perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
OLEH: NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI NIM. H0808033
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh: NOER AYU FAJRINA OKHTA NUGRAHENI H 0808033
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 11 Januari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP. 19670331 199303 2 001
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002
Surakarta, Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 1001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar”. Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada : 1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis. 6. Bapak Widiyanto, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 7. Bapak Dr. Sapja Anantanyu, SP., M.Si selaku Dosen Penguji Tamu atas diskusi, bimbingan, serta arahannya kepada penulis. commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 9. Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten Karanganyar, BP4K Kabupaten
Karanganyar, serta BPS
Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta menyediakan datadata yang diperlukan penulis. 10. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) kantor cabang Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian serta Bapak Agus Irawan selaku AO Kredit Program BRI cabang Karanganyar yang telah membantu dalam melengkapi data-data yang diperlukan.penulis. 11. Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten, Bapak Sumarso selaku ketua kelompok tani Rukun Tani, Bapak Suyanto selaku ketua kelompok tani Rukun Makaryo, serta petani responden di Kelurahan Lalung dan Desa Jati yang telah membantu penulis selama penelitian. 12. Ayahanda dan Ibunda, Bapak Drs. Waluyo Dwi Basuki, MM dan Ibu Yayuk Wahyusri, SE yang tiada henti memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan motivasi dalam setiap langkah penulis sehingga penulis dapat berjalan sejauh ini, adikku Hilda Maulika Ayudya dan Daffa Alby Zhafran, serta keluarga besar ayah dan bunda yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun material kepada penulis. 13. Sahabat-sahabatku Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Aulia Rahma Kautsari, Ayu Nilasari, dan Galuh Perwita Sari, terima kasih atas doa, semangat dan persahabatan yang luar biasa. 14. Sahabat Agribisnis 2008, Bundo Retna, Riri, Suryani, Mesty, Puput, Anita, Carrine, Tami, Riana, Ifa, Ema, Inneke, Yurike, Mas Abid, Mas Nanda, Mas Nur, Mas Ragil, Mas Heri, Ocha, Arum, dan lain-lain serta Sasaeng Group yang telah memberi dukungan, semangat, dan doanya selama ini. commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15. Teman-teman Agribisnis 2007, Agribisnis 2009 (Hazizah, Shela, Karin, Iim, dkk), dan Agribisnis 2010 yang telah memberi semangat dan masukan bagi penulis. 16. Prima Nandana Multi Pradani, rekan GALAKSI, dan Aks 1 SMAN 1 Karanganyar: Dian, Indah, Rino, Bayu, Giri, Budi, Ditya, Asep, Andre, Alami, Herlin, Ririn, Gede, dan Habib terima kasih untuk semangat dan persahabatan supernya, apapun yang terjadi silaturahim harus tetap terjaga. 17. Teman-teman magang dan staff PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang telah memberi pengalaman dan kenangan indah tak terlupakan selama magang. 18. Pengurus KAMAGRISTA periode 2010-2011 yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga bagi penulis. Satukan tekad, meraih asa, jaya KAMAGRISTA! 19. Mas Yudi yang telah bersedia mengantar penulis dalam melengkapi data penelitian. 20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin. Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii RINGKASAN ........................................................................................................ xiii SUMMARY ........................................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN ......................................................................................... A. Latar Belakang....................................................................................... B. Perumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................................. D. Manfaat Penelitian ................................................................................
1 1 5 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian .......................... 1. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 2. Keterbaruan Penelitian ...................................................................... B. Landasan Teori ...................................................................................... 1. Pertanian ............................................................................................. 2. Lembaga Keuangan Perbankan ........................................................ 3. Kredit Pertanian ................................................................................. 4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ............................................... 5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani ........................ 6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani ............. C. Kerangka Berpikir ............................................................................... D. Asumsi ..................................................................................................... E. Pembatasan Masalah ............................................................................ F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ................ G. Hipotesis ..................................................................................................
8 8 8 11 11 11 14 15 17 22 23 24 26 26 27 29
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................... 2. Populasi dan Sampel .......................................................................... to user C. Jenis dan Sumber Datacommit ........................................................................
30 30 30 30 31 33
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Data Primer ........................................................................................ 2. Data Sekunder .................................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 1. Observasi ............................................................................................ 2. Wawancara ......................................................................................... 3. Pencatatan .......................................................................................... E. Metode Analisis Data ........................................................................... 1. Analisis Biaya, Pendapatan, Efisiensi dan Kemanfaatan dalam Penggunaan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) BRI ................................................................................................. 2. Analisis Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani ......
33 34 35 35 35 36 36
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... A. Keadaan Geografi.................................................................................. 1. Letak dan Batas Wilayah ................................................................... 2. Topografi Daerah ............................................................................... B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 1. Keadaan Penduduk Menurut Golongan Umur dan jenis Kelamin .. 2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................. C. Keadaan Pertanian ................................................................................ 1. Tata Guna Lahan ................................................................................ 2. Produksi Tanaman Pangan ................................................................ D. Keadaan Perekonomian ....................................................................... E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia....
43 43 43 44 44 44 47 50 52 52 54 56 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar .................................... 2. Karakteristik Petani Sampel ............................................................... 3. Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan Petani Bukan Pengguna KKP-E ........................................................ B. Pembahasan............................................................................................ 1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani ............................. 2. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani ............................................ 3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani .........................
66 66 66 67
36 38
73 90 90 93 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 106 A. Kesimpulan ............................................................................................. 106 B. Saran ........................................................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107 LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3.
Judul
Halaman
Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 20082011 (Miliar Rupiah) ......................................................................
2
Jumlah Penduduk 10 Tahun keAtas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa) ...................
4
Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah) ........................
5
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10
Tabel 3.1.
Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ..................... 30
Tabel 3.2.
Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ............................................................................................... 31
Tabel 3.3.
Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 32
Tabel 3.4.
Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian ........................................ 35
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 45
Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ............................................. 46
Tabel 4.3.
Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin KecamatanJaten Tahun 2010 ........................................................... 47
Tabel 4.4.
Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010..................... 48
Tabel 4.5.
Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .................... 48
Tabel 4.6.
Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ................................. 49
Tabel 4.7.
Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ......................................... 50
Tabel 4.8.
Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ........................................ 51
Tabel 4.9.
Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ..................................................... 51
Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........... 52 commit to user Tabel 4.11. Tata Guna Lahan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .......... 53 viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12. Tata Guna Lahan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ....................... 54 Tabel4.13.
Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ................................................................ 55
Tabel4.14.
Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi KecamatanKaranganyar Tahun 2010 .............................................. 55
Tabel4.15.
Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kecamatan Jaten Tahun 2010 ............................................................................. 56
Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.... 57 Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 .. 57 Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 ............... 58 Tabel 5.1.
Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar ............................... 71
Tabel 5.2.
Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 73
Tabel 5.3.
Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 74
Tabel 5.4.
Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 76
Tabel 5.5.
Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 78
Tabel 5.6.
Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 79
Tabel 5.7.
Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ..................................................... 80
Tabel 5.8.
Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ............................................................................ 81
Tabel 5.9.
Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 82
Tabel 5.10. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar commit to user MT II Tahun 2012 ............................................................................ 83
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.11. Rata-rata Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 .................................. 84 Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 ....................................................................................... 85 Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan Penggunaan Kredit ........................................................................... 88 Tabel 5.14. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Luas Lahan dan Penggunaan Kredit ........................................................................... 89
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
Halaman
Gambar 2.1.Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 25 Gambar 2.2 SkemaVariabel X dan Y dalamPenelitian ........................................ 26 Gambar 3.1.Bagan Pengambilan Sampel Responden .......................................... 33 Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha .. 62 Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani ............................... 99 Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E ............. 102 Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E ......................... 103 Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E.... 104
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Judul
Halaman
Lampiran 1.
Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) dan Sex Ratio . 110
Lampiran 2.
Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ........................................................................................... 112
Lampiran 3.
Identitas Responden pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E .......................................................................... 114
Lampiran 4.
Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E .......................................................................... 116
Lampiran 5.
Penggunaan Sarana Produksi pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E .............................................................. 118
Lampiran 6.
Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E .......................................................................... 120
Lampiran 7.
Penggunaan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ........................................................................... 122
Lampiran 8.
Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ..... 124
Lampiran 9.
Biaya Total pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ............................................................................................ 125
Lampiran 10. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ........................................................................... 126 Lampiran 11. Biaya, Penerimaan, Pendapatan pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKP-E ............................................................... 127 Lampiran 12. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E ......... 128 Lampiran 13. R/C ratio pada Usaha Tani Padi Petani Bukan Pengguna KKPE ...................................................................................................... 129 Lampiran 14. Incremental B/C Ratio (IBCR) pada Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E ......................... 130 Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi .................................................................. 132 Lampiran 16. Kuesioner ...................................................................................... 143 Lampiran 17. Peta Kabupaten Karanganyar ....................................................... 148 Lampiran 18. Peta Kecamatan Karanganyar ...................................................... 149 Lampiran 19. Peta Kecamatan Jaten ................................................................... 150 Lampiran 20. Dokumentasi ................................................................................. 151 Lampiran 21. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 152 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. dan Widiyanto, SP., M.Si. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri dan Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar penelitian adalah metode deskripsi analisis dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karaganyar. Teknik pengambilan sampel dengan metode multistage cluster random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah pengguna KKPE terbanyak yaitu kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo. Untuk mengkaji pengaruh modal sendiri dan modal KKP-E terhadap pendapatan petani digunakan model regresi linier berganda, serta didukung dengan analisis R/C ratio dan Incremental B/C ratio untuk melihat perbedaan penggunaan modal sendiri dan KKP-E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E sebesar Rp 15.835.880,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 14.042.598,00/Ha/MT. Nilai efisiensi usahatani petani pengguna KKP-E sebesar 2,57 lebih besar dari efisiensi usahatani petani bukan pengguna KKP-E sebesar 2,50. Kemanfaatan usahatani sebesar 3,517sehingga usahatani pengguna KKP-E lebih memberi kemanfaatan daripada usahatani petani bukan pengguna KKP-E. Hubungan faktor-faktor dengan pendapatan petani dinyatakan dalam model fungsi regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Secara individu faktor luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan faktor tingka tpendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu adanya penyuluhan lebih lanjut mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL supaya seluruh petani anggota kelompok tani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit atau bantuan permodalan utamanya KKP-E beserta pengaruh dan manfaatnya dalam pengembangan usaha tani.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni. H0808033. Analysis of Effect of Energy and Food Safety Credit (KKP-E) BRI to Increase the Rice Farmers Income in Karanganyar Regency.Supervised by Dr. Ir. FerichaniMinar, MP.andWidiyanto, SP., M.Si. Faculty of Agriculture.SebelasMaret University. Surakarta. This research aimed to analyze the effect of own capital and Credit of Energy and Food Safety BRI to increase the income of owner and tenant farmers in Karanganyar Regency. The basic method of this research is a descriptive analysis method and the research conducted by survey method. The research was conducted in the Karanganyar Regency. This research uses multistage cluster random sampling method for the sampling technique. Samplesare determined by the most farmers in KKP-E used, they are RukunTani and RukunMakaryo farmers groups. To assess the influence of their own capital and KKP-E to the farmers income used multiple linear regression models, and supported by the analysis of R/C ratio and Incremental B/C ratio to see the difference in the use of its own capital and KKPE. The results showed that the average farmer's income who using KKP-E was Rp 15.835.880,00/Ha/GS, that was more than farmer’s income who didn’t use KKP-E. That was Rp 14.042.598,00/Ha/GS. Peasant farming efficiency value of KKP-E user wass 2,57, that was more than the efficiency of peasant farming who was not KKP-E user. That was 2,50. Benefits farming value amounted to 3,517 so that farming farmers who using KKP-E gave more benefits than farming farmers who didn’t use the KKP-E. The relationship between these factors with farmers' income can be expressed in multiple linear regression models as follows: Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e The results of the regression analysis showed that the land large, education level, number of family members, the land rulership, and the use of credit jointly have significant effect on farmers' income. The individual factor of land large, land rulership, and the use of credit give the significant effect on farmers 'income, whereas level of education factor and the number of family members factor did not significantly affect to farmers' income. Based on this research, the advice can be given is the need to use a well management by KKP-E user so they don’t create bad debts and a further extension of the KKP-E to increase farmers' understanding of the KKP-E and its benefits for farming.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian cenderung dominan dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan.
Secara
garis
besar,
kebijakan
pembangunan
pertanian
diprioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan. Beberapa program kerja tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian, salah satunya adalah program ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam program revitalisasi pertanian dibutuhkan suatu bentuk pembangunan terstruktur antara pemerintah dan pelaku usaha tani. Meski perannya strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan. Lemahnya permodalan masih menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha pertanian. Petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, baik formal maupun informal. Namun demikian, petani di pedesaan cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang commit toformal user karena persyaratan yang dinilai dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Data Bank Indonesia menunjukkan alokasi kredit perbankan terhadap sektor pertanian masih cukup rendah dibandingkan dengan sektor perekonomian yang lainnya. Berikut adalah data mengenai alokasi kredit bank umum berdasarkan sektor ekonomi tahun 2007-2011 berdasarkan data statistik perbankan Indonesia tahun 2011. Tabel 1.1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah) Tahun
Sektor Ekonomi Pertanian, perburuan, dan sarana pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, gas, dan air Konstruksi Perdagangan, restoran, dan hotel Pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial/masyarakat Lain-lain Jumlah
2008 67.202
2009 77.412
2010 90.999
2011 114.725
32.215 271.187 18.475 58.753 259.632
42.894 247.440 24.560 64.225 301.382
61.365 275.404 34.116 63.500 339.639
87.780 344.597 45.841 75.395 405.442
62.579
73.213
75.142
95.206
152.302 15.747 369.596 1.307.688
150.843 17.038 438.923 1.437.930
179.398 44.232 602.049 1.765.845
224.146 57.980 748.983 2.200.094
Sumber: Bank Indonesia, 2011 Data yang dihimpun dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa alokasi kredit bank umum yang diberikan kepada debitur jumlahnya selalu meningkat sejak tahun 2008 hingga tahun 2011. Jumlah kredit paling banyak dicurahkan pada sektor lain-lain yaitu sebesar 748.983 miliar rupiah pada tahun 2011. Pada tahun yang sama alokasi kredit terendah diterima sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 45.841 miliar rupiah. Alokasi kredit untuk sektor pertanian menempati urutan ke-5 dengan besar kredit 114.725 miliar rupiah. Salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai lembaga commit to user pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan,
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian. Salah satu bentuk kontribusi BRI adalah dengan menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis nasional tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap sumber-sumber permodalan (Aviliani, 2008). Salah satu program kredit yang digulirkan oleh BRI terkait program revitalisasi pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E merupakan salah satu program Kementerian Pertanian berupa fasilitas kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam rangka mendukung pelaksanaan program ketahanan pangan dan program pengembangan tanaman bahan baku dan bahan bakar nabati. Kredit diberikan kepada petani-petani yang mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengadaan dan peremajaan alat dan mesin, perikanan, dan petani tebu. KKP-E digulirkan kepada petani melalui kelompok tani. Pada tahun 2010, posisi KKP-E di BRI mencapai Rp 1,52 triliun atau mencapai 27,17 % dari plafon sebesar Rp 5,6 triliun. Secara nasional, penyaluran KKP-E pada periode yang sama tercatat Rp 2,69 triliun sehingga sumbangan BRI terhadap penyaluran KKP-E secara nasional sebesar 56,5 %. KKP-E dapat diakses melalui Kantor Cabang BRI di seluruh wilayah Indonesia, dan salah satunya ada di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang terletak di lereng gunung dengan kondisi alam yang subur. Banyak masyarakat di Kabupaten Karanganyar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan kedua setelah lain-lain. Berikut adalah data mengenai jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar tahun 2008-2010 berdasarkan data olahan registrasi penduduk 2010.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2010 (Jiwa) Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-lain Jumlah
2008 134.175 68.619 0 9.384 104.798 49.362 34.762 6.501 20.169 9764 285.061 722.595
Tahun 2009 134.487 68.324 0 9.846 105.536 49.619 35.320 6.427 19.908 9976 288.995 728.438
2010 135.557 67.540 0 10.312 107.063 50.349 36.468 6.269 20.163 10.293 288.919 732.933
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Data Registrasi Penduduk 2010 yang dihimpun dari Data Kabupaten Karanganyar dalam Angka Tahun 2011 pada Tabel 1.1. menunjukkan dari tahun 2008 hingga tahun 2010 jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karanganyar selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh tani) adalah sebesar 203.097 orang atau 27,71 % dari total jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karanganyar. Jumlah ini meningkat dari jumlah angkatan kerja sektor pertanian pada tahun 2008 sebesar 202.794 orang dan tahun 2009 sebanyak 202.881 orang (BPS, 2011). Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan akses permodalan petani. Sumber permodalan yang dapat diakses petani di Kabupaten Karanganyar beragam. Salah satu sumber permodalan yang dapat diakses petani adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI yang disalurkan melalui BRI Cabang Karanganyar. Jumlah KKP-E BRI yang diakses petani di BRI Cabang Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.3. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah) Jenis Kredit 2009 2.517.700.000
KKP-E
Tahun 2010 3.756.407.100
2011 3.651.244.600
Sumber: BRI Cabang Karanganyar Data yang diambil dari BRI Cabang Karanganyar, pada tahun 2009 jumlah KKP-E yang diakses kelompok petani adalah sebesar Rp 2.517.700.000,00. Pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 3.756.407.100,00 disertai dengan penambahan jumlah kelompok tani pengakses KKP-E. Pada tahun 2011 jumlah KKP-E yang diakses kelompok tani mengalami penurunan menjadi Rp 3.651.244.600,00. Hal ini disebabkan oleh penunggakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok tani sehingga pemberian skim kredit tidak dapat diteruskan. Oleh karena banyaknya KKP-E yang diakses petani di Kabupaten Karanganyar maka perlu rasanya dilakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) melalui
BRI
terhadap
Pendapatan
Petani
Padi
di
Kabupaten
Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan bank pelaksana dalam hal ini BRI terkait kebijakan-kebijakan dalam mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. B. Perumusan Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaannya pun juga sebagai pendukung kelangsungan sektor lain, terlebih sektor industri. Dalam meningkatkan produksi pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mencetuskan 7 Gema Revitalisasi Pertanian yang terdiri dari revitalisasi lahan, revitalisasi perbenihan dan perbibitan, revitalisasi infrastuktur dan sarana, revitalisasi pembiayaan
petani, revitalisasi kelembagaan
petani, dan
revitalisasi teknologi dan industri hilir. Sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan commit to user modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian (Ashari, 2009). Dalam upaya membantu petani mengatasi masalah kesulitan modal, Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai skim kredit pertanian, seperti: Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pembangunan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), serta memperluas pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai lembaga pembiayaan nasional tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional dengan pemberian kredit pertanian. Salah satu skim kredit BRI yang sesuai dengan kebijakan pemerintah terkait dengan 7 Gema Revitalisasi Pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E adalah kredit program berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung
pelaksanaan
Program
Ketahanan
Pangan
dan
Program
Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Melalui akses permodalan berupa KKP-E ini, diharapkan dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi usaha taninya sehingga pendapatan petani ikut meningkat. Jumlah alokasi modal yang dicurahkan para petani untuk usaha taninya berbeda-beda sehingga antara petani satu dengan yang lain mempunyai komposisi perubahan tingkat pendapatan yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimana pengaruh Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian antara lain: 1. Untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar. 2. Untuk mengkaji pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain: 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang dikaji, selain itu penelitian ini juga merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan pendapatan petani. 3. Bagi Bank Rakyat Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan kredit pertanian terkait perannya sebagai bank umum dan bank pelaksana program pemerintah. 4. Bagi petani, penelitian dapat dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan modal yang bersumber dari perbankan utamanya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, 5. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi serta bahan kajian mengenai penelitian yang sejenis atau penelitian lanjutan.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu dan Keterbaruan Penelitian 1. Penelitian Terdahulu Penelitian
terdahulu
berfungsi
sebagai
pendukung
untuk
melakukan penelitian. Penelitan-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah kredit atau modal bergulir yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca. Hasil penelitian Manurung (1996) yang berjudul Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali) menyebutkan peranan kredit BPR terhadap usaha kecil dan masyarakat berpendapatan rendah akan dapat meningkatkan perekonomian pedesaan melalui peningkatan pendapatan dan/atau penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan. Kredit BPR berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan bersih para pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali terutama untuk kelompok pedagang. Kredit BPR berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Bali. BPR berperan sebagai agent of development dalam memobilisasi perekonomian masyarakat pedesaan dan menjadi pendorong utama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer khususnya untuk pembiayaan pendidikan. Hasil penelitian Sembiring (2002) yang berjudul Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat) menyebutkan peranan faktor produksi modal sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani, baik commit to user modal sendiri maupun modal kredit. Setiap penambahan modal sendiri 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 100.800,00. Penambahan kredit secara nyata akan meningkatkan pendapatan petani. Setiap penambahan modal sendiri dan modal kredit secara bersama-sama sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 133.900,00. Sehingga jelas bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan setelah menerima kredit. Hasil rangkuman penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Hasil penelitian Setiawan (2005) yang berjudul Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar menyebutkan bahwa kredit, luas lahan, dan penggunaan pupuk ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. Semakin tinggi kredit yang diterima petani, maka laba usaha taninya juga akan semakin tinggi. Demikian juga dengan variable luas lahan dan penggunaan pupuk. Semakin tinggi luas lahan, maka laba usaha tani juga semakin tinggi. Semakin sedikit pupuk yang diberikan maka akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan memperkecil tingkat produktifitas padi. Hasil penelitian Lely (2007) yang berjudul Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan) menyebutkan
ada perbedaan nyata
pendapatan petani sayur sebelum dan setelah menggunakan modal bergulir. Pendapatan petani meningkat setelah adanya modal bergulir. Petani di daerah penelitian menggunakan modal bergulir untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Peneliti Romulus Manurung (1996)
Warga Sembiring (2002)
Rosadi Setiawan (2005)
Yenny Lely (2007)
Judul Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali)
Inti Kajian a. Variabel kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan bersih pengusaha kecil di pedesaan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. b. Variabel kredit BPR berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Jawa Barat dan Jawa Timur, namun kredit BPR berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja di Bali. Analisis Peranan Kredit Variabel modal kredit Bank Rakyat Indonesia berpengaruh nyata (BRI) dalam Peningkatan terhadap peningkatan Pendapatan Petani di pendapatan petani. Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat) Pengaruh Kredit, Luas Variabel kredit , luas Lahan, dan Penggunaan lahan, penggunaan pupuk Pupuk terhadap Laba berpengaruh nyata Bersih Petani Padi di terhadap peningkatan laba Kecamatan Jumantono bersih petani. Kabupaten Karanganyar Pengaruh Modal Bergulir Variabel modal bergulir terhadap Peningkatan berpengaruh nyata Pendapatan Petani Sayur terhadap peningkatan di Kota Medan (Studi pendapatan petani sayur. Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan)
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi mencantumkan kredit sebagai salah satu variabel yang commit to user berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani.
