PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH: PALUPI PURNAMAWATI 103016227140
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : PALUPI PURNAMAWATI 103016227140
Pembimbing I
Pembimbing II
Dedi Irwandi, M.Si
Munasprianto Ramli, S.Si, M.A
NIP. 19710528 200003 1 002
NIP. 19791029 200604 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
i
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul : “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqasyah pada, 18 Juni 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan. Jakarta, 18 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001
Tanggal
Tanda Tangan
……………
….………….
……………
….………….
….…………
.…………….
..………..…
……………..
Sekretaris (Sekretaris Jurusan IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 1 001 Penguji I
Tonih Feronika, M.Pd NIP. 19760107 200501 1 007 Penguji II
Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 011 Mengetahui Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003
ii
ABSTRAK PALUPI PURNAMAWATI. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah. Sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yang diambil dari 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1 (kelas kontrol) dan kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang diberikan berupa Tes Kreativitas Verbal (TKV) dengan 6 dimensi, antara lain (1) kelancaran kata, (2) kelancaran menyusun kata, (3) Kelancaran berekspresi, (4) Kelancaran memberi ide, (5) fleksibilitas dan orisinalitas, dan (6) elaborasi. Analisis validitas butir instrumen menggunakan teknik belah dua (split half) kelompok atas (nilai tinggi) dan kelompok bawah (nilai rendah) sehingga menghasilkan 24 butir pernyataan yang valid (TKV). Koefisien reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown, menunjukkan reliabilitas yang tinggi sebesar 0,9265. Uji prasyarat analisis data menunjukkan bahwa semua data hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis penelitian menghasilkan t hitung > t tabel, yakni 7,92 > 2,00. tolak H0 pada α = 0,05. hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dengan siswa yang diajar menggunakan Pendekatan Ekspositori. Dengan demikian terbukti bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata kunci :
Pendekatan Konstruktivisme, pembelajaran kimia, kemampuan berpikir kreatif
iii
ABSTRACT PALUPI PURNAMAWATI. Effect of Constructivism Approach in Chemical Learning from Creative Thinking Ability of Students. Scription. Jakarta: Chemical Education Studies Program, Department of Science Education (Science), Faculty of Science and Teaching Tarbiyah (FITK), State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. The purpose of this study is to determine whether there is influence between the Constructivism Approach in Chemical learning to creative thinking abilities of students. The research method used is a quasi-experimental method. The population were eleventh grade students of MAN 7 Srengseng Sawah. The sample in this study were 60 people taken from the two classes, which is used class XI IPA 1 (control class) and class XI IPA 2 (experimental class). The sampling technique in this study using purposive sampling technique. The research instrument is given in the form of Verbal Creativity Test (TKV) to six dimensions, among others (1) word fluency, (2) the smoothness of a word, (3) The smoothness of expression, (4) Smooth suggest ideas, (5) flexibility and originality, and (6) elaboration. Analysis of the validity of the instrument using the technique of grain split (split half) group of (high value) and the lower group (low value) so as to produce a 24 valid statement (TKV). Instrument reliability coefficient calculated is using Pearson Product Moment correlation formula which was then analyzed by Spearman Brown formula, showed a high reliability of 0.9265. Prerequisite test data analysis indicate that all survey data in normal distribution and homogeneous. Testing hypotheses resulted t count > t table, is, 7.92> 2.00. H0 rejected at α = 0.05. This mean that there are differences on average a significant creative thinking skills among students who were taught using the Constructivism Approach with students who were taught using expository approach. Thus proved that there are significant Constructivism approach in chemical learning of creative thinking abilitiy of students. Keywords: Constructivism Approach, chemical learning, creative thinking ability
iv
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah untuk mengawali lembaran ini selain hanya untaian pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan segala karunia dan kemudahan yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sekaligus menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada teladan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, para sahabatnya hingga pengikutnya semoga kita termasuk dalam barisannya hingga akhir zaman nanti. Amin. Penulis sadar bahwa penelitian ini tidak akan dapat terlaksana kecuali atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak mulai dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu , pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan doa semoga mendapatkan balasan dan kebaikan dari Allah SWT, kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahun Alam (IPA). 4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus sebagai dosen pembimbing I, yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Munasprianto Ramli, S.Si, M.A., selaku dosen pembimbing II yang juga telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasinya kepada penulis untuk melakukan penelitian sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Drs. H. Taufik, M.M., selaku Kepala Sekolah MAN 7 Srengseng Sawah, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
v
7. Ibu Yusridah, S.Pd., selaku guru Kimia kelas XI di MAN 7 Srengseng Sawah, yang bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Keluarga di Depok : Bapak, Mama, Mba Nila, Mas Ade, penulis ucapkan terimakasih atas semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis serta kepercayaannya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi ini. 9. Keluarga di Tangerang : Bapak dan Mama atas doa dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini. 10. Suami ku tercinta Eko Febrianto, S.Sos.I yang tak pernah berhenti mendoakan, memotivasi dan memberikan banyak dukungannya baik berupa tenaga, pikiran, maupun materi. Tak lupa juga skripsi ini ku persembahkan untuk putri pertama kami Sarahasna Putri Oktavia, terima kasih atas senyuman yang tak pernah lepas dari hadapan umi hingga penat dan jenuh selama penyusunan semakin tidak terasa. 11. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2003, yang telah memberikan warna dalam kehidupan ku. 12. Semua “pahlawan tanpa nama” yang tidak dapat disebutkan satu - persatu atas bantuan, pengalaman, dan diskusinya.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan berdoa semoga Allah SWT senantiasa membalas dengan sebaik-baik balasan atas segala jasa yang telah diberikan kepada penulis. Besar harapan penulis semoga karya yang tidak seberapa ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dari Allah SWT, sehingga dapat membuat kita lebih merenungkan dan bersyukur atas keagungan-Nya. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh sebab itu saran untuk perbaikan adalah harapan dari penulis.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….….. i ABSTRAK ……………………………………………………………………... iii KATA PENGANTAR ………………………..……………………………….. v DAFTAR ISI ………………………………….……………………………….. vii DAFTAR TABEL …………..………………..………………………………. x DAFTAR GAMBAR ………………………..………………………………... xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………..……………………………… xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …..……………….….......………...…… 1 B. Identifikasi Masalah …………………...…….…...……………… 5 C. Pembatasan Masalah ……………………...….………………….. 5 D. Perumusan Masalah ……………………….……..…....……….... 5 E. Manfaat Penelitian ………………………..…….………….…….. 6
BABII
DESKRIPSI
TEORITIS,
KERANGKA
BERPIKIR,
DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ……………..………………..….….…......…….. 7 1. Konstruktivisme …………………………………………..….. 7 a. Pengertian Konstruktivisme …….…………..………..……7 b. Jenis-jenis Konstruktivisme ………..………………..….. 11 b. Prinsip Pembelajaran Konstruktivisme …..…..….…..….. 12 c. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme ……………………..………………....…14 d. Keunggulan Pembelajaran Konstruktivisme …….…….. 16 e. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme ….…… 17 f.
Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia.. 19
vii
2. Berpikir Kreatif Dalam Sains …………….……...…….…..... 23 a. Konsep Berpikir Kreatif ………..……….…...……….…. 23 b. Karakteristik Siswa yang Kreatif …….……..……..…...… 27 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas. .…..….….. 31 d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ……….…………………………..….….….. 34 e. Pengukuran Kreativitas Verbal ………………………….. 35 3.
Hubungan antara Pendekatan Konstruktivisme terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ……...……..37
B. Kerangka Berpikir ………………………………...…..………... 39 C. Perumusan Hipotesis ………………………....…….….…….… 43 D. Penelitian yang Relevan ……………………………………….. 43 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan penelitian …...………………..….….……..…….….… 45 B.
Waktu dan Tempat Penelitian …………...…..….…......……... 45
C. Metode Penelitian …….…...…………...….....……....…………45 D.
Prosedur Penelitian …………………...……....…....…....……. 46
E.
Populasi dan Sampel ……....………….……..…..……..…..… 48
F.
Variabel Penelitian ……………………………..…….….….… 49
G.
Teknik Pengumpulan Data …...………….……..…………..…. 50
H. Teknis Analisis Data …………………….….….…..……...….. 52 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………...………………………………. 56 1. Deskripsi Data …………...………………………………... .56 2. Pengujian Persyaratan Analisis …….………………..….…. 59 B. Pembahasan ………………….……….…………………..……. 62
viii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………….………………..…… 66 B. Saran …………………………………….………………..…... 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 67 LAMPIRAN –LAMPIRAN ..………………………………………………. 70 BIODATA PENULIS ……………………………………………………… 127
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Variabel penelitian ………………………………………………. 49 Tabel 3.2. Kisi –kisi instrumen berpikir kreatif verbal ……………………... 51 Tabel 3.3. Ketentuan waktu pengisian tes berpikir kreatif verbal ……..….... 51 Tabel 4.1. Distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme ….….….
56
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori …….…….…. 58 Tabel 4.3. Hasil pengujian normalitas dengan Uji Liliefors ……………….… 60 Tabel 4.4. Hasil pengujian homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan Uji Bartlett ………………………….... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Alur proses konstruktivisme …………………………………
9
Gambar 2.2 Peta konsep konstruktivisme dan pembelajaran …………….. 10 Gambar 2.3 Skema kerangka berpikir pendekatan konstruktivisme dengan Kemampuan berpikir kreatif siswa ………………………….. 42 Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen ….……………………………. 57 Gambar 4.2 Histogram distribusi frekuensi skor kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol ……………………………………. 59 Gambar 4.3 Histogram skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ……………….. 63
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme ……………..
70
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan ekspositori ………..…………..
81
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………..…………...
89
Lampiran 4. Instrumen Tes Kreativitas Verbal (TKV) …..……………..
95
Lampiran 5. Alternatif jawaban instrumen ……..……………………… 100 Lampiran 6.
Skor pre test dan post test kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen dan kontrol …..…………………... 103
Lampiran 7. Skor hasil uji coba instrumen tes berpikir kreatif ………. 104 Lampiran 8.
Skor hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok eksperimen ………………………………….…. 105
Lampiran 9.
Skor hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok kontrol .…………..……………………………. 106
Lampiran 10. Data hasil uji coba kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok atas dan kelompok bawah .………………….….. 107 Lampiran 11. Perhitungan analisis butir soal instrumen uji coba kemampuan berpikir kreatif siswa ……..…………………………..…... 108 Lampiran 12. Perhitungan koefisien reliabilitas hasil uji cobainstrumen kemampuan berpikir kreatif ………………………………. 109 Lampiran 13. Perhitungan koefisien reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen …………………………….. 111 Lampiran 14. Perhitungan koefisien reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol ….………………………..…….. 113 Lampiran 15. Analisa data skor hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen ………………………….... 115 Lampiran 16. Analisa data skor hasil penelitian kemampuan berpikir
xii
kreatif kelompok kontrol ….……………………….…….. 116 Lampiran 17. Uji normalitas kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen ………………………………………………. 117 Lampiran 18. Uji normalitas kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol ……………………………………………………. 118 Lampiran 19. Uji kesamaan variansi (homogenitas) kelompok eksperimen dan kontrol ……………………………………………….. 119 Lampiran 20. Uji hipotesis penelitian ………………………………….... 121 Lampiran 21. Distribusi t pada beberapa level probabilitas …………..…. 123 Lampiran 22. Tabel nilai statistik uji Liliefors ………………………..…. 124 Lampiran 23. Distribusi nilai z ……………………………………….…... 125 Lampiran 24. Surat keterangan izin melakukan penelitian ………....…… 126
xiii
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, dkk. 2004. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Bumi Aksara. Ardiana, Fani Prima. 2007. Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivis Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi pokok Trigonometri di SMA Negeri 15 Semarang Kelas X Semester 2. Skripsi Sarjana Pendidikan. Semarang : FMIPA UNNES. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Cet.13, Jakarta : PT Rineka Cipta. Barak, Moshe dkk. Using Portfolios to Enhance Creative Thinking, dalam www.scholar.lib.vt.edu/ejourney/summer_fall_2000/pdf.,30 Januari 2007. Boo Hong Kwen. Using Two Tier Reflective Multiple Choice Questions to Cater to Creative Thinking, dalam www.aare.edu.au/05pap/boo05235.pdf. 30 Januari 2007/ Cottrell, Stella. Creative Thingking, dalam www.palgrave.com. 30 Januari 2007 Depag RI. 2003. Memahami Paradigma Baru Dalam UU Sisdiknas, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung : Alfabeta. Juanengsih, Nengsih. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Pendekatan Induktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Siswa, Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA, Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah Konstruktivisme, dalam www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme2.htm. 21 September 2007. Mariati, 2006. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Jurnal pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : LIPI Miranto, Sujiyo. 2006. Portofolio Strategi Pengajaran Sains, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah. Mughni, Syarif. 2007. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Pendekatan Konstruktivisme dan Kontekstual Sebuah Refleksi dalam Upaya
xiv
Membangun Citra Madrasah, Makalah, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah Mulyasa, E. 2006 Menjadi Guru Profesional, Cet 4, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006. Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan kreativitas Anak Sekolah, Cet. 3, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana. ________________ 2004. Pengembangan kreativitas Anak Berbakat, Cet. 2, Jakarta : Rineka Cipta. Noraziah, Konstruktivisme dalam Pengajaran dan Pembelajaran, dalam www.geocities.com/hypatia_01_2001/ilmiahazie.htm. 21 September 2007 On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf. 6 Februari2008. Portofolio. 2002. Psikologi Kognitif, Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Purwanto, 2005. Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : LIPI. Ramli, Munaspriyanto. 2006. Metamorfosa, Jurnal Pembelajaran Sains Yang Menyenangkan Dengan Metode Konstruktivisme. Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah. Semiawan, Conny R. 2007. Suatu Orientasi Tentang Kurikulum Berbasis Konstruktivisme Untuk Pendidikan Agama, Makalah, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah Setyaningsih, N. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Dalam Pemecahan Masalah Pengantar Dasar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Surakarta : Varia Pendidikan, vol 21, No.1. Sofa, H. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle), dalam www.massofa.wordpress. 1 Mei 2008 Somantri, Ating, dkk. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Bandung : CV. Pustaka Setia Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta Suparno, Paul. 2001. Filsafat Konstruktivisme Yogyakarta : Kanisius.
xv
dalam Pendidikan, Cet. 5,
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo. Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cet 1. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Ulfah, Iswatin. 2005. Pengaruh Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SLTP 2 Mei Ciputat, Skripsi Sarjana Pendidikan, Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cet 1. Jakarta : Bumi Aksara. Vertika, Lingga. 2007. Hubungan Antara Berpikir Kreatif Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII di SLTP Negeri 188 Ciracas Jakarta, Skripsi Sarjana Pendidikan, Jakarta : Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. What is Constructivism?, dalam www.mpbl.edu.my/math/modul/matterials/constructivism. 6 Februari 2008. Teori Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Reka Bentuk dan Pembinaan Perisian Pengajaran dan Pembelajaran Berbantukan Komputer (PPBK), dalam www.planet,time,net.my/KLCC/azm/2001/teori. 21 September 2007 Teori
Konstruktivisme, 21 September 2007
dalam
www.teachersrock.net/ciri_konst.htm.
xvi
xvii
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Karena pendidikan juga merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Agar terwujud masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera. Maka harus didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, bertakwa, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 tentang fungsi dari pendidikan nasional, yakni : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa, cakap dan kreatif dalam berilmu pengetahuan, serta mandiri dan bertanggung jawab dalam kehidupannya. Sebagai upaya mewujudkan nasional tersebut, pemerintah
tujuan dari pendidikan
Indonesia menyelenggarakan pendidikan
disekolah-sekolah. Kegiatan pengajaran tersebut dilakukan pada semua satuan dan jenjang pendidikan. Mulai dari tingkat TK (Taman Kanak-kanak) sampai Perguruan Tinggi (PT).
1
Depag RI, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Depag RI, 2003), h. 37.
2
Sekolah sebagai lembaga formal, sudah seharusnya mulai menerapkan paradigma baru dalam pendidikan. Seperti gaya mengajar, pendekatan, strategi ataupun metode belajar yang lebih efektif. Hal tersebut sangat berarti, karena lembaga formal ini sangat diharapkan peranannya dalam membentuk sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berguna bagi agama, bangsa, serta negara. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal adalah masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Hal ini dikarenakan kondisi pembelajaran masih bersifat konvensional atau guru masih mendominasi dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui proses berpikirnya. 2 Pendidikan disekolah masih kurang menunjang tumbuh dan berkembangnya kemampuan kreativitas peserta didik. Sistem pendidikan kita sebagian besar didesain untuk membuat anak-anak menempuh ujian saja. Ini berarti membuat mereka memberikan jawaban sesuai dengan apa yang diinginkan pengujinya saja. Melainkan tidak ada jawaban yang memberikan peluang kreatif dalam lembar jawabannya. Kenyataannya
bidang
pendidikan
lebih
menekankan
kepada
pemikiran tidak produktif, hapalan, dan mencari satu jawaban yang benar saja. Dan akibatnya kreativitas siswa pun dapat terhambat. Proses pemikiran yang tinggi termasuk berpikir kreatif jarang sekali dilatih. Sehingga pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan kekakuan dalam proses berpikir dan kurang luas dalam meninjau suatu masalah. Pada dasarnya bakat dasar kreatif itu dimiliki oleh setiap orang, karena setiap orang memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya. Selain itu juga untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya namun hanya kadar dan potensinya yang
2
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 1.
3
berbeda-beda. Potensi inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan memiliki potensi untuk menciptakan berbagai hal yang memberi arti bagi kehidupan. Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mulai belajar mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam diri kita. Untuk dapat memupuk, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir tersebut, perlu diciptakan lingkungan yang kreatif. Lingkungan tersebut, antara lain orangtua, guru, teman, maupun masyarakat harus memberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas. Guru sebagai salah satu pendorong kreatif merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kreativitas siswa disekolah. Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa, sikap dan perilaku kreatif siswa, yakni dengan melakukan kegiatan didalam (indoor) atau diluar (outdoor) kelas. Diantaranya melalui pendekatan pembelajaran yang kreatif, yakni pendekatan mengajar yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Pendekatan pengajaran yang sering digunakan oleh guru sebagai strategi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah pendekatan ekspositori. Pendekatan ini sifatnya kaku, kompetitif dan satu arah sehingga membuat anak menjadi bosan dan tidak diberi kesempatan untuk berkreasi. Meskipun demikian, pendekatan ini sering menjadi pilihan guru-guru dalam mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah, karena dianggap cukup efektif dilaksanakan dan cenderung memudahkan guru. Pendekatan lain yang dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu perubahan paradigma pembelajaran saat ini adalah pendekatan kostruktivisme. Pendekatan ini merupakan strategi yang pembelajarannya berpusatkan kepada siswa. Dimana siswa dapat membina ingatan jangka panjangnya tentang suatu konsep melalui penglibatan yang aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan yang ada sebelumnya untuk menemukan pengetahuan yang baru (discovery learning).
