Pengaruh Pembauran Etnis Tionghoa Terhadap Peningkatan Partisipasi Gotong Royong dan Tolong Menolong Pada Masyarakat Mu’sodatun Nikmah ( 08110082 ) Mahasiswa PPKN IKIP Veteran Semarang
ABSTRAK Latar belakang masalah adalah; Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan itu ditandai dengan adanya berbagai macam suku, etnis, budaya yang beraneka ragam yang hidup bersama dalam kelompok masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari terjadi interaksi antar etnis yang berbeda sehingga terjadi pembauran. Pembauran aka terjadi apabila perorangan atau kelompok masyarakat saling bekerja sama, gotong royong , tolong menolong, saling berbicara untuk mencapai tujuan bersama, termasuk masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Diharapkan dengan pembauran ini, terjadi penigkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong dalam masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni; dokumentasi dan angket. (1) Dokumentasi digunakan untuk mengetahui letak, luas,dan batas-batas desa, jumlah penduduk,keadaan sosial budaya dan daa lain sebagai sebagai pendukung penelitian. (2) Angket digunakan untuk mengetahui besarnya skor dari variabel pembauran etnis Tioghoa dan peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong. Teknik analisa data yang digunakan ada dua, yakni; (1) analisa deskriptif persentase, digunakan untuk mengetahui besarnya skor yang diperoleh dari masing-masing variabel dan sekaligus menjawab rumusan masalah, dan (2) analisis korelasi product moment, digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel pembauran etnis Tionghoa dengan peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong dan sekaligus untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Kata Kunci : Etnis Tionghoa, Partisipasi, Gotong royong, Tolong menolong
PENDAHULUAN Terdapatnya suku bangsa dan kebudayaan yanag beraneka warna pada bangsa Indonesia, adalah salah satu sifat dari bangsa Indonesia yang patut dibanggakan, karena dengan keanekaragaman tersebut tidak banyak negara di dunia yang bisa menyamai apalagi melebihinya. Beberapa negara yang memiliki lebih dari satu suku bangsa pada masyarakatnya justru menimbulkan permasalahan dalam perjalanan kehidupan bangsa tersebut. Disinilah kelebihan bangsa Indonesia, aneka warna warga masyarakatnya tidak menimbulkan keresahan yang berarti dalam proses pembauran sehari-hari. Hubungan yang selaras antara suku bangsa dan golongan yang berbeda tetap bisa terjaga dengan baik, sehingga kekayaan sosial budaya yang dimiliki dapat mendatangkan manfaat bagi seluruh masyarakat. Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, kemajemukan itu ditandai oleh adanya berbagai macam suku, etnis, budaya yang masing-masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri, sehinggga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara suku bangsa yang lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
56
suatu wadah masyarakat Indonesia dan berada di bawah naungan sistem nasional dengan kebutuhan nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Usaha untuk memperkokoh persatuan bangsa diperlukan adanya usaha pembauran dari masyarakat yang berbeda suku bangsa maupun dari pemerintah. Proses penyatu paduan untuk menjadikan satu kesatuan bangsa itu dilakukan melalui suatu usaha mewujudkan kesamaam pengertian tentang nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan untuk pembinaan kesatuan bangsa. Selain itu partisipasi gotong royong dan juga tolong menolong antar masyarakat. Adanya faktor keragaman budaya bangsa Indonesia justru tidak boleh dijadikan penghambat atau penghalang untuk terciptanya suatu pembauran dan kerja sama, namun menjadi pendorong untuk bersatu dan menjadi faktor yang akan memperkaya budaya nasional. Oleh karena itu semua ini menuntut adanya kesadaran, pengertian dan kerelaan yang tinggi dari seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Usaha pembauran bangsa yang sekarang sedang digalakkan oleh pemerintah tidak dapat dilepaskan dari masalah pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia ini. Baik pembangunan di bidang fisik maupun sosial budaya. Untuk mencapai pembangunan tersebut, maka dituntut adanya manusia – manusia atau orang-orang yang berfikir maju, mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negaranya. Oleh saat itu kiranya bukanlah saatnya lagi apabila di dalam kehidupan masyarakat baik itu secara perorangan ataupun golongan masih mempertentangkan masalah-masalah antar golongan. Dengan demikian diharapakan cita-cita lahirnya manusia Indonesia baru yang mempunyai wawasan luas akan menjadi suatu kenyataan. Perwujudan pembauran