PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN TEROWONGAN DI JALAN RAYA PASAR MINGGU TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAGANG DI SEKITARNYA Dharma Tintri E. Sudarsono Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
[email protected]
ABSTRAKSI Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan profil usaha di sekitar jalan terowongan Jalan Raya Pasar Minggu, dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima di sebelum dan ketika pembangunan terowongan. Data yang digunakan merupakan data primer yang dikumpulkan dari pedagang kaki lima. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara.. Analisis perbedaan pendapatan dilakukan menggunakan uji hipotesis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata–rata pendapatan bersih per bulan sebelum dan ketika pembangunan terowongan. Kata kunci: Pedagang kecil, pendapatan, pengeluaran
PENDAHULUAN Di tengah keadaan ekonomi yang belum stabil di Indonesia, perkembangan dunia usaha dan perdagangan, khususnya dalam usaha menengah ke bawah justru mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh beragamnya jenis upaya masyarakat agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Ini terjadi hampir pada semua bidang usaha, salah satu usaha yang pesat perkembangannya dan banyak dijumpai yaitu usaha wiraswasta yang bergerak di segala bidang. Kegiatan wirausaha dapat berupa usaha fotokopi, salon, bengkel maupun usaha lainnya. Keanekaragaman jenis usaha tersebut membuat para wiraswastawan lebih berani merintis dan mengembangkan usahanya. Banyak usaha didirikan oleh para wiraswastawan yang berlokasi di pinggir jalan raya. Nampaknya lokasi tersebut dianggap paling strategis, karena dapat dengan mudah dikunjungi konsumen, sehingga penerimaan yang besar dapat dengan mudah diperoleh. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa keberadaan toko di pinggir jalan raya dalam satu lokasi yang berdekatan ternyata tidak menjadi masalah bagi wiraswastawan, karena masing–masing toko menjual barang atau jasa yang beragam, sehingga alternatif pilihan banyak dimiliki oleh konsumen. Seiring dengan perkembangan usaha wiraswastawan ini diikuti pula dengan kemajuan pembangunan di segala bidang, seperti pembangunan jalan terowongan (underpass) yang bertujuan mengurangi kemacetan lalu lintas di lintasan kereta api, tetapi di sisi lain, aktifitas toko di sekitarnya justru terpengaruh oleh hal ini. 1
Melihat situasi yang demikian, memang tidak dapat dipungkiri akan berpengaruh bagi usaha wiraswasta, hal ini juga dirasakan oleh beberapa usaha dagang di sekitar lokasi. Walaupun demikian, pembangunan akan terus berlangsung dalam upaya mengadakan perbaikan di berbagai bidang kehidupan. Menurut Kepala Subdin Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta bidang Jalan dan Jembatan, Rustam Effendi (Kamis, 20/4/06), kalau jalan terowongan sudah dibangun dengan biaya besar, jalan di sekitarnya pun menjadi tertib dan teratur. Artinya, pedagang kaki lima yang ada harus diatur kembali. Ia juga menuturkan bahwa pengoperasian jalan terowongan Pasar Minggu, Jakarta Selatan mundur hingga Juni 2006 dari rencana April 2006. Keterlambatan pengoperasian jalan terowongan Pasar Minggu ini sebagai akibat terlambatnya pengesahan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta (Lintas Metro, Jumat 21 April 2006). Mukhayar RM, wakil ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta juga menambahkan bahwa, seharusnya proyek tersebut bisa selesai dalam kurun waktu tidak lebih dari dua tahun ( Republika, Kamis 04 Mei 2006 ). Artikel ini menyajikan informasi mengenai pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan jalan terowongan di Jalan Raya Pasar Minggu terhadap tingkat pendapatan usaha dagang di sekitar lokasi, dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. LANDASAN TEORI Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Sedangkan biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atas terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (IAI 2004:18). Faktor kunci dalam menyeleksi lokasi yang baik menurut Longeneckerm (2001: 241) yaitu kemudahan dalam mencapai konsumen, kondisi lingkungan bisnis, tersedianya sumber daya, kecenderungan alam, dan tersedianya biaya dan tempat. Lokasi adalah keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. (Lupiyoadi, 2001 : 61 – 62 ). Perencanaan lokasi merupakan salah satu kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum perusahaan mulai beroperasi. (Herjanto 1999 : 24). Penentuan lokasi bertujuan untuk dapat membantu perusahaan beroperasi atau berproduksi dengan lancar, efektif dan efisien. (Assauri 2004 : 40). Karakteristik Usaha Kecil Menengah /UKM ( Dep.KUKM, 2005): 1) memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Usaha Menengah); 2
