Tugas Akhir
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Diajukan Sebagai Syarat untuk M encapai Gelar Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh : RINI FAUZIA I0606039
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WLAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS M ARET 2010 i
PENGES AHAN PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN S OLO PARAGON TERHADAP KONDIS I LINGKUNGAN S EKITAR
Disusun Oleh : RINI FAUZIA NIM . I0606039 Surakarta, Juli 2010
Dosen Pembimbing Tugas Akhir :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Ana Hardiana, M T NIP. 196909191994122001
M urtanti Jani Rahayu, ST, M T NIP. 197201172000032001
M engesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS
Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Hardiyati, M T NIP. 195612091986012001
Ir. Galing Yudana, M T NIP. 196201291987031002
Pembantu Dekan I
Ir. Nugroho Djarwanti, M T NIP. 195611121984032007
PROGRAM S TUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUS AN ARS ITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERS ITAS S EBELAS MARET S URAKARTA 2010 ii
PENGARUH PEM BANGUNAN APARTEMEN SOLO PARAGON TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR Nama M ahasiswa : Rini Fauzia NIM : I0606039 Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota Dosen Pembimbing : Ir. Ana Hardiana, M T M urtanti Jani Rahayu, ST. M T Abstrak Dibangunnya apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo Paragon di Kota Surakarta merupakan pembangunan sebagai upaya intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal. Solo Paragon memberikan pengaruh terhadap kecenderungan perubahan baik kondisi fisik, kondisi sosial, maupun kondisi ekonomi warga sekitarnya. Dan terjadi selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai dari berkembangnya isu-isu Solo Paragon dibangun. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fisik terkait kemunculan gejala-gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan menjadi komersil, mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar dan mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar apartemen Solo Paragon. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pertama, dilakukan identifikasi gejala perkembangan, jenis kegiatan komersial yang ada sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun, sebaran lokasi unit-unit perubahan dan pola pemanfaatan lahan yang disajikan secara spasial. Pada tahap akhir, dilakukan identifikasi pengaruh kondisi sosial dan ekonomi warga sekitar terkait adanya pembangunan Solo Paragon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan pemanfaatan lahan komersial memanjang ada bagian periferi (menghadap jalan utama) khususnya Jalan Yosodipuro. Dengan pertambahan sebesar 27 unit untuk kegiatan perdagangan dan sebesar 19 unit untuk kegiatan jasa. Pada aspek sosial, diperoleh bahwa masyarakat sekitar tidak siap menerima kehadrian Solo Paragon karena merasa semakin heterogennya strata sosial sehingga sulit untuk berinteraksi, dan khawatir akan adanya gab/kesenjangan sosial dan infiltrasi kalangan menengah ke atas. Selain itu, khususnya PKL merasa semakin tereduksinya ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. Pada aspek ekonomi, hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja Solo Paragon. Kemudian, dengan adanya pembangunan Solo Paragon dapat mendorong kegiatan usaha ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu, harga lahan menjadi naik sehingga sebesar 22.35% warga sekitar yang mengubah fungsi bangunan menjadi komersil (komersialisasi bangunan). Kata kunci : Solo Paragon, lahan, sosial, ekonomi
iii
MOTTO “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” (Ath Thalaq : 2 – 3) “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-baqarah : 216) “Jangan membuang-buang waktu. Karena ia tak akan bisa diputar kembali” (penulis)
iv
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Papa dan mama tercinta, terima kasih atas dorongan dan doa yang selalu diberikan selama ini. 2. Ketiga kakakku tersayang yang selalu ada saat aku susah maupun senang. 3. Ibu Ir. Ana Hardiana, M T selaku dosen pembimbing I dan Ibu M urtanti Jani Rahayu, ST, M T, yang telah memberikan waktu, arahan dan kesabarannya kepada peneliti selama penyusunan tugas akhir ini. 4. Ir. Galing Yudana, M T, selaku ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. 5. Ir. Widaryatmo, M si dan Ir. Hari Y, M T, selaku dosen penguji. 6. Seluruh dosen PWK UNS atas pengetahuan, wawasan dan motivasi yang diberikan. 7. Teman-teman PWK „06. Untuk my besties Ruli, Isna, Dela, Riri, Isma, Panganti, Ektin dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 8. Seluruh staf dan karyawan/manajemen Solo Paragon, DTK, maupun dinas-dinas lain yang terkait terima kasih atas bantuannya. 9. Seluruh pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam pembuatan Tugas Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT M embalas segala kebaikan Bapak, Ibu, Saudara/i dengan balasan yang lebih baik. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan penulis untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Surakarta, Juli 2010
Rini Fauzia v
DAFTAR IS I
Halaman Judul .....................................................................................................i Lembar Pengesahan .............................................................................................ii Abstrak ................................................................................................................iii M otto .................................................................................................................iv Kata Pengantar.....................................................................................................v Daftar Isi..............................................................................................................vi Daftar Gambar .....................................................................................................viii Daftar Tabel.........................................................................................................x BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Rumusan M asalah........................................................................ 4 1.3 Tujuan dan Sasaran ...................................................................... 4 1.4 M anfaat Penelitian ....................................................................... 5 1.5 Tahapan Penelitian....................................................................... 6 1.6 Batasan Penelitian ........................................................................ 7 1.6.1 Batasan Wilayah Penelitian.............................................. 7 1.6.2 Batasan Waktu Penelitian................................................. 9 1.6.3 Batasan M ateri Penelitian ................................................ 9 1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 9 BAB 2 PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN DALAM PERS PEKTIF TEORI ........................................................................ 11 2.1 Perkembangan kota...................................................................... 11 2.1.1 Proses Perkembangan Spasial Sentripetal........................ 11 2.1.2 Proses Perkembangan Spasial Secara Vertikal................. 11 2.1.3 Dampak Perkembangan Spasial Sentripetal .................... 13 2.2 Lahan .......................................................................................... 13 2.2.1 Definisi Lahan .................................................................. 13 2.2.2 Definisi Pemanfaatan Ruang/Lahan ................................. 14 2.2.3 Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan ................ 14 2.3 Perubahan Sosial .......................................................................... 16 2.4 Teori Nilai Lahan ......................................................................... 19 2.5 Pusat Pertumbuhan ...................................................................... 20 BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 22 3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................. 22 3.2 Jenis Penelitian............................................................................. 22 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................. 23 3.4 3.5
3.6
Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 24 Metode Pengumpulan Data............................................................ 25 3.5.1 T eknik Survey ................................................................... 25 3.5.2 Instrumen Survey............................................................... 26 3.5.3 Desain Survey .................................................................... 27 T rianggulasi Data .......................................................................... 28 vi
3.7
Metode Analisis............................................................................. 28
3.8
Sintesa .......................................................................................... 30
BAB 4 GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ................................. 31 4.1 Kondisi Umum Kota Surakarta.................................................... 31 4.2 Kebijakan Wilayah....................................................................... 33 4.3 Apartemen Solo Paragon.............................................................. 35 4.4 Kondisi Pemanfaatan Lahan ........................................................ 43 4.5 Kondisi Sosial .............................................................................. 61 4.6 Kondisi Perekonomian ................................................................. 67 4.7 Potensi Lingkungan Sekitar Wilayah Studi ................................. 74 BAB 5 ANALIS IS PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN S OLO PARAGON TERHADAP KONDIS I LINGKUNGAN S EKITARNYA ..................................................................................... 77 5.1 Analisis Pengaruh Fisik ............................................................... 77 5.1.1 Gejala Perkembangan Kegiatan ....................................... 77 5.1.2 Jenis Kegiatan Komersial ................................................. 80 5.1.3 Sebaran Lokasi Unit-unit Perubahan ............................... 86 5.1.4 Pola Pemanfaatan Lahan M asing-masing Segmen ........... 90 5.2 Analisis Pengaruh Sosial.............................................................. 98 5.2.1 Kesiapan M asyarakat Sekitar .......................................... 98 5.2.2 Berkurangnya Ruang Publik Bagi M asyarakat – PKL.... 103 5.3 Analisis Pengaruh Ekonomi......................................................... 106 5.3.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sekitar .................................... 106 5.3.2 Usaha Kegiatan Ekonomi Warga Sekitar ......................... 109 5.3.3 Nilai Lahan (Land Value)................................................. 110 5.4 Analisis Integrasi Aspek Pengaruh Fisisk, Sosial, dan Ekonomi ................................................................................ 114 BAB 6 PENUTUP............................................................................................. 118 6.1 Kesimpulan .................................................................................. 118 6.2 Rekomendasi ................................................................................ 120 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 122 Lampiran 1 .......................................................................................................... 124 Lampiran 2 .......................................................................................................... 132 Lampiran 3 .......................................................................................................... 133 Lampiran 4 .......................................................................................................... 138 DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... 143
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 5.1 5.2
Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8
Peta Area Penelitian...................................................................... 8 Proses Perubahan Lahan ............................................................... 20 Peta Kota Surakarta ...................................................................... 31 Lokasi Solo Paragon ..................................................................... 37 Site Plan Solo Paragon Tahun 2007 ............................................. 38 Perspektif Solo Paragon ................................................................ 40 Kost-kostan Dibangun Sebelum Pembangunan Solo Paragon ..... 45 Kost-kostan Dibangun Sesudah Pembangunan Solo Paragon ...... 45 Rumah Sebelum Pembangunan Solo Paragon .............................. 45 Rumah Sesudah Pembangunan Solo Paragon............................... 45 Sarana Pendidikan Sebelum Pembangunan Solo Paragon............ 46 Sarana Pendidikan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ............ 46 Sarana Kesehatan Sebelum Pembangunan Solo Paragon ............. 46 Sarana Kesehatan Sesudah Pembangunan Solo Paragon.............. 46 Toko Sebelum Pembangunan Solo Paragon ................................. 48 Toko Sesudah Pembangunan Solo Paragon.................................. 48 Ruko Baru Sesudah Pembangunan Solo Paragon......................... 48 Pasar Tradisional Nangka ............................................................. 49 Restoran Sebelum Pembangunan Solo Paragon ........................... 50 Kafe Sesudah Pembangunan Solo Paragon .................................. 50 Salon Sebelum Pembangunan Solo Paragon ................................ 51 Salon Sesudah Pembangunan Solo Paragon ................................. 51 Laundry Sebelum Pembangunan Solo Paragon ............................ 51 Laundry Sesudah Pembangunan Solo Paragon............................. 51 Hotel di Jalan Hasanudin .............................................................. 52 Bimbingan Belajar Sesudah Pembangunan Solo Paragon............ 53 Bengkel dan Tambal Ban di jalan Cipto M angunkusumo .......... 54 Kantor Kelurahan M angkubumen ................................................ 54 Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan Solo Paragon.............. 55 Kantor Asuransi Sesudah Pembangunan Solo Paragon................ 55 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar SoloParagon Tahun 2006 ........ 59 Peta Pemanfaatan Lahan Sekitar Solo Paragon Tahun 2010 ....... 60 Peta Ruang Publik PKL di Sekeliling Solo Paragon .................... 66 Diagram Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon ... 75 Bagan Perkembangan Kawasan Penelitian ................................. 79 Peta Jenis Kegiatan Komersial Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon......................................................... 85 Peta Pembagian Segmen di Kawasan Penelitian .......................... 87 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen I ........................ 93 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen II....................... 94 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen III ..................... 95 Peta Kondisi pemanfaatan Lahan Pada Segmen IV ..................... 96 Diagram Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Pertama .............. 100
Rin i F a uz ia │I0606039 viii
Gambar 5.9 Diagram Olah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua .................. 104 Gambar 5.10 Gambar Prosentase Warga yang M enjadi Tenaga Kerja di Solo Paragon ............................................................................. 108 Gambar 5.11 Diagram Kenaikan Harga Tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo Paragon............................................... 112 Gambar 5.12 Diagram Olah Data Kuisioner Aspek Ekonomi ........................... 113
Rin i F a uz ia │I0606039 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8
Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori....................................... 24 Desain Survei Penelitian................................................................... 27 Tahap M etode Analisis..................................................................... 29 Rencana Penggunaan Ruang Kota ................................................... 32 Peruntukan dan Wilayah Pengembangan Kawasan Penelitian......... 34 Tahap Perjalanan Pembangunan Solo Paragon ................................ 36 Identitas Pembangunan Solo Paragon .............................................. 41 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 56 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 57 Jumlah Penduduk Kelurahan M angkubumen................................... 61 Jumlah Penduduk Kelurahan Penumping......................................... 61 Jumlah Penduduk Kelurahan Sriwedari............................................ 62 Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Pertama ................................. 64 Tabel Olah Data Kuisioner Variabel Sosial Kedua.......................... 65 Jumlah PKL Sebelum dan Sesuda Pembangunan Solo Paragon ...... 65 Harga Tanah di sekitar Solo Paragon ............................................... 67 Harga Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo Paragon .............. 68 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan M angkubumen .................................................................................. 69 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Penumping........................................................................................ 70 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Sriwedari ........................................................................................... 70 Jumlah Penduduk M enurut M ata Pencaharian di Kelurahan M angkubumen .................................................................................. 72 Jumlah Penduduk M enurut M ata Pencaharian di Kelurahan Penumping........................................................................................ 72 Jumlah Penduduk M enurut M ata Pencaharian di Kelurahan Sriwedari ........................................................................................... 73 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 82 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ........ 83 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Periferi Pada M asingM asing Segmen ................................................................................. 89 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Enclave Pada M asingM asing Segmen ................................................................................. 90 Olah Data Kusioner Variabel Sosial Pertama................................... 100 Olah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua ..................................... 103 Analisis Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon ..................................................................................... 105 Prosentase Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon ................................................................................. 108 x
Tabel 5.10 Olah Data Kuisioner Aspek Ekonomi .............................................. 113 Tabel 5.11 Hasil Analisis Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori (Kajian Kritis) ............................................................................................... 115
xi
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah
penduduk, maka semakin meningkat pula permintaan kesediaan lahan yang dipergunakan untuk
penyediakan fasilitas sarana prasarana.
Permintaan akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal tersebut gencar dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengadakan pembangunan khususnya upaya intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal dalam hal ini “high rise apartemens” untuk pengkonsentrasian tempat tinggal di pusat kota (Yunus, 2008). Adanya pembangunan dalam suatu kota membawa konsekuensi spasial di kawasan sekitarnya. Selain itu, perkembangan pembangunan perkotaan membawa perubahan pada berbagai aspek baik dari segi lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi. Sebagai dampak globalisasi, perencanaan perkotaan perlu dikembangkan secara interdisiplin untuk mengkaji dampak yang timbul akibat pelaksanaan pembangunan di kawasan
perkotaan
termasuk
mendorong
terjadinya
perubahan
pemanfaatan lahan. Khususnya pembangunan yang berada di area permukiman yang sudah ada sebelumny a. Beberapa tahun belakangan ini pembangunan Kota Solo meningkat drastis. Dibangunnya sejumlah konsep hunian kelas vertikal di Kota Solo dalam rentang waktu yang hampir bersamaan dengan tujuan memfasilitasi masyarakat sesuai perubahan zaman. Kehadiran hunian sekelas apartemen, akan memberikan nuansa lain bagi pertumbuhan warna-warni bisnis properti industri properti kota Surakarta. Dan prospek ekonomi Kota Surakarta dinilai bagus dan pertumbuhan ekonominya terbilang cukup pesat mendorong animo para investor untuk melakukan investasi di kota ini. Rin i F a uz ia │I0606039 1
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mix-use yang di dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun Jawa Tengah secara umum. Dibangun di atas lahan seluas 4,1 hektare dengan tinggi bangunan 24 lantai, Apartemen Solo Paragon merebut julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY. Dengan mengambil lokasi yang cukup strategis, dekat dengan pusat Kota Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan M angkubumen Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas RSUP M uwardi, hunian kelas vertikal pencakar langit ini akan menjadi ikon baru bagi Solo. Pembangunan mix use yang berada di lahan bekas lahan kosong di tengah kota ini berada di BWK VI yang sesuai dengan RUTRK Kota Surakarta tahun 1993-2013, bahwa kawasan ini merupakan peruntukan perumahan dan kawasan komersial sekaligus sebagai kawasan mix use. Sehingga kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Apartemen Solo Paragon semakin menguatkan perda yang ditetapkan tersebut. Usaha-usaha untuk memaksimalkan penggunaan lahan tercermin dari semakin intensifnya pemanfaatan suatu guna lahan. Kegiatan-kegiatan
yang
dianggap
tidak
produktif
dan
tidak
menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan. Perubahan fungsional tersebut, menimbulkan gejala bangkitan lain di dalam perubahan pemanfaatan lahan di sekitarnya seperti munculnya kegiatan ekonomi baru di sekitar Apartemen Solo Paragon (komersialisai bangunan). Saat ini, tidak hanya persil yang menghadap ke koridor jalan utama (bagian periferi) yang telah beralih fungsi menjadi kegiatan komersial, tetapi sudah menerobos persil-persil lainnya di dalam (bagian enclave). Perubahan pemanfaatan lahan ditandai dengan berkembangnya Rin i F a uz ia │I0606039 2
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan dan kesehatan selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai dari berkembangnya isu-isu Solo Paragon dibangun. M uncul area street parking parkir di sepanjang koridor jalan di sekitar cafe atau restoran berada, kemacetan, dan kepadatan bangunan. Bangkitan ini tidak pernah terpikirkan, karena belum terjadi ketika kawasan M angkubumen masih menjadi daerah perumahan. Hal ini terjadi karena guna lahan yang baru (komersial) mendapat pengaruh dari pembangunan Apartemen Solo Paragon. Setelah adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon di kawasan tersebut, diduga harga lahan di sekitarnya cenderung naik. Sehingga merangsang terjadinya persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan yang akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya. Kesiapan
masyarakat
menerima
budaya
apartemen
perlu
dipertanyakan. Perkembangan Kota Solo yang terbilang metropolis sangat berseberangan dengan tradisi masyarakat yang ada. Terlihat bahwa pembangunan Apartemen Solo Paragon ini cenderung bersifat modern di tengah sekelompok masyarakat yang sebelumnya adalah masyarakat yang belum pernah menerima dinamika pembangunan yang menuju ke arah metropolis
ini.
Kecenderungan
ini
dalam
jangka
panjang akan
mempengaruhi pula pada perubahan sosial masyarakat karena adanya infiltrasi orang-orang yang masuk dengan memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas seperti gab antar strata sosial dan pengaruh gaya hidup konsumtif. Dari segi ekonomi, adanya Solo Paragon dijadikan sebagai keuntungan tersendiri bagi berbagai pihak, baik pemerintah, pengembang maupun masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Karena dianggap dapat menunjang ekonomi masyarakat sekitar karena selain membuka lapangan pekerjaan yang memprioritaskan masyarakat sekitar, juga menjadi pusat Rin i F a uz ia │I0606039 3
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
pertumbuhan yang menarik kelompok usaha yang sifat hubungannya memiliki perekonomian
unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah belakangnya (Tarigan, 2005). Konsekuensi dari perubahan pemanfaatan lahan suatu kawasan bisa jadi mempengaruhi pula terhadap kodisi sosial ekonomi masyarakat. Dan hal tersebut diduga karena adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kondisi spasial yang nantinya juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat di lingkungan sekitarnya.
1.2
Rumusan Masalah Berangkat dari kajian teoritis dan kajian empiris, muncul dugaan
permasalahan yang berupa indikasi perubahan pemanfaatan lahan akibat adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon seperti perubahan fungsi bangunan komersial, serta pengaruh sosial dan ekonomi yang dipengaruhi oleh pembangunan Apartemen Solo Paragon. Penelitian
ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan
penelitian yaitu : Bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap
kecenderungan perubahan kondisi fisik, sosial dan
ekonomi masyarakat di sekitarnya ?
1.3
Tujuan dan S asaran Tujuan : Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan akhir penelitian
ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon
terhadap
kecenderungan
perubahan
kondisi
lingkungan
sekitarnya.
Rin i F a uz ia │I0606039 4
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Sasaran : 1. M engidentifikasi gejala perkembangan kegiatan yang terjadi akibat adanya pembangunan Solo Paragon. 2. M engidentifikasi jenis kegiatan komersial sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon. 3. M engidentifikasi sebaran lokasi unit-unit perubahan di sekitar Solo Paragon. 4. M engidentifikasi pola pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon. 5. M engidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar Solo Paragon. 6. M engidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Solo Paragon.
1.4
Manfaat Penelitian M anfaat penelitian ini bagi para pengambil kebijakan maupun bagi
para akademisi adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengembangan keilmuan perencanaan wilayah dan kota, informasi mengenai pengaruh perubahan kondisi fisik dan sosial ekonomi akibat pembangunan Solo Paragon dapat dimanfaatkan sebagai bentuk antisipasi bagi pengembang, pemerintah kota Surakarta dan masyarakat sekitar agar ke depannya dapat lebih terkendali 2. Pada sisi praktis, penelitian ini menghasilkan suatu gambaran mengenai perubahan pemanfaatan lahan, sosial dan ekonomi, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah kota Surakarta khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Rin i F a uz ia │I0606039 5
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
1.5
Tahapan Penelitian
Tema : Pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadaap kondisi lingkungan sekitarnya Latar Belakang : Globalisasi yang terjadi di kota Solo memunculkan adanya salah satu mix use development yaitu Apartemen Solo Paragon. Pembangunan yang terletak di pusat kota Solo tersebut diduga dapat mempengaruhi kondisi spasial di lingkungan sekitar yang terkait pula dengan perubahan kondisi sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar. Rumusan Masalah : Bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap indikasi perkembangan kondisi fisik, sosial dan ekonomi masyarakat di sekitarnya
Rin i F a uz ia │I0606039
PENDAHULUAN
Tujuan dan Sasaran :
Tujuan : Mengetahui bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kecenderungan perkubahan kondisi lingkungan sekitar Sasaran : 1. Mengidentifikasi gejala perkembangan kegiatan yang terjadi akibat adanya pembangunan Solo Paragon. 2. Mengidentifikasi jenis kegiatan komersial sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon. 3. Mengidentifikasi sebaran lokasi unit-unit perubahan di sekitar Solo Paragon. 4. Mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon. 5. Mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon. 6. Mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.