atau yang disebut asimilasi dapat secara kenseptual dilihat sehingga suatu proses hubungan antara dua golongan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama. Sementara itu kenyataan sosial memperlihatkan betapa situasi pembauran dan kesatuan bangsa tersebut masih harus terus ditingkatkan, karena di sana sini masih dirasakan adanya pengotak-kotakan masyarakat kedalam golongan-golongan. Terbukti dari adanya bentuk hubungan sosial antara masyarakat bangsa Indonesia yang masih ditentukan secara kental oleh semangat dan sikap eksklusifisme kesukubangsaan (yaitu merasa lebih unggul dari suku yang lain) keagamaan dan rasial. Pembauran merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia. Dengan kata lain pembauran dapat dilihat sebagai tindakan-tindakan yang saling ditunjukan oleh dan diantara dua orang pelaku atau lebih. Dalam kaitannya dengan proses pembauran masyarakat yang berbeda golongan atau suku bangsa, pembauran merupakan usaha untuk memperkenalkan identitas golongan, suku atau etnis, dan dalam hal ini ada dua faktor yang menonjol yang patut diperhatikan. Pertama, faktor nilai budaya yang sebagian menentukan etnis, kelestarian identitas tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dan berbagai permasalahannya sebagaimana terwujud dalam masyarakat majemuk. Kedua, faktor proses-proses sejarah yang cenderung kembali identitas etnis dari suatu golongan atau memaksanya untuk menerima apa yang ada atau mencari sesuatu identitas etnis yang baru.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
57
Kedua faktor tersebut dapat dilihat sebagai latar belakang dari kebudayaan identitas suku atau etnis, yang tercakup dan terletak dalam sistem-sistem dan kategori sosial yang saling isi mengisi dan dalam dinamika proses-proses sejarah yang telah berlangsung. Dalam tingkatan masyarakat, kurangnya pembauran suatu masyarakat dengan masyarakat lain akan menyebabkan lambannya perkembangan dan partisipasi gotong royong dan tolong menolong dalam masyarakat tersebut. Untuk membuka keterasingan masyarakat tertentu ada berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain membuka komunikasi dan transportasi dari suatu daerah sebenarnya berdampak meningkatkan frekuensi pembauran masyarakat tadi dengan masyarakat yang lain, juga meningkatkan partisipasi gotong-royong dan tolong menolong dalam masyarakat tersebut. Berkaitan dengan pembauran pada golongan etnis yang menetap di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, merupakan satu desa dimana terdapat kelompok pemukiman golongan etnis Tionghoa dan Pribumi, merupakan suatu pemukiman antara golongan etnis yang berbeda-beda, disitulah masyarakat dengan golongan etnis yang berbeda saling bertemu dan bersosialisasi.
TINJAUAN PUSTAKA Pembauran Pembauran bangsa Indonesia merupakan suatu usaha untuk menyatukan suku-suku bangsa dalam masyarakat bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh atau pemaduan masyarakatmasyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa baru, yaitu bangsa Indonesia. Bersatu sebagai satu bangsa tidak hanya berdasarkan kesamaan ras, bahasa, agama, kepentingan atau batasbatas geografi, tetapi berdasarkan pada kesamaan perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dialami di masa lampau, masa kini dan akan dialami bersama lagi di masa depan. Untuk dapat berinteraksi, manusia menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Bahasa adalah alat penting untuk komunikasi, pemeliharaan, penyebaran serta peningkatan aspek dan nilai-nilai hakiki dari budaya bangsa, maka bahasa sering disebut sebagai faktor dominan dari kebudayaan. Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya manusia, sedangkan budaya manusia banyak yang dipengaruhi oleh bahasa. Etnis Tionghoa Secara historis, orang-orang Tionghoa yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung. Di dalamnya terdapat empat bahasa yaitu Hokkien, Te Ochiu, Hakka dan Kanton yang memiliki perbedaan yang tinggi. Para imigran Tionghoa mulai berdatangan ke Indonesia sejak abad ke – 16 sampai ke – 19. Sejarah tradisi Cina atau Tionghoa yang sangat tua dan besar menimbulkan anggapan bahwa Negara Cina adalah merupakan pusat dan pusar budaya dunia. Disebut sebagai negara tengah (Middle Kingdom). Sedangkan negaranegara lain dianggap sebagai negara-negara pinggiran dengan budaya yang inferior. Asumsi ini menempatkan orang Cina dengan tradisi budayanya yang lestari dan teratur sebagai bangsa yang
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
58
paling unggul, beradap dan berbudaya dengan sopan santunnya yang tinggi. Sedang bangsa-bangsa lain diangggap tidak beradap, liar, dan inferior.