4
Terkadang pendekatan atau metode baru lebih dapat menempatkan pembelajaran ke arah yang lebih kreatif di kelas, sedangkan pendekatan atau metode lama cenderung tidak meningkatkan kreativitas di kelas karena pembelajarannya yang tidak berubah (monoton). 3 Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang berpusatkan pada siswa melalui serangkaian tahaptahap kegiatan
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, dengan cara ikut berperan aktif dan menjadi lebih kreatif. Dari perspektif konstruktivisme inilah, siswa perlu membangun pengetahuannya sendiri, terlepas dari bagaimana mereka belajar. 4 Dengan demikian pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat mengantarkan siswa dalam membangun pemahamannya tentang konsep kimia, khususnya pada materi pokok sistem koloid. Sistem koloid dipilih karena materi tersebut berisi tentang konsep-konsep kimia yang bersifat verbal. Dimana serangkaian aktivitas seperti kegiatan pemikiran (reasoning), mental dan performan siswa dapat dilakukan sesuai tahapan dalam pembelajaran secara konstruktivisme. Setelah dikemukakan penjelasan tentang pendekatan konstruktivisme dan pendekatan ekspositori, serta dijelaskan pula tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran, maka menarik perhatian bagi penulis untuk meneliti apakah ada perbedaan antara siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori dengan siswa yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ?. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Penelitian di Kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah)”.
3
Boo Hong Kwen, Using Two Tier Reflective Multiple Choice Question to Cater to Creative Thinking, dalam www.are.edu.au/05pap/boo05235.pdf. 30 Januari 2007. 4 On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf, 6 Februari 2008.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain : 1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kimia. 2. Pendekatan mengajar guru yang kurang dapat mengaktifkan siswa. 3. Pendekatan mengajar guru yang telah dipakai, kurang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang telah diungkapkan maka perlu dibatasi, diantaranya adalah : 1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Dimana proses pengajarannya bukan terdapat pada gagasan guru yang kemudian diteruskan oleh siswa, melainkan suatu proses untuk mengubah gagasangagasan siswa yang sudah ada dan mungkin salah kemudian dikembangkan melalui langkah-langkah pembelajaran oleh siswa tersebut dan berakhir dengan gagasan-gagasan yang telah mengalami modifikasi. 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif siswa secara verbal pada pembelajaran Kimia, dinilai dari aspek dimensi kelancaran kata, kelancaran berekspresi, kelancaran memberi ide, fleksibilitas dan orisinalitas, serta elaborasi. 3. Pokok bahasan pembelajaran Kimia dibatasi pada materi pokok Sistem Koloid untuk kelas XI.
D. Perumusan Masalah Dari masalah yang telah dibatasi maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran Kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah ?
6
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian jni adalah : 1. Menambah
pengetahuan
lebih
dalam
lagi
tentang
pendekatan
konstruktivisme khususnya bagi para pendidik atau guru. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan pelaksanaan pembenahan sistem pendidikan agar dapat menciptakan suasana dan keadaan yang kondusif sebagai penumbuhkembangan kreativitas bagi para peserta didik maupun bagi para pendidik. 3. Memotivasi bagi para penulis lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
atau hal-hal yang berhubungan dan berkaitan
dengan penelitian tersebut.
7
7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Berdasarkan penelitiannya tentang bagaimana anak-anak memperoleh pengetahuan, Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Penelitiannya inilah yang menyebabkan ia dikenal sebagai konstruktivis pertama. Menurut Piaget, semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar tetapi ada di dalam diri seseorang yang membentuknya. Pengetahuan selalu memerlukan pengalaman 1 . Dengan kata lain pengetahuan tidak dapat diteruskan dalam bentuk yang sudah jadi. Setiap orang harus membangun sendiri (mengkonstruksi) pengetahuanpengetahuannya. Menurut Bruner (1960), konstruktivisme merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang berasaskan kepada
pengetahuan
asal
mereka.
Siswa
memilih
dan
mengintepretasikan pengetahuan baru, membina hipotesis dan membuat keputusan yang melibatkan pemikiran mental (struktur kognitif)
memberikan
makna
dan
pembentukan
pengalaman. 2
Pembinaan pengalaman demi pengalaman inilah yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogya : Kanisius, 2001), h.38,42 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.my/tutor/dunia.asp?y=2001&dt=0703&pub=DuniaPendidikan&sec=sain_teknolo gi&a-htm16.k h. 2. 21 September 2007 2
8
Briner
(1999),
berpendapat
bahwa
siswa
membina
pengetahuan mereka dengan menguji ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, mengaplikasikannya dalam situasi yang baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh melalui pembinaan intelektual yang sudah ada. Selain itu menurut Mc Brien dan Brandt (1997), konstruktivisme adalah suatu pendekatan atau metode pengajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa setiap manusia membina pengetahuan dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain. 3 Dilihat
dari
segi
pengajaran
dan
pembelajaran,
konstruktivisme juga diartikan sebagai pendekatan yang memberikan hak dan peluang belajar kepada siswa untuk belajar dengan membina makna dalam kerangka pikirannya masing-masing berdasarkan pengalaman dan lingkungan yang sudah ada. 4 Teori konstruktivisme juga diartikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, antara lain tindakan mencipta sesuatu maksud dari apa yang mereka pelajari. Secara ringkasnya, teori pembelajaran konstruktivisme adalah suatu pemahaman bahwa pengetahuan, ide, atau konsep yang baru dibina secara aktif berdasarkan kepada pengalaman sendiri dan pengetahuan yang sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Ide atau konsep yang diterima diperoleh berdasarkan pengalaman sendiri, interaksi sosial dan lingkungan yang diselaraskan melalui proses metakognitif siswa. Secara ringkasnya alur proses konstruktivisme dapat dilihat berdasarkan gambar 2.1. Dan gambar 2.2 tentang pembelajaran konstruktivisme berdasarkan prinsip-prinsip secara umum, pengajarannya, serta peranan guru dan pelajar. 5 3
What is constructivism?, , dalam www.mpbl.edu.my/math/modul/materials/construktivsm 6 Februari 2008. 4 Noraziah bt Ahmad, Konstruktivisme dalam Pengajaran dan Pembelajaran, dalam http://www.geocities.com/hypatia_01_2001/ilmiahazie.htm. 21 September 2007 5 Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK..,h 4.
9
10
11
b. Jenis – jenis Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld, teori konstruktivisme dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain (1) konstruktivisme radikal, (2) realisme hipotesis, dan (3) konstruktivisme yang biasa. 1). Konstruktivisme radikal merupakan teori yang mengesampingkan antara
pengetahuan
dan
kenyataan
sebagai
suatu
kriteria
kebenaran. Melainkan sebagai pengaturan yang dibentuk oleh pengalaman
seseorang
(Von
Glaserfeld,
1982).
Teori
konstruktivisme radikal meyakini bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk atau dikonstruksi oleh pikiran kita, dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif. Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan tersebut. Tokoh dalam konstruktivisme radikal adalah Piaget (Bettencourt, 1989). 6 2). Menurut teori realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) dipandang sebagai suatu hipotesis dari struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. Pengetahuan juga mempunyai hubungn dengan kenyataan, akan tetapi tidak sempurna (Manuvar, 1981). Tokoh dalam teori ini adalah Lorenz dan Popper. 7 3). Pada teori konstruktivisme biasa, tidak mengambil konsekuensi konstruktivisme. Menurut teori ini, pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas tersebut. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri. 8
6
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Kanisius, 2001), cet ke-5, h.25 - 26. 7 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 26. 8 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 26 - 27.
12
c. Prinsip -prinsip Pembelajaran Konstruktivisme Salah satu faktor yang paling utama dalam pembelajaran konstruktivisme adalah pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan pada siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukan pengejaran yang diterima secara pasif. Berdasarkan
gambar
2.2,
prinsip-prinsip
pembelajaran
konstruktivisme yang pertama terpusatkan pada siswa memiliki ciriciri, antara lain pembelajaran merupakan suatu proses yang aktif. Siswa diberikan peluang untuk memilih tujuan, strategi dan penilaian pelajarannya. Yang kedua adalah motivasi merupakan kunci pembelajaran, yakni terdapat penemuan inkuiri, perasaan ingin tahu, dan inisiatif siswa. Selain itu pengalaman, sikap dan pengetahuan sebelumnya, dan kecenderungan berpikir (cognitive predisposition) mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme, pembelajarannya berbentuk kontekstual, yakni berkaitan dengan kehidupan seseorang yang berhubungan dengan analisis dan bimbingannya. Pembelajaran konstruktivisme juga merupakan suatu aktivitas sosial dimana termasuk pembelajaran kooperatif yakni antara sesama siswa maupun antara guru dengan siswa. Pembelajaran konstruktivisme juga membutuhkan waktu. Siswa perlu diberikan waktu untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Pembelajaran konstruktivisme juga menekankan pada pematangan pemahaman siswa. 9 Karena pemahaman yang matang akan menghasilkan pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh.
9
Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK…, h. 6 - 7
13
Adapun menurut Caine dan Caine (1991), pembelajaran konstruktivisme, mempunyai 12 prinsip dasar , antara lain : 10 1). Otak adalah alat yang paling utama. Karena ia memproses banyak jenis ide termasuk pikiran, emosi, dan pengetahuan budaya. 2). Pembelajaran melibatkan keseluruhan fisiologis. Guru tidak boleh menitikberatkan kepada kemampuan intelektual saja. 3). Usaha dalam mencari pengetahuan bersifat personal dan unik. Hal ini terjadi karena pemahaman siswa dibangun sendiri dan didasari oleh pengalaman uniknya. 4). Pembelajaran yang efektif adalah saling menghubungkan antara ide dan kegiatan dengan suatu konsep dan tema yang global. 5). Emosi adalah faktor kritis dalam pembelajaran. Pembelajaran hendaknya dipengaruhi oleh emosi, perasaan, dan sikap. 6). Kemampuan
otak
memproses
sebagian
kecil
sampai
keseluruhannya secara bersamaan sehingga tidak terjadi suatu masalah. 7). Pembelajaran melibatkan perhatian yang terfokus dan persepsi dari lingkungan, kebudayaan dan iklim. 8). Pembelajaran melibatkan proses secara sadar dan tidak sadar. Siswa membutuhkan waktu untuk memproses “apa” dan “bagaimana” isi pelajarannya. 9). Terdapat sekurang-kurangnya dua jenis ingatan, yakni sistem ingatan ruang (spartial) dan sistem ingatan untuk pembelajaran hapalan. Pengajaran yang terlalu mengutamakan pembelajaran hapalan
tidak
dapat
memajukan
pembelajaran
ruang
dan
pembelajaran yang berasaskan pengalaman sehingga pemahaman siswa menjadi terhambat dan tidak menyeluruh. 10). Pembelajaran yang menitikberatkan terhadap eksperimen adalah paling efektif. 10
2007
Teori Konstruktivisme, dalam www.teachersrock.net/ciri_konst.htm. 21 September
14
11). Pembelajaran dengan penguatan. Penguatan tidak selalu hal yang menggembirakan, tetapi bisa juga sebaliknya. Hal ini diterapkan kepada siswa disesuaikan dengan situasi pembelajaran yang ada, dimana penguatan ini juga tidak membuat siswa menjadi tertekan. 12). Setiap otak adalah unik dan berbeda. Pembelajaran haruslah diimplementasikan
kepada
siswa
sehingga
siswa
dapat
membangun pemikirannya masing-masing.
c. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme Berdasarkan yang telah ditunjukkan dalam gambar 2.2, pengajar
atau
guru mempunyai peran sebagai mediator dan
fasilitator dikelas. Antara lain dijabarkan tugas-tugas guru sebagai berikut : 11 1). Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan atau proses. 2). Menyediakan atau memberikan kegiatan yang menstimulus keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan atau ide ilmiah mereka. 3). Menyediakan sarana yang menstimulus siswa untuk berpikir secara poduktif dan kreatif. 4). Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru juga harus mengamati dan membantu mengevaluasi kesimpulan siswa. Tugas yang paling penting adalah menghargai dan menerima pemikiran siswa apapun adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru juga harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima 11
Konstruktivisme, dalam http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme 2.htm 21 September 2007
15
gagasan siswa yang berbeda-beda. 12 Secara garis besar, tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra yang aktif bertanya, menstimulus pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep siswa. Salah satu peran esensial dari guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sains adalah membina belajar mandiri (independent study) kepada siswa. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 13 1). Mengakses minat siswa 2). Memperkenalkan kepada siswa berbagai bidang minat 3). Melakukan wawancara pribadi terhadap siswa 4). Mengembangkan rencana tertulis 5). Menentukan arah dan waktu dengan siswa berbakat 6). Membantu siswa dalam mencari macam-macam sumber 7). Melakukan sumbang saran terhadap produk akhir 8). Memberikan bantuan dalam metodelogi yang dibutuhkan 9). Membantu siswa dalam menemukan pendengar untuk presentasi siswa 10). Menilai hasil studi bersama siswa dan mempertimbangkan bidang baru untuk diteliti.
Selain guru, siswa juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran konstruktivisme, antara lain : 1). Bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran mereka sendiri 2). Membangun sendiri pengetahuannya 3). Menggabungkan pengertian yang lama dan pengertian yang baru
12
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.72. Utami Munandar, Pengembangan kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 149. 13
16
4). Diperbolehkan untuk menyelesaikan masalah. Siswa juga perlu mempunyai inisiatif dalam mengemukakan permasalahan dan membuat prediksi serta menjawab persoalan-persoalan yang dikemukakan guna membantu dalam mengubah atau membuat ide-ide baru mereka sebelumnya.
d.
Keunggulan dari Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme dapat mestimulus seseorang dalam berpikir secara kreatif dan kritis. Siswa terbiasa untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru dan keputusan yang bijaksana. Karena siswa terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, maka siswa menjadi lebih paham dan ingat lebih lama semua konsep yang diperolehnya. 14 Siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan siswa lain, menambah pengetahuan dan pemahamannya. Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus, siswa menjadi lebih paham, ingat, yakin dan mampu berinteraksi sosial dengan baik, maka siswa akan lebih berani lagi dalam belajar dan dalam membina pengetahuannya yang baru. Menurut pendapat Shapiro (1994) yang menyatakan bahwa kelas yang mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme, maka akan menghasilkan siswa yang mempunyai sifat dan perilaku yang sama dengan saintis. Hal itu terjadi karena siswa secara mandiri yang membangun hipotesis, mengumpulkan data dengan melakukan percobaan atau observasi kemudian membangun konsep berdasarkan hipotesis dan fakta yang mereka peroleh. 15
e. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme. 14
Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK…, h. 9. Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, (Ciputat : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta FITK, 2006), h. 15
17
Untuk mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme dalam kelas sains, guru diharapkan mampu memahami dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan teratur dan terurut sesuai dengan proses tahapannya. Alters (2004) memberikan ilustrasi tentang langkah-langkah pembelajaran tersebut, antara lain : 16 1). Menarik Perhatian Dalam tahapan ini, guru memberikan gambaran singkat tentang sebuah fenomena dan menayakan pengalaman siswa tentang fenomena tersebut. 2). Prediksi Pribadi Pada tahapan ini, siswa diberi kesempatan untuk membuat prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan. 3). Prediksi Kelompok Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi di dalam kelompok untuk membuat prediksi kelompok. Kemudian masing-masing kelompok diharapkan menyampaikan prediksi mereka. 4). Percobaan Tahapan ini merupakan bagian yang sangat penting, karena pada bagian ini siswa akan melakukan sendiri percobaan mereka. Mereka akan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis mereka dan mengobservasi apakah prediksi mereka akurat atau tidak. 5). Diskusi Kelompok Setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk berdiskusi dalam kelompok mengenai hasil percobaan mereka. Mereka berdiskusi apakah prediksi mereka akurat atau tidak dan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
16
Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains..., h. 52-53.
18
6). Laporan Kelompok Masing-masing
kelompok
menyampaikan
hasil
diskusi
kelompok mereka dan bermacam alasan yang mendukung hipotesis dan konsep mereka. 7). Penjelasan Pada tahapan ini, guru menyampaikan penjelasan singkat tentang teori dan konsep yang mendasari percobaan serta juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa. 8). Aplikasi Pada tahap ini, guru mengajak siswa untuk berpikir tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan yang telah dikerjakan atau menjelaskan fakta lain mengenai percobaan yang mereka lakukan.
Langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme juga telah terangkum
dalam
tahapan
pembelajaran
konstruktivisme.
Pembelajaran tersebut terbagi menjadi empat tahapan, yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep, serta pengembangan dan aplikasi. Pada tahapan apersepsi, guru menarik perhatian siswa dengan mengajukan pertanyaan dan siswa diajak untuk membuat prediksi pribadi. Tahapan eksplorasi, siswa sudah mempunyai prediksi secara kelompok kemudian mendiskusikannya. Tahapan diskusi dan penjelasan konsep, siswa memberikan hasil diskusi dan solusi berdasarkan hasil observasinya. Pada tahapan inilah siswa dapat dikatakan sudah mengkonstruksi pemikirannya. Dan pada tahapan pengembangan dan aplikasi, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran agar siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
19
konseptualnya
dengan
mengajak
siswa
berpikir
mengembangkan percobaan yang telah dikerjakannya.
untuk
17
Efektifitas implementasi pembelajaran konstruktivisme biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian
tes.
Apabila ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut kurang memuaskan, maka akan dapat diperbaiki pada pembelajaran berikutnya dengan cara mangantisipasi kelemahan-kelemahan proses pembelajaran sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.
f. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia Perkembangan mental peserta didik di sekolah, antara lain meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode dan pendekatan yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. 18 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan dapat menstimulus anak untuk berkreatif adalah dengan
menyesuaikan
metode,
strategi
atau
pendekatan
pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran adalah cara kerja yang dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh tujuan pengajaran yang lebih baik. Pendekatan merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan pembelajaran. 19 Pendekatan seringkali disamakan dengan model
17
Nengsih Juanengsih, Penerapan model Pembelajaran Konstruktivisme melalui Pendekatan Induktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Siswa, Seminar Internasional Pendidikan IPA,FITK, UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 31 Mei 2007), h.41-42 18 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke-4, h.107 19 Sujiyo Miranto, Portofolio Strategi Pengajaran Sains, (Jakarta, 2006)
20
pembelajaran, karena model memiliki arti yang sangat luas antara lain mencakup strategi, metode, dan prosedur yang dapat dipakai. Terdapat beberapa macam dari pendekatan dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pengajaran, antara lain pendekatan umum seperti pendekatan konsep dan proses, deduktif dan induktif, ekspositori, heuristik, dan pendekatan kecerdasan. Namun adapula pendekatan modern yang bisa diterapkan sebagai metode baru dalam pengajaran seperti pendekatan keterampilan berproses, konstruktivisme, pembelajaran kooperatif, CTL (Contextual Teaching Learning), dan sebagainya. Menurut para ahli psikologi pendidikan berpendapat, bahwa belajar adalah perubahan secara sadar, bersifat kontinyu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah, serta mencakup seluruh aspek perilaku. 20 Kaum konstruktivis juga mengartikan belajar sebagai proses aktif pelajar dalam mengkonstruksi arti, baik teks, dialog, pengalaman fisis, dll. 21 Agar siswa mempunyai keinginan untuk belajar sesuatu dengan cara yang lebih efisien, maka dibutuhkan tindakan pembelajaran. Hamzah (2007), mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara siswa dengan guru/instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. 22 Pembelajaran dalam suatu definisi juga dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai proses menerjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum kepada siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.23
20
Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 61. Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.61. 22 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, h.54. 23 Syarif Mughni, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran…, (Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah) h. 4. 21
21
Proses pembelajaran yang baik diyakini dapat menghasilkan output pendidikan yang baik pula Ilmu kimia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “ilmu tentang susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat.”
