PENGARUH PEMBERIAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI ( KKP-E ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI TEBU ( STUDI KUD SATYA DHARMA BANTUR-MALANG)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
M .BAGUS PRATOMO 0710213007
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
PENGARUH PEMBERIAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI ( KKP-E ) TERHADAP PENDAPATAN PETANI TEBU (STUDY KUD SATYA DHARMA BANTUR- MALANG) M.Bagus Pratomo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email :
[email protected]
ABSTRACT This study is entitled The Effect of Credit Food Security and Energy (KKP-E) Of Sugarcane Farmers Income (KUD Satya Dharma Study Bantur grasslands). The purpose of this study was to determine whether there is influence of giving Credit Resilience and Energy (KKP-E), a working model, the rent of land, and the production of the sugarcane farmers' income increase of Satya Dharma I KUD Help - Malang. For data analysis used it was using multiple linear regression, with the help of SPSS Statistics 18 for Windows. The independent variable is the KKP-E, Working Capital, Land Lease, Production, while the dependent variable is income Sugarcane Growers. The results of analysis of this research is KKP-E variable, Working Capital, Land Lease, and the results obtained from the analysis of this research is KKP-E variable, Working Capital, Rent Land, and Production Results have significant influence on sugarcane farmers' income . Keywords: KKP-E, Working Capital, Land Lease, Production, Income
ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi ( KKP-E ) Terhadap Pendapatan PetaniI Tebu (Study KUD Satya Dharma Bantur- Malang) . Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian Kredit Ketahanan dan Energi (KKP-E), modal kerja, sewa lahan, hasil produksi terhadap peningkatan pendapatan petani tebu di KUD Satya Dharma Bantur – Malang. Untuk analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda , dengan bantuan program SPSS 18 Statistic for Windows. Variable indenpenden adalah KKP-E , Modal Kerja, Sewa Lahan , Hasil Produksi sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Petani Tebu . Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah variable KKP-E , Modal Kerja , Sewa Lahan , dan Hasil Produksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani tebu Kata Kunci : KKP-E , Modal Kerja, Sewa Lahan , Hasil Produksi , Pendapatan
A. PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Pembangunan pertanian tetap memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan. Pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Kredit pertanian memiliki peranan yang sangat signifikan dalam sejarah pelaksanaan program pembangunan pertanian di Indonesia. Selain sebagai faktor pelancar, kredit juga berfungsi sebagai simpul kritis pembangunan yang efektif , sehingga kredit pertanian tetap harus tersedia. Sejarah kredit pertanian diawali dengan adanya kredit program untuk Padi Sentra pada tahun 1963 dan dilanjutkan dengan Program Bimas pada tahun 1966 dan 1969 menjadi Bimas Gotong Royong. Pada tahun 1970 Bimas Gotong Royong diubah menjadi Bimas yang Disempurnakan sampai dengan tahun 1985 . Pada tahun 1985 Kredit Bimas diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT). Kredit program sektor pertanian tersebut digulirkan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program intensifikasi padi. Namun sejak digulirkannya KUT, cakupan komoditas yang dapat dilayani menjadi lebih banyak yaitu padi , gula , palawija dan hortikultura. Petani merupakan sumber penting dalam perekonomian di Indonesia. Khususnya pada petani tebu, Untuk itu diperlukan suatu pembangunan pertanian yang sesuai dengan corak pertanian Negara Indonesia. Pembangunan pertanian ini bertujuan yaitu, untuk meningkatkan produksi, memperluas lapangan kerja, dan meratakan kegiatan pembangunan pertanian. Akan tetapi, petani dihadapkan pada permasalahan yang rumit yaitu, tingginya harga kebutuhan pokok pertanian. Bagi petani umumnya modal identik dengan pembiayaan yang sangat sulit untuk ditanggulangi khususnya dalam mengembangkan usaha tani di pedesaan. Akses petani pada sumber-sumber pembiayaan resmi masih sangat terbatas. Tetapi lebih mudah mendapatkan modal dari pada melepas uang dengan modal yang tinggi. Umumnya para petani yang berlahan luas yang lebih mudah mendapatkan modal, sedangkan sebagian besar petani mempunyai lahan