METODE PENELITIAN Jenis dan pendekatan penelitian Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang mendasarkan pada perhitungan angka-angka atau statistik dari suatu variabel untuk dapat dikaji secara terpisah-pisah, kemudian dihubungkan. Waktu dan tempat penelitian Waktu penelitian direncanakan pada bulan Februari sedangkan tempat penelitian mengambil lokasi di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Alasan mengambil penelitian di desa tersebut, karena tempat tinggal peneliti tidak jauh dari lokasi penelitian, sehingga akan menghemat tenaga, biaya dan waktu. Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling a. Populasi Populasi adalah seluruh obyek penelitian, yaitu elemen-elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Pendapat lain, populasi adalah seluruh individu yang dijadikan obyek penelitian dan paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan, populasi adalah seluruh jumlah individu yang dimaksudkan sebagai obyek penelitian dan paling sedikit memiliki satu sifat dan karakteristik yang sama. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat etnis tionghoa Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara yang berjumlah 300 orang.Diambil berdasarkan tabel komposisi penduduk menurut umur yaitu umur 15 – 60 tahun. b. Sampel Ketetapan yang diambil untuk sampel adalah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut diatas karena populasinya lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini adalah 15% yaitu sebanyak 45 orang. c. Teknik sampling Teknik sampling adalah cara-cara atau teknik untuk mengambil sampel. Teknik pengambilan sampel agar mencerminkan sifat populasi, maka teknik yang digunakan adalah Random Sampling. Random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
59
memberikan peluang yang sama kepada setiap individu untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Random sampling digunakan sebab dengan random dapat memberikan peluang yang sama kepada semua populasi, sehingga dipandang sampel lebih representatif. Sehingga total sampelnya adalah 45 dari 300 warga Desa Welahan Kecamatan Kabupaten Jepara. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu angket dan dokumentasi. 1. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini angket langsung dan tertutup. Dikatakan langsung, karena angket diberikan langsung kepada responden dan kikumpulkan kepada peneliti waktu itu juga. Sedangkan dikatakan tertutup, karena responden tidak bisa sesuai kehendaknya sendiri, tetapi tertutup (terbatas) dari alternatif jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Penggunaan metode angket ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1) Memberi kemudahan dalam menjawab. 2) Dalam mengerjakan tidak banyak menyita waktu, sebab jawaban telah disedikan. 3) Bagi peneliti lebih mudah untuk menilai atau menganalisa, karena telah diberi kunci jawaban atau alternatif jawaban sebelumnya. 2. Dokumentasi Pertimbangan peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data adalah : dokumentasi merupakan sumber data yang stabil, menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan, data dari dokumentasi mempunyai tingkat keprcayaan yang tinggi akan kebenaran, dokumentasi selalu tersedia di kantor kelurahan dan dokumentasi sebagai sumber data yang kaya untuk memperjelas keadaan atau identitas subjek penelitian sehingga dapat mempercepat proses penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sajian dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase (DP). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang duharapkan dapat menjawab permasalahan yang diajukan, diantaranya adalah pembauran etnis Tionghoa (variabel X) dan peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong (variabel Y). Masing-masing variabel dikupas dengan 10 item pertanyaan, sehingga keseluruhannya ada 20 item pertanyaan, selengkapnya angket terdapat pada lampiran 1. Adapun skor jawaban angket : a = 4, b = 3, c = 2, d = 1, sehingga dalam analisis deskriptif ini bisa ditempuh dengan menggunakan langkah perhitungan masing-masing variabel sebagai berikut :
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
60
a. Menentukan skor maksimal ideal, caranya adalah: jumlah item kali skor maksimal, sehingga: 10 x 4 = 40. b. Menentukan skor minimal ideal, caranya adalah: jumlah item kali skor minimal, sehingga : 10 x 1 = 10. c. Menetapkan kriteria, dalam hal ini peneliti menetapkan ada tiga, yakni : sangat baik, cukup baik, dan kurang baik. d. Menenukan range (r) dengan rumus : Na – Ni
Skor Mak – Skor Min
40 - 10
r = ---------- = -------------------------------- = ---------- = 10 Kriteria
Kriteria
3
e. Membuat tabel rentangan kriteria deskriptif persentase per variabel dengan format seperti berikut ini. Tabel 1. Format Rentangan Kriteria Deskriptif Persentase No. 1. 2. 3.
