PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN FISIK PADA MASA PUBERTAS TERHADAP HARGA DIRI REMAJA Ethyca Sari Stikes William Booth Surabaya (031) 5633365 ABSTRAK Ketidaktahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas membuat remaja ingin menyendiri, menarik diri dari teman-teman, merasa tidak dimengerti dan diperlakukan kurang baik oleh lingkungan. Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perubahan Fisik pada Masa Pubertas terhadap Harga Diri Remaja di SMP GEMA 45 Surabaya. Penelitian ini menggunakan disain penelitian PraEksperimen dengan menggunakan one group pre-post test design, populasi pada penelitian ini sebanyak 20 reponden yaitu semua remaja puteri kelas VII C di SMP GEMA 45 Surabaya dan sampel yang diambil adalah 19 responden dengan menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas, kemudian diuji dengan menggunakan uji Mc Nemar, dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki gambaran diri negatif sebelum pemberian pendidikan kesehatan sebanyak 11 orang (57,89%) dan responden yang memiliki gambaran diri positif setelah pemberian pendidikan kesehatan sebanyak 19 orang (100%) dan ada pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perubahan Fisik pada Masa Pubertas terhadap Gambaran Diri Remaja dengan nilai p=0,001. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja. Hal ini disebabkan karena adanya pola pikir remaja yang berubah setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas.
Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Perubahan Fisik, Harga Diri, Remaja.
ABSTRACT Adolescent ignorance about the physical changes of puberty make teenagers want to be alone, withdrawing from friends, feel less well understood and treated by the environment. Health education is a process to improve the community's ability to maintain and improve the health objective of this study was to determine the effect of Health Education on Physical Changes at Puberty Period on Adolescent Self-esteem in SMP GEMA 45 Surabaya. This study used a preexperiment research design using a one-group pre-post test design, the population in this study were 20 respondents that all girls class VII C in SMP GEMA 45 Surabaya and samples taken were 19 respondents using Simple Random Sampling. Collecting data using a questionnaire sheet before and after health education about physical changes during puberty, then tested using Mc Nemar test, of the results showed that most respondents have a negative self-esteem before giving health education as many as 11 people (57.89%) and respondents who have a positive self-esteem after the administration of health education as many as 19 people (100%) and no effect on the Amendment of Health Education puberty is the period of the physical description of the Self Teen with p = 0.001. There is the influence of health education on physical changes during puberty on adolescent self-image. This is caused due to an adolescent mindset changed after administration of health education on physical changes during puberty. Key words: Health Education, Physical changes of puberty, self-esteem.
PENDAHULUAN Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai metode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, metode tersebutlah ditandai dengan adanya pubertas. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas biasanya dimulai saat berumur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock,1997). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas pada remaja pria misalnya perubahan suara, pertumbuhan rambut di (wajah, sekitar alat kelamin, dada, ketiak, kaki dan lengan), pertumbuhan jakun, dan terjadinya mimpi basah, sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan misalnya menarche (awal terjadinya haid) dan pertumbuhan payudara. Semua perubahan yang terjadi pada waktu yang singkat ini membawa akibat terhadap harga diri remaja dan juga menyebabkan perasaan tentang dirinya pun berubah. Ada yang menilai secara positif, ada pula yang menilai secara negatif dan penilaian terhadap perubahan ini secara tidak langsung mempengaruhi atau membentuk harga diri mereka. Menurut Honigman dan Castle (dalam Melliana, 2006), pengertian harga diri adalah penilaian individu tentang nilai interpersonal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998). Penilaian remaja terhadap perubahan ini memiliki arti tersendiri atau berbeda-beda. Pada remaja yang mengetahui perubahan ini normal akan mampu menempatkan dirinya terhadap lingkungan sekitar, dia mampu untuk membuat satu pilihan, suatu keputusan tentang apa yang dia lakukan dan memperlakukan dirinya bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi lebih bermakna dan dimaknakan sesuai dengan usianya. Sementara itu, pada remaja yang menilai