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Variabel lain yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani adalah luas lahan dan penggunaan pupuk. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel kredit memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan dan laba bersih petani. 2. Keterbaruan Penelitian Berdasarkan empat penelitian di atas, variabel kredit berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani. Pada keempat penelitian tersebut hanya dibahas kredit secara keseluruhan dan tidak ada spesifikasi jenis skim kredit. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) merupakan salah satu jenis program kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang penyalurannya dilakukan oleh bank pelaksana. KKP-E merupakan penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan sejak Oktober 2000 dan disempurnakan menjadi KKP-E pada Oktober 2007. KKP-E tergolong jenis program kredit baru sehingga belum banyak peneliti yang meneliti mengenai KKP-E, termasuk kaitan KKP-E dengan peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Karanganyar. B. Landasan Teori 1. Pertanian a. Pengertian Pertanian Mardikanto (2007) menyatakan bahwa pertanian merupakan usaha turut campur-tangan manusia dalam perkembangan tanaman atau hewan, agar dapat lebih baik memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan keluarga dan atau masyarakatnya. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Pertanian mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit dapat dikatakan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija, tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya sebagian hasil pertanian rakyat adalah untuk dikonsumsi keluarga. Adapun petanian dalam arti luas adalah banyak sekali macamnya, yaitu (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2) perkebunan, termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar, (3) kehutanan, (4) peternakan, (5) perkebunan baik perikanan darat maupun perikanan laut. Usaha tani dapat didefinisikan sebagi himpunan dari sumbersumber alam yang terdapat ditempat itu, yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut. Usaha tani produktif berarti usaha tani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini, secara teknis merupakan perkalian antara efisien dan kapasitas. Efisien mengukur banyaknya output yang diperoleh dari suatu input. Sementara kapasitas menggambarkan kemampuan yang dapat memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada teknologi tertentu (Mubyarto, 1977). Antara (1994) berpendapat
bahwa peningkatan
produksi
pertanian akan berpengaruh pada petani. Dalam meningkatkan pendapatan permasalahan
dan
kesejahteraan
pengetahuan
petani,
petani
yang
sering masih
diharapkan relatif
pada
rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
b. Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang berada di perkotaan. Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan. Menurut Santoso, et al., (2005), pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan pendapatan petani yang hidup di pedesaan. Jumlah, ragam, serta mutu konsumsi masyarakat terus bertambah, baik konsumsi bahan pokok maupun konsumsi terhadap barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non pertanian. Keberhasilan pembangunan tidak selalu dapat menciptakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja maka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan pertumbuhan sektor-sektor lain yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian, terutama yang menyangkut kebutuhan modal (investasi dan modal kerja), kebutuhan tenaga kerja, serta tersedianya bahan baku yang dihasilkan oleh sektor pertanian (Mardikanto, 2008). Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya commit to user keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain.
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian. Perbankan nasional memiliki posisi dan peranan sangat penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia, karena perbankan menjadi sumber utama pembiayaan berbagai sektor usaha, termasuk pertanian. 2. Lembaga Keuangan Perbankan Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Fungsi
pembangunan
perbankan nasional
ini
dalam
bertujuan rangka
menunjang
pelaksanaan
meningkatkan
pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Ashari, 2009). Bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development. Yang dimaksud sebagai agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development bank adalah sebagai lembaga perantara yang dapat mendorong
kemajuan
pembangunan
melalui
fasilitas
kredit
dan
kemudahan-kemudahan pembayaran serta penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Berdasarkan definisi tersebut bank sebagai lembaga perantara dapat membawa dampak ekonomi yang sangat berarti seperti penghimpun dan penyalur dana, mempermudah pembayaran, peningkatan lapangan kerja, commit to user pemerataan penghasilan, dan stabilitator pembangunan. Penggolongan bank
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
di Indonesia terdiri dari Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank berdasarkan Prinsip Syariah, dan Bank Devisa. Penggolongan lembaga keuangan bank di Indonesia meliputi: Bank Sentral/Bank Indonesia, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank Asing, Bank Campuran, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Usaha-Usaha Lembaga keuangan (Panggabean, 2002). Menurut Sutaryono (2009) dalam Ashari (2010), ada beberapa kendala yang dihadapi perbankan nasional dalam menyalurkan kredit ke sektor pertanian, diantaranya: (1) sektor pertanian sangat tergantung pada musim sehingga dipandang mempunyai resiko tinggi, (2) tata niaga komoditas pertanian banyak yang belum tertata sehingga harga selalu naik turun dan tidak ada kepastian, dan (3) sebagian dana yang terhimpun perbankan bersifat jangka pendek (short term funding), sedangkan kredit pertanian sebagian besar berjangka relatif panjang (long term loan). Akibatnya terjadi ketidaksesuaian dalam waktu antara pendanaan dan kredit. Beberapa hal ini menyebabkan alokasi kredit untuk pertanian cenderung rendah sehingga perlu adanya kredit program untuk pertanian. 3. Kredit Pertanian Salah satu langkah terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan upaya pemberdayaan petani adalah meningkatkan aksesibilitas terhadap modal kerja melalui penyediaan skim-skim kredit yang merangsang pengembangan usaha agribisnis skala kecil, menengah, dan koperasi. Skimskim kredit yang dikembangkan tersebut diupayakan mempunyai plafon unit usaha yang cukup, cakupan input dan komoditas yang lebih banyak, bunga yang murah serta prosedur pemanfaatannya yang cukup sederhana (Solahudin, 2009). Pentingnya kredit dalam pembangunan pertanian Indonesia terkait dengan tipologi petani yang sebagian besar merupakan petani kecil dengan penguasaan lahan yang sempit, sehingga tidak memungkinkan untuk commit to user melakukan pemupukan modal untuk investasi pada teknologi baru. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
demikian dukungan pembiayaan harus dilakukan. Syukur, et al., (1998) menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian antara lain: (1) Membantu petani kecil dalam mengatsi keterbatasan modal dengan bunga yang relatif ringan, (2) Mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3) Mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk mendorong pemerataan, (4) Insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi usahatani. Arsyad (2004) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Syarat mutlak terdiri dari: adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produksi bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Di samping kelima syarat mutlak tersebut, ada lima syarat yang keberadaanya tidak mutlak tetapi apabila ada memperlancar pembangunan pertanian. Syarat-syarat pelancar tersebut antara lain: pendidikan pembangunan, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, perencanaan nasional pembangunan pertanian, dan kredit produksi. Lembaga perkreditan yang memberikan kredit produksi kepada petani merupakan suatu faktor pelancar yang penting bagi pembangunan pertanian. Petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli bibit unggul, pestisida, pupuk, dan alat pertanian lainnya untuk meningkatkan produksinya. Pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan meminjam untuk jangka waktu antara saat bahanbahan produksi dan peralatan itu dibeli dan saat hasil panen dapat dijual. Oleh karena itu, keberadaan lembaga perkreditan ini sangat membantu dalam pemenuhan modal usaha tani. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan penelitian mengenai perkreditan pertanian dalam usaha intensifikasi pertanian padi sawah yang dilakukan oleh Sudjanadi dalam Daniel (2002), dalam penggunaan kredit seharusnya: a. Pemberian kredit usaha tani dengan kredit bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usaha taninya. b. Kredit yang diberikan harus bersifat dinamis, yaitu mendorong petani untuk menggunakan kredit secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti. c. Kredit yang diberikan selain berupa bantuan modal juga merupakan perangsang untuk menerima inovasi dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi. d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak hanya terbatas pada kredit usaha tani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian, tetapi juga mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi). Pemerintah selama lebih dari empat dekade, telah meluncurkan beberapa kredit program atau bantuan modal bagi petani dan pelaku usaha pertanian melalui beberapa bentuk skim seperti dana bergulir, penguatan modal, subsidi bunga, maupun
yang mengarah
komersial. Dari
perkembangan skim-skim yang dijalankan ada kecenderungan bahwa pemerintah lebih mengarah pada kegiatan kredit yang memiliki link dengan perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh skim kredit yang mengarah kepada model tersebut di antaranya KKP-E dan KUR yang diinisiasi dari model SP3 Deptan (Ashari, 2009). 4. Kedit Ketahanan Pangan dan Energi Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan commit to user subsidi sarana produksi (benih, pupuk, dan pestisida). Semenjak
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
yang
sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah. Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Dalam perkembangannya, KKP-E terus mengalami perubahan dan penyempurnaan, yang meliputi debitur penerima KKP-E, plafon maksimum per debitur, cakupan komoditas
yang dibiayai dan
kebutuhan
indikatif masing-masing
komoditas. Penyempurnaan KKP-E ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2011). Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah jenis kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh bank pelaksana kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyaluran kredit yang digunakan KKP-E adalah executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. KKP-E bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan membantu petani/peternak di bidang permodalan sehingga produktivitas dan pendapatan petani menjadi lebih baik (Bank Indonesia, 2012a). Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 bank yaitu sembilan bank umum yang terdiri dari Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 Bank Pembangunan commit to user Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, dan Nusa Tenggara Barat. Plafon KKP-E yang dianggarkan secara nasional adalah sebesar Rp 8,806 trilyun yang meliputi untuk sub sektor tanaman pangan sebesar Rp 2,730 trilyun, hortikultura sebesar Rp 725,330 milyar, perkebunan (tebu) sebesar Rp 2,993 trilyun, peternakan sebesar Rp 2,046 trilyun, dan pengadaan pangan sebesar Rp 310,830 milyar. Besarnya tingkat bunga kredit bank untuk KKP-E tebu adalah sebesar 12,25% dan KKP-E lainnya sebesar 13,25%, sedangkan tingkat bunga kepada peserta KKP-E adalah sebesar 7% untuk KKP-E tebu dan 5% untuk KKP-E lainnya dengan subsidi bunga 5,25% untuk KKP-E tebu dan 8,25% untuk KKP-E lainnya. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dapat diajukan dengan persyaratan dan ketentuan pokok sebagai berikut: a. Usaha dan Komoditas yang Dibiayai KKP-E 1) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, koro dan/atau perbenihan (padi, jagung dan/atau kedelai); 2) Petani, dalam rangka pengembangan tanaman bawang merah, cabai, kentang, bawang putih, tomat, jahe, kunyit, kencur, pisang, salak, nenas,
buah
naga,
melon,
semangka,
pepaya,
strawberi,
pemeliharaan manggis, mangga, durian, jeruk, apel dan/atau melinjo; 3) Petani, dalam rangka pengembangan tebu, pemeliharaan teh, kopi arabika, kopi robusta dan atau lada; 4) Peternak, dalam rangka pengembangan peternakan sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh , kelinci dan atau babi; 5) Kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi, dalam rangka pengadaan gabah, jagung dan kedelai; 6) Kelompok tani, dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin to user pangan, hortikultura, tebu dan untuk mendukung commit usaha tanaman
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peternakan meliputi meliputi traktor, power threser, tracer (alat tebang), corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer, chopper, mesin tetas, pendingin susu, biodigester, mesin pembibitan (seedler), alat tanam biji-bijian (seeder), mesin panen (paddy mower, reaper, combine harvester), mesin penggilingan padi (rice miling unit), mesin pengupas kacang tanah (peanut shell), mesin penyawut singkong, juicer, mesin pengolah biji jarak, mesin pengolah pakan (mixer, penepung, pelet) dan atau kepras tebu. b. Petani, Kelompok Tani, dan Koperasi Penerima KKP-E Petani, kelompok tani, dan koperasi penerima KKP-E harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Persyaratan Petani Penerima KKP-E, antara lain: a) Petani/peternak/pekebun mempunyai identitas diri. b) Petani/peternak/pekebun dapat secara individu dan atau menjadi anggota Kelompok Tani. c) Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau menggarap lahan orang lain (petani penggarap). d) Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/ keterangan dari pemilik lahan yang diketahui oleh Kepala Desa. e) Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan tidak
melebihi
plafon
kredit
Rp.