Metodologi : 1. Metode pengumpulan data Survey (primer dan sekunder) Kuisioner dgn teknik sampling Wawancara 2. Metode Analisis Data Metode kualitatif (Deskriptif induktif) 3. Sintesis Data Penarikan kesimpulan berisi pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya
ANALISIS
INPUT Landasan Teoritik : - Teori perkembangan kota - Teori perubahan lahan - Teori perubahan sosial - Teori pusat pertumbuhan dan nilai lahan
Data : Survey primer - Kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan (Observasi lapangan) - Hasil wawancara dengan penduduk sekitar - Hasil kuesioner tentang aspek fisik, sosial, dan ekonomi. Survey sekunder - Data dari dinas terkait - Peta tata guna lahan
Pembahasan penelitian : -
Menganalisis perubahan apa saja yang terjadi baik fisik, sosial maupun di lingkungan sekitar Apartemen Solo Paragon selama tahap pelaksanaan pembangunan
Aspek penelitian :
OUTPUT Output : Pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya
Kesimpulan yang berisi rekomendasi untuk pemerintah, masyarakat, maupun pihak Apartemen Solo Paragon
- Kondisi spasial di sekitar Apartemen Solo Paragon - Kondisi sosial masyarakat sekitar - Kondisi ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon
6
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
1.6
Batasan Penelitian 1.6.1
Batasan Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian ini mempunyai 2 batasan wilayah yaitu : Lokus
: Terdiri atas Kelurahan M angkubumen, Kelurahan
Sriwedari, dan Kelurahan Penumping. Fokus
:
Difokuskan pada wilayah penelitian yang berada di
sekitar Apartemen Solo Paragon, dengan menggunakan batasbatas fisik wilayah penelitian sebagai berikut : • Sebelah Utara : Jalan Hasanudin • Sebelah Timur : Jalan M uwardi, Kelurahan Purwosari • Sebelah Selatan : Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Penumping, Kelurahan Sriwedari • Sebelah Barat
: Jalan Dr. Supomo, Kelurahan Punggawan
Rin i F a uz ia │I0606039 7
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 1.1 Peta Area Penelitian
Rin i F a uz ia │I0606039 8
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
1.6.2
Batasan Waktu Penelitian Batasan waktu penelitian yang dilakukan adalah mulai dari
awal terjadinya isu pembangunan Solo Paragon yaitu tahun 2006 hingga
penelitian
berlangsung yaitu tahun 2010
(sesudah
pembangunan Solo Paragon). 1.6.3
Batasan Materi Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh perubahan
pemanfataan lahan, pengaruh perubahan sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon. Dan kajian terhadap variabel pengaruhnya.
1.7
S istematika Penulisan Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri dari : Tahap 1 Pendahuluan Berisi latar belakang dilakukan studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah studi dan substansi pembahasan, serta sistematika penulisan. Tahap 2 Pengaruh pembangunan apartemen dalam perspektif teori Berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi yang berkaitan dengan pembangunan mix use Apartemen Solo Paragon. Tinjauan pustaka juga menguraikan tentang perkembangan kota, variabel pengaruh yang digunakan
seperti
perubahan
pemanfaatan
lahan,
perubahan sosial dan teori pusat pertumbuhan. Tahap 3 M etode penelitian M embahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis, dan sintesa. Tahap 4 Gambaran umum obyek penelitian M enjelaskan
kondisi
eksisting
berupa
kondisi
pemanfaatan lahan, kondisi sosial dan kondisi ekonomi Rin i F a uz ia │I0606039 9
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Kelurahan mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari secara umum berdasarkan materi pembahasan, kedudukan fungsi kawasan dan potensi lingkungan. Tahap 5
Analisis pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitar Analisis
dilakukan
dengan
terlebih
dahulu
mengidentifikasi karakteristik perubahan kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, analisis pengaruh perubahan pemanfataan lahan, pengaruh perubahan sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat
sekitar
Apartemen Solo Paragon. Tahap 6 Penutup Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan diperoleh dari semua pembahasan dalam studi untuk menjawab
tujuan
yang ingin
dicapai.
Sedangkan
rekomendasi diberikan secara praktis di lapangan atau teoritis yang berupa usulan studi lanjutan kepada pihak yang dituju.
Rin i F a uz ia │I0606039 10
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 2 PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN DALAM PERS PEKTIF TEORI
Untuk mengkaji pengaruh fisik, soial dan ekonomi ari sebuah pembangunan apartemen, terlebih dahulu perlu dipahami tentang teori perkembangan kota, teori lahan, teori perubahan sosial, teori nilai lahan dan teori pusat pertumbuhan. 2.1 Perkembangan kota 2.1.1
Proses Perkembangan S pasial S entripetal
Proses perkembangan spasial sentripetal adalah suatu proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi di bagian dalam kota (the inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahanlahan yang masih kosong di bagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak diantara bangunan-bangunan yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka lainnya. (Yunus, 2008) Perkembangan vertikal adalah bentuk penambahan ruang di bagian dalam kota dengan cara membangun bangunan bertingkat dengan
tujuan
mempeoleh
ruang
yang
lebih
luas
untuk
mengakomodasikan kegiatan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa proses perkembangan spasial sentripetal ini disebut juga proses pengisian ruang-ruang yang kosong (the spatial infilling process/SIP). (Yunus, 2008) Pada umumnya, persyaratan pembangunan yang dilaksanakan sebagian besar sudah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga kesesuaianya dengan konsep tata ruang sangat mudah dilihat. Di bagian pusat kota biasanya akan didominasi oleh perkembangan spasial vertikal dalam wujud bangunan bertingkat banyak (high rise building/multi storied building). Hal ini wajar karena daerah pusat kota merupakan daerah yang mempunyai aksesibilitas fisik paling
Rin i F a uz ia │I0606039 11
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
tinggi dan sekaligus merupakan Central Business District dimana konsentrasi kegiatan ekonomi utama kota berada. (Yunus, 2008) 2.1.2
Proses Perkembangan S pasial S ecara Vertikal
Gejala perkembangan spasial kota secara vertikal adalah proses penambahan
ruang
kota dengan menambahkan jumlah lantai
bangunan pada bangunan tertentu sehingga luas lantai bangunan akan semakin luas seiring dengan bertambah banyaknya lantai bangunan tersebut. (Yunus, 2008) Bangunan-bangunan yang terbentuk adalah bangunan-bangunan bertingkat dari tingkat dua sampai puluhan tingkat yang kemudian terkenal dengan skyscrapers. Oleh karena tingginya bangunan yang menjulang seolah-olah mencapai langit, sehingga dijuluki gedung pencakar langit. Gejala munculnya gedung bertingkat banyak seiring dengan kemajuan di bidang teknologi konstruksi gedung serta makin langkanya ruang di bagian dalam kota untuk mengakomodasikan kegiatan yang terus berkembang. (Yunus, 2008) Penyebab utamanya adalah upaya intensifikasi fungsi di bagian dalam kota, sejalan dengan makin langkanya lahan-lahan kosong dan makin tingginya frekuensi dan volume kegiatan kota. Beberapa pemerintah kota berinisiatif untuk mengadakan revitalisasi pusat kota dengan membangun bangunan-bangunan bertingkat banyak yang tidak semata-mata dimanfaatkan untuk kegiatan komersial, namun juga untuk tempat tinggal. Perkembangan ini telah mengubah struktur tata ruang kota, khususnya di bagian pusat kota yang semula hanya berfungsi sebagai business district, kemudian juga berfungsi sebagai residential district, khususnya pada lantai-lantai bangunan yang berada di bagian paling atas. Sementara itu untuk lantai-lantai di bagian bawahnya berturut-turut adalah perkantoran dan bagian paling bawah adalah kegiatan retailing. Pengaturan pemanfaatan ruang semacam ini sebenarnya berkaitan erat dengan faktor kemudahan untuk mencapai bagian-bagian tersebut. Tinggi rendahnya aksesibilitas fisik pada Rin i F a uz ia │I0606039 12
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
gedung-gedung bertingkat banyak, akan dicerminkan dari jaraknya terhadap permukaan tanah. M akin dekat ke permukaan tanah makin tinggi aksesibilitasnya sehingga makin tinggi pula space rentnya. Persaingan antara berbagai jenis kegiatan untuk menduduki posisi paling ideal tersebut dengan sendirinya akan dimenangkan oleh fungsi dengan kekuatan finansial paling tinggi dan fungsi tersebut adalah fungsi retailing. (Yunus 2002) 2.1.3
Dampak Perkembangan S pasial S entripetal
Secara fisikal, dampak langsung yang dapat diamati adalah adanya suatu kepadatan bangunan (densitifikasi) di bagian dalam kota dimana terjadinya densifikasi bangunan menyebabkan proporsi massa bangunan (solids) kebih besar daripada ruang luarnya (voids). Dan bila
tidak
ada
upaya
manajemen
dapat
mengakibatkan
kerusakan/deteorisasi lingkungan. Kenyataan empiris menunjukkan bahwa proses densifikasi di Indonesia selama ini tidak sepenuhnya terarah dan terkendali (uncontrolled densitification process), sehingga dampak negatif yang tidak diharapkan telah muncul di berbagai kota besar yaitu deteroisasi lingkungan (environmental deteriorisation), khususnya lingkungan permukiman. (Yunus 2008)
2.2 Lahan 2.2.1 Secara
Definisi Lahan umum,
lahan
memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan sumberdaya alam yang lain, yaitu: 1. Lahan mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan sumber daya yang lain, meliputi: a. Lahan merupakan aset ekonomis yang tidak terpengaruh oleh penurunan nilai dan harganya tidak terpengaruh oleh faktor waktu. b. Jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah, kecuali melalui reklamasi. Rin i F a uz ia │I0606039 13
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
c. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut yang tidak dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain. 2. Lahan mempunyai nilai dan harga. 3. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu. 2.2.2
Definisi Pemanfaatan Ruang/Lahan
Pemanfaatan ruang adalah bermacam aktivitas yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan lahan pada suatu wilayah berdasarkan perilaku manusia itu sendiri yang mempunyai arti dan nilai yang berbeda-beda. Wujud pola pemanfaatan lahan berupa pola spasial pemanfaatan ruang, antara lain meliputi penyebaran permukiman, pola alokasi, tempat kerja, pertanian serta pola penggunaan lahan perkotaan dan pedesaan (Jayadinata, 1992). Penentuan (determinan) tata guna tanah dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu (Jayadinata, 1992): 1. Tingkah laku manusia 2. Kosentrasi penduduk (dalam wilayah yang luas) 3. Segregasi (terkumpulnya kelompok homogen) sehingga terpisah dari kelompok lain 4. Sentralisasi
dan
desentralisasi
(terkumpulnya
penduduk
disebabkan oleh prasarana sosial-ekonomi) 5. Dominasi atau hal yang menonjol (misalnya : prestige untuk tinggal di bagian tertentu) 6. Invasi dari kelompok lain yang berbeda dalam keadaan sosial, ekonomi, dan budaya. Jika kelompok baru mengalahkan kelompok lama, hal tersebut di sebut suksesi (penggantian) 7. Kepentingan umum sebagai penentu, meliputi : kesehatan, keamanan, dan moral 8. Kesejahteraan
umum
(termasuk
kemudahan,
keindahan,
kenikmatan) dan sebagainya.
Rin i F a uz ia │I0606039 14
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
2.2.3
Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan
Fenomena perubahan pemanfaatan lahan tidak terjadi pada semua lokasi. Hal ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan (Alit, 2001). Pendekatan teori neoklasik tentang ekonomi dan perubahan lokasi yang dikembangkan oleh Von Thunen (1826), Weber (1929) dan Christaler (1933), mengemukakan bahwa secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya (Alit, 2001). Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan dengan lokasi lainnya, seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas. Perubahan pada suatu lahan dapat dibedakan atas perubahan lahan pada kawasan komunitas seperti kawasan pusat
kota (CBD). Contoh jenis perubahan
pemanfaatan lahan yang terjadi di Kawasan Pusat Kota (CBD) seperti : 1. Dari tanah kosong menjadi : rumah atau tempat tinggal, tempat usaha, tempat tinggal dan tempat usaha. 2. Dari fungsi rumah atau tempat tinggal menjadi : tempat tinggal dan tempat usaha, tempat usaha. 3. Dari gudang menjadi : tempat usaha.
Adanya suatu pembangunan berpengaruh terhadap perubahan spasial wilayah di sekitarnya. dimana faktor-faktor pengaruh perubahan spasial yaitu : (Yunus, 2002) 1. Faktor aksesibilitas Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap pemanfaatan lahan, aksesibilitas dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal. Dalam penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan kepada aksesibilitas fisikal.
Aksesibilitas
fisikal
tidak
lain merupakan tingkat
kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang Rin i F a uz ia │I0606039 15
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
lain. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas rendah terhadap
fisikal yang
penduduk maupun fungsi-fungsi kekotaan.
Akibatnya adalah bahwa daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mengalami perkembangan fisikal yang lebih intens bila dibandingkan dengan daerah yang mempuyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah. 2. Faktor karakteristik pemilik lahan Faktor karakteristk lahan menentukan corak perkembangan spasial di suatu tempat, khususnya akselerasi intensitas perkembangannya. Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk
menjual
lahannya
dibanding
dengan
mereka
yang
mempunyai status ekonomi kuat (Yunus, 2001). 3. Faktor prakarsa pengembang Faktor prakarsa pengembang mempunyai peranan yang kuat pula dalam mengarahkan pengembangan spasial suatu kota. Oleh karena pengembang selalu menggunakan ruang yang cukup luas maka keberadaan kompleks yang dibangun akan mempunyai dampak yang besar pula terhadap lingkungan sekitar. Pada daerah tertentu yang mungkin sebelum dibeli oleh pengembang merupakan lahan yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli oleh pengembang merupakan lahan yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli dan dimanfaatkan pengembang untuk pembangunan kawasan permukiman elit dengan prasarana dan sarana permukiman yang lengkap dan baik, maka daerah yang bersangkutan akan berubah menjadi daerah yang sangat menarik pemukim-pemukim baru maupun bentuk ekonomi. Rin i F a uz ia │I0606039 16
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
2.3 Perubahan S osial Lahan sangat dihargai masyarakat dan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Lahan mempunyai nilai yang tidak dapat direndahkan
begitu
saja
bahkan
oleh
slogan
pembangunan
(Nasution,1993). M enurut Jayadinata (1992) terdapat nilai-nilai dalam hubungannya dengan penggunaan lahan yaitu hubungan dalam bentuk kebiasaan, sikap moral, pantangan, peraturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, dan pola tradisional. Terdapat berbagai pendapat kontradiksi terhadap penggunaan lahan yaitu, di satu sisi menyikapi lahan sebagai komoditi, di lain sisi menganggap lahan sebagai suatu hubungan jiwa dan kehidupan. “space is not a photocopy of society,, it is society. Spatial form and processes are formed by the dynamics of overall social culture” (Castell, 2002)
Kehidupan sosial budaya masyarakaat perkotaan mencakup diferensiasi sosial, pola hubungan sosial, kelompok strategik dan sistem struktur sosial. Ruang sendiri hanyalah materi fisik yang mewadahi kehidupan ekonomi, politik dan sosial budaya masyarakat. Perkembangan kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Perubahan sosial yang berlangsung di tingkat kemasyarakatan menjadi kajian strategik bagi para ahli ilmu sosial. Bahkan pada abad ini dapat
dijadikan
peluang
untuk
memahami
kecenderungan
dan
mengkonfigurasikan kembali tatanan sosial (Sassen,2000) Berkembangnya kajian budaya lokal dengan konfigurasi baru berbagai aspek kehidupan komunitas antara lain gaya hidup, subkultur perkotaan, dan disorganisasi sosial. Selain proses urbanisasi, kemajuan teknologi membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya khususnya interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial.
Rin i F a uz ia │I0606039 17
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Proses lokalitas kota merupakan tarik-menarik yang kompleks antar ruang fisik dan kehidupan sosial budaya. Locality, menunjuk pada sistem sosial lokal, berkaitan dengan ruang yang dialokasikan untuk jenis kegiatan tertentu. Pertambahan penduduk akan mendorong perubahan spasial maupun kehidupan sosial budaya. Proses globalisasi mempengaruhi integrasi dan dis-integrasi perubahan sosial budaya komunitas kota. (URDI, 2005) Stratifikasi merupakan hasil kebiasaaan hubungan antar manusia secara teratur dan tersusun, sehingga setiap orang, setiap saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang lain secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya. M engenai situasi individu dalam kelompok maupun dalam masyarakat luas, F. Znaniecki berpendapat bahwa situasi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi subyektif dan segi obyektif. Subyektif yaitu penilaian pribadi, sesuai interpretasi dan konsep pribadi. Obyektif yaitu penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaannya. Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yang sebenarnya, yang sering tidak diinginkannya. Pembangunan
dan
akibatnya
terhadap
stratifikasi
sosial
dimana
pembangunan menginginkan peningkatan martabat manusia melalui pembangunan dalam segala bidang seperti sesuai dengan pembangunan dalam bidang materi dan nonmateri. Suatu elit akan menerima perubahan kebudayaan, apabila menunjang bahkan mengukuhkan kedudukannya sebagai elit. Sebaliknya suatu elit akan menolak apabila suatu inovasi akan melemahkan kedudukannya yang terhormat dan berkuasa. Dengan sendirinya perubahan akan dinilai dan diteropong oleh elit dari segi kepentingan sosialnya. Ia akan menunjang ide pembangunan apabila pembangunan memperkuat kedudukannya. Akibat dari situasi ketergantungan pembangunan dari sikap mendukung atau tidak dari elit setempat telah menghasilkan pendapat umum bahwa Rin i F a uz ia │I0606039 18
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
memang hasil pembangunan sudah mulai tampak, akan tetapi situasi sosial yang menikmati perbaikan tidak banyak berbeda. Setiap kegiatan pembangunan dan perubahan kebudayaan mempunyai 2 segi : (Rogers dan Shoemaker,1971) a.
M eningkatkan tingkat kehidupan materi dan sosial
b.
M emperluas distribusi perbaikan kehidupan materi dan sosial
2.4 Teori Nilai Lahan M enurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. M akin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat
kota. Namun,
adanya
pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat terjangkau oleh kelompok strata menengah ke bawah (URDI, 2005). M enurut Yunus, 2002, terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value adalah suatu penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya (Yunus, 2002). Berdasarkan konsep highest and best use, maka tingginya harga lahan akan menyebabkan hanya kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan yang digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi, persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya (Yunus, 2002).
Rin i F a uz ia │I0606039 19
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
M enurut Sanggono, 1993, perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Proses perubahan penggunaan lahan kaitannya dengan nilai lahan yang ada dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Guna lahan eksisting
P erubahan nilai lahan
P enyesuaian guna lahan dengan nilai lahan
Guna lahan baru
Gambar 2.1 Proses Perubahan Lahan Sumber : sintesis tinjauan pustaka 2.5 Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah belakangnya. Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan barbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut. (Tarigan, 2005)
Rin i F a uz ia │I0606039 20
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri (Tarigan, 2005) yaitu : 1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya, sehingga apabila
ada
satu
sektor
yang tumbuh, akan mendorong
pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. 2. Ada efek pengganda (M ultiplier Effect) Keberadaan
sektor-sektor
yang
saling terkait
dan
saling
mendukung, akan menciptakan efek pengganda. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan di belakangnya. Karena jika kegiatan berbagai sektor di kota meningkat maka kebutuhan akan tenaga kerja yang dipasok dari daerah belakangnya akan meningkat tajam. 3. Ada konsentrasi geografis Konsentrasi dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan
efisiensi
di antara sektor-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari kota tersebut. 4. Bersifat mendorong daerah belakangnya Antara kota dan daerah di belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan
apabila
konsentrasi
itu
dapat
mempercepat
pertumbuhan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah di belakangnya).
Rin i F a uz ia │I0606039 21
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomologi yang memiliki kebenaran teori empiri sensual, yaitu kebenaran bersumber dari teori yang dibandingkan dengan empiri fakta pada suatu obyek yang spesifik untuk melakukan analisis terhadap obyek yang spesifik pula. Pendekatan pengaruh pembangunan apartement Apartemen Solo Paragon dilakukan dengan pendekatan persepsi masyarakat secara tidak terstruktur serta eksplorasi data primer dari kuesioner secara terstruktur. Pada tahap awal penelitian, terlebih dahulu dirumuskan teori pembatasan lingkup dan definisi secara teoritik yang berkaitan dengan kecenderungan
perkembangan pemanfaatan lahan, pengaruh sosial dan
ekonomi. Selanjutnya, obyek penelitian dilihat secara spesifik dalam konteksnya yang tercakup
dalam konstruksi teoritik yang telah
dirumuskan. Hal ini dilakukan sehingga obyek lebih spesifik sesuai dengan konteks dalam teori namun tetap melihat kesatuan holistik karena pada dasarnya topik yang dibahas saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Keterkaitan tersebut menghasilkan suatu analisa pembahasan yang selanjutnya dengan generalisasi dapat ditarik suatu kesimpulan. Dalam pengumpulan data, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. M etode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (M och. Nazir, 2003). Pengertian lain mengenai metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1982). Survei
Rin i F a uz ia │I0606039 22
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
yang dilakukan diarahkan oleh hasil sintesis tinjauan pustaka dan variabel penelitian.