yang sempit. Jika lahan pertanian yang dijadikan agunan untuk mendapatkan kredit modal dari perbankan, maka hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar petani tidak layak mendapatkan modal yang bersumber dari lembaga keuangan resmi. Oleh karena itu modal menjadi faktor penghambat dalam mengelola pertanian. Petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka untuk menutupi kekurangan modal, baik formal maupun informal. Kredit formal dapat berupa kredit program dan kredit non program (kredit komersial). Kredit program umumnya terkait dengan pelaksanaan program pemerintah, misalnya kredit ketahanan pangan dan Energi (KKP-E). Contoh kelembagaan kredit formal antara lain bank, koperasi dan pegadaian yang menerapkan persyaratan cukup ketat dalam pelayanan peminjaman. Sementara pada kredit informal, pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit, misalnya keharusan adanya agunan. Pada pasar kredit perdesaan terjadi segmentasi pasar, karena masing-masing memiliki karakteristik yang khas.Petani mendapat dana KKPE dari Bukopin dan BNI 46, KKPE itu disalurkan ke PG selaku penanggung jawab kredit. kredit tidak akan cair bila tidak ada penjaminan dari pihak Pabrik Gula. Untuk itu yang didapatkan
petani adalah bagi hasil penjualan gula, yakni 34 persen untuk PG dan 66% untuk petani. Tak hanya itu petani juga mendapat bagi hasil tetes tebu yang jumlahnya 5 kg per kwintal tebu. Untuk tetes itu bagi hasilnya, dua kilogram untuk PG dan tiga kilogram untuk para petani.Sementara itu, harga gula yang dimiliki petani jauh di atas biaya pokok yang dikeluarkan selama perawatan tanaman tebu. Harga lelang di Pabrik Gula (PG) rata-rata mencapai Rp 8.900 perkilogram. Sedangkan harga gula baru mencapai BEP (break event point) atau mampu menutupi biaya perawatan bila mencapai Rp 6.800 dengan margin keuntungan sekitar Rp. 2.100 perkilogramnya. harga lelang paling rendah bisa mencapai Rp. 7.300 perkilogram. Di Kabupaten Malang tanaman tebu, produktifitasnya bisa mencapai 800 kwintal perhektar. Padahal, ratoon (bongkar tanaman) idealnya bisa mencapai tiga kali setiap selesai panen. Selama tiga kali tanaman tebu yang bisa diproduksi dari lahan seluas satu hektare dapat mencapai 2.400 kwintal atau 240 ton. Padahal rata-rata tingkat rendemen tanaman tebu di Kabupaten Malang mencapai 6,7%. Luas areal tanaman tebu di Kabupaten Malang sendiri masih terdapat sekitar 39 ribu hektare lahan tebu yang belum digarap secara optimal. Terdiri dari 34 ribu hektare lahan kering serta lima hektare lahan tebu di luar garapan dua pabrik gula di Kabupaten Malang. Petani tebu dan PG memiliki kelemahan dan kekuatan yang jika digabungkan akan saling menguatkan. Kelemahan petani antara lain modal yang terbatas, teknologi rendah, manajemen tidak teratur, skala usaha kecil, akses pasar terbatas, kelembagaan lemah serta produktivitas rendah. Kekuatan petani yaitu tenaga kerja, penguasaan lahan walaupun kecil namun jika disatukan hasil tebunya akan besar. Kelemahan PG yaitu sedikitnya lahan yang dikuasai, hasilnya jauh di bawah kapasitas produksi. Untuk membudidayakan tebu sendiri membutuhkan investasi yang besar, banyak tenaga kerja, rentan gejolak sosial dan rentan terhadap fluktuasi harga baik input maupun output. Dengan kemitraan yang sukses, akan ada transfer pengetahuan, teknologi serta modal dari PG ke petani sehingga produktivitas, bargaining position dan pendapatan petani meningkat. PG juga akan mendapat pasokan bahan baku sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan dengan memanfaatkan tenaga kerja dan hasil agregat dari lahan yang dikuasai petani sehingga resiko sosial berkurang.Untuk perbaikan pelayanan kredit, perlu dilakukan studi mengenai “Pengaruh Pemberian Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) modal kerja, sewa lahan, hasil produksi terhadap Pendapatan Petani Tebu di KUD Satya Dharma Bantur – Malang.“ Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan penting yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui Bagaimana pengaruh pemberian Kredit Ketahanan dan Energi (KKP-E) , modal kerja, sewa lahan, hasil produksi terhadap peningkatan pendapatan petani tebu di KUD Satya Dharma Bantur – Malang Tujuan penulisan ini adalah Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian Kredit Ketahanan dan Energi (KKP-E), modal kerja, sewa lahan, hasil produksi terhadap peningkatan pendapatan petani tebu di KUD Satya Dharma Bantur – Malang.
