PENGARUH PENEGAKAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI SE-KECAMATAN TELUK AMBON BAGUALA
Oleh Hasan Basri Difinubun Kepala SMA Negeri 9 Kota Ambon
Abstrak: Penegakan disiplin
dalam melaksanakan fungsi dan tugas berdampak pada upaya peningkatan mutu kinerja guru. Sehubungan dengan upaya peningkatan kinerja guru, dan penegakan disiplin sebagai suatu tuntutan yang mutlak dilaksanakan. Berbagai upaya pemerintah terus dilakukan seperti pendidikan dan pelatihan bagi guru untuk menciptakan guru yang profesional dan produktif. Saat ini pemerintah berusaha mencari alternatif dan strategi peningkatan mutu pendidikan, namun pada sisi lain, mutu pendidikan belum berkembang seperti harapan masyarakat. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penegakan disiplin terhadap kinerja guru SMA Negeri seKecamatan Teluk Ambon Baguala. Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan pendidikan, yakni menjadi feedback program peningkatan, dan pegembangan, kinerja guru Kota Ambon dan pengawasan mutu pendidikan. Juga menggunakan pendekatan kuantitatif dan bersifat kausalitas karena dianalisis pengaruh variabel bebas yakni penegakan disiplin (X) terhadap variabel terikat yakni kinerja guru (Y). Populasi penilitian ini yaitu seluruh guru PNS Kota Ambon berjumlah 239 guru. Penentuan sampel digunakan rumus Cochram (2005) dan diperoleh sampel sebesar 45 guru. Berdasarkan data dan hasil
pembahasan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel penelitian yakni angka 0.043, dengan demikian ada signifikansi yang erat antara penegakan disiplin dengan kinerja guru. Hasil analisis regresi diperoleh informasi bahwa nilai R Square sebesar 0,804. Dengan demikian, kontribusi atau sumbangan variabel bebas yang terlibat dalam penelitian ini dalam membentuk variabel terikat sebesar 80,40%. Kata-kata kunci: Pengaruh, penegakan disiplin, dan kinerja guru. PENDAHULUAN Pembangunan sektor pendidikan mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Secara umum pendidikan saat ini ditekankan pada usaha peningkatan mutu pendidikan yang mempunyai implikasi pada peningkatan kualitas kehidupan pribadi maupun masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
28
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Salah satu faktor utama yang sangat menentukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah disiplin guru dalam menjalankan tugasnya. Guru profesional akan menunjukkan kinerja yang produktif. Hasil kinerja guru tercermin pada hasil belajar atau prestasi yang dicapai peserta didik. Kinerja guru yang prima akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Menyadari pentingnya kinerja guru, maka dilakukan upayaupaya untuk meningkatkan kinerja tersebut, antara lain dengan melakukan penilaian kinerja guru. Penilaian terhadap kinerja guru dapat memberikan informasi tentang kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan guru dalam mengajar baik secara personal maupun profesional. Berdasarkan data penilaian terhadap kinerja guru dapat ditentukan langkahlangkah untuk membantu guru dalam memperbaiki kinerja. Penilaian tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan membawa pada peningkatan hasil kinerja guru. Guru sebagai pendidik profesional dituntut untuk selalu berupaya agar dapat melakukan tugas-tugas pembelajaran dengan sebaik mungkin. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kinerja guru melalui penataran dan pelatihan, namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti. Penataran dan pelatihan selama ini
dilakukan dalam berbagai bentuk dan materi memang memiliki legitimasi akademik yang tinggi dibawah paradigma inservis training. Meskipun demikian, sebenarnya penataran dan pelatihan itu tidak mampu melakukan intervensi secara makro terhadap perbaikan praktis pendidikan. Indikator yang mudah diketahui adalah masih rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) pada mata pelajaran yang sering dijadikan sebagai materi penataran dan pelatihan seperti Bahasa Indonesia, matematika, IPA, dan sebagainya. Kendala yang menyebabkan rendahnya kinerja guru antara lain: (1) pola penyelengaraan pendidikan yang sangat sentralistik telah memosisikan guru hanya sekedar operator pendidikan; (2) lingkungan tempat mengajar yang kurang mendukung guru dalam tugasnya; (3) aspek internal guru yang tidak berusaha meskipun mengikuti penataran dan pelatihan. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Ambon, mengisyaratkan bahwa rendahnya kinerja guru disebabkan karena masih banyak guru di lapangan belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Misalnya masih menggunakan metode ceramah yang kurang menarik perhatian siswa sehingga siswa merasa jenuh, jarang membuat rencana pembelajaran, evaluasi belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku, program perbaikan dan pengayaan belum sepenuhnya dilakukan, dan belum menyadari
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