100
juta
per
petani/peternak/pekebun. f) Bagi petani/peternak/pekebun yang mengajukan plafon kredit lebih dari Rp. 50 juta harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan persyaratan lain sesuai ketentuan Bank Pelaksana. g) Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah. h) Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh Pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Persyaratan Kelompok Tani Penerima KKP-E, antara lain: a) Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri dan atau bekerjasama dengan mitra usaha. Apabila kelompoktani bekerjasama dengan Mitra Usaha agar membuat kesepatan secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama antara pihakpihak yang bermitra; b) Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian/ Dinas Teknis terkait setempat; c) Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat dibiayai KKP-E; d) Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling kurang ketua, sekretaris dan bendahara; e) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota. 3) Persyaratan Koperasi Penerima KKP-E, antara lain: a) Berbadan hukum; b) Memiliki pengurus yang aktif; c) Memenuhi persyaratan dari Bank Pelaksana; d) Memiliki anggota yang terdiri dari petani/peternak/ pekebun; e) Memiliki bidang usaha di sektor pertanian. c. Mitra Usaha dalam Pelaksanaan KKP-E Mitra usaha dalam pelaksanaan KKP-E harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan atau di bidang pengolahan energy lain; 2) Bermitra dengan petani/kelompoktani/Gapoktan dan atau koperasi. Jika mitra usahanya koperasi harus bermitra dengan petani/ kelompoktani/ Gapoktan; 3) Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis) to user sesuai kesepakatan commit antara petani/kelompok tani/Gapoktan dan atau
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koperasi,
kesepakatan
antara
petani/kelompok tani/Gapoktan
dengan mitra usaha dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerjasama sesuai kesepakatan pihak-pihak bermitra. (Kementerian Pertanian, 2012). 5. Peranan Perbankan dalam Pembiayaan Usaha Tani Mayoritas petani di Indonesia lebih percaya dan lebih yakin dengan menggunakan sumber modal dari keluarga atau pedagang dibandingkan dengan kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah. Kredit yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga resmi pemerintah dianggap berbelit-belit dalam pengurusan administrasinya. Meski demikian secara ekonomis, penggunaan modal dari keluarga atau pedagang ini lebih merugikan bagi petani karena pembagian keuntungan cenderung lebih besar daripada bunga bank. Sedangkan tujuan utama dari kredit yang dikeluarkan oleh bank dan lembaga resmi pemerintah adalah membebaskan petani dari rentenir dan sistem ijon (Daniel, 2002). Dukungan yang diberikan oleh perbankan selama ini lebih ditekankan pada pengembangan usahanya dalam rangka pembangunan pertanian secara menyeluruh. Dukungan tersebut disesuaikan dengan fungsi bank sebagai institusi sebagaimana diatur dalam UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 dari perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa “Bank merupakan
badan
usaha yang dalam
kegiatan
pokoknya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Berdasarkan pengertian bank menurut UU Perbankan tersebut terlihat bahwa peran strategis yang dapat dilakukan oleh perbankan dalam mendukung pembangunan pertanian terletak pada komitmen perbankan untuk memberikan dukungan finansial atau pembiayaan usaha terutama di sektor agribisnis (Sanim, 2008). Bank Rakyat Indonesia sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal commit to user dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan juga memiliki kontribusi
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam mendorong pengembangan pertanian dengan menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis. Peran BRI dalam membangun agribisnis nasional ini tidak terlepas dari keprihatinan kondisi di lapangan, dimana secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap sumber-sumber permodalan. Hal ini terkait dengan berbagai faktor di antaranya tidak dapat menyediakan agunan fisik ataupun pihak-pihak lain yang dapat menjamin di samping biaya transaksi pinjaman yang dinilai sangat tinggi. BRI sebagai lembaga pembiayaan nasional tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional. Hal ini didasarkan juga pada fungsi perbankan sebagai penunjang pertumbuhan sektor agribisnis dengan memberikan pendanaan di tingkat hulu (biotechnology), pertanian (on farm), hilir (industry), maupun di sektor penunjang (Aviliani, 2008). 6. Hubungan Kredit dengan Peningkatan Pendapatan Petani Kredit
sebagai sumber permodalan
memiliki peran
dalam
peningkatan pendapatan petani. Menurut Daniel (2002) pentingnya peran kredit disebabkan karena modal merupakan faktor produksi non alami yang persediaannya terbatas terutama di negara-negara sedang berkembang. Kemungkinan untuk memperluas lahan pertanian pun relatif kecil. Di samping itu, dengan persediaan tenaga kerja yang melimpah, cara yang paling mudah dan paling tepat untuk memajukan pertanian adalah dengan memperbesar penggunaan modal. Prinsip inilah yang menjiwai usaha intensifikasi pertanian di Indonesia dengan penggunaan bibit unggul baru, obat pemberantasan hama dan penyakit, penggunaan pupuk yang lebih banyak, serta investasi di bidang pengairan. Metode yang demikian membutuhkan modal yang besar. Keterbatasan modal adalah salah satu masalah utama yang dihadapi masyarakat pedesaan mengingat modal merupakan faktor penting dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan yang pada umumnya berprofesi sebagai petani, pedagang kecil, dan usaha commit to user kecil lainnya. Pada dasarnya pelayanan kredit akan memudahkan calon
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nasabah memperoleh tambahan modal untuk meningkatkan kegiatannya. Peningkatan
realisasi
kredit
bagi
setiap
nasabah
memungkinkan
kesempatan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatannya yang semakin besar dibandingkan tanpa adanya kredit (Manurung, 1996). C. Kerangka Berpikir Pertanian merupakan suatu sektor yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pertanian adalah salah satu sektor penghasil devisa dan penyerap tenaga kerja terbesar. Pembangunan ekonomi pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, keberhasilannya banyak di sokong oleh kegiatan usaha tani atau usaha di bidang pertanian. Faktor produksi merupakan hal yang wajib dicurahkan untuk mendukung usaha tani. Faktor produksi meliputi faktor produksi alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Curahan faktor produksi akan menghasilkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam usaha tani. Dari produksi usaha tani dihasilkan penerimaan. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya. Pada penelitian ini dianalisis pendapatan dari petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Hal yang membedakan antara keduanya adalah penggunaan KKP-E sehingga terdapat tambahan biaya untuk bunga pinjaman. Penambahan modal sebagai salah satu faktor produksi dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usaha tani. Modal yang digunakan oleh petani meliputi modal sendiri dan modal yang berasal dari luar seperti modal pinjaman atau kredit. Berbagai skim kredit ditawarkan kepada petani oleh lembaga-lembaga keuangan, baik lembaga keuangan formal maupun non formal. Lembaga keuangan formal meliputi bank umum, BPR, dan koperasi. Salah satu bank umum yang menawarkan kredit pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Berbagai macam skim kredit pertanian dapat diakses oleh petani, antara lain Kedit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES),
Kredit
Pengembangan
Energi
Nabati
dan Revitalisasi
Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), dan Kredit commit to user Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Skim kredit yang banyak diakses
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh petani melalui kantor cabang BRI adalah KKP-E. Berdasarkan pendapatan yang ada dianalisis pendapatan petani yang menggunakan KKP-E dan pendapatan petani yang tidak menggunakan KKP-E sehingga didapatkan pengaruh KKP-E terhadap peningkatan pendapatan petani. Menurut Mardikanto (2008) salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang hidup di pedesaan. Kerangka berpikir dapat digambarkan dengan bagan dalam Gambar 2.1 seperti berikut.
· · ·
·
Faktor Produksi: Alam Tenaga Kerja Modal - Modal sendiri - Modal KKP-E Manajemen
Petani
Usaha Tani
Produksi
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
Menggunakan KKP-E
Tidak Menggunakan KKP-E
Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel X
Variabel Y
a. Luas Lahan b. Tingkat Pendidikan c. Jumlah Anggota Keluarga d. Kepenguasaan Lahan e. Penggunaan Kredit
Pendapatan Petani
Gambar 2.2 Skema Variabel X dan Y dalam Penelitian D. Asumsi Pada penelitian ini diasumsikan bahwa: 1. Tingkat harga yang berlaku adalah harga saat penelitian. 2. Hasil produksi padi dijual keseluruhan. 3. Keseluruhan input diperoleh dari membeli. 4. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi digunakan seluruhnya untuk kegiatan usaha tani. 5. Variabel-variabel lain di luar pengamatan dianggap berpengaruh normal terhadap pendapatan petani. E. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian dibatasi pada Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI Cabang Karanganyar yang diakses oleh petani padi pada tahun 2011. 2. Pendapatan
petani
merupakan
rata-rata
pendapatan
petani
yang
menggunakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi dan rata-rata pendapatan petani yang tidak menggunakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. 3. Data yang digunakan adalah data usaha tani padi pada musim tanam kedua (MT II) bulan Mei sampai dengan Agustus 2012. 4. Modal yang digunakan adalah dalam bentuk dana, baik modal sendiri maupun modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Padi adalah tanaman pangan berupa rumput berumpun yang tumbuh semusim dan dibudidayakan oleh petani guna diambil hasilnya berupa bulir atau gabah yang kemudian diolah menjadi beras. 2. Petani adalah perorangan yang mengelola usaha di bidang pertanian, petani
terdiri
dari
petani
sendiri
dan
buruh
tani
(Kementerian Pertanian, 2012). 3. Petani sendiri adalah petani yang menanggung segala resiko usaha taninya sendiri, terdiri dari petani pemilik penggarap dan petani penyewa. 4. Petani pemilik (pemilik penggarap) merupakan petani yang menggarap sendiri lahannya. 5. Petani penggarap merupakan petani yang menggarap lahan orang lain, terdiri dari petani penyewa dan penyakap. 6. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota, kemudian dapat disingkat menjadi poktan (Kementerian Pertanian, 2012). 7. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang selanjutnya disebut KKP-E, adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan
Tanaman
Bahan
Baku
Bahan
Bakar
Nabati
(Kementerian Pertanian, 2012). 8. Plafon KKP-E adalah berapa besar maksimum kredit yang dapat diberikan kepada setiap anggota kelompok tani nasabah KKP-E, dinyatakan dalam rupiah. 9. Peserta KKP-E adalah calon peserta KKP-E yang disetujui oleh Bank Pelaksana sebagai penerima KKP-E, untuk kemudian disebut nasabah (Kementerian Pertanian, 2012). 10. Bank pelaksana adalah bank umum yang ditunjuk dan ditetapkan oleh commit tomenyediakan, user Menteri Keuangan untuk menyalurkan, dan
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
menatausahakan KKP-E, dalam hal ini adalah Bank Rakyat Indonesia (Kementerian Pertanian, 2012). 11. Bank Rakyat Indonesia (PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.) adalah salah satu bank milik pemerintah yang menjalankan fungsinya sebagai bank umum yakni menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. 12. Mitra usaha adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, atau Koperasi yang berbadan hukum dan memiliki usaha di bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan/atau industri bahan bakar nabati (Kementerian Pertanian, 2012). 13. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk usaha tani yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006). 14. Biaya variabel atau variabel cost (VC) adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk usaha tani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan sifatnya dapat berubah-ubah, dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006). 15. Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006). 16. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, dinyatakan dalam satuan rupiah (Soekartawi, 2006). 17. Pendapatan petani adalah penerimaan yang diterima petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani, dinyatakan dengan satuan rupiah. 18. Efisiensi usaha tani adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usaha tani, dianalisis menggunakan R/C ratio (Suratiyah, 2008). 19. Kemanfaatan usaha tani adalah tambahan manfaat yang didapatkan setiap adanya penambahan biaya, dianalisis menggunakan Incremental B/C ratio commit to user (Sutrisno, 1983).
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
20. Modal adalah sejumlah dana yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha, dinyatakan dengan satuan rupiah (Bank Indonesia, 2012b). 21. Luas lahan (X1) adalah lahan yang digunakan untuk usaha tani pada luasan tertentu, dinyatakan dalam satuan Hektar (Ha). 22. Tingkat pendidikan (X2) adalah lama pendidikan yang ditamatkan oleh petani. 23. Jumlah anggota keluarga (X3) adalah banyaknya anggota keluarga yang ada dalam satu rumah tangga petani. 24. Kepenguasaan lahan (D1) adalah bentuk penguasaan petani atas lahan yang digarap, dibedakan antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap (penyewa dan penyakap). 25. Penggunaan kredit (D2) adalah kriteria petani dalam menggunakan kredit, dalam hal ini KKP-E, dibedakan menjadi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Diduga semakin besar modal sendiri yang dicurahkan petani dalam usaha taninya akan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. 2. Diduga Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI yang diterima petani akan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskripsi. Analisa data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan distributif yaitu analisa terhadap data secara rinci. Berdasarkan data dianalisa unsur penting dari suatu data. Data yang diperoleh disajikan dalam tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei. B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode purposive yaitu suatu cara penentuan lokasi secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat daerah penelitian tersebut. Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai lokasi penelitian karena kelompok tani yang mengakses Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI cukup banyak dengan jumlah kredit yang cukup tinggi dengan realisasi lebih dari 50% atau sekitar 53,69% dari plafon yang dianggarkan. KKP-E BRI untuk komoditas padi sendiri memiliki jumlah realisasi dan persentase realisasi terhadap plafon terbanyak kedua yaitu sebesar 66,96 % dari plafon yang dianggarkan. Tabel 3.1. Plafon dan Realisasi Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis KKP-E KKP-E Hortikultura KKP-E Peternakan (Sapi) KKP-E Tebu KKP-E Pengadaan Pangan KKP-E Pertanian (Padi) Jumlah
Plafon 500.000.000 500.000.000 4.000.000.000 1.000.000.000 800.000.000 6.800.000.000
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012
commit to user 30
Realisasi 0 485.000.000 2.130.537.500 500.000.000 535.707.100 3.651.244.600
% 0,00 97,00 53,26 50,00 66,96 53,69
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Populasi dan Sampel a.
Populasi Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasinya adalah seluruh petani anggota kelompok tani dari kelompok tani yang menggunakan KKP-E dan mengusahakan komoditas padi. Tabel 3.2. Populasi Petani Padi Pengguna KKP-E dan Bukan Pengguna KKP-E No. 1. 2.
Kelompok Tani Rukun Tani Rukun Makaryo
Jenis Kredit
Jumlah Petani
KKP-E Padi KKP-E Padi Jumlah
578 orang 106 orang 684 orang
Jumlah Pengguna KKP-E 66 orang 39 orang 105 orang
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012 b. Sampel Menurut Azwar (2010) sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode gugus bertahap ganda (multistage cluster random sampling). Metode ini merupakan suatu teknik dengan model pengelompokan secara bertahap, sehingga dalam setiap kelompok yang terkecil dilakukan penarikan sample secara acak sederhana sebanyak proporsionalnya. Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel yang berdistribusi normal adalah sampel dengan jumlah ≥ 30. Langkah-langkah pengambilan sampel berdasarkan metode cara gugus bertahap ganda adalah sebagai berikut: 1) Pertama, pembagian populasi menjadi kluster kelompok tani petani padi dengan anggota merupakan pengguna KKP-E di BRI Cabang Karanganyar dan bukan pengguna commit to user KKP-E.
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Jumlah responden adalah 60 orang dengan mengambil dari masingmasing kelompok tani. Sebagai responden diambil 30 orang dari kelompok tani Rukun Tani dan 30 orang dari kelompok tani Rukun Makaryo. Sampel dari masing-masing kelompok tani dibagi menjadi 15 orang yang menggunakan KKP-E dan 15 orang tidak menggunakan KKP-E. Tabel 3.3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar No 1. 2.
Kelompok Tani Rukun Tani Rukun Makaryo Jumlah
Jumlah Petani
Sampel Pengguna KKP-E
578 106
15 15
Sampel Bukan Pengguna KKP-E 15 15
684
30
30
Jumlah Sampel
Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012 Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.1.
commit to user
30 30 60
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skim Kredit Pertanian BRI
KUPEDES
KUR
KKP-E Sapi 1 Gapoktan 4 Poktan
KKP-E Padi 2 Poktan
Poktan Rukun Tani
KKP-E
KUPS
KKP-E Tebu 1 unit KUD
KPEN-RP
KKP-E Pengadaan Pangan 1 unit KUD
Poktan Rukun Makaryo
Responden: Rukun Tani: a. Menggunakan KKP-E = 15 orang b. Tidak menggunakan KKP-E = 15 orang Rukun Makaryo: a. Menggunakan KKP-E = 15 orang b. Tidak menggunakan KKP-E = 15 orang Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel Responden C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: 1. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan nasabah atau peminjam kredit (debitur) yaitu petani yang mengakses Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) pada BRI Cabang Karanganyar menggunakan alat bantu kuesioner yang sudah dipersiapkan, dengan cara melakukan kunjungan ke rumah responden. Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik responden dan karakteristik usaha commit to user meliputi nama responden, usia dari responden. Karakteristik responden
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
responden, pendidikan
responden, dan
jumlah
anggota keluarga
responden. Karakteristik usaha meliputi jenis usaha tani, umur usaha tani, jumlah modal usaha, rata-rata penghasilan, besar penggunaan kredit untuk pengembangan
usaha tani, kemudahan
mendapatkan
kredit, dan
permasalahan dalam menjalankan usaha tani. Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh pemberian KKP-E BRI terhadap peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Karanganyar. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian yaitu dari BRI Cabang Karanganyar dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar. Data sekunder yang dikumpulkan adalah nama debitur beserta jumlah KKP-E BRI yang diakses, data perkembangan KKP-E BRI Cabang Karanganyar, dan lain sebagainya.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian Jenis Data Pr Sk Kn Kl
Data yang Digunakan Data Pokok 1. Jumlah dan perkembangan KKP-E BRI 2. Jumlah modal sendiri petani responden 3. Jumlah modal kredit petani responden 4. Rata-rata pendapatan petani responden yang menggunakan kredit 5. Rata-rata pendapatan petani responden yang tidak menggunakan kredit Data Pendukung 1. Kondisi umum daerah penelitian 2. Identitas petani responden 3. Karakteristik usaha petani responden 4. Besar alokasi kredit dalam usaha tani Keterangan: Pr = Primer Sk = Sekunder
x x
x
BRI Cabang Karanganyar Petani responden
x
x
Petani responden
x
x
Petani responden
x
x
Petani responden
x
x
Sumber Data
x
x
x x
x x
BPS Kabupaten Karanganyar Petani responden Petani responden
x
x
Petani responden
Kn = Kuantitatif Kl = Kualitatif
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan berbicara secara tatap muka. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa informasi yang jelas, akurat, dan dapat dipercaya yaitu berupa peryataan-pernyataan maupun keterangan dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan. Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data primer berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pencatatan Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintahan atau lembaga yang terkait dalam penelitian. E. Metode Analisis Data 1. Analisis
Biaya,
Pendapatan,
Efisiensi
dan
Kemanfaatan
dalam
Penggunaan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI a.
Biaya Analisis biaya digunakan untuk mengetahui besarnya biaya total yang dapat diperhitungkan dari seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya usaha tani diklarifikasikan menjadi dua, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Rumus matematis yang dapat digunakan untuk menghitung biaya adalah: TC = FC + VC Keterangan: TC = total biaya FC = biaya tetap VC = biaya variabel (Soekartawi, 2006)
b. Pendapatan Pendapatan petani merupakan selisih antara penerimaan petani dan biaya usaha tani. Rumus matematis untuk menghitung pendapatan adalah: I = TR - TC Keterangan: I
= pendapatan petani
TR = total penerimaan TC = total biaya (Soekartawi, 2006) commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani 1) R/C ratio R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Menurut Suratiyah (2008), R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usaha tani. Pada usaha tani dianalisis nilai R/C ratio petani yang menggunakan kredit dan tidak menggunakan kredit kemudian hasilnya diperbandingkan. Usaha tani dinilai efisien apabila nilai R/C ratio > 1. Secara matematis R/C ratio dirumuskan sebagai: R/C =
TR TC
Keterangan: R/C
= R/C ratio
TR
= total penerimaan
TC
= total biaya
2) Incremental B/C ratio (IBCR) Incremental B/C ratio dapat didefiniskan sebagai tambahan manfaat yang didapatkan setiap adanya penambahan biaya. Pada usaha tani dianalisis besarnya penerimaan usaha tani pengguna kredit dan bukan pengguna kredit kemudian dibagi dengan besarnya biaya pengguna kredit dan bukan pengguna kredit. Menurut Sutrisno (1983), secara matematis incremental B/C ratio dapat dirumuskan dengan: IBCR=
∆B penerimaan dengan kredit - penerimaan tanpa kredit = ∆C biaya dengan kredit - biaya tanpa kredit
Keterangan: IBCR = Incremental B/C ratio ∆B
= selisih penerimaan
∆C
= selisih biaya
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria: B/C > 1 Usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. B/C < 1 Usaha tani padi petani pengguna KKP-E tidak memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. 2. Analisis Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap Pendapatan Petani Analisis modal sendiri dan modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap peningkatan pendapatan petani merupakan analisis terhadap pendapatan petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Analisis ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Menurut Sumodiningrat (2004) analisis regresi linier berganda ialah suatu model regresi yang variabel terikatnya merupakan fungsi linier dari dua variabel bebas atau lebih. Persamaan model analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D1 + β5D2 + e Keterangan: Y
= Pendapatan petani (juta Rp)
β0 = Intercept (konstanta) β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefisien regresi masing-masing variabel X1 = Luas lahan (Ha) X2 = Tingkat pendidikan (Tahun) X3 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang) D1 = Kepenguasaan lahan (D = 1, petani pemilik, D = 0, petani penggarap). D2 = Penggunaan kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan e
pengguna KKP-E). commit to user = Term of error
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian Model: a. Uji adjusted R2 Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proposisi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Karanganyar. Nilai R2 mempunyai range antara 01 atau (0 < R2 ≤ 1). Semakin besar R2 (mendekati satu) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas. Koefisien deteminasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: 6 2 = 1-(1-R2 ) R
n-1 n-k
Keterangan :
6 2 = adjusted R2 R
R2 = koefisien determinasi k
= jumlah variabel independen termasuk konstanta
n
= jumlah sampel
b. Uji F Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang hendak diuji adalah H0 (koefisien regresi tidak signifikan), dan H1 (koefisien regresi signifikan). Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel, dimana nilai F hitung dapat dipenuhi dengan formula sebagai berikut : commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F Hitung =
R2 /(k-1) (1-R2 )/(n-k)
Keterangan : R2 = koefisien determinasi k
= jumlah variabel independen termasuk konstanta
n
= jumlah sampel Apabila nilai F hitung > F tabel pada tingkat derajat
kepercayaan tertentu atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α maka maka H0 ditolak dan diterima H1. Artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dan sebaliknya bila, F hitung < F tabel dengan nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari α maka H0 diterima dan H1 ditolak. c. Uji t Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t, dimana nilai t hitung dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut: t hitung =
βj se(βj)
Keterangan: βj
= koefisien regresi
se(βj) = standar error koefisien regresi Apabila t hitung > t tabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α maka H0 ditolak dan diterima H1. Hal ini menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari α commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. d. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Menurut Priyatno (2008), uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linier antara variabel independen dalam model regresi. Menurut Ghozali (2011), ada beberapa cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas, yaitu sebagai berikut: a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b) Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna (umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya problem multikolinearitas. c) Memiliki nilai VIF lebih dari 10 (>10) dan nilai tolerance kurang dari 0,10 (<0,10), maka model terjadi problem multikolinearitas. 2) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain
tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik lewat program SPSS. Dasar pengambilan commit to user keputusan:
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). e. Uji Beda t-test Menurut Ghozali (2011), uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nlai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sample. Uji beda t-test digunakan untuk mengetahui apakah kedua grup tersebut mempunyai nilai ratarata yang sama atau kah tidak sama secara signifikan. Secara rumus dapat ditulis sebagai berikut: t=
rerata sample pertama - rerata sample kedua standar error perbedaan rerata kedua sample
Hipotesis yeng hendak diuji yaitu: H0 = Rata-rata pendapatan petani/luas lahan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah sama H1 = Rata-rata pendapatan petani/luas lahan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda Dengan kriteria: apabila probabilitas >0,05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi rata-rata sama, sedangkan apabila probabilitas <0,05, maka H0 ditolak jadi rata-rata beda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Karanganyar secara geografis terletak antara 1100 40’-1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’-70 46’ Lintang Selatan. Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar 77.378,64 Ha dan terletak pada ketinggian bekisar antara 80-2000 meter di atas permukaan
laut
(dpl).