perubahan yang terjadi pada dirinya ini tidak normal dia akan cenderung lebih menutup diri dari lingkungan sekitar karena dia lebih cenderung merasa rendah diri. Remaja pada masa pubertas mengalami hilangnya kepercayaan diri karena adanya perubahan fisik dan perubahan emosi yang meninggi pada masa pubertas. Ketidaktahuan remaja tentang perubahan fisik pada masa pubertas membuat remaja ingin menyendiri dan menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan merasa tidak dimengerti dan diperlakukan kurang baik oleh lingkungannya (Hurlock, 1980). Masalah ini sesuai dengan pengamatan penulis pada remaja SMP di kompleks perumahan Dukuh Pakis bahwa remaja masa pubertas yang mengalami perubahan fisik menjadi tidak percaya diri dan menilai dirinya secara negatif. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan mereka yang mengatakan merasa malu karena perubahan fisik yang dialami sehingga menjadi takut diejek oleh teman-temannya. Oleh karena itu remaja perlu mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas sehingga ketika mereka mengalami perubahan tersebut mereka tidak mengalami harga diri rendah. Hal ini sesuai dengan studi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat remaja putri yang merasa bahwa dirinya ditolak oleh lingkungan sekitarnya dikarenakan perubahan fisik yang dialaminya, sehingga remaja tersebut mempunyai harga diri yang rendah. Berdasarkan studi awal dari hasil wawancara dengan 10 remaja SMP di kompleks perumahan dukuh pakis, ditemukan 6 remaja merasakan ketidaknyamanan pada saat pertama kali mengalami masa-masa pubertas, 3 orang merasakan tidak nyaman karena terjadi perubahan pada payudara mereka yang menjadi besar, 2 orang merasakan tidak nyaman saat terjadi haid, dan 1 orang merasakan tidak nyaman karena badannya menjadi lebih gemuk dari sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan mereka mengenai perubahan yang terjadi pada dirinya. Harga diri yang dimiliki remaja terhadap tubuhnya sangat dipengaruhi oleh teman-teman disekelilingnya. Ketika mereka menemui beberapa perbedaan dengan teman sebayanya dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, ini akan menjadikan suatu pengalaman yang sulit bagi remaja. Gambaran yang negatif tentang diri sendiri sering menyebabkan remaja itu mengalami harga diri rendah, sehingga remaja tersebut tidak bahagia dengan apa yang dia miliki dan selalu merasa kurang karena selalu membandingkan kelemahan dirinya dengan kelebihan orang lain. Remaja yang memiliki gambaran diri yang negatif akibat dari perubahan fisik pada masa pubertas akan menimbulkan tekanan psikologis yang akan mengganggu fungsi kerja dan sosial mereka, bahkan terkadang jika mereka sudah sampai pada titik depresi berat dan kecemasan, mereka bisa terjangkit gangguan kecemasan lain, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial atau isolasi sosial. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga remaja terhindar dari rasa cemas dan dapat meningkatkan harga diri. Remaja yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupannya (Keliat, 1998). Gangguan harga diri pada remaja pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan fisik yang cepat pada masa pubertas. Menurut Hurlock (1980) remaja pada masa pubertas sering mengalami penurunan prestasi belajar akibat perubahan fisik yang cepat yang mempengaruhi metabolisme tubuh yaitu tubuh menjadi mudah lelah sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanan remaja dalam melakukan aktivitas. Perubahan emosi dan perilaku remaja dalam menghadapi perubahan yang terjadi pada masa pubertas membuat remaja menjadi stress sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup remaja tersebut. Remaja yang seharusnya sangat aktif diusia mereka akan menjadi minder dan tidak berani mengaktualkan kemampuannya yang akan mengakibatkan menurunnya prestasi mereka, padahal mereka adalah generasi penerus bangsa kita. Pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perubahan fisik pada masa pubertas dapat membantu remaja dalam upaya untuk menghindari terjadinya harga diri rendah pada remaja. Pengetahuan ini bisa di dapat dari perjalanan proses belajar,
pendidikan kesehatan, maupun media masa atau majalah tentang kesehatan. Lingkungan remaja berperan penting dalam membentuk pola pikir yang positif pada remaja mengenai perubahan yang terjadi pada saat masa pubertas melalui program pembelajaran di sekolah. Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sejak dini pada siswasiswi mengenai pubertas dan perubahan fisik remaja pubertas. Dalam menghadapi masalah harga diri remaja, hal-hal yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain membantu meningkatkan pemahaman remaja mengenai pengertian, tanda dan gejala pubertas, serta membantu remaja mengidentifikasi cara untuk memahami berbagai perubahan akibat dari masa pubertas dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya. Secara teori dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993). Oleh karena itu, pendidikan kesehatan mengenai perubahan fisik pada masa pubertas sangat penting sehingga remaja dapat memiliki harga diri yang tinggi dan tidak mengalami depresi akibat perubahan fisik pada masa pubertas yang dialaminya.