29
kinerja profesi pendidik serta rendahnya disiplin guru. Berdasarkan kajian tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan pada penegakan disiplin dengan kinerja guru SMA Negeri se-kecematan Teluk Ambon Baguala Kota Madya Ambon. KAJIAN TEORI Penegakan Disiplin Disiplin adalah proses mengarahkan, mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan, keinginan atau kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita, atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar (Poerbakawatja dalam Sagala: 2010). Tujuan manajemen sekolah adalah meningkatkan kualitas sekolah yang didukung oleh disiplin sekolah secara menyeluruh. Ekosusilo (2003) menggambarkan bahwa kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang menonjol dari sekolah. Banyak orang tua peserta didik, menyekolahkan anaknya, selain untuk faktor kualitas, motivasi utamanya adalah kedisiplinan. Kedisiplinan di sekolah menyangkut berbagai dimensi, antara lain (1) disiplin dalam kehadiran. Dalam hal ini peserta didik yang terlambat tidak diperkenankan masuk kelas, namun disuruh belajar di perpustakaan samapai jam pelajaran tertentu usai. Kemudia di akhir jam sekolah, anak tersebut diberi jam pelajaran tambahan; (2) disiplin pergaulan antar peserta didik; (3) disiplin dalam kegiatan belajar dan
ujian; (4) disiplin dalam pengawasan anak yang ijin atau membolos; (5) disiplin dalam kegiatan ritual; (6) disiplin kehadiran guru; dan (7) disiplin dalam pengawasan, guru tidak boleh memberikan les kepada peserta didik di luar sekolah. Ketertiban dan kedisiplinan merupakan dua macam nilai yang berdekatan. Ketertiban lebih dekat pada dimensi ruang, sedangkan kedisiplinan cenderung pada dimensi waktu. Kedua istilah ini sebebnarnya dekat dengan makna keteraturan. Sesuai tidaknya dikatakan tertib manakalah ditempatkan pada posisinya (dimensi ruang), dan seseorang dikatakan disiplin manakala ia dapat menepati semua jadwal (waktu) yang direncanakan. Kinerja Guru 1. Pengertian KinerjaGuru Istilah kinerja merupakan suatu pengertian yang cukup luas maknanya karena berkaitan dengan perilaku individu dalam melaksanakan pekerjaannya. Landdy dan Farr (1983) menjelaskan bahwa :“The point is that performance is behavior of the broadest variety”. Oleh karena itu, untuk memperoleh kinerja yang bagus dan berkualitas perlu adanya suatu proses dan pengelolaan secara berkesinambungan supaya mendapatkan hasil yang diinginkan sebagaimana yang dijelaskan oleh Baird (1986:3) bahwa “Performance management is a continous process of working with people to accomplish desires results “. Adapun Cascio (1995:275) menjelaskan Performance
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
30
refers to an employee’s accomplishment ofassigned tasks”.Definisi ini menunjukkan bahwa kinerja dipandang sebagai perwujudan dalam pencapaiaan atau pemenuhan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Webster (1980) menjelaskan bahwa : Performance is the ability to perform; capacity to achieve a desired result”. Sedangkan Stint (1963) juga menjelaskan bahwa : Performance is out derived form processes, human or otherwise”. Kedua definisi tersebut memberikan pengertian bahwa kinerja adalah kemampuan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau merupakan hasil pelaksanaan dari suatu proses keja seseorang. Kinerja adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan tiga aspek pokok yaitu perilaku, hasil, dan keefektifan merupakan langkahlangkah dalam pertimbangan pelaksanaan kerja dan hasil kerja, organisasional menekankan pada aspek proses kerja (Smith, 1976). Sejalan dengan itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai, atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Moelino, dkk., 1997). Kinerja merupakan kondisi puncak tiga elemen yang saling berkaitan, yaitu : keterampilan, upaya yang ditempuh, kondisi eksternal (Snell & Wexley, 1992). Adapun Kast dan Rossenzweig (1979) serta Hoy dan Miskel (1987) menjelaskan bahwa
kinerja merupakan kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta motivasi yang dimiliki oleh karyawan. Karakteristik unjuk kerja yang dimaksudkan adalah melaksanakan tugas sesuai dengan harapan suatu organisasi yang dianutnya, menggunakan peralatan kantor yang tersedia, mempunyai semangat yang tinggi, mempunyai kerja sama yang baik dengan atasannya maupun dengan sejawat serta dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tugas rutin yang dilaksanakan. Berdasarkan uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah keseluruhan perilaku guru dalam mencapai tujuan terhadap pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadannya baik sebagai pengajar, pelatih, pembimbing, dan pembina, sehingga dari penguasaan tugas pokok tersebut dapat meningkatkan profesi guru dalam mengajar. 2. Menilai Kinerja Guru Pada organisasi kecil penelitian kinerja dapat dilakukan secara informal, akan tetapi dalam organisasi besar, penilaian kinerja mengarah pada prosedur yang sistemik (formal) yang dilakukan secara priodik atau pada akhir masa jabatan. Penilaiaan kinerja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standarstandar yang dilakukan dan sekaligus