24
Dalam ilmu kimia juga terdapat bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses alamiah maupun dalam percobaan yang sudah direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu proses yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat mempelajari tentang bahan penyusun suatu benda, reaksi-reaksi yang terjadi pada benda tersebut, serta perubahan-perubahan yang terjadi pada benda tersebut baik secara fisik maupun secara kimiawi. Dan dapat membangun pola berfikir peserta didik agar kreatif guna memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kimia disebut juga sebagai pembelajaran sains. Dikarenakan ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains. Pembelajaran kimia sering diyakini sebagai pembelajaran yang kurang menyenangkan dan cenderung membosankan. Hal ini terjadi karena pembelajaran kimia masih sering diajarkan dalam suasana pendekatan yang tradisional, dimana guru mengambil peranan dominan sementara siswa hanya bersifat pasif. Munculnya perspektif konstruktivisme dalam pendidikan sains tidak terlepas dari pengaruh konstruktivisme dalam bidang sains itu sendiri. Proses membangun pengetahuan ilmiah sains harus bersifat bermanfaat (useful) dan mengarah pada hal-hal yang praktis. Selain itu juga harus relevan dengan fenomena sains sehari-hari yang familiar dimata siswa.
24
Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 569.
22
Dalam
konstruktivisme,
siswa
perlu
membangun
pengetahuannya sendiri, terlepas dari bagaimana mereka belajar.25 Dengan demikian konstruktivisme mengantarkan siswa membangun
pemahamannya
tentang
konsep
kimia
dalam melalui
serangkaian aktivitas antara lain, kegiatan pemikiran (reasoning), mental dan performan siswa. Menurut perspektif guru, pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia merupakan cara berpikir, sikap, dan perilaku guru dalam proses belajar mengajar dengan menekankan pada peran aktif siswa untuk membangun pengetahuan kimianya melalui pemahaman
terhadap
realitas kehidupan
sebagai
hasil
dari
pengalaman dan interaksinya. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk mengidentifikasi secara dini pengetahuan awal siswa. Hal ini bertujuan agar bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran konstruktivisme, antara lain : 26 1). Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab dari siswa itu sendiri 2). Mengembangkan
kemampuan
siswa
untuk
mengajukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaanya 3). Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap 4). Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri 5). Lebih menekankan pada proses belajar.
25
On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.za/mathed/174/constructivism.pdf, 6 Februari 2008, h. 2 26 Konstruktivisme, dalam http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/konstruktivisme 2.htm 21 September 2007
23
Konstruktivisme
memandang
bahwa
pembelajaran,
khususnya pembelajaran kimia merupakan proses interaksi (terutama kognitif) antara guru dan siswa dalam rangka membangun pengetahuan. Hasil dari proses pemahaman konsep ini, siswa dapat mengingat dengan ingatan jangka panjang, karena melalui pelibatan yang aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan asal untuk membentuk suatu pengetahuan yang baru Dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan pola pikir siswa dan mengembangkan ruang gerak siswa. Dengan menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya
melalui
pemahaman
konsep
berdasarkan
pengalaman dan lingkungan sosialnya.
3. Berpikir Kreatif Dalam Sains a. Konsep Berpikir Kreatif Betapa pentingnya kreativitas dalam pengembangan sistem pendidikan yang ditekankan dalam UU RI Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional. Yakni pasal 8 ayat 2 bahwa “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.” Dalam GBHN tahun 1993 juga dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-sekolah. 27 Pada setiap tahap perkembangan anak dan pada sampai jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai pendidikan di perguruan tinggi, bahwa kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan serta ditingkatkan disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.
27
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) cet. 4, h. 16.
24
Ditinjau dari sudut etimilogi, kreativitas berasal dari bahasa Inggris yaitu to create, yang artinya mencipta. Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Bahasa Indonesia mengartikan kreativitas sebagai “kemampuan untuk mencipta, daya cipta.” 28 Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar pendidikan berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Menurut Baron (1982), kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang baru. 29 Menurut Guilford (1970), bahwa “kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.”
30
Yakni dengan
berpikir untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan (divergen) bukan berpikir bahwa hanya ada satu jawaban yang benar (konvergen). Rogers mendefinisikan
kreativitas
sebagai suatu proses
munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Kreativitas ini juga dapat terwujud dalam suasana kebersamaan. Menurut Drevdahl, kreativitas
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
memproduksi
komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan polapola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang. 31 Berdasarkan berbagai definisi kreativitas, Rhodes (1961) mengelompokan kreativitas kedalam empat dimensi atau lebih dikenal
28
Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 599 29 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet-1, h. 41 30 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.., h. 41 31 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.., h. 42
25
dengan The Four P’s of Creativity, antara lain person dan press.
process, product,
32
Dimensi process melihat kreativitas sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujudnya suatu perilaku kreatif. Dalam hal ini, memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dengan tidak merugikan orang lain atau lingkungannya.. Dimensi product, menekankan pada hasil karya seseorang. Baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Selain itu hendaknya pendidik menghargai produk kretivitas dengan mempertunjukkan dan mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga akan lebih menggugah minat untuk lebih berkreasi. Dimensi person, memandang bahwa karakteristik kreatif seseorang lebih mengacu kepada kemampuan individu itu sendiri. Atau berdasarkan dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Untuk dimensi press, penekanannya pada faktor dorongan. Dorongan tersebut baik dari internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, juga dorongan secara eksternal dari lingkungan sosial dan psikologisnya. Kreativitas dapat terbina melalui proses berpikir. Berpikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yakni pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. 33 Menurut De Bono, berpikir dibedakan menjadi 2 tipe, yakni berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral merupakan kecenderungan menemukan gagasan baru dalam berpikir untuk 32 33
h. 54-55.
Fakultas Psikologi UPI Y.A.I, Portofolio Psokologi Kognitif, (Jakarta, 2002) Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
26
mencari ide yang bervariasi. Dalam berpikir lateral, pemikirannya menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya. Berpikir vertikal yakni menghubungkan dengan membangun ide serta meneliti ide itu semua secara terurut sehingga menjadi kriteria gagasan yang objektif. menjanjikan
Berpikir vertikal memilih pendekatan yang paling untuk setiap masalah sementara berpikir lateral
menghasilkan banyak alternatif gagasan untuk mencari solusi suatu masalah. Berpikir kreatif adalah perpaduan antara berpikir lateral dan berpikir vertikal. 34 Menurut Sarwono, kegiatan berpikir terbagi menjadi dua, yaitu berpikir asosiatif (tidak terarah) dan berpikir terarah. Berpikir asosiatif adalah proses berpikir dimana suatu ide menstimulus timbulnya ide baru. Jalan pikiran tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, sehingga ide-ide timbul secara bebas. Yang termasuk dalam berpikir ini adalah asosiasi bebas, asosiasi terkontrol, melamun, mimpi, dan berpikir artistik. Berpikir terarah adalah proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu pemecahan persoalan. Yang termasuk dalam berpikir jenis ini adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir inilah yang menghasilkan kreativitas berpikir. 35 Menurut Woolfolk, keterampilan berpikir kreatif “adalah suatu keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang rasional, maupun persepsi dan intuisi.” 36
34
Moshe Barak dkk, Using Portfolios to Enhance Creative Thinking, dalam www.scholar.lib.vt.edu/ejourney/summer_fall_2000/pdf. , 30 Januari 2007. 35 Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 055: Juli 2005), h.513. 36 Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran.., h. 134.
27
Kreativitas berpikir atau berpikir kreatif
adalah kreativitas
sebagai proses dan berpikir dilakukan secara terarah. Dalam berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas juga dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibandingkan dengan kebanyakan orang lain. 37 Dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban (berpikir divergen) terhadap suatu masalah dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban. Semakin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah maka semakin kreatif seseorang. Tentunya jawaban yang dikemukakan harus sesuai dengan masalahnya.
b. Karakteristik Siswa yang Kreatif Secara operasional, kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, meperkaya, dan merinci) suatu gagasan.38 Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut : 39 1). 2). 3). 4). 5). 6).
Memiliki rasa ingin tahu yang besar Tekun dan tidak mudah bosan Percaya diri dan mandiri Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas Berani mengambil resiko Berpikir divergen.
37
Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta : LIPI, 2005) 38
Mariati, Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran IPA, (Jakarta : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 063, November 2006), h.763. 39 M. Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 53
28
Disisi
lain,
Utami
kreativitas sebagai berikut :
Munandar
mengemukakan
ciri-ciri
40
1). Senang mencari pengalaman baru 2). Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit 3). Memiliki inisiatif 4). Memiliki ketekunan yang tinggi 5). Cenderung kritis terhadap orang lain 6). Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya 7). Selalu ingin tahu 8). Peka atau perasa 9). Enerjik dan ulet 10). Menyukai tugas-tugas yang majemuk 11). Percaya kepada diri sendiri 12). Mempunyai rasa humor 13). Memiliki rasa keindahan 14). Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi
Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan afektif. Faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitude dan non aptitude dari kreativitas. Adapun ciri-ciri aptitude yang berhubungan dengan kognitif meliputi : 41 1). Keterampilan berpikir lancar Kelancaran
dalam
berpikir
yang
dimaksud
adalah
kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Penekanannya disini adalah dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan gagasan atau ide tentang obyek tertentu dalam jumlah yang banyak.
40
M. Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 52 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,Cet ke-3, (Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,2000) h. 88 41
29
2). Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) Fleksibel yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran, dan mencari banyak alternatif atau arah
yang
berbeda-beda.
Mereka
yang
memiliki
tingkat
fleksibilitas yang tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga penekanan fleksibilitasnya pada segi keragaman gagasan, kaya akan alternatif dan bukan kekakuan dalam berpikir yang cenderung otoriter. 3). Keterampilan berpikir orisinil Orisinilitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk populasi tertentu, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru atau kombinasi baru antar bermacam-macam unsur atau bagian. Semakin banyak unsur-unsur yang digabung menjadi satu gagasan atau produk kreatif, maka semakin orisinil pula pemikiran individu tersebut. 4). Keterampilan memerinci (mengelaborasi) Elaborasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengembangkan, memerici, dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih menarik. Salah satunya adalah jika anak diberikan masalah sebagai berikut : “Apa akibatnya jika air didingini?” bagi anak yang tidak mempunyai kemampuan mengelaborasi atau kreatif mungkin akan menjawab dengan satu jawaban saja, yaitu air itu akan menjadi es, tetapi bagi anak yang mempunyai kemampuan kreatif dalam hal ini mampu mengelaborasi, akan menjawab lebih luas dan terperinci lagi, diantaranya adalah : suhunya akan lebih menurun, struktur molekulnya dan volumenya juga berubah, dan lain sebagainya.
30
Ciri-ciri non aptitude yang berhubungan dengan sikap dan perasaan adalah : 42 1). Rasa ingin tahu : terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, memperhatikan orang/obyek/ situasi, peka mengamati, mengetahui dan meneliti. 2). Bersifat imajinatif : mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan daya khayal, tetapi mengetahui batas antara khayalan dan kenyataannya. 3). Merasa tertantang oleh kemajemukan : terdorong mengatasi masalah yang sulit, tertantang oleh situasi yang sulit dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang rumit. 4). Sifat berani mengambil resiko : berani memberi jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal, tidak ragu karena ketidakjelasan, dan hal-hal yang tidak konvensional atau kurang berstruktur. 5). Sifat menghargai : menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat yang berkembang.
Pada dasarnya kedua aspek diatas mempunyai pengaruh besar pada tingkat kreativitas seseorang. Siswa yang kreatif biasanya sering mengajukan pertanyaan yang baik, mempunyai motivasi ingin tahu yang besar, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah. Siswa yang kurang kreatif bahkan tidak kreatif, sebaliknya merupakan kurang mampu atau tidak mampu dalam menghasilkan banyak gagasan, tidak berani untuk mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya. Dengan demikian semakin banyak ciri-ciri kognitif dan
42
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,Cet ke-3, (Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,2000) h. 91.
31
afektif yang dimiliki seseorang maka semakin kreatiflah orang tersebut. Dalam penelitian lain, kita juga dapat mengenali siswa yang berbakat sains dan sekaligus kreatif. Antara lain dengan menekankan kepada komponen-komponen yang berbeda, komponen itu meliputi : 1). Kepekaan terhadap masalah 2). Kemampuan untuk mengembangkan gagasan baru 3). Kemampuan untuk menilai 4). Kesiagaan dalam mendeteksi ketidakajegan (inkonsistensi) 5). Derajat tinggi dari kemampuan mekanikal 6). Ketekunan semangat 7). Dedikasi terhadap pekerjaan dan prakarsa 8). Visualisasi spesial, 9). Kemampuan manipulatif, kemampuan untuk mengkomunikasikan 10). Keuletan, dan sikap mempertanyakan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Kreativitas bukanlah unsur bawaan yang dimiliki oleh sejumlah anak saja, akan tetapi kreativitas dimiliki oleh semua anak. Oleh karena itu kreativitas perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan sekitarnya agar dapat berkembang dengan baik Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut : 43 1). Usia 2). Tingkat pendidikan orang tua 3). Tersedianya sarana (fasilitas) 4). Penggunaan waktu luang.
43
M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 53
32
Clark
(1983)
mengategorikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kreativitas dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat. Faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut : 44 1). Situasi yang memunculkan ketidaklengkapan serta keterbukaan 2). Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan 3). Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu 4). Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian 5). Situasi
yang
menekankan
inisiatif
diri
untuk
menggali,
mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan. 6). Kedwibahasaan yang memungkinkan pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya. 7). Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian). 8). Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, rangsangan dari lingkungan sekolah (pendekatan, metode pembelajaran), dan motivasi diri. Faktor-faktor
yang
dapat
menghambat
kreativitas adalah sebagai berikut :
44
M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 54
berkembangnya
33
1).
Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung resiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2).
Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
3).
Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
4).
Stereotip peran seks atau jenis kelamin.
5).
Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
6).
Otoritarianisme.
7).
Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan. Ahli lain, yaitu Torrance (1981) juga menekankan
pentingnya dukungan dan dorongan dari lingkungan agar individu dapat berkembang kreativitasnya. Menurutnya, salah satu lingkungan pertama dan utama yang dapat mendukung atau menghambat berkembangnya kreativitas adalah lingkungan keluarga, terutama interaksi dalam keluarga tersebut. Ini dapat dimungkinkan karena sebagian besar waktu kehidupan anak berlangsung dalam keluarga. Dalam hal ini, Torrence mengemukakan lima bentuk interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas dan yang dapat menghambat berkembangnya kreativitas, yaitu : 45 1). Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim 2). Menghormati gagasan imajinatif 3). Menunjukkan kepada anak bahwa gagasan yang dikemukakan itu bernilai 4). Memberikan kesempatan kapada anak untuk belajar atas inisiatifnya sendiri dan memberikan reward kepadanya 5). Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan melakukan kegiatan tanpa suasana penilaian. 45
M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 55
34
Interaksi
dalam
keluarga
yang
dapat
menghambat
berkembangnya kreativitas, antara lain : 1). Terlalu dini dalam mengeliminasi fantasi anak 2). Membatasi rasa ingin tahu anak 3). Terlalu menekankan peran berdasarkan jenis kelamin 4). Terlalu banyak melarang anak 5). Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu 6). Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu 7). Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif
d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kreativitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas menciptakan
guru
dalam
lingkungan
mengembangkan belajar
yang
materi kondusif.
standar Guru
dan dapat
menggunakan berbagai macam pendekatan dalam meningkatkan kreativitas siswa. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa, antara lain : 46 1). Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak siswa dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru 2). Bantulah siswa memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang orisinal. 3). Bantulah siswa untuk mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke dalam situasi baru 4). Berikan tugas-tugas secara independen 5). Kurangi pengekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus otak
46
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional.., h. 169
35
6). Berikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir reflektif terhadap masalah yang dihadapi 7). Hargai perbedaan individu siswa, dengan melonggarkan aturan dan norma kelas 8). Jangan memaksakan kehendak terhadap siswa 9). Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran 10). Kembangkan tugas-tugas yang dapat menstimulus tumbuhnya kreativitas 11). Kembangkan rasa percaya diri siswa 12). Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik 13). Libatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Semua teknik kreatif yang dilakukan oleh guru pada dasarnya menuntut siswa untuk berpikir divergen, yakni kemampuan dalam melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat memberikan gagasan yang bervariasi. Dan bukan hanya memberikan satu gagasan saja.
e. Pengukuran Kreativitas Verbal Untuk mengukur kreativitas secara verbal, maka dapat menggunakan tes kreativitas verbal (TKV). Tes ini dikonstruksi di Indonesia pertama kali pada tahun 1977 oleh pakar Psikologi Pendidikan, Universitas Indonesia, yaitu Prof. Dr. Utami Munandar. Tes ini terdiri dari enam sub-tes yng semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen dengan dimensi verbal. Secara operasional, tes ini dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir.
36
Keenam subtes dari tes kreativitas verbal ini, adalah 47 : 1).
Permulaan Kata Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai stimulus. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata. Contoh : S
2).
Menyusun Kata Pada subtes ini subjek harus menyusun sebanyak mungkin dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai stimulus. tes ini mengukur kelancaran kata dan juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Contoh : Kimia
3).
Membentuk Kalimat Tiga Kata Pada subtes ini subjek harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai stimulus. Akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda menurut kehendak subjek. Contoh : A – I – G
4).
Sifat-sifat yang Sama Pada subtes ini subjek harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan. Contoh : Merah dan Cair
5).
Macam-macam Penggunaan Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir. Tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan. Contoh : Kegunaan air
47
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.., h. 68 – 69.
37
6).
Apa Akibatnya Pada subtes ini subjek harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian yang telah ditentukan sebagai suatu stimulus. Kejadian atau peristiwa tersebut sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia. Akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan andaikata hal tersebut terjadi dan apa saja akibatnya. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan
gagasan
(kemampuan
untuk
yang
digabung
mengembangkan
dengan
gagasan,
elaborasi merincinya
dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi). Contoh :
Apa yang akan terjadi jika di alam tidak terdapat
oksigen bebas ?