Adapun
batas-batas
wilayah
Kabupaten
Karanganyar meliputi: Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Timur
: Provinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat
: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Wilayah Kabupaten Karanganyar terbagi dalam 17 kecamatan, yang dibagi lagi atas 162 desa dan 15 kelurahan. Desa dan kelurahan tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.876 RW dan 6.130 RT. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Karanganyar. Sebagai daerah sampel dalam penelitian ini adalah Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten. Kecamatan Karanganyar merupakan kecamatan yang terletak di pusat Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Karanganyar dari ibukota kabupaten 1 km arah Timur. Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah 43,03 km2 dengan ketinggian rata-rata 320 mdpl. Batas-batas wilayah Kecamatan Karanganyar sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur
: Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih
Sebelah Selatan : Kecamatan Jumantono dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat
: Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten commit to user
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecamatan Jaten merupakan kecamatan yang terletak di sebelah barat pusat Kabupaten Karanganyar. Jarak Kecamatan Jaten dari ibukota kabupaten 5 km arah Barat. Luas wilayah Kecamatan Jaten adalah 25,55 km2 dengan ketinggian rata-rata 108 mdpl. Batas-batas wilayah Kecamatan Jaten sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kecamatan Kebakkramat
Sebelah Timur
: Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat
: Kota Surakarta
2. Topografi Daerah Kabupaten Karanganyar mempunyai topografi berupa dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 802000 meter dari permukaan air laut (mdpl) dengan suhu rata-rata 220C 310C. Bagian Barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju ke Utara. Bagian Timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu. Sebagian besar daerah pegunungan ini masih tertutup hutan. Kecamatan Karanganyar terletak pada ketinggian antara 240-480 mdpl sedangkan Kecamatan Jaten terletak pada ketinggian antara 90-105 mdpl. B. Keadaan Penduduk Keadaan penduduk di Kabupaten Karanganyar meliputi komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama adalah sebagai berikut: 1. Keadaan Penduduk menurut GolonganUmur dan Jenis Kelamin Keadaan penduduk menurut umur merupakan penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif pada suatu wilayah tertentu. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, golongan umur non produktif adalah golongan commitumur to userantara 0-14 tahun dan golongan
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur antara 15-64 tahun. Akhir tahun 2010, Kabupaten Karanganyar mempunyai jumlah penduduk sebanyak 878.210 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 436.901 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 441.309 jiwa. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) 0 – 14 15 – 64 65 ≤ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) 113.658 111.242 288.051 289.618 35.192 40.449 436.901 441.309
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
224.900 577.669 75.641 878.210
25,61 65,78 8,61 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.1. di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karanganyar jumlah golongan umur terbanyak adalah umur 15 – 64 tahun atau golongan usia produktif dengan jumlah sebesar 577.669 jiwa atau 65,78 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Karanganyar. Golongan usia non produktif untuk umur 0 – 14 tahun berjumlah 224.900 jiwa atau 25,61 persen dan untuk umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun berjumlah 75.641 jiwa atau 8,61 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Karanganyar. Data-data di atas dapat digunakan untuk menentukan angka Dependency Ratio (ratio ketergantungan atau beban tanggungan) dan rasio jenis kelamin (sex ratio). Dependency Ratio (ratio beban tanggungan) yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan usia produktif, sedangkan rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk commit to user berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah penduduk berjenis kelamin
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perempuan. Berdasarkan Lampiran 1 nilai dari Dependency Ratio untuk Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 52,03 persen yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk usia non produktif, sedangkan nilai Sex Ratio adalah sebesar 99 %, artinya jika di kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 99 penduduk laki-laki. Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.2. di bawah ini. Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) 0 – 14 15 – 64 65 ≤ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) 10.076 9.929 25.407 25.662 2.930 3.409 38.413 39.000
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
20.005 51.069 6.339 77.413
25,84 65,97 8,19 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Karanganyar termasuk dalam golongan usia produktif atau berumur 15 – 64 tahun dengan jumlah 51.069 jiwa atau sebesar 65,97 persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan Karanganyar. Penduduk golongan usia non produktif berjumlah 20.005 jiwa atau 25,84 persen untuk umur 0 – 14 tahun dan sebanyak 6.339 jiwa atau 8,19 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan Karanganyar untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun. Nilai dari Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio di Kecamatan Karanganyar berdasarkan Lampiran 1 yang mengacu data-data pada Tabel 4.2. yaitu sebesar 51,59 persen yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk usia non produktif. Nilai Sex Ratio adalah sebesar 98,49 %, artinya jika di kecamatan tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka commit to user terdapat 99 penduduk laki-laki. Keadaan penduduk menurut umur dan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jenis kelamin di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini. Tabel 4.3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Jaten Tahun 2010 Kelompok Umur (Tahun) 0 – 14 15 – 64 65 ≤ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) 9.238 9.108 23.294 23.540 2.687 3.126 35.219 35.774
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
18.346 46.834 5.813 70.993
25,84 65,97 8,19 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Jaten termasuk dalam golongan usia produktif atau berumur 15 – 64 tahun dengan jumlah 46.834 jiwa atau sebesar 65,97 persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan Karanganyar. Penduduk golongan usia non produktif berjumlah 18.346 jiwa atau 25,84 persen untuk umur 0 – 14 tahun dan sebanyak 5.813 jiwa atau 8,19 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan Karanganyar untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun. Nilai dari Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio di Kecamatan Karanganyar berdasarkan Lampiran 1 yang mengacu data-data pada Tabel 4.3. yaitu sebesar 51,58 persen yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung 52 jiwa penduduk usia non produktif. Nilai Sex Ratio adalah sebesar 98,45 %, artinya jika di kecamatan tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 99 penduduk laki-laki. 2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan kemampuan penduduk untuk menyerap teknologi yang ada dan baru di commit to user daerah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan akan mempengaruhi kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan keputusan. Berikut ini merupakan tabel keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten pada Tahun 2010. Tabel 4.4. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Pendidikan yang Ditamatkan Tamat D III, S1, S2, S3 Tamat SLTA, D I, D II Tamat SLTP/MTs Tamat SD/MI Tidak/Belum Tamat SD/MI Tidak/Belum Sekolah Jumlah
Jumlah (Jiwa) 30.214 131.516 143.410 299.143 143.105 60.422 807.810
Persentase (%) 3,74 16,28 17,75 37,03 17,72 7,48 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling tinggi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 adalah tamat SD/MI sebanyak 299.143 jiwa atau 37,03 persen penduduk di Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduk yang berpendidikan tamat D III hingga S3 hanya sebesar 3,74% atau sebanyak 30.214 jiwa. Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut. Tabel 4.5. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 Pendidikan yang Ditamatkan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP/MTs Tamat SD/MI Tidak/Belum Tamat SD/MI Tidak/Belum Sekolah Jumlah
Jumlah (Jiwa) 4.025 13.904 14.645 23.076 11.734 3.760 71.144
Persentase (%) 5,66 19,54 20,59 32,44 16,49 5,29 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.5. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Karanganyar memiliki tingkat pendidikan tamat SD/MI, yaitu sebanyak 23.076 jiwa atau 32,44%. Sedangkan penduduk yang tidak/belum sekolah menempati persentase terendah, yaitu sebanyak 3.760 jiwa atau sebesar 5,29%. Jumlah penduduk yang berpendidikan tamat akademi/PT debesar 5,66%, tamat SLTA sebesar 19,54%, tamat SLTP/MTs sebesar 20,59%, dan tidak/belum tamat SD/MI sebesar 16,49%. Keadaan demikian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Karanganyar cukup baik melihat banyaknya jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan. Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Jaten adalah sebagai berikut. Tabel 4.6. Penduduk 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 Pendidikan yang Ditamatkan Tamat Akademi/PT Tamat SLTA Tamat SLTP/MTs Tamat SD/MI Tidak/Belum Tamat SD/MI Tidak/Belum Sekolah Jumlah
Jumlah (Jiwa) 6.268 16.903 13.442 15.747 10.499 2.491 65.350
Persentase (%) 9,59 25,87 20,57 24,10 16,07 3,81 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.6. di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Jaten memiliki tingkat pendidikan tamat SLTA, yaitu sebanyak 16.903 jiwa atau 25,87%. Sedangkan penduduk yang tidak/belum sekolah menempati persentase terendah, yaitu sebanyak 2.491 jiwa atau sebesar 3,81%. Jumlah penduduk yang berpendidikan tamat akademi/PT debesar 9,59%, tamat SLTP/MTs sebesar 20,57%, tamat SD/MI sebesar 24,10%, dan tidak/belum tamat SD/MI sebesar 16,07%. Keadaan demikian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Jaten baik melihat banyaknya jumlah penduduk yang menuntaskan pendidikan hingga SLTA. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di daerah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.7. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-lain Jumlah
Jumlah (Jiwa) 135.557 67.540 0 10.312 107.063 50.349 36.468 6.269 20.163 10.293 288.919 732.933
Persentase (%) 18,50 9,22 0,00 1,41 14,61 6,87 4,98 0,86 2,75 1,40 39,42 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Karanganyar bermata pencaharian di lapangan pekerjaan utama lain-lain yaitu sebesar 39,42%. Penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah 203.097 jiwa yang terdiri dari 135.557 jiwa petani sendiri dan 67.540 jiwa buruh tani. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh industri adalah sebanyak 107.063 jiwa atau sebesar 14,61 persen dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar. Jenis lapangan pekerjaan dan pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-lain Jumlah
Jumlah (Jiwa) 9.091 3.501 0 1.091 19.447 3.314 4.014 702 2.965 1.223 19.147 64.495
Persentase (%) 14,10 5,43 0,00 1,69 30,15 5,14 6,22 1,09 4,60 1,90 29,69 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Karanganyar bermata pencaharian sebagai buruh industri yaitu sebanyak 19.447 jiwa atau sebesar 30,15 persen. Penduduk yang bermata pencaharian lain-lain berjumlah 19.147 jiwa atau sebesar 29,69 persen. Penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah 12.592 jiwa yang terdiri dari 9.091 jiwa petani sendiri dan 3.501 jiwa buruh tani. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Jaten adalah sebagai berikut. Tabel 4.9. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Petani Sendiri 2.655 Buruh Tani 1.218 Nelayan 0 Pengusaha 1.387 Buruh Industri 16.356 Buruh Bangunan 3.566 Pedagang 2.696 Pengangkutan 871 PNS/TNI/POLRI 3.353 Pensiunan 1.923 Lain-lain 25.218 Jumlah 59.243 commit to user Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011
Persentase (%) 4,48 2,06 0,00 2,34 27,61 6,02 4,55 1,47 5,66 3,25 42,57 100,00
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.9. dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Jaten bermata pencaharian di lapangan pekerjaan utama lain-lain yaitu sebesar 42,57 persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh industri adalah sebanyak 16.356 jiwa atau sebesar 27,61 persen. Penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian berjumlah 3.873 jiwa yang terdiri dari 2.655 jiwa petani sendiri dan 1.218 jiwa buruh tani. dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian karena Kecamatan Jaten merupakan kawasan industri di Kabupaten Karanganyar. C. Keadaan Pertanian 1. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Karanganyar dibedakan menjadi dua, yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Jaten dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.10. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No 1.
2.
Tata Guna Lahan Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Non Teknis c. Tidak Berpengairan Lahan Kering a. Bangunan/Pekarangan b. Kebun, Tegalan c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan f. Perkebunan g. Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) 22.460,56 12.918,37 7.586,58 1.955,61 54.917,84 21.213,99 17.836,49 219,67 25,54 9.729,50 3.251,51 2.641,14 77.378,40
Persentase (%) 29,03 16,70 9,80 2,53 70,97 27,42 23,05 0,28 0,03 12,57 4,20 3,41 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan
data
pada
Tabel
4.10,
menunjukkan
bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan kering commit to user yang berupa bangunan atau pekarangan seluas 21.213,99 Ha atau sebesar
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
27,42 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis, yaitu sebesar 12.918,37 Ha atau 16,70 persen. Tata guna lahan di Kecamatan Karanganyar, dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.11. Tata Guna Lahan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 No 1.
2.
Tata Guna Lahan Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi 1/2 Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan Lahan Kering a. Bangunan/Pekarangan b. Kebun, Tegalan c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan f. Perkebunan g. Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) 1.758,11 1.333,18 280,50 75,00 69,43 2.544,44 1.519,96 581,50 0,00 0,00 122,00 68,00 252,98 4.302,55
Persentase (%) 41,00 30,99 6,52 1,74 1,61 59,00 35,33 13,52 0,00 0,00 2,84 1,58 5,88 100,00
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan
data pada Tabel 4.11., menunjukkan
bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan kering yang berupa bangunan atau pekarangan seluas 1.519,96 Ha atau sebesar 35,33 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan sawah yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis, yaitu sebesar 1.333,18 Ha atau 30,99 persen. Tata guna lahan di Kecamatan Jaten, dapat dilihat pada Tabel 4.12.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12. Tata Guna Lahan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 No 1.
2.
Tata Guna Lahan Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi 1/2 Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan Lahan Kering a. Bangunan/Pekarangan b. Kebun, Tegalan c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan f. Perkebunan g. Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) 1275,32 1275,32 0,00 0,00 0,00 1279,49 1075,76 16,34 6,13 0,00 0,00 0,00 181,26 2554,81
Persentase (%) 49,92 49,92 0,00 0,00 0,00 50,08 42,11 0,64 0,24 0,00 0,00 0,00 7,09 100,00
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan
data
pada
Tabel
4.12,
menunjukkan
bahwa
penggunaan lahan terluas di Kabupaten Karanganyar adalah lahan sawah yang berupa sawah irigasi teknis seluas 1275,32 Ha atau sebesar 49,92 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan kering yang ada di Kabupaten Karanganyar sebagian besar merupakan bangunan atau pekarangan, yaitu sebesar 1.075,76 Ha atau 42,11 persen. 2. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Karanganyar memiliki potensi yang cukup tinggi di bidang pertanian khususnya di subsektor tanaman pangan, sehingga banyak penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan. Jumlah luas panen dan produksi tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.13.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Tanaman Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Padi Gogo Jagung Jumlah
Luas Panen (Ha) 6.191 553 288 8.123 48.783 549 9.036 73.523
Produksi (Ton) 101.891 9.990 527 10.739 292.698 3.195 63.379 482.419
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.13. dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karanganyar luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas 48.783 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 292.698 Ton. Jumlah produksi padi sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang dihasilkan di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan jumlah luas panen terkecil adalah komoditas kedelai, yaitu seluas 288 Ha dengan jumlah produksi terendah pula, yaitu sebanyak 527 Ton. Jumlah luas panen dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Tanaman Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Padi Gogo Jagung Jumlah
Luas Panen (Ha) 225 3 6 396 4.136 0 117 4.883
Produksi (Ton) 3.703 54 11 524 24.816 0 821 29.929
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.14. dapat diketahui bahwa di Kecamatan Karanganyar luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas 4.136 Ha dengan jumlah produksi 24.816 Ton. Jumlah produksi commit tosebanyak user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
padi sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang dihasilkan di Kecamatan Karanganyar. Padi gogo tidak dibudidayakan karena ketersediaan air untuk pengairan lahan sawah di Kecamatan Karanganyar masih cukup. Jumlah luas panen dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Jumlah Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Jaten Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Tanaman Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Padi Gogo Jagung Jumlah
Luas Panen (Ha) 0 1 0 9 3.486 0 8 3.504
Produksi (Ton) 0 18 0 12 20.916 0 56 21.002
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.15. dapat diketahui bahwa di Kecamatan Jaten luas panen terbesar adalah tanaman padi sawah, yaitu seluas 3.486 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 20.916 Ton. Jumlah produksi padi sawah adalah jumlah produksi tanaman terbanyak yang dihasilkan di Kecamatan Jaten. Petani di Kecamatan Jaten tidak membudidayakan komoditas ubi kayu, kedelai, dan padi gogo sehingga tidak ada produksi. D. Keadaan Perekonomian Keadaan sarana dan prasarana perekonomian bagi suatu daerah dapat mempengaruhi keadaan perekonomian di daerah tersebut. Adanya sarana perekonomian dalam jumlah yang cukup dan memadai dapat mendukung serta menunjang pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk maupun untuk kepentingan produksi. Kegiatan dapat berjalan dengan lancar apabila tersedia sarana dan prasarana yang memadai. Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.16. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16. Sarana Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4.