2) milik Warga Negara Indonesia; 3) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar; 4) berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum; METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih pedagang kaki lima sebelum dan ketika pembangunan terowongan. Pendapatan bersih dihitung berdasarkan penerimaan dan pengeluaran setiap usaha yang disurvei. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dari lima (5) pedagang kaki lima. Data selanjutnya diolah menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan deskridtif verifikatif. Hipotesis penelitian yang diuji adalah: Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan sebelum dan ketika pembangunan Jalan terowongan. Ha: Ada perbedaan yang signifikan rata-rata pendapatan sebelum dan ketika pembangunan Jalan terowongan. Selain itu juga dikumpulkan data profil usaha yang didirikan di sekitar lokasi. PEMBAHASAN Adanya pembangunan jalan terowongan di Jalan Raya Pasar Minggu disebabkan karena seringkali terjadi kemacetan lalu lintas di lintasan rel kereta api di kawasan tersebut. Kemacetan yang terjadi disebabkan karena semakin banyaknya kendaraan bermotor dan wiraswastawan yang membuka usahanya di sepanjang jalan raya. Pembangunan terowongan yang sedang berlangsung saat ini menimbulkan pengaruh bagi pengelola usaha dagang di sekitar lokasi. Salah satu pengaruh yang dirasakan antara lain menurunnya penerimaan penjualan yang disebabkan berkurangnya jumlah pengunjung. Kenyataan ini dipengaruhi oleh kondisi jalan yang lebih sempit dan tingginya tingkat polusi udara karena adanya alat–alat berat yang tengah dipergunakan untuk membangun terowongan. Tingginya tingkat polusi yang dipersepsikan menyebabkan pengunjung merasa enggan untuk datang dan berbelanja di toko sekitar pembangunan. Meskipun demikian, pengelola usaha dagang di sekitar lokasi yang berada di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu tetap membuka usahanya dengan sikap optimis, selain itu mereka juga tetap berani bersaing walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi. Sebagian besar dari pengelola usaha dagang di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu tidak memiliki laporan keuangan yang tersusun dengan baik. Hal ini terkait dengan ketidaktahuan mereka dalam membuat laporan keuangan sebagaimana mestinya. Adapun dalam pembukuan laporan keuangannya, kebanyakan dari mereka hanya membuat catatan pendapatan tiap bulannya, tanpa merinci pengeluaran atau biaya yang berhubungan dengan pengoperasian usahanya. Profil Usaha dan Pengusaha Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan terowongan Jalan Raya Pasar Minggu sangat beragam. Terdapat 22 jenis pekerjaan seperti yang dapat dilihat pada 3
Tabel 1., yang terdiri dari 2.5% penjual sayur, 2.5% penjual ayam potong, 2,5% penjual daging, 2.5% penjual perabot rumah tangga, 5.0% penjual pakaian, 2.5% penjual kue, 2.5% mainan, 5.0% penjual bubur ayam, 17.5% penjual minuman, 2.5% penjual soto betawi, 5.0% penjual gorengan, 2.5% penjual nasi uduk, 2.5% penjual pernak – pernik, 2.5% penjual topi, 2.5% penjual sepatu, 5.0% penjual buah, 5.0% tukang parkir, 7.5% pedagang asongan, 7,5% supir bis/angkutan, 2.5% mandor bangunan, 7.5% pekerja bangunan, dan 5.0% penjaga pintu kereta. Dari data tersebut terlihat bahwa penjual minuman adalah jenis pekerjaan yang paling banyak terdapat di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu. Hal ini sangat berkaitan dengan konsumen yang sebagian besar masyarakat pengguna jasa transportasi kereta api dan bis atau angkutan yang juga membutuhkan keberadaan jenis pekerjaan tersebut.
