan menyarankan solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Fauziah (2011) menyatakan bahwa aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru adalah kelancaran melalui metode tanya-jawab. Aktivitas penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback yang dilakukan oleh setiap anggota dalam kelompok diskusi dapat mengembangkan kemampuan berpikir lancar (fluency) dan kemampuan berpikir luwes (flexibility). Keduanya merupakan aspek dari berpikir kreatif. Munandar (2009) mengungkapkan bahwa dalam sumbang saran atau brainstorming yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Pencetusan banyak gagasan oleh anggota kelompok dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator yang dalam hal ini adalah guru dapat meningkatkan aspek kelancaran dan kelenturan siswa dan sebagaimana diketahui dua aspek tersebut merupakan aspek dari berpikir kreatif.
Shively (2011) menyatakan
bahwa kegiatan brainstorming yang dilakukan baik dalam lingkup kelas maupun kelompok dapat membangun kelancaran mengungkapkan banyak gagasan (fluency) dan kemampuan melihat topik dari sudut pandang yang berbeda (flexibility). Savery (2006) juga menambahkan bahwa pendefinisian permasalahan hingga penemuan alternatif solusi dengan kerja kelompok dapat memunculkan kemampuan-kemampuan yang sangat penting dimana salah satunya adalah kreativitas. Gagasan-gagasan yang diungkapkan setiap individu saat proses penyelidikan bersama merupakan gagasan mereka sendiri, sehingga gagasan tersebut merupakan ide setiap individu yang berbeda dengan peserta seminar yang lain.
Hal ini mencerminkan kemampuan berpikir orisinal (originality) siswa commit to user berkembang melalui pengungkapan gagasan-gagasan lewat kegiatan tanya-jawab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 dalam seminar. Kebaruan tidak mutlak pada sesuatu yang harus benar-benar baru yang sebelumnya belum pernah ada melainkan dapat berbeda dari yang lain ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada. Munandar (2009) menyatakan bahwa siswa yang berpikir orisinal ialah siswa yang dapat memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang pada tingkat pengetahuan yang sama atau seusianya. Vigotsky (Ibrahim, 2004) mengemukakan bahwa interaksi sosial dengan teman lain membantu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual seseorang. Vigotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan tanya-jawab dalam seminar Socratic juga dapat meningkatkan kemampuan mengelaborasi (elaboration). Aspek elaboration merupakan salah satu aspek dari kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan merinci (elaboration) merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan melakukan langkahlangkah terperinci atau mampu menjelaskan lebih rinci gagasan-gagasan yang sudah disampaikan. Pernyataan yang diungkapkan oleh peserta seminar untuk menyelesaikan masalah tidak akan diterima begitu saja oleh peserta seminar yang lain. Peserta seminar yang memberikan pernyataan untuk menyelesaikan suatu masalah perlu menerangkan secara rinci langkah-langkah apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan apa langkah atau solusi alternatif apabila langkah tersebut gagal.
Langkah-langkah kerja untuk
menyelesaikan masalah harus jelas dan ada langkah alternatif, sehingga kemampuan merinci sebagai bagian dari aspek berpikir kreatif meningkat. Bybee, et al (2006) menyatakan bahwa fase elaborasi menekankan aplikasi dan transfer ide-ide untuk mengembangkan pemahaman siswa. Proses pembelajaran pada kelas X-2 sebagai kelompok kontrol menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi.
Pertemuan
pertama guru menyampaikan konsep materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan dengan ceramah.