3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan model penelitian studi kasus (case study). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu peristiwa. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (M och. Nazir, 2003). Studi perkembangan ekonominya.
kasus
dalam
pemanfaatan Analisa
penelitian lahan,
deskriptif
ini
adalah
beserta
pengaruh
digunakan
dalam
menganalisis sosial
dan
memaparkan
perkembangan kegiatan/adaptasi yang terjadi di lapangan sebagai akibat adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon. Selanjutnya diidentifikasi pengaruh sosial dan ekonominya. Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya dirumuskan rekomendasi untuk berbagai pihak, baik masyarakat, pengembang maupun pemerintah. 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah hal yang diteliti yang memiliki ukuran, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penentuan variabel penelitian berdasarkan pada kriteria pengaruh perkembangan pemanfataan lahan, kriteria pengaruh sosial dan kriteria pengaruh ekonomi yang merupakan hasil sistesis tinjauan pustaka. Variabel penelitian dajabarkan dalam Tabel 3.1 berikut :
Rin i F a uz ia │I0606039 23
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 3.1. Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori No
Aspek
1
Fisik
2
Sosial
3
Variabel yang digunakan Perubahan pemanfaatan lahan (Komersialisasi bangunan) Kesiapan masyarakat
Ekonomi
Definisi
Sumber
Penyesuaian untuk kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan yang ada Kesiapan masyarakat dalam menerima kehadiran pembangunan Apartemen dan infiltrasi orang-orang menengah ke atas Berkurangnya ruang T erseleksinya masyarakat publik bagi untuk mendapatkan ruang masyarakat – PKL publik terutama ruang untuk berdagang bagi para PKL
Chapin dan Kaiser, 1999
Penyerapan tenaga kerja setempat
Effendy, 2002 dan T arigan, 2005
Mendorong usaha/kegiatan ekonomi lain Kemampuan terhadap harga lahan/pajak
Memprioritaskan sumber daya manusia yang ada di sekitarnya sebagai tenaga kerja Mencari keuntungan karena faktor kedekatan dengan pusat pertumbuhan Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat
URDI, 2005
Z.W Baihaki, 2005
T arigan, 2005
Yunus, 2001
Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka,2010
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan adaptasi terhadap perkembangan baik dari aspek fisik, sosial dan ekonomi karena faktor Rin i F a uz ia │I0606039 24
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
kedekatan dengan pembangunan Apartemen Solo Paragon. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Nazir, 2003). Untuk memperoleh sampel yang benar-benar representatif, maka teknik sampling yang digunakan harus sesuai. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, yaitu teknik pengambilan Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster Sampling). M etode ini menggunakan unit-unit analisa dalam populasi yang digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut cluster, dan ini merupakan satuan-satuan dimana sampel akan diambil secara acak dan menyeluruh (Effendy, 2002). Jumlah sampel (n) didapatkan dari perhitungan berikut : (Wulandari, 2007) 2
n = N / (1+ N.e ) Dimana : n = jumlah responden N = jumlah populasi e = besarnya toleransi yang digunakan (0,1) Sehingga sampel total responden (n) : N = 600 / (1+ 600. 0.12) = 85
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1
Teknik survey
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data yang bersifat kualitatif, yang diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung (observasi lapangan), studi dokumentasi, wawancara, dan kuisisoner. a. Observasi Pengumpulan data dan informasi dengan cara observasi langsung atau
pengamatan
langsung menggunakan
mata
tanpa
ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tertentu (Nazir, 2003)
Rin i F a uz ia │I0606039 25
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
serta pengukuran-pengukuran langsung di wilayah studi dan juga mengambil dokumentasi berupa foto dari obyek yang diamati. b. Studi Dokumentasi M etode studi dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Data-data yang diambil biasanya berupa data sekunder dari suatu instansi. Data dokumentasi yang dimaksud adalah berupa kebijakan pemerintah terkait penggunaan ruang di wilayah penelitian dan data-data sekunder mengenai gambaran umum Solo Paragon dan kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari. c. Wawancara Pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden. Wawancara ini ditujukan pada warga sekitar Apartemen Solo Paragon yang tinggal di kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari pegawai kantor kecamatan, pegawai Dinas Tata Kota (DTK), dan pihak developer Apartemen Solo Paragon. d. Kuisioner Kuisioner berisi daftar pertanyaan yang sudah disiapkan dengan jawaban yang terbatas atau diarahkan. M etode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi atas pengaruh pemanfaatan lahan, pengaruh sosial dan pengaruh ekonomi di wilayah penelitian akibat pembangunan Apartemen Solo Paragon. 3.5.2
Instrumen S urvey Kuesioner yang dibuat memuat 2 bagian yang saling terkait, yaitu :
1. Data responden, meliputi : a. Jenis kegiatan (pemilik tanah; toko; restoran; jasa; lembaga keuangan;
kantor
bisnis/profesional; pemilik kost-kostan,
pedagang kaki lima; masyarakat Kota Surakarta, dll) b. Lokasi (segmen-segmen yang mengelilingi Apartemen Solo Paragon) Rin i F a uz ia │I0606039 26
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
c. Segmen (utara; selatan; barat dan timur Apartemen Solo Paragon, sampai pada lingkup se-Kota Surakarta) 2. Tabulasi kuisioner, yaitu : mengolah hasil kuisioner yang diperoleh dari responden. Data dari kuisioner tersebut seperti kondisi yang dipengaruhi, yaitu penilaian kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang terkena pengaruh. Baik penilaian secara langsung oleh subyek (peneliti) maupun tidak langsung berdasar persepsi obyek (masyarakat).
3.5.3
Desain S urvey
Tabel 3.2 Desain Survei Penelitian No
Tahap Penelitian
Kegiatan dan Data yang Dibutuhkan
1
Pengumpulan data
Data penggunaan ruang di dalam Solo Paragon Data fisik pembangunan Solo Paragon Kebijakan-kebijakan dari pihak pengembang Apartemen Solo Paragon Pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon
Metode O
D √
W
Sumber Data K Manajemen Solo Paragon
√
Manajemen Solo Paragon
√
Manajemen Solo Paragon
√
Peta Kelurahan Mangkubumen, KelurahanPenumping, Kelurahan Sriwedari sebelum dan sesudah pembangunan Solo Paragon
√
Peta tata guna lahan Kelurahan Mangkubumen,
√
Peneliti dan dibantu peta tata guna lahan kelurahan Kantor Kelurahan Mangkubumen, Kantor Kelurahan Penumping, Kantor Kelurahan Sriwedari Kantor Kelurahan Mangkubumen,
Rin i F a uz ia │I0606039 27
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Kelurahan Penumping, Kelurahan Sriwedari
Monografi penduduk
√
Kebijakan dari pemerintah terkait pembangunan Apartemen Solo Paragon Data PKL di sekitar Solo Paragon RUT RK Surakarta
√
Data harga tanah
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah pendapatan penduduk Data tenaga kerja (mata pencaharian)
Kantor Kelurahan Penumping, Kantor Kelurahan Sriwedari Kantor Kelurahan Mangkubumen, Kantor Kelurahan Penumping, Kantor Kelurahan Sriwedari Dinas T ata Kota
√
PKL sekitar Solo Paragon Bappeda Surakarta Pajak Bumi dan Bangunan Masyarakat sekitar (sampel penelitian) Kantor Kelurahan Mangkubumen, Kantor Kelurahan Penumping, Kantor Kelurahan Sriwedari
Sumber : Peneliti, Tahun 2010
3.6 Trianggulasi Data Lexy J M oleong (1995) : “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu.” Trianggulasi dalam penelitian diperlukan untuk menghilangkan kesan subyektivitas peneliti dalam menentukan pengaruh dari tiap Rin i F a uz ia │I0606039 28
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
variabel. Trianggulasi ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner kembali kepada para stakeholder. 3.7 Metode Analisis M etode analisis digunakan untuk mengkaji data-data yang diperoleh dari hasil survei primer dan sekunder dengan meriver dari berbagai teori yang digunakan sesuai variabel yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. M etode yang digunakan untuk menganalisis yaitu dengan menggunakan metode kualitatif : M enggunakan metode deskriptif-induktif untuk menjelaskan hasil analisis pengaruh perubahan pemanfataan lahan, pengaruh sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon. Tabel 3.3 Tahap Metode Analisis Tahap
Menganalisis pengaruh kondisi fisik sesuai dengan variabel yaitu Perubahan pemanfaatan lahan (komersialisasi bangunan) di sekitar Solo Paragon tahun 2006 (sebelum pembangunan Solo Paragon) dan tahun 2010 (setelah pembangunan Solo Paragon)
Variabel Gejala perkembangan kegiatan
Keterangan Melihat perubahan pemanfaatan lahan dan bangunan komersial berdasarkan periode masa penelitian.
Metode Deskriptif induktif
Jenis kegiatan komersial
M enganalisis kegiatan komersial sebelum pembangunan apartemen Solo Paragon dan sesudah pembangunan apartemen Solo Paragon dan memetakan kecenderungan
Deskriptif induktif dengan pemetaan
perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di wilayah studi Sebaran lokasi Melihat perkembangan pemanfaatan unit-unit lahan berdasarkan lokasi perubahan pembangunan masing-masing unit kegiatan komersial tiap segmen. Pola pemanfaatan Diamati dalam sebuah analisis yang lahan sekitar akan menghasilkan suatu pola. Pengamatan perubahan pemanfaatan lahan di wilayah penelitian terdiri dari segmensegmen yang mengelilingi apartemen Solo Paragon.
Deskriptif induktif
Deskriptif induktif dengan pemetaan
Rin i F a uz ia │I0606039 29
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Analisis kondisi sosial masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon sebelum dan sesudah pembangunan Solo Paragon
Analisis kondisi ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon sebelum dan sesudah pembangunan Solo Paragon
Kesiapan masyarakat sekitar
Berkurangnya ruang publik bagi masyarakat – PKL Penyerapan tenaga kerja setempat Mendorong usaha/kegiatan ekonomi lain
Kemampuan terhadap harga lahan/pajak
Menganalisis bagaimana kesiapan masyarakat dalam menerima kehadiran apartemen Solo Paragon akibat intervensi sosial pada lingkungan mereka Menganalisis reduksi ruang publik secara kualitas maupun kuantitas bagi masyarakat khususnya PKL
Pengolahan hasil kuisioner/ wawancara
Pengolahan hasil kuisioner/ Wawancara Menganalisis bagaimana praktek Pengolahan penyerapan tenaga kerja pada warga hasil sekitar oleh pihak apartemen Solo kuisioner/ Paragon wawancara Menganalisis bagaimana Pengolahan masyarakat melakukan adaptasi hasil berupa usaha perekonomian kuisioner/ terhadap keberadaan apartemen wawancara Solo Paragon Menganalisis kecenderungan sikap Pengolahan warga sekitar dalam menghadapi hasil lahan/bangunan milik mereka kuisioner/ wawancara
Sumber : Peneliti, Tahun 2010
3.8 S intesa Sintesa berupa penarikan kesimpulan dari hasil proses analisa yang telah dilakukan dan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
Rin i F a uz ia │I0606039 30
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 4 GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kota S urakarta Kota Surakarta berada di propinsi Jawa Tengah dengan letak yang strategis karena diapit oleh 3 kota besar seperti Yogyakarta Semarang, dan Surabaya. Kota Surakarta notabene adalah kota budaya yang kental dengan
adat budaya Jawa dan bangunan-bangunan tradisional di dalamnya. Namun,
seiring perkembangan
jaman Kota Surakarta maju dan
berkembang menjadi kota yang modern.
Sumber : Bappeda Kota Surakarta, 2009
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta
Letak yang strategis ini, mempengaruhi perkembangan Kota Surakarta dengan segala potensi yang dimilikinya yaitu sebagai kota perdagangan dan jasa. Penduduk mayoritas Kota Surakarta bermata pencaharian sebagai pedagang, dan didukung dengan banyaknya sentrasenra industri batik dan pusat-pusat perdagangan batik yang cukup besar di Kota Surakarta.
Rini F a uz ia │I0606039
31
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Kepadatan penduduk di Kota Surakarta tersebar tidak merata. Di Kota Surakarta bagian selatan memiliki kepadatan yang tinggi, sedangkan di kota Surakarta bagian utara masih memiliki kepadatan yang sedang bahkan rendah. Kepadatan yang tinggi disebabkan karena terdapat banyak penduduk pendatang dari sekitar Kota Surakarta (hinterland) yang melakukan aktifitas pekerjaan pada kawasan tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya kantor-kantor, perdagangan, jasa, hotel, bank dan lainlain yang berada pada pusat pertumbuhan kota. Disamping itu kota Surakarta bagian selatan memang merupakan pusat pertumbuhan kota yang pertama. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, semakin besar pula kebutuhan penyediaan pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan. Padahal kenyataannya, lahan sifatnya tetap. Tetapi
kebutuhan akan guna lahan perumahan lah yang menjadi
peruntukan paling besar. Penyediaan perumahan juga dibutuhkan oleh warga dari hinterland yang cenderung ingin tinggal di dekat dengan pusat kota atau pusat kegiatan. Oleh karena itulah penyediaan apartemen Solo Paragon ini dianggap sebagai ide yang tepat untuk menjawab kebutuhan akan perumahan di Kota Surakarta. Berikut adalah jumlah prosentase tingkat penggunaan ruang untuk hunian di Kota Surakarta yang menjadi prosentase terbesar di antara penggunaan ruang yang lain :
No
Tabel 4.1 Rencana Penggunaan Ruang Kota RT URK 1993-2013 PENGGUNAAN RUANG KOT A Ha %
1.
Wisata – Budaya
99,09
2,25
2.
Olah Raga
79,27
1,80
3.
Jasa Wisata
55,05
1,25
4.
Perdagangan
264,24
6,00
5.
Perkantoran Komersial
44,04
1,00
6.
Perkantoran Pemerintah
77,07
1,75
7.
Pendidikan
253,23
5,75
8.
Fasilitas Sosial
121,11
2,75
Rini F a uz ia │I0606039
32
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
9.
Fasilitas T ansportasi
44,04
1,00
10.
Industri
85,88
2,00
11.
Perumahan
2.642,44
60,00
12.
Ruang T erbuka
22,02
0,50
13.
Fasilitas Khusus
11,01
0,25
14.
Lain-lain
605,58
13,70
4.404,07
100,00
Jum lah
Sumber : RTUTRK Dati II Surakarta Tahun 1993-2013
4.2 Kebijakan Wilayah Kawasan Solo Paragon merupakan kawasan mix use antara kawasan permukiman, kawasan komersial (perdagangan dan jasa), pariwisata dan olah raga. Sesuai dengan ketentuan dalam RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013 bahwa kawasan Solo Paragon adalah kawasan mix use sehingga dengan adanya Solo Paragon yang bersifat mix use ini, dan perkembangan fisik yang terjadi di sekitarnya mendukung dan sangat relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya. Sesuai dengan ketentuan dalam RUTRK kota Surakarta tahun 1993-2013 bahwa kawasan Yosodipuro adalah kawasan komersial sekaligus sebagai kawasan mix use yang sangat padat. Sehingga kemunculan fasilitas sub sektor apartemen sangat relevan dan sesuai sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya. Sehingga kelak Solo Paragon dicanangkan memiliki peran bagi kawasan di sekitarnya dalam peningkatan wujud kawasan pada khususnya dan peningkatan perekonomian bagi Kota Surakarta pada umumnya. Lokasi sebuah properti khususnya apartemen, kondotel dan mall juga sangat mempengaruhi terhadap nilai jual lahan di sekitarnya kelak. Sehingga hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi warga sekitar yang memiliki lahan dekat dengan letak Solo Paragon. Di samping itu, dengan adanya Solo Paragon selain untuk memenuhi
Rini F a uz ia │I0606039
33
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
kebutuhan hunian Kota Surakarta dan luar Kota Surakarta, tetapi juga sebagai tujuan investasi para pelaku bisnis. Kota Surakarta yang kini berkembang dengan kekuatan sentrasentra batik yang dimiliki, menjadikan kota tersebut menarik para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk datang ke Kota Surakarta. Sehingga harapan pemerintah Kota Surakarta selain menjadikan Kota Surakarta adalah kota pariwisata dengan memiliki sejarah dan budaya sebagai nilai lebih, dengan hadirnya Solo Paragon di Kota tersebut akan bersinergi saling tarik menarik dan saling mendukung satu sama lain. Seperti yang diungkapkan Kepala Sub Bidang Dinas Tata Kota: “Kota Surakarta adalah sebuah kota, bukan desa, sehingga yang namanya kota itu sifatnya dinamis. Cocok jika ada apartemen masuk ke sini, cocok juga untuk berinvestasi. Selain itu dengan adanya Solo Paragon, banyak wisatawan dan investor yang datang, akan mendukung adanya aset yang kita tonjolkan yaitu sentra-sentra batik” (Kasubbid DTK)
Secara administratif, kawasan Solo Paragon mencakup 3 Kelurahan yaitu Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. Dimana peruntukannya seperti yang disebutkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Peruntukan dan Wilayah Pengembangan Kawasan Penelitian Kelurahan
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)
Wilayah (Kecamatan)
Fungsi Kegiatan
T itik Pertumbuhan
Mangkubumen
IV
Banjarsari
Permukiman, perdagangan dan jasa (Mix Use)
Penumping
IV
Laweyan
Pariwisata dan Olah raga
Mix use pada Kawasan Solo Paragon Perdagangan, jasa, perkantoran pada koridor Jalan Slamet Riyadi
Rini F a uz ia │I0606039
34
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Sriwedari
IV
Pariwisata dan Olah raga
Laweyan
Perdagangan, jasa, perkantoran pada koridor Jalan Slamet Riyadi
Sumber : RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013
4.3 Apartemen S olo Paragon Sejarah awal kawasan Solo Paragon dahulunya yaitu berupa RSUP Dr. M uwardi yang berdiri sejak jaman Belanda sampai dengan jaman orde baru tahun 1996 dan kemudian dipindah tangan ke Ibu Tin Soeharto yang rencananya
akan diganti nama dengan Yayasan Harapan Kita khusus
untuk jantung. Namun belum sempat itu terjadi, beliau Ibu Tin Soeharto sudah meninggal dunia. Ketika Tahun 1996 terjadi krisis moneter global di Indonesia, RSUP ini dipindah ke Kecamatan Jebres. Lalu tanah seluas ± 4 Ha tersebut dijual dan dibersihkan sampai menjadi tanah kosong. Sampai pada sekitar tahun 1998, datang suatu perusahaan besar Citraland yang hendak membeli tanah tersebut dan akan dibangun mall. Namun, karena pada tahun itu nilai dolar tinggi, rupiah menurun drastis, harga-harga bahan bangunan melambung tinggi, dan kondisi p erekonomian negara tidak stabil/colabse, maka terjadi dead lock terhadap pihak Citraland karena tidak mampu lagi melanjutkan proyek pembangunan mall tersebut. Padahal proses pembangunan sudah sampai pada pemasangan tiang pancang. Sampai pada akhirnya tahun 2000 tanah itu menjadi rata selama bertahun-tahun. Sampai pada akhirnya di tahun 2006, masuklah 2 pengusaha raksasa PT. SUNINDO GAPURA PRIM A dan SUN M OTOR yang tertarik untuk saling bekerja sama membangun tanah seluas ± 4 Ha tersebut untuk dibangun resort apartemen, kondotel, life style mall dan city walk yang menjadi satu kesatuan dan dinamakan Solo Paragon. M elihat Kota Surakarta yang perekonomiannya semakin menggeliat baik, skala nasional bahkan sampai dengan skala
Rini F a uz ia │I0606039
internasional. Itulah yang menjadi
35
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
pertimbangan utama perusahaan tersebut untuk mengadakan pembangunan ini demi prospek investasi yang baik sampai beberapa tahun ke depan. Saat ini awal tahun 2010 perkembangan pembangunan Solo Paragon sampai pada tahap penyelesaian apartemen dan kondotel, dan kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan mall beserta city walk yang rencananya akhir tahun ini akan selesai. Itupun untuk apartemen sendiri sudah hampir 90% terjual oleh warga Kota Surakarta sendiri maupun orang-orang dari luar Kota Surakarta yang hendak menetap disitu maupun hanya sekedar untuk melakukan investasi saja.
Tabel 4.3 Tahap Perjalanan Pembangunan Solo Paragon Waktu Awal tahun 2006
Aktivitas Presiden
direktur
memutuskan
untuk
Chandra
T ambayong
membangun
bangunan
dengan konsep mix use Solo Paragon April 2008
Masyarakat menerima kehadiran Solo Paragon baik pro maupun kontra
Akhir 2008
T ahap perijinan Solo Paragon selesai
Juni 2008
Meluncurkan contoh unit apartemen
Pertengahan 2008 Mei 2009
Pembangunan Solo Paragon mulai berjalan Beberapa
unit
kamar
apartemen
selesai
dikerjakan Akhir 2009
Hampir 90% unit apartemen laku terjual
Akhir 2010
Ditargetkan pembangunan ini akan selesai pada akhir tahun 2010 nanti
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Rini F a uz ia │I0606039
36
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Solo Paragon terletak di lokasi yang cukup strategis, dekat dengan pusat
Kota Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan
M angkubumen Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas Rumah Sakit Umum Dr. M uwardi. Lokasi yang strategis karena letak Solo Paragon yang juga berada di bagian barat-selatan Kota Surakarta yang mana kawasan tersebut merupakan pusat pertumbuhan utama Kota Surakarta. Selain itu, mudah untuk dijangkau dari arah manapun karena dihubungkan dengan jalan-jalan kolektor seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan yosodipuro dan Jalan Ciptomangunkusumo.