4. Hubungan
antara
Pendekatan
Konstruktivisme
terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Konstruktivisme merupakan pemikiran yang sangat berharga mengenai bagaimana
peserta didik
(siswa) belajar dan mempunyai
dampak yang besar terhadap pendidikan sains. Menurut National Science Resource Center ((institusi pengembangan pembelajaran sains di Amerika) mempublikasikan bahwa siswa akan belajar sains dengan baik jika mereka mampu membuat konsep sendiri dengan menggabungkan pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman sehari-hari dengan pengetahuan yang mereka peroleh dari percobaan atau praktikum di kelas. 48 Konstruktivisme tidak hanya mengkaji mengenai bagaimana siswa membina ilmu pengetahuannya saja. Akan tetapi juga melibatkan cara perubahan konseptual yang ada, dan hanya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. 48
Metamorfosa, Vol 1, Munasprianto Ramli,Pembelajaran Sains.., h.51
38
Pada umumnya prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran sains (IPA) dan matematika. Prinsipprinsip itu berperan sebagai referensi dan alat refleksi kreatif terhadap praktek, pembaruan dan perencanaan. 49 Pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara kreatif dan kritis. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran konstruktivisme dapat menggerakkan siswa untuk berpikir kreatif menyelesaikan masalahnya, mencari ide dan membuat keputusan yang paling tepat dalam menghadapi berbagai kemungkinan. 50
Siswa juga
terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan yang baru dan mengaplikasikannya dalam kehidupan atau situasi yang baru. Hasil dari proses pemahaman konsep ini, siswa dapat membina ingatan jangka panjangnya tentang suatu konsep melalui pelibatan aktif dalam mengaitkan
pengetahuan
yang
diterimanya
dengan
pengetahuan
sebelumnya untuk membina pengetahuan yang baru. Dalam teori konstruktivisme, kreativitas dan keaktifan siswa sangatlah penting, karena akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Siswa terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis sesuatu dari proses berpikir dan bukan hasil meniru saja.51 Siswa dapat dikatakan kritis dan kreatif apabila ia mampu mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu hal serta membuat pertimbangan dan keputusan terhadap suatu masalah secara ilmiah. Dan upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, salah satunya adalah menyiapkan strategi pembelajaran dikelas dengan konstruktivisme.
49
berbasis
52
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h. 73. Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK.., h. 9 51 Konstruktivisme, dalam http://www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/kontruktivisme2.htm 21 September 2007 52 N. Setyaningsih, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa dalam Pemecahan Masalah Pengantar Dasar Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Kontruktivisme ,Varia Pendidikan, vol 21 No.1, (Surakarta: Juni 2009), h. 12 50
39
Keunggulan
pembelajaran
konstruktivisme
juga
dapat
meningkatkan kemampuan sosial siswa, seperti bekerja sama dengan orang lain atau dalam kelompok. Sehingga dengan pembelajaran ini, siswa dapat membina pengetahuannya, konsep dan ide baru secara aktif dan berpikir kreatif, serta dapat meningkatkan pemahamannya, merasa lebih yakin dan berani untuk tetap terus belajar dalam kehidupannya.
B. Kerangka Berpikir Belajar pada dasarnya membangun (mengkonstruksi) pengetahuan dan memerlukan partisipasi yang aktif antara siswa dengan lingkungannya. Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian
prestasi
belajar.
Pembelajaran
tanpa
adanya
motivasi
kemungkinan besar akan jauh dari keberhasilan. Dalam hal ini motivasi sebagai daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang diharapkan dapat tercapai. Siswa yang mempunyai motivasi dan rasa ingin tahu yang besar dalam dirinya merupakan salah satu ciri dari siswa yang berpikir kreatif. Untuk dapat memupuk dan mengembangkan, serta meningkatkan kemampuan berpikir siswa, perlu diciptakan lingkungan yang kreatif. Lingkungan tersebut, antara lain keluarga (orang tua), guru dan teman (sekolah), maupun masyarakat yang harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Torrance (1981), bahwa lingkungan yang pertama dan utama yang dapat mendukung atau menghambat berkembangnya kreativitas adalah lingkungan keluarga, terutama interaksi dalam keluarga tersebut. 53 Interaksi antara guru dan siswa di kelas menjadi faktor lain yang utama untuk membantu siswa mempermudah dalam proses membangun pengetahuannya disekolah. Semakin sering siswa berinteraksi dengan guru maka semakin mudah siswa membangun pengetahuannya. 53
M Ali, Psikologi Remaja “ Perkembangan Peserta Didik”.., h. 55
40
Terkadang dalam proses pembelajaran disekolah hasilnya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Terlebih lagi dalam pembelajaran kimia. Hal ini terjadi karena siswa yang tidak merasa senang, bosan terhadap pelajaran kimia, takut terhadap guru diakibatkan metode atau pendekatan guru yang cenderung otoriter. Faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran disekolah, salah satunya adalah kurang tepatnya pendekatan mengajar banyak pendekatan
yang dipakai. Ada
pengajaran yang sering digunakan oleh guru sebagai
strategi dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan ekspositori. Pendekatan ini mempunyai sistem bahwa guru yang menyajikan pelajaran yang telah disiapkan secara rapi, sitemik dan lengkap sehingga siswa hanya menyimak, mencernanya dan bertanya secara tertib. 54 Pendekatan ini bersifat kaku, satu arah dan siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi. Namun demikian pendekatan ini sering menjadi pilihan guru-guru dalam mengajar IPA disekolah. Karena dianggap cukup efektif dilaksanakan dan cenderung memudahkan guru. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat inilah yang akan mengakibatkan kurang optimalnya hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru tidak menyesuaikan dengan karakteristik siswanya. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran mayoritas lebih menekankan terhadap yang bersifat hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan saja. Akibatnya proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang untuk dilatih dan anak didik hampir kehilangan setiap kesempatan untuk kreatif. Hal itu berdampak siswa akan merasa bosan terhadap mata pelajaran dan tidak nyaman untuk belajar mata pelajaran kimia. Siswa cenderung untuk mempelajari kimia sesuai dengan yang diberikan oleh guru. Siswa jarang diberikan untuk mengekspresikan pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman yang ada seperti praktikum kimia, atau diskusi kimia lainnya. Dan mereka dapat dikatakan sebagai siswa yang kurang kreatif. 54
Sujiyo Miranto, Portofolio Strategi Pengajaran Sains, (Jakarta, 2006).
41
Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir, sikap dan perilaku kreatif siswa, yakni dengan melakukan kegiatan pembelajaran didalam atau diluar kelas. Diantaranya melalui pendekatan pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir secara kreatif. Dengan berpikir kreatif, siswa akan mendapatkan banyak pengalaman baru, dan melakukan sesuatu yang sedikit berbeda seperti memikirkan dan mendapatkan ide-ide baru dengan menggunakan pendekatan yang tidak biasanya. Semua itu akan menjadikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan. 55 Guru juga diharapkan menggunakan pendekatan mengajar yang tepat, sehingga dapat memotivasi siswa untuk mampu berpikir secara kreatif dan aktif dalam kegiatan belajar. Karena jika siswa mampu berpikir kreatif dalam belajar maka siswa mampu mengekspresikan pengetahuannya, lebih memahami, dan ingat terhadap pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme dapat mengantarkan siswa
dalam
membangun pemahamannya tentang konsep kimia khususnya melalui serangkaian aktivitas seperti, kegiatan pemikiran (reasoning), mental dan performan siswa. Sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai serta meningkatkan pembelajaran dengan siswa turut berperan aktif dan kreatif. Skema kerangka berpikir tentang pendekatan konstruktivisme dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, dapat dilihat berdasarkan gambar 2.3.
55
Stella Cottrell, Creative Thinking, dalam www.palgrave.com. 30 Januari 2007.
42
43
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H0 :
Kemampuan
berpikir
kreatif
kelompok
siswa
yang
diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan ekspositori adalah sama. H1 : Kemampuan
berpikir
kreatif
kelompok
siswa
yang
diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori.
D. Penelitian yang Relevan Penelitian skripsi ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini disertai dengan beberapa penelitian
ilmiah
yang
sudah
dilakukan
dan
berhubungan
dengan
pembelajaran konstruktivisme sebagai salah satu sumber informasi dan teori dalam penyusunan skripsi. Implementasi pembelajaran konstruktivisme sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran sains melalui penelitian dan proses pembelajaran disekolah ataupun perguruan tinggi. Pembelajaran konstruktivisme sudah menjadi referensi bagi para guru atau pendidik untuk meningkatkan penguasaan konsep pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dan IPA (biologi, fisika , dan kimia). Hasil penelitian di beberapa institusi pendidikan menunjukkan keberhasilan pendekatan kontruktivisme dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh saudari Agustina Eko Susanti, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Fakultas MIPA, Jurusan Pendidikan Biologi. Implikasi dari penelitian skripsinya
44
tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran konstruktivisme model 5E dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran sains (biologi) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar biologi siswa pada berbagai pokok bahasan. 56 Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh saudari Fani Prima Ardiana, mahasiswi Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan ekspositori pada materi pokok trigonometri.. 57 Pendekatan konstruktivisme juga telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah, sehingga prestasi belajar semakin meningkat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh saudari N. Setyaningsih, mahasiswi FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta, menujukkan hasil bahwa usaha yang dilakukan dosen dengan menyiapkan strategi pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dipandang cukup efektif dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif antara dosen dengan mahasiswa. Sehingga tercapainya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa dalam pemecahan masalah serta peningkatan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah pengantar dasar matematika. 58
56
Agustina Eko Susanti, Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Biologi Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivisme Siklus Belajar (Learning Cycle) Model 5E, Skripsi, Fakultas MIPA, UNJ, Bab V, h. 71. 57 Fani Prima Ardiana, Keefektifan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Trigonometridi SMA Negeri 15 Semarang, Skripsi, Fakultas MIPA, UNNES, Bab V, h. 64. 58 N. Setyaningsih, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif…, h. 21-22.
45
Pengetahuan sebelumnya / pengalaman lepas
Pengetahuan Idea Konsep Kemahiran
Diubah / Disesuaikan
Secara aktif Proses metakognitif
Lingkungan / sosial / individu
Gambar 2.1 : ALUR PROSES KONSTRUKTIVISME
Pengetahuan baru Idea baru Konsep baru
BERPUSATKAN PELAJAR
PRINSIP-PRINSIP KESELURUHAN
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
Pembelajaran satu proses yang aktif
Menerima autonomi pelajar Lebih bertumpu kepada pembelajaran Pelajar berwawasan Pelajar berwawasan
Motivasi-kunci pembelajaran
Meningkatkan penemuan inkuiri Meningkatkan perasaan ingin tahu Meningkatkan inisiatif
Pengalaman-peranan kritikal dalam pembelajaran
Pengalaman dan pengetahuan yang sebelumnya ada pada siswa
“Cognitive predisposition” manusia
“reasoning”
konstektual
Pemikiran kritikal
Aktivitas sosial
Penyelesaian masalah
waktu
“retrieval”, pemahaman dan penggunaan
fokuskan
Fleksibilitas kognitif GOL PENGAJARAN
refleksi Agihan Kepakaran
GURU & PELAJAR PERANAN GURU
Berkaitan dengan kehidupan Berkaitan dengan pengalaman Berkaitan dengan pemikiran
Refleksi dan kematangan
Pemahaman dan prestasi
Double lesson
Membelajari pengetahuan baru, Cara belajar yang baru
Fasilitator
Perancangan
Pembimbing
Konseling dan arah tuju
Berpikiran terbuka
“Learn along the way”
Penyokong kognitif
Gambar 2.2 : BAGAN KONSTRUKTIVISME DAN PEMBELAJARAN Sumber : http://uib.no/people/sinia/CSCL/HMM_Constructivism.htm
Pembelajaran kooperatif Pembelajaran melibatkan bahasa Pembelajaran melibatkan situasi Pembelajaran melibatkan realita dunia Pembelajaran melibatkan dialog
Bertanggungjawabpembelajaran Sendiri
Penggunaan teknologi PERANAN PELAJAR
Pilih dan ubah maklumat Konstruk hipotesis Membuat pilihan
Akses pelajar individu
Organisasi kerja sendiri Trait yang diingini- ingin tahu, inisiatif dan “persistent” Peralatan, Pengaksesan Internet, Simulasi, modelling dll – yang mendukung kompetensi agar terwujudnya pembelajaran
Buat cadangan, Memperkenalkan kreativitas Berpikir mandiri
Set limit Kemungkinan, Kekuatan, Keperluan & perasaan.
Individu
Minat Bakat Kepribadian
Keluarga Motivasi
Lingkungan
Sekolah
Masyarakat
Melalui Pendeka tan Konstru ktivisme
Interaksi dalam keluarga
- Strategi mengajar - Interaksi guru dan siswa
Sosial budaya
-Pengetahu an sblmnya -Siswa aktif mebangun konsep -Prediksi pribadi -Observasi / Percobaan -Prediksi kelompok -Pmbuktian hipotesis -Diskusi -Ingatan jangka panjang -LKS
Kemampuan Berpikir Kreatif Penemuan konsep
Pengalaman belajar
Melalui Pendeka tan Ekspositori
-Transfer pngetahuan -Komunika si satu arah --Ingatan jangka pendek -LKS
Gambar 2.3 : Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Konstruktivisme dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dalam bab I, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai dari tanggal 17 Maret – 26 Maret 2008, pada semester genap (II) dengan materi pokok Sistem Koloid. Penelitian ini dilakukan di kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah. C. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut : Metode Quasi Eksperimen Metode
Model Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Eksperimen Kontrol
Treatment Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan Ekspositori
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Quasi Eksperimen. Metode ini dipilih berdasarkan kondisi sampel (siswa sekolah) yang digunakan tidak memungkinkan untuk menggunakan sebagian siswanya untuk eksperimen dan sebagian lain tidak. Model penelitian ini menggunakan model Nonequivalent Control Group Design. Desain ini terdiri dari dua kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah itu keduanya diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan dengan pendekatan konstruktivisme dinamakan kelompok eksperimen, dan kelompok pembanding yang diberikan perlakuan pendekatan ekspositori dinamakan kelompok kontrol.
46
D. Prosedur Penelitian Sebelum mengadakan penelitian langsung kepada siswa, terlebih dahulu peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi untuk melengkapi persiapan kegiatan pembelajaran yang akan diujicobakan. Persiapan itu diantaranya membahas mengenai materi pelajaran, peralatan, bahan, media, dan penilaian. 1. Prosedur penelitian pada kelompok eksperimen a. Tahap persiapan Peneliti
bersama
guru
merancang
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan. Materi yang akan dibahas ada pada kurikulum, yakni mengenai sistem koloid. Peralatan dan bahan yang akan digunakan sederhana, murah dan dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Peralatan dan bahan juga disiapkan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. b. Tahap proses belajar mengajar Terlebih dahulu dilakukan tes awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif awal siswa berkenaan dengan konsepkonsep sistem koloid. Kemudian guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme berdasarkan langkah-langkah pembelajarannya (lampiran 1, hal 67) sehinggga dapat menstimulus siswa untuk berpikir secara kreatif. Yaitu dengan menarik perhatian siswa
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
sehingga
keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan lebih digali. Guru juga dapat mengidentifikasi pemahaman konseptual siswa melalui prediksi pribadi siswa. Selama proses ini, siswa diharuskan bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Siswa diberikan waktu untuk berpikir, merencanakan, menyelidiki, dan mengorganisasi serta mengumpulkan informasi tentang sistem koloid. Pada tahap ini siswa berkerja secara kelompok dan membuat
47
prediksi
secara
kelompoknya
kelompok.
melalui
Siswa
kegiatan
juga
membuktikan
percobaan.
prediksi
Kemudian
siswa
mempresentasikan hasil percobaannya secara berkelompok. Siswa berdiskusi, saling berbagi, mengklarifikasi dan merefleksikan hasil temuannya. Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman mereka dari apa yang mereka peroleh untuk diaplikasikan pada situasi yang nyata. Atau siswa menggunakan informasi untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, membuat keputusan yang digunakan pada situasi yang baru. Guru dan siswa mengambil kesimpulan umum dari hasil pembelajaran. Guru mengevaluasi kerja siswa pada setiap tahapan, memperbaiki pengetahuan siswa yang masih salah serta memberikan penghargaan (reward) kepada siswa. c. Tahap penilaian Yaitu pemberian tes akhir atau tes berpikir kreatif secara verbal (TKV) sebanyak satu kali. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi soal yang akan diteliti. (lampiran 4, hal 92)
2. Prosedur penelitian pada kelompok kontrol a. Tahap Persiapan Peneliti
bersama
guru
merancang
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan. Materi yang akan dibahas ada pada kurikulum, yakni mengenai sistem koloid. Peralatan dan bahan yang akan digunakan sederhana, murah dan dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Peralatan dan bahan juga disiapkan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
48
b. Tahap belajar mengajar Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, dilakukan terlebih dahulu tes awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif awal siswa yang juga berkenaan dengan konsep-konsep sistem koloid. Kemudian guru menjelaskan materi sampai selesai. Setelah itu siswa dibagi secara kelompok dan dilakukan percobaan-percobaan mengenai materi yang disampaikan. Kegiatan terakhir dari proses ini adalah tanya jawab mengenai materi dan percobaan yang telah dilakukan. c. Tahap penilaian Yaitu pemberian tes akhir atau tes berpikir kreatif secara verbal (TKV) sebanyak satu kali. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi, dengan tes yang sama pada kelompok eksperimen.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 7 Srengseng Sawah, yang telah terdaftar pada tahun ajaran 2007 / 2008. 2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah dua kelas yang telah homogen dari populasi target, yaitu kelas XI IPA-1 Sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA-2 sebagai kelas eksperimen. 3. Sampel Jumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana sampel seluruhnya sudah berjumlah 60 siswa, yang terdiri dari dua kelas, dan masing-masing kelas sebanyak 30 siswa.
49
F.
Variabel Penelitian Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian.
Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu : 1. Variabel bebas (X) adalah pendekatan konstruktivisme 2. Variabel terikat (Y) adalah berpikir kreatif Tabel 3.1 Variabel Penelitian No
Variabel
1.
Variabel X (Pendekatan Konstruktivisme)
2.
Variabel Y (Berpikir Kreatif Verbal)
Definisi Konseptual Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang berpusatkan pada siswa, dimana pengetahuan, ide atau konsep siswa yang baru dapat dibina secara aktif berdasarkan kepada pengalaman sendiri dan pengetahuan yang sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Berpikir kreatif verbal adalah proses berpikir divergen yang dilakukan untuk menghasilkan cara berpikir baru, asli, independen memberikan banyak jawaban dan imajinatif.