Rentangan Kriteria Frekuensi Persentase 31 – 40 Sangat Baik 21 – 30 Cukup Baik 10 – 20 Kurang Baik Jumlah 45 100 % Berdasarkan langkah di atas, maka bisa dilakukan perhitungan dan penyelesaian secara deskriptif dari kedua variabel seperti berikut ini. a. Pembauran etnis Tionghoa Pembauran etnis Tionghoa (variabel X) ini dikupas dengan 10 item pertanyaan (item 1 – 10) yang diberikan kepada 45 orang sebagai responden. Rekap rekor jawaban angket tersebut diperoleh seperti pada lampiran 6, kemudian berdasarkan rekap tersebut bisa didistribusikan secara rinci sebagai berikut. Tabel 2. Analisis Deskriptif Pembauran Etnis Tionghoa No. 1. 2. 3.
Rentangan Kriteria Frekuensi Persentase 31 – 40 Sangat Baik 34 75,56% 21 – 30 Cukup Baik 11 24,44% 10 – 20 Kurang Baik Jumlah 45 100% Berdasarkan tabel di atas diketahui kriteria sangat baik diperoleh skor 34 dengan persentase 75,56%, kriteria cukup baik diperoleh skor 11 dengan persentase 24,44%, dan untuk kriteria kurang baik tidak ditemukan dalam jawaban, sehingga bisa dikemukakan bahwa pembauran etnis Tinghoa di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara adalah sangat baik. b. Peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong Variabel peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong (variabel Y) ini juga dikupas dengan 10 item pertanyaan (item nomor 11 -20) yang disebarkan kepada 45 orang
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
61
sebagai responden. Jawaban angket tersebut skornya bisa direkap seperti pada lampiran 7 kolom variabel Y, kemudian didistribusikan secara rinci seperti pada tabel berikut. Tabel 3. Analisis Peningkatan Partisipasi Gotong Royong Dan Tolong Menolong No. 1. 2. 3.
Rentangan Kriteria Frekuensi Persentase 31 – 40 Sangat Baik 31 68,89% 21 – 30 Cukup Baik 14 31,11% 10 – 20 Kurang Baik Jumlah 45 100% Berdasarkan tabel di atas diketahui kriteria sangat baik diperoleh skor 31 dengan
persentase 68,89%, kriteria cukup baik diperoleh skor 14 dengan persentase 31,11%, dan untuk kriteria kurang baik tidak ditemukan dalam jawaban, sehingga bisa dikemukakan bahwa peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara adalah sangat baik. 2. Uji Hipotesis Dalam pengujian hipotesis ini adalah mencari hubungan atau korelasi antara pembauran etnis Tionghoa sebagai variabel X dengan peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong sebagai variabel Y. Berdasarkan angket yang disebarkan 45 orang sebagai responden diperoleh rekapitulasi nilai seperti lampiran 6, kemudian dari lampiran 6 ini bisa dibuat tabel kerja untuk mengetahui hubungan kedua variabel seperti pada lampiran 7. Berdasarkan lampiran 7, maka bisa dilakukan perhitungan untuk mencari hubungan dari kedua variabel dengan menyajikan data sebagai berikut : N = 45
X2 = 50062
X = 1488
Y2 = 43732
Y = 1394
XY = 46703
Dengan demikian proses perhitungan adalah sebagai berikut : a. Garis regresi Persamaan garis regresi adalah : YC = bo+ b1X Dengan metode kuadrat terkecill dapat diperoleh persamaan normal : Y – nb0 – b1X = 0 Dengan persamaan normal ini dapat diperolek harga-harga b0 dan b1 dengan memasukkan harga dalam tabel lampiran 7 dalam persamaan, sehingga diperoleh persamaan : Nilai b0 = 0 1394 – 45 b0 – 1488 b1 = 0 1394 – 1488 b1 = 0 - 1488 b1 = -1394
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
62
b1 = - 1394 -1488 b1 = 0,937 b0 = 0 maka di dapat persamaan garis regresi: Yc = 0 + 0, 937 X b. Standar error of estimate (SY.X) Untuk menghitung Standar error of estimate terlebih dahulu dibuat tabel yang berisikan harga Y, Yc, Y - Yc, dan (Y - Yc)2 seperti pada lampiran 8. Kemudian jumlah harga (Y - Yc) dimasukan dalam rumus : ∑(𝑌−𝑌c )2 𝑛−𝑚
SY.X = √
212,442 44
=√
= √4,828 = 2,197 = 2,18 c. Koefesien korelasi Untuk mencari koefesien korelasi dihitung terlebih dahulu variance dari harga Y. VY2 =
𝑛 ∑ 𝑌 2− ∑𝑌 2 𝑛−(𝑛−1)
=
45 43732 − 1394 2 44
=
1967940 −1943236 44
=
24708 44
= 561,454 r = 1-
𝑆𝑌.𝑋 𝑆𝑌2
=1–
2,18 561