Gambar 4.2 Lokasi Sol o Paragon
Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mixed-use yang di dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun Jawa Tengah secara umum. Solo Paragon memiliki kemudahan dari tiga titik akses masuk dari jalan utama, yaitu : Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yosodipuro, Jalan Dr Cipto M angunkusumo. Apartemen Solo Paragon dengan 24 lantai atau setinggi 84 meter ini mendapatkan julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY. Bangunan ini
Rini F a uz ia │I0606039
37
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
dicanangkan akan menjadi bangunan termegah di Kota Surakarta dan menjadi salah satu ikon kota. Sementara ini dari data yang diperoleh dari M anajemen Solo Paragon tahun 2010, terdapat 4 tower untuk apartemen dan hotel (yang sekarang ini baru 1 tower yang selesai dibangun) dan sisanya adalah mall dan city walk. Berikut ini adalah gambar Site Plan Solo Paragon tahun 207 :
Gambar 4.3 Site Plan Solo Paragon Tahun 2007
Untuk ke empat tower tersebut, setiap lantai peruntukannya sama antara satu tower dengan tower lain dengan rincian sebagai berikut. Dari 24 lantai, apartemen dan hotel yang sudah dipasarkan adalah pada : Lantai 1 – lantai 8
: Apartemen
Lantai 9 – lantai 18
: Hotel
Lantai 18 – lantai 24 : Apartemen (belum beroperasi)
Rini F a uz ia │I0606039
38
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Blok lainnya adalah peruntukan life style mall dan city walk yang dijadikan sebagai pusat wisata kuliner yang menyuguhkan berbagai macam makanan. Selain penjualan apartemen yang fantastis, penjualan Citywalk dan Mall Solo Paragon juga mendapat respon yang sama. Banyak tenant yang telah dan akan bergabung seperti KFC, A&W, Solaria, Nakamura, Ja Co Fitness, Dunkin Donuts, Stroberi, Kafe Gelare, Batik Keris, Cammomile, Nav Karaoke, Yogen Fruit, Baby Snoopy, Es Teller 77, Bakso Lapangan Tembak, Simplicity, Hammer, ADIDAS, Sport Station, M C Games, Luwak Cafe, Carrefour, dan lain lain. Keunggulan Solo Paragon terletak pada konsep dan fasilitasnya yang lengkap dan modern, di antaranya Lagoon Pool, Jogging Track, M ini Golf, Children Play Ground, Fitness & Spa, Laundry, Function Hall, dan 24 Hours Security System (CCTV & M agnetic Card). Dengan konsep termegah serta fasilitas terlengkap dan termodern, Solo Paragon akan menjadi
kebanggaan
masyarakat
Solo
dan
Jawa
Tengah.
Solo Paragon akan memiliki sebanyak 440 unit hunian, yang terdiri dari 220
unit
apartemen
dan
220
kondominium
hotel
(kondotel).
Proyek apartemen ini merupakan hunian yang serba praktis bagi masyarakat. Pasalnya, semua fasilitas, antara lain supermarket, “city walk” yang menyajikan layanan kuliner dengan waktu yang lebih panjang dan berbagai fasilitas kelas hotel bintang lima sudah tersedia. Dengan berdirinya Solo Paragon, perkembangan bisnis properti juga tidak akan mengalami penurunan, sebaliknya justru justru akan semakin meningkat. Apalagi, pertimbangan tingkat keamanan, letak yang strategis dan praktis menjadikan aset yang dipunyai semakin memiliki nilai jual yang lebih, seperti properti di Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
39
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.4 Gambar Perspektif Solo Paragon
Solo Paragon dipegang oleh Chandra Tambayong pemilik PT. Gapura Sunindo Prima yang bekerja sama dengan Sun M otor. M anajemen Solo Paragon telah melakukan finalisasi tender pembangunan Solo Paragon
dengan menunjuk M anajemen Kontruksi (Tripanoto Sri
Konsultan), Konsultan Arsitek (Indomegah), Konsultan Struktur (Davy Sukamta & Partners), M &E Konsultan (M etakom Pranata), dan Quality Surveyor (Reka Griya M itra Buana). Sebelum Solo Paragon, Gapura Prima Group hadir sebagai pengembang Surakarta Grand M all dan Pusat Grosir Surakarta. Sunindo Primaland Group merupakan pemilik Hotel Novotel Surakarta, Hotel Ibis Surakarta, Hotel Grand M ercure Jogja, dan Hotel Novotel Semarang.
Rini F a uz ia │I0606039
40
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
M anajemen Solo Paragon mempercayakan kepada Harris Hotel untuk memegang residence baik apartemen maupun kondotelnya. Ini merupakan pilihan yang tepat, mengingat Harris Hotel terkenal dengan keahliannya
di
bidang
residence
terutama pengalamannya dalam
mengelola hotel-hotel sebelum hadir di Surakarta. Seperti Harris Resort Batam, Harris Tuban Bali, Harris Resort Kuta Bali, dan Harris Hotel Tebet Jakarta. Untuk Kota Surakarta, akan hadir dengan nama Harris Hotel dan Residences Surakarta. Harris Hotel dan Residences Surakarta agak berbeda dengan di daerah lain. Selain areal Solo Paragon lebih luas dan lay out yang bervariasi, hunian modern di Surakarta ini menggabungkan servis sub sektor apartemen dengan life style mall dan city walk.
Klien
Tabel 4.4 Identitas Pe mbangunan Solo Paragon PT . Sunindo Gapura Prima (Gapura Prima & Sun Motor Group)
Alamat
Jalan. Yosodipuro no. 135, Surakarta
Luas Lahan
41.000 m 2
Luas Bangunan
99.043 m 2
Arsitek
Architect Indomegah
Struktur
Davy Sukamta & Partners
Mekanikal & Elektrikal
PT . Metakom Pranata
Manajemen Konstruksi
PT . T rianoto
Pengelola
Harris Hotel
O perational Director,
Budianto Wiharto
President Director, Chandra T ambayong Rencana mulai beroperasi
awal 2010 oleh Harris Hotel dan Residences Surakarta
Konsep
mix used development yang menggabungkan Resort Apartment, Citywalk & Lifestyle Mall,
TARGET Pembangunan
selesai pada akhir tahun 2009 nanti
Rini F a uz ia │I0606039
41
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Perizinan
TDP (11.16.1.52.01428), SIUP (517/0454/PK/IV/2008), Rekomendasi Ketinggian Bangunan dari AU (B/394/IV/2008), Izin Gangguan Tempat Usaha. (503/0412/B10/HO/IV/2008), Advice Planning Untuk Ketinggian 84 mtr (660/062/B10/AP/IV/2008), No Pendaftaran IMB (601/484/L-05/IV/2008), Surat Ketetapan Retribusi IMB (601/2431/L05/IV/2008).
HARGA
Dimulai dari harga 250 juta pada grand opening untuk tipe paling kecil dan untuk cicilan 6 jutaan per bulan dan cicilan 42 kali tanpa DP dan tanpa bunga
Fasilitas
Lagoon Pool, Jogging T rack, Mini Golf, Children Play Ground, Fitness & Spa, Laundry, Function Hall, dan 24 Hours Security System ( CCT V & Magnetic Card )
Sumber : Manajemen Solo Paragon
Dari tahap awal untuk tanggung jawab perijinan proyek terhadap pemerintah Kota Surakarta selesai, pihak Solo Paragon juga melakukan pendekatan atau sosialisasi kepada warga beserta wakil masyarakat. M ereka melakukan perijinan untuk mendirikan bangunan tersebut dengan konsekuensi yang dibebankan kepada warga sekitar yaitu kebisingan, debu, dan lain-lain. Dengan terpaksa, warga sekitar mengiyakan konsekuensi tersebut, karena memang proyek tetap berjalan. Namun pihak Solo Paragon tetap memberikan uang ganti rugi kepada tiap ketua RT sebesar 10 juta rupiah yang kemudian unuk dibagikan secara adil kepada warga terutama yang paling parah kerugiannya. Seperti pada kutipan hasil wawancara berikut : “Pihak Solo Paragon, pada awalnya menjanjikan kepada warga Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari khususnya yang menjadi kawasan Solo Paragon dengan memberikan uang sebesar 10 juta rupiah lewat ketua RT, yang nantinya
Rini F a uz ia │I0606039
42
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
diserahkan pada masing-masing rumah-rumah yang dekat dengan Solo Paragon” (Kepala Kelurahan mangkubumen)
Berdasarkan pernyataan ketua RW 5 Kelurahan M angkubumen, rencananya Solo Paragon yang terletak dalam 3 Kelurahan ini akan menjadi bagian dari Kelurahan M angkubumen RW V dengan penambahan membentuk RT sendiri yakni RT V. Sehingga untuk identitas penduduk yang nantinya hendak pindah dan menjadi penghuni di apartemen Solo Paragon akan menjadi bagian dalam Kelurahan M angkubumen dan di data menjadi warga kelurahan tersebut.
4.4 Kondisi Pemanfaatan Lahan S ekitar S olo Paragon Kelompok jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon, penggunaan lahannya didominasi oleh permukiman dan terdapat sedikit perdagangan jasa pada bagian periferi (menghadap jalan utama). Kawasan tersebut belum ramai dan kurang hidup berbeda dengan kondisi sekarang setelah pembangunan apartemen Solo Paragon berjalan. Karena semenjak ada isu-isu akan dibangunnya apartemen Solo Paragon, masyarakat berlomba untuk mengadakan kegiatan komersial yang dekat
dengan
keberadaan
apartemen Solo Paragon. Kondisi pemanfaatan lahan saat ini meliputi kegiatan permukiman, perdagangan,
jasa,
perkantoran,
dan
lain-lain
yang
umumnya
mengelompok di sepanjang periferi Jalan Yosodipuro yakni di sebelah utara Solo Paragon, sedangkan pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman mengelompok di bagian enclave kawasan Solo Paragon. Secara umum pola pemanfaatan lahan di kawasan Solo Paragon yang terbentuk saat ini cenderung mengikuti pola jaringan jalan berdasarkan tingkat aksesibilitasnya. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan komersial pada umumnya mengelompok pada jaringan jalan kolektor,
Rini F a uz ia │I0606039
43
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
sedangkan pemanfaatan lahan untuk permukiman cenderung berkembang pada jalan lingkungan. Adapun jenis pemanfaatan lahan di kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon antara lain : 1. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman Sebelumnya
perumahan
di
kawasan
penelitian
adalah
peruntukan yang dominan. Karena sebelum RTRW 1993-2013 ditetapkan, peruntukan di Kelurahan M angkubumen adalah peruntukan perumahan. Sehingga terdapat rumah-rumah yang mendominasi kawasan tersebut. Sekarang ini, sebagian rumah-rumah warga pada bagian periferi terdapat guna lahan permukiman dengan rumah-rumah lama/kuno, yang sudah ada dari jaman dahulu, dan kini sebagian mereka mengubah fungsi bangunan rumah mereka atau mengalami “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama (permukiman) menjadi fungsi baru (komersial). Sedangkan untuk guna lahan permukiman pada kawasan Solo Paragon hanya dijumpai pada bagian enclave di dalam kampung-kampung yang sejak dahulu terbentuk secara sendirinya. Namun sekarang banyak yang meengubah fungsi bangunannya menjadi kost-kostan. Seperti yang dikutip dalam hasil wawancara berikut : “Namun tetap, ada hal positif yang diterima warga, yakni warga banyak yang mulai melakukan adaptasi dengan cara membuka kost-kostan baik untuk para pekerja kasar/kuli, dan karyawan Solo Paragon nantinya. Sejauh ini, warga lumayan diuntungkan dengan adanya kost-kostan. dan kini semenjak adanya pembangunan Solo Paragon, banyak warga yang membuka kost-kostan di rumah mereka”(Ketua RW V Kelurahan M angkubumen)
Rini F a uz ia │I0606039
44
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.5 Kost-kostan Dibangun Sebelum Pembangunan Solo Paragon
Gambar 4.6 Kost-kostan Dibangun Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.8 Gambar 4.7 Rumah Sebelum Pembangunan Solo Rumah Sesudah Pembangunan Solo Paragon Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
2. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pendidikan Selain dominan kawasan perumahan, juga dominan dengan kawasan pendidikan. Banyak sekali sarana pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi baik formal maupun swasta. Kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon, muncul pendidikan-pendidikan swasta yang baru dibangun di kawasan tersebut. Berikut adalah contoh gambar sarana pendidikan di sekitar Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
45
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.9 Sarana Pendidikan Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.10 Sarana Pendidikan Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
3. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan kesehatan memang banyak terdapat sarana kesehatan mulai dari rumah sakit, apotek, praktek dokter sampai dengan klinik kesehatan. Terdapat
Rumah Sakit
swasta yang terletak di Jalan
Ronggowarsito tepatnya di sebelah selatan Solo Paragon yaitu RS PKU M uhammadyah. Sebelah utara Solo Paragon kini terdapat klinik kesehatan dan bermacam-macam apotek. Berikut adalah gambar Klinik kesehatan di sebelah utara Solo Paragon:
Gambar 4.11 Sarana Kesehatan Sebelum Pembangunan Solo Paragon
Gambar 4.12 Sarana Kesehatan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
4. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa Zona pada Jalan Yosodipuro sebelum adanya pembangunan Solo Paragon merupakan kawasan mix use mulai dari
Rini F a uz ia │I0606039
46
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
perdagangan, jasa, perkantoran, sarana kesehatan dan lain-lain. Dan kini, semenjak adanya pembangunan Solo Paragon zona ini terlihat mengalami kecenderungan komersialisasi yang terus meningkat pertumbuhannya di masa yang akan datang. a. Toko dan Ruko Pada periferi zona Jalan Yosodipuro memiliki keragaman jenis toko jika ditinjau dari jenis barang dagangannya. Antara lain : mini market, toko alat jahit, toko kain, toko barang-barang elektronik, toko furniture, toko perlengkapan rumah tangga, showroom, dan kios-kios maupun warungwarung kecil lainnya. Toko tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk sekitar Kelurahan namun cakupan pelayanannya sampai p enduduk se Kota Surakarta. Toko tersebut muncul setelah adanya perubahan wujud kawasan di sekitar zona Jalan Yosodipuro setelah adanya pembangunan Solo Paragon yang dahulunya merupakan kawasan mati. Keberadaan toko dan warung di Jalan Yosodipuro bagian timur sebagai akibat adanya kawasan pendidikan TK – SD dan berseberangan dengan Rumah Sakit sehingga lebih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan murid dan penjenguk pasien. Dan masih banyak pula toko yang berada di sepanjang Jalan Dr. M uwardi, diantaranya toko pakaian, toko buku, toko makanan, dan lain-lain. Di sepanjang jalan Dr. M uwardi memang selain menjadi kawasan kompleks pendidikan, tetapi pada malama harinya kawasan tersebut berubah menjadi kawasan kuliner di malam hari. Ini merupakan salah satu potensi bagi perkembangan sekitar Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
47
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.13 Toko Sebelum Pembangunan Solo Paragon
Gambar 4.14 Toko Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Sumber : Peneliti, 2010
Sumber : Peneliti, 2010
Untuk ruko, sebelum pembangunan Solo Paragon terdapat satu ruko yang belum terisi/tersewa. Kini ruko-ruko menjamur di sekitar Solo Paragon. Ruko-ruko ini dijumpai di sebelah barat Solo Paragon, terletak pinggir jalan Yosodipuro dan sebagian lain di dalam gang kecil. Kegiatan ini berkembang dan tetap ramai walaupun area parkirnya tidak begitu luas. Seperti yang tertera pada Gambar 4.15 di bawah ini.
Gambar 4.15 Ruko Baru Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
b. Pasar Satu-satunya pasar yang letaknya dekat dengan Solo Paragon
dan
satu-satunya
pasar
milik
Kelurahan
M angkubumen adalah Pasar Nangka. Pasar tradisional
Rini F a uz ia │I0606039
48
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
tersebut sudah lama berdiri di Kota Surakarta. Cakupan pelayanannya sampai pada tingkat kota. Namun jalan di sekitar pasar itu berupa jalan kecil yang sekaligus dipergunakan sebagai lahan parkir. Sehingga walaupun jalan di sekitar pasar dibuat one way, tetap terjadi kemacetan di sekitar pasar. Berikut adalah Gambar 4.16, Pasar Tradisional Nangka.
Gambar 4.16 Pasar Tradisional nangka Sumber : Peneliti, 2010
c. Restoran Untuk restoran, sebelum pembangunan Solo Paragon jarang dijumpai di sepanjang jalan khususnya jalan arteri sekunder (jalan utama). Kini setelah pembangunan Solo Paragon, resrtoran berkembang dan banyak dijumpai pada sepanjang Jalan Yosodipuro dan sepanjang Jalan Dr. M uwardi. M ulai dari restoran, cafe, sampai dengan warung makan dan PKL yang berdagang makanan di pinggir jalan. Jenis restoran sebelum Solo Paragon dibangun tepatnya pada Jalan Cipto M angunkusumo dan cafe sesudah Solo Paragon dibangun seperti pada Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 di bawah ini :
Rini F a uz ia │I0606039
49
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.17 Restoran Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.18 Kafe Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
d. Laundry dan Salon Kegiatan laundry dan Salon banyak dijumpai di sekitar Solo Paragon, baik sebelum pembangunan itu berlangsung maupun sudah berlangsung. Ini dikarenakan daerah tersebut menjadi lokasi yang strategis untuk mendirikan laundry dan salon. Dan untuk kegiatan salon terus berkembang di sekitar Solo Paragon ini dengan sasaran menengah ke atas. Sehingga membentuk pandangan bahwa sekitar Solo Paragon menjadi sentra beraneka macam salon. Pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.20 di bawah ini adalah gambar salon yang ada sebelum pembangunan Solo Paragon dan sesudah pembangunan Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
50
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.19 Salon Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.20 Salon Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Sedangkan Gambar 4.21 dan Gambar 4.22 adalah gambar laundry yang sebelum Solo Paragon dibangun sudah ada di jalan Hasanudin, dan gambar laundry yang baru-baru ini dibangun setelah pembangunan Solo Paragon di Jalan Yosodipuro.
Gambar 4.21 Laundry Sebelum Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Gambar 4.22 Laundry Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
e. Perhotelan Banyak terdapat hotel di sekitar kawasan penelitian yang dari awal sebelum Solo paragon berdiri, hotel-hotel itu sudah ada. Seperti hotel Agas dan hotel Suka M arem. Dan ada pula hotel yang dibangun setelah Solo Paragon ada seperti hotel De Solo. Dan dari berbagai level mulai dari hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang tiga.
Rini F a uz ia │I0606039
51
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Berikut gambar hotel-hotel yang berada di sekitar Solo Paragon sebelum Solo Paragon berdiri seperti pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23 Hotel di jalan Hasanudin Sumber : Peneliti, 2010
f. Bimbingan Belajar Berhubung daerah sekitar Solo Paragon juga merupakan kawasan dekat dengan kawasan pendidikan, sehingga untuk kegiatan bimbingan belajar kian menjamur di daerah tersebut. Dahulunya banyak dibangun bimbingan belajar di sepanjang Jalan Dr. M uwardi, namun kini semenjak Solo Paragon dibangun, muncul lagi bimbingan belajar yang berada di sebelah utara dan barat Solo Paragon. Selain
Bimbingan
Belajar
yang
menitikberatkan
pendidikan, ada pula tempat kursus untuk mengasah skill di dunia model yang letaknya di ruko sebelah barat Solo Paragon. Salah satu bangunan Bimbingan Belajar sesudah Solo Paragon berdiri yang terletak di sebelah utara Solo Paragon tepatnya di Jalan Yosodipuro dapat dilihat pada Gambar 4.24.
Rini F a uz ia │I0606039
52
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.24 Bimbingan Be lajar Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
g. Praktek Dokter Praktek dokter sering ditemui di sekitar kawasan Solo Paragon, baik di sepanjang periferi maupun di kawasan perumahan dan permukiman di belakang koridor (enclave). Konsumen dari praktek dokter adalah masyarakat di sekitar kawasan
penelitian,
khusus
untuk
dokter spesialis
jangkauan pelayanan telah mencapai masyarakat di luar wilayah studi.
h. Bengkel dan tambal ban Belum terdapat bengkel resmi atau yang bersifat formal di daerah sekitar Solo Paragon, yang ada hanya bengkel informal di pinggir-pinggir jalan kolektor sekunder dan sudah ada sebelum SOlo Paragon dibangun. Seperti pada Gambar 4.25 berikut ini :
Rini F a uz ia │I0606039
53
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.25 Bengkel dan Tambal Ban di Jalan Cipto Mangunkusumo Sumber : Peneliti, 2010
i. Kegiatan jasa lainnya Kegiatan jasa lainnya yang dimaksud adalah kost-kostan, jasa privat mengemudi mobil, warnet, wartel, dan lain-lain yang ditemui di seluruh wilayah penelitian.
5. Pemanfaatan lahan untuk perkantoran a. Perkantoran pemerintah Perkantoran Pemerintah yang terdapat di wilayah studi antara
lain
:
Perkantoran
M angkubumen)
dan
Pemerintah Kantor
(Kantor Dinas
Kelurahan Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop). Salah satu bangunan perkantoran pemerintah dapat dilihat pada Gambar 4.26.
Gambar 4.26 Kantor Kelurahan Mangkubumen Sumber : Peneliti, 2010
Rini F a uz ia │I0606039
54
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
b. Perkantoran swasta Perkantoran Swasta yang dimaksud adalah perkantoran bisnis dan profesional, antara lain berupa : kantor notaris, kantor
pengacara
yang
berada
di
bagian
enclave
(permukiman), dan kantor keuangan atau finence, kantor ticketing penerbangan pesawat terbang, dan lain-lain yang tersebar di bagian periferi koridor Jalan Yosodipuro. Salah satu perkantoran yang berkembang di wilayah studi sesudah Solo Paragon dibangun dapat dilihat pada Gambar 4.27.
Gambar 4.27 Kantor Keuangan Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
c. Bank Untuk kegiatan Bank, hanya terdapat 1 kantor cabang saja yaitu LIPPO BANK, karena peruntukan bank lebih dominan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi atau di sebelah selatan Solo Paragon. Karena memang perkembangan untuk kegiatan Bank berada di Jalan utama Kota Surakarta yaitu Jalan Slamet Riyadi. Sementara ini juga terdapat ATM yang terletak di depan Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
55
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
d. Asuransi Terdapat satu asuransi yang letaknya di Jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Wora Wari. Untuk kegiatan asuransi, dapat dilihat pada Gambar 4.28.
Gambar 4.28 Kantor Asuransi Sesudah Pembangunan Solo Paragon Sumber : Peneliti, 2010
Berdasarkan hasil olah data proporsi kegiatan komersial (perdagangan, jasa, pendidikan, perkantoran dan kesehatan) pada bagian periferi sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No
Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan
1.