METODE Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah one-group prepost test design yang tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada remaja terhadap harga diri remaja di SMP GEMA 45 Surabaya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada remaja sedangkan variable terikatnya adalah harga diri remaja. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri usia 11-14 tahun kelas VII-C di SMP GEMA 45 Surabaya dengan jumlah 20 orang dan besar sampel adalah 19 orang. Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sederhana, dimana setiap elemen di seleksi secara random atau acak (Nursalam, 2003). Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan dan untuk mengukur variable bebas mennggunkan skala Likert dengan penilaian peryataan yang bernilai positif mempunyai skor 1 untuk jawaban tidak pernah, skor 2 untuk jawaban pernah, skor 3 untuk jawaban sering, dan skor 4 untuk jawaban selalu. Sedangkan untuk peryataan negatif mempunyai skor 1 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk jawaban sering, skor 3 untuk jawaban pernah, dan skor 4 untuk jawaban tidak pernah. Penilaian Harga diri positif bila nilai: ≤ 50% dan Harga diri negatif: > 50%. Kemudian untuk mengetahui pengaruh antar variable diuji dengan menggunakan uji statistic Mc. Nemar
mendapatkan informasi sebelumnya yaitu sebanyak 12 responden (63,2%). Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi yang didapatkan Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi yang didapatkan Sumber Informasi Tidak ada Guru Orang tua Teman Media massa Jumlah
Jumlah 7 7 2 0 3 19
Prosentase 36,8% 36,8% 10,6% 0% 15,8% 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel 1. Diagram batang distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur Jumlah Prosentase 11 tahun 0 0% 12 tahun 8 42,1% 13 tahun 11 57,9% 14 tahun 0 0% Jumlah 19 100% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 13 tahun sebanyak 11 orang (57.9%).
Karakteristik responden berdasarkan pernah mendapat informasi sebelumnya tentang perubahan fisik pada masa pubertas Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernah mendapat informasi sebelumnya Pernah Mendapat Informasi Pernah Tidak Pernah Jumlah
Jumlah Prosentase
12 7 19
63,2% 36,8% 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui sebagian besar responden yang sudah pernah
Berdasarkan 3 dapat diketahui bahwa jumlah responden sama antara yang belum mendapat informasi dan yang menyatakan sumber informasi didapat dari Guru sebanyak 7 responden (36,8%). Data Khusus Karakteristik responden berdasakan harga diri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas. Tabel 4.
Distribusi responden berdasarkan harga diri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas Harga diri Jumlah Prosentase Tinggi 8 42,1% Rendah 11 57,9% Total 19 100% Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki harga diri rendah sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas sebanyak 11 orang (57.9%). Karakteristik responden berdasakan harga diri setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas.
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan harga diri setelah diberikan
Harga diri Tinggi Rendah Total
pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas Jumlah Prosentase
19 100% 0 0 19 100% Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa seluruh responden (100%) mempunyai harga diri tinggi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas. Tabulasi Silang Harga Diri sebelum dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Perubahan Fisik pada Masa Pubertas Tabel 6
Distribusi harga diri sebelum dan setelah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Perubahan Fisik pada Masa Pubertas di SMP GEMA 45 Surabaya
Harga Diri
Pre
%
Post
Tinggi
8
42,1%
19
Rendah
11
57,9%
0
Total
19
100%
19
% 100 % 0,0% 100 %
Uji Mc Nemar p=0.001 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa hasil dari penelitian di SMP GEMA 45 Surabaya kelas VII C sebelum pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas sebagian besar responden memiliki harga diri rendah yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) dan setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas semua responden memiliki harga diri tinggi yaitu sebanyak 19 orang (100%). Hasil analisis dari uji Mc Nemar didapatkan bahwa nilai p=0.001yaitu p < α (0.05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja di SMP GEMA 45 Surabaya.
