Pengaruh Pemilihan Umum 1971 Terhadap DPR, MPR, Presiden ,
1.
153
& 1977 0leh: Har Ibrahim
Pendabuluan
Tulisan pendek ini bermaksud unluk membabas seiauh mana per.garub pemilihan umum 1971 dan 1977 terhadap OPR dan MPR, serla pengarub pemilihan umum tersebut terhadap hubungan OPR dan Presiden . Pengarub pemilihan umum 1971 terhadap ketiga Iembaga tersebut akan dibabas berdasarkan kenyataan yang ada tentang susunan OPR dan MPR, pelaksanaan tugas OPR, serta hubungan OPR dan Presiden . Sedangkan pengaruh pemilihan umum 1977 terhadap ketiga lembaga tersebut, akan didasarkan kepada hasil sementara pemilihan umum yang diumumkan oleh Lembaga Pemilihan Umum d an bersifat kemungkinan·kemungkinan saia. 2.
Pengaruh pemilihan umum 1971 terhadap OPR, MPR dan Presiden
Pemilihan umum yang pertama dibawab UUD 1945 telab dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 19 71 , dan telab menghasilkan susunan OPR sebagai berikut - selelab teriadi [usi partai polili!<:
dipilih / diangkat
Oipilih
Oiangkat
iumlab %
236
25
261
56 .74
75
75
16.30
Organisasi
i. Golkar 2. ABR1
3.PYY.
94
94
20.44
4. P.O.1.
30
30
6.52
360
100
460
100
Sesuai dengan kenyataan yang ada sekarang, bahwa umumnya semua fraksi tersebul berlaku sebagai pihak yang mendukung Pemerintah, dan hanya kadang·kadang saia fraksi P Y Y. dan P D.l. berlaku sebagai pillak oposisi, maka keempal fraksi lersebul dapal digolongkan meniadi dua ; (I) fraksi Pendukunr Ulama Pemerinlah yang terd.iri dari Golkar d,n ABR1 yang menguasai 336 suara (73.04%), dan (2) fraksi Pendukung Pemerintab yang terdiri dari P.PY. dan PD.l. dan hanya menguasai 124 suara (26.96%).1. Oari perbandingan lersebul dapatJah dilihat bahwa frwi Pendukung Ulama Pemerintah merupakan fraksi mayoritas, sedangkan fraksi Pendukung Pemerintah adalab fraksi minorilas.
1)4
~IUK.UM
!JAN PEMIlAN\jUNAN
Keadaan DPR seperti terscbut diatas, dihubungkan dengan peranan DPR dalam pengajuan RUU usul inisiatif, kesan yang diperoleh adalah bahwa bagi fraksi mayoritas lebill memudahkan untuk memperjuangkan suatu RUU yang diusulkannya, dibandingkan dengan fraksi minorilas yang akan mengalanli kesulilan dalam masalah pendukungan apabila RUU tersebut lemyata tidak sesuai dengan keinginan fraksi mayorilas, scbab pengambilan kepulusan dapat dilakukan deng.n suara terbanyak . Namun temya la uai* fraksi mayorilQS mati pun !raksi milloritas sampai saot ini be/um pernaJr mengajuKall RUU usul inisiatif Hal ini tentu saja mengundang berbagai pertanyaan, yar.g pada aiJlirnYl orang beependapat bahwa anggota DPR kurang melaksanakan fungsiny •. Apakah seben.mya yang menyebabkan tic.k arla }{UU usu! inisiati[ dari anggota DPR? Fraksi mayoritas kemungkinan beependapat hal terseb"t didasarkan atas pertimbangan bahwa akan leb ill mudah kalau hanya membahas saja RUU yang datang dari fthak Pemerintah. Bukankah antara Pemerintoh disatu pihak dengan fraksi may oritas dipillak lain tidak ada perbedaan pandangan, sehing>;a RUU dari Pemerintah te rseb ut sudah dapat pula dianggap sebagai RUU yang datang dari fraksi mayoritas. Kalaulah benar kesan tersebut, maka disitulah letak kekeliruannya. Dimata rakyat bukanlah suatu hal yang sangat penting adany. kesamaan pandangan antara fraksi mayoritas dengan Pemerintah, karena mereka hanya melillat sejauh mana anggota DPR seb~gai wakil rakyat telah menjalankan fungsinya aalam pengajuan RUU usul inisiatif. Lain lagi kemungkinan alasan yang diajukan oleh fraksi minoritas, kalau tokl! akan dicoba pada akhimya abn terbentur dengan jurnlah penduk~ng, dan akan buyar usul tersebut pada saal akan diambil kepulusan deng;,n suara lerbanyak. Namun pertanyaan pokok yang belum terjawab sampai saat ini, apa seb.abnya fraksi minoritas lidak pernah mau menooba mengajukan RUU usul inisiatif. Seandainya hal tersebut dilakukan oleh fraksi minoritas, wal.u pun gagal, maka pandangan rakyal akan lebill baik dari yang seka,ang. lerhadap fraksi minoritas. Kalau dinegara yang menganut sistem pemerinlal! parlementer, umumnya berlaku dalil bahwa fraksi mayorilas di parlemen dapat berbuat apa saja2 . Untuk Indonesia lemyata dalil lersebul tidak berlaku, paling tidak untuk DPR tahun 1971·1977, karena tictak semua RUU yang datang dari Pemerintah yang didukung oleh fraksi mayoritas berhasil digolkan menjadi UU lanpa perobahan sesuai dengan keinginan fraksi minorilas, bahkan pemah terjadi UU yang disahkan oleh Presiden, berbed, secara prinsipil dengan RUU yang diajukalUlYa. Tirnbul perlanyaan apa sebabny. fraksi m,yorilas lidak mau memaksakan kehendaknya dengan mempergu~a· kan cara pengambilan keputusan suar.terbanyak:- Mung1cihl
Pengaruh PEMI LU