Perdagangan Sebelum T oko elektronik T oko kelontong T oko furniture T oko pulsa T oko alat jahit T oko mesin foto copy Showroom motor -
Jumlah
Rini F a uz ia │I0606039
T oko T oko T oko T oko T oko T oko T oko T oko T oko T oko
Sesudah pakaian pulsa wallpaper boneka tas elektronik makanan kelontong minimarket buku
Jumlah Bangunan Sebelum 1 8 1 5 1 1 1 18
Sesudah 3 6 1 2 1 2 4 5 2 1 27
56
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
2.
3
4
5
Jasa dan Kost-kostan Sebelum Sesudah Laundry Laundry Salon Salon Kost-kostan Pelatihan setir mobil Wartel Kost-kostan Penjahit Warnet Foto copy Kursus keterampilan Rias pengantin Percetakan Jumlah Pendidikan Sebelum Sesudah TK Sekolah swasta SD Bimbingan belajar SMP Bimbingan belajar Jumlah Perkantoran Sebelum Sesudah Kantor kelurahan Kantor asuransi Kantor notaris Kantor cabang Kantor notaris Jumlah Kesehatan Sebelum Sesudah Praktek dokter Praktek dokter Apotek Apotek Klinik bersama Jumlah
Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 3 4 2 4 3 1 1 7 1 1 1 1 1 1 11 19 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 1 2 2 3 2 1 6 5 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 1 3 5 2 5 6 10 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 4 7 1 4 1 5 12
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan. Di bawah ini adalah proporsi kegiatan komersial pada bagian enclave sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun di wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Rini F a uz ia │I0606039
57
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 4.6 Proporsi Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No
Jenis Kegiatan &Fungsi Bangunan
1.
Perdagangan
2.
3
4
5
Sebelum Sesudah T oko kelontong T oko kelontong T oko furniture T oko makanan T oko pulsa T oko pulsa Jumlah Jasa dan Kost-kostan Sebelum Sesudah Laundry Laundry Salon Salon Kost-kostan Kost-kostan Wartel Kursus keterampilan Rias pengantin Percetakan Jumlah Pendidikan Sebelum Sesudah TK Sekolah swasta SD Bimbingan belajar Jumlah Perkantoran Sebelum Sesudah Kantor notaris Kantor notaris Jumlah Kesehatan Sebelum Sesudah Praktek dokter Praktek dokter Apotek Apotek Jumlah
Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 11 13 1 4 3 5 15 22 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 5 3 3 2 5 4 2 1 1 14 9 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 1 1 1 1 2 2 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 5 4 5 4 Jumlah Bangunan Sebelum Sesudah 2 4 1 1 3 5
Sumber : Hasil Olah Data, Tahun 2010
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon mengalami pertambahan. Berikut ini adalah peta yang menunjukkan guna lahan atau pemanfaatan lahan yang ada di sekitar Solo Paragon pada tahun 2006 (sebelum ada isu pembangunan Solo aragon) dan tahun 2010 (sesudah pembangunan Solo Paragon) :
Rini F a uz ia │I0606039
58
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.29 Peta Pemanfaatan Lahan S ekitar S olo Paragon Tahun 2006
Rini F a uz ia │I0606039
59
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4.30 Peta Pemanfaatan Lahan S ekitar S olo Paragon Tahun 2010
Rini F a uz ia │I0606039
60
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
4.5 Kondisi S osial Dengan mengambil batas area yang tercakup dalam 3 Kelurahan yaitu Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. M aka dicantumkan data monografi tiap-tiap keluarahan tersebut sesuai kebutuhan penelitian diantaranya seperti jumlah penduduk dan migrasi penduduk sebelum pembangunan Solo Paragon (tahun 2006) dan sesudah pembangunan Solo Paragon (tahun 2009). Berikut tabel monografi penduduk, migrasi dan mutasi penduduk tiap -tiap kelurahan tahun 2006 dan tahun 2009 :
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Mangkubumen Tahun 2006 Tahun 2009 No Perincian (Sebelum) (Sesudah) 1 Jumlah penduduk awal bulan 9798 9894 2
Kelahiran
8
12
3
Kematian
5
7
4
Pendatang
8
19
5
Pindah
6
19
9803
9899
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan M angkubumen tahun 2009 adalah sebesar 9899 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak penduduk yang datang, tetapi banyak pula yang pindah dari kelurahan tersebut selama kurun waktu 3 tahun. Berikut adalah tabel yang menunjukkan angka jumlah penduduk di Kelurahan bagian dari letak solo Paragon, Kelurahan Penumping :
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kelurahan Penumping Tahun 2006 Tahun 2009 No Perincian (Sebelum) (Sesudah) 1 Jumlah penduduk awal bulan ini 5553 5611 2
Kelahiran
Rini F a uz ia │I0606039
2
3
61
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
3
Kematian
3
2
4
Pendatang
4
3
5
Pindah
7
14
5549
5621
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan Penumping tahun 2009 adalah sebesar 5621 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak penduduk yang pindah ke luar kelurahan tersebut. Selanjutnya adalah tabel yang menunjukkan angka jumlah penduduk kelurahan yang menjadi bagian lain dari letak solo Paragon, Kelurahan Sriwedari : Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kelurahan Sriwedari Tahun 2006 Tahun 2009 No Perincian (Sebelum) (Sesudah) 1 Jumlah penduduk awal bulan ini 5252 5287 2
Kelahiran
3
4
3
Kematian
4
2
4
Pendatang
4
3
5
Pindah
11
13
5244
5279
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2006 dan Tahun 2009
Jumlah penduduk keseluruhan di Kelurahan Sriwedari tahun 2009 adalah sebesar 5279 jiwa. Dapat dilihat bahwa terjadi cukup banyak penduduk yang pindah ke luar kelurahan tersebut. Ketiga kelurahan tersebut membentuk suatu organisasi yang terbentuk karena menjadi satu bagian Solo Paragon. Salah satu organisasi sosial warga sekitar Solo Paragon yang aktif dan menamakan dirinya M PS yakni kepanjangan dari M angkubumen Penumping Sriwedari. Yang mana ketua ormas tersebut sekaligus menjadi tangan kepercayaan pihak pengembang. Rumpun paguyuban M PS dibentuk sejak tahun 2006 atau
Rini F a uz ia │I0606039
62
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
awal pembangunan Solo Paragon. M ereka semakin solid dan intens keterlibatannya semenjak adanya pembangunan Solo Paragon. M asingmasing warga Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari mengikutsertakan diri mereka sebagai salah satu anggota paguyuban M PS ini. Terkait pembangunan Solo Paragon, M PS dijadikan warga sebagai tangan panjang warga untuk mengeluarkan pendapat, pro maupun kontra. Begitu juga sebagai wadah yang menampung keluhan-keluhan warga selama masa pembangunan yang kemudian lewat
M PS akan disampaikan langsung kep ada pihak
manajemen Solo Paragon. Karakteristik
sosial
kemasyarakatan
disini
mencakup
tata
pergaulan di masyarakat yang berupa aktivitas sosial budaya dan mobilitas penduduk yang mencakup mobilitas dalam kawasan maupun mobilitas luar kawasan. Karakteristik sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh mata pencaharian masing-masing penduduk. Status sosial warga yang bertempat tinggal khususnya pada bagian periferi di sekitar Solo Paragon rata-rata penduduk dengan status sosial tinggi. Dan untuk yang bertempat tinggal pada bagian enclave, rata-rata hanya penduduk dengan status sosial biasa atau sedang. Sehingga masyarakat yang mempunyai status sosial tinggi, kebanyakan memiliki sifat individualistis. Dikarenakan status ekonomi mereka yang tinggi pula dibanding lainnya. Akan tetapi, masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan permukiman dengan status sosial sedang, mereka kebanyakan masih melakukan
interaksi sosial
dengan baik, mau bergaul dengan sesama tetangga, dan rukun antar warga. Terkadang mereka sering mengadakan gotong royong untuk kepentingan bersama, seperti kepentingan kebersihan, kesehatan, dan hanya sekedar bersosialisasi bersama. Awal pembangunan Solo Paragon, pihak pengembang juga sering melibatkan warga sekitar dalam setiap acara, seperti olah raga bersepeda bersama, acara peresmian Solo Paragon, dan lain-lain.
Rini F a uz ia │I0606039
63
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Karena Solo Paragon yang dominan terletak di RW V Kelurahan M angkubumen ini rencananya akan membentuk RT sendiri yakni RT V, sehingga hal itu membuat semakin banyaknya jumlah penduduk di Kelurahan M angkubumen dan semakin menambah kepadatan penduduk di kelurahan tersebut. Namun warga sekitar merasa tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon dan mengkhawatirkan adanya kesenjangan antar kelas
masyarakat
di
lingkungan
mereka.
Warga
sekitar
merasa
karakteristik sosial dan adat istiadat calon penghuni apartemen berbeda dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Sehingga kesiapan warga sekitar dalam menerima kehadiran apartemen Solo Paragon diperoleh hasil sebagai berikut ini.
Tabel 4.10 O lah Data Kusi oner Variabel Sosial Pertama Variabel Masyarakat tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon
Jawaban Setuju T idak setuju
Jumlah 63 22
Jumlah responden
85
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Sebelum Solo Paragon dibangun, lahan kosong seluas ±4 Ha tersebut menjadi ruang publik bagi masyarakat sekitar. Biasanya anakanak warga sekitar khususnya RW 02 menggunakannya untuk sarana bermain. Tetapi kini ruang gerak mereka merasa dibatasi, lahan tersebut dipagari dan dijaga ketat. Khususnya bagi PKL yang dulunya berjualan di sekitar lahan Solo Paragon. Namun kini mereka para pedagang kaki lima tersebut kehilangan lokasi strategis mereka untuk berjualan seperti biasanya, karena lahan di sekitar Solo Paragon kini dibersihkan dari PKL. Sehingga mereka tidak dapat lagi secara bebas berjualan di sekitar lokasi proyek karena adanya penggusuran dari pihak Solo Paragon dan pihak pemerintah Kota Surakarta. Walaupun pada kenyataannya sebagian dari mereka masih ada yang nekat berjualan selama pembangunan berjalan.
Rini F a uz ia │I0606039
64
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Dari hasil survey yang dilakukan, maka diperoleh hasil olah data kuisioner variabel sosial yaitu tereduksinya ruang publik bagi masyarakat sekitar khususnya bagi PKL yang tertera dalam tabel berikut.
Tabel 4.11 O lah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua Adanya Solo Paragon mengakibatkan tereduksinya ruang publik bagi PKL
Jawaban Setuju T idak setuju Jumlah responden
Jumlah 52 33 85
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Jumlah dan sebaran lokasi ruang publik yang dinikmati oleh masyarakat
sekitar khususnya PKL bermacam di setiap lokasi.
Berdasarkan data kelurahan yang diperoleh, jumlah PKL yang berjualan di wilayah penelitian dapat ditabulasikan dalam tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.12 Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No Lokasi Sebelum Sesudah 1 Sepanjang Jalan Yosodipuro 21 17 2 Sepanjang Jalan Hasanudin 13 13 3 Sepanjang Jalan Dr. Muwardi 18 20 4 Sepanjang Jalan Cipto Mangunkusomo 10 4 5 Sepanjang Jalan Sutomo 5 1 6 Sepanjang Jalan Mawar 7 8 7 Sepanjang Jalan Dr. Supomo 6 6 8 Sepanjang Jalan Arumndalu 4 1 Jumlah 84 70 Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2010
Dari tabel di atas, menunjukan penurunan jumlah PKL yang berada di jalan-jalan yang mengelilingi lahan Solo Paragon seperti Jalan Yosodipuro, Jalan Cipto M angunkusumo, Jalan Sutomo, dan Jalan Arumndalu. Berikut ditunjukkan peta ruang publik PKL yang berjualan di sekitar terbanyak yakni di sekeliling lahan Solo Paragon. Seperti pada gambar 4.31, peta ruang publik PKL di sekeliling Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
65
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 4. 31 Peta Ruang Publik PKL di S ekeliling S olo Paragon
Rini F a uz ia │I0606039
66
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
4.6 Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian warga sekitar apartemen Solo Paragon bermacam-macam mulai dari tingkat ekonomi menengah ke bawah sampai dengan menengah ke atas. Dan dari data yang diperoleh, mengalami kenaikan harga tanah dari tahun ke tahun. Ditambah dengan adanya Solo Paragon membuat harga tanah di sekitarnya melambung tinggi. Sehingga di antara mereka banyak yang justru menjual tanah milik mereka, mengontrakkan, atau dipertahankan karena menganggap tanah mereka adalah aset yang sangat berharga. Seperi pernyataan dalam wawancara berikut ini : “Tanah milik pribadi saya juga naik, demikian juga dengan harga pajak bumi dan bangunannya (PBB). Warga lain pun juga mengakui hal itu. Kenaikan harga tanah kami sekarang di RW 5 Kelurahan Mangkubumen yang bagian dalam sekitar 3 juta rupiah/meter. Dan harga pajak terakhir yang saya bayarkan sekitar 500.000 ribu rupiah” (Ketua RW V Kelurahan M angkubumen)
Berikut Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 adalah data harga tanah di sekitar Solo Paragon yang terbagi menjadi 2 antara di bagian periferi dan bagian enclave :
Tabel 4.13 Harga Tanah di Sekitar Solo Paragon
1
Periferi
Harga (per meter) Sebelum Ada Solo Paragon ± 2 juta rupiah
2
Enclave
± 1 juta rupiah
No
Klasifikasi
Harga (per meter) Sesudah Ada Solo Paragon ± 4-5 juta rupiah ± 2-3 juta rupiah
Sumber : Hasil Olah Data BPN, Tahun 2010
Rini F a uz ia │I0606039
67
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 4.14 Harga Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo Paragon No
Klasifikasi
1
Periferi
2
Enclave
Harga (per meter) Sebelum Ada Solo Paragon ± 500.000 ribu rupiah ± 300.000 ribu rupiah
Harga (per meter) Sesudah Ada Solo Paragon ± 750.000 ribu rupiah ± 500.000 ribu rupiah
Sumber : Hasil Olah Data PBB, Tahun 2010
Karakteristik perekonomian kawasan Solo Paragon dapat dilihat dari sebaran jenis kegiatannya, visualisasi aktivitas perekonomian dan intensitasnya. Jenis aktivitas perekonomian mencakup aktivitas formal dan informal. Sedangkan intensitas aktivitas perekonomian dapat dilihat dari visualisasi pergerakan penduduknya dan terjadinya aktivitas ekonomi serta kesempatan kerja yang tersedia terutama kesempatan bekerja ke dalam Solo Paragon. Jenis aktivitas ekonomi mengalami peningkatan baik jenis maupun jumlahnya. Terdiri dari kegiatan perdagangan dan jasa, seperti munculnya ruko-ruko, toko, restoran, cafe, salon, laundry, kost-kostan dan masih banyak lagi kegiatan baik yang mendukung perdagangan dan jasa, ataupun mendukung banyaknya sarana pendidikan di sekitar kawasan penelitian. Indikasinya berupa aktivitas perekonomian yang sangat berhubungan dengan adanya Solo Paragon dan pemenuhan kebutuhan di kawasan pendidikan dekat Solo Paragon. Intensitas kegiatan ekonomi dapat dilihat dari banyaknya aktivitas ekonomi yang ada di sekitar kawasan penelitian. Jenis yang paling menggambarkan aktivitas tersebut dan paling intens adalah perdagangan dan jasa seperti bany aknya toko, salon dan restoran. Aktivitas tersebut dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB terutama pada malam hari, di sepanjang koridor Jalan Dr. M uwardi ramai pedagang kaki lima yang berjualan beraneka ragam jajanan kuliner malam hari.
Rini F a uz ia │I0606039
68
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Sedangkan
kesempatan
bekerja adalah perbandingan antara
penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Karena keterbatasan data, untuk angkatan kerja diasumsikan sebagai usia angkatan kerja atau usia produktif yaitu usia 14 tahun ke atas. Berikut adalah tabel kesempatan bekerja pada masing-masing Kelurahan
M angkubumen,
Kelurahan
Penumping,
dan
kelurahan
Sriwedari.
Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Mangkubumen Kel. Umur
Laki-laki
Perempuan
0- 4
568
312
5- 9
218
570
10 - 14
536
500
15 - 19
540
470
20 - 24
508
516
25 - 29
516
531
30 - 39
610
753
39 - 49
609
560
50 - 59
360
467
60 -
409
331
Jumlah
4874
5010
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan M angkubumen yang termasuk usia belum produktif (0-14 tahun) adalah sebesar 2704 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan kerja atau usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 6440 jiwa,
Rini F a uz ia │I0606039
69
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
sedangkan yang termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah sebesar 740 jiwa.
Tabel 4.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Penumping Kel. Umur
Laki-laki
Perempuan
0- 4
198
292
5- 9
273
222
10 - 14
399
300
15 - 19
298
344
20 - 24
372
350
25 - 29
302
383
30 - 39
341
321
39 - 49
263
337
50 - 59
147
289
60 -
89
97
2682
2935
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Penumping yang termasuk usia belum produktif (0-14 tahun) adalah sebesar 1684 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan kerja atau usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 3747 jiwa, sedangkan yang termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah sebesar 186 jiwa.
Tabel 4.17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Kelurahan Sriwedari Kel. Umur
Laki-laki
Perempuan
0- 4
189
201
5- 9
274
243
10 - 14
397
334
Rini F a uz ia │I0606039
70
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
15 - 19
295
332
20 - 24
268
349
25 - 29
300
380
30 - 39
345
331
39 - 49
268
334
50 - 59
149
286
60 -
88
98
2573
2888
Jumlah
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2009
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sriwedari yang termasuk usia belum produktif (0-14 tahun) adalah sebesar 1638 jiwa. Dan yang termasuk usia angkatan kerja atau usia produktif (14-59 tahun) adalah sebesar 3637 jiwa, sedangkan yang termasuk usia non produktif (60 ke atas) adalah sebesar 196 jiwa. Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan mangkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari.
Tabel 4.18 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Mangkubumen Jumlah
No
Mata Pencaharian
1
Petani mandiri
-
2
Buruh tani
-
3
Nelayan
-
4
Pengusaha
365
5
Buruh industri
2332
6
Buruh bangunan
293
7
Pedagang
1143
8
Pengangkutan Peg. Negeri (Sipil/ABRI) Pensiunan
614
9 10
Rini F a uz ia │I0606039
899 544
71
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
11
Lain-lain Jumlah
2040 8236
Sumber : Monografi Kelurahan Mangkubumen, Tahun 2009
M ata pencaharian penduduk Kelurahan M angkubumen paling banyak adalah buruh industri. Dan jumlah pedagang mencapai angka 1143 jiwa. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kelurahan Penumping menurut mata pencaharian :
Tabel 4.19 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Penumping Jumlah
No
Mata Pencaharian
1
Petani mandiri
-
2
Buruh tani
-
3
Nelayan
-
4
Pengusaha
5
Buruh industri
2145
6
Buruh bangunan
341
7
Pedagang
7
8
39
10
Pengangkutan Peg. Negeri (Sipil/ABRI) Pensiunan
132
11
Lain-lain
718
9
Jumlah
60
76
3518
Sumber : Monografi Kelurahan Penumping, Tahun 2009
Berdasarkan monografi penduduk kelurahan, mata pencaharian penduduk Kelurahan Penumping paling banyak adalah buruh industri. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kelurahan Sriwedari menurut mata pencaharian :
Rini F a uz ia │I0606039
72
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 4.20 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sriwedari Jumlah
No
Mata Pencaharian
1
Petani mandiri
-
2
Buruh tani
-
3
Nelayan
-
4
Pengusaha
5
Buruh industri
2243
6
Buruh bangunan
501
7
Pedagang
16
8
40
10
Pengangkutan Peg. Negeri (Sipil/ABRI) Pensiunan
144
11
Lain-lain
617
9
Jumlah
66
87
3714
Sumber : Monografi Kelurahan Sriwedari, Tahun 2009
Berdasarkan monografi penduduk kelurahan, mata pencaharian penduduk Kelurahan Sriwedari paling banyak adalah buruh industri. Jumlah penduduk angkatan usia kerja atau produktif di Kelurahan yang menjadi kawasan dominan Solo Paragon sangat banyak. Sehingga ini menjadi kesempatan warga sekitar untuk menjadi pekerja di Solo Paragon. Karena isu yang berkembang bahwa pembangunan apartemen Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja terutama bagi warga sekitar. Namun pada prakteknya isu tersebut tidak benar. Karena perekrutan tenaga kerja warga sekitar hanya sebagai tenaga kerja bawah/kasar yakni security (satpam), gardener (tukang kebun) dan mekanik. Seperti yang dikutip dalam wawancara berikut :
Rini F a uz ia │I0606039
73
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
“Pernyataan bahwa Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya, karena mereka hanya mengambil 15 orang saja dari warga dan dijadikan sebagai gardener/tukang kebun dan security/satpam, mekanik. Itupun haya untuk formalitas saja hanya sekedar agar orang lain tahu bahwa Solo Paragon telah merekrut warga sekitar yang berada di Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Sriwedari, dan Kelurahan penumping yang menjadi lokasi atau wilayah bagian pembangunan Solo Paragon.” (Ketua RW V kelurahan M angkubumen)
Sumber : Hasil Wawancara, Tahun 2010
Gambar 4.32 Diagram Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon
4.7 Potensi Lingkungan S ekitar Wilayah S tudi Selain
banyaknya
fasilitas
sarana pelayanan publik
yang
mengelilingi sekitar Solo Paragon, fasilitas-fasilitas tersebut juga menjadi potensi yang sangat potensial untuk mendukung keberadaan apartemen Solo Paragon. Sarana-sarana tersebut yakni : 1. Sarana Perdagangan Sarana perdagangan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah :
Rini F a uz ia │I0606039
74
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
- Solo Grand M all - Kompleks ruko di Jalan Yosodipuro - Kompleks ruko di Jalan Dr. Sutomo - Restoran, warung/rumah makan - Toko buku - Toko furniture - Pasar Tradisional Nangka - Toko/kelontong - PKL Kota Barat dan PKL sekitar Solo Paragon 2. Jasa Kegiatan jasa yang berada di sekitar Solo Paragon adalah : -
Salon kecantikan LBC, Salon M adame Korner, Salon Estetika, dan lain-lain.