Devinisi Operasional Pendekatan konstruktivisme dapat diukur melalui penilaian dalam langkahlangkah pembelajaran seperti : 1.apersepsi 2.eksplorasi 3.diskusi dan penjelasan konsep 4.pengembangan dan aplikasi.
IPD Dari pengamatan afektif dan psikomotorik siswa
Berpikir kreatif Dari hasil tes verbal dapat diukur berpikir melalui : kreatif (TKV) 1. kelancaran berpikir 2. kelancaran berekspresi 3. kelancaran memberi ide 4. fleksibilitas dan orisinalitas 5. kemampuan untuk elaborasi
50
G.
Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian, atau suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. 1 Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa Tes Kreativitas Verbal (TKV) oleh Utami Munandar. Tes berpikir kreatif ini berdasarkan TKV Torrence. Tes ini bersifat verbal (mengukur kemampuan berpikir divergen) dan sudah baku, karena sudah diujikan ke beberapa negara oleh Torennce. Pada tahun 1977 tes ini digunakan pertama kali di Indonesia oleh Utami Munandar. 2 Pada tahun 1986 tes ini dibakukan sebagai Standarisasi Tes Kreativitas Verbal (TKV) oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, bagian Psikologi Pendidikan. 3 Tes ini juga telah digunakan untuk pengukuran kreativitas baik tingkat SD, SMP, dan SMU, dikarenakan pelajar
tingkat
sekolah
tersebut,
kegiatan
utamanya
banyak
menggunakan kegiatan secara verbal. TKV ini terdiri dari 6 dimensi kreativitas, antara lain : kelancaran kata, kelancaran menyusun kata, kelancaran berekspresi, kelancaran memberi ide, fleksibilitas dan orisinalitas, serta kelancaran memberi ide dan elaborasi. TKV ini juga mempunyai 6 subtes. Setiap subtes terdiri dari 5 butir soal dan mempunyai batasan waktu pengerjaan yang berbeda-beda. Berkisar dari 2 sampai 5 menit dan total waktu pengerjaan dari TKV ini sekitar 80 menit.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2007), h.148 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 68. 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.., h. 69. 2
51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Verbal No
Dimensi
Nama Tes
1.
Kelancaran kata
2.
Kelancaran Menyusun menyusun kata kata
3.
Kelancaran berekspresi
Membentuk kalimat 3 kata
4.
Kelancaran memberi ide
Sifat-sifat yang sama
5.
Fleksibilitas dan orisinalitas Kelancaran memberi ide dan elaborasi
Macammacam penggunaan Apa akibatnya
6.
Permulaan kata
Indikator Membuat kata dengan susunan huruf tertentu Membuat kata dengan memenuhi strukturan tertentu Menyusun kalimat dari 3 huruf sebagai permulaan kata Menyebutkan objek yang memiliki sifat yang sama Menyebutkan berbagai macam kegunaan suatu objek Menjelaskan akibat suatu kondisi yang tidak mungkin terjadi
No Butir Soal 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 9,10, 11, 12 13, 14, 15, 16 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24
Tabel 3.3. Ketentuan Waktu Pengisian Tes Berpikir Kreatif Verbal No
Nama Tes
1.
Permulaan Kata
4
Waktu / Butir (Menit) 2
2.
Menyusun Kata
4
2
8
3.
Membentuk kalimat 3 kata
4
5
20
4.
Sifat-sifat yang sama
4
3
12
5.
Macam-macam penggunaan
4
4
16
6.
Apa akibatnya
4
4
16
24
20
80
Jumlah
Jumlah Butir
Total Waktu (Menit) 8
52
2. Skor Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh setelah diukur dengan instrumen Tes Kreativitas Verbal (TKV). Dalam hal ini data dilakukan terhadap semua dimensi, berpedoman pada Petunjuk Praktis Tes Kreativitas Verbal yang disusun oleh lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, antara lain : a.
Skor 0 untuk responden yang tidak menjawab
b.
Skor 1 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban 1 – 2
c.
Skor 2 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban 3 – 4
d.
Skor 3 untuk responden yang menjawab alternatif jawaban ≥ 5
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas Instrumen Sebuah instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. 4 Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Setelah instrumen dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total. Uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27 % skor kelompok atas dan 27 % skor kelompok bawah yang dibandingkan dengan harga t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka instrumen dinyatakan valid. Dari uji coba instrumen, diperoleh 24 butir instrumen yang valid atau memiliki angka t-hitung yang lebih besar dari angka kritik t-tabel pada α = 0,05 dan sebanyak 6 butir instrumen yang tidak valid. (lampiran 11, hal 105).
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.., h.173
53
2. Uji Reliabilitas Instrumen Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama 5 . Pengujian reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan internal consistency ( dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja) dengan teknik belah dua ganjil-genap (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. 4 Untuk keperluan itu, butir-butir instrumen dibelah dan disusun menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen
genap.
Kemudian
dicari
koefisien
korelasi
dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment 6 : (N. ΣX.Y) – (ΣX. ΣY) rXY =
√ [(N. ΣX2) – (ΣX)2] . [(N . ΣY2) – (ΣY)2]
Keterangan : rXY
= Koefisien korelasi
ΣX
= Jumlah skor item ganjil
ΣY
= Jumlah skor item genap
ΣX.Y = Jumlah dari hasil kali skor item ganjil dan genap ΣX2
= Jumlah skor item ganjil yang dikuadratkan
ΣY2
= Jumlah skor item genap yang dikuadratkan
N
= Jumlah responden Setelah diketahui koefisien korelasinya, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan rumus Spearman Brown 7 , antara lain : r 11
5
=
2 x rXY (1 + rXY)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…., h. 173 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…., h. 190 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, cet 13, 2006), h. 170 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h.180 4
54
Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif yang telah valid, yaitu 24 butir dengan jumlah responden 30 orang, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,9365 (lampiran 12, hal 106). Nilai koefisien ini menunjukkan taraf reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif yang tinggi atau dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengukur yang senantiasa memberikan hasil yang sama. Dengan perhitungan yang sama, dapat diperoleh koefisien reliabilitas
instrumen
kelompok
yang
menggunakan
pendekatan
konstruktivisme sebesar 0,9345 (lampiran 13, hal 107) dan kelompok yang mnggunakan pendekatan ekspositori sebesar 0,9049 (lampiran 14, hal 109). kedua koefisien tersebut menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas hasil penelitian pada kedua kelompok tersebut tergolong tinggi dan dapat dipercaya.
3. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini, antara lain uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Liliefors pada data kemampuan berpikir kreatif. Kelebihan dari uji ini adalah penggunaan dan penghitungannya yang sederhana dan cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel yang kecil, n = 4 (lihat lampiran 17, 18 hal 114 dan 115). 5 Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlet. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah apabila nilai χ2 hitung < χ2 tabel, maka H0 yang menyatakan varian skornya homogen diterima, dan dalam hal lainnya ditolak (lampiran 19, hal 116). Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji pada taraf signifikasi α = 0,05. 5
h. 289.
Ating Somantri, Aplikasi Statistika dalam Penelitian, (Bandung :Pustaka Setia, 2006),
55
Pengujian variabel (X) dan (Y) dengan menggunakan tes-t, yaitu :6
t
x1 – x2
= S
(n1-1)s21 + (n2-1)s22
dengan S =
1 + 1 √ n1 n2
√
n1 + n2 -2
Keterangan : x1
= Mean sampel kelompok eksperimen
x2
= Mean sampel kelompok kontrol
S
= Simpangan baku gabungan
s2 1
= Varians kelompok eksperimen
s2 2
= Varians kelompok kontrol
n1
= Banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2
= Banyaknya sampel kelompok kontrol
4. Pengujian Hipotesis Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dirumuskan sebagai berikut : Ho : µx = µy HI : µx > µy Keterangan : µx
=
Rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang diajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.., h. 181
56
µy
=
Rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori.
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data a.
Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme (Kelompok Eksperimen). Berdasarkan data yang diperoleh dari tes kreativitas verbal (TKV) oleh 30 orang sampel siswa MAN 7 Srengseng Sawah kelas XI IPA 2, maka diperoleh skor kemampuan berpikir kreatif seperti terdapat dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen
Kelas Interval 49 - 52 53 - 56 57 - 60 61 - 64 65 - 68 69 - 72
Xi
Batas Nyata
Bawah Atas 50,5 48,5 52,5 54,5 52,5 56,5 58,5 56,5 60,5 62,5 60,5 64,5 66,5 64,5 68,5 70,5 68,5 72,5 JUMLAH TOTAL Rata-rata (mean) Simpangan baku (SD) Varian
(Xi-X) 160,53 75,17 21,81 0,45 11,09 53,73
Frekuensi Absolut Relatif 3 10 % 4 13,33 % 3 10% 2 6,67 % 12 40 % 6 20 % 30 100%
f (Xi-X)
f.Xi
481,59 151,5 300,68 218,0 65,43 175,5 0,9 125,0 133,08 798,0 322,38 423,0 1304,06 1895,0 1895 / 30 = 63,17 √ 1304,06 / 29 = 6,705 1304,06 / 29 = 44,967
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme, sebesar 63,17 atau sebesar 87,74 % dari skor maksimum yang diharapkan yaitu 72. Simpangan baku sampel adalah 6,7 dan variansi sampel adalah 44,97 sedangkan modus
57
sampel sebesar 68. Pada kelompok ini skor tertinggi yang didapat adalah 72, dimana merupakan skor maksimum yang diharapkan. Skor terendah 49 ( Lihat lampiran 15 hal 112). Selain tabel distribusi frekuensi yang telah ditampilkan, terdapat juga grafik histogram dari distribusi frekuensi tersebut yang menunjukkan tingkatan
skor
kemampuan
berpikir
kreatif
siswa
yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme. 12 12
Frekuensi Absolut
10
8 6 6 4 4
3
3 2
2
0 48,5 - 52,5
52,5 - 56,5
56,5 - 60,5
60,5 - 64,5
64,5 - 68,5
68,5 - 72,5
Batas Bawah - Atas Skor
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas, terlihat skor yang berada di dalam interval kelas 64,5 – 68,5 merupakan skor yang paling banyak diperoleh, yakni sebanyak 12 siswa (40 %). Sedangkan yang memperoleh skor terendah berada pada interval kelas 48,5 – 52,5 sebanyak 3 siswa (10 %) dan siswa yang memperoleh skor tertinggi berada pada interval kelas 68,5 – 72,5 sebanyak 6 siswa (20 %).
58
b. Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Siswa yang Diajar
dengan
menggunakan
Pendekatan
Ekspositori
(Kelompok Kontrol). Berdasarkan data yang diperoleh dari tes kreativitas verbal (TKV) oleh 30 orang sampel siswa MAN 7 Srengseng Sawah kelas XI IPA 1, maka diperoleh data skor kemampuan berpikir kreatif seperti terdapat dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Kelas Interval 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69
Batas Nyata (Xi-X) Frekuensi f.Xi f (Xi-X) Bawah Atas Absolut Relatif 42 39,5 44,5 60,37 6 20 % 362,22 252,0 47 44,5 49,5 7,67 12 40 % 92,04 564,0 52 49,5 54,5 4,97 5 16,67 % 24,85 260,0 57 54,5 59,5 52,27 5 16,67 % 261,35 285,0 62 59,5 64,5 149,57 1 3,33 % 149,57 62,0 67 64,5 69,5 296,87 1 3,33 % 296,87 67,0 30 100% 1186,9 1493,0 JUMLAH TOTAL 1493,0 / 30 = 49,77 Rata-rata (mean) √ 1186,9 / 29 = 6,397 Simpangan baku (SD) 1186,9 / 29 = 40,927 Varian Xi
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif sebesar 49,77 atau sebesar 69,13 % dari skor maksimum yang diharapkan yaitu 72.
Simpangan
baku
sampel adalah 6,39 dengan variansi sampel adalah 40,927 dan mempunyai 2 modus yaitu 47 dan 49. Pada kelompok ini skor tertinggi yang didapat adalah 65 dan skor terendahnya 40 (Lihat lampiran 16 hal 113). Selain tabel distribusi frekuensi yang telah ditampilkan, terdapat juga grafik histogram dari distribusi frekuensi tersebut yang menunjukkan tingkatan skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.
59
12
12
Frekuensi Absolut
10
8
6
6
5
5
4
2
1
1
59,5 - 64,5
64,5 - 69,5
0 39,5 - 44,5
44,5 - 49,5
49,5 - 54,5
54,5 - 59,5
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas, terlihat skor yang berada di dalam interval kelas 44,5 – 49,5 merupakan skor yang paling banyak diperoleh, yakni sebanyak 12 siswa (40 %). Sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah berada pada interval kelas 39,5 – 44,5 sebanyak 6 siswa (20 %) dan siswa yang memperoleh skor tertinggi berada pada interval kelas 64,5 – 69,5 sebanyak 1 siswa saja (3,33 %).
2. Pengujian Persyaratan Analisis a.
Uji Normalitas Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Liliefors Test. Harga D-tabel Liliefors statistik untuk kedua kelompok pada α = 0,05 dan n1 = n2 = 30 adalah sama yaitu 0,161. Harga D suprimum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada ringkasan hasil perhitungan pada tabel 4.3 berikut ini.
60
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Liliefors Kelompok
D-suprimum
D- tabel
Keputusan
Eksperimen
0,1580
0,161
Terima Hipotesis nol, maka
Kontrol
0,1554
data berdistribusi normal
Karena D suprimum yang diperoleh dari kelompok eksperimen
(kelompok
konstruktivisme),
sebesar
yang 0,1580
menggunakan dan
pendekatan
kelompok
kontrol
(kelompok yang menggunakan pendekatan ekspositori), sebesar 0,1554 berada dibawah angka kritik D-tabel Liliefors, yaitu 0,161 dari jumlah tiap sampel n = 30 atau 0,1580 < 0,161 dan 0,1554 < 0,161, maka keputusan yang diambil adalah terima hipotesis nol (Lampiran 17, 18 hal 114 dan 115). Berdasarkan kedua data kelompok tersebut, menunjukkan bahwa data skor kemampuan berpikir kreatif pada semua sampel mengikuti distribusi normal. b.
Uji Homogenitas (Uji Kesamaan Varian) Berdasarkan hipotesis H0 : varian semua kelompok sama dan H1 : salah satu varian tidak sama, maka kelompok eksperimen dan kontrol diuji kesamaan variansi dengan menggunakan uji Bartlett. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Menggunakan Uji Bartlett Variansi Kelompok
χ2-
χ2-
hitung tabel
S2Eksperimen = 44,967 S2Kontrol = 40,927
Keputusan
0,058
3,84
Terima hipotesis nol, maka data mempunyai variansi sama (homogen)
61
Keterangan : S2Ekperimen = Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. S2Kontrol
= Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Dari hasil perhitungan Uji Bartlett pada tabel diatas,
diperoleh χ2- hitung sebesar 0,058 dan harga χ2- tabel sebesar 3,84 pada α = 0,05. Karena χ2- hitung lebih kecil dari χ2-tabel, 0,058 < 3,84. Hal ini berarti variansi sampel kedua kelompok tersebut adalah sama (homogen). (Lampiran 19 hal 116)
c.
Pengujian Hipotesis Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh harga t-hitung sebesar 7,905 Sedangkan t-tabel sebesar 2,00 pada α = 0,05 atau 5 %. Karena t-hitung > t- tabel, yaitu 7,905 > 2,00 maka tolak hipotesis nol (Lihat lampiran 20 hal 118). Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori tidaklah sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori. Hipotesis penelitian dapat dirumuskan dengan, terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi (x = 63,17)
62
dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori
(x
=
49,77).
Atau
kesimpulan
hipotesissnya adalah terima H1. Hasil pengujian persyaratan analisis kedua kelompok juga berdistribusi normal. Dan variansi populasi dari kedua kelompok adalah sama serta hasil pengujian hipotesis yang menolak hipotesis nol (tolak H0). Pengambilan taraf signifikan 5 % (α
= 0,05) dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa penarikan kesimpulan dalam hipotesis kemungkinan salah 5 %. Dengan kata lain kesimpulan tersebut 95 % akurat atau dapat dipercaya.
B. Pembahasan Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan positif dan signifikan antara pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran kimia secara ekspositori. Hal ini berarti bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme ini dipandang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran kimia khususnya pada materi pokok sistem koloid. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai perbandingan antara variabel penggunaan pendekatan konstruktivisme (X) dan variabel kemampuan berpikir kreatif (Y) sebesar t-hitung = 7,905. Selanjutnya nilai dari t-hitung sebesar 7,905 (lihat lampiran 20 hal 118) berkonsultasi pada t- tabel dengan df/ db = 30 + 30 – 2 = 58. Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 58, karena itu dipergunakan df yang terdekat, yaitu df = 60. Dengan df sebesar 60 diperoleh t- tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,00. Sehingga dapat dibandingkan, t-hitung > dari t- tabel, 7,905 > 2,00. Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh (hasil skor akhir sama) penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak (tolak H0).
63
Dari perhitungan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Skor rata-rata kelompok eksperimen mencapai 87,74 % dari skor maksimal yang diharapkan, yaitu 72. dan skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol mencapai 69,13 % dari skor maksimal yang diharapkan. Perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif kedua kelompok tersebut, dapat dilihat histogram berdasarkan gambar 4.3.
Persentase
100.00%
87.74% 69.13%
80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Eksperimen
Kontrol
Kelompok
Gambar 4.3 Histogram Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal itu tampak selama proses pembelajaran berlangsung diantaranya, siswa terbiasa berpikir untuk menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru, dan keputusan yang tepat. Siswa juga terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan barunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (1960), bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang
64
berasaskan kepada pengetahuan asal mereka. 1 Selain itu siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan siswa lain dalam proses menambah pengetahuannya. Sehingga menjadi lebih paham dan ingat lebih lama terhadap semua konsep yang diperolehnya. Pembelajaran secara konstruktivisme juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan kritis. Hal itu terbukti ketika siswa mencari ide baru dan mencari jawaban yang paling banyak, ketika menjawab pertanyaan dalam test kemampuan berpikir kreatif secara verbal. Bahkan siswa yang diajar secara konstruktivisme mempunyai keterampilan menjelaskan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori. Guilford (1970) menandai ciri-ciri kreatif seseorang dengan berpikir untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan (berpikir divergen), atau bukan berpikir dengan hanya ada 1 jawaban yang benar saja. 2 Pada kelompok eksperimen, hasil yang didapat terlihat memuaskan, dengan mencapai skor tertinggi,
yaitu 72. Hal ini terjadi karena pendekatan
kontruktivisme yang digunakan telah melalui serangkaian fase kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pada kelompok kontrol, yaitu kelompok yang menggunakan pendekatan ekspositori, siswa memperoleh informasi dari guru. Guru yang menerangkan konsep pelajaran kemudian siswa diberikan kesempatan bertanya. Siswa tidak dilatih untuk mencari dan membentuk konsep ilmunya secara mandiri, melainkan hanya melalui informasi yang diterima guru dan beberapa demonstrasi dikelas. Siswa juga kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif dalam mencari ilmu, tidak kritis bahkan kurang kreatif dalam 1
Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.my/tutor/dunia.asp?y=2001&dt=0703&pub=DuniaPendidikan&sec=sain_teknolo gi&a-htm16.k h. 2. 21 September 2007 2 Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet-1, h. 41
65
mencari jawaban. Hal itu dikarenakan siswa tidak memperoleh pengalaman belajar secara utuh melalui pengalamannya sendiri. Dan implikasinya terhadap pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif dan cenderung membosankan. Siswa juga akan sulit memahami dan menyimpan materi pelajaran tersebut dalam ingatannya yang lama. Pendekatan ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah. Pendekatan ini juga sering digunakan oleh para guru IPA. Akan tetapi terdapat
perbedaannya.