Pekerjaan Penjual Sayur Penjual Ayam Potong Penjual Daging Penjual Perabot Rt Penjual Pakaian Penjual Kue Penjual Mainan Penjual Bubur Ayam Penjual Minuman Penjual Soto Betawi Penjual Gorengan Penjual Nasi Uduk Penjual Pernak – Pernik Penjual Topi Penjual Sepatu Penjual Buah Tukang Parkir Pedagang Asongan Supir Bis / Angkutan Mandor Bangunan Pekerja Bangunan Penjaga Pintu Ka Total
Tabel 1. Profil Pekerjaan Jumlah (orang) 1 1 1 1 2 1 1 2 7 1 2 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 40
Persentase (%) 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 5.0% 2.5% 2.5% 5.0% 17.5% 2.5% 5.0% 2.5% 2.5% 2.5% 2.5% 5.0% 5.0% 7.5% 7.5% 2.5% 7.5% 5.0% 100%
Lama bekerja masyarakat yang berada di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu juga beragam, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Persentase terbesar adalah bekerja dalam kurun waktu 1 sampai 5 tahun, yaitu sebesar 77,5%. Masyarakat yang sudah bekerja selama 6 sampai dengan 10 tahun sebesar 15%, dan 7,5% dalam kurun waktu 11- 15 tahun.
4
Tabel 2. Lama Bekerja Jumlah Masa kerja (orang) 1 - 5 tahun 31 6 - 10 tahun 6 11- 15 tahun 3 Total 40
Persentase (%) 77.5% 15% 7.5% 100%
Pengetahuan masyarakat di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu tentang tujuan pembangunan terowongan seperti yang diungkapkan pada Tabel 3. menunjukkan persentase sebesar 100% untuk yang mengetahui tujuan dari pembangunan Jalan terowongan. Sedangkan yang mengatakan tidak tahu sebesar 0%, atau dapat dikatakan bahwa masyarakat yang beraktifitas di sekitar Jalan Raya Pasar Minggu seluruhnya mengetahui tujuan dari pembangunan terowongan. Tabel 3. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan Pembangunan Jalan Terowongan Pengetahuan tentang Jumlah Persentase (%) tujuan pembangunan terowongan (orang) tahu 40 100% tidak tahu 0 0%
Berdasarkan hasil survey, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4., tidak ada responden (0%) yang mengatakan bahwa aparat keamanan berfungsi dengan baik. Sedangkan 70% masyarakat menyatakan cukup baik, dan sisanya 30% menyatakan fungsi aparat keamanan kurang baik. Tabel 4. Fungsi Aparat Keamanan Menurut Masyarakat Sekitar Fungsi aparat keamanan Jumlah (orang) Persentase (%) baik 0 0% cukup baik 28 70% kurang baik 12 30%
Pada Tabel 5 diungkapkan bahwa 40% masyarakat yang beraktifitas di pasar dan 50% masyarakat yang berada di sekitar terminal merasa terganggu dengan adanya pembangunan terowongan. Sedangkan masyarakat yang beraktifitas di sekitar stasiun dan di sekitar pembangunan terowongan tidak merasa terganggu dengan adanya pembangunan. Jumlah masyarakat yang tidak merasa terganggu dengan adanya pembangunan terowongan lebih banyak daripada yang merasa terganggu, hal ini disebabkan karena sebagian besar tempat di mana mereka beraktifitas letaknya jauh dari pembangunan terowongan. Tabel 5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengaruh Pembangunan Jalan Terowongan Terhadap Masyarakat Sekitar Berpengaruh Tidak berpengaruh Lokasi Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) 4 40% 6 60% Pasar 5 50% 5 50% Terminal 0% 10 100% Stasiun 0% 10 100% Pembangunan
5
Nama Usaha Kelana Sentosa Murni Warteg Bahari Salon Oscar
Tabel 6. Profil dan Operasi Usaha Dagang di Sekitar Lokasi Status Waktu Jenis Kepemilikan Suku Jumlah Tempat Usaha Pemilik Karyawan Buka Tutup Usaha Fotocopy Warteg Salon
Modal sendiri Modal sendiri Modal sendiri
Betawi
3 Orang
Jawa
5 Orang
Jawa
3 Orang
Sewa Milik sendiri Milik sendiri
08.00
21.00
06.00
22.00
09.00
20.00
Warung Tenda Uni Ani
Tempat makan
Patungan
Padang
7 Orang
Sewa
15.00
23.00
Toko Buah
Penjual buah
Modal sendiri
Sunda
-
Sewa