-
Laundry
-
Bimbingan Belajar
-
Notaris
-
Percetakan
3. Perkantoran, pemerintahan dan swasta Sarana perkantoran yang berada di sekitar Solo Paragon adalah : -
Kantor asuransi
-
Kantor finance
-
Kelurahan M angkubumen
-
Dinas Perdagangan dan Koperasi
4. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah : -
Kompleks TK, SDN (16, 15, 63)
-
SM PN (25-26)
-
SM A M uhammadyah 2
-
TK – SD AL Firdaus
-
SD – SM P M uhammadyah (Program Khusus)
Rini F a uz ia │I0606039
75
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
-
Lembaga Pendidikan IIAM
-
Lembaga Pendidikan AKSM I
-
Lembaga Pendidikan Komputer
5. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang berada di sekitar Solo Paragon adalah : -
RSU PKU
-
Beberapa kompleks Praktek Dokter Bersama/individu
-
Apotek Kimia Farma, Apotek 24 jam Bunda, dan Apotek Kencana.
6. Hotel dan Gedung Pertemuan -
Hotel Agas
-
Hotel De Solo
-
Hotel Suka M arem
-
Gedung pertemuan Koperasi Waris
Salah satu kegiatan perdagangan yang terdekat dan menonjol di sekitar Solo Paragon adalah keberadaan Solo Grand M all. M all yang terletak di sebelah selatan Solo Paragon dan dibatasi Jalan Kalitan sudah ada sebelum Solo Paragon muncul. Hal itu menjadi potensi tersendiri yang memiliki magnet antar keduanya. Terdapatnya banyak fasilitas di sekitar Solo Paragon tidak begitu saja membuat hidup kawasan Yosodipuro dalam waktu 24 jam. Di koridor sepanjang Jalan Dr. M uwardi yang terdapat berbagai sekolah negeri dan swasta membuat kawasan tersebut ramai dan padat pada jam-jam sibuk saja. Namun pada saat malam harinya kawasan itu berubah menjadi kawasan yang mati. Keadaan ini menjadi kesempataan bagi para PKL untuk berjualan khususnya makanan di sepanjang Jalan Dr. M uwardi. Kawasan itu kini menjadi kawasan kuliner malam yang banyak didatangi dari berbagai kalangan untuk menikmati jajanan malam atau hanya sekedar nongkrong. Aktivitas semacam ini semakin berkembang seiring dengan dibangunnya Solo Paragon.
Rini F a uz ia │I0606039
76
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 5 ANALIS IS PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN S OLO PARAGON TERHADAP KONDIS I LINGKUNGAN S EKITARNYA
Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap analisis, yang pertama adalah analisis pengaruh fisik berupa analisis perubahan pemanfaatan lahan ditinjau dari
perubahan
orientasi
sebaran
lokasi
kegiatan
komersial
selama
pembangunan apartemen Solo Paragon berlangsung. Analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengaruh fisik berupa perubahan pola spasial penyebaran kegiatan komersial dan perubahan wujud kawasan dengan teknik deskriptif dan disajikan secara spasial. Tahap selanjutnya adalah menganalisis kondisi sosial warga sekitar kemudian dilanjtukan dengan menganalisis kondisi ekonomi sekitar dengan teknik deskriptif.
5.1 Analisis Pengaruh Fisik Analisis pengaruh fisik disini membahas gejala-gejala perubahan fisik yang timbul akibat adanya pembangunan apartemen Solo Paragon secara hirarkis dimulai dari menganalisis gejala perkembangan kegiatan komersial, menganalisis jenis dan sebaran kegiatan komersial, dan pola perkembangan pemanfaatan lahan. Kemudian menganalisis pengaruh fisik lain seperti analisis kondisi jaringan jalan, dan kepadatan bangunan.
5.1.1
Gejala Perkembangan Kegiatan Analisis perkembangan kegiatan yang dibahas di sini dikaitkan
dengan pola pemanfaatan lahan eksisting di kawasan penelitian dan dengan teori yang tercantum dalam bab tinjauan teori. Dikatakan di dalam teori Yunus, bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Semakin tinggi harga lahan akan menyebabkan kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Sehingga seperti yang dapat di lihat lapangan, semenjak muncul Solo Paragon mengubah pola pemanfaatan Rin i F a uz ia │I0606039 77
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
lahan di sekitarnya dan timbul gejala-gejala perubahan kegiatan yang didominasi oleh kegiatan yang komersil. Berbeda dengan keaadaan yang sebelumnya dimana kawasan tersenut merupakan kawasan yang mati dan kurang hidup. Perkembangan kegiatan komersial di sekitar Solo Paragon yang sangat menonjol
adalah di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro,
disebabkan karena koridor ini memiliki prospek yang menjanjikan sebagai kawasan pengembangan kegiatan komersial,
dimana koridor Jalan
Yosodipuro merupakan akses penting sebagai penghubung menuju pintu masuk Solo Paragon. Jadi, percepatan perubahan pemanfaatan lahan di wilayah studi ditunjang oleh letak posisi koridor Jalan Yosodipuro yang strategis. Di sini tumbuh kegiatan-kegiatan komersil yang sengaja dibangun seiringan dengan adanya Solo Paragon. Hal ini dikuatkan oleh warga sekitar yang mengakui bahwa semakin menggeliatnya gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon. Seperti pada hasil kutipan wawancara dengan ketua RW 05 Kelurahan M angkubumen berikut ini : “Memang harus diakui adanya Solo Paragon ini selain merugikan warga dari segi lingkungan, sosial, dan lain-lain tetapi warga merasakan adanya suatu keuntungan yaitu dengan membuka usaha, apapun itu, ya toko, rumah makan, kost-kostan. itu menjadi keuntungan warga kami khususnya yang sebelumnya kawasan permukiman kami tidak sehidup yang sekarang” (Ketua RW 05 Kelurahan M angkubumen)
Secara skematik, perkembangan kawasan studi penelitian mulai awal tahun 1996 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam bentuk bagan, seperti yang terlihat pada Gambar 5.1, bagan perkembangan kawasan penelitian.
Rin i F a uz ia │I0606039 78
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
T ahun 1998
< T ahun 1996
T erdapat sebuah Rumah Sakit besar di Jalan Yosodipuro yaitu RSUP Dr. Muwardi
Peruntukan kawasan tersebut berubah setelah adanya isu pembangunan mall oleh Citraland di lahan bekas rumah sakit
T ahun 2000
Karena krisis moneter melanda, proyek Citraland kolabs dan kawasan tersebut menjadi mati / kurang hidup
T ahun 2007
Mulai pembangunan mall, apartemen, kondotel dan city walk Solo Paragon sehingga muncul gejalagejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan di sekitarnya
T ahun 2010
Kawasan sekitar menjadi ramai dan hidup. Banyak kegiatan komersil di sekitarnya dan semakin mendukung kawasan peruntukan mix use
Gambar 5.1 Bagan Perkembangan Kawasan Penelitian
Rin i F a uz ia │I0606039 79
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
5.1.2
Jenis Kegiatan Komersial Gejala perkembangan yang terjadi di kawasan sekitar Solo Paragon
telah mengubah pemanfaatan lahan di kawasan tersebut, yang pada awalnya sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon di dominasi hanya sebagai fungsi perumahan menjadi dominasi kegiatan komersial. Kemudian selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai berkembang kegiatan-kegiatan komersial semenjak adanya isu-isu Solo Paragon dibangun. Hal ini dikuatkan dengan teori Von Thunen, Weber dan Christaller bahwa karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan. Dan secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya. Kemudian teori Tarigan yang menyatakan bahwa hubungan internal sangat menentukan dinamika keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya, sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh, akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya. Karena adanya keterkaitan antara sektor apartemen, hotel, dan mall yang terdapat di dalam Solo Paragon, maka mendorong pertumbuhan sektor lain seperti perdagangan, jasa, pendidikan, perkantoran, dan kesehatan untuk saling mendukung antar satu sektor dengan sektor yang lain. Pada sub bab ini dibahas unit-unit perubahan yang teridentifikasi dari hasil observasi maupun kuisioner. Untuk melihat unit-unit perubahan yang ada di wilayah studi, perlu dilakukan pengelompokkan jenis kegiatan komersial yang berkembang saat ini. Selain kawasan tersebut memiliki potensi-potensi yang dibahas dalam bab sebelumnya yang mendukung adanya peruntukan mix use, ditambah dengan adanya pembangunan Solo Paragon kini mengakibatkan jenis pemanfaatan lahan komersial tumbuh dan
berkembang di
kawasan
Solo
Paragon.
Oleh
karena
itu,
kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi
Rin i F a uz ia │I0606039 80
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan dengan lokasi lainnya, seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas. Jenis kegiatan komersial dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok yaitu : 1. Kelompok Kegiatan Perdagangan, meliputi : a. Toko, berupa toko buku, toko bahan bangunan, toko alat jahit, toko furniture, toko elektronik, toko pakaian (butik), toko perlengkapan rumah tangga, toko kelontong dan minimarket. b. Restoran, berupa rumah makan, warung makan, dan kafe. 2. Kelompok Kegiatan Jasa a. Jasa personal, berupa kost-kostan, bimbingan belajar, tempat kursus, salon kecantikan/pangkas rambut dan rias pengantin, laundry, penjahit, wartel, warnet, fotokopi, b. Perhotelan, berupa hotel bintang satu sampai hotel bintang tiga. 3. Kelompok Kegiatan Pendidikan, meliputi : TK, SD Negeri dan SD swasta, SM P Negeri dan SM P swasta, SM A swasta dan Perguruan Tinggi swasta. 4. Kelompok kegiatan perkantoran, meliputi : kantor keuangan, bank, kantor notaris, dan lain-lain. 5. Kelompok sarana kesehatan, meliputi : klinik, praktek dokter, dan apotek.
Proporsi guna lahan komersial yang ada di kawasan penelitian lebih menonjol di bagian periferi (menghadap jalan utama) lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan. Yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon perdagangan sejumlah 18 unit, kini bertambah 27 unit menjadi sebanyak 45 unit. Selanjutnya kegiatan jasa yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 11 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 19 unit menjadi sebanyak 30 unit. Rin i F a uz ia │I0606039 81
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Sedangkan
proporsi
kegiatan
pendidikan
yang dulunya sebelum
pembangunan Solo Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 5 unit menjadi sebanyak 11 unit. Untuk kegiatan perkantoran, yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 10 unit menjadi sebanyak 16 unit. Untuk sarana kesehatan, yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 5 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 12 unit menjadi sebanyak 17 unit. Jadi, jumlah kegiatan perdagangan mempunyai kontribusi terbesar dalam mengubah fungsi lahan perumahan menjadi kegiatan komersial. Kegiatan perdagangan dirasakan paling cocok untuk dikembangkan di wilayah penelitian karena memiliki aksesibilitas yang tinggi ditinjau dari ”potential shoppers” yang banyak dan kemudahan untuk datang/pergi ke/dari lokasi tersebut. Proporsi kegiatan komersial yang berkembang di sepanjang periferi koridor disajikan pada Tabel 5.1, tabel proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian.
Tabel 5.1 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Periferi Kawasan Penelitian S ebelum dan S esudah Pembangunan S olo Paragon Jumlah Bangunan No Jenis Kegiatan Jumlah Saat Sebelum Sesudah Ini 1
Perdagangan
18
27
45
2
Jasa dan Kost-kostan
11
19
3
Pendidikan
6
5
11
4
Perkantoran
6
10
16
5
Kesehatan
5
12
17
30
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Semakin meningkatnya aktivitas perubahan pemanfaatan lahan pada periferi koridor juga akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan Rin i F a uz ia │I0606039 82
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
di lapisan belakangnya (enclave) untuk dijadikan sebagai kawasan komersial pendukungnya. Begitu juga dengan pertambahan unit kegiatan komersial seperti pada bagian periferi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2, dimana perubahan pemanfaatan lahan di bagian enclave ini berfungsi sebagai pendukung yang ada di depannya (periferi).
Tabel 5.2 Analisis Kegiatan Komersial Pada Bagian Enclave Kawasan Penelitian S ebelum dan S esudah Pembangunan S olo Paragon Jumlah Bangunan No Jenis Kegiatan Jumlah Saat Sebelum Sesudah ini 1 Perdagangan 15 22 37 2
Jasa dan Kost-kostan
14
9
23
3
Pendidikan
2
2
4
4
Perkantoran
5
4
9
5
Kesehatan
3
5
8
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari tabel di atas, terdapat p eningkatan proporsi kegiatan komersial ada bagian periferi maupun bagian enclave di sekitar Solo Paragon yang disebabkan karena :
Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan kesehatan yang berkembang di sekitarnya melayani kebutuhan penghuni apartemen dan hotel dalam Solo Paragon.
Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan kesehatan yang berkembang di sekitarnya sebagai pendukung dari adanya kegiatan komersial pada bagian periferi akibat adanya pengaruh yang berasal dari Solo Paragon
Kost-kostan banyak berkembang karena bagi warga sekitar untuk menampung karyawan yang berasal dari luar kota
Sesuai dalam teori Yunus, dimana persaingan antara berbagai jenis kegiatan untuk menduduki posisi paling ideal tersebut dengan sendirinya
Rin i F a uz ia │I0606039 83
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
akan dimenangkan oleh fungsi dengan kekuatan finansial paling tinggi dan fungsi tersebut adalah fungsi retailing atau fungsi perdagangan. Sehingga muncul asumsi bahwa, perkembangan jemis kegiatan komersial yang terjadi adalah sebagai pengaruh adanya pembangunan Solo Paragon. Kegiatan komersial yang berkembang di sekitar Solo Paragon terbagi menjadi 2 skope pelayanan yakni skala pelayanan kecil (cakupan pelayanan untuk daerah di sekitarnya) dan skala pelayanan besar (cakupan pelayanan untuk skala kota). Berikut ini adalah peta jenis kegitaan komersial dari sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon dan jenis kegiatan komersial yang sebelum dan sesudah pembangunan apartemen Solo Paragon pada Gambar 5.2.
Rin i F a uz ia │I0606039 84
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.2 Peta Jenis Kegiatan Komersial Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon
Rin i F a uz ia │I0606039 85
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
5.1.3
S ebaran Lokasi Unit-unit Perubahan Penyebaran kegiatan komersial tidak terkumpul secara merata
menjadi satu kawasan, tetapi membentuk pola memanjang atau Ribbon Development di sepanjang jalan arteri sekunder. Seperti teori Von Thunen, dimana lahan tersebut memiliki nilai produktivitas tinggi, maka menjadi pertimbangan lokasi bagi masyarakat untuk mengadakan perubahan penmanfaatan lahan. Karena lingkup penelitian ini adalah kawasan Solo Paragon, maka produktivitas lahannya cenderung berkaitan dengan aksesibilitas lokasi dan kemudahan untuk datang/pergi ke/dari lokasi tersebut. Sebagai bentuk adaptasi masyarakat, lalu banyak muncul kegiatan komersial baru yang lokasinya dekat dengan Solo Paragon. Oleh karena itu masing-masing jenis kegiatan akan saling berkompetisi untuk memperoleh lokasi dengan aksesibilitas tinggi dan strategis. Yang mana nilai produktivitas tinggi di wilayah tersebut diasumsikan merupakan pengaruh dari adanya Solo Paragon. Dalam melakukan pengamatan terhadap pola spasial penyebaran kegiatan komersial eksisting, wilayah studi dibagi menjadi 4 (empat) segmen. Untuk memudahkan penyampaian informasi melalui penyajian peta, maka digunakan prinsip pembagian segmen didasarkan pada penggalan per blok kawasan mulai dari utara searah jarum jam, yaitu : 1. Segmen I : Sebelah utara Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Yosodipuro – Jl. Hasanudin) 2. Segmen II : Sebelah timur Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Cipto M angunkusumo – Jl.Dr. Supomo) 3. Segmen III : Sebelah selatan Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Jalan Sutomo – Jl.Slamet Riyadi) 4. Segmen IV : Sebelah barat Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Arumndalu – Jl. Dr. M uwardi) Pembagian segmen pada kawasan penelitian dapat dilihat dalam Gambar5.3
Rin i F a uz ia │I0606039 86
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.3 Peta Pembagian Segmen di Kawasan Penelitian
Rin i F a uz ia │I0606039 87
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Pengamatan pada masing-masingsegmen juga di bedakan lagi menjadi 2 yaitu : 1.
Bagian periferi (depan) yaitu bagian yang berhadapan langsung dengan jalan utama (jaringan jalan arteri atau jalan kolektor).
2.
Bagian enclave (belakang) yaitu bagian di belakang periferi (sekitar permukiman) dan berhadapan langsung dengan jaringan jalan lingkungan.
Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada bagian periferi dengan banyaknya unit-unit perubahan, maka dapat dilihat bahwa pada segmen I khususnya pada bagian periferi Jalan Yosodipuro, merupakan zona kosentrasi terjadinya perubahan dengan proporsi perubahan paling besar. Hal ini didukung oleh karakteristik Jalan Yosodipuro yang strategis dan terlatak tepat di sisi sebelah utara letak Solo Paragon dan merupakan akses pintu masuk ke dalam Solo Paragon. Selain itu juga sebagai akses pola pergerakan kendaraan dari barat menuju arah timur Kota Surakarta. Berbeda dengan sebaran lokasi kegiatan komersial pada segmen II, III, dan IV yang kegiatan komersialnya tidak sebanyak ada segmen I. Akan tetapi proporsi kegiatan komersial yang ada pada segmen II, III, dan IV lebih terkosentrasi pada bagian periferi dari pada bagian enclave. Ini dikarenakan kawasan pada segmen I marupakan kawasan di sebelah utara Solo Paragon yang sekaligus sebagai akses utama Solo Paragon. Pada segmen I, kegiatan perdagangan dan jasa menempati angka yang paling besar dari kegiatan lainnya. Kegiatan
perdagangan pada segmen I
berkembang sebesar 40.74%, dan kegiatan jasa pada segmen I menempati angka yang paling besar dari lainnya yakni 42.10%. Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada masing-masing segmen di bagian periferi, dapat dilihat proporsi kegiatan komersial heterogen secara memanjang/merembet pada tiap segmen dan terdapat indikasi penurunan kosentrasi sebaran kegiatan komersial dari segmen I ke segmen berikutnya, seperti pada segmen II dan segmen IV, kecuali pada Rin i F a uz ia │I0606039 88
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
segmen III seperti yang terlihat pada Tabel 5.3. Hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan antar segmen dalam perubahan pemanfaatan lahan.
Tabel 5.3 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Periferi Pada MasingMasing Segmen Perdagangan
Jasa
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Segmen I
11
8
4
4
5
Jumlah Tiap Segmen 32
Segmen II
5
3
-
1
2
11
Segmen III
4
3
-
2
2
11
Segmen IV
7
5
2
2
3
19
Segmen
Pendidikan Perkantoran Kesehatan
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari jumlah kegiatan komersial masing-masing segmen yang ditunjukkan pada tabel di atas terlihat pada segmen I yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena pada segmen I, tepatnya yang terdaat Jalan Yosodipiro merupakan jalan arteri sekunder yang perkembangan kegiatan komersialnya lebih besar dan membentuk pola ribbon development. Seperti yang ditunjukkan pada peta sebelumnya yaitu peta 5.2. Pada
bagian
enclave,
kecenderungan
penyebaran
kegiatan
komersial terlihat menyebar di dalam permukiman warga pada masingmasing segmen. Distribusi kegiatan komersial masing-masing segmen pada bagian enclave dapat dilihat pada Tabel 5.4. Kegiatan komersial di bagian enclave, berupa perdagangan dan jasa dalam skala kecil, yaitu berupa toko, kios, wartel, warung, dan kegiatan komersial lainnya. Cakupan pelayanan kegiatan komersial pada bagian enclave tidak sebesar apa yang ada pada bagian periferi. Sebagian besar adalah kegiatan yang melayani kebutuhan warga di lingkungan permukiman mereka. Akan tetapi perkembangan kegiatan komersial yang terjadi, mengalami kenaikan semenjak adanya pembangunan apartemen Solo Paragon. Yang paling menonjol adalah jasa kost-kostan. banyak warga yang dengan sengaja membuka kost-kostan untuk para tenaga kerja kasar yang bekerja pada proyek Solo Paragon yang berasal dari luar Kota Surakarta. Untuk kost Rin i F a uz ia │I0606039 89
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
kostan yang baru saja dibuka, terdapat lebih banyak tersedia pada segmen I atau yang berada pada sebelah utara Jalan Yosodipuro, segmen II atau yang berada di sebelah timur Jalan Cipto M angunkusumo dan segmen IV atau yang berada pada sebelah barat Jalan Arumndalu.
Tabel 5.4 Identifikasi Kegiatan Komersial di Bagian Enclave Pada MasingMasing Segmen Perdagangan Segmen
Jasa
Pendidikan
Perkantoran Kesehatan Jumlah
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Segmen I
8
5
3
1
2
19
Segmen II
5
4
1
2
2
14
Segmen III
3
3
-
-
-
6
Segmen IV
6
2
3
1
1
13
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa segmen I atau kawasan yang terdapat koridor Jalan Yosodipuro paling mendominasi kegiatan komersial dibanding segmen lainnya. Hal ini disebabkan karena selain letaknya yang dekat dengan keberadaan Solo Paragon, juga terletak pada jalan arteri sekunder yang sering dilewati para pengguna jalan. Sehingga muncul banyak kegiatan komersial mix-use.