Jenis Sarana Perekonomian Pasar Toko/Kios Warung KUD/BUUD Koperasi Simpan Pinjam/ USP
Jumlah 53 817 17 29
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.16. dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di Kabupaten Karanganyar adalah toko/kios warung yaitu sebanyak 817 unit. Pasar yang terdapat di Kabupaten Karanganyar sebanyak 53 unit. KUD yang terdapat di Kabupaten Karanganyar sebanyak 17 unit. KUD berperan penting dalam penyediaan saprodi dan tempat jual beli hasil pertanian. Koperasi Simpan Pinjam/USP sebanyak 29 unit. Jumlah sarana perokonomian yang ada di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Sarana Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Jenis Sarana Perekonomian Pasar Supermarket/Swalayan Restoran/Rumah Makan Warung/Kedai Makan Toko/Warung Kelontong Hotel/Losmen Bank Umum BPR KUD Koperasi Bengkel Motor/Mobil Bengkel Elektronik Foto Copy Tour and Travel Potong Rambut Salon Kecantikan Bengkel Las Persewaan Alat Pesta
Jumlah 6 14 34 639 1040 2 13 11 1 36 123 27 52 0 35 51 33 70
Sumber: Kecamatan Karanganyar dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.17. dapat diketahui bahwa jumlah sarana commit to user perekonomian terbanyak yang ada di Kecamatan Karanganyar pada tahun
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2010 adalah toko/warung kelontong yaitu sebanyak 1040 unit. Jumlah sarana perekonomian paling sedikit adalah KUD yaitu 1 unit dan tidak ada tour and travel. Jumlah bank umum sebanyak 13 unit dan BPR sebanyak 11 unit. Bank umum dan BPR merupakan sarana perekonomian yang dibutuhkan masyarakat untuk menabung, melakukan berbagai macam transaksi keuangan, dan sebagai sumber permodalan. Jumlah sarana perekonomian di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Jenis Sarana Perekonomian Pasar Supermarket/Swalayan Restoran/Rumah Makan Warung/Kedai Makan Toko/Warung Kelontong Hotel/Losmen Bank Umum BPR KUD Pegadaian Bengkel Motor/Mobil Bengkel Elektronik Foto Copy Tour and Travel Potong Rambut Salon Kecantikan Bengkel Las Persewaan Alat Pesta
Jumlah 4 6 16 689 1296 3 11 15 1 0 172 45 20 3 42 86 33 53
Sumber: Kecamatan Jaten dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 4.18. dapat diketahui bahwa jumlah sarana perekonomian terbanyak adalah toko/warung kelontong yaitu sebanyak 1296 unit. Sedangkan yang paling sedikit adalah KUD sebanyak 1 unit dan tidak terdapat pegadaian. KUD merupakan tempat petani dalam memperoleh sarana produksi, memasarkan hasil pertanian, sekaligus sumber permodalan. Jumlah KUD dalam satu kecamatan hanya ada 1 unit.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Bank Rakyat Indonesia Keberhasilan peningkatan produksi pangan di masa lalu dalam hal pencapaian swasembada pangan, tidak terlepas dari peran pemerintah melalui penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida). Semenjak diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan
subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang
disediakan oleh pemerintah. Pada perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Hal ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan pola penyaluran executing dengan sumber pendanaan 100% berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh perbankan. Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank yaitu 9 (sembilan) Bank Umum, antara lain: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13 (tiga belas) Bank Pembangunan Daerah (BPD), antara lain: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua , Riau dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu bank yang berperan sebagai bank pelaksana KKP-E adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut Maulana dalam Indonesia Finance commit to user Kredit Ketahanan Pangan dan Today (2012), BRI mencatat penyaluran
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Energi (KKP-E) sebesar Rp 1,9 triliun per semester pertama 2012. Angka ini menyumbang 54% dari total outstanding KKP-E nasional yang mencapai Rp 3,46 triliun. KKP-E sendiri adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan dalam mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan dan energi. BRI telah menyalurkan KKP-E sejak 2007 dan secara akumulatif nilai kredit yang sudah disalurkan mencapai Rp Rp 4,7 triliun. Besarnya KKP-E yang disalurkan oleh BRI Cabang Karanganyar dari Tahun 2009 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan realisasi KKP-E pada Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Ketentuan untuk dapat mengajukan KKP-E melalui BRI adalah: 1. Petani a. Petani menjadi anggota kelompok tani. b. Petani peserta paling kurang berumur 21 tahun atau sudah menikah. c. Bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau penyuluh pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E. d. Memiliki bukti kepemilikan lahan atau Surat Kuasa Garap bagi petani penggarap diketahui oleh kepala desa/kelompok tani. e. Rekomendasi dari PPL atau mitra usaha. f. Tidak memiliki tunggakan kredit. g. Maksimal lahan yang dibiayai 4 ha. h. Surat Kuasa petani kepada kelompok tani/koperasi. i. Plafon kredit kepada setiap petani maks Rp. 50.000.000,00. j. Plafon kredit kepada kelompok tani dalam rangka pengadaan atau peremajaan alat dan mesin untuk mendukung pengembangan tanaman pangan,
hortikultura,
perkebunan,
dan
Rp. 500.000.000,00. 2. Koperasi a. Berbadan hukum, b. Telah berdiri minimal 2 tahun, c. Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan tertib, commit to user d. Tidak memiliki tunggakan,
peternakan
maksimal
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Berusaha dibidang sektor pengadaan pangan, f. Plafon kredit untuk koperasi dalam rangka pengadaan pangan (padi, jagung, kedelai) maksimal Rp. 500.000.000,00. 3. Mitra Usaha a. Berbadan hukum dan memiliki usaha terkait dengan bidang usaha pertanian. b. Bermitra dengan kelompok tani. c. Bertindak sebagai penjamin pasar dan atau penjamin kredit (avalis) sesuai kesepakatan. Syarat pengajuan KKP-E melalui Bank Rakyat Indonesia: 1. Permohonan diajukan debitur secara tertulis dan dilampiri dengan: a. Surat Kuasa b. Susunan Pengurus c. RDKK yg ditandatangi Pengurus Kelompok dan PPL d. Surat Kuasa Garap diketahui kep. Desa dan PPL e. Fotocopy KTP f. Bukti kepemilikan lahan 2. KKP-E
diberikan
melalui
kelompok
petani/peternak/pembudidaya/
nelayan. 3. Pola kredit executing. 4. Tingkat bunga dapat berubah sesuai ketentuan yang terbaru: a. Tebu = LPS + 5% b. Non Tebu = LPS + 6% 5. Jangka waktu maksimal 3 tahun. 6. Maksimal lahan yang dibiayai 4 Ha. Sistem pengajuan KKP-E yang diterapkan oleh BRI adalah salah satunya melalui mitra. Kegiatan usaha yang dilaksanakan bekerjasama dengan mitra usaha baik petani, kelompok tani dan atau koperasi, maka Rencana Definitive Usaha Petani (RDUP) / RDKK yang telah disusun oleh kelompok tani dan telah disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas commit to userdan mitra usaha diajukan kepada teknis setempat atau penyuluh pertanian
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BRI. Kelompok tani dan atau koperasi menandatangani akad kredit. BRI merealisasikan KKP-E pada waktu dan jumlah sesuai kebutuhan kepada petani/kelompok tani dan atau koperasi untuk diteruskan kepada
petani
anggota kelompok tani atau anggota koperasi. Dalam hal mitra usaha sebagai avalis kredit, pengelolaan kredit diatur sesuai kesepakatan pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan pada perjanjian kerjasama. Prosedur penyaluran KKP-E bekerjasama dengan mitra usaha adalah sebagai berikut: Bank Pelaksana (BRI) koordinasi koordinasi
3 2
Dinas Pertanian 1
4
7
Petani/kelompok tani/koperasi
5 6
Mitra Usaha (perusahaan/koperasi)
koordinasi Gambar 4.1. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha Keterangan : 1. Petani menyusun Rencana Kebutuhan Usaha dan Kelompok Tani menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK (dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian. 2. Pejabat
yang diberi kuasa Dinas Teknis setempat/Penyuluh Pertanian
terkait mensahkan RDKK yang diketahui oleh Mitra usaha. 3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke BRI. 4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RKU/RDKK, dan apabila dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani , selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani. 5. Dalam hal petani/kelompok tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra Usaha (Perusahaan BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta lain yang memiliki usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika mitra usaha berbentuk koperasi maka koperasi bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) terhadap anggotanya. 6. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi petani/kelompok tani/ koperasi dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang berkoordinasi dengan BRI. 7. Petani/kelompok tani/koperasi mengembalikan KKP-E langsung kepada BRI sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit. Dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian KKP-E berjalan lancar, aman dan terkendali serta dapat memberikan manfaat bagi penerimanya maka diperlukan adanya upaya-upaya pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan secara rutin. 1. Pembinaan Pembinaan dalam pelaksanaan KKP-E di tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian bersama Instansi terkait lainnya dan Bank Pelaksana KKP-E dalam hal ini adalah BRI. Pembinaan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan Dinas Teknis berkoordinasi dengan instansi tekait lainnya dan BRI Cabang Karanganyar. Pembinaan diarahkan dalam beberapa hal antara lain: a. Menginventarisir
petani/peternak/pekebun dan kelompok tani yang
layak usahanya untuk dibiayai KKP-E; b. Membimbing petani/peternak/pekebun, dan kelompok tani dalam penyusunan rencana kebutuhan usaha dan atau RDKK; c. Melakukan sosialisasi sumber pembiyaan pertanian kepada petani/ peternak/ pekebun dan penyuluh pertanian di tingkat lapangan; d. Melakukan intermediasi akses pembiyaan ke lembaga perbankan; e. Memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau penjamin kredit; f. Membimbing, mendampingi, dan mengawal petani/peternak/pekebun dan kelompok tani dalam pemanfaatan KKP-E secara optimal, sehingga commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mau dan mampu menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan mutu intensifikasinya; g. Memberikan
pemahaman
kepada petani/peternak/pekebun dan
kelompok tani bahwa kredit yang diterima wajib dikembalikan sesuai jadwal. 2. Monitoring dan Evaluasi Monitoring secara terencana dan teratur mulai dari aspek rencana penyaluran,
perkembangan
penyaluran,
kelompok
sasaran
dan
pengembalian KKP-E dilakukan secara periodik berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Monitoring di tingkat pusat dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi KKP-E (Tim Monev KKP-E), dan di tingkat propinsi serta kabupaten atau kota dilakukan tim teknis propinsi/kabupaten/kota, yang dibentuk beraggotakan instansi terkait dan berkoordinasi dengan BRI Cabang Karanganyar. Monitoring dan evaluasi diarahkan pada pelaksanaan KKP-E secara menyeluruh mulai dari pemahaman terhadap penyampaian pedoman/petunjuk teknis; mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian KKP-E; pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait; melakukan identifikasi dan upaya pemecahan permasalahan di lapangan; mengevaluasi dan merumuskan saran penyempurnaan skim KKP-E; dan menyampaikan laporan secara berkala sesuai tugas dan tanggung jawabnya. 3. Pelaporan BRI pusat wajib menyusun dan menyampaikan laporan bulanan kepada Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian paling lambat tanggal 25 bulan
berikutnya secara rutin. BRI Cabang Karanganyar wajib
menyampaikan pengembalian
laporan KKP-E
bulanan yang
perkembangan
dikelolanya
kepada
penyaluran
dan
Dispertanbunhut
Kabupaten Karanganyar selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Dispertanbunhut
Kabupaten Karanganyar menyampaikan laporan commitKKP-E to user kepada Direktorat Pembiayaan penyaluran dan pengembalian
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertanian,
Direktorat
Jenderal
Prasarana
dan
Sarana
Pertanian,
Kementerian Pertanian. KKP-E dinyatakan berhasil apabila plafon KKP-E yang telah disediakan BRI dapat dimanfaatkan dan disalurkan kepada petani/ peternak/pekebun, kelompok tani atau koperasi; petani/peternak/pekebun mendapatkan subsidi suku bunga dari pemerintah; peningkatan penerapan teknologi anjuran; dan peningkatan produktivitas hasil di atas rata-rata. Pengajuan KKP-E yang tidak menggunakan agunan sangat membantu petani dalam memperoleh kemudahan memperoleh pinjaman. KKP-E disalurkan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan usaha tani. Namun, beberapa petani lebih memilih mengambil dalam bentuk natura atau barang untuk kemudian dipotong dari besar pinjamannya tersebut. Pada pelaksanaannya, KKP-E pun tidak terlepas dari beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan tersebut adalah adanya pengguna KKP-E yang kurang bertanggung jawab dan tidak mengembalikan KKP-E dengan alasan tertentu. Banyaknya kredit macet menyebabkan pengurus kelompok tani yang berperan sebagai penanggung jawab harus menanggung terlebih dahulu sisa angsuran KKP-E yang belum dibayarkan. Hal ini disebabkan oleh gagal panen yang menimpa beberapa orang petani anggota kelompok tani. Lemahnya sistem administrasi di tingkat kelompok tani pun menjadi permasalahan tersendiri. KKP-E dikelola hanya oleh pengurus kelompok tani sehingga kerap terjadi rasa kurang percaya dari beberapa pihak yang dapat berakibat pada kurang harmonisnya hubungan antar anggota. Hanya didasari sikap saling percaya, ditambah dengan tidak adanya jaminan dalam bentuk apapun sehingga beberapa petani juga cenderung mengabaikan. Selain itu, kurangnya sosialisasi menyebabkan banyak petani yang tidak mengetahui adanya KKP-E.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Usaha Tani Padi di Kabupaten Karanganyar Sebagian besar petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo adalah petani padi. Pola tanam yang diterapkan oleh petani anggota kedua kelompok tani tersebut adalah padi-padi-padi atau sepanjang tahun ditanami dengan padi. Namun ada beberapa petani anggota kelompok tani Rukun Tani yang menerapkan pola tanam padipadi-bera. Teknik budidaya padi pada MT II petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo relatif sama, baik petani pengguna KKPE maupun petani bukan pengguna KKP-E. Berdasarkan wawancara dengan petani, teknik budidaya padi adalah sebagai berikut: a. Persiapan Lahan Pengolahan tanah merupakan usaha untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan berlumpur serta untuk membuat tanah dapat menopang tanaman dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Selain itu juga bertujuan untuk memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman padi dengan baik. Pengolahan lahan dilakukan dalam dua tahap yaitu pencangkulan serta luku dan garu. Pencangkulan dilakukan dengan tujuan membolak-balikan tanah sehingga tanah yang dulu dibawah terangkat, demikian juga tanah yang di atas menjadi di bawah. Pembajakan dilakukan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Pembajakan pertama dilakukan dengan membolak-balikan tanah dan menjadikan gumpalangumpalan tanah terpecah menjadi kecil-kecil, yang disebut dengan commit to user ngluku. Selanjutnya pembajakan kedua (menggaru) dilakukan dengan
66
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
traktor dimana dibelakang traktor diberi bambu atau semacam perata sehingga lahan menjadi halus dan rata, serta siap untuk ditanami. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Kegiatan meluku dan menggaru dapat dilakukan secara bersamaan sehingga dapat mempercepat waktu pengerjaan dan menghemat biaya persiapan lahan/ Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedenganbedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi. Selanjutnya dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Air yang diperoleh untuk mengairi sawah bersumber dari air hujan pada saat musim penghujan dan dari sumur bor dan sungai saat musim kemarau. Air yang diberikan tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kekurangan karena dapat mempengaruhi produktivitas padi. Terlalu banyak air dapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan air dapat menyebabkan tanaman menjadi layu karena metabolismenya terhambat. b. Persemaian Jenis benih padi yang digunakan oleh petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo beraneka ragam, namun pada umumnya menggunakan benih jenis IR64, Mikongga, Denok, dan lainlain. Benih yang ditanam merupakan benih bersertifikat yang dibeli melalui kelompok tani dan kios sarana produksi. Pembuatan persemaian padi dilakukan di areal yang sama dengan areal sawah yang akan ditanami. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam penanaman. Luas persemaian kurang lebih 4 x 4 m2 untuk lahan dengan luasan 3300 commit totersebut user m2 Pada lahan persemaian kemudian dibuat bedengan. .