Membimbing siswa
untuk membentuk kelompok dan memulai kegiatan diskusi dilanjutkan presentasi. commit to user Pertemuan kedua siswa melakukan kegiatan diskusi kembali dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 presentasi. Kegiatan pembelajaran seperti itu kurang merangsang siswa untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir mereka khususnya dalam hal memecahkan suatu permasalahan dan kurang mampu memperluas pemahaman suatu konsep pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada saat proses diskusi kelas hanya beberapa siswa saja yang mau menyampaikan pendapat serta gagasannya dalam diskusi dan dalam proses presentasi hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan. Banyak siswa yang tidak memperhatikan dalam proses kegiatan diskusi dan presentasi sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan kurang efektif. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada poin penting yang belum dipahami. Siswa akan mengangkat tangan dan bertanya kepada guru tentang alternatif untuk menanggulangi pencemaran. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut tetapi memberi kesempatan pada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan tersebut, namun jarang ada siswa lain yang mau menanggapi pertanyaan tersebut. Akibatnya siswa tidak bisa mengoptimalkan proses berpikir kreatifnya untuk memecahkan suatu permasalahan terutama pada materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Wenno (2008) yang menyatakan bahwa proses berpikir kreatif diperlukan siswa untuk menemukan suatu cara baru untuk memecahkan suatu permasalahan. Proses pembelajaran biologi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan.
Kelompok eksperimen mendapat peluang lebih banyak untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Aktivitas siswa kelompok kontrol cenderung pasif karena proses
pembelajaran yang digunakan kurang memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk menyampaikan gagasan mereka. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif, nilai yang tertinggi pada kelompok eksperimen adalah pada aspek fluency, dikarenakan aspek ini mendapat pengulangan pada setiap tahapan pembelajaran Socratic Circles. commit to user Metode Socratic Circles mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 karena keduanya memiliki aspek yang saling berkaitan. Hal ini dapat dilihat pada tahapan-tahapan metode Socratic Circles yang mengacu pada aspek berpikir kreatif seperti berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility) yang dikembangkan pada setiap tahap proses pembelajaran metode Socratic Circles. Aspek berpikir orisinal (originality) dan berpikir memerinci (elaboration) dikembangkan pada tahap proses penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback (menganalisis dan mengevaluasi). Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa penelitian yang relevan menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tahapan-tahapan metode Socratic Circles dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa dan kemandirian belajar (self-directed) dengan mendorong siswa untuk memiliki kecakapan berpikir, aktif mengemukakan gagasan, berkolaborasi dalam kelompok dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Penerapan metode Socratic Circles dalam proses pembelajaran akan membekali siswa agar siap menghadapi masalah dengan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Metode Socratic Circles disertai media gambar terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: Metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan referensi pada penelitian sejenis mengenai metode pembelajaran Socratic Circles, media gambar dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan metode Socratic Circles kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Saran Berdasarkan
simpulan
dan
dengan
memperhatikan
keterbatasan
penelitian, saran yang dapat sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Biologi a. Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran Socratic Circles dengan menggunakan gambar sebagai media untuk membantu proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan siswa mampu memaknai secara maksimal materi pelajaran biologi. commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 b. Guru mata pelajaran biologi diharapkan dapat membimbing jalannya proses penyelidikan bersama, analisis dan evaluasi (diskusi-feedback) agar proses pembelajaran berjalan lebih efektif dan efisien. c. Guru mata pelajaran biologi diharapkan lebih banyak menggunakan media dalam proses pembelajaran, khususnya media gambar untuk menjelaskan materi pelajaran yang masih bersifat abstrak agar pelajaran lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa. d. Guru
mata pelajaran biologi disarankan untuk menyusun metode
pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai untuk
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih kurang. e. Guru melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran biologi agar siswa terbiasa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimiliki dan kreatif dalam memecahkan permasalahan. f. Guru mata pelajaran biologi hendaknya menggunakan metode pembelajaran Socratic Circles yang tidak hanya berorientasi pada kemampuan berpikir kreatif saja tetapi juga berorientasi pada hasil belajar siswa. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu kiranya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode pembelajaran Socratic Circles atau penggunaan media pembelajaran berupa gambar secara lebih luas dan mendalam (dalam cakupan materi lain), sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa lebih berkembang dan peningkatannya dapat diamati lebih teliti.
commit to user