Perbedaan
khusus
dengan
pendekatan
konstruktivisme, yakni terletak pada pencarian konsep dalam membangun pengetahuannya
sendiri.
Pendekatan
ekspositori
pusat
informasinya
bersumber pada guru. Sehingga siswa menjadi terpaku dengan pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang benar. Selain itu guru juga cenderung membatasi eksplorasi berpikir siswa sehingga aspek berpikir kreatif siswa tidak dilatih dan berakibat cenderung terhambat. Pada pendekatan konstruktivisme, pencarian informasi sampai terbentuk menjadi suatu konsep ilmu yang baru dengan cara yang tidak biasa (kreatif), yakni bersumber pada siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dikelas, antara lain sebagai mitra aktif bertanya kepada siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis dalam menguji konsep siswa. Selain kelebihan yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan
beberapa
kendala
dalam
menerapkan
pendekatan
konstruktivisme, antara lain : 1. Peneliti merasa kesulitan untuk mengatur situasi dan kondisi kelas pada saat siswa berada dalam kelompok. Hal ini menimbulkan suasana gaduh atau ramai diantara siswa sehingga membuat perhatian beberapa siswa sedikit terganggu. 2. Penggunaan waktu yang kurang efektif menyebabkan siswa lebih berorientasi pada penyelesaian LKS atau tugas yang diberikan guru, sehingga diskusi dalam kelas tidak terlampau banyak.
66
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil pendekatan
penelitian
menunjukkan
konstruktivisme
dalam
bahwa
pembelajaran
terdapat
pengaruh
kimia
terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari perhitungan uji hipotesis statistik, dimana diperoleh t-hitung > t-tabel, sebesar 7,905 > 2,00. Selain itu ditunjukkan pula dari perbandingan skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif (TKV), dimana kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi rata-ratanya daripada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori. Sebanyak 87,74 % skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif diraih oleh kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Bahkan kelompok tersebut juga meraih skor maksimal yang diharapkan, yakni 72. sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori, skor rata-rata yang dihasilkan sebanyak 69,13 % dari skor yang diharapkan. B. Saran Adapun saran-saran dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Pendidik diharapkan agar merencanakan secara matang antara waktu pembelajaran dengan setiap langkah pembelajarannya. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif. 2. Siswa juga diharapkan kooperatif selama proses pembelajaran sehingga siswa optimal mendapatkan pengetahuan yang baru secara mandiri. 3. Adalah sebuah keharusan bagi guru atau pendidik untuk terus mengasah kreativitasnya dalam mengajar. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk lebih kreatif serta kritis dalam menggali pengetahuan barunya. 4. Untuk peneliti lain dan pembaca pada umumnya, semoga karya ini bisa menambah pengetahuan baru atau menjadikan motivasi bahkan inspirasi dalam penelitian atau karya ilmiah selanjutnya.
67
70 Lampiran 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-1) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
D.
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
E.
Sumber / Alat Belajar •
Buku Kimia Kelas XI IPA
•
OHT dan OHP
•
Lembar pre test koloid
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa
71 b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran c. Guru mengadakan pre test
2. Kegiatan Inti No 1
Tahapan
Kegiatan
Menarik
Guru
menarik
perhatian
siswa
dengan
memberikan
dan
Perhatian
menggambarkan contoh-contoh benda seperti air sabun (busa), susu, keju, kanji (lem), batu apung dan logam. Guru juga memberikan pertanyaan terbuat dari apa bahan-bahan tersebut ? Bagaimana dengan fase terdispersi dan medium pendispersinya ? guru juga menyakan pertanyaan yang sama terhadap contoh awan dan debu?
2
Prediksi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
Pribadi
terbuatnya dan fase serta medium pendispersinya berdasarkan contohcontoh yang dikemukakan guru sebelumnya.
3
Prediksi
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi
Kelompok
didalam kelompok tersebut tentang contoh-contoh tersebut serta dengan menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok
4
Percobaan
Siswa mengamati contoh-contoh dari koloid tersebut dan menuliskan hasil pengamatan. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.
5
Diskusi
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
Kelompok
kelompok sebelum melakukan pengamatan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.
6
7
Laporan
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
kelompok
hasil pengamatan dan diskusi mereka.
Penjelasan
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
singkat
memberikan penjelasan singkat tentang jenis-jenis dari koloid berdasarkan fase dan medium pendispersinya. serta juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.
8
Aplikasi
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan fakta lain mengenai hasil pengamatan tersebut dan mengajak siswa untuk memberikan contoh-contoh lain dari jenis-jenis koloid.
72
3. Kegiatan Akhir a. Kelompok siswa mengumpulkan Pre test dan hasil laporan praktikum b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama G. Penilaian
Jenis tagihan
: Individu
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: Pre test
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-2) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A.
Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
D.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
E.
Sumber / Alat Belajar •
Buku Kimia Kelas XI IPA
•
OHT dan OHP
•
Alat-alat dan bahan praktikum (senter, larutan air gula, air garam, air tanah, air sabun, air kopi, air susu)
•
LKS Praktikum
74 F.
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 2. Kegiatan Inti No 1
Tahapan
Kegiatan
Menarik
Guru menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan contoh larutan
Perhatian
gula, garam, kopi, air tanah dan susu. Serta menanyakan pengelompokkan benda-benda tersebut apakah termasuk dari larutan, koloid atau suspensi ? Bagaimana cara membuktikannya ? dan jelaskan cara kerjanya.
2
Prediksi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
Pribadi
definisi dari laruatn, koloid dan suspensi berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru membagikan lembar kegiatan praktikum siswa (siswa bisa menulis di lembar kegiatan tersebut)
3
Prediksi
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi
Kelompok
didalam kelompok tersebut tentang definisi dari larutan, koloid dan suspensi
sehingga
mendapatkan
prediksi
dari
masing-masing
kelompok 4
Percobaan
Siswa mengambil peralatan praktikum dan melakukan percobaan membuat sistem koloid berdasarkan bahan-bahan di sekitar kemudian mensenterkannya. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa.
5
Diskusi
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
Kelompok
kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.
6
7
Laporan
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
kelompok
hasil diskusi mereka.
Penjelasan
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
singkat
memberikan penjelasan singkat tentang hasil percobaan dari sistem koloid
tersebut
serta
kesalahpahaman siswa.
juga
mengoreksi
sekiranya
terdapat
75 8
Aplikasi
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan yang telah dilakukan.
3. Kegiatan Akhir a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama G.
Penilaian
Jenis tagihan
: Kelompok
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-3) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar . Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara dispersi
Mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
E. Sumber / Alat Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI IPA 2. OHT dan OHP 3. Bahan dan Alat-alat praktikum F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
77 2. Kegiatan Inti No 1
Tahapan
Kegiatan
Menarik
Guru
menarik
perhatian
siswa
dengan
memberikan
dan
Perhatian
memperlihatkan contoh-contoh benda seperti agar-agar, sol belerang, emulsi minyak dalam air dan larutan (hangat) tepung beras. Kemudian guru menanyakan bagaimana cara membuatnya ? dan termasuk cara apakah mereka ? kondensasi atau dispersi ? dan termasuk koloid apakah, liofil atau liofob ?
2
Prediksi
Guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat prediksi tentang
Pribadi
bagaimana cara pembuatanya dan termasuk serta jenis cara apa ? berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan guru sebelumnya. Pada tahap ini guru membagikan lembar kegiatan praktikum siswa (siswa bisa menulis di lembar kegiatan tersebut)
3
Prediksi
Guru mengajak siswa untuk membagi kelompok kecil menjadi 4
Kelompok
bagian dan berdiskusi didalam kelompok tersebut tentang contohcontoh tersebut serta dengan menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan prediksi dari masing-masing kelompok
4
Percobaan
Siswa mengambil peralatan dan bahan praktikum serta melakukan percobaan
pembuatan
koloid
tersebut
dan
menuliskan
hasil
pengamatan serta menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa. Guru mengawasi seluruh kelompok siswa. 5
Diskusi
Guru mengajak siswa berdiskusi tentang akurasi prediksi dari
Kelompok
kelompok sebelum melakukan percobaan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan.. laporan diskusi ini disertakan dengan alasan yang mendukung.
6
7
Laporan
Guru mengajak perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan
kelompok
hasil percobaan dan diskusi mereka.
Penjelasan
Setelah semua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru
singkat
memberikan penjelasan singkat tentang pembagian pembuatan koloid dengan .cara kondensasi dan dispersi serta pengelompokkannya kedalam koloid liofil atau liofob. Selain itu guru juga mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman dari siswa.
8
Aplikasi
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk berpikir untuk menjelaskan fakta lain mengenai hasil percobaan tersebut.
78
3. Kegiatan Akhir a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar kerja siswa b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama G.
Penilaian
Jenis tagihan
: Kelompok
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: LKS Praktikum Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
79
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Pertemuan ke-4) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A.
Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
D.
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Agara siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
80 E. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 2. Kegiatan Inti Siswa mengerjakan post test kemampuan berpikir kreatif verbal 3. Kegiatan Akhir a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar jawaban tes kemampuan berpikir kreatif verbal b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama F. Penilaian
Jenis tagihan
: Individu
Bentuk tagihan
: Post test tertulis
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
81
Lampiran 2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI (Pertemuan ke-1) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A.
Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
D.
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis dari koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
E.
Sumber / Alat Belajar •
Buku Kimia Kelas XI IPA
•
OHT dan OHP
•
Lembar pre test koloid
82 F.
Langkah-Langkah Pembelajaran
No
A. KEGIATAN AWAL
1.
Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2.
Guru mengabsen siswa
3.
Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4.
Apersepsi B. KEGIATAN INTI
5.
Siswa mengerjakan pre test materi koloid
6.
Guru menjelaskan materi pembelajaran (definisi dan jenis-jenis koloid koloid) dan siswa memperhatikan dengan seksama
7.
Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 dan siswa berdiskusi serta mengerjakan LKS evaluasi praktikum.
8
Siswa mempresentasikannya di depan kelas oleh perwakilan masing-masing kelompok C. KEGIATAN AKHIR
9.
Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan
10.
Siswa mencatat hasil perbaikan
11.
Guru memberikan tugas PR, Guru memberitahukan pokok bahasan selanjutnya, Guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama
G.
Penilaian
Jenis tagihan
: Individu
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: Lembar pre test
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI (Pertemuan ke-2) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A.
Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
D.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
E.
Sumber / Alat Belajar •
Buku Kimia Kelas XI IPA
•
OHT dan OHP
•
Alat-alat dan bahan praktikum (senter, larutan air gula, air garam, air tanah, air sabun, air kopi, air susu)
•
LKS Praktikum
84 F.
Langkah-Langkah Pembelajaran
No
A. KEGIATAN AWAL
1.
Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2.
Guru mengabsen siswa
3.
Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4.
Apersepsi B. KEGIATAN INTI
5.
Guru menjelaskan materi sifat-sifat koloid dan siswa memperhatikan dengan seksama
6.
Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 dan siswa melakukan praktek efek tyndall dari campuran yang ada dan mengerjakan LKS Praktikum
7.
Siswa mempresentasikannya di depan kelas oleh perwakilan masing-masing kelompok C. KEGIATAN AKHIR
8.
Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan
9.
Siswa mencatat hasil perbaikan
10.
Guru memberikan tugas PR, Guru memberitahukan pokok bahasan selanjutnya, Guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama
H.
Penilaian
Jenis tagihan
: Kelompok
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati .
85
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI (Pertemuan ke-3) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari B. Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar. C. Indikator
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
D. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Kondensasi
Agar siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara Dispersi
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid kedalam koloid liofil dan liofob
E. Sumber / Alat Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI IPA 2. OHT dan OHP 3. Bahan dan Alat-alat praktikum
86 F.
Langkah-Langkah Pembelajaran
No
A. KEGIATAN AWAL
1.
Guru membuka pelajaran dan berdo’a bersama
2.
Guru mengabsen siswa
3.
Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran
4.
Apersepsi B. KEGIATAN INTI
5.
Guru menjelaskan materi pembuatan koloid dan siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan
6.
Guru membagikan kelompok belajar siswa menjadi 4 kelompok. kel.1 membuat koloid sol belerang: kel.2 membuat koloid sol agar-agar: kel.3 membuat emulsi minyak dalam air : kel 4 membuat koloid tepung beras.
7.
Masing-masing kelompok mengerjakan LKS praktikum C. KEGIATAN AKHIR
8.
Masing-masing kelompok mempresentasikan dari hasil percobaan yang mereka lakukan
9.
Evaluasi bersama dan guru memberikan penguatan dan tugas PR
10.
Guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama
G.
Penilaian
Jenis tagihan
: Kelompok
Bentuk tagihan
: Laporan tertulis
Instrumen
: LKS Praktikum
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI (Pertemuan ke-4) Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri
Mata Pelajaran
: Kimia
Pokok Bahasan
: Sistem dan Sifat Koloid
Kelas / Semester
: XI IPA / Genap
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A.
Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Kompetensi Dasar Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
C.
Indikator
Mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
D.
Mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat mengklasifikasikan suspensi, larutan, koloid berdasarkan data hasil pengamatan dan mengelompokkannya dalam jenis-jenis koloid.
Agar siswa dapat mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengetahui jenis-jenis koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Agar siswa dapat mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Agara siswa dapat mengetahui pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
88 E.
Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran, berdoa bersama dan mengabsen siswa b. Guru menyebutkan pokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran 2. Kegiatan Inti Siswa mengerjakan post test kemampuan berpikir kreatif verbal 3. Kegiatan Akhir a. Kelompok siswa mengumpulkan lembar jawaban tes kemampuan berpikir kreatif verbal b. Guru menutup pelajaran dan berdoa bersama
F.
Penilaian
Jenis tagihan
: Individu
Bentuk tagihan
: Post test tertulis
Guru Mata Pelajaran
Palupi Purnamawati
89
Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA KELAS XI IPA “SISTEM KOLOID” Nama :
*
*
*
*
*
*
SIFAT CAMPURAN Gula
Campuran air dengan Susu Kopi Sabun Garam
Tanah
Larut / tidak Stabil / tidak Bening / keruh Satu fase / dua fase Meninggalkan residu /tidak Termasuk larutan / koloid / suspensi SIFAT CAMPURAN
Campuran air dengan … yang diSenteri Susu Kopi Sabun Garam Tanah Gula
Warna larutan / campuran bening / keruh ??? Menghamburkan / meneruskan cahaya ??? Evaluasi : 1. Apakah yang dimaksud dengan larutan, koloid dan suspensi ? 2. Apa yang dimaksud dengan Efek Tyndal ?
90
3. Bagaimanakah sifat koloid terhadap cahaya ? apakah selalu keruh? jelaskan !!!! Tes Kreativitas : 1. Buatlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan sistem koloid yang dimulai dengan huruf “K” ? (minimal 5 kata) 2. Buatlah sebanyak mungkin kalimat dengan menggunakan 3 kata yang ada yang berhubungan dengan sistem koloid sehingga terbentuk kalimat yang baik,” E – M – K ” ! (minimal 5 kalimat)
☺ JAWABAN ☺
91
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF Konsep
:
Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas
:
XI IPA
TPK
:
Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Waktu
:
30 menit
Kelompok
:
………
Pembuatan
:
………
ALAT DAN BAHAN
UKURAN / SATUAN
JUMLAH
HASIL PENGAMATAN : No
Hal yang Diamati
Pengamatan dan Gambar
Termasuk Pembuatan Koloid dengan cara
1.
Percampuran antara air suling + larutan FeCl3 jenuh
2.
Pemanasan campuran hingga ada perubahan warna
EVALUASI & TES KREATIVITAS : 1. Produk apa yang dihasilkan dari percampuran 2 jenis zat diatas? Tuliskan reaksi kimianya ! 2. Sebutkan 3 cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi beserta contoh dan reaksinya ! 3. Apa yang terjadi jika koloid tidak ditemukan ? (minimal 5) Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
92
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF Konsep
:
Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas
:
XI IPA
TPK
:
Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Waktu
:
30 menit
Kelompok
:
………
Pembuatan
:
………
ALAT DAN BAHAN
UKURAN / SATUAN
JUMLAH
HASIL PENGAMATAN : No
Hal yang Diamati
Pengamatan dan Gambar
Termasuk Pembuatan Koloid dengan cara
1.
Percampuran antara belerang + gula yang digerus 4 kali kemudian dilarutkan ke dalam air
2.
Belerang yang dimasukkan ke dalam air
EVALUASI & TES KREATIVITAS : 1. Apakah fungsi gula pada pembuatan sol belerang ? 2. Reaksi apa yang terjadi dari pembuatan sol belerang ? 3. Apa yang terjadi jika penyerapan (adsorbsi) koloid tidak berfungsi ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
93
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep
:
Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas
:
XI IPA
TPK
:
Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Waktu
:
30 menit
Kelompok
:
………
Pembuatan
:
………
ALAT DAN BAHAN
UKURAN / SATUAN
JUMLAH
HASIL PENGAMATAN : No
Hal yang Diamati
Pengamatan dan Gambar
Termasuk Pembuatan Koloid dengan cara
1.
Percampuran antara agar-agar dan air
2.
Pembakaran campuran agar-agar dan air
EVALUASI & TES KREATIVITAS : 1. Apakah yang dimaksud dengan peptisasi ? 2. Apakah perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi, tuliskan contohnya ! 3. Apa yang terjadi jika penggumpalan (koagulasi) koloid tidak berfungsi ? (minimal 5) Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
94
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF
Konsep
:
Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi
Kelas
:
XI IPA
TPK
:
Melalui percobaan, siswa dapat menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi
Waktu
:
30 menit
Kelompok
:
………
Pembuatan
:
………
ALAT DAN BAHAN
UKURAN / SATUAN
JUMLAH
HASIL PENGAMATAN : No 1.
2.