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian lahan persemaian ditaburi dengan pupuk untuk menambah unsur hara dan beberapa petani menggunakan Furadan untuk mencegah timbulnya jamur. Benih yang telah siap kemudian disebarkan dalam bedengan tersebut. Setelah bibit berumur kurang lebih 15-24 hari setelah penyemaian, bibit didaut atau dicabut dan siap untuk ditanam. c. Penanaman Penanaman dilakukan pada pagi hari, bibit yang dalam ikatan dibagi ke beberapa tempat kemudian diambil dan ditanam dengan cara menekan akar hingga masuk ke dalam tanah menngunakan ibu jari. Pada saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan macak-macak sehinggga memudahkan dalam proses tanam dan akar tidak rusak karena tidak perlu ditekan keras akar sudah dapat masuk ke dalam tanah. Penanaman bibit padi tiap lobangnya ditanami 2-3 bibit dengan jarak tanam antara 20 cm x 20 cm. Penyulaman bibit yang tidak tumbuh dilakukan dengan segera. Tenaga kerja saat penanaman mayoritas adalah wanita dengan sistem borongan. d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Pupuk yang digunakan pada usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo, baik petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah sama, hanya saja dosisnya yang berbeda. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik granul, Urea, KCl, Phonska, ZA, SP36, dan pupuk organik cair. Rata-rata petani melakukan tiga kali pemupukan. Pupuk pertama atau pemupukan dasar diberikan saat sebelum tanam, pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman berusia kurang lebih 23 HST, dan pemupukan susulan ketiga diberikan pada saat tanaman berusia kurang lebih 35 HST. e. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit Penyiangan
gulma dilakukan dengan tujuan untuk commit to user yang dapat menurunkan hasil mengendalikan tumbuhan pengganggu
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari tanaman. Penyiangan pertama dilakukan pada saat pengolahan lahan untuk persiapan persemaian untuk mengurangi resiko kegagalan pembibitan padi. Penyiangan gulma yang biasanya berupa rumput pada lahan sawah dilakukan dengan menggunakan sosrog atau dengan cara manual yaitu mencabuti rumput dengan tangan. Penyiangan gulma selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Saat musim hujan intensitas penyiangan lebih sering karena saat itu rumput tumbuh lebih subur dibandingkan saat musim kemarau. Namun demikian, saat musim kemarau dibutuhkan tenaga yang lebih banyak karena kondisi tanah yang kering dan keras sehingga sulit dilakukan penyiangan. Keberadaan gulma rumput ini dapat dikurangi dengan pemberian obat rumput saat awal tanam. Pengendalian
hama
penyakit
dilakuakan
dengan
cara
penyemprotan dan menaburkan sesuai dengan jenis pestisidanya. Penyemprotan dilakukan ketika ada indikasi serangan dari hama atau penyakit. Biasanya penyemprotan dilakukan saat padi beurmur 1/3 pertama dimana tanaman masih rentan terhadap gangguan hama dan penyakit dan saat-saat menjelang panen. Selain kedua waktu itu, penyemprotan pestisida dilakukan hanya saat terdapat hama atau penyakit saja. Dampak yang ditimbulkan dari hama dan penyakit tanaman adalah penurunan kualitas dan kuantitas produksi padi, yang pada kondisi parah dapat berakibat pada gagal panen. Hama yang biasa menyerang tanaman padi adalah tikus, keong mas, dan wereng. f. Pengairan Tujuan pengairan adalah untuk membasahi tanah dan menjaga kelembaban tanah terutama pada daerah perakaran untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Pengairan pada lahan sawah petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo diandalkan pada tersedianya air hujan, air sungai, pengairan berkala oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), dan sumur bor. Keterbatasan user kendala dalam usaha tani pada jumlah air pada musim commit kemarautomenjadi
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
musim tanam III menyebabkan beberapa petani memberakan sawahnya. Namun demikian, hampir keseluruhan petani anggota kelompok tani Rukun Makaryo menerapkan pola tanam padi-padi-padi karena manajemen pengairan yang sudah sangat baik dibuktikan dengan adanya kelompok pompanisasi. Pada MT III air didapatkan dari sumur yang dibuat di setiap beberapa patok sawah. Namun, pada MT I dan MT II petani mengandalkan ketersediaan air hujan dan air dari P3A yang dikelola oleh PT. Dharma Tirta. Pada setiap musim tanam petani pengguna air dikenakan iuran yaitu sebesar 20 Kg hingga 30 Kg gabah per patok yang dikerjakan. g. Panen Usia produksi padi adalah empat bulan, sehingga dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali penanaman. Umur panen optimal dicapai bila 90-95% butir gabah pada malai sudah berwarna kuning atau kuning keemasan, malai berumur 30-35 hari setelah berbunga merata. Padi sudah dapat dipanen ketika sebagian besar padi mulai merunduk dan menguning, jika bulir padi diusap dengan tangan akan terasa kering, kesat, dan sudah berisi. Kegiatan pemanenan umumnya tidak dilakukan sendiri oleh petani namun dilakukan secara borongan oleh buruh tani dengan menggunakan threser. Setelah itu hasil panen dijual kepada pedagang pengumpul. Namun demikian, ada beberapa petani yang menjual padi dengan cara ditebas. Padi yang masih berada di lahan dijual kepada penebas sebelum dipanen. Umumnya petani tidak ingin direpotkan dengan kegiatan pemanenan karena selain membutuhkan biaya yang mahal untuk membayar upah buruh threser, juga harus mengantri giliran penggunaan threser sedangkan usia padi sudah semakin tua. Petani tidak ingin mengambil resiko untuk hasil panen yang kualitasnya kurang baik. Selain dijual pada pedagang, petani anggota kelompok tani to user Rukun Tani dan Rukuncommit Makaryo utamanya yang menggunakan KKP-E
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
menjual hasil produksi kepada PT. Pertani selaku mitra kelompok tani. PT. Pertani membeli gabah berkualitas baik milik petani dengan harga yang relatif lebih tinggi. Gabah tersebut kemudian dijadikan benih bermutu yang nantinya akan dijual lagi kepada petani untuk kebutuhan produksi. 2. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usaha tani padi petani pengguna KKP-E BRI dan petani bukan pengguna KKP-E BRI di Kabupaten Karanganyar. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar No 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
Uraian KKP-E Jumlah petani responden (orang) 30 Rata-rata umur petani (tahun) 52 Pendidikan petani a. Tidak Sekolah (orang) 2 b. SD (orang) 10 c. SMP (orang) 9 d. SMA (orang) 9 e. Perguruan Tinggi (orang) 0 Rata-rata jumlah anggota keluarga 4 petani (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga 2 yang aktif dalam UT padi (orang) Rata-rata luas lahan yang digarap (Ha) 0,99 Rata-rata pengalaman untuk UT padi 23 (tahun)
Bukan KKP-E 30 54 2 9 6 11 2 4 2 1 24
Sumber: Analisis Data Primer Jumlah responden petani padi pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E sama yaitu sebanyak 30 orang. Rata-rata umur petani padi penggunakan KKP-E dan bukan pengguna KKP-E masih tergolong dalam usia produktif yaitu rata-rata usia 52 tahun bagi petani pengguna KKP-E dan 54 tahun bagi petani bukan pengguna KKP-E. Penduduk yang commit to user dengan usia 15-64 tahun. Petani tergolong usia produktif adalah penduduk
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tergolong dalam usia produktif memiliki semangat kerja yang cenderung tinggi dan lebih terbuka dalam penyerapan informasi dan inovasi. Informasi dan inovasi yang disampaikan kepada petani meliputi banyak hal, diantaranya inovasi teknologi, penggunaan bibit unggul, dan program pembiayaan usaha tani seperti KKP-E. Tingkat pendidikan yang ditamatkan petani bervariasi. Petani pengguna KKP-E paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat SD dan petani bukan pengguna KKP-E paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA. Tinggi tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada sikap petani dalam mengambil keputusan. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E sama yaitu empat orang. Demikian juga dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani sama yaitu dua orang. Keterbatasan jumlah anggota keluarga yang bekerja pada usaha tani menyebabkan penggunaan tenaga kerja luar yang lebih banyak sehingga akan mempengaruhi pendapatan dari usaha tani. Luas rata-rata lahan garapan petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E hanya terpaut 0,01 Ha. Rata-rata luas lahan garapan petani pengguna KKP-E adalah 0,99 Ha dan rata-rata luas lahan garapan petani bukan pengguna KKP-E adalah 1 Ha. Lahan garapan yang digarap berupa lahan sawah irigasi. Rata-rata pengalaman usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E tidak jauh berbeda. Petani pengguna KKPE memiliki rata-rata pengalaman dalam usaha tani 23 tahun, sedangkan petani bukan pengguna KKP-E memiliki rata-rata pengalaman dalam usaha tani 24 tahun. Perbedaan lama pengalaman petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dipengaruhi oleh usia petani dan mulainya petani berkecimpung dalam usaha tani.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan Petani Bukan Pengguna KKP-E BRI Pada analisis usaha tani dapat diketahui jumlah input yang digunakan beserta besaran biaya yang dicurahkan dalam usaha tani dan output berupa jumlah produksi yang dihasilkan. Besarnya input dan output dari usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No.
Jenis
6. 7.
Input: Benih a. Jumlah (Kg) b. Biaya (Rp) Pupuk a. Jumlah (Kg) b. Biaya (Rp) Pestisida a. Jumlah (Kg/Lt) b. Biaya (Rp) Lain-lain a. Jumlah (Kg/Lt) b. Biaya (Rp) Tenaga Kerja a. Jumlah (HOK) b. Biaya (Rp) Biaya Lain-lain Total biaya
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Output: Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp) Efisiensi Kemanfaatan
1.
2.
3.
4.
5.
KKP-E Per UT Per Ha
Bukan KKP-E Per UT Per Ha
45,75 457.483
46,21 462.104
47,27 450.623
47,27 450.623
1054,27 1.723.891
1065 1.741.304
1025,2 1.733.354
1025,2 1.733.354
25,29
26
24,66
24,66
245.056
247.531
401.823
401.823
0,386
0,390
1,83
1,83
25.480
25.737
16.233
16.233
105
107
100
100
4.037.257 3.500.529 9.989.696
4.078.037 3.535.888 10.090.602
3.932.333 2.656.901 9.191.268
3.932.333 2.656.901 9.191.268
6.937 7.007 6.593 6.593 3.721 3.721 3.527 3.527 25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867 15.702.187 15.860.795 14.042.598 14.042.598 2,57 2,50 3,517
Sumber: Analisis Data Primer commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penggunaan input baik jumlah fisik maupun biaya yang dikeluarkan oleh petani padi pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E bervariasi. Demikian pula dengan jumlah produksi, penerimaan, harga, pendapatan, efisiensi, dan kemanfaatannya. a. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Penggunaan sarana produksi usaha tani padi petani penerima KKP-E dan petani bukan penerima KKP-E di Kabupaten Karanganyar meliputi penggunaan benih, pupuk, pestisida, dan zat lain yang mendukung pertumbuhan tanaman seperti pupuk daun dan zat perangsang tumbuh. Rata-rata penggunaan sarana produksi usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKPE di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2.
3.
4.
Jenis Masukan Benih (Kg) Pupuk a. Organik (Kg) b. Urea (Kg) c. KCl (Kg) d. Phonska (Kg) e. ZA (Kg) f. SP36 (Kg) g. Pupuk Cair (Lt) Pestisida a. Rumput tabur (Kg) b. Score (Lt) c. Furadan (Kg) d. Lainnya (Kg/Lt) Lain-lain a. Gandasil (Kg) b. Antonik (Lt) c. Dolomit (Kg) d. Pupuk Hantu (Kg)
KKP-E Per UT Per Ha 45,75 46,21
Bukan KKP-E Per UT Per Ha 47,27 47,27
474,44 130,30 4,58 158,20 209,71 75,22 1,82
479,23 131,61 4,63 159,80 211,83 75,98 1,84
243,43 186,46 15,28 148,96 262,14 168,58 0,39
243,43 186,46 15,28 148,96 262,14 168,58 0,39
1,45
1,46
3,82
3,82
0,21 2,54 0,75
0,21 2,56 0,76
0,30 6,56 13,97
0,30 6,56 13,97
0,32 0,07 0 0
0,32 0,07 0 0
0,07 0 1,67 0,10
0,07 0 1,67 0,10
commit to user Sumber: Analisis Data Primer
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata penggunaan benih pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 46,21 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 47,27 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk organik usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 479,23Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 243,43 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk urea usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 131,61 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 186,46 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk KCl usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 4,63 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 15,28 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk phonska usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 159,80 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 148,96 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk ZA usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 211,83 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 262,14 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk SP36 usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 75,98 Kg/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 168,58 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan pupuk cair usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 1,84 Lt/Ha dan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 0,39 Lt/Ha. Rata-rata penggunaan pestisida usaha tani padi petani pengguna KKP-E bermacam-macam tergantung pada jenis pestisida yang digunakan, demikian juga dengan petani bukan pengguna KKP-E. Ratarata pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani pengguna KKP-E adalah pestisida jenis Furadan yaitu sebanyak 2,56 Kg/Ha. Rata-rata pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah lainnya yaitu sebanyak 13,97 Lt/Ha. Pestisida jenis lainnya ini antara lain: Trobos, Arrivo, Fujiwa, Starban, Fenval, Regent, Plenum, Virtaco, Pribon, dan Prevathon. Rata-rata penggunaan commit user sarana produksi lain-lain petanito pengguna KKP-E adalah penggunaan
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pupuk daun Gandasil sebesar 0,32 Kg/Ha dan zat perangsang tumbuh Antonik sebesar 0,07 Lt/Ha. Sedangkan rata-rata penggunaan sarana produksi lain-lain oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah penggunaan pupuk daun Gandasil sebesar 0,07 Kg/Ha, Dolomit sebesar 1,67 Kg/Ha, dan Pupuk Hantu sebesar 0,10 Kg/Ha. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5.
6.
Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian Hama dan Penyakit Pemanenan Jumlah
KKP-E Bukan KKP-E TKD TKL TKD TKL Per Per Per Per Per Per Per Per UT Ha UT Ha UT Ha UT Ha 4 4 22 22 2 2 23 23 0 2 2 2
0 2 2 2
22 3 12 2
22 3 12 2
0 2 2 2
0 2 2 2
22 3 13 1
22 3 13 1
0 10
0 10
35 96
35 96
0 8
0 8
30 92
30 92
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: TKD : Tenaga Kerja Dalam (HOK) TKL : Tenaga Kerja Luar (HOK) Penggunaan tenaga kerja manusia pada usaha tani padi dihitung dalam satuan HOK (hari orang kerja) dengan rata-rata upah kerja sebesar Rp 45.000,00 per HOK per hari termasuk penyediaan makan dan rokok bagi tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E paling banyak terdapat pada pengolahan tanah sebanyak 4 HOK/Ha, sedangkan penggunaan tenaga kerja luar paling banyak terdapat pada pemanenan yaitu sebanyak 35 commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HOK/Ha dan paling sedikit pada saat pengendalian hama dan penyakit sebanyak 2 HOK/Ha. Penggunaan tenaga kerja dalam pada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E jumlahnya sama pada setiap kegiatan yaitu 2 HOK/Ha kecuali pada penanaman dan pemanenan. Sedangkan penggunaan tenaga kerja luar pada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E paling banyak pada saat pemanenan yaitu sebanyak 30 HOK/Ha dan paling sedikit pada saat pengendalian hama dan penyakit sebanyak 1 HOK/Ha. b. Biaya Usaha Tani Biaya usaha tani merupakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani untuk kegiatan usaha taninya. Konsep biaya usaha tani yang digunakan adalah biaya mengusahakan, yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja dalam yang diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar. Komponen biaya usaha tani padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Besarnya biaya masing-masing komponen dapat dilihat pada tabel berikut ini: 1) Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi merupakan jumlah biaya yang digunakan untuk membeli sarana produksi dalam usaha tani. Besar biaya sarana produksi dan jenis sarana produksi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2.
3.
4.
Jenis Biaya Benih Pupuk a. Organik b. Urea c. KCl d. Phonska e. ZA f. SP36 g. Pupuk Cair Pestisida a. Rumput tabur b. Score c. Furadan d. Lainnya Lain-lain a. Gandasil b. Antonik c. Dolomit d. Pupuk Hantu Jumlah
KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 457.483 462.104
Bukan KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 450.623 450.623
622.157 234.532 13.292 367.024 293.594 120.359 72.933
628.442 236.901 13.426 370.731 296.559 121.575 73.670
328.632 335.621 44.322 372.390 366.997 269.726 15.667
328.632 335.621 44.322 372.390 366.997 269.726 15.667
26.073
26.336
68.808
68.808
94.731 31.731 92.521
95.688 32.052 93.455
136.565 82.017 114.433
136.565 82.017 114.433
17.733 7.747 0 0
17.912 7.825 0 0
3.733 0 500 12.000
3.733 0 500 12.000
2.451.910
2.476.677
2.602.034
2.602.034
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5.5. rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E adalah sebesar Rp 2.476.677,00/Ha/MT, sedangkan yang dikeluarkan oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah sebesar Rp 2.602.034,00/Ha/MT. Jenis sarana produksi yang digunakan antara lain: benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Pengeluaran petani pengguna KKP-E dalam hal benih dan lain-lain lebih besar daripada petani bukan pengguna KKP-E, sedangkan pengeluaran petani pengguna KKP-E dalam hal pupuk dan pestisida lebih kecil daripada pengeluaran petani bukan pengguna KKP-E. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani padi terdiri dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam yang berasal dari keluarga. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usaha tani meliputi biaya untuk pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Ratarata biaya tenaga yang dikeluarkan dalam usaha tani dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5.
6.
Jenis Biaya Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian Hama dan Penyakit Pemanenan Jumlah
KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 1.164.090 1.175.848
Bukan KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 1.125.000 1.125.000
678.833 232.500 610.500 175.500
685.690 234.848 616.667 177.273
617.667 232.500 682.500 147.000
617.667 232.500 682.500 147.000
1.175.833 4.037.257
1.187.710 4.078.037
1.127.667 3.932.333
1.127.667 3.932.333
Sumber: Analisis Data Primer Upah tenaga kerja pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E sebesar Rp 45.000,00 per HOK per hari. Upah yang diberikan pada tenaga kerja pria maupun wanita sama. Khusus untuk penanaman dan pemanenan upah dibayarkan secara borongan. Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa total biaya penggunaan tenaga kerja pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah Rp 4.078.037,00/Ha/MT. Sedangkan total biaya penggunaan tenaga kerja pada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 3.932.333,00/Ha/MT. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Biaya Lain-lain Biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani di luar biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Komponen biaya lain-lain meliputi biaya penyusutan, biaya sewa lahan, pajak, biaya transportasi, biaya pengairan, bunga pinjaman, dan selamatan. Besar biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKPE dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Lain-lain Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Biaya Penyusutan Sewa Lahan Pajak Transportasi Pengairan Bunga Pinjaman Selamatan Jumlah
KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 161.487 163.118 2.730.842 2.758.426 55.621 56.183 143.333 144.781 260.846 263.481 116.333 117.508
Bukan KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 99.600 99.600 2.204.167 2.204.167 71.400 71.400 116.833 116.833 262.835 262.835 0 0
32.067 3.500.529
1.667 2.656.901
32.391 3.535.888
1.667 2.656.901
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5.7. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya lain-lain usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah Rp 3.535.888,00/Ha/MT, sedangkan biaya lain-lain usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 2.656.901,00/Ha/MT. Besar biaya lain-lain yang paling besar dikeluarkan pada usaha tani padi
adalah
biaya
sewa
lahan,
yaitu
rata-rata
Rp
2.758.426,00/Ha/MT untuk usaha tani petani pengguna KKP-E dan rata-rata Rp 2.204.167,00/Ha/MT untuk usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Komponen biaya lain-lain yang membedakan antara usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengguna KKP-E adalah adanya bunga pinjaman bagi petani pengguna KKP-E. 4) Biaya Total Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani dalam usaha tani padi, yaitu jumlah dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Besar biaya total usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Rata-rata Biaya Total Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No
Jenis Biaya
1.
Biaya Sarana Produksi Biaya Tenaga Kerja Biaya Lainlain Jumlah
2.
3.
KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 2.451.910 2.476.677
Bukan KKP-E Per UT Per Ha (Rp) (Rp) 2.602.034 2.602.034
4.037.257
4.078.037
3.932.333
3.932.333
3.500.529
3.535.888
2.656.901
2.656.901
9.989.696
10.090.602
9.191.268
9.191.268
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani pengguna KKP-E dalam usaha tani padi adalah sebesar Rp 10.090.602,00/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani bukan pengguna KKP-E dalam usaha tani padi adalah sebesar Rp 9.191.268,00/Ha/MT. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah biaya tenaga kerja. Besar biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E adalah Rp 4.078.037/Ha/MT, sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 3.932.333,00/Ha/MT. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Besarnya biaya tenaga kerja disebabkan oleh banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan. c. Penerimaan Usaha Tani Padi Penerimaan adalah pendapatan kotor usaha tani, yaitu hasil yang diterima dari usaha tani padi sebelum dikurangi biaya. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara produksi usaha tani padi dengan harga per satuan. Rata-rata produksi, harga, dan penerimaan usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKPE di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No
Jenis Biaya
1.
Produksi (Kg) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
2. 3.
KKP-E
Bukan KKP-E Per UT Per Ha 6.593 6.593
Per UT 6.937
Per Ha 7.007
3.683
3.721
3.527
3.527
25.691.883
25.951.397
23.233.867
23.233.867
Sumber: Analisis Data Primer Rata-rata produksi padi usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 7.007 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.721,00/Kg sehingga didapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp 25.951.397,00/Ha. Ratarata produksi padi usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 6.593 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.527,00/Kg sehingga didapatkan
rata-rata penerimaan
sebesar Rp
23.233.867,00/Ha.
Perbedaan jumlah produksi disebabkan oleh perbedaan jumlah curahan input usaha tani. Perbedaan harga jual disebabkan oleh kerja sama yang dijalani oleh petani pengguna KKP-E melalui kelompok tani dengan mitra yaitu PT. Pertani. Produksi petani pengguna KKP-E banyak diserap oleh mitra untuk digunakan kembali sebagai benih, sedangkan produksi petani bukan pengguna KKP-E dijual untuk keperluan commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsumsi dengan harga yang lebih rendah. Perbedaan besar penerimaan disebabkan oleh perbedaan rata-rata produksi dan rata-rata harga. d. Pendapatan Usaha Tani Padi Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usaha tani. Rata-rata pendapatan petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Rata-rata Pendapatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No
Jenis Biaya
1.
Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
2. 3.