5.1.4
Pola Pemanfaatan Lahan Masing-Masing S egmen Untuk memperjelas sebaran lokasi kegiatan komersial di wilayah
studi, maka pada sub bab ini diidentifikasi lokasi sebaran kegiatan komersial eksisting melalui pengamatan pola pemanfaatan lahan pada masing-masing segmen berikut : 1. Segmen I Lokasi segmen I yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Yosodipuro hingga Jalan Hasanudin tata guna lahan yang berkembang pada bagian periferi pada segmen I didominasi oleh fungsi komersial (toko elektronik, toko bahan bangunan, apotek, kantor keuangan, restoran, Rin i F a uz ia │I0606039 90
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
kafe, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa (bank, salon, laundry, Bimbingan Belajar, percetakan dan lain-lain). Pada segmen ini ditemui sangat sedikit rumah tinggal penduduk yang menghadap ke Jalan Yosodipuro (berada di bagian periferi). Eksistensi kegiatan komersial pada bagian periferi akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan pada lapisan belakangnya (bagian enclave) untuk dijadikan sebagai kawasan komersial pendukungnya. Perubahan pemanfaatan lahan pada bagian periferi segmen I, berada pada tahap “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama (permukiman) menjadi fungsi baru (komersial). Hal ini diindikasikan dengan sedikitnya rumah tinggal di sepanjang periferi pada segmen I. Perubahan pemanfaatan lahan ini terjadi akibat tarikan dari adanya fungsi mix use baru yang terdaat di dalamnya yaitu Solo Paragon. 2. Segmen 2 Lokasi segmen II yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Cipto M angunkusumo hingga Jalan Dr. Supomo. Tata guna lahan pada bagian periferi segmen II didominasi oleh fungsi komersial, (toko mebel/furniture, toko bahan bangunan, toko roti, restoran, kafe, kantor notaris, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa. (salon, laundry, dll). Sedangkan pada bagian enclave didominasi oleh deretan perumahan yang padat. Berdasarkan karakteristik dominasi jenis pemanfaatan lahan kegiatan komersial pada segmen II terlihat lebih sedikit dari pada segmen I. Hal ini dikarenakan zona pada segmen II merupakan kawasan permukiman padat. 3. Segmen 3 Lokasi segmen 3 yaitu zona yang dibatasi oleh persimpangan Jalan Sutomo hingga Jalan Slamet Riyadi. Tata guna lahan pada segmen 3 didominasi oleh kegiatan komersial (M all, showroom, toko pakaian, restoran, kantor keuangan, bank, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa. (hotel, warnet, wartel, salon, laundry, dll). Rin i F a uz ia │I0606039 91
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Sebelum adanya Solo Paragon, kawasan ini dari awal memang merupakan kawasan komersial mix use karena terletak di dekat jalan arteri primer Kota Surakarta. Sehingga sebelum Solo Paragon hadir di Kota Surakarta, kawasan ini sudah banyak terdapat kegiatan komersial seperti mall, kantor, showroom, restoran, bank, dan kegiatan lainnya. 4. Segmen 4 Lokasi segmen 4 yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Waru hingga Jalan Dr. M uwardi. Tata guna lahan pada segmen IV didominasi oleh fungsi pendidikan, baik pada koridor periferi maupun pada enclave. Karena terdapat kompleks SDN 15, SDN 16, SM PN 25, dan SM PN 26. Karena pada kawasan ini didominasi oleh konsentrasi
sarana
pendidikan, sehingga memunculkan adanya kegiatan jasa bimbingan belajar, toko buku, dan toko-toko makanan. Pola pemanfaatan lahan masing-masing segmen di kawasan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.4 – 5.7, peta kondisi pemanfaatan lahan pada masing-masing segmen.
Rin i F a uz ia │I0606039 92
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.4 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen I
Rin i F a uz ia │I0606039 93
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.5 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen II
Rin i F a uz ia │I0606039 94
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.6 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen III
Rin i F a uz ia │I0606039 95
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Gambar 5.7 Peta Kondisi Pemanfaatan lahan Pada Segmen IV
Rin i F a uz ia │I0606039 96
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Teori Lee lebih menekankan kepada aksesibilitas. Dimana Aksesibilitas fisikal tidak lain merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang lain. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah. Sehingga semakin dekat dengan keberadaan Solo Paragon, semakin intens pola perubahan pemanfaatan lahan yang berubah kepada komersial di kawasan tersebut .
Rin i F a uz ia │I0606039 97
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
5.2 Analisis Pengaruh S osial Analisis pengaruh sosial yang dibahas terbagi menjadi 2 (dua) bahasan menurut variabel yang digunakan, yakni kesiapan masyarakat sekitar danreduksi ruang publik bagi PKL. 5.2.1
Kesiapan Masyarakat S ekitar Adat istiadat Kota Surakarta yang masih lekat dengan budaya Jawa
sempat membuat pro dan kontra masyarakat saat hadirnya salah satu apartemen pertama di Kota Surakarta yaitu apartemen Solo Paragon. Apartemen masih dianggap masyarakat sesuatu yang berkonotasi hunian mewah. Dan bagi sebagian masyarakat Kota Surakarta yang masih mempunyai kepercayaan jaman dahulu, tanah/lahan mereka memiliki nilai sejarah tersendiri. Sep erti contoh, mereka tidak bisa menempati rumah tinggal yang tidak menyatu dengan tanah (menempati rumah yang letaknya di lantai atas). Sehingga bagi mereka belum terbiasa dengan hunian yang high rise seperti apartemen Solo Paragon. Seperti dalam teori Sassen, selain proses urbanisasi, kemajuan teknologi membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya khususnya interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial. Terkait pula yang dijabarkan dalam teori Jayadinata bahwa perkembangan kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Sehingga, berubahnya pemanfaaatan lahan dan pola spasial mempengaruhi hubungan manusia dalam bentuk kebiasaan, sikap, moral, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga dengan adanya strata sosial masyarakat yang heterogen di dalam kawasan penelitian, menyebabkan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial antar masyarakat. Dalam hal ini kehadiran Solo Paragon diasumsikan warga mempunyai potensi besar dalam stratifikasi sosial dalam masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan akan perumahan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu sifat kota yang dinamis, menuntut suatu kota untuk berkembang, tidak monoton, dan mengikuti arus globalisasi. Sekarang ini apartemen Rin i F a uz ia │I0606039 98
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
merupakan hunian sekunder yang terkait erat dengan kondisi ekonomi konsumen atau calon penghuni apartemen itu sendiri. Sehingga konsumen apartemen memiliki karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Secara umum karakteristik penghuni apartemen mempunyai ciri bahwa dia adalah para eksekutif yang datang untuk bekerja
pada daerah tersebut ataupun para investor yang melakukan
bisnis investasi properti baik dari luar Kota Surakarta maupun pribumi. Penghuni tersebut mempunyai ciri bahwa mereka hidup dengan tingkat sosial menengah ke atas sehingga mereka cenderung individualistis. Hal itulah yang menjadi ketakutan warga sekitar Solo Paragon. Sebagian
warga
sekitar
menganggap
adanya
Solo
Paragon
ini
menyebabkan adanya gab atau kesenjangan sosial antar warga sekitar dengan penghuni apartemen Solo Paragon. Sehingga sebagian dari mereka merasa tidak siap menerima kehadiran apartemen, kondotel, mall dan city walk Solo Paragon Dan adanya Solo Paragon ini dianggap hanya merugikan warga sekitar dan hanya menguntungkan sebagian orang (kalangan menengah ke atas), tanpa memikirkan rakyat bawah. Ditambah lagi bertambahnya jumlah mall di Kota Surakarta yang sebelumnya sudah terdapat 3 buah mall membuat keresahan sebagian warga sekitar. Seperti yang tertera pada lampiran III bahwa sebanyak 51.76% warga sekitar yang menjawab tidak setuju akan adanya pembangunan mall lagi di Kota Surakarta ini, diikuti dengan angka 36.47% warga sekitar yang menjawab adanya mall tersebut tidak ada pengaruh apa-apa bagi kehidupan warga sekitar. Tetapi ada pula warga sekitar yang mengaku antusias menyambut kehadiran mall tersebut dan mencoba mengubah gaya hidup mereka ke arah yang lebih modern sebanyak 7.05%. Seperti dalam variabel sosial y ang dijelaskan dalam Tabel 3.1 yaitu variabel kesenjangan sosial antar kelas masyarakat. Dan berikut hasil rekapan kuisioner dari variabel sosial pertama pada Tabel 5.5.
Rin i F a uz ia │I0606039 99
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 5.5 Analisis Kusioner Variabel Sosial Masyarakat tidak Jawaban Jumlah siap menerima Setuju 63 kehadiran Solo T idak setuju 22 Paragon Jumlah responden 85
Pertama % 74.11% 25.88% 100%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Gambar 5.8 Diagram O lah Data Kusioner Variabel Sosial Pertama
Karakteristik sosial warga sekitar Solo Paragon berkaitan erat dengan kondisi perekonomiannya. Kondisi sosial warga yang bersifat heterogen membuat sulitnya untuk bersosialisasi antar warga sekitar baik dari warga pada bagian periferi maupun warga pada bagian enclave. Karena rata-rata penduduk yang bertempat tinggal pada bagian periferi. Penduduk yeng berempat tinggal pada bagian periferi di sekitar Solo Paragon berstatus sosial tinggi dan individualistis. Dikarenakan status ekonomi mereka yang tinggi pula dibanding lainnya. Namun sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal pada bagian enclave berstatus sosial biasa atau sedang. Dikarenakan mereka tinggal di permukiman yang mana masih mempunyai ikatan ketetanggaan antar masing-masing warga. Sehingga diantara mereka masih sering melakukan interaksi sosial dengan wakil masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, atau kepala kelurahan. Terkadang mereka sering mengadakan gotong royong untuk kepentingan
Rin i F a uz ia │I0606039 100
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
bersama, seperti kepentingan kebersihan, kesehatan, dan hanya sekedar bersosialisasi bersama. Sebelum adanya pembangunan Solo Paragon, warga berinteraksi sosial dengan baik antar warga pada bagian enclave-enclave, maupun periferi-enclave
Pada
masa-masa
Dibangunnya Solo Paragon di tengah-tengah warga yang mana : Penghuni apertemen dan pengunjung mall adalah orang-orang kalangan menengah ke atas
Warga mulai merasa tidak siap/tidak nyaman dan mengkawatirkan adanya kesenjangan/gab antara penghuni dan pengunjung dengan warga sekitar
awal pembangunan Solo Paragon, pihak
pengembang melakukan sosialisasi kepada warga terkait dengan ijin pembangunan proyek. Hal tersebut sudah disepakati dengan berbagai syarat
yang ditujukan warga kepada pihak pengembang. Awal
pembangunan manajemen Solo Paragon selalu melibatkan warga sekitar dalam setiap acara, seperti acara olah raga bersepeda bersama, acara peresmian Solo Paragon, dan lain-lain. Namun setelah lama kemudian warga sekitar merasa geram, karena pihak manajemen hanya manis di awal saja. Warga sekitar merasa mereka sudah tidak dianggap lagi, bahkan hanya sekedar saling tegur sapa. Seperti dalam kutipan hasil wawancara berikut ini. “Dalam hal sosialisasi dari pihak Solo Paragon, hanya terjadi pada awalawal perijinan pembangunan dan pada saat sosialisasi AMDAL saja, namun setelah pembangunan berjalan dan sampai apartment itu selesai dibangun, pihak Solo Paragon kemudian tidak pernah lagi menunjukkan jiwa sosialnya kepada warga walau hanya untuk sekedar menyapa warga saja tidak.” (Ketua RW 05 Kelurahan M angkubumen) “Adanya Solo Paragon ini hanya akan memperbesar tingkat kesenjangan sosial, berfungsi sebagai mercusuar Kota Surakarta tanpa ada manfaat
Rin i F a uz ia │I0606039 101
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
bagi warga sekitar. Akan mengurangi kenyamanan hidup yang telah berjalan dan berpotensi memicu konflik sosial” (AAAW, warga sekitar) “Awalnya warga sekitar kehidupannya sudah adem ayem. Yang saya khawatirkan penghuni
apartemen Solo Paragon nanti mengganggu
ketentraman lingkungannya, dan membawa dampak negatif bagi warga sekitar” (NH, waga sekitar)
Namun di sisi lain saat ditrianggulasikan kepada pihak manajemen Solo Paragon sendiri menganggap bahwa dengan hadirnya Solo Paragon di 3 kelurahan ini justru akan melengkapi fasilitas sosial bagi warga sekitar dan menambah amenity/kesenangan bagi warga sekitar pada khususnya dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. Seperti yang dikutip dalam hasil wawancara dengan manajemen Solo Paragon berikut ini. “Kami merasa justru dengan hadirnya Solo Paragon di tengahtengah warga akan menambah fasilitas sosial bagi mereka dan mereka justru dengan mudah bisa mengunjungi mall atau city walk yang ada pada Solo Paragon dengan jarak yang dekat dari rumah mereka” (M anajemen Solo Paragon)
M aka disinilah guna adanya paguyuban yang memayungi warga sekitar dalam menghadapi pembangunan megaproyek Solo Paragon yang terletak di 3 kelurahan, Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. M ereka membentuk suatu organisasi/paguyuban dengan nama M PS kepanjangn dari M angkubumen Penumping Sriwedari. Paguyuban ini yang membuat warga 3 kelurahan ini semakin solid dalam melakukan interaksi sosial antar warga. M PS yang merupakan tangan panjang warga, dijadikan sebagi wadah untuk mengeluarkan pendapat, pro maupun kontra dan juga untuk menampung keluhan-keluhan warga selama
Rin i F a uz ia │I0606039 102
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
pembangunan. Yang kemudian oleh paguyuban M PS disampaikan kepada pihak manajemen Solo Paragon.
5.2.2
Berkurangnya Ruang Publik Bagi Masyarakat – PKL Semakin selektifnya ruang-ruang publik di kawasan penelitian
sangat dirasakan masyarakat sekitar khususnya bagi para PKL. Terlebih bagi para PKL yang dulunya bebas berjualan di sekitar Solo Paragon, kini mereka terpaksa harus digusur, dan pindah lokasi berdagang ke tempat lain. Dan lokasi berdagang yang sebelumnya (sekitar Solo Paragon) kini bersih dari PKL. Ini membuat para PKL tersebut tidak lagi mudah mempunyai ruang untuk berdagang di sekitar Solo Paragon dan harus mencari tempat berdagang lagi yang strategis seperti tempat berjualan sebelumnya. Sebelum Solo Paragon dibangun, lahan kosong seluas ±4 Ha tersebut juga menjadi ruang publik bagi masyarakat sekitar. Biasanya anak-anak warga sekitar khususnya RW 02 menggunakannya untuk sarana bermain. Tetapi kini ruang gerak mereka merasa dibatasi, lahan tersebut dipagari dan dijaga ketat. Sehingga kini masyarakat sekitar merasakan sulitnya mendapatkan ruang publik di tengah padatnya bangunan di lingkungan mereka. Seperti dalam variabel sosial yang dijelaskan dalam Tabel 3.1 yaitu variabel reduksi ruang publik. Dan berikut hasil rekapan kuisioner dari variabel sosial kedua pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Analisis Kusioner Variabel Sosial Kedua Adanya Solo Paragon Jawaban Jumlah % mengakibatkan Setuju 52 60% tereduksinya ruang T idak setuju 33 40% publik bagi PKL Jumlah responden 85 100% Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010
Rin i F a uz ia │I0606039 103
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Gambar 5.9 Diagram O lah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua
Sebelum adanya pembangunan Solo Paragon, banyak Pedagang Kaki Lima berjualan di pinggir-pinggir lahan kosong seluas ±4 Ha tersebut. Namun kini semenjak pembangunan itu berlangsung, para PKL digusur dan dipindahkan dari lokasi berjualan sebelumnya. Karena di sekitar Solo Paragon dibersihkan dan ditanam pohon-pohon dan plang Solo Paragon. Sebagian PKL ada yang masih nekat masih berjualan di sekitar Solo Paragon dan sebagian dari mereka ada yang sudah dipindahkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemerintah Kota Surakarta, pemindahan PKL tersebut selain memang menjadi peraturan dari pihak Solo Paragon sendiri, juga menjadi program wali kota, sehingga biaya ganti rugi berasal dari Solo Paragon dan dari pemerintah Kota Surakarta. Berikut adalah tabel yang menginformasikan jumlah PKL yang berjualan
di
sekitar
kawasan
penelitian
sebelum
dan
sesudah
pembangunan Solo Paragon. Berikut adalah tabel yang menginformasikan kuantitas PKL di sekitar Solo Paragon sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun:
Rin i F a uz ia │I0606039 104
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Tabel 5.7 Analisis Jumlah PKL Sebelum dan Sesudah Pembangunan Solo Paragon No 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokasi Sepanjang Jalan Yosodipuro Sepanjang Jalan Hasanudin Sepanjang Jalan Dr. Muwardi Sepanjang Jalan Cipto Mangunkusomo Sepanjang Jalan Sutomo Sepanjang Jalan Mawar Sepanjang Jalan Dr. Supomo Sepanjang Jalan Arumndalu Jumlah Jumlah Keseluruhan
Sebelum 21 13 18
Sesudah 17 13 20
Kondisi Saat Ini Berkurang 4 PKL T etap Bertambah 2 PKL
10
4
Berkurang 6 PKL
5 7 6 4 84 154
1 8 6 1 70 154
Berkurang 4 PKL Bertambah 1 PKL T etap Berkurang 3 PKL Berkurang 14 PKL -
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2010
Dari tabel di atas, menunjukan sebagian ada yang mengalami pertambahan dan pengurangan. Jumlah PKL yang mengalami penurunan terlihat di sepanjang jalan-jalan yang mengelilingi lahan Solo Paragon seperti Jalan Yosodipuro, Jalan Cipto M angunkusumo, Jalan Sutomo, dan Jalan Arumndalu. Hal tersebut terjadi karena adanya upaya manajemen Solo Paragon dengan pemerintah Kota Surakarta untuk membersihkan PKL yang berada di sekitarnya. namun untuk PKL di sepanjang Jalan Yosodipuro sebagian masih ada yang nekat berjualan di sana. Untuk para PKL yang berjualan di sebelah utara Jalan Yosodipuro mengaku semenjak pembangunan Solo Paragon tarif pajak retribusi per harinya mengalami kenaikan. Namun target konsumen mereka kini sedikit bertambah, karena terdapat kuli-kuli bangunan dalam Solo Paragon yang menjadi sasaran mereka. Tetapi pada kenyataannya tidak seperti yang mereka harapkan. Seperti kutipan hasil wawancara dengan salah satu PKL di bawah ini : “Dulu banyak PKL yang berjualan di sisi-sisi utara, timur, barat, dan selatan lahan ini, tapi sekarang semenjak ada Solo Paragon kebanyakan mereka digusur, dan yang masih berjualan di sini kami ditarik retribusi beda dari biasanya, tarifnya naik..” (S, PKL sekitar Solo Paragon) Rin i F a uz ia │I0606039 105
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
“Untuk mengkonsumsi warung-warung makan milik warga sekitar, itupun mereka (kuli, satpam, pegawai marketing, dan lain-lain) ternyata di dalam sudah ada katering sendiri, sehingga mereka jarang untuk membeli dagangan warga sekitar, hanya terkadang saja mereka keluar untuk jajan, makan siang, makan malam, dan lain-lain.” (WT, PKL depan Solo Paragon)
Terkait dengan teori F. Znaniecki bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yan sebenarnya,
yang
sering
tidak
diinginkannya.
Dengan
adanya
pembangunan yang baru di tengah-tengah masyarakat mengakibatkan suatu elit bisa menolak suatu inovasi tersebut apabila akan melemahkan kedudukan atau kekuasaannya. Tetapi suatu elit juga bisa mendukung pembangunan tersebut
apabila akan memperkuat kedudukan atau
posisinya. Namun pada kenyataanya setelah pembangunan Solo Paragon, hasil pembangunan sudah mulai tampak, mengakibatkan situasi mereka tidak membaik khususnya dalam memanfaatkan ruang publik. Hal ini dibuktikan dalam prosentase jawaban para PKL dalam Diagram 5.13 yang tercantum di atas.
5.3 Analisis Pengaruh Ekonomi Analisis pengaruh ekonomi di sini akan membahas 2 (dua) aspek yakni penyerapan tenaga kerja sekitar dan nilai lahan : 5.3.1
Penyerapan Tenaga Kerja S ekitar Aktivitas perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Solo
Paragon dapat membawa dampak positif bagi masyarakat jika guna lahan baru dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarkat secara langsung dan pemerintah Kota Surakarta secara tidak langsung. Karena dapat menciptakan lapangan usaha baru dan mengurangi pengangguran. Kondisi ini akan berbeda jika Rin i F a uz ia │I0606039 106
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon hanya difungsikan sebagai permukiman penduduk saja. Adanya Solo Paragon yang berupa kegiatan mix use dimana banyak terdapat kegiatan perdagangan dan jasa di dalamnya, seharusnya dapat menjadi lowongan kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat sekitar pada khususnya. Seperti dalam teori Tarigan, dimana adanya suatu pusat pertumbuhan, sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah belakangnya. Sehingga pembangunan Solo Paragon dianggap dapat menguntungkan warga sekitar dalam hal perekrutan tenaga kerja. Namun pada kenyataanya tidak serta merta menjawab dugaan tersebut. Karena warga sekitar yang seharusnya diutamakan dalam perekrutan tenaga kerja, seperti yang dijanjikan pihak Solo Paragon, tidak banyak yang menjadi tenaga kerja di Solo Paragon. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga yang kemudian ditrianggulasikan pada pemerintah dan pihak Solo Paragon, didapat pernyataan bahwa selama pembangunan berlangsung, manajemen Solo Paragon merekrut tenaga kerja sekitar untuk menjadi pekerja khususnya warga
yang berdomisili
di
Kelurahan M angkubumen, Kelurahan
Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. Namun pada kenyataannya manajemen Solo Paragon tidak mengutamakan perekrutan terhadap warga sekitar, karena tetap melalui proses penyeleksian sesuai keahlian masingmasing. Warga sekitar yang direkrut oleh pihak Solo Paragon adalah sebagai tenaga kerja bawah/kasar yakni security (satpam), gardener (tukang kebun) dan mekanik. Berikut adalah Tabel 5.8 yang menunjukkan tentang prosentase jumlah warga yang direkrut oleh Solo Paragon sebagai pekerja selama proses pembangunan. Dimana prosentase warga yang bekerja didapat dari hasil bagi dengan jumlah angkatan kerja di tiap kelurahan. Tabel 5.8 Prosentase Jumlah Warga Sekitar yang Bekerja di Solo Paragon Kelurahan
Warga sekitar yang
Jumlah Angkatan
Prosentase
Rin i F a uz ia │I0606039 107
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Kerja
Mangkubumen
bekerja di Solo Paragon 15
2704
0.15%
Penumping
5
1684
0.09%
Sriwedari
5
3971
0.09%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Berikut adalah diagram prosentase jumlah warga sekitar yang menjadi tenaga kerja di Solo Paragon pada Gambar 5.10 :
Gambar 5.10 Gambar Prosentase Warga Sekitar yang Menjadi Tenaga Kerja di Solo Paragon
Dari tabel di atas, dapat diketahui ternyata penyataan bahwa “Pihak Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja warga sekitar yang berdomisili di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya. Karena terbukti hanya sedikit warga sekitar yang menjadi tenaga kerja Solo Paragon padahal adanya pembangunan megaproyek Solo Paragon dapat menjadi peluang kesempatan kerja yang besar bagi banyaknya jumlah angkatan kerja warga sekitar. M engingat jumlah penduduk yang produktif di Kelurahan M angkubumen sebesar 6440 jiwa, Kelurahan Penumping sebesar 4561 jiwa dan Kelurahan Sriwedari sebesar 3971 jiwa.Selain itu, kelak saat Solo Paragon sudah selesai pembangunan dan sudah Rin i F a uz ia │I0606039 108
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
beroperasional, warga sekitar Solo Paragon tetap harus mengikuti proses seleksi seperti para pencari kerja lainnya dan harus sesuai standar kualifikasi tenaga kerja di bidangnya.