PEMBAHASAN Pada pembahasan akan diuraikan hasil penelitian dari harga diri remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan harga diri remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas di SMP GEMA 45 Surabaya. Harga diri remaja sebelum pemberian Pendidikan Kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas di SMP GEMA 45 Surabaya. Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari 19 responden, 8 responden (42,1%) memiliki gambaran diri positif dan 11 responden (57,9%) memiliki harga diri negatif. Menurut Centi (1993) dalam Fadzilah (2012) harga diri rendah adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya rendah atau seseorang yang menilai dirinya negative. Seorang individu dengan harga diri yang rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntunga atau atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan pribadi. (Perry & Potter, 2005). Seseorang dapat berfikir negatif terhadap dirinya salah satunya dikarenakan adanya perubahan fisik dalam tubuhnya. Gejala-gejala perubahan fisik remaja muncul ketika anak mulai memasuki masa awal remaja, pada usia ini remaja mulai fokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah maupun di sekolah (Papalia & Old, 2003). Hal ini dapat dikaitkan dengan tabel 1 yang menyatakan bahwa sebagian besar responden berusia 13 tahun (57,9%). Menurut Kusumawati (2003) pada anak perempuan, perubahan fisik pubertas sebagian besar memperlihatkan beberapa tanda perkembangan di usia 13 tahun, usia ini merupakan masa rentan dan kritis bagi mereka terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya seperti perubahan fisik, kematangan alat reproduksi, emosi dan perilaku, karena dengan datangnya perubahan tersebut menimbulkan kecenderungan remaja ingin bebas, suka mencoba-coba, berkelompok dan mudah terpengaruhi. Dari hal tersebut dapat diketahui jika perubahan yang terjadi pada masa pubertas tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh remaja, maka remaja merasa cemas dan takut akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya, sehingga mereka tidak puas dengan penampilannya yang akan mengakibatkan harga diri mereka bisa menjadi rendah dibandingakan dengan teman-temanya. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki harga diri rendah sebelum pemberian pendidikan kesehatan meskipun sebagian besar responden sudah pernah mendapatkan informasi sebelumnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan tabel 2 yang menyatakan bahwa responden yang pernah mendapatkan informasi sebelumnya sebanyak 12 orang (63,2%). Informasi tentang perubahan fisik pada masa pubertas seharusnya sudah didapatkan saat responden mulai awal masuk bangku SMP, tetapi masih banyak responden yang mempunyai harga diri rendah. Hal ini disebabkan karena remaja lebih cenderung bercermin kepada teman sebayanya atau idolanya, sehingga remaja berfikir bahwa dirinya harus seperti apa yang mereka lihat. Ini sesuai dengan teori Hurlock (1980) bahwa gambaran diri yang dimiliki remaja terhadap tubuhnya sangat dipengaruhi oleh temanteman disekelilingnya. Ketika mereka menemui beberapa perbedaan dengan teman sebayanya dalam hal pertumbuhan dan perkembangan tubuh, sehingga akan menjadikan suatu pengalaman yang sulit bagi mereka. Pertumbuhan ini juga diiringi oleh perkembangan sikap dan harga diri. Mereka memiliki harga diri seolah-olah sebagai model pujaannya dan sering membandingkan dirinya dengan teman-teman sebayanya, sehingga mereka akan menjadi rendah diri dan cemas bila kondisinya tidak seperti model pujaannya atau teman-teman sebayanya (Karl C.Garrison, 1990). Namun di sisi lain jika anak pada masa pubertas tidak dipersiapkan secara psikologis atau tidak mendapatkan informasi sebelumnya tentang perubahan yang akan terjadi pada masa pubertas, maka pengalaman pada perubahan itu dapat merupakan pengalaman traumatis. Akibatnya, anak cenderung memiliki sikap yang kurang baik yang lebih cenderung untuk menetap dari pada berkembang. Kurangnya persiapan anak menghadapi masa pubertas dapat menimbulkan bahaya psikologis yang serius, terutama pada anak yang matangnya
lebih awal atau lambat. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi mendorong anak untuk berfikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya termasuk sesuatu hal yang abnormal sehingga tidak mungkin sama seperti teman-teman sebayanya. Harga diri remaja setelah pemberian Pendidikan Kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas di SMP GEMA 45 Surabaya Berdasarkan tabel 5 harga diri remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dapat dilihat bahwa sebanyak 19 orang (100%) memiliki harga diri tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan harga diri yang lebih baik pada remaja. Sesuai dengan teori Sunarti (2011) salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasiya, kebutuhannya dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas ini bertujuan untuk meningkatkan harga diri pada remaja yang tadinya remaja memiliki harga diri rendah maka akan menjadi harga diri tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan dikaitkan dengan teori diatas maka didapatkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap harga diri remaja dengan dilakukannya pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan semua responden memiliki harga diri tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pola fikir responden yang baik dan adanya keinginan dari diri individu tersebut untuk berubah, sehingga setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas ini, harga diri responden yang awalnya rendah menjadi tinggi. Apalagi bila pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas ini diberikan oleh orang