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
31
umpan balik bagi pekerja itu sendiri untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerja. Menilai kinerja guru merupakan bagian penting dari fungsi manajemen yang perlu dilakukan agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi, sekaligus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Menilai kinerja guru adalah merupakan suatu proses untuk menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokanpatokan tertentu. Trington dan Huat (1994) menegaskan bahwa penilaian unjuk kerja merupakan tugas berat karena melibatkan keputusan, pelaporan dan menindak lanjuti hasil penilaian sebagai proses yang menentukan seberapa baik sebuah organisasi dalam menjalankan program-program yang sedang dilaksanakan. Dengan kata lain, menilai adalah membandingkan hasil yang sebenarnya dengan yang dikehendaki dan menetukan pendapat yang telah dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Manfaat dari evaluasi kinerja guru adalah (a) mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (b) dapat digunakan sebagai kriterium dalam program seleksi, dan (c) dapat digunakan sebagai dasar alokasi pengajaran
(Robbins (1986). Selain itu evaluasi kinerja guru dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan, seperti promosi, transfer (alih tugas), dan pemutusan hubungan kinerja adalah (a) menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tentang promosi dan penggajian, (b) menyediakan kesempatan bagi pimpinan dan bawahan untuk bersama-sama meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, dan (c) memungkinkan bagi pimpinan bersama-sama dengan bawahan menyusun rencana untuk memperbaiki setiap definisiensi yang terjadi. Lebih lanjut menurut Robbins (1986) mengemukakan bahwa yang berhak menilai kinerja adalah atasan langsung (Pimpinan). Hal ini dikarenakan pimpinan bertanggung jawab terhadap kinerja bawahan. Kemudian rekan kerja selalu berinteraksi sehari-hari dan ini dapat menjadi modal untuk memberikan penilaian yang menyeluruh terhadap kinerja seorang guru. Dengan melihat bahwa pandangan para ahli diatas, maka yang berhak menilai kinerja guru adalah kepala sekolah, akan tetapi perkembangan sekarang ini, penilaian dapat dilakukan melalui kombinasi antara atasan, diri sendiri, bawahan bahkan teman sekerja. Sedangkan yang dinilai menurut Imron (1995) adalah (a) kemampuan dalam merencanakan program, (b) kemampuan dalam melaksanakan program pengajaran, dan (c)
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
32
kemampuan dalam melaksanakan hubungan dengan siswa. Simamora (1999) berpendapat bahwa penilaiaan kinerja adalah penilaian yang meliputi motivasi kerja guru untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi dan meningkatkan kemampuan dimasa yang akan dating. Untuk dapat mengetahui kinerja guru yang sebagian besar kegiatannya di dalam keals adalah kemampuan untuk mencipakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan kelas dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan. Comnes (dalam Hasibuan, 1985) mengidentifikasikan kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu : tahap sebelum mengajar (preactive), tahap pengajar (interactive), dan tahap sesudah pengajaran (pastactive). Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam komunikasi dan guru memegang kunci (key person) sangat menetukan proses keberhasilan belajar siswa. Sebagian pemegang kunci harus melaksanakan perilaku sebagai berikut (a) kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non-verbal, (b) kemampuan guru untuk membuat variasi tugas dan tingkah lakunya, (c).sifat hangat dan keantusiasan guru dalam berkomunikasi, (d) perilaku guru yang berorientasi pada tugas, (e) perilaku guru dalam membuat variasi
dalam keterampilan bertanya, (f) kemampuan guru dalam menetukan tingkat kesulitan pengajarannya, dan (g) kemampuan guru dalam mengalokasikan waktu pengajarannya sesuai dengan perencanaan satuan pengajaran. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas, Depdiknas (2004) mengatakan bahwa kinerja guru sangat diartikan secara sempit, sekedar gerakan guru yang dapat dilihat secara langsung oleh mata. Dalam konsep para psikolog modern, perilaku seseorang dalam bekerja tidak sekedar dalam bentuk psikomotor, melainkan juga aspek afektif dan kognitif. Secara rinci perilaku guru dalam bekerja mencakup: sikap, minat, persepsi, motivasi, pikiran, keterampilan, kreativitas dan kepribadiannya. Baik sikap, minat, persepsi, motivasi, pikiran, keterampilan, kreativitas dan kepribadian merupakan perilaku yang tidak tampak (tangible behavior), dan secara keseluruhan disebut dengan kinerja uru.