B. TELAAH PUSTAKA Kredit Sebagai Implementasi Fungsi Intermediasi Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sector perbankan kepada sektor riil berperan meningkatkan produktivitasnya. Meningkatnya produktivitas sektor riil dapat meningkatkan iklim dunia usaha dan investasi yang kemudian akan meningkatkan pendapatan nasional. Sebagai lembaga intermediasi, sektor perbankan menghubungkan pihak surplus dengan pihak defisit. Pihak surplus atau deposan menyimpan uang di bank dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan pihak defisit atau debitur meminjam uang dari bank dalam bentuk kredit konvensional dan pembiayaan syariah. Pinjaman tersebut menjadi sarana intermediasi bagi perbankan. Kepercayaan terhadap lembaga perbankan menjadi sangat penting agar fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik. Fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik menciptakan penggunaan dana yang optimal dan efisien. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya aktivitas produktif dari dana yang dipinjamkan sehingga output aktivitas produksi akan meningkat dan lapangan kerja baru yang banyak bermunculan menambah taraf kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kredit Sektoral Khususnya KKP-E KKP-E adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang diberikan kepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, kelompok (tani, nelayan dan pembudidaya ikan). KKPE disalurkan dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah dan sorgum, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung, dan kedelai Tujuan KKP-E adalah menyediakan kredit investasi atau modal kerja dengan suku bunga terjangakau, mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petani yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan guna peningkatan produksi sekaligus peningkatan pendapatan dan kesejahteraanya, dan mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati. Sasaran KKP-E adalah tersalurnya KKP-E kepada petani dan peternak yang membutuhkan pembiayaan/ kredit secara lancar dalam pengembalian kreditnya, dan peningkatan penerapan teknologi anjuran bagi petani/ peternak yang memanfaatkan pembiayaan/kredit yang akhirnya terjadi peningkatan produktivitas usaha. Implementasi Kesejahteraan Petani Kesejahteraan memiliki beragam pengertian karena lebih bersifat subjektif, yakni setiap orang dengan pedoman, tujuan, dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Mengingat kesejahteraan merupakan hal yang relatif, maka terdapat sedikitnya lima aspek yang menunjukkan indikator (penciri atau penanda) kesejahteraan petani yaitu: (1) Perkembangan struktur pendapatan, (2) Perkembangan pengeluaran untuk pangan, (3) Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP), (4) Perkembangan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani, (5) Daya beli rumah tangga petani.