06.00
23.00
Perbedaan Pendapatan Sebelum dan Ketika Pembangunan Terowongan Pengusaha pada umumnya tidak membuat laporan keuangan. Mereka tidak pernah menggunakan konsep akuntansi untuk mengetahui keuntungan bersih yang didapatkan. Ketiadaan laporan keuangan menuntut penelitian ini mengumpulkan data penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk tujuan perhitungan pendapatan bersih pengusaha. Rata-rata pengeluaran per bulan setiap usaha yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 7. Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh setiap usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terbesar dari kelima usaha dagang yang disurvei dimiliki oleh Warung Tenda Uni Ani, yaitu sebesar Rp 6,050,000, sedangkan biaya variabel terbesar dikeluarkan oleh Warteg Bahari, yaitu sebesar Rp 8,100,000. Tabel 7. Rata - Rata Pengeluaran/Bulan Usaha Dagang di Sekitar Lokasi No Nama Usaha Biaya Tetap Biaya Variabel Kelana Sentosa Gaji Pegawai Bahan 1 Rp. 2,250,000 Rp. 4,500,000 Murni 3 Orang Baku Sewa Tempat Rp. 850,000 Telepon Rp. 150,000 Servis Mesin Rp. 200,000 Listrik Rp. 250,000 2 Unit Sumbangan Rp. 50,000 Transport Rp. 85,000 Retribusi Rp. 30,000 Angkut Rp. 50,000 Kebersihan dan Keamanan Jumlah Rp. 3,380,000 Jumlah Rp. 5,085,000 Gaji Pegawai Bahan 2 Warteg Bahari Rp. 3,250,000 Rp. 7,500,000 5 Orang Baku Listrik Sumbangan Rp. 50,000 Rp. 300,000 dan Air Retribusi Rp. 70,000 Transport Rp. 200,000 Kebersihan dan Keamanan Angkut Rp. 100,000 Jumlah Rp. 3,370,000 Jumlah Rp. 8,100,000
6
3
Salon Oscar
Gaji Pegawai 3 Orang Servis Peralatan Sumbangan
4
Warung Tenda Uni Ani
Retribusi Kebersihan dan Keamanan Jumlah Gaji Pegawai 7 Orang Sewa Tempat Sumbangan Retribusi Kebersihan dan Keamanan Jumlah
5
Toko Buah
Sewa Tempat Sumbangan Retribusi Kebersihan dan Keamanan Jumlah
Rp. 1,950,000
Bahan Baku
Rp. 1,850,000
Rp.
50,000 Telepon
Rp.
100,000
Rp.
25,000
Listrik dan Air
Rp.
400,000
Rp.
70,000 Transport
Rp.
100,000
Rp. 2,095,000 Jumlah Bahan Rp. 5,250,000 Baku Listrik Rp. 700,000 dan Air Rp. 50,000 Transport
Rp. 2,450,000
Rp.
50,000 Angkut
Rp. 6,500,000 Rp.
250,000
Rp.
250,000
Rp.
150,000
Rp. 6,050,000 Jumlah Bahan Rp. 250,000 Baku Rp. 20,000 Listrik
Rp. 7,150,000
Rp.
150,000
Rp.
Rp.
350,000
Rp.
25,000 Transport Angkut 295,000 Jumlah
Rp. 3,000,000
Rp. 200,000 Rp. 3,700,000
Sumber : survey, 2006
Menggunakan penerimaan yang juga diperoleh dari kelima usaha dagang, maka pendapatan bersih per bulan selanjutnya dihitung. Rata-rata pendapatan bersih per bulan kelima usaha dagang sebelum dan ketika berlangsungnya pembangunan terowongan dapat dilihat pada Tabel 8. Usaha Kelana Sentosa mengalami penurunan rata-rata pendapatan bersih per bulan ketika pembangunan terowongan berlangsung, yaitu dari Rp. 2,346,875 sebelum pembangunan menjadi Rp. 2,218,750. Warteg Bahari di sisi lain mengalami peningkatan pendapatan bersih, yaitu dari Rp. 2,885,600 sebelum pembangunan menjadi Rp. 2,962,900 ketika pembangunan berlangsung. Peningkatan dapat terjadi karena banyaknya buruh bangunan yang bekerja dan mempunyai kebutuhan konsumsi makan pagi, siang, atau malam. Meskipun Warung tenda Uni Ani juga menjual makanan seperti yang dilakukan Warteg Bahari, Warung Tenda Uni Ani mengalami penurunan rata-rata pendapatan bersih per bulan ketika pembangunan berlangsung, yaitu dari Rp. 3,274,200 menjadi Rp. 3,236,250. Salon Oscar juga mengalami penurunan, yaitu dari Rp 2,143,750 menjadi Rp. 2,013,500. Toko buah dapat mengambil keuntungan ketika pembangunan berjalan, seperti yang dialami Warteg Bahari, di mana pendapatan bersih per bulan ketika pembangunan berlangsung meningkat dari Rp. 786,500 menjadi Rp. 822,250.