3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Dewasa ini telah terlihat dengan jelas bahwa pihak pengelola pendidikan baik ditingkat pusat, daerah maupun pada level pelaksana dilapangan sedang dan terus melakukan berbagai macam upaya untuk meningkatkan kinerja guru. Tujuan utama meningkatkan kinerja guru adalah mewujudkan niat dan keinginan untuk mencapai prestasi siswa yang berkualitas baik dalam
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
33
rangkah merealisasikan visi reformasi pendidikan, yaitu pendidikan harus menghasilkan manusia yang beriman, berahlak mulia, cerdas serta manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Mulyasa, 2003). Pada dasarnnya kegiatan meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: a. Kegiatan Internal Sekolah Kegiatan internal sekolah mencakup; (1) supervisi kelas kepala sekolah dan para pengawas dari kantor Dinas Pendidikan setempat untuk meningkatkan kualitas guru; (2) program musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang direncanakan dan dilaksanakan secara teratur dan terus menerus; (3) kepala sekolah melakukan kegiatan pengawasan yang berencana, efektif dan berkesinambungan; dan (4) kepala sekolah dapat memotivasi dan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti kegiatan seminar atau lokakarya dan penataran dalam bidang yang berkaitan dalam keahlian guru yang bersangkutan dengan cara mendatangkan para ahli yang relevan. b. Kegiatan Eksternal Sekolah Beberapa kegiatan yang dilaksanakan diluar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kopentensi dan kinerja guru dalam mengajar adalah kegiatan penataran dan pelatihan yang direncanakan secara baik, dilaksanakan di tingkat
kabupaten atau kota propinsi dan di tingkat nasional untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru (Stinnet, 1963).
PEMBAHASAN Dengan mempertimbangkan berbagai hal maka kuesioner yang berjumlah delapan option. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir pertanyaan dengan total skor seluruh pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi product momment dari korelasi Pearson. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid atau sah jika nilai Rhitung adalah positif lebih besar dari pada Rtabel atau nilai korelasi memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05. Sedangkan untuk uji realibilitasnya menggunakan uji Alpha Cronbach dengan rumus: rα = 1+
k.r k-1 _r
Kriterianya adalah jika nilai α adalah positif dan lebih besar dari nilai R tabel maka kuisioner tersebut dinyatakan reliabel (Azwar, 2006). Deskripsi responden Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui penyebaran kuesioner, diperoleh gambaran tentang responden ditinjau dari umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Data tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3 berikut.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
34
Tabel 1: Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur No. Frekuensi % (tahun) 1.
< 20
0
0
2.
21 – 30
14
31.11
3.
31 – 40
16
35.56
4.
41 – 50
9
20.00
5.
> 51
6
11.33
Jumlah
45
100
Sumber: Data primer diolah Oktober 2011
Tabel 2: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi % 1.
Laki-laki
15
33.33
2.
Perempuan
30
66.67
Jumlah
45
100
Sumber: Data primer diolah Oktober 2011
Tabel 3: Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi % 1.
D3
3
6.67
2.