C. METODE PENELITIAN Metode Analisis Data Secara umum model analisa yang akan kami pakai dalam penelitian ini adalah : Uji Instrumen Uji Validitas Validitas menujukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang akan diukur. Sekiranya penelitian menggunakan kuesioner di dalam data penelitian, maka kuesioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin diukurnya (Singarimbun, 1995:124). Pengujian validitas digunakan untuk menghitung skor setiap butir pernyataan atau pertanyaan dari masing – masing variabel penelitian (bebas dan terikat) dari kuesioner, untuk selanjutnya mengkorelasikan skor setiap butir pernyataan atau pertanyaan tadi dengan skor totalnya, dan rumus analisa korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut:
n xy x y r xy 2 2 2 2 n x x n y y
Keterangan : r = koefisien korelasi x = skor variabel bebas y = skor variabel terikat n = banyaknya sampel. (Singarimbun dan Effendi, 1995:137) Masun dalam Sugiono (2003:124) suatu instrumen dinyatakan valid apabila koefisien korelasinya > 0,3 dengan level signifikansi (p) < 0,05. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang mana skala menghasilkan hasil yang konsisten jika pengukuran tersebut diulang , Oleh karena itu reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukur dapat memberikan hasil yang tidak berbeda atau relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan setelah semua butir pertanyaan valid. Untuk uji reliabilitas digunakan dengan metode Cronbach’s alpha dengan koefisien berkisar antara 0 sampai 1. Kriteria pengujian adalah jika nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6 (α > 0,6), maka menunjukkan bahwa ukuran yang dipakai sudah reliabel (Malhotra, 2002:293). Cronbach’s alpha dihitung dengan menggunakan rumus:
=
Kr 1 ( K 1)r
Dimana:
α = reliabilitas K = jumlah butir r = rata-rata korelasi antar item
Metode Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, dianggap memenuhi syarat yang telah memenuhi uji Asumsi Klasik sebagai berikut : Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Santoso (2000:212) mengatakan bahwa uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal, ataukah tidak. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap model yang diuji. Uji Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi (α) di atas 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku. Ini menunjukkan data yang diuji normal, karena tidak berbeda dengan data normal baku. Selain itu uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada Grafik Normal P-P Plot. Dasar pengambilan keputusan ini Ghozali (2001:79) yaitu:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas dikerjakan dengan menggunakan program SPSS.
Uji Multikolinieritas Santoso (2002), uji multikolinearitas merupakan alat uji ekonometri yang digunakan untuk menguji suatu data apakah terjadi hubungan yang sempurna antar variabel bebas tersebut. Multikolinieritas diuji dengan menghitung nilai VIF (Variance Inflating Factor). Bila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Santoso (2000:110) menyatakan bahwa uji heterokedastisitas adalah uji untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians yang ditunjukkan dalam grafik Scatterplot dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain titik kumparannya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang bebas heteroskedastisitas dapat dilihat melalui charts scatterplot. Apabila titik-titik yang terdapat dalam charts tersebut membentuk pola titik-titik yang teratur seperti gelombang, melebar kemudian menyempit berarti terjadi heteroskedastisitas. Namun apabila terdapat pola yang tidak jelas atau acak menyebar diatas dan diatas di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2001:70-71). Uji heterokedastisitas dikerjakan menggunakan program SPSS Analisis Linear Berganda Model ini bertujuan untuk mengukur intensitas hubungan variabel-variabel independent terhadap variabel dependen (Dajan, 1999:325). Persamaan linier berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas menggunakan rumus : Y = b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4+…bkXk, dimana : Y = Variabel terikat pendapatan petani X1, X2, X3, X4,... Xk = Variabel bebas (KKP-E, Modal Kerja, Sewa Lahan dan Hasil Produksi) b1, b2, b3 , b4,...bk = Koefisien Regresi Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Penggunaan tingkat signifikansinya beragam, tergantung keinginan peneliti, yaitu 0,01 (1%) ; 0,05 (5%) dan 0,10 (10%). Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. Sebagai contoh, kita menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05), jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Uji t Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Hasil uji t dapat dilihat pada tabelcoefficients pada kolom sig (significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi Koefisien R2 Untuk mengetahui besarnya tingkat sumbangan (kontribusi) dari variabel-variabel bebas (X1, X2, X3 dan X4) terhadap naik turunnya Y secara bersama-sama, yang dapat dilihat melalui koefisien determinasi dengan simbol R2 (Gujarati,1997:98). Koefisien determinasi mempunyai kegunaan yaitu: Untuk mengukur ketetapan suatu garis regresi yang ditetapkan terhadap suatu kelompok data hasil observasi. Semakin besar nilai R2, semakin tepat pula garis regresinya. Sebaliknya semakin kecil nilai R2 maka semakin tidak tepat garis regresinya untuk mewakili data hasil observasi. Nilai R2 antara 0 sampai dengan 1. Model persamaan dianggap baik apabila koefisien determinasi sama dengan satu atau mendekati satu. Untuk mengukur besarnya pengaruh dari variabel bebas terhadap naik turunnya nilai Y. Tabel 1 . Interpretasi Nilai R (Korelasi) Besarnya nilai Antara 0,800s/d1,000 Antara 0,600s/d0,800 Antara 0,400s/d0,600 Antara 0,200s/d0,400 Antara 0,000s/d0,200 Sumber : Arikunto, 1998.