KKP-E Per UT Per Ha 25.691.883 25.951.397
Bukan KKP-E Per UT Per Ha 23.233.867 23.233.867
9.989.696 15.702.187
9.191.268 14.04.2598
10.090.602 15.860.795
9.191.268 14.042.598
Sumber: Analisis Data Primer Rata-rata pendapatan usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah Rp 15.702.187,00/Ha, sedangkan rata-rata pendapatan usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 14.042.598,00/Ha. Pendapatan usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih tinggi dikarenakan rata-rata penerimaan yang lebih tinggi dengan rata-rata biaya yang tidak jauh berbeda. e. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Efisiensi merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya per usaha tani dan dihitung dengan R/C Ratio. Kemanfaatan dihitung menggunakan Incremental B/C Ratio yaitu tambahan manfaat setiap adanya penambahan biaya. Rata-rata efisiensi dan kemanfaatan usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5.11. Rata-rata Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKPE di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Biaya Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Efisiensi Kemanfaatan
KKP-E Per UT Per Ha 25.691.883 25.951.397
Bukan KKP-E Per UT Per Ha 23.233.867 23.233.867
9.989.696 15.702.187
9.191.268 14.042.598
10.090.602 15.860.795
2,57
9.191.268 14.042.598
2,50 3,517
Sumber: Analisis Data Primer Nilai R/C ratio pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani memberikan pengembalian sebesar Rp 2,57. Sedangkan pada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani memberikan pengembalian sebesar Rp 2,53. Berdasarkan Tabel 5.11. dapat diketahui bahwa efisiensi usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E lebih besar dari 1, maka kedua usaha tani tersebut efisien. Nilai Incremental B/C Ratio dua usaha tani tersebut sebesar 2,986 atau lebih besar dari 1 maka, usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E. f. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi Hubungan antara faktor-faktor dengan pendapatan usaha tani padi ditunjukkan dengan model regresi linier berganda. Faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam persamaan meliputi modal sendiri, modal KKP-E, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dummy kepenguasaan lahan, dan dummy penggunaan kredit. Data yang telah dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS didapatkan persamaan sebagai berikut: Y = -5,720E6 + 0,949 X1 + 0,008 X2 + 0,047 X3 + 0,081 D1 + 0,083 D2 + e
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: Y
= Pendapatan petani (juta Rp)
β0 = Intercept (konstanta) β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien regresi masing-masing variabel X1 = Luas lahan (Ha) X2 = Tingkat pendidikan X3 = Jumlah anggota keluarga D1 = Kepenguasaan lahan (D = 1, petani pemilik, D = 0, petani penggarap). D2 = Penggunaan kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan pengguna KKP-E) Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012 No
Variabel
1. 2. 3.
Luas Lahan (X1) Tingkat Pendidikan (X2) Jumlah Anggota Keluarga (X3) 4. Kepenguasaan Lahan (D1) 5. Penggunaan Kredit (D2) R = 0,977 2 Adj. R = 0,951 Fhitung = 230,577 F Sig. = 0,000***
Koefisien Regresi 0,949 0,008 0,047
thitung
Sig.
31,749 0,251 1,625
0,000*** 0,803ns 0,110ns
0,081 0,083
2,642 2,852
0,011** 0,006 ***
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ***) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% ns ) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%, dan 99% 1) Uji adjusted R2 Nilai uji koefisien relasi guna melihat hubungan kekuatan commit user antara variabel bebas dalamtopersamaan regresi. Nilai uji koefisien
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
relasi dalam regresi ditunjukkan dengan nilai R. Nilai R pada uji regresi menunjukkan nilai 0,977, yang artinya bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit memiliki hubungan yang sangat kuat. Nilai
koefisien
determinasi
digunakan
untuk melihat
ketepatan model. Nilai uji koefisien determinasi dilihat pada nilai adjusted R2 (adj. R2). Nilai adj. R2 berdasarkan analisis model adalah sebesar 0,951, yang artinya bahwa variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan variabel pendapatan petani sebesar 95,1% dan sisanya sebesar 4,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 2) Pengaruh Faktor-faktor terhadap Usaha Tani Padi (Uji F) Pengaruh faktor-faktor terhadap pendapatan usaha tani padi menunjukkan besarnya pengaruh faktor atau variabel secara bersama-sama antara variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit terhadap pendapatan usaha tani. Pengaruh variabel secara bersamasama dapat diketahui dengan melakukan uji F (F-test). Berdasarkan Tabel 5.12. dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 230,577 lebih besar daripada F-tabel yaitu sebesar 3,38. Hal ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani petani di Kabupaten Karanganyar. 3) Pengaruh Masing-masing Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Padi (Uji t) Pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan usaha tani padi petani anggota commitkelompok to user tani Rukun Tani dan Rukun
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Makaryo dapat diketahui melalui uji keberartian regresi dengan uji t (t-test). Berdasarkan Tabel 5.12. dapat diketahui bahwa terdapat tiga faktor atau variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan kelompok
tani
Rukun
Makaryo,
antara
lain:
luas
lahan,
kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit. Ketiga variabel tersebut memiliki nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,05 (α=5%) sehingga variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap pendapatan petani. Berdasarkan nilai dari koefisien regresi dapat diketahui bahwa variabel luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit memiliki hubungan positif dengan pendapatan petani sehingga setiap peningkatan luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit akan meningkatkan pendapatan petani. Variabel tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat dilihat pada nilai t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, sehingga dengan demikian terkait dengan hipotesis berarti Ho diterima. 4) Pengujian Asumsi Klasik a) Multikolinearitas Menurut Ghozali (2011), ada beberapa cara untuk menemukan hubunganantara variabel X yang satu dengan variabel X yang lainnya (terjadinya multikolinearitas), ialah memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna (lebih dari 0,9) yang dapat dilihat dari nilai dalam matrik Pearson Corelation (PC). Berdasarkan hasil perhitungan nilai matrik Pearson Corelation diketahui bahwa nilai terbesar dari keseluruhan korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,291 atau tidak lebih besar dari 0,9 sehingga dapat disimpulkan dalam model commit to user tidak terdapat multikolinearitas (Lampiran 15).
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan hasil analisis data pada diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titiktitik tersebar dalam empat kuadran dan tidak membentuk suatu pola
tertentu
sehingga
dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Lampiran 15). 5) Uji Beda t test Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nlai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sample. Tabel 5.13. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Pendapatan Petani dan Penggunaan Kredit
Pendapatan Petani
Penggunaan Kredit Pengguna KKP-E Bukan Pengguna KKP-E
30
Std. Deviation 1.57E7 1.203E7
Std. Error Mean 2196429.526
30
1.39E7 1.161E7
2119151.289
N
Mean
Sumber: Analisis Data Primer Kriteria: H0 = rata-rata pendapatan petani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah sama H1 = rata-rata pendapatan petani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda Berdasarkan Tabel 5.13. rata-rata pendapatan petani untuk reponden petani pengguna KKP-E adalah Rp 1.570.000,00 sedangkan untuk responden petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 1.390.000,00. Secara absolut terlihat bahwa pendapatan petani berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KKP-E. Terlihat dari output SPSS (Lampiran 15) bahwa F hitung levene test sebesar 0,026 dengan probabilitas 0,872. Karena probabilitas >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak atau memiliki variance yang sama. Dengan demikian, analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah 0,576 dengan probabilitas signifikansi 0,567 (two tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Modal KKPE digunakan petani sebagai faktor pelancar dalam usaha taninya. KKP-E dimanfaatkan petani untuk memenuhi kebutuhan akan sarana produksi dan sebagai sarana untuk memenuhi inovasi teknologi yang disarankan. Tabel 5.14. Hasil Analisis Uji t-test antara Variabel Luas Lahan dan Penggunaan Kredit
Luas Lahan
Penggunaan Kredit Pengguna KKP-E Bukan Pengguna KKP-E
Std. Deviation
Std. Error Mean
N
Mean
30
0.9907
0.61062
0.11148
30
0.9960
0.69144
0.12624
Sumber: Analisis Data Primer Kriteria: H0 = rata-rata luas lahan petani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah sama H1 = rata-rata luas lahan petani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E adalah berbeda Rata-rata luas lahan untuk reponden petani pengguna KKP-E adalah 0,9907 Ha sedangkan untuk responden petani bukan pengguna KKP-E adalah 0,9960 Ha. Secara absolut terlihat bahwa luas lahan petani berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani commit to user bukan pengguna KKP-E. Terlihat dari output SPSS (Lampiran 15)
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
bahwa F hitung levene test sebesar 0,296 dengan probabilitas 0,589. Karena probabilitas >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak atau memiliki rata-rata yang sama. Dengan demikian, analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah -0,032 dengan probabilitas signifikansi 0,975 (two tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata luas lahan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. B. Pembahasan 1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani Analisis yang digunakan dalam konsep biaya adalah biaya mengusahakan, yaitu biaya yang terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja dalam yang dihitung berdasarkan upah tenaga kerja luar. Komponen biaya terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Komponen biaya yang digunakan dalam usaha tani antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E sama, hanya saja pada komponen biaya lain-lain petani pengguna KKP-E ditambah dengan bunga pinjaman. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani baik pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani adalah tenaga kerja dalam dan tenaga kerja luar. Tidak ada jam kerja yang mengikat. Hal ini tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan petani berupa pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit biasa dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, karena pada saat itu stomata tanaman padi sedang dalam kondisi membuka sehingga penyerapan pupuk dan pestisida oleh tanaman lebih optimal. Sedangkan pelaksanaan penanaman, pengolahan lahan dengan traktor, dan pemanenan sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja dan dilakukan secara bergantian dengan sawah commit to user milik petani lain.
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Upah tenaga kerja yang diberikan bervariasi sesuai dengan jenis kegiatan. Besar upah tenaga kerja perorangan adalah sebesar Rp 45.000,00/HOK/hari. Upah pengolahan tanah dengan traktor adalah sebesar Rp 200.000,00/patok. Upah tanam adalah sebesar Rp 170.000,00 hingga Rp 300.000,00/patok. Upah pemanenan adalah sebesar Rp 400.000,00/patok hingga Rp 800.000,00/patok tergantung letak lahan dan kondisi tanaman. Bila tanaman dalam kondisi rubuh, biaya yang dikeluarkan untuk pemanenan lebih tinggi. Upah tanam dan pemanenan diberikan secara borongan dengan jumlah tenaga kerja per patok bervariasi sesuai dengan kelompoknya. Rata-rata luasan lahan satu patok di Kelurahan Lalung adalah seluas 3.300 m2, sedangkan di Desa Jati adalah seluas 3.000 m2. Komponen biaya terbesar kedua setelah biaya tenaga kerja adalah biaya lain-lain. Biaya lain-lain terdiri dari biaya penyusutan, biaya sewa lahan, pajak, transportasi, pengairan, bunga pinjaman dan selamatan. Tidak semua petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo merupakan petani pemilik, ada beberapa petani yang merupakan petani penggarap (penyewa dan penyakap). Sewa lahan merupakan komponen biaya lain-lain yang paling besar jumlahnya. Biaya sewa lahan bervariasi tergantung letak lahan. Besarnya biaya transportasi berbedabeda tergantung pada letak lahan dan jumlah produksi yang hendak diangkut. Biaya penyusutan merupakan besaran biaya yang harus dikeluarkan atas penurunan nilai peralatan per satuan waktu. Peralatan yang biasa digunakan petani baik pengguna KKP-E maupun bukan pengguna KKP-E antara lain: cangkul, sabit, sosrog, traktor, diesel, sprayer manual, dan sprayer mesin. Nilai ekonomis dari peralatan usaha tani bervariasi tergantung jenis peralatan. Besarnya biaya pengairan per usaha tani ditentukan dalam peraturan desa. Pada kelompok tani Rukun Tani besar biaya pengairan adalah senilai dengan gabah sebanyak 25 Kg/patok, commit user Makaryo senilai dengan gabah sedangkan untuk kelompok tani to Rukun
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
sebanyak 20 Kg/patok pada musim tanam (MT) II. Besarnya biaya bunga pinjaman yang harus dibayar oleh petani pengguna KKP-E adalah 0,5% per bulan dari jumlah pinjaman satu tahun. Komponen biaya lain-lain terkecil adalah untuk selamatan, karena tidak semua petani mengadakan acara selamatan baik sebelum tanam maupun setelah panen. Komponen biaya yang paling sedikit dikeluarkan dalam usaha tani baik oleh petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah biaya sarana produksi. Sarana produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Jenis benih yang banyak digunakan antara lain IR64, Mikongga, dan Ciherang. Harga benih bervariasi dari Rp 8.000,00/Kg hingga Rp 10.000,00/Kg. Kebutuhan benih sebagaian besar disediakan oleh kelompok tani melalui kemitraan dengan PT. Pertani, namun ada beberapa petani yang membeli benih sendiri dari toko saprodi. Pupuk yang digunakan petani dalam usaha tani padi antara lain pupuk organik granul, Phonska, ZA, Urea, SP36, KCl, dan pupuk organik cair. Pada usaha tani padi petani pengguna KKP-E penggunaan pupuk organik granul dan pupuk organik cair lebih besar, namun penggunaan pupuk kimia lebih rendah daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Penggunaan pupuk organik granul dan pupuk organik cair yang tinggi disebabkan oleh berubahnya sudut pandang petani dan kerja sama yang terjalin antara petani dengan mitra yaitu PT. Pertani dalam hal pengadaan pupuk organik granul dan pupuk organik cair. Biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E lebih sedikit daripada petani bukan pengguna KKP-E, hal ini disebabkan oleh kesadaran petani untuk mengurangi curahan zat kimia dalam tanaman selama tanaman tidak terserang hama dan penyakit. Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh petani bukan pengguna KKP-E, yakni penggunaan Gandasil dan Antonik untuk menunjang pertumbuhan padi. Penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi commit to user jumlah produksi dan harga jual dengan harga padi per satuan. Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
hasil panen petani pengguna KKP-E lebih tinggi daripada petani bukan pengguna KKP-E sehingga penerimaannya pun lebih besar. Rata-rata harga jual gabah di daerah penelitian Rp 3.721,00/Kg untuk petani pengguna KKP-E dan Rp 3.527,00/Kg untuk petani bukan pengguna KKPE. Harga ini merupakan harga hasil produksi berupa gabah basah karena sebagian besar petani menjual hasil panen berupa gabah basah ke PT. Pertani untuk dijadikan benih dan sebagian petani menjual ke pedagang pengumpul dengan mengikuti harga yang berlaku. Gabah yang dijual ke PT. Pertani untuk pembenihan memiliki harga relatif tinggi dibandingkan dengan gabah yang dijual untuk keperluan konsumsi ke pedagang pengumpul yang mengikuti harga pasar. Oleh karena jumlah produksi dan harga jual yang lebih tinggi menyebabkan penerimaan dan pendapatan petani pengguna KKP-E juga lebih tinggi. Selain itu, juga dikarenakan adanya pinjaman dana KKP-E dari BRI cabang Karanganyar sehingga modal yang dimiliki petani lebih besar. 2. Efisiensi dan Kemanfaatan Usaha Tani Efisiensi usaha tani merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya usaha tani. Salah satu alat untuk menilai efisiensi usaha tani adalah menggunakan R/C Ratio. Apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu maka dapat disimpulkan bahwa usaha tani tersebut efisien. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata efisiensi usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 2,57 dan rata-rata efisiensi usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 2,50. Nilai kedua rata-rata efisiensi tersebut tidak jauh berbeda namun keduanya bernilai lebih dari satu maka, kedua usaha tani tersebut dapat dikatakan efisien. Biaya yang dikeluarkan oleh petani pengguna KKP-E lebih besar namun penerimaannya juga lebih besar karena ditunjang dengan harga jual dan produksi yang tinggi. Hal ini menyebabkan nilai efisiensinya juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Biaya yang dikeluarkan oleh petani bukan pengguna KKP-E lebih rendah namun besar penerimaan commit to user tidak begitu tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Kemanfaatan usaha tani merupakan perbandingan antara selisih penerimaan usaha tani petani pengguna KKP-E dan penerimaan usaha tani petani bukan pengguna KKP-E dengan selisih biaya usaha tani petani pengguna KKP-E dan biaya usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Alat analisis untuk mengetahui besarnya kemanfaatan usaha tani adalah dengan menggunakan Incremental Benefit-Cost Ratio. Hasil analisis data menunjukkan nilai Incremental B/C Ratio sebesar 3,517, maka dapat diketahui bahwa usaha tani petani pengguna KKP-E lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Setiap 1 satuan biaya yang dikorbankan oleh petani pengguna KKP-E akan menghasilkan kemanfaatan sebesar 3,517 satuan. Kemanfaatan diperoleh karena penggunaan pupuk organik, baik pupuk organik granul maupun pupuk organik cair, sehingga mampu menekan biaya untuk pembelian pupuk kimia. Selain itu, kerja sama yang telah terjalin antara kelompok tani dengan PT. Pertani membuat penyediaan pupuk organik lebih mudah dibandingkan dengan pupuk kimia yang sulit didapatkan karena sering mengalami kelangkaan di pasar. Pola tanam serentak yang dilakukan oleh petani menyebabkan padi terjauh dari serangan hama sehingga menekan biaya untuk pembelian pestisida. Harga pembelian gabah oleh PT. Pertani yang cukup tinggi membuat penerimaan petani pengguna KKP-E juga lebih tinggi. Umumnya, petani pengguna KKP-E membeli benih berkualitas dari PT. Pertani, yang pada akhirnya menghasilkan hasil produksi yang berkualitas pula sehingga harga jualnya pun menjadi lebih tinggi. Hasil produksi ini nantinya akan dijadikan benih yang berkualitas untuk kembali dijual oleh PT. Pertani. Permodalan kuat petani pengguna KKP-E sangat bermanfaat dalam mempersiapkan kebutuhan yang akan digunakan selama masa produksi usaha tani padi. 3. Pengaruh Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Besarnya pengaruh faktor atau variabel berbeda-beda. Pengaruh faktor ditunjukkan dengan nilai uji t berdasarkan hasil dari regresi linier commit to user berganda faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usaha tani. Faktor atau variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tani padi petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan kelompok tani Rukun Makaryo, antara lain: luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit. a. Pengaruh Luas Lahan, Tingkat Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Kepenguasaan Lahan terhadap Pendapatan Usaha Tani 1) Luas Lahan Lahan
merupakan
salah
satu
faktor
produksi
yang
mempunyai kontribusi besar dalam usaha tani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung 31,749 lebih besar dari t-tabel 2,397 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan 99%. Dengan demikian, keputusan H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,949 menunjukkan setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 949.000,00. Peningkatan luas lahan berkaitan dengan jumlah benih, sarana produksi lain, dan tenaga kerja yang dicurahkan. Melalui penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja yang optimal maka diharapkan akan meningkatkan hasil produksi. Semakin luas lahan maka jumlah benih yang ditanam semakin banyak, dengan jarak tanam yang tepat akan meningkatkan jumlah produksinya. Semakin banyak jumlah produksi maka semakin banyak hasil yang akan dijual sehingga pendapatan juga meningkat. 2) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan menunjukkan rata-rata lama pendidikan yang ditamatkan oleh petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 0,251 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 commit to user dengan nilai signifikansi 0,803 lebih besar dari batas kesalahan yang
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, keputusan H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Pendidikan formal tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani. Rata-rata pendidikan formal petani masih rendah yaitu sampai tahap SMP. Umumnya tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat penyerapan informasi dan inovasi. Namun demikian, informasi dan inovasi yang dibutuhkan oleh petani tidak didapatkan dari pendidikan formal. Informasi dan inovasi dalam hal pertanian justru lebih sering didapatkan petani dari pendidikan non-formal seperti kursus dan penyuluhan. Selain itu untuk mengubah pola pikirnya, petani cenderung lebih percaya pada bukti nyata daripada sekedar teori yang diberikan. Melalui pengarahan PPL dan praktik langsung di lapang, petani bersedia menerapkan inovasi yang disampaikan sehingga apa yang diharapkan seperti peningkatan produksi dapat tercapai. 3) Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga menunjukkan banyaknya anggota keluarga petani. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 1,625 lebih rendah daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,110 lebih besar dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga keputusan H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan banyaknya jumlah anggota keluarga diharapkan banyak pula anggota keluarga yang aktif pada usaha tani sehingga pengeluaran untuk biaya tenaga kerja luar dapat dikurangi. Semakin commit user kerja dapat berpengaruh pada rendah alokasi biaya untuktotenaga
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan pendapatan. Namun pada kenyataannya, rata-rata dalam satu rumah tangga petani hanya ada dua orang saja yang aktif dalam usaha tani, yaitu pasangan suami-istri saja. Sebagian dari anggota keluarga lebih memilih untuk bekerja di luar usaha tani seperti di pabrik atau sebagai buruh bangunan, dan sebagian lagi masih sekolah. Karena sedikitnya jumlah anggota keluarga yang terjun dalam kegiatan usaha tani maka penggunaan tenaga kerja dari luar semakin tinggi sehingga pendapatannya pun berkurang. Apabila banyak anggota keluarga yang bersedia terjun dalam kegiatan usaha tani maka, keberlanjutan usaha tani dapat terjaga. 4) Kepenguasaan Lahan Kepenguasaan lahan berkaitan dengan apakah lahan yang digarap oleh petani merupakan miliknya atau hanya bersifat sewa dan bagi hasil. Tidak semua petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E adalah petani pemilik, namun ada sebagian petani yang merupakan petani penggarap (penyewa dan penyakap). Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,642 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 1,674 dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 lebih rendah dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,050 pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga keputusan H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa kepenguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan bahwa apabila merupakan petani pemilik maka akan memiliki pendapatan lebih besar Rp 81.000,00 daripada petani penggarap. Kepenguasaan lahan berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Pada petani pemilik penggarap baik pengguna KKP-E maupun bukan pengguna KKP-E terdapat biaya pajak. Sedangkan pada petani penggarap terdapat pengeluaran untuk sewa lahan, dan user petani penggarap yang disertai ada beberapa usahacommit tani to milik
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengeluaran untuk pajak karena tidak seluruh lahannya menyewa. Biaya pajak dan sewa lahan berpengaruh pada besarnya biaya yang nantinya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan usaha tani. b. Pengaruh Penggunaan Kredit terhadap Pendapatan Usaha Tani Penggunaan kredit berkaitan apakah petani menggunakan KKPE atau tidak. Pada petani pengguna KKP-E komponen modal yang digunakan merupakan modal sendiri dan modal KKP-E, sedangkan petani bukan pengguna KKP-E hanya menggunakan modal sendiri saja. Modal sendiri merupakan komponen modal yang digunakan oleh petani yang sumbernya berasal dari petani itu sendiri. Modal sendiri merupakan cerminan dari nilai sarana produksi yang dikeluarkan beserta aset yang dimiliki oleh petani. Aset berupa lahan dan alat-alat yang digunakan dalam pertanian. Modal KKP-E merupakan besar modal yang
digunakan oleh petani yang bersumber dari pinjaman
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dari BRI cabang Karanganyar. Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t-hitung 2,852 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 pada tingkat kepercayaan 99%. Sehingga keputusan H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa modal KKP-E berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00 namun apabila tidak menggunakan KKP-E maka tidak menambah pendapatan.