5.3.2
Usaha Kegiatan Ekonomi Warga S ekitar Pada kenyataannya selain berdampak positif, pembangunan Solo
Paragon yang berada pada kawasan penelitian juga mengakibatkan dampak negatif. M asyarakat sekitar yang melakukan adaptasi dengan cara merubah fungsi bangunan menjadi bangunan untuk kegiatan komersial sedikit banyak mendapat keuntungan dari hasil keuntungan karena faktor kedekatan dengan Solo Paragon dan faktor aksesibilitas. Perubahan tersebut menonjol di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro. Hidupnya kawasan itu semenjak hadir Solo Paragon dianggap warga sekitar sebagai sesuatu yang menguntungkan dan kelak dapat menjadi suatu pusat pertumbuhan. Sesuai dengan teori Tarigan, yang tercantum dalam teori pusat pertumbuhan, bahwa pusat pertumbuhan (growth pole) diartikan dengan 2 (dua) cara yaitu secara fungsional dan secara geografis. Dimana suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya memiliki
unsur-unsur
kedinamisan
sehingga
mampu
menstimulasi
kehidupan ekonomi ke dalam maupun daerah di belakangnya. dan secara geografis, dimana suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan barbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut.
Rin i F a uz ia │I0606039 109
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
Sebelum adanya pembangunan Solo Paragon, sedikit warga yang mengadakan kegiatan komersial khususnya perdagangan dan membuka jasa kost-kostan
Dibangunnya Solo Paragon memunculkan niatan warga untuk membuka usaha baru dengan berdagang, membuka kost-kostan, dan lain-lain.
Sehingga kini di wilayah sekitar Solo Paragon banyak warga yang memanfaatkan keuntungan yaitu berdekatan dengan lokasi Solo Paragon yang dapat menambah penghasilan mereka dengan mengadakan kegiatan komersial
Seperti fakta yang terjadi di lapangan yaitu banyaknya masyarakat yang memiliki tanalahan pada bagian periferi melakukan usaha kegiatan ekonomi lain yang dianggap dapat menaikkan pendapatan mereka dengan dibangun toko-toko, restoran, kafe, salon, laundry, lembaga pendidikan, bimbingan belajar, perkantoran, dan lain-lain yang berlokasi di dekat dengan Solo Paragon. Namun lain halnya dengan masyarakat yang berada pada bagian enclave. Sebagian dari mereka ada yang melakukan usaha kegiatan ekonomi lain sebagai pendorong kegiatan ekonomi pada bagian enclave tetapi di sisi lain sebagian warga kurang memanfaatkan keuntungan tersebut dan hanya menunggu kebaikan dari pihak Solo Paragon. Seperti hasil kutipan wawancara dengan ketua RT 01 RW 06 Kelurahan M angkubumen di bawah ini : “Pihak Solo Paragon kurang menganggap warga sekitar, tidak memedulikan warga, khususnya perekonomian warga sekitar.” (Ketua RT 01 RW 06 Kelurahan M angkubumen)
5.3.3
Nilai Lahan (Land Value) Seperti dalam teori nilai lahan oleh Von Thunen, menyatakan
bahwa semakin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Namun, adanya pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat Rin i F a uz ia │I0606039 110
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
terjangkau oleh kelompok strata menengah ke bawah. Sehingga diperkuat oleh teori Yunus bahwa p emilik lahan yang mempunyai status ekonomi kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah. Beberapa
penelitian
mengindikasikan
bahwa pemilik lahan yang
mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat. M aka terjadi bermacam-macam penyesuaian warga dalam mensikapi tanah/bangunan milik mereka semenjak naiknya harga tanah dan pajak bumi bangunan di kawasan mereka setelah adanya pembangunan Solo Paragon. Karena terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value yakni penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya. Seperti konsep highest and best use yang diungkapkan Yunus, maka tingginya harga lahan akan menyebabkan
hanya
kegiatan-kegiatan
tertentu
saja
(tingkat
produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan yang digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi, persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya. Perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Hal inilah yang menyebabkan beraneka ragamnya perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya. Seperti yang tertera dalam tabel harga lahan dan PBB pada Tabel 4.13 dan tabel 4.14, bahwa warga sekitar Rin i F a uz ia │I0606039 111
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
beserta kantor BPN dan kantor PBB mengaku terjadinya kenaikan drastis terhadap harga tanah warga di sekitar Solo Paragon. Begitu juga dengan harga pajak bumi dan bangunannya. Dari sebelum adanya Solo Paragon di kawasan tersebut, sampai sesudah adanya Solo Paragon, kenaikan harga tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan meningkat sampai pada kisaran ± 60%. Grafik kenaikannya dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 5.15 Gambar 5.11 Diagram Kenaikan Harga Tanah dan Pajak Bumi Bangunan di Sekitar Solo Paragon
Dan di bawah ini adalah hasil olah data dari kuisioner yang disebar kepada warga sekitar, terkait perlakuan warga terhadap tanah atau bangunannya ketika harga tanah dan pajak bumi dan bangunan naik semenjak adanya Solo Paragon di lingkungan mereka.
Rin i F a uz ia │I0606039 112
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
a.
b. c. d. e. f.
Tabel 5.9 O lah Data Kuisioner Aspek Ekonomi Jumlah Pilihan Jawaban Prosentase Jawaban Dijual, karena dengan naiknya harga tanah,dapat menguntungkan bagi 17 20% Bapak/Ibu jika tanah dijual Dijual, karena Bapak/Ibu keberatan 10 11.76% membayar pajaknya Dijual, karena memang sudah menjadi 5 4.75% rencana Bapak/Ibu untuk menjualnya Dikontrakkan, guna mendapat 11 12.94% keuntungan yang besar Direnovasi/diubah fungsi bangunannya 19 22.35% menjadi komersil Digunakan sebagai kost -kostan 10 12.94%
g. T idak dijual/dikontrakkan/direnovasi Jumlah
13
15.29%
85
100%
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Gambar 5.12 Diagram O lah Data Kuisioner Aspek Ekonomi
Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa angka perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya berbeda-beda dan angka terbanyak dihasilkan adalah mereka merenovasi dan mengubah fungsi bangunan mereka menjadi komersil (komersialisasi bangunan) guna mendapatkan keuntungan. Yakni dengan prosentase 22.35% kemudian disusul dengan jawaban terbanyak kedua yaitu mereka Rin i F a uz ia │I0606039 113
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
menjual tanah atau rumah mereka guna memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dan membuka kost-kostan.
5.4 Analisis Integrasi Aspek Pengaruh Fisik, S osial, dan Ekonomi Antar ketiga aspek di atas (fisik, sosial dan ekonomi), saling terkait dan terintegrasi. Semua yang dibahas di dalam aspek fisik, mempengaruhi pada aspek ekonomi juga pada aspek sosial. Seperti pada kasus perubahan pemanfaatan lahan yang mana itu berasal dari banyaknya kegiatan komersial baru yang berkembang oleh warga sekitar itu sendiri sebagai bentuk adaptasi warga untuk menaikkan taraf hidupnya. Dan juga untuk memanfaatkan
keberadaan
Solo
Paragon
yang
dekat
dengan
tanah/bangunan milik mereka. Hal itu mempengaruhi pula pada sosial warga khususnya PKL yang merasakan kurangnya ruang publik bagi mereka. Kehadiran Solo Paragon dianggap warga dan para stakeholders mampu mempengaruhi kondisi fisik, sosial dan ekonomi warga sekitar secara langsung dan warga Kota Surakarta secara tidak langsung. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil analisa yang di dapat dari teori yang dibandingkan dengan fakta di lapangan.
Rin i F a uz ia │I0606039 114
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Dikaitkan dengan variabel-variabel penelitian yang digunakan, maka diperoleh hasil berikut ini : Tabel 5.10 Hasil Analisis Variabel Pengaruh yang Diolah dari Teori (Kajian Kritis) No
Aspek
1
Fisik
2
Sosial
3
Ekonomi
Variabel yang digunakan Perubahan pemanfaatan lahan (Komersialisasi bangunan)
De finisi
Sumber
Penyesuaian untuk kebutuhan Chapin dan manusia dalam menampung Kaiser, 1999 kegiatan yang ada
Kesiapan masyarakat
Kesiapan masyarakat dalam URDI, 2005 menerima kehadiran pembangunan Apartemen Solo Paragon dan infiltrasi orangorang menengah ke atas
Reduksi ruang publik bagi PKL
T erseleksinya masyarakat Z.W untuk mendapatkan ruang 2005 publik terutama ruang untuk berdagang bagi para PKL
Penyerapan tenaga kerja setempat
Memprioritaskan sumber daya Effendy, 2002 manusia yang ada di dan T arigan,
Baihaki,
Hasil Analisis Dari hasil fakta dan analisa, diperoleh gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di kawasan penelitian dapat menghidupkan kawasan tersebut dengan kegiatan komersial yang berkembang dan memanjang di sepanjang Jalan Yosodipuro. Dari hasil fakta dan analisa, dengan hadirnya penghuni apartemen menyebabkan semakin heterogennya status sosial masyarakat di sekitarnya sehingga mereka tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon dan mengkhawatirkan adanya gab/ kesenjangan sosial dan infiltrasi kalangan menengah ke atas pada lingkungan mereka. Sebesar 74.11% warga sekitar menyatakan tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon. Dari hasil fakta dan analisa, semakin selekt if dan tereduksinya ruang-ruang publik yang dirasakan khususnya bagi PKL untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. Sebesar 60% para PKL menyatakan adanya Solo Paragon mengakibatkan tereduksinya ruang publik bagi PKL T idak sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta dan analisa, pihak Solo Paragon tidak
Rin i F a uz ia │I0606039 115
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
sekitarnya sebagai tenaga kerja 2005
Mendorong usaha/kegiatan ekonomi lain
Kemampuan terhadap lahan/pajak
Mencari keuntungan karena T arigan, 2005 faktor kedekatan dengan pusat pertumbuhan
harga
Pemilik lahan yang Yunus, 2001 mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat
memprioritaskan warga sekitarnya dalam hal penyerapan/perekrutan tenaga kerja. Hanya sejumlah 25 orang yang direkrut menjadi tenaga kerja Solo Paragon. Sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta dan analisa, banyaknya warga sekitar yang melakukan kegiatan usaha dengan usaha komersialisasi bangunan sebagai bentuk adaptasi dan memanfaatkan kedekatan dengan Solo Paragon sehingga dianggap dapat memberi keuntungan bagi warga sekitar. Sesuai dengan teori. Karena dari hasil fakta dan analisa, terjadi perbedaan perlakuan warga sekitar terhadap tanah/bangunannya ketika harga tanah dan harga pajak naik semenjak adanya Solo Paragon. Seperti menjual, mengontrakkan, atau mengubah fungsi tanah/bangunannya. Mengubah fungsi bangunan menjadi bangunan komersial menempati prosentase terbesar dari lainnya.
Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka dan Analisa ,Tahun 2010
Rin i F a uz ia │I0606039 116
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Ketiga aspek fisik, sosial dan ekonomi di atas adalah aspek yang menjadi pengaruh pembangunan Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Semenjak adanya apartemen Solo Paragon secara langsung dan secara tidak langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena pengaruhnya. Jika salah satu aspek seperti aspek fisik yang berubah semenjak perubahan
adanya
apartemen
pemanfaatan
lahan,
Solo
Paragon, seperti kecenderungan
maka
akan
mempengaruhi
kondisi
perekonomian di sekitarnya dan mempengaruhi pula terhadap kondisi sosial warga sekitar. Seperti pada kasus lain yaitu jika status perekonomian warga yang berbeda-beda, semakin tinggi tingkat perekonomiannya, maka semakin mempengaruhi pula terhadap status sosial dan interaksi sosial antar masyarakat. Sehingga dalam suatu perencanaan pembangunan seharusnya sudah ada pemikiran awal yang berkaitan dengan aspek fisik, sosial dan ekonomi warga agar ketiga aspek tersebut tidak diabaikan dan harus bersifat prefentif yaitu upaya pencegahan supaya kelak tidak ada pengaruh buruk bagi aspek fisik, sosial dan ekonomi warga sekitar.
Rin i F a uz ia │I0606039 117
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya
Rin i F a uz ia │I0606039 82
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan 1. Seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan jumah penduduk menuntut adanya suatu pembangunan vertikal di dalam lahan yang terbatas pada kota. M aka muncullah pembangunan apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo Paragon di lahan seluas ± 4 Ha tepatnya di lahan bekas RSUP Dr. M uwardi. Arah perkembangan bangunan yang berfungsi mix use ini mendukung Kota Surakarta yang bersifat dinamis dan menyinergikan aset yang ditonjolkan Kota Surakarta berupa sentra-sentra batik dan pariwasata yang ada di Kota Surakarta untuk menarik banyak wisatawan yang datang dan para investor khususnya untuk keperluan bisnis property. 2. Adanya pembangunan Solo Paragon yang berada pada 3 Kelurahan yakni Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping dan Kelurahan Sriwedari sudah sesuai degan ketentuan dalam RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013 bahwa kawasan Solo Paragon adalah kawasan mix use sehingga dengan adanya Solo Paragon yang bersifat mix use ini, dan perkembangan fisik yang terjadi di sekitarnya mendukung dan sangat relevan sebagai bentuk pengayaan kawasan ini dengan berbagai fasilitas komersial yang belum ada sebelumnya. 3. Gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Solo Paragon berkembang seiring dengan masa pembangunan apartemen Solo Paragon dengan dominasi kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan dan kesehatan. 4. Perubahan
pemanfaatan
lahan menjadi komersial di kawasan
penelitian yang menonjol adalah pada koridor Jalan Yosodipuro dengan pola memanjang untuk bagian periferi dan pola menyebar untuk bagian enclave. Rin i F a uz ia │I0606039 118
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
5. Pengaruh sosial yang dirasakan warga sekitar yakni semakin heterogennya strata sosial masyarakat di lingkungannya yang membuat sulit untuk berinteraksi. Dan ketidaksiapan warga terhadap adanya pembangunan terinfiltrasi
apartemen Solo Paragon karena khawatir akan
kalangan
menengah
ke
atas
dan
terjadi
adanya
gab/kesenjangan sosial antar penghuni dengan warga sekitar Solo Paragon. Tetapi di sisi lain, secara tidak langsung kehadiran Solo Paragon di lingkungan mereka membuat kebanggaan atau “gengsi” tersendiri bagi warga sekitar karena tempat tinggalnya berdekatan dengan Solo Paragon. Kemudian bagi para PKL, mereka merasa dibatasi dalam penggunaan ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. 6. Adanya Solo Paragon yang dianggap sebagai pusat pertumbuhan (growth pole) yang idealnya dapat menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi lapangan usaha yang besar bagi masyarakat khususnya warga sekitar kenyataannya tidak seperti yang diharapkan warga. Karena hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja di Solo Paragon. 7. Naiknya harga lahan dan Pajak Bumi dan Bangunan pada lahan/bangunan di sekitar Solo Paragon menyebabkan warga sekitar beradaptasi dengan perlakuan yang berbeda-beda mulai dari menjual tanah/bangunannya, mengontrakkan, mengubah fungsi bangunan atau dengan membuka kost-kostan. 8. Jika salah satu aspek seperti aspek fisik berubah karena terkena pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon, maka secara tidak langsung aspek sosial dan ekonomi juga akan terkena pengaruhnya. Karena ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan terintegrasi satu sama lain.
Rin i F a uz ia │I0606039 119
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
6.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi kepada stakeholder yaitu : 1. Kepada pemerintah a. Dalam setiap kepentingan khususnya dalam hal kerja sama dengan pengembang dan investor, agar mengutamakan terlebih dahulu mana yang sangat diprioritaskan untuk boleh dibangun dan kapan dibangun suatu property. Khususnya memikirkan bagaimana kondisi lingkungan warga di sekitarnya baik secara fisik, sosial maupun ekonomi. b. Pemerintah mengupayakan pula untuk tetap mempertahankan penduduk asli kelurahan khususnya penduduk menengah ke bawah agar tidak terjadi out-migran dalam jumlah besar. c. Perkembangan kegiatan komersialisasi bangunan yang terjadi pada bagian periferi kawasan perlu pengaturan perijinan karena dikhawatirkan kelak akan menjadi lebih besar lagi seiring keberadaan Solo Paragon. 2. Kepada pihak pengembang a. Sebaiknya sebagai pengembang harus mempunyai jiwa sosial tinggi khususnya kepada warga sekitar yang paling terkena dampak lingkungan secara langsung saat pembangunan proyek berjalan. Selain
itu
juga
menepati janjinya untuk memprioritaskan
penyerapan tenaga kerja dari sumber daya manusia di sekitarnya. b. Pengembang sebaiknya bertanggung jawab kepada warga sekitar baik pada masa pembangunan sampai nanti Solo Paragon mulai beroperasional. Dan melakukanprosedur pembangunan sesuai dengan AM DAL. c. Pengembang memikirkan keberadaan PKL yang digusur pada saat pembangunan Solo Paragon berlangsung. Sebaiknya memberikan shelter-shelter khusus untuk para PKL yang ingin berjualan di Rin i F a uz ia │I0606039 120
Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar
sekitar Solo Paragon dengan target konsumen yakni karyawan dan pengunjung Solo Paragon. 3. Kepada warga sekitar Solo Paragon a. M emanfaatkan degan sebaik-baiknya fasilitas yang ada sekarang, khususnya perubuhan wujud kawasan sekitar yang menjadi hidup dan komersil sehingga sangat menguntungkan bagi warga jika mengambil manfaat tersebut dengan membuka usaha seperti perdagangan, jasa, dan lain-lain. b. Beradaptasi dengan keadaan sekarang dimana dengan adanya Solo Paragon
berpotensi
meningkatkan
taraf
hidup
warga jika
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 4. Kepada Peneliti lain Penelitian pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya belum mencakup seluruh aspek. Beberapa aspek yang belum dibahas dan dapat dijadikan studi lanjutan antara lain: a. Dampak Solo Paragon terhadap penduduk Kota Surakarta b. Analisis potensi keberadaan Solo Paragon terhadap kawasan di sekitarnya c. Studi eksplorasi mengenai pengaruh perubahan pemanfaatan lahan perumahan menjadi komersial terhadap perubahan harga lahan
Rin i F a uz ia │I0606039 121
DAFTAR PUS TAKA
Adisasmita, H.Raharjo, 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Effendy, M uhajir. 2002. Masyarakat Equilibrium. Yogyakarta: Bentang Budaya Effendy, Sofyan. 2002. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalamPerencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB. Nazir, M oh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, ITB. Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Susanto, Phil.A, 1999. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta : Putra Abardin. Syani, Abdul. 1994. Sosiologi (Sistematika, teori dan terapan). Jakarta: Bumi Aksara. Sztompka, Piotr, 1997. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. M edan: Bumi Aksara. URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia) Jakarta: Urban and Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko. URDI, 2005. Bunga Rampai Pembangunan Kota dalam Abad 21 (Pengalaman Pembangunan
Perkotaan
di
Indonesia)
Jakarta:
Urban
and
Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko. Yunus, Hadi Sabari. 2002. Manajemen Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, Hadi Sabari. 2008. Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
122
Zahnd, M arkus. 1989. Model Baru Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius http://www.skycrapercity.com/showthread.php?t=903102&page=4
TUGAS AKHIR
Alit, Tjokorda. 2001. Kajian Gejala Perubahan Pemanfaatan Lahan Kawasan LC. Gatot Subroto. Tesis, Program M agister Perencanaan wilayah dan Kota. ITS, Surabaya.
Baihaki, Z. W. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Mall Ambarukmo Plasa dan Sphire Square Yogyakarta. Yogyakarta: Thesis, M PKD UGM .
M ardiansyah, Fadjar Hadi. 1999. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan untuk
Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota.
Tesis, Program M agister
Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung.
Sanggono, Edi Kurnijanto. 1993. Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Pacet. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung.
Wulandari, Ayu. 2007. Studi Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan Menjadi Komersial di Koridor Kertajaya Surabaya. Surabaya: Tugas Akhir, PWK ITS.
Haryanto, Arif Sugeng. 2005. Pengaruh Pembangunan Kampus Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar (Studi Kasus: Kawasan Kampus Tembalang). Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilay ah dan Kota, UNDIP.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RUTRK Kota Surakarta Tahun 1993-2013 123