Interprestasi Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah (tidak berkorelasi)
D.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh KKP-E terhadap pendapatan petani tebu KUD Satya Dharma. Beberapa alasan diutarakan oleh petani dalam memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan KKP-E. petani memilih menggunakan KKP-E karena bunga KKP-E rendah, agunan ringan (tidak mengguanakan agunan), Persyaratan mudah, kebutuhan usaha tani yang mendesak untuk dicukupi serta beberapa petani hanya karena ikut ketua tani. Pengaruh Modal Kerja terhadap pendapatan petani tebu KUD Satya Dharma. Keterbatasan modal merupakan hal yang sering dihadapi oleh petani. Bantuan modal kredit program dari kementrian pertanian berupa KKP-E yang disalurkan melalui bank sedikit banyak membantu dalam proses produksi usaha taninya, seperti untuk pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan lain-lain. modal untuk kegiatan usaha tani. Pada kegiatan usaha tani rata-rata petani pengguna KKP-E menggunakan modal sendirinya berupa peralatan dan lahan, selain itu modal sendiri juga digunakan untuk memenuhi sebagian dari biaya tenaga kerja luar. Modal KKP-E digunakan petani untuk membeli sarana produksi dan sisanya untuk membayar tenaga kerja luar. Sedangkan pada petani bukan pengguna KKP-E semua pengeluaran baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan usaha tani dicukupi dengan modal sendiri. Dengan demikian maka terjawab bahwa terdapat pengaruh pemberian kredit ketahan dan energy (KKP-E) pada peningkatan pendapatan petani tebu di KUD satya dharma kabupaten malang. Pengaruh sewa lahan terhadap pendapatan petani tebu KUD Satya Dharma. Lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani menunjukan setiap penambahan lahan, dengan sewa lahan sebesar 1 Ha akan meningkatkan pendapatan petani. Semakin luas lahan sewa maka jumlah benih yang ditanam semakin banyak dengan jarak tanam yang tepat akan meningkatkan jumlah produksinya. Semakin banyak jumlah produksi maka semakin banyak hasil yang akan dijual sehingga pendapatan semakin meningkat. Pengaruh Hasil Produksi terhadap pendapatan petani tebu KUD Satya Dharma. Penanaman tebu yang baik dengan didukung fasilitas lengkap yang disediakan petani maka produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk pada produksi akan mudah terpenuhi untuk meningkatkan
pendapatan petani sendiri, perencanaan permintaan dan prediksi juga turut diperhatikan karena dengan adanya kegiatan produksi yang dihasilkan petani, dari hasil yang baik maka permintaan gula yang diminati konsumen dapat terpenuhi. Selain dari petani tebu itu sendiri kepastian pemerintah juga penting, perhitungan ke semua hal yang berhubungan dengan produksi, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi dan pelanggan lain juga dapat berpengaruh dan itu semua didukung dengan pemberian KKP-E oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja petani tebu untuk menghasilkan panen tebu yang maksimal. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada petani tebu pada KUD Satya Dharma bantur pengguna KKP-E dapat ditarik kesimpulan bahwa : Petani memilih menggunakan KKP-E karena bunga KKP-E rendah, agunan ringan (tidak mengguanakan agunan), Persyaratan mudah, kebutuhan usaha tani yang mendesak untuk dicukupi serta beberapa petani hanya karena ikut ketua tani. Petani memilih untuk tidak menggunakan KKP-E karena dengan alasan modal yang dimiliki sudah mencukupi untuk kegiatan usaha tani, kurangnya keberanian petani mengambil kredit dari sector perbankan, dan tidak semua petani mengetahui adanya KKP-E sehingga tidak banyak petani yang mengajukan. Apabila tidak menggunakan KKP-E atau hanya menggunakan modal sendiri maka tidak menambah pendapatan petani, karena dengan KKP-E maka modal akan bertambah dengan modal yang banyak tadi petani bisa memaksimalkan hasil panennya diluar musim, karena musim adalah salah satu factor yang tidak bisa dicegah. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan adalah : Adanya penyuluhan lebih lanjut mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL ( Pengawas Pinjaman Langsung ) supaya seluruh petani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit permodalan utamanya KKP-E dan manfaatnya untuk usaha tani, sekaligus sebagai bentuk pengawasan supaya pelaksanaannya tepat sasaran . Pemerintah khususnya Dinas Pertanian, kabupaten Malang, diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan atau pembinaan guna menambah wawasan para petani tebu agar menambah pengalaman dalam mengelola usahatani tebu dan menumbuhkan rasa percaya diri. Sehingga mampu menyadarkan mereka akan arti pentingnya tebu sebagai salah satu alternatif yang tepat untuk usahatani karena kelayakan usaha dan keuntungan yang diperoleh usahatani tebu ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan atau taraf hidup mereka. Petani tebu apabila kekurangan dana perawatan dan pengelolaan untuk usahatani tebu dapat memperoleh pinjaman melalui Koperasi Unit Desa (KUD) karena bunga yang ditawarkan sangat ringan bagi petani tebu. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi petani tebu khususnya Kecamatan Bantur untuk tidak memperluas lahan dan meningkatkan produktivitas. Kementrian Pertanian dan Pihak perbankan perlu merevisi persyaratan pengajuan KKP-E agar petani lebih mudah dan cepat dalam mengakses program tersebut .
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rieka Cipta . Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi) Jakarta : Rieka Cipta . Candra,Sulistian.2006. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Petani Tebu Anggota Koperasi Tiga roda . Skripsi . Universitas Muhammadiyah Malang. Darmawanto .2008. Pengembangan Kredit Sektor Pertanian . Tesis . Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang . Dajan, Anto.1990. Pengantar Metode Statistik, Jakarta : Penerbit LP3ES, Eka, Imania .2012. Implikasi Kredit Pertanian Terhadap Pendapatan Petani ( Studi Kasus Pada Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Pada Petani Tebu di Kabupaten Malang ). Skripsi .Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang . Fajrina , Noer Ayu, Minar Ferichani, Widiyanto .2012. ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta . Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian, Yogyakarta : ANDI . Malhotra , 2002. Basic Marketing Research : Applications to Contemporary Issues with C-ROM SPSS 10.0, Prentice Hall, Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE ,Yogyakarta . Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3. Nasution. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta : PT. Bumi Aksara . Najmudinrohman .2010. Pengaruh Kemitraan Terhadap Usaha Tani Tebu di Kecamatan Trangkil Pati Jawa Tengah . Skripsi . Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor. Rakub, Niswatin.1990. Ekonomi Moneter Seri Perkreditan ,Semarang : IKIP Semarang Press . Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D , Bandung : CV. Alfabeta. Singgih, Santoso, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : Elex Media Komputindo . Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, Edisi Kedua, Jakarta : LP3ES. Uma Sekaran, 2006, Research Methods for Business, Terjemahan oleh Kwan Men You, Jakarta : Salemba Empat. Direktorat Pembiayaan Pertanian .2013. Pedoman Teknis Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) . www.deptan.go.id. diakses tanggal 7 Juli 2013 . Bank Indonesia .2013. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) . www.bi.go.id. diakses tanggal 9 Juli 2013 .