S-1
42
93.33
45
100
Sumber: Data primer diolah Oktober 2011
Deskripsi persepsi responden Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan melalui penyebaran kuesioner kepada 45 responden, diperoleh gambaran tentang kecenderungan persepsi responden terhadap tiap-tiap butir pertanyaan. Persepsi responden terhadap butir pertanyaan dibedakan ke dalam 5 (lima) tingkatan interval yaitu: tidak baik (TB) dengan sekor 1, Kurang baik (KB) dengan sekor 2, Cukup (C) dengan sekor 3, Baik (B) dengan sekor 4, dan sangat baik (SB) dengan sekor 5. Persepsi responden terhadap butir pertanyaan digolongkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Digolongkan persepsinya sangat rendah jika kurang dari 26% responden menetapkan jawabannya pada alternatif tertentu (< 26% = sangat rendah), digolongkan persepsinya rendah jika 26% s.d 50% responden menetapkan jawabannya pada alternatif tertentu (26% s.d 50% = rendah), digolongkan persepsinya tinggi jika 51% s.d 75% responden menetapkan jawabannya pada alternatif tertentu (51% s.d 75% = tinggi), dan digolongkan sangat tinggi jika lebih dari 75% responden menetapkan jawabannya pada alternatif tertentu (>75% = sangat tinggi). Dalam penelitian ini digunakan delapan butir pertanyaan sebagai instrumen untuk memperoleh data penelitian. Hasil pengolahan data
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
35
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4: Mode Pada ButirbutirPertanyaan Pada Variabel Penegakan Disiplin Butir Besarnya Pertanyaan Mode X.1
24
Mode Pada Alternatif 4
X.2
40
5
X.3
39
4
X.4
18
4
X.5
17
3
X.6
28
4
X.7
23
4
X.8
24
4
Sumber: Data primer diolah tanggal 15 Oktober 2011 Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.1 menunjukkan 24 pada alternatif pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya melakukan aktifitas penyusunan rencana program pengajaran dinilai telah baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.2 menunjukkan 40 pada alternatif pilihan 5, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya menaati instruksi
masuk sekolah/kelas untuk melaksanakan kegiatan mengajar dinilai sangat baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.3 menunjukkan 39 pada alternatif pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya memantau suasana kelas atau keadaan sekolah dinilai baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.4 menunjukkan 18 pada alternatif pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya pelaksanaan supervisi saat guru melakukan pembelajaran di sekolah dinilai baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.5 menunjukkan 17 pada alternatif pilihan 3, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya dalam hal pembentukan moral siswa dinilai cukup baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.6 menunjukkan 28 pada alternative pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya dalam hal memantau perkembangan pembuatan instrument penilaian dinilai baik.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
36
Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.7 menunjukkan 23 pada alternatif pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya dalam hal memantau pembuatan daftar nilai secara teratur dinilai baik. Mode persepsi responden terhadap butir pertanyaan X.8 menunjukkan 24 pada alternatif pilihan 4, maka hasil analisis deskriptifnya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar guru dalam menegakan disiplin sekolah, khususnya dalam hal memberikan sanksi bagi guru dan siswa yang melanggar tata tertib sekolah dinilai baik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji tingkat keeratan hubungan kausalitas antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan kausalitas antar variabel tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi. Jika nilai signisikansi sama atau lebih kecil dari 0,05 (≤ 0,05) alpha, maka hubungan kausalitas tersebut signifikan. Nilai-nilai signifikansi dari variabel penegakan disiplin menunjukan bahwa menjukkan angka 0.043, dengan demikian ada signifikansi atau ada hubungan yang erat antara penegakan disiplin dengan kinerja guru. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa para guru sudah memahami dan menyelesaikan
tugas dan pekerjaan mereka sesuai dengan standar prestasi kinerja minimal yang diharapkan yakni, menyusun program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkatnya kinerja Guru SMA Negeri di kecamatan Teluk Ambon Baguala. Dalam penelitian ini kinerja guru dimaknai sebagai: kegiatan yang dilakukan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan yang diperlihatkan dalam melaksanakan tugas. Indikator kinerja guru yaitu: a) penyusunan program pembelajaran; diukur melalui: menyiapkan buku sumber/pegangan, menyusun program pembelajaran, menyusun satuan pembelajaran, menganalisis materi pembelajaran, dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan profesi, b) pelaksanaan pembelajaran; diukur melalui: masuk sekolah/kelas tepat waktu, memelihara tata tertib kelas, mengelola kelas, melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana, membimbing siswa belajar, dan membangun relasi edukatif dengan siswa, c) pelaksanaan evaluasi; diukur melalui: merumuskan/ memilih/ menggunakan teknik evaluasi yang tepat, melakukan evaluasi harian/ mingguan/ caturwulan/ semesteran, menyiapkan/ mengisi daftar nilai hasil belajar siswa, menyampaikan hasil ujian kepada siswa untuk dibahas, dan melakukan pembinaan individu kepada siswa