Hal yang Diamati Percampuran antara minyak tanah + Air
Pengamatan dan Gambar
Termasuk Pembuatan Koloid dengan cara
Percampuran antara minyak tanah + air + detergen
EVALUASI & TES KREATIVITAS : 1. Apakah fungsi dari detergen pada pembuatan emulsi minyak-air ? 2. Sebutkan bagian-bagian yang terdapat dari sabun/detergen dan sifatnya terhadap air ! 3. Apa yang terjadi jika koloid pelindung tidak ada ? (minimal 5)
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
95
LEMBAR KERJA SISWA CERDAS & KREATIF Materi
:
Hidrolisis Larutan
Kelas / Sem
:
XI IPA
TPK
:
Melalui percobaan, siswa dapat menentukan ciri-ciri garam yang dapat
/ Genap
terhidrolisis
dengan
percobaan
pemindahan
kulit
telur
mentah
tanpa
memecahkannya. Waktu
:
30 menit
Kelompok
:
………
ALAT DAN BAHAN
JUMLAH
Toples dengan tutupnya Telur ayam mentah Larutan cuka Penggaris
1 buah 1 buah 500 mL 1 buah (30 cm)
LANGKAH KERJA 1. Ukur lebar dan panjang dari telur sebelum dimasukkan ke dalam toples 2. Taruh telur ke dalam toples. Hati-hati jangan sampai kulit telur retak 3. Tambahkan larutan cuka hingga permukaan telur terendam. Tutup segera toples tersebut. 4. Amati seketika dan secara berkala selama 24 jam berikutnya. Catat perubahan yang terjadi, dan ukur panjang dan lebar dari telut tersebut. HASIL PENGAMATAN : No
Hal yang diamati
Pengamatan dan gambar
1.
Reaksi yang terjadi dalam toples
2.
Ukuran
dan
sebelum
bentuk dan
telur
sesudah
dimasukkan ke dalam toples. EVALUASI : 1. Sebutkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam toples tersebut ? 2. Reaksi dan produk apa yang dihasilkan dari pencampuran kulit telur dan asam cuka? 3. Apakah kuning dalam telur tersebut matang dan bisa dibuahi kembali ? jelaskan ! Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
96
Selamat Mengerjakan, INGAT !!!!, kerjakan secara BERKELOMPOK !!. Jika Sudah Selesai, Rapihkan + Bersihkan kembaLi. Terima kasih ☺☺☺
95
Lampiran 4. INSTRUMEN TES KREATIVITAS VERBAL (Tes Kemampuan Berpikir Kreatif) Pokok Bahasan : Sistem Koloid Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa, data dari hasil tes atau soal ini akan digunakan ebagai data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA”. Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran yang objektif, maka diharapkan adik-adik menjawab pertanyaan dibawah ini dengan baik dan sesuai petujuk yang benar. Atas bantuan dan kerjasamanya peneliti mengucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian : •
Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan
•
Jawablah setiap butir soal dengan benar, dan semakin banyak hal yang dapat diuraikan, maka skor yang diperoleh akan semakin bagus.
•
Setelah meyelesaikan soal-soal dibawah ini dengan baik, maka kumpulkanlah kembali kepada peneliti.
Tes I. Permulaan Kata Petunjuk : Buatlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan sistem koloid yang dimulai dengan huruf yang tertulis di kertas. Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : B Jawab : busa, buih, busur bredig, batu apung, brown (gerak), dan sebagainya. Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan !
96 Soal : 1. S
3. K
2. A
4. E
Waktu : 2 menit setiap soal !
Test II. Menyusun Kata Petunjuk : Susunlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan system koloid dengan memakai huruf-huruf dalam kalimat yang tertulis di kertas. Kata tersebut dapat disusun dengan menggunakan sebagian dari huruf-huruf dalam kalimat yang telah diberikan. Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk menyusun satu kata baru. Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : Golongan aerosol dalam sistem koloid Jawab : kabut, awan, embun, debu, asap, dan sebagainya. Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan ! Soal : 1. Golongan emulsi dalam sistem koloid. 2. Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi. 3. Koloid mempunyai sifat yang khas. 4. zat-zat koloid yang dihasilkan dari produk industri. Waktu : 2 menit setiap soal !
Tes III. Membentuk kalimat dari Tiga Kata Petunjuk : Buatlah sebanyak mungkin kalimat tentang konsep-konsep kimia yang berhubungan dengan sistem koloid dan terdiri dari tiga kata yang huruf pertama tiap kata diberikan dalam soal. Urutan huruf-huruf boleh berubah. Tiap kalimat hanya boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya.
97 Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : A – T – O Jawab : -
Obat nyamuk Termasuk Aerosol.
-
Obat norit Termasuk Adsorpsi
-
Air saring Oleh Tawas
Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan ! Soal : 1. E – K – M 2. P – A – K 3. P – E – T 4. K – G – E Waktu : 5 menit setiap soal !
Tes IV. Sifat-sifat yang Sama Petunjuk : Tulislah sebanyak mungkin nama benda yang berhubungan dengan sistem koloid (benda mati atau benda hidup) yang semuanya memiliki kedua sifat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : Koloid dan tidak suka air Jawab : sol belerang, sol emas, As2S3, sol Fe(OH)3, dan sebagainya Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan ! Soal : 1. Koloid dan suka air 2. Koloid yang fase terdispersinya padat 3. Koloid yang biasa dimakan 4. Cair dan ukuranya lebih besar dari koloid. Waktu : 4 menit setiap soal !
98
Tes V. Macam-Macam Penggunaan Petunjuk : Pikirkanlah apa saja kata-kata dibawah ini yang dapat dipakai di luar penggunaanya yang lazim. Jadi, jangan menulis untuk apa alat itu pada umumnya atau biasanya digunakan. Akan tetapi pikirkanlah macam-macam penggunaan lainnya. Baik yang pernah anda lihat atau dialami sendiri, maupun yang dapat anda bayangkan. Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : Air Jawab
: pelarut makanan, pembangkit listrik, sebagai tempat hidup atau habitat air, pencegah kekeringan dan sebagai tempai wisata
Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan ! Soal : 1. Padat 2. Cair 3. Gas 4. .Larutan Waktu : 4 menit setiap soal !
Tes VI. Apa Akibatnya Petunjuk : Setiap soal dibawah ini melukiskan suatu keadaan yang tidak terdapat atau tidak mungkin terjadi. Bayangkanlah seandainya keadaan tersebut benar terjadi, apa saja akibatnya?. Tulis sebanyak mungkin akibat-akibat atau apa saja yang akan terjadi jika keadaan tersebut benar-benar terjadi. Perhatikan contoh dibawah ini ! Contoh : Apa yang akan terjadi jika di alam tidak terdapat oksigen bebas ? Jawab : - bumi akan menjadi sangat panas - makhluk hidup tidak dapat bernafas dan berkembang - proses oksidasi tidak akan berlangsung
99 Perhatian ! Boleh menggunakan istilah Indonesia atau asing, tetapi jangan menulis nama orang. Sudah jelas ? Masih ada pertanyaan ? Jangan mulai sebelum diperintahkan ! Soal : 1. Apa yang terjadi jika koloid tidak ditemukan ? 2. Apa yang terjadi jika penyerapan (adsorpsi) koloid tidak berfungsi ? 3. Apa yang terjadi jika koloid pelindung tidak ada ? 4. .Apa yang terjadi jika penggumpalan (koagulasi) koloid tidak berfungsi ? Waktu : 4 menit setiap soal !
100
Lampiran 5.
ALTERNATIF JAWABAN INSTRUMEN Tes I. Permulaan Kata 1.
S : Sistem, suspensi, sol padat, sol cair, sol belerang, sol emas, semi permeable, sabun, susu, santan, sol liofil, sol liofob
2.
A : Aerosol cair, aerosol padat, adsorpsi, absorpsi, air, anion, atom, asam, aluminium sulfat (tawas), asosiasi, asap, agar-agar
3.
K : Koloid, koagulasi, koloid pelindung, kondensasi, kristaloid, karbon, kaporit, kation, kinetik, keruh, kabut, karet busa, kanji, kasein, keju
4.
E : Efek Tyndal, elektroforesis, emulgator, emulsi, elektrolisis, elektrolit, elektrode, embun, enzim pepsin
Tes II. Menyusun Kata 1.
Susu, mayones, santan, mutiara, mentega, keju, minyak ikan, jelly, opal
2.
Reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, penggantian pelarut
3.
Efek tyndal, gerak brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi, koloid pelindung
4.
Cat tembok, krim salad, cat kayu, cat besi, lem kaca, lem kayu, lem besi, lem plastik, kapsul, kosmetik
Tes III. Membentuk Kalimat dari Tiga Kata 1. E – K – M -
Mutiara Koloid Emulsi padat
-
Koloid Mempunyai sifat Efek tyndal
-
Emulsi Merupakan Koloid
-
Kapur air Memberikan Endapan
-
Koloid diberikan Elektro Menggumpal
2. P – A – K -
Air Partikel Koloid
-
Pendispersi Kanji Air
-
Penggabungan Atom adalah Kondensasi
-
Adsorpsi adalah Penyerapan Koloid
-
Partikel Koloid Antara 1-100 nm
101 3. P – E – T -
Empat cara Pembuatan koloid Terkondensasi
-
Pelindung koloid Endapkan Tinta
-
Emulsi Padat dapat Terdispersinya
-
Proyektor cahaya adalah Efek Tyndal
-
Partikel koloid Terhidrolisis karena Elektroforesis
4. K – G – E -
Gelatin Koloid pelindung Es krim
-
Koagulasi Getah karet akibat Elektrolit
-
Kasein Enggan Gumpalkan air susu
-
Gel Koloid Emulsi padat
-
Elektrolit Gumpalkan Koloid liofil
Tes IV. Sifat-Sifat yang Sama 1. Kanji, protein, sabun, detergen, jelly, santan 2. Debu, asap, cat, kaca bewarna, paduan logam, sol, tinta, intan hitam 3. Susu, mayones, mentega, keju, minyak ikan 4. air sungai keruh, campuran air dan pasir, campuran air dan kapur, campuran air dan kopi, campuran air dan minyak
Tes V. Macam-Macam Penggunaan 1. Dapat disentuh, dapat dilihat, tidak mempunyai rasa, dapat ditimbang, dapat dipukul, contohnya logam, kayu, kaca, kapur, batu apung, intan hitam, dan sebagainya 2. Dapat meresap, tidak dapat dipegang, mempunyai rasa, dapat diminum, dapat dicampurkan dengan zat lain, contohnya susu, santan, cat, dan sebagainya 3. Tidak mempunyai berat, tidak dapat disentuh, mempunyai volume, mempunyai bau, sulit dilihat, merupakan isi dari balon, contohnya asap, debu, kabut, udara, dan sebagainya 4. Tidak dapat disaring, dapat ukuran partikelnya sangat kecil, tidak bewarna, mempunyai rasa, contohnya larutan gula,larutan garam, larutan cuka, bensin, alkohol, spirtus, udara yang bersih, dan sebagainya
102 Tes VI. Apa Akibatnya 1. -
jenis campuran hanya ada 2 saja, larutan dan suspensi
-
tidak ditemukan penggolongan wujud zat yang lebih spesifik lagi
-
produksi industri makanan, bangunan tidak akan berkembang
-
peralatan kosmetik terbatas
-
tidak ditemukannya kapsul (oleh gelatin)
2. -
penjernihan air akan sulit
-
tidak ditemukannya obat norit (obat sakit perut)
-
gula dan tebu tidak bisa diputihkan
-
tidak ditemukannya sifat-sifat koloid yang lainnya
3. -
tidak adanya pelindung untuk muatan partikel koloid
-
akan terjadi penggumpalan
-
tinta akan mengendap
-
es krim akan mudah mengkristal menjadi es sehingga tidak lembut strukturnya
-
susu akan menggumpal
4. -
elektrolit yang akan dibutuhkan semakin besar
-
proses pemanasan, pendinginan, pengadukan akan semakin sering digunakan
-
pembentukan delta di muara sungai tidak ada
-
produksi getah karet (lateks) menurun
-
polusi udara seperti asap dan debu pabrik akan semakin banyak dan menyebar
103
Lampiran 6. Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Eksperimen (Pendekatan Konstruktivisme) & Kelompok Kontrol (Pendekatan Ekspositori)
Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-Rata
Skor Pre Test Kelompok Eksperimen Kontrol 15 17 24 20 23 19 24 30 35 24 31 16 26 14 35 20 36 24 26 22 23 23 30 28 32 18 26 38 19 23 22 20 18 24 34 29 30 31 28 25 27 26 26 25 40 24 34 33 32 29 26 27 21 16 30 42 24 23 27 23 824 733 27.4667 24.4333
No
Skor Post Test Kelompok Eksperimen Kontrol 1 53 44 2 59 42 3 52 49 4 65 65 5 69 52 6 67 42 7 66 49 8 69 47 9 70 47 10 70 55 11 54 50 12 68 57 13 68 52 14 56 58 15 60 45 16 49 46 17 53 44 18 68 53 19 58 53 20 68 40 21 66 60 22 69 47 23 72 40 24 64 58 25 65 47 26 68 49 27 50 48 28 68 59 29 64 46 30 67 49 Jumlah 1895 1493 Rata-Rata 63.1667 50
Lampiran 7. Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif NO Siswa
Test I
Test II
Test III
Permulaan Kata
Menyusun Kata
Test IV
Test V
Test VI
Membentuk Kal. dr 3 kata Sifat-sifat yang Sama Macam-macam Penggunaan
JUMLAH TOTAL
Apa Akibatnya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
0
1
0
2
0
2
1
3
0
1
0
1
2
1
0
1
0
1
36
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
1
1
1
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
1
2
1
66
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
1
1
1
1
2
3
3
2
3
3
1
1
2
1
1
2
1
2
2
63
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
1
1
1
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
73
5
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
1
2
0
1
3
3
3
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
65
6
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
1
0
0
2
1
2
2
2
1
3
2
1
1
2
2
3
2
2
1
3
58
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
0
3
3
3
1
3
3
1
1
1
3
1
1
1
1
1
61
8
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
72
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
0
0
1
3
3
3
1
3
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
63
10
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
1
1
1
2
3
3
3
2
3
2
1
1
2
3
2
2
2
2
2
67
11
3
3
2
2
3
3
2
3
2
2
1
0
1
0
0
3
2
2
1
3
2
1
0
2
3
2
2
2
1
3
56
12
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
1
1
1
1
3
3
3
2
3
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
63
13
3
3
3
2
2
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
2
1
1
1
2
59
14
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
2
1
3
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
3
2
2
3
71
15
3
3
3
2
3
3
3
3
1
3
1
1
0
1
1
3
3
3
2
3
1
3
1
2
3
1
1
2
1
2
62
16
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
1
1
1
1
1
3
3
3
2
3
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
62
17
2
1
2
1
3
3
1
1
2
2
0
0
0
1
1
2
2
2
2
2
1
0
1
2
2
2
1
2
1
1
43
18
2
2
1
2
3
2
1
2
2
3
1
1
0
0
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
0
0
40
19
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
1
1
0
1
1
3
3
3
2
3
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
58
20
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
1
2
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
1
2
72
21
3
3
3
3
2
3
1
3
3
3
1
1
1
1
1
3
3
3
2
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
56
22
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
1
1
1
1
3
3
3
1
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
59
23
2
3
2
2
2
3
2
2
3
3
1
1
1
1
0
3
2
3
1
2
3
1
2
2
3
2
3
2
1
2
60
24
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
0
1
1
3
3
3
1
3
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
61
25
2
2
2
1
2
3
2
2
2
2
1
0
1
1
0
3
2
3
1
3
2
1
1
0
1
1
1
0
1
0
43
26
2
2
3
2
2
3
1
1
1
1
1
0
1
0
1
2
1
3
1
3
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
38
27
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
1
1
1
1
3
3
3
1
3
3
3
2
2
1
2
2
2
2
3
68
28
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
1
1
1
1
2
3
3
2
3
3
1
1
2
1
1
2
1
2
2
63
29
3
3
3
2
2
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
2
1
1
1
2
59
30
3
3
3
2
2
3
3
1
3
3
1
1
0
1
1
3
3
3
2
3
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
58
JUMLAH TOTAL
1775
RATA-RATA
59.16667
Lampiran 8. Skor Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif yang Diajar Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme (Eksperimen) NO Siswa
Test I
Test II
Test III
Test IV
Test V
Test VI
Permulaan Kata
Menyusun Kata
Membentuk Kal.3 kata
Sifat yang Sama
Macam Penggunaan
Apa Akibatnya
JUMLAH TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
3
3
3
2
2
1
1
3
2
2
2
1
2
2
3
1
3
3
3
3
2
1
2
3
53
2
3
3
3
3
2
1
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
59
3
3
3
3
2
1
1
1
3
2
1
2
2
2
1
3
2
3
3
3
3
3
1
1
3
52
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
1
2
3
65
5
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
69
6
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
67
7
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
66
8
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
69
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
70
10
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
70
11
3
3
3
2
1
3
3
1
1
1
1
1
2
1
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
54
12
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
68
13
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
68
14
3
3
3
3
1
1
2
3
1
1
1
2
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
56
15
3
3
2
3
3
1
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
1
2
60
16
3
3
3
3
1
1
2
3
1
1
1
2
1
2
3
2
3
2
3
3
2
1
0
3
49
17
3
3
2
3
2
2
1
3
2
3
2
2
2
1
3
3
3
3
2
1
2
1
2
2
53
18
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
68
19
3
3
3
3
2
1
2
3
1
1
1
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
58
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
68
21
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
66
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
69
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
72
24
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
64
25
3
3
3
3
2
1
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
65
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
1
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
68
27
3
3
3
2
1
1
3
3
2
1
1
1
2
1
3
3
3
3
3
1
1
2
1
3
50
28
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
68
29
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
64
30
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
1
3
3
67
JUMLAH TOTAL
1895
RATA-RATA
63.1667