yang dianggap lebih penting oleh responden seperti guru di sekolah. Hal ini dapat dikaitkan dengan tabel 3 yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang mendapatkan informasi sebagian besar dari guru yaitu sebanyak 7 orang (36,8%). Guru seharusnya tidak hanya bertugas untuk memberikan pembelajaran dan ilmunya kepada siswa, melainkan mempunyai peran lain, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan berperan sebagai konselor. Menurut Kartono (2010) tugas utama guru disini adalah sebagai pendidik yang berperan penting untuk mengatasi kekhawatiran para remaja tentang perubahan fisik selama masa pubertas, bisa diatasi dengan pengenalan dan pelajaran tentang sex education agar para remaja siap dalam menghadapi perubahan fisik yang terjadi pada dirinya selain itu juga guru memberikan fasilitas bagi perkembangan remaja dan membantu memperlancar perkembangan menurut irama dan temponya sendiri-sendiri. Namun di sisi lain, perkembangan psikis murid lebih besar dipengaruhi oleh lingkungan termasuk dari guru, sehingga guru perlu untuk bisa melakukan kontak jiwa terhadap remaja. Guru haruslah menciptakan suasana yang lebih transparan dan nyaman, karena dengan cara ini hubungan dengan guru dan remaja dapat tercapai dengan mudah tanpa ada batasan antara mereka. Dengan seperti ini remaja akan merasa nyaman bersama guru, dan pada sisi lain remaja akan mengganggap bahwa guru tersebut sebagai sahabat bagi mereka. Dengan demikian remaja akan terbuka apabila dirinya mengalami masalahmasalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri sehingga pemikiran para guru mampu mengiringi perkembangan psikologi remaja. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja di SMP GEMA 45 Surabaya Berdasarkan tabulasi silang tabel 6 dapat diketahui bahwa remaja yang memiliki harga diri rendah sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan remaja yang memiliki harga diri tinggi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas sebanyak 100%. Hasil uji statistic Mc Nemar pengaruh pendidikan
kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja didapatkan hasil p=0.001 yang berarti p<0.05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima yang memiliki arti ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja di SMP GEMA 45. Pada penelitian ini awalnya tidak tahu menjadi tahu. Hal ini disebabkan adanya pola pikir mereka yang berubah setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas. Namun di sisi lain remaja juga cepat merubah pandangannya terhadap dirinya. Remaja semakin menyadari bahwa perubahan yang terjadi pada dirinya merupakan sesuatu yang normal yang akan mereka alami pada masa pubertas. Sehingga yang awalnya mereka memiliki harga diri rendah sebelum pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dapat berubah menjadi harga diri tinggi setelah pemberian pendidikan kesehatan pada masa pubertas. Menurut Green dalam Tampubolon (2009) bahwa dengan pendekatan edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku. Pendekatan Green sejalan dengan penelitian Pulungan (2007) yang membuktikan bahwa metode pendidikan kesehatan yang dilakukan lebih dari 2 kali dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dan akan mencapai keberhasilan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pretest. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada penelitian ini dilakukan 3 kali pertemuan dalam waktu 2 minggu. Sehingga dari hasil penelitian ini terlihat bahwa setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja, remaja memiliki harga diri tinggi yang menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap gambaran diri remaja di SMP GEMA 45 Surabaya.
SIMPULAN Harga diri remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik
pada masa pubertas sebagian besar responden memiliki harga diri rendah. Harga diri remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas semua responden memiliki harga diri tinggi. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas terhadap harga diri remaja. SARAN Diharapkan agar pihak sekolah khususnya guru setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas mengevaluasi harga diri remaja dan memberikan ulang pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik pada masa pubertas pada remaja apabila ada remaja yang masih memiliki harga diri rendah.
Herawani. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta : Erlangga. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC -----------------------. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa (CMHN). Jakarta: EGC Kery. 2012. Citra Diri. http://www.kerygmateenz.com/tee nzmessage/2012/05/citra-diri. Diakses tanggal 13 Oktober 2013. Jam 11.00 WIB Mansur, herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak
untuk
Kebidanan.
Jakarta:
Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Rofiah. 2013. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. http://arnisyalifeyanis.blogspot.com/2013/06/psikolo gi-perkembangan-anak-danremaja.html. Diakses tanggal 29 April 2014 Pukul 20.00 wib. Azis. 2010. Mensiasati Masa Puber. http://purwantoazis.blogspot.com/2 010/05/mensiasati-masapuber.html. Diakses tanggal 29 April Pukul 14.00 Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Ainur
Jakarta: Rosda Karya ----------. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Rosda Karya, 2 Hanivah, Iva. 2012. Peran Sekolah dalam Mengembangkan Aspek Fisik pada Remaja. http://peranan sekolah dalam mengembangkan aspek fisik pada remaja_coretan Iva.htm. Diakses tanggal 27 April 2014 Pukul 13.00 Haryanto. 2010. Cara meningkatkan citra diri. http://belajarpsikologi.com/carameningkatkan-citra -diri. Diakses tanggal 29 November 2013. Jam 19.00
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta --------------------------------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan InstrumenPenelitian. Jakarta: SalembaMedika Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Santrock. W Jhon. 2011. MasaPerkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika