Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BIJI KELOR (Moringaoleifera) BEBAS MINYAK SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PADA PENGOLAHAN LIMBAH AIR PENGGILINGAN KEDELAI INDUSTRI TEMPE Hadi Purnomo dan Suzana Surodjo Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu PA Universitas Negeri Surabaya
[email protected] [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan tepung moringa oleifera bebas minyak terhadap nilai kekeruhan, padatan terlarut, COD, BOD dan pH limbah air penggilingan kedelai industri tempe dan untuk mengetahui apakah hasil pengolahan limbah air penggilingan kedelai industri tempe menggunakan koagulan alami larutan tepung. Rancangan penelitian ini adalah The Post Test Control Group Design dengan variabel bebas yang digunakan adalah volume larutan koagulan tepung biji kelor 0,5, 1,0, 1,5, 2,0 dan 2,5 ml. Sampel air limbah diambil dari limbah air penggilingan kedelai industri tempe di perumahan Rungkut Utara III/ 28, Kelurahan Kalirungkut, Surabaya. Uji laboratorium dilakukan untuk menentukan kebutuhan larutan koagulan tepung biji moringaoleifera bebas minyak (ml koagulan/ 500 ml air limbah) untuk proses pengendapan. Jar tes yang dilakukan adalah untuk membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mengendapkan partikel koloid yang terdapat pada air limbah. Metode jar tes yang dilakukan menggunakan pengadukan cepat 120 rpm selama 1 menit dan dilanjutkan dengan 60 rpm selama 20 menit. Koagulan yang digunakan adalah larutan koagulan tepung moringa oleifera bebas minyak (KMOB).Berdasarkan hasil jar test dapat ditentukan dosis optimal larutan KMOB. Hasil penelitianmenunjukkan penurunan kadarpadatan terlarut, kekeruhan limbah,BOD danCOD berbanding lurus dengan penambahan larutan KMOB. Analisis statistik anava satu arah dilakukan untuk data COD, BOD dan pH, sedangkan analisis statistik Kruskal Wallis untuk data kekeruhan dan padatan terlarut (TDS). Dari analisis statistik didapatkan pengaruh yang signifikan antara penambahan larutan KMOB dan nilai TDS, kekeruhan,BOD dan COD tetapi tidak untuk pH. Nilai terendah dari pengukuran TDS, kekeruhan,BOD, COD, dan pH adalah pada penambahan larutan KMOB 2,0 ml yaitu secara berturut-turut adalah TDS607,5 mg/L; kekeruhan 7,79 NTU;COD 409,6 mg/L, BOD 229,92 mg/L dan pH 6,41. Nilai COD dan BOD belum memenuhi standar baku mutu limbah cair menurut SK. Menteri Negara lingkungan hidup KEP-51/MENLH/10/1995 yaitu kadar COD dan BOD maksimal sebesar 300 mg/L dan 150 mg/L.Parameter lainnya telah memenuhi persyaratan untuk dibuang ke lingkungan. Kata kunci: koagulan, pengendapan, Moringaoleifera, bebas minyak
1.
PENDAHULUAN Industritempe merupakan industri kecil dimana proses produksinya dilakukan dalam rumah dan bergerak dalam bidang makanan dan menghasilkan limbah padat yang berupa kulit kedelai maupun limbah cair dalam setiap proses produksinya. Limbah
padat yang dihasilkan biasanya dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair yang dihasilkan dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga mencemari lingkungan di sekitar tempat C - 142
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
industritempe tersebut berada karena belum memenuhi baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KEP51/MENLH/10/1995).
bahwa 50%-90% kebutuhan terhadap tawas dapat dihentikan dan digantikan oleh Moringaoleifera.Zat aktif Moringa oleifera yang berperan sebagai koagulan adalah 4α4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate yang merupakan polielektrolit kationik yang mampu mengadsorbsi dan menetralisir partikel-partikel koloid dalam air limbah yang dapat menimbulkan pencemaran. Mekanisme yang paling mungkin terjadi dalam proses koagulasi dengan biji kelor (Moringa oleifera) adalah adsorbsi dan netralisasi tegangan koloid (Sutherland dalam Ahmad Mulia Rambe, 2009).
Bahan-bahan organik yang terkandung dalam buangan industritempe pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak (Sugiharto, 1987).Limbah cair tempe yang dibuang akan menimbulkan bau yang tidak sedap karena terbentuknya gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hydrogen sulfide (H2S), ammonia (NH3), karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik yang terdapat limbah (Widanarko dkk, 2004). Keberadaan gas-gas itu membuat limbah industri tempe ini bau yang tidak sedap, sehingga perlu dilakukan proses pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan secara langsung.
Penelitian tentang efektifitas biji kelor yang terekstraksi minyaknya menunjukkan aktivitas biji kelor terekstraksi, lebih baik daripada biji kelor tanpa melalui ekstraksi terlebih dahulu.Penelitian yang dilakukan Fayos et al (2010) membandingkan aktivitas koagulan antara biji Moringa oleiferadiekstraksi dengan heksan, etanol, biji moringa oleifera tanpa ektraksi dan PAC sebagai control. PAC dan Moringa oleifera ekstrak etanol menunjukkan aktivitas koagulan terbaik dengan nilai kekeruhan residu adalah 8 NTU, biji Moringa oleifera ektrak heksan menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dengan turbiditas sisa adalah 40 NTU sementara akitivitas koagulan untuk Moringaoleiferatanpa ekstraksi menunjukkan aktivitas koagulan paling rendah dengan nilai turbiditas sisa adalah 160 NTU.
Proses penjernihan air dilakukan untuk mendapatkan air bersih dari pengolahan air permukaan ataupun juga dilakukan untuk mengolah limbah industri sehingga limbah yang dihasilkan dapat dibuang ke lingkungan. Material limbah berbentuk suspensi atau koloid dapat dihilangkan dengan koagulasi flokulasi.Koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk mengkonversikan substansi terlarut menjadi bentuk yang lebih besar akibat penggumpalan, untuk selanjutnya dengan mudah diendapkan, disaring atau diapungkan.Untuk mendapatkan tingkat konversi yang tinggi dilakukan dengan penambahan bahan kimia yang biasa disebut dengan koagulan (Widanarko dkk, 1999).
Dalam penelitian ini akan dilakukan proses pengolahan limbah cair tempe hasil dari penggilingan kedelai menggunakan tepung biji kelor yang diekstraksi terlebih dahulu untuk memisahkan minyak dalam biji kelor sebagai koagulan. Ekstraksi minyak ini selain juga menambah nilai ekonomi juga diharapkan akan mengoptimalkan kerja dari tepung biji kelor dalam mengikat bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tempe sehingga dapat mengendap dan memenuhi kualitas
Moringaoleifera merupakan salah satu koagulan alami yang telah berhasil diidentifikasi seperti yang telah dilaporkan Olsen (1987) dalam Ghebremichael (2004).Al-samawi dan Shokrala (1996) dalam Ghebremichael (2004) melaporkan C - 143
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
moringaoleifera bebas lemak (KMOB). Hal ini dibuat baru setiap perlakuan.
standart limbah untuk dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah yang akan dilakukan adalah dengan cara koagulasi dan flokulasi dengan menfariasi dosis larutan biji kelor yang akan digunakan. Koagulasi dan flokulasi akan terjadi hanya jika terjadi pengadukan.
2.3
500 ml air limbah penggilingan kedelai dimasukkan dalam 5 gelas kimia 1000 ml, kemudian ditambahkan 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 ml bahan koagulan biji Moringaoleifera bebas lemak (KMOB).
Pengadukan yang terjadi adalah dengan menggunakan metode Jartest.Jar test dilakukan untuk menentukan konsentrasi optimum dari larutan biji kelor yang akan digunakan untuk mengolah.Penentuan angka zat padat terlarut, kekeruhan COD, BOD dan pH, dilakukan setelah metode Jar test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan larutan tepung biji kelor bebas lemak sebagai koagulan alami pada pengolahan limbah cair penggilinga kedelai industri tempe.
2.4
Proses Koagulasi dengan Variasi konsentrasi Tepung Kelor (Moringa oleifera)
Air limbah penggilingan kedelai masing masing 500 ml dimasukkan ke dalam 5 gelas kimia dan diukur pH awal masing masing sampel dengan menggunakan pH meter, ditambahkan pada masing masing sampel dengan bahan koagulan larutan tepung biji kelor (Moringa oleifera) bebas lemak (KMOB) sebanyak 0,5 ml; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml dan 2,5 ml. Kemudian dilakukan uji jar test, dengan pengadukan cepat 120 rpm selama 1 menit dan pengadukan lambat 60 rpm selama 20 menit dan didiamkan selama 6 menit. Untuk memisahkan flok yang terbentuk dengan air dilakukan dekantasi, kemudian dilakukan pengukuran BOD, COD, kekeruhan, total padatan terlarut (TDS) dan pH.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Pembuatan tepung biji kelor Biji kelor (Moringa oleifera) yang sudah tua dan kering dihaluskan menggunakan blender untuk memperoleh tepung biji Moringa oleifera.Tepung yang telah halus direndam dalam pelarut etanol selama 24 jam untuk menghilangkan lemak dari biji moringaoleifera selama 5 hari. Kemudian disaring dari pelarut menggunakan kertas saring pada corong Buchner, dandikeringkan di udara terbuka sampai berat konstan.Kemudiandiayak dengan mengunakan ayakan 100 mesh untuk memperoleh ukuran yang seragam dan disimpan dalam wadah bertutup sehingga terhindar dari kontak dengan udara. 2.2
Persiapansampel (ppm).
2.5
Analisa Total Padatan Terlarut (TDS)
Cawan yang telah dibersihkan, dikeringkan pada 105oC dalam oven selama 1 jam dan kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sebagai berat awal (a). Kertas saring dipasang pada peralatan fakum. 100 ml sampel dilakukan filtrasi pada rangkaian kertas saring dan peralatan fakum selama 3 menit. Setelah proses filtrasi selesai, 10 ml sampel yang lolos dari kertas saring dimasukkan dalam cawan yang telah ditimbang beratnya (a) kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 180 oC. Mendinginkan cawan dalam desikator dan kemudian ditimbang beratnya (b).
Pembuatan larutan koagulan Induk
5 gr tepung biji Moringa oleifera bebas lemak 100 mesh dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan di encerkan dengan aquades hingga tanda batas dan dikocok selama 30 menit, kemudian disaring, diperoleh larutan induk koagulan tepung biji C - 144
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
= 2.6
( − )
hingga warna kuning hampir hilang (kuning jernih) dan ditambahkan indikator amilum 3 tetes dan kemudian titrasi dilanjutkan hinggan warna jernih. Hal yang sama juga dilakukan untuk botol BOD yang disimpan selama 5 hari.
1000
Pengukuran kekeruhan
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan turbidymeter, yaitu sampel dimasukkan ke dalam botol sampel kemudian dimasukkan dalam turbidymeter. Setelah beberapa saat akan muncul nilai kekeruhan yang dinyatakan dalam NTU. 2.7
2.9
Mencelupkan elektroda pH meter pada sampel limbah air penggilingan kedelai setelah proses koagulasi dengan penambahan koagulan Moringa oleifera bebas minyak (KMOB).
UjiCOD
2 ml sampel (filtrat) dimasukkan dalam tabung KOK (kebutuhan oksigen kimiawi) yang kemudian ditambahkan berturut-turut 2 ml larutan campuran kalium dikromatmerkuri sulfat dan 3 ml larutan campuran asam sulfat-peraksulfat lalu diaduk kemudian botol KOK ditutup. Mengulangi proses ini pada air suling untuk blanko. Selanjutnya dimasukkan dalam oven/ atau pemanas khusus pada suhu 150 oC. Setelah 2 jam tabung KOK dikeluarkan dan biarkan dingin. Selanjutnya memindahkan larutan dari tabung KOK kedalam Erlenmeyer 100ml dan membilasnya dengan 10 ml air suling, kemudian ditambah dengan 3 tetes indikator feroin untuk dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat 0.025 N yang telah dibakukan hingga terjadi perubahan warna dari hijau hingga merah coklat.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Pembuatan Tepung Biji Kelor (moringaoleifera) Bebas Minyak. Berat tepung sebelum proses maserasi adalah 1800 gr dan berat tepung biji kelor setelah proses maserasi adalah 1146 gr. 3.2
Pengaruh Penambahan KMOB terhadap Total padatan terlarut limbah air penggilingan kedelai industri tempe. 4000 sampel 1 3000 TDS
2.8
Pengukuran pH
UjiBOD
sampel 2 sampel 3
2000 1000
Sampel air limbah penggilingan kedelai setelah proses koagulasi menggunakan jar test diencerkan sebanyak dengan air aerasi dan dimasukkan dalam 2 botol BOD (A1 dan A2). Untuk blanko digunakan air aerasi tanpa penambahan sampel yang dimasukkan dalam 2 boto BOD (B1 dan B2). Botol A2 dan B2dimasukkan dalam pendingin dengan suhu 19oC selama 5 hari untuk pengujian BOD5. Botol A1 dan B1 masing-masing ditambahkan 1ml MnSO4, larutan alkali 1 ml, Larutan H2SO4 pekat 1ml dan dikocok sampai gumpalan mengendap. Kemudian campuran dititrasi dengan Na2S2O3 0.025 N
0 0
1
ml KMO
2
3
Gambar1. Pengaruh larutan KMOB terhadap TDS Dari gambar 1. terlihat bahwa penurunan nilai TDS berbanding lurus dengan penambahan KMOB terhadap limbah aIr penggilingan kedelai. Penurunan paling tinggi adalah pada penambahan KMOB 2,5 ml yaitu 646,0 mg/l yang artinya C - 145
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
menyisihkan 82,22 % total padatan terlarut dari limbah dengan perlakuan pada kontrol.
3.3 Pengaruh Penambahan KMOB terhadap kekeruhan limbah air penggilingan kedelai industri tempe. 50
Tabel 1. Hasil uji statistik Kruskal-wallis untuk Total Padatan Terlarut (TDS) Variabel
Total padatan terlarut (mg/l)
sampel 1
NTU
40
Kruskal-Wallis test
sampel 2
30
sampel 3
20 10 0
Kontrol
3472,7
0,5 ml
1650,7
1,0 ml
1302,3
Chi-square = 33,093
1,5 ml
905,8
Asymp. Sig. = 0,000
2,0 ml
648,0
2,5 ml
646,0
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
ml KMOB
Gambar 2. Pengaruh larutan KMOB terhadap kekeruhan Berdasarkan gambar 2 tersebut penurunan kekeruhan yang paling tinggi adalah pada penambahan larutan KMOB 2,0 ml yaitu 7,79 NTU atau menyisihkan 88,18% dari kekeruhan limbah pada perlakuan kontrol. Hasil ini dapat dibuat kesimpulan bahwa penambahan KMOB menurunkan tingkat kekeruhan limbah air penggilingan kedelai.
Berdasarkan uji statistik diketahui nilai p sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih rendah dari taraf signifikan 0,05, maka hipotesis H0 diterima bahwa terdapat pengaruh penambahan KMOB terhadap padatan terlarut limbah.
Tabel 2 Hasil uji statistik kruskal-wallis Kekeruhan
Variabel
Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa penambahan KMOB dapat menurunkan padatan terlarut dalam limbah air penggilingan kedelai. Nilai padatan terlarut menurun dengan ditambahkannya larutan KMOB. Hal ini mungkin dikarenakan polimer kationik juga dapat berikatan denan padatan terlarut dan membentuk jembatan partikel antar partikel padatan terlarut, sehingga nilai padatan terlarut akan berkurang. Mekanisme yang mungkin terjadi adalah adsorbsi oleh polimer kationik dari larutan KMOB hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rambe (2009) bahwa mekanisme yang mungkin terjadi untuk koagulasi oleh koagulan moringa oleifera adalah adsorbsi dan destablisasi.
Total padatan terlarut (mg/l)
Kontrol
36,5
0,5 ml
21,45
1,0 ml
15,95
1,5 ml
11,04
2,0 ml
7,79
2,5 ml
8,23
Kruskal-Wallis test
Chi-square = 33,576 Asymp, Sig.(p) = 0,000
Uji Kruskal-wallis menghasilkan nilai p. = 0,000 kurang dari 0,05 sehingga menerima hipotesis Ho dimana terdapat pengaruh yang signifikan dari penambahan larutan biji C - 146
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
kelor terhadap kekeruhan limbah penggilingan kedelai industri tempe.
dengan cara koagulasi. Partikel koloid yang berasal dari bahan organik memiliki muatan listrik negatif. Penambahan polimer kation dari KMOB pada partikel koloid dengan muatan negatif ini akan membentuk jembatan partikel antar partikel koloid. Jembatan partikel ini akan saling menjalin satu dengan yang lain, sehingga membentuk mikroflok hingga memperoleh massa yang cukup untuk mengendap. Dengan mengendapnya bahan organik maka nilai COD pun akan turun.