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
37
yang lemah, dan d) analisis hasil evaluasi; diukur melalui: melengkapi perpustakaan pribadi, mengusulkan penambahan buku baru di sekolah, mengikuti penataran/seminar, aktif sebagai anggota profesi, serta senang menulis dalam bidangnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam meningkatkan kinerja guru, penegakan disiplin lebih menentukan dibanding dengan kompetensi kepala sekola, dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini logis karena seluruh proses yang dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja guru harus dititik beratkan pada penegakan disiplin. Jika guru telah disiplin dalam melaksanakan semua tugas yang diembannya maka dengan sendirinya kinerja guru itu akan meningkat. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah dan para pimpinan UPTD Dinas Pendidikan di Kecamatan Teluk Ambon Baguala harus menegakan disiplin dengan baik agar diperoleh kinerja guru yang baik. Hasil Uji Kontribusi Sesuai hasil analisis regresi diperoleh informasi bahwa nilai R Square sebesar 0,804, artinya kontribusi atau sumbangan variabelvariabel bebas yang terlibat dalam penelitian ini dalam membentuk variabel terikat sebesar 80,40%. Dengan demikian terdapat sebesar 19,60% variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Maka dapat dinyatakan bahwa
variabel kepemimpinan kepala sekolah, peran serta masyarakat, dan supervisi pengawas berkontribusi dalam membentuk mutu pendidikan sebesar 80,40%. Dengan demikian sebagian besar ditentukan oleh variabel-variabel lain yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Variabelvariabel itu, misalnya: minat siswa, kompetensi guru, fasilitas belajar di sekolah maupun di rumah, lingkungan sekolah, dan sebagainya. KESIMPULAN Penegakan disiplin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Jika guru bersikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya, maka kinerja guru dapat ditingkatkan secara optimal dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan, terutama mutu lulusan (out put). Penegakan disiplin wajib dilakukan oleh setiap unit kerja. Manajemen satuan pendidikan, khususnya kepala sekolah wajib menegakan disiplin sebagai fungsi kontrol terhadap guru dan pegawai. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang paling signifikan, khususnya sebagai pengambil kebijakan dalam pelaksanaan penegakan disiplin. Artinya untuk memperoleh kinerja guru yang baik maka kepala sekolah dan pimpinan UPTD Dinas Pendidikan, khususnya di Kecamatan Teluk Ambon Baguala harus memprioritaskan penegakan disiplin. Data, pengolahan dan pembahasan dalam penelitian ini menunjukan bahwa guru sudah memahami dan menyelesaikan tugas
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
38
dan pekerjaan mereka sesuai dengan standar prestasi kinerja minimal yang diharapkan yakni, menyusun program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan. Dengan demikian kinerja guru di Kecamatan Teluk Ambon Baguala dikatakan baik.
Mulyasa, E. 2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset.
SUMBER RUJUKAN Depdikbud. 1990. Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Simmora, H. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, STIE, YKPN.
Depdiknas. 2004. Panduan Buard Based Education. Jakarta: Depdiknas. Hasibuan, S.P. 1985. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, CV Haji Marangsur. Hoy, W.K. & Miskel, C. G. 1987. Educational Administrational, Theory, Research, and Practice.3rd Ed. New York: Random House. Imron, A. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta, Pustaka Karya. Kast,
Robbins, S.P. 1986. Organizational Behavior:Concepts, Controversies, Application, New Jersy, Prentice Hall. Halida dan Sartika, D. 2002. PrinsipPrinsip Perilaku Organisasi, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Stint, T.M. 1963.Professional Problem of Teaching (3rd ed). New York: The McMillan Company. Trington, D. & Huat, T.Ch. 1994. Human Resource Management for Sout Asia. New York: Prentice-Hall. Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Webster, M.A. 1980. Webster’s New Collegiate Dictionary. USA: By G. & C. Marriam Co.
F.E. & Rosenzwieg, 1979. Organization and Management, A System And Contingency Approach, Tokyo: McGraw-Hill.
Landy, F.J. & Farr, J.L. 1983. The Measurement of Work Performance: Methods, Theory and Applications. San Diego: Academic Press, Inc. Moelino, Anton M., dkk. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-4, cetakan ke-10.
39