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Usaha Tani
KKP-E BRI
Penyediaan anggaran (permodalan)
Sebagai faktor produksi dan sarana peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi
Kualitas Produksi
Penggunaan benih bermutu dan pupuk organik
Kuantitas Produksi
Produksi ditampung mitra (PT. Pertani) dengan harga lebih tinggi Penerimaan tinggi
Biaya
Pendapatan meningkat
R/C ratio 2,57 (> 1)
Incremental B/C ratio 3,517 (> 1)
Memberi tambahan pendapatan sebesar Rp 83.000,00
Efisien
KKP-E memberi kemanfaatan: Setiap penambahan 1 input akan menghasilkan kemanfaatan sebesar 3,517.
Gambar 5.1. Pengaruh KKP-E terhadap Pendapatan Petani *) · Penggunaan benih bermutu milik PT. Pertani,
· Penggunaan pupuk organik lebih banyak (479,23 Kg/Ha) daripada petani bukan pengguna KKP-E (243,43 Kg/Ha), · Hasil produksi lebih tinggi (rata-rata 7.007 Kg/Ha) dan berkualitas, sehingga harga jual juga tinggi (Rp 3.721,00/Kg), commit to user · Pembinaan oleh BP4K bekerja sama dengan BPK dan BRI cabang Karanganyar.
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Gambar 5.1. dapat diketahui bahwa petani dapat memanfaatkan KKP-E untuk membeli sarana produksi yang dibutuhkan dan sebagai sarana peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi. Teknologi yang dimaksud adalah penggunaan benih bermutu dan pemupukan yang berimbang. Melalui penggunaan benih bermutu dan pemupukan berimbang petani dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan: 1) Penggunaan benih bermutu Benih yang digunakan oleh petani pengguna KKP-E adalah benih bermutu, sehingga biaya yang dikeluarkan cenderung lebih mahal meski jumlah yang digunakan lebih sedikit. Varietas benih yang biasa digunakan adalah varietas IR64 putih. Harga beli benih adalah sebesar Rp 10.000,00/Kg. Meski jumlah yang disebar tidak banyak, namun kemungkinan hidup benih bermutu ini tinggi. Benih yang digunakan oleh petani pengguna KKP-E adalah sebanyak 47 Kg/Ha (Lampiran 4). 2) Penggunaan pupuk organik Petani pengguna KKP-E lebih banyak menggunakan sarana produksi berupa pupuk organik dan meminimalkan penggunaan pestisida. Petani pengguna KKP-E menggunakan pupuk organik lebih banyak yaitu sebanyak 479,23 Kg/Ha (Lampiran 4) daripada petani bukan pengguna KKP-E yang hanya sebanyak 243,43 Kg/Ha (Lampiran 5). Pupuk organik yang digunakan merupakan pupuk organik granul dan pupuk organik cair produksi PT. Pertani. Melalui penggunaan pupuk organik ini, hasil produksi milik petani lebih berkualitas. 3) Penggunaan zat perangsang pertumbuhan Adanya penyuluhan yang baik membuat petani lebih mudah dalam menyerap inovasi teknologi, salah satunya zat perangsang tumbuh tanaman. Melalui KKP-E petani dapat menjangkau untuk commit to user untuk tanamannya, sehingga membeli zat perangsang tumbuh
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan dengan hasil produksi yang tinggi. 4) Hasil produksi dan harga jual lebih tinggi Hasil produksi yang didapatkan relatif tinggi dan kualitasnya lebih baik sehingga memiliki harga jual yang lebih tinggi pula. Produktivitas hasil produksi yang diperoleh oleh petani pengguna KKP-E rata-rata adalah sebesar 7.007 Kg/Ha dengan harga jual sebesar Rp 3.721,00/Kg (Lampiran 10). Hasil panen yang berkualitas nantinya akan dibeli oleh mitra yaitu PT. Pertani dengan harga yang lebih tinggi untuk dijadikan benih kembali. 5) Penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak Menggunakan bantuan permodalan KKP-E, petani dapat menggunakan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Melalui penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak maka pengerjaan lahan menjadi lebih intensif. 6) Adanya pembinaan dari dinas terkait Adanya pembinaan dari BP4K Kabupaten Karanganyar bekerja sama dengan Badan Penyuluh Kecamatan Karanganyar, Badan Penyuluh Kecamatan Jaten, dan BRI cabang Karanganyar dalam hal pembinaan mendukung petani dalam mengembangkan usahanya. Bentuk pembinaan tersebut diantaranya dalam hal memfasilitasi mencarikan penjamin pasar hasil produksi atau penjamin kredit, selain itu juga untuk membimbing, mendampingi, dan mengawal petani dan kelompok tani dalam pemanfaatan KKP-E secara optimal, sehingga mau dan mampu menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan mutu intensifikasinya. Keterbatasan modal merupakan hal yang paling sering dihadapi oleh petani dalam melakukan proses produksi usaha tani. Banyak petani yang harus menunggu terkumpulnya modal terlebih dahulu hingga akhirnya baru memulai kembali kegiatan usaha tani. Sedangkan to userjuga digunakan untuk mencukupi penjualan hasil panen commit sebelumnya
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan rumah tangga yang lain. Kelangkaan sarana produksi pun menyebabkan harga sarana produksi yang semakin tinggi, demikian juga sulitnya mencari tenaga kerja luar dan tenaga kerja borongan membuat petani harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk upah tenaga kerja. Dengan demikian, petani membutuhkan banyak dukungan permodalan untuk menjalankan proses produksi usaha taninya. Bantuan modal kredit program dari Kementerian Pertanian berupa KKP-E yang disalurkan melalui BRI cabang Karanganyar sedikit banyak membantu petani dalam proses produksi usaha taninya, seperti untuk pengadaan sarana produksi pertanian untuk memulai usaha tani tepat waktu. Tambahan modal tersebut juga akan menumbuhkan semangat petani untuk memulai usaha taninya dengan baik. Melalui bantuan modal ini pun petani dapat mencukupi kebutuhan usaha taninya, seperti pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan lain-lain. Penggunaan modal oleh petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada skema berikut. Penggunaan Modal Petani
untuk Kebutuhan Rumah Tangga
untuk Modal Usaha Tani Modal Sendiri
Pangan
Non Pangan: Perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa
Lahan, alat pertanian, tenaga kerja luar dan saprodi (bibit, pupuk, pestisida, zat perangsang pertumbuhan)
Gambar 5.2. Penggunaan Modal oleh Petani Bukan Pengguna KKP-E Baik petani pengguna KKP-E maupun petani bukan pengguna KKP-E menggunakan modal yang dimiliki untuk kegiatan usaha tani commit to user dan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kebutuhan rumah
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tangga terdiri dari kebutuhan pangan dan non pangan yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa, dan lain-lain. Berdasarkan Gambar 5.2. dapat diketahui bahwa pada petani bukan pengguna KKP-E hanya terdapat modal sendiri, dimana dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan untuk modal usaha tani dicukupi oleh petani sendiri. Penggunaan modal sendiri berupa alat pertanian, lahan, sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan zat perangsang tumbuh), dan untuk membayar tenaga kerja luar. Penggunaan Modal Petani
untuk Kebutuhan Rumah Tangga
untuk Modal Usaha Tani
Perbankan (BRI)
Pangan Non Pangan: Perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pajak, listrik, jasa
Modal Sendiri
KKP-E
Lahan, alat pertanian, dan sebagian tenaga kerja luar
Saprodi (bibit, pupuk, pestisida, zat perangsang pertumbuhan) dan sebagian tenaga kerja luar
Gambar 5.3. Penggunaan Modal oleh Petani Pengguna KKP-E Berdasarkan Gambar 5.3. rata-rata petani pengguna KKP-E menggunakan modal sendirinya berupa peralatan dan lahan. Selain itu modal sendiri juga digunakan untuk memenuhi sebagian dari biaya tenaga kerja luar. Biasanya peralatan dibeli oleh petani sudah sejak sebelum menggunakan KKP-E. Sewa lahan pun dicukupi petani dengan menggunakan modalnya sendiri karena jumlah KKP-E yang diakses tidak besar dan biasanya perjanjian sewa lahan dilakukan pada awal tiap tahunnya. Selain itu, tidak to semua commit user petani menyewa lahan. Beberapa
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petani memiliki lahan sendiri, dimana lahan tersebut sudah dimiliki oleh petani jauh sebelum petani mengajukan KKP-E. Modal KKP-E digunakan petani untuk membeli sarana produksi dan sisanya digunakan untuk membayar tenaga kerja luar. Hal ini pun juga tertuang dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) yang diajukan pada awal pengajuan KKP-E. Hanya saja alokasi dana yang digunakan oleh petani tidak sama persis dengan yang ada di RDKK karena tidak semua petani mengambil sesuai dengan yang tertuang dalam RDKK. Petani umumnya mengambil KKP-E sesuai dengan kebutuhannya saja. Selain itu petani juga memperkirakan sendiri kemampuannya untuk mengembalikan pinjaman berupa KKP-E tersebut. KKP-E sendiri diangsur sebanyak tiga kali dalam setahun dengan sistem yarnen atau bayar setelah panen. Sistem pembayaran ini dinilai memudahkan petani karena pada saat setelah panen lah petani memiliki dana yang cukup untuk mengembalikan pinjaman atau kreditnya. Beberapa alasan yang diutarakan oleh petani dalam memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan KKP-E dapat dilihat pada Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E
Menggunakan KKP-E
Tidak Menggunakan KKP-E
a. Bunga rendah, b. Agunan ringan (tidak menggunakan agunan), c. Persyaratan mudah, d. Kebutuhan usaha tani yang mendesak untuk dicukupi, e. Ikut ketua kelompok tani.
a. Sudah tercukupinya modal yang dimiliki, b. Kurangnya keberanian petani mengambil kredit dari sektor perbankan, dan c. Tidak semua petani mengetahui adanya KKP-E sehingga tidak banyak petani yang mengajukan.
Gambar 5.4. Alasan Petani Menggunakan dan Tidak Menggunakan KKP-E commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persyaratan dalam pengajuan KKP-E relatif mudah. Ketentuan pengajuan KKP-E oleh petani di BRI antara lain: petani menjadi anggota kelompok tani, petani peserta paling kurang berumur 21 tahun atau sudah menikah, bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau penyuluh pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E, memiliki bukti kepemilikan lahan atau surat kuasa garap bagi petani penggarap diketahui oleh kepala desa atau kelompok tani, ada rekomendasi dari PPL atau mitra usaha, tidak memiliki tunggakan kredit, maksimal lahan yang dibiayai 4 Ha dengan jangka waktu maksimal kredit selama 3 tahun, dan ada surat kuasa petani kepada kelompok tani/koperasi. Plafon kredit yang dapat diberikan kepada setiap petani adalah maksimal Rp 50.000.000,00.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis variabel modal penggunaan kredit diperoleh t-hitung sebesar 2,852 lebih besar daripada t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 sehingga variabel penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00 sedangkan apabila tidak menggunakan KKP-E atau hanya menggunakan modal sendiri maka tidak ada tambahan pendapatan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat diketahui bahwa KKP-E memberikan manfaat dan pengaruh terhadap pendapatan petani, namun demikian, belum banyak petani yang mengetahui adanya KKP-E sehingga tidak banyak petani yang mengakses program KKP-E. Hal yang dapat disarankan adalah adanya sosialisasi mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL kepada semua kelompok tani sehingga seluruh petani anggota kelompok tani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit atau bantuan permodalan utamanya KKP-E beserta pengaruh dan manfaatnya dalam pengembangan usaha tani.
commit to user
106
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Antara, Made dan Raka Wija, 1994. Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Optimasi Aktivitas Produksi Usahatani. Studi kasus di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Majalah Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Udayana No 23 XIV. Februari. Denpasar. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Ashari. 2009. Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 27 No. 1 Juli 2009. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. . 2010. Pendirian Bank Pertanian di Indonesia: “Apakah Agenda Mendesak?”. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 8 No. 1 Maret 2010. Aviliani. 2008. Peran BRI dalam Membangun Ekonomi Berbasis Agribisnis yng Tangguh dan Kompetitif. Agrimedia. Vol. 13 No. 1 Juni 2008. Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 10 No. 2 Desember 2011. Bank Indonesia. Jakarta. BRI. 1995. Seratus Tahun Bank Rakyat Indonesia 1895-1995. Humas Bank Rakyat Indonesia. Jakarta. BRI Cabang Karanganyar. 2012. Data Nasabah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar. Data Internal BRI Cabang Karanganyar. Karanganyar. BPS. 2011. Karanganyar Dalam Angka Tahun 2011. BPS Kabupaten Karanganyar. Jawa Tengah. Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Undip. Semarang Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Teknis Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. . 2012. Pedoman Teknis Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Lely, Yenny. 2007. Pengaruh Modal Bergulir terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayur di Kota commit Medan to (Studi user Kasus: Kelurahan Tanah Enam 107
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
Ratus dan Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Manurung, Romulus. 1996. Dampak Kredit Bank Perkreditan Rakyat dalam Meningkatkan Perekonomian Pedesaan (Studi Kasus di Wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali). Jurnal Keuangan dan Moneter. Vol. 3 No. 1 Tahun 1996. Mardikanto, Totok. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian: untuk Mahasiswa dan Peminat Pertanian. PUSPA. Surakarta. _______. 2008. Membangun Pertanian Modern. UNS Press. Surakarta. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. PT Pustaka LP3ES. Jakarta. Panggabean, Riana. 2002. Kerjasama Bank, Koperasi, dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mendukung Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Infokop. Vol. 15 No. 4 Tahun 2002. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisa Data dan Uji Statistik. MediaKom. Yogyakarta. Sanim, Bunasor. 2008. Strategi Pembangunan Pertanian Mengatasi Krisis Global melalui Peran Perbankan (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk). Agrimedia. Vol. 13 No. 1 Juni 2008. Santoso, Dukat dan Alfandi. 2005. Analisis Usaha Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Benih Sertifikasi dan Non Sertifikasi (Studi Kasus di Desa Karangsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon). Jurnal Agrijati. Vol. 1 No. 1 Desember 2005. Sembiring, Warga. 2002. Analisis Peranan Kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Peningkatan Pendapatan Petani di Daerah Tingkat II Kabupaten Karo (Studi Kasus: Unit Bank Rakyat Indonesia Simpang Empat). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan. Setiawan, Rosadi. 2005. Pengaruh Kredit, Luas Lahan dan Penggunaan Pupuk terhadap Laba Bersih Petani Padi di Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Tesis Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Singarimbun, M dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta. Solahudin, Soleh. 2009. Pembangunan Pertanian Awal Era Reformasi. Mardi Mulyo. Jakarta. Sumodiningrat, Gunawan. 2004. Ekonometrika Pengantar. BPFE. Yogyakarta. Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sutrisno, P. H. 1983. Dasar-dasar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta. Syukur, Sumaryanto dan Sumedi. 1998. Kinerja Kredit Pedesaan dan Alternatif Penyempurnaannya Untuk Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor. Sumber Internet: Bank Indonesia. 2012a. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). www.bi.go.id. Diakses pada 19 Maret 2012. . 2012b. Kamus. www.bi.go.id/web/id/Kamus. Diakses pada 19 Maret 2012. BRI. 2012. Sejarah BRI. http://www.bri.co.id/about_sejarah. Diakses pada 10 September 2012.
commit to user