Kekeruhan erat hubungannya dengan kandungan zat padat dalam limbah. Dari hasil yang telah didapatkan kekeruhan dan TDS berbanding lurus karena penyebab kekeruhan sendiri adalah kadar zat padat pada limbah. Dengan berkurangnya zat padat terlarut pada limbah maka nilai kekeruhan dari limbah juga akan berkurang. 3.4 Pengaruh Penambahan KMOB terhadap COD dan BOD limbah air penggilingan kedelaiindustritempe. 4000 sampel 1
COD
3000
sampel 2 sampel 3
2000 1000 0 0
1
ml KMO
2
3
Gambar 3. Pengaruh penambahan larutan KMOB terhadap COD
BOD
1500
sampel 1 sampel 2
1000
Volume penambahan KMOB yang optimum adalah 2,0 ml karena pada keadaan larutan KMOB yang ditambahkan dalam llimbah sebanding dengan banyaknya bahan organik dalam limbah. Sedangkan pada penambahan 2,5 ml terjadi kenaikan nilai COD dan BOD yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena pada penambahan 2,5 ml larutan KMOB partikel koloid mengalami restabilisasi kembali. Restabilisai partikel koloid ini terjadi karena satu partikel koloid berikatan dengan lebih dari satu polimer kationik dari KMOB. Sehingga yang terjadi adalah polimer kationik tersebut membungkus partikel koloid dan tidak mempunyai massa yang cukup untuk mengendap.
sampel 3
500 0
kontrol 0
1
2
Penurunan BOD yang terjadi juga dikarenakan oleh sifat antimikroba yang dimiliki oleh moringa oleifera.Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Broin et al (Ghebremichael, 2004) bahwa bakteri gram positif dan negatif dapat terflokulasi oleh protein yang terdapat dalam moringa oleifera, dengan kata lain KMOB dapat secara langsung membunuh dan juga dapat menghambat perumbuhan mikroorganisme. BOD merupakan parameter yang mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik yang terlarut dan tersuspensi, jadi dengan berkurangnya mikroorganisme dalam limbah akan mengurangi nilai BOD dalam limbah.
3
ml KMOB
Gambar 4. Pengaruh Penambahan larutan KMOB terhadap BOD Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan nilai COD dan BOD yang dihasilkan semakin turun dengan semakin banyaknya (ml) larutan KMOB yang ditambahkan. Hal ini terjadi karena polimer kationik dapat menguragi kandungan bahan organik dalam limbah C - 147
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Uji anava satu arah menghasilkan nilai probabilitas COD dan BOD adalah 0,000 kurang dari 0,05 maka dapat diberikan simpulan bahwa keenam rata-rata nilai COD dan BOD adalah berbeda. Oleh karena itu diperlukan analisis lebih lanjut menggunakan Post Hoc Test untuk menentukan penambahan larutan KMOB (0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 ml) manakah yang memberikan perbedaan penurunan nilai COD dan BOD secara signifikan (tabel 3 dan 4).
3.5 Pengaruh Penambahan KMOB terhadap pH limbah air penggilingan kedelai industri tempe 6.7
COD (mg/l) 3267,5 2035,7 1437,5 1095,1 513,2* 684,1*
pH
6.4
sampel 3
0
1ml KMOB2
3
Gambar 5. Pengaruh larutan KMOB terhadap pH
F,p
Hasil penelitian yang diperoleh untuk pengukuran pH limbah menunjukkan, penambahan larutan KMOB tidak berpengaruh pada nilai pH yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan karena protein kationik dari biji kelor tidak memerlukan zat pereduksi dalam proses koagulasi yang akan menghasilkan suatu asam, seperti halnya tawas. Sehingga pH yang dihasilkan cenderung tetap.
F = 155,886 p = 0,000
Tabel 4 Hasil statistik Anava satu arah BOD COD (mg/l) 3267,5 2035,7 1437,5 1095,1 513,2* 684,1*
sampel 2
6.2
Keterangan: Tanda *menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) dengan nilai p = 0.317
Variabel Kontrol 0,5 ml 1,0 ml 1,5 ml 2,0 ml 2,5 ml
6.5 6.3
Tabel 3 Hasil statistik Anava satu arah COD Variabel Kontrol 0,5 ml 1,0 ml 1,5 ml 2,0 ml 2,5 ml
sampel 1
6.6
F,p
Tabel 5 Hasil statistik Anava satu arah pH
F = 155,886 p = 0,000
Variabel Kontrol 0,5 ml 1,0 ml 1,5 ml 2,0 ml
Keterangan: Tanda *menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) dengan nilai p = 0.152
pH 6,57 6,51 6,44 6,43 6,41
F,p F = 1,549 P = 0,205
Dari tabel 5 diketahui bahwa nilai p = 0,205 lebih besar dari taraf signifikan 0,05. Nilai ini menolak Ho dan menerima Hi dimana tidak ada pengaruh yang signifikan antara penambahan KMOB dengan pH limbah air penggilingan kedelai industri tempe.