Lampiran 9. Skor Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif yang Diajar Menggunakan Pendekatan Ekspositori (Kontrol) NO Siswa
Test I
Test II
Test III
Test IV
Test V
Test VI
Permulaan Kata
Menyusun Kata
Membentuk Kal.3 kata
Sifat yang Sama
Macam Penggunaan
Apa Akibatnya
JUMLAH TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
3
3
3
3
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
3
3
2
1
3
1
2
3
44
2
3
3
2
2
1
2
2
2
1
1
1
1
2
1
2
1
3
2
2
2
2
1
1
2
42
3
3
3
3
3
2
1
2
3
1
2
2
1
1
1
1
2
3
3
3
2
2
1
2
2
49
4
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
65
5
3
3
3
3
1
3
3
2
1
1
1
1
3
2
3
1
3
3
2
2
3
2
1
2
52
6
3
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
2
3
42
7
3
3
3
3
1
1
2
2
1
1
1
1
3
2
1
1
3
3
3
3
2
2
2
2
49
8
3
3
3
3
1
1
1
2
2
1
1
1
3
2
3
1
3
3
2
3
2
1
1
1
47
9
3
3
3
3
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
3
3
2
3
3
1
2
3
47
10
3
3
3
3
1
3
2
3
2
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
2
3
55
11
3
3
2
3
3
1
1
3
1
1
1
1
2
3
3
2
3
3
3
3
1
1
1
2
50
12
3
3
3
3
1
3
2
3
2
1
1
2
2
1
3
2
3
3
3
3
3
1
3
3
57
13
3
3
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
2
3
3
3
3
3
3
2
2
1
2
52
14
3
3
3
3
1
3
3
3
2
1
1
1
2
1
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
58
15
3
3
2
2
1
0
1
3
3
2
1
1
1
0
3
2
3
3
3
3
2
1
1
1
45
16
3
3
3
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
3
3
2
1
1
2
46
17
3
3
1
3
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
3
1
3
3
3
3
3
1
1
2
44
18
3
3
3
3
1
1
3
1
2
1
1
2
1
3
2
3
3
3
3
3
2
1
2
3
53
19
3
3
3
3
3
1
1
2
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
3
53
20
2
3
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
2
1
1
2
40
21
3
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
60
22
3
3
3
2
1
1
2
3
2
1
2
1
1
1
3
1
3
3
3
2
2
1
1
2
47
23
3
3
2
2
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
2
1
3
2
2
2
1
1
1
3
40
24
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
1
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
1
2
1
58
25
3
3
1
2
1
1
1
3
2
2
1
1
1
1
3
1
3
3
3
3
3
1
1
3
47
26
3
3
3
2
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
3
1
3
3
3
3
3
1
3
3
49
27
3
3
3
2
1
1
2
3
1
1
1
1
3
2
1
1
3
3
3
2
3
1
1
3
48
28
3
3
3
3
2
3
3
3
1
1
1
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
1
2
3
59
29
3
3
3
3
1
1
3
2
2
2
1
1
1
3
2
1
2
2
2
3
1
1
2
1
46
30
3
3
3
3
1
1
1
3
1
1
1
1
2
1
3
2
3
3
3
3
2
1
2
2
49
JUMLAH TOTAL
1493
RATA-RATA
49.76667
Lampiran 10. Data Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Atas (Upper Group) Skor Tiap Butir
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 Total
1
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
1
2
0
1
3
3
3
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
1
1
1
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
1
2
1
66
3
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
1
1
1
2
3
3
3
2
3
2
1
1
2
3
2
2
2
2
2
67
4
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
1
1
1
1
3
3
3
1
3
3
3
2
2
1
2
2
2
2
3
68
5
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
1
1
1
2
1
3
3
3
3
2
3
3
2
2
1
1
3
2
2
3
71
6
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
1
1
1
1
1
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
72
7
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
1
2
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
1
2
72
8
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
1
1
1
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
73
(X)
2.75 2.875 2.875 2.625 2.625 2.875 2.75 2.875 2.875 2.875 1.5
1.25 1.125
1
1.25 2.875 2.75 2.875 2.25 2.875 2.625 2.5 1.88
2
65
2.25 1.875 2.125 2.25 1.75 2.25 69.25
(ST) 0.2143 0.125 0.125 0.268 0.268 0.125 0.214 0.125 0.125 0.125 0.286 0.214 0.125 0.286 0.214 0.125 0.214 0.125 0.5 0.125 0.268 0.571 0.41 0.286 0.786 0.125 0.125 0.5 0.214 0.5 9.642
Data Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Bawah (Lower Group) No
Skor Tiap Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 0 2 0 2 1 3 0 1 0 1 2 1 0 1 0 1 36 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 3 1 3 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 38 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 1 1 0 0 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 0 0 41 4 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 0 1 1 0 3 2 3 1 3 2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 43 5 3 1 2 1 3 3 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 1 0 1 2 2 2 1 2 1 1 44 6 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 0 1 0 0 3 2 2 1 3 2 1 0 2 3 2 2 2 1 3 56 7 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 1 1 0 3 2 3 1 2 3 1 2 2 3 2 3 2 1 2 60 8 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 0 0 2 1 2 2 3 1 3 2 1 1 2 2 3 2 2 1 3 60 (X) 2.375 2.25 2.125 1.75 2.5 2.625 1.625 1.875 2 2.125 0.875 0.375 0.5 0.75 0.5 2.375 1.5 2.625 1.125 2.625 1.5 0.875 0.75 1.25 1.875 1.625 1.375 1.375 0.75 1.375 47.25 (SR) 0.268 0.5 0.411 0.214 0.286 0.268 0.554 0.411 0.286 0.696 0.125 0.268 0.286 0.5 0.286 0.268 0.571 0.268 0.125 0.268 0.857 0.125 0.5 0.786 0.696 0.554 1.125 0.554 0.214 1.411 97.357
108
Lampiran 11. Perhitungan Analisa Butir Soal Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir kreatif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
XT 2,750 2,875 2,875 2,625 2,625 2,875 2,750 2,875 2,875 2,875 1,500 1,250 1,125 1,000 1,250 2,875 2,750 2,875 2,250 2,875 2,625 2,500 1,880 2,000 2,250 1,875 2,125 2,250 1,750 2,250
XR 2,250 2,250 2,125 1,750 2,500 2,625 1,625 1,875 2,000 2,125 0,875 0,375 0,500 0,750 0,500 2,375 1,500 2,375 1,125 2,625 1,500 0,875 0,750 1,250 1,875 1,625 1,375 1,375 0,750 1,375
ST 0,214 0,125 0,125 0,268 0,268 0,125 0,214 0,125 0,125 0,125 0,286 0,214 0,125 0,286 0,214 0,125 0,214 0,125 0,500 0,125 0,268 0,571 0,410 0,286 0,786 0,125 0,125 0,500 0,214 0,500
SR 0,268 0,500 0,411 0,214 0,286 0,268 0,554 0,411 0,286 0,696 0,125 0,268 0,286 0,500 0,286 0,268 0,571 0,268 0,125 0,268 0,857 0,125 0,500 0,786 0,696 0,554 1,125 0,554 0,214 1,411
XT - XR t Hitung 0,500 2,037 0,625 2,236 0,750 2,895 0,875 3,571 0,125 0,475 0,250 1,131 1,125 3,640 1,000 3,875 0,875 3,861 0,750 2,343 0,625 2,765 0,875 3,571 0,625 2,765 0,250 0,798 0,750 3,000 0,500 2,262 1,250 3,993 0,500 1,126 1,125 4,032 0,250 1,131 1,125 3,008 1,625 5,527 1,130 3,351 0,750 2,049 0,250 0,581 0,250 0,859 0,750 1,890 0,875 2,417 2,732 2,732 1,793 1,793
t Tabel 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697 1,697
Keterangan : XT XR S2T S2R n
: : : : :
Rata-rata kelompok tinggi (27 % dari 30, n = 8) Rata-rata kelompok rendah (27 % dari 30, n = 8) Variansi kelompok tinggi Variansi kelompok rendah Jumlah responden tiap-tiap kelompok XT - XR
t hitung = (S2T / n + S2R/n)
Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
109
Data Item Ganjil Skor Hasil Uji Coba Instrumen No
Data Item Genap Skor Hasil Uji Coba Instrumen
Skor untuk butir No :
Skor
No
Skor untuk butir No :
Skor
Siswa
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Total
Siswa
2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
1
2
2
2
1
2
1
0
0
0
1
0
0
2
0
0
13
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
1
1
1
1
1
Total 23
2
3
3
3
3
3
2
1
1
3
2
2
2
3
2
2
35
2
2
2
2
3
3
2
1
3
2
3
2
2
2
1
1
31
3
3
3
3
3
2
1
1
1
3
2
3
1
1
2
2
31
3
3
3
3
3
3
1
1
2
3
3
1
2
1
1
2
32
4
3
3
3
3
2
1
1
2
2
3
3
2
3
2
2
35
4
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
3
2
2
3
2
38
5
2
3
2
3
3
2
2
1
3
2
2
1
2
2
1
31
5
3
3
3
3
3
1
0
3
3
3
2
1
2
2
2
34
6
2
3
3
3
2
1
0
1
2
1
2
1
2
2
1
26
6
3
2
2
2
3
0
2
2
2
3
1
2
3
2
3
32
7
3
3
3
3
3
1
1
0
3
1
3
1
3
1
1
30
7
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
1
1
1
1
1
31
8
3
3
3
3
3
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
34
8
3
2
3
3
3
1
1
2
3
3
3
3
2
3
3
38
9
3
3
3
3
3
1
0
1
3
1
1
2
2
2
2
30
9
3
3
3
3
3
1
0
3
3
3
1
1
2
2
2
33
10
2
3
2
2
3
2
1
2
3
2
2
1
3
2
2
32
10
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
1
2
2
2
2
35
11
3
2
3
2
2
1
1
0
2
1
2
0
3
2
1
25
11
3
2
3
3
2
0
0
3
2
3
1
2
2
2
3
31
12
3
3
3
1
3
2
1
1
3
2
2
2
1
1
1
29
12
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
1
2
1
2
34
13
3
3
2
3
1
1
1
1
3
2
3
2
1
1
1
28
13
3
2
3
3
1
1
1
3
3
3
2
1
2
1
2
31
14
3
2
3
3
3
1
1
1
3
3
3
2
1
3
2
34
14
3
3
3
3
3
1
2
3
3
2
3
2
1
2
3
37
15
3
3
3
3
1
1
0
1
3
2
1
1
3
1
1
27
15
3
2
3
3
3
1
1
3
3
3
3
2
1
2
2
35
16
3
3
2
3
3
1
1
1
3
2
1
2
2
2
1
30
16
3
3
3
2
3
1
1
3
3
3
1
2
1
1
2
32
17
2
2
3
1
2
0
0
1
2
2
1
1
2
1
1
21
17
1
1
3
1
2
0
1
2
2
2
0
2
2
2
1
22
18
2
1
3
1
2
1
0
1
1
1
1
1
1
2
0
18
18
2
2
2
2
3
1
0
2
2
2
1
1
1
1
0
22
19
3
3
2
3
3
1
0
1
3
2
1
1
2
2
1
28
19
3
2
3
3
3
1
1
3
3
3
1
1
1
1
1
30
20
3
3
3
3
3
1
1
1
3
3
3
2
3
2
1
35
20
3
3
3
2
2
2
1
3
3
3
3
2
2
3
2
37
21
3
3
2
1
3
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
25
21
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
1
1
1
1
1
31
22
3
3
3
3
2
1
1
1
3
1
2
1
1
1
1
27
22
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
1
1
1
1
32
23
2
2
2
2
3
1
1
0
2
1
3
2
3
3
1
28
23
3
2
3
2
3
1
1
3
3
2
1
2
2
2
2
32
24
3
3
3
3
3
1
0
1
3
1
2
2
1
2
1
29
24
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
1
1
1
2
1
32
25
2
2
2
2
2
1
1
0
2
1
2
1
1
1
1
21
25
2
1
3
2
2
0
1
3
3
3
1
0
1
0
0
22
26
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
17
26
2
2
3
1
1
0
0
2
3
3
1
0
1
1
1
21
27
3
3
2
2
3
2
1
1
3
1
3
2
1
2
2
31
27
3
2
3
3
3
1
1
3
3
3
3
2
2
2
3
37
28
3
3
3
3
2
1
1
1
3
2
3
1
1
2
2
31
28
3
3
3
3
3
1
1
2
3
3
1
2
1
1
2
32
29
3
3
2
3
1
1
1
1
3
2
3
2
1
1
1
28
29
3
2
3
3
1
1
1
3
3
3
2
1
2
1
2
31
30
3
3
2
3
3
1
0
1
3
2
1
1
2
2
1
28
30
3
2
3
1
3
1
1
3
3
3
1
2
2
1
1
30
Skor Total (X)
837
Skor Total (Y)
938
Skor Total Kuadrat
700569
Skor Total Kuadrat
879844
109 Lampiran 12.
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
1.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil) dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus : N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY = √ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3.
Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua, kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown. r11
2 x rXY
=
1 + rXY
4. Perhitungan : Dik : ∑X ∑X2
= 837
∑Y = 938
= 700.569
∑Y2 = 879.844
∑X.Y = 785.106 (30 x 785106) - (837 x 938) rXY
= √ {(30 x 700.569) - (837)2} . {(30 x 879.844) - (938)2} 23.553.180 - 785.106
rXY
= √ {21.017.070 –700.569} . {26.395.320 - 879.844}
rXY = r11
=
r11
=
0,8809 2 x rXY 1 + rXY 2 x 0,8809 =
0,9365
1 + 0,8809
Jadi reliabilitas Uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif , r11 = 0,9365.
110
111 Lampiran 13. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa yang
Diajar dengan Menggunakan
Pendekatan Konstruktivisme (Eksperimen) 1.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil) dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus : N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY = √ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3.
Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua, kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown. r11
2 x rXY
=
1 + rXY
4. Perhitungan : Dik : ∑X 2
∑X
= 956
∑Y = 939
= 913.936
∑Y2 = 881.721
∑X.Y = 897.684 (30 x 897.684) - (956 x 939) rXY
= √ {(30 x 913.936) - (956)2} . {(30 x 881.721) - (939)2} 26.930.520 - 897.684
rXY
= √ {27.418.080 –913.936} . {26.451.630 - 881.721}
rXY = r11
=
0,8771 2 x rXY 1 + rXY 2 x 0,8771
r11
=
=
0,9345
1 + 0,8771
Jadi reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen, r11 = 0,9345.
112
113 Lampiran 14. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa yang
Diajar dengan Menggunakan
Pendekatan Ekspositori (Kontrol). 1.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency, yakni dengan Teknik Belah Dua (Split Half) ganjil-genap yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
2. Menghitung korelasi antara belahan pertama (jumlah skor butir bernomor ganjil) dengan belahan kedua (jumlah skor butir bernomor genap), menggunakan rumus : N∑XY - (∑X) . (∑Y) rXY = √ {N∑X2 – (∑X)2} . {N∑Y2 – (∑Y)2} 3.
Setelah diketahui koefisien korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua, kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearmen – Brown. r11
2 x rXY
=
1 + rXY
4. Perhitungan : Dik : ∑X 2
∑X
= 757
∑Y = 736
= 573.049
∑Y2 = 541.696
∑X.Y = 557.152 (30 x 557.152) - (757 x 736) rXY
= √ {(30 x 573.049) - (757)2} . {(30 x 541.696) - (736)2} 16.714.560 - 557.152
rXY
= √ {17.191.470 – 573.049 } . {16.250.880 - 541.696}
rXY = r11
=
0,8263 2 x rXY 1 + rXY 2 x 0,8263
r11
=
=
0,9049
1 + 0,8263
Jadi reliabilitas kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol, r11 = 0,9049
114
Data Item Ganjil Skor Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen Skor untuk butir No :
No Siswa
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
1
3
3
2
1
2
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
1
1
2
2
2
3
3
4
3
3
2
3
3
3
2
3
3
5
3
3
3
3
2
3
3
3
6
3
3
3
3
3
3
2
3
7
3
3
3
3
3
2
2
8
3
3
3
3
3
3
2
9
3
3
3
3
3
3
10
3
3
2
3
3
11
3
3
1
3
1
12
3
3
3
3
13
3
3
1
3
14
3
3
1
15
3
2
3
16
3
3
17
3
2
18
3
19 20
Data Item Genap Skor Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen Skor untuk butir No :
23
Skor Total
No Siswa
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
Skor Total
2
2
28
1
3
2
1
3
2
1
2
1
3
3
1
3
25
2
2
30
2
3
3
1
3
2
2
2
3
3
3
2
2
29
3
3
1
27
3
3
2
1
3
1
2
1
2
3
3
1
3
25
3
3
2
33
4
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
1
3
32
3
3
3
3
35
5
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
34
3
2
3
3
34
6
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
33
3
3
3
3
3
34
7
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
2
3
32
3
3
3
3
3
35
8
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
34
3
3
3
3
3
2
35
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
35
3
3
3
3
3
3
3
35
10
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
35
1
2
3
3
3
2
3
28
11
3
2
3
1
1
1
1
3
3
3
2
3
26
2
3
2
3
3
3
3
2
33
12
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
35
3
3
2
3
3
3
3
3
33
13
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
35
2
1
1
1
3
3
3
3
3
27
14
3
3
1
3
1
2
2
3
3
3
2
3
29
3
2
2
2
3
3
3
3
1
30
15
3
3
1
3
2
2
3
3
3
3
2
2
30
1
2
1
1
1
3
3
3
2
0
23
16
3
3
1
3
1
2
2
2
2
3
1
3
26
2
1
2
2
2
3
3
2
2
2
26
17
3
3
2
3
3
2
1
3
3
1
1
2
27
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
35
18
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
33
3
3
2
2
1
1
2
3
3
3
3
2
28
19
3
3
1
3
1
1
3
3
3
3
3
3
30
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
34
20
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
34
21
3
3
2
3
3
3
1
3
3
3
3
3
33
21
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
33
22
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
34
22
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
35
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
24
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
2
33
24
3
3
1
3
2
3
2
3
3
3
2
3
31
25
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
33
25
3
3
1
3
2
3
2
3
3
3
3
3
32
26
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
35
26
3
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
33
27
3
3
1
3
2
1
2
3
3
3
1
1
26
27
3
2
1
3
1
1
1
3
3
1
2
3
24
28
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
34
28
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
34
29
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
33
29
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
1
3
31
30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
30
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
1
3
31
Skor Total
956
Skor Total (Y)
939
Skor Total Kuadrat
913936
Skor Total Kuadrat
881721
127
BIODATA PENULIS
PALUPI PURNAMAWATI. Anak ketiga dari pasangan Bapak Suharsono dan Ibu Nani Sri Harini. Lahir di Tangerang pada tanggal 19 September 1984. Menikah sejak tahun 1998 dengan Eko Febrianto S.Sos.I, dan baru dikaruniai seorang putri yang bernama Sarahasna Putri Oktavia yang berumur 10 bulan. Saat ini bertempat tinggal di Jln. Karya Bakti No. 6 RT 03/03, Parung Serab, Tangerang. Pendidikan dasar dan menengah diselesaikannya di kota Depok, dimulai dari SDN Sukamaju VIII (1990-1996), SMPN 4 Depok (1996-1999), dan SMUN 3 Depok (19992002). Setelah itu, pendidikannya dilanjutkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Kimia, pada tahun 2003. Selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, organisasi yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) IPA, divisi kerohanian sebagai sekretaris menteri kerohanian (2004-2005). Kemudian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid, divisi PSDM sebagai anggota dan sekretaris kaderisasi (2004-2007). Kegiatan yang pernah diikutinya di UIN adalah Orientasi Mahasiswa Jurusan IPA (ORMAPA) di Curug Cilember Bogor, PKL di Pengendalian dan Pengembangan Mutu Barang (PPMB) Cijantung, dan PPKT di MAN 13 Jakarta Selatan. Adapun training dan atau seminar yang pernah diikutinya adalah Pelatihan Ilmiah Pembuatan Soft Drink yang diselenggarakan oleh BEMJ IPA (2004), training Emotional Spiritual Question (ESQ) yang diselenggarakan oleh BEM FEIS (2004), dan beberapa seminar keislaman lainnya yang diselenggarakan oleh LDK Syahid.
128