7
Tabel 8. Rata - Rata Pendapatan Bersih/Bulan Usaha Dagang di Sekitar Lokasi Rata - Rata Pendapatan Bersih/Bulan Sebelum
Ketika
(Mei 2002 s/d April 2004)
( Mei 2004 s/d April 2006)
Nama Usaha Kelana Sentosa Murni
Rp. 2,346,875
Rp.
2,218,750
Warteg Bahari
Rp. 2,885,600
Rp.
2,962,900
Salon Oscar
Rp. 2,143,750
Rp.
2,013,500
Warung Tenda Uni Ani
Rp. 3,274,200
Rp.
3,236,250
Rp.
822,250
Rp.
Toko Buah
786,500
Sumber: hasil perhitungan
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar keadaan ketika pembangunan terowongan menghasilkan pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum pembangunan terowongan, hal ini terjadi karena lebih sedikitnya pengunjung yang datang ketika pembangunan terowongan berlangsung. Sedikitnya jumlah pengunjung yang datang disebabkan karena tingginya tingkat polusi udara, dan terganggunya arus lalu lintas akibat dari lebih sempitnya keadaan jalan di wilayah tersebut. Uji hipotesis dilakukan menggunakan statistik uji berpasangan. Hasil pengolahan data menggunakan SPSS dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Rata-rata pendapatan bersih per bulan sebelum pembangunan terowongan adalah Rp. 2,289,242, sedangkan rata-rata pendapatan per bulan ketika pembangunan berlangsung adalah Rp. 2,227,867. Tabel 9. Statistik Uji Berpasangan Rata-rata kesalahan Rata-rata N Standar deviasi standar Pasangan 1 Sebelum 2289242.0 Ketika 2227867.0 Sumber : Data diolah, 2006
120 120
855252.6777 911491.8046
78073.53 83207.44
Nilai signifikansi pada Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan bersih per bulan sebelum dan ketika pembangunan terowongan. Nilai signifikan sebesar 0.0003, artinya kesalahan yang terjadi dengan menolak hipotesis nol diperkirakan sebesar 0.0003. Kesalahan ini cukup kecil, jauh lebih kecil dibandingkan dengan 0.05, sebagai batasan yang dapat diterima dalam penelitian sosial. Pendapatan bersih per bulan ketika pembangunan terowongan berlangsung yang lebih kecil dibandingkan pendapatan sebelum pembangunan dilaksanakan dengan demikian mengindikasikan bahwa pembangunan terowongan menyebabkan pendapatan bersih pedagang menurun.
8
Tabel 10. Uji Sampel Berpasangan Perbedaan berpasangan Rata-rata Rata-rata
Standar deviasi
kesalahan
95 % selang kepercayaan Batas bawah
Batas atas
DeraT
standar
jat bebas
Signifikansi (2 tailed)
Pasangan 1 Sebelum
61375.00
222060.9751
20271.30
21235.80
101514.2
3.028
119
.0003
Ketika
Sumber : Data diolah, 2006
PENUTUP Rata-rata pendapatan bersih per bulan usaha dagang di sekitar lokasi sebelum pembangunan terowongan adalah sebesar Rp 2.289.242. Sedangkan dapat diketahui pula rata – rata pendapatan bersih per bulan usaha dagang di sekitar lokasi ketika pembangunan terowongan adalah sebesar Rp 2.227.867. Pendapatan bersih per bulan secara signifikan berbeda sebelum pembangunan terowongan dan ketika pembangunan berlangsung. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pendapatan bersih per bulan setelah pembangunan terowongan selesai dikerjakan. REFERENSI Eddy Herjanto, 1999, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Penerbit P.T Gramedia Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta. Husein Umar, 2003, Riset Akuntansi, Penerbit P.T Gramedia Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Justin, G. Longenecker, Carlos W. Moore, J, William Petty, 2001, Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Rambat Lupiyoadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Singgih Santoso, 2001, SPSS Versi 10, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. Sofjan Assauri, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung. Syahri Alhusin, 2003, Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS 10, Edisi Revisi, Penerbit Graha Ilmu, Jakarta
9