Nilai COD dan BOD yang paling rendah adalah pada saat penambahan KMOB 2,0 ml yaitu 513,2 dan 312,3 mg/l yang menyisihkan 84,83 % nilai COD dan 81,44 % nilai BOD dari perlakuan kontrol. Dari hasil yang didapatkan penurunan untuk COD dan BOD juga berbanding lurus dengan penambahan KMOB. Semakin banyak ml KMOB yang ditambahkan semakin turun angka COD dan BOD yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA Alaerts dan Santika S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. C - 148
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Anwar and Rashid. 2007. Physicochemical Characteristics of Moringa Oleifera Seeds and Seeds Oil From a Wild Provenance of Pakistan. Journal Botany, 39(5); 1443-1453. Asmoro, Linggar A.. 2010. Pengaruh Penambahan Koagulan Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada Pengolahan Limbah Cair Penggilingan Kedelai Industri Tempe. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Ali et al. 2009. Moringa Oleifera Seeds as Natural Coagulation for Water Treatment. Makalah disajikan dalam Thirteenth International Water Technology Conference, IWTC 13, Hurhada, Egypt. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Fayos et al. 2010. Study of Moringa Oil Extraction and its Influence In Primary Coagulant Activity For Drinking Water Treatment. http://www.foodinnova.com/foodInno va/docu2/282.pdf.Diakses 19 januari 2011. Ghebremichael, Kebreab A. 2004. Moringa Seed and Pumice as Alternative Natural Materials for Drinking Water Treatment: KTH Land and Water Resources Enggineering. http://kth.divaportal.org/smash/get/diva2:14835/FU LLTEXT01. Diakses 25 januari 2011. Irianty, Sri. Tanpa tahun. Pengaruh Massa Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) dan Waktu Pengendapan Pada Pengolahan Air Gambut. http://jst.eng.unri.ac.id/index.php/jst/ article/download/50/12. Diakses 30 februari 2011.
Mori.
Cameldi and Pardini. 2009. Moringaoleifera : APromisingMultipurpose Tree for TropicalAreas: ASAT Sci-Tec – Vol. 1.http://www.asatonline.com/web/sit es/default/files/Moringa_oleifera__a _promising_multipurpose_tree_for_t ropical_and_subtropical_areas.pdf. Diakses tanggal 19 januari 2011. Muyibi, S. A. et al. 2003. Enchanced Coagulation Efficiency Of moringa Oleifera Seeds Through Selective Oil Extrction. IIUM Engineering Journal, Vol.4, No.1, 2003. Rambe, M. A. 2009. Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil. Tesis tidak dipublikasikan. Medan : Universitas Sumatera Utara. R. Hsu et al. 2006. Moringa oleifera, medicional and economic uses:International course on economic botany. http://www.zijapower.com/files/mori nga2006.pdf.Diakses 19 februari 2011. Said, Idaman N. dan Wahjono H.D.. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. http://www.kelair.bppt.go.id/Publika si/Buku10Patek/10LIMTT.pdf. Diakses 27 Agustus 2010. Sulaiman, Wahid. 2002. Statistik nonparametrik; contoh kasus dan pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi Suprapti, lies. 2003. Teknologi Pengolahan Pangan Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius Sutanto. Adfa dan Tarigan. 2007. Buah Kelor (Moringaoleiferalamk.) Tanaman Ajaib Yang Dapat Digunakan Untuk Mengurangi Kadar ion Logam Dalam Air. Jurnal C - 149
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Gradien. Vol. 3 No.1. januari 2007 : 219-221. Triyuliana, Agnes H.. 2007. Pengolahan data statistik dengan SPSS 15.0. Yogyakarta: Penerbit Andi
tahu/tempe dan Penerapannya.http://www.digilib.ui. ac.id/file?file=pdf/metadata77176.pdf. Diakses 10 juli 2010 Zainuddin, Muhammad. 1988. Metodologi Penelitian. Surabaya : Universitas Airlangga press.
Widanarko, Sulistioweni, dkk. 1994. Pengolahan limbah industri
C - 150