= 1- 0,0038859 = 0,9961141 = 0,996 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh 0,996, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel product moment pada N (subyek) = 45 pada taraf signifikan 5%, diperoleh angka 0,294, sehingga bisa dibuat persamaan matematika : 0,996 > 0,294. Mengingat hasil hitung (r hitung) lebih besar dari angka di dalam tabel (r tabel), maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi, “Ada pengaruh antara
pembauran etnis Tionghoa terhadap peningkatan
partisipasi gotong royong dan tolong menolong pada masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara” diterima.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
63
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan sajian dan analisis data yang telah dilakukan baik pada perhitungan korelasi product moment maupun analisis satu per satu dan deskriptif persentase, maka dapat dilakukan pembahasan seperti berikut ini. 1. Pembauran Etnis Tionghoa Variabel pertama adalah pembauran etnis Tionghoa yang diperoleh skor 34 atau 75,56% dari seluruh responden berjumlah 45 orang dengan kriteria sangat baik, hal ini memberikan indikasi bahwa pembauran etnis Tionghoa pada masyarakat desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara adalah sangat baik. Pembauran secara sosial budaya ini dengan meleburnya budaya para pendatang ke dalam budaya bangsa masyarakat pribumi akan memperkuat kita sebagai bangsa. Bagi mereka yang termasuk ras pendatang seperti etnis Tionghoa juga meleburkan kebudayaan, adat istiadat serta ciri-ciri lainnya ke dalam masyarakat pribumi khususnya yang ada di masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Apabila dilihat dari persentase yang diperoleh sebesar 75,56% ini artinya ada 34 dari 45 orang sebagai responden merasa bahwa pembauran yang mereka lakukan sudah berlangsung baik. Ini dibuktikan dengan tidak ada perbedaan antara etnis Tionghoa dengan pribumi dari kebudayaan, adat istiadat, ras maupun etnis dalam pergaulan sehari-hari sehingga menjadi bagian dari masyarakat.
KESIMPULAN Berdasarkan sajian data dan hasil pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : I. Pembauran etnis Tionghoa pada masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara adalah sangat baik, artinya masyarakat etnis Tionghoa sudah berbaur, melebur menjadi satu dengan masayarakat pribumi. Ini dibuktikan dengan tidak adanya prbedaan rasa tau etnis antara etnis tionghoa dengan pribumi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dukung dengan skor yang didapat sebesar 34 atau 75,56% dari seluruh responden yang berjumlah 45 orang. II. Peningkatan partisipasi gotong royong dan tolong menolong pada masyarakat Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara termasuk sangat baik, dalam arti mereka bisa saling membantu, gotong royong dan tolong menolong sesama warga meskipun berbeda etnis. Hal ini didukung skor yang didapat 31 atau 68,89% dari seluruh responden yang berjumlah 45 orang.
DAFTAR PUSTAKA
Geertz, C. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. Hariyono, P. 1994. Kultur Cina Di Jawa, Pemahman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
64
Hermawati.2006.Unsur Budaya Cina.Semarang: Petraya. Kartini Kartono. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Grafindo Perkasa. Kinarsih, Ayu Windy. 2007. Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Solo. Yogyakarta: FISIPOL UGM. Noordjanah, Andjarwati. 2004. Komunitas Tionghoa Di Surabaya (1970-1996). Semarang: Jateng. Onghokhan. 2009. Riwayat Tionghoa Peranakan Di Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu. Prasetyo, Bambang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Silalahi, Radja. 1984. Analisa. Jakarta: Biro Publikasi CSIS. Soekanto, Seojono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali. Soekanto, Seojono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Strisno Hadi. 2006. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Suharsimi Arikunto. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
65