PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO
TESIS
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister
Program studi: Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh Susilowati Andari S540908119
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO Disusun oleh : Susilowati Andari S540908119
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing:
Jabatan Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
DR. Nunuk Suryani,M.Pd NIP 196611081990032001
Pembimbing II
Dr. Fx.Bambang Sukilarso Sakiman,MS NIP 195103061979031002
Mengetahui Ketua Program MKK
Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo,M.Kes,MM.,PAk NIP : 194803131976101001
Lembar Pengesahan Penguji Tesis
Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo TESIS Disusun Oleh : Susilowati Andari S540908119 Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji: Jabatan Ketua merangkap
Nama Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM.,M.Kes.,PAk NIP 194803131976101001
Tanda Tangan
Tanggal
..........................
.................
.........................
...................
..........................
...................
........................
...................
anggota Sekretaris
Prof. Dr. Bhisma
merangkap
Murti,MPH.,M.Sc.,PhD
anggota
NIP 19551021994121001
Anggota
DR. Nunuk Suryani,M.Pd NIP 196611081990032001 dr. Fx. Bambang S. S, MS NIP. 195103061979031002
Mengetahui : Direktur
Ketua Program Studi
Program Pasca Sarjana
Magister Kedokteran Keluarga
Prof.Drs.Suranto,M.Sc,Ph.D NIP. 195708201985031004
Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAk NIP. 194803131976101001
KATA PENGANTAR
Ucap syukur Alhamdulillah kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “ Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang benderang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa bimbingan, arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai dengan
terselesaikannya
tulisan
ini.
Karenanya
penulis
menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof.Dr.Suranto.MSc.,Phd selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut 2. Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAK, selaku Ketua Program Studi Megister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut. 3. DR. Nunuk Suryani,MPd selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu. mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai penelitian ini selesai
4. Dr. Fx. Bambang Sukilarso Sakiman,MS selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu. Mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai penelitian ini selesai 5. Dra. Hj. Maesunnah,Apt selaku Direktur Akafarma sunan Giri Ponorogo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut. 6. Suami dan anak-anakku yang sholih dan sholihah yang telah memberi semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini 7. Teman-temanku di Akafarma Sunan Giri ponorogo yang telah banyak membantu memberikan dorongan moril kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini 8. Teman-teman seminat di program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Alloh SWT.Amin
Surakarta, Desember 2009 Peneliti
PERNYATAAN Nama
: Susilowati Andari
Nim
: S540908119
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut
Surakarta, Desember 2009 Yang membuat pernyataan,
Susilowati Andari
ABSTRAK Susilowati Andari.2009. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.Tesis. Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. Program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kata Kunci: Motivasi,Minat,Lingkungan Belajar,Prestasi Belajar Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi,minat dan lingkungan belajar serta prestasi belajar dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa semester tiga dan lima Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada bulan Nopember 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis asosiatif serta menggunakan tehnik analisis regresi, yaitu Regresi Linier Berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo yang telah menempuh satu tahun pendidikan dengan jumlah 50 mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi dengan metode sampling Exhaustive Sampling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi, minat dan lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo rata-rata dalam kategori baik dengan nilai masing-masing 80%, 60 %, 80%. Sedangkan prestasibelajar mahasiswa Akafarma tahun akademi 2009/2010 pada umumnya sangat memuaskan dengan nilai 64% Secara parsial motivasi mempengaruhi prestasi belajar sebesar 13 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012 yang lebih kecil dari 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Minat belajar mahasiswa mempengaruhi prsetasi belajar sebesar 22 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Lingkungan belajar secara parsial menyumbang 22 % terhadap prestasi belajar dengan nilai t hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Berdasar F hitung yang didapat 51.679 dengan signifikansi 0.000, maka harga signifikansi yang kurang dari 0.05 menunjukkan nilai F hitung yang didapat signifikan dan ini berarti secara simultan motivasi, minat dan lingkungan belajar mahasiswa mempengaruhi prestasi belajarnya . Besar pengaruh kesemua variabel terhadap prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 77.1 %, yang berarti pula ada 22.9% faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar yang tidak diteliti pada penelitian ini. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.
ABSTRACT Susilowati Andari. .2009. The Influence of Motivation, Interest and Learning Environment toward Students’ Achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Thesis. Master of Family Medical, The Main Interest on Health profession Education, Post Graduate Program.of Sebelas Maret University. Surakarta Keywords: Motivation, Interest, Learning Environment, and Achievement The purpose of this research was to investigate motivation, interest, and learning environment of Akafarma students, and is there a significant influence among motivation, interest, and learning environment toward students’achievement of Akafarma both partially or simultaneously. This research conducted for the third and fifth semester students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo. The research methode used in this study was quantitative method using associative design. The technique used in analyzing data was multiple linier regression. The population of this research was 50 students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo who have been studied for one year. All of the population was the research sample (i.e. population research). The research results show that in average the level of motivation, interest, and learning environment of the students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo, have good category in each value, those are 80%, 60%, 80%. While students’achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo in 2009-2010 academic year have very satisfied value with the score 64%. Motivation influences on achievement about 13%. With t value = 2.632 and p= 0.012 (<0.05) means that the variable is significant. The students interest influences on achievement about 22%. This variable is significant with t value = 3.614 and p = 0.01 (<0.05). Learning environment contributes 22% toward students’achievement. The variable is significant with t value = 3.57 and p = 0.001 (<0.05). It also find out that F value is 51.679 and p = 0.000 (<0.05), it means that motivation, interest, and learning environment have a significant influence toward students’ achievement. The influence value toward students’achievement shown by the R2 value = 77,1 %.It means that there are 22,9% influence from other factors which also affect the students’ achievement. It can be concluded that motivation, interest, and learning environment have a significant influence on students’ achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
DAFTAR ISI JUDUL
Hal
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………...
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…
4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..…..
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………
7
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar………..........
7
1. Motivasi Belajar.......................................................................
7
1.1. Teori Motivasi……..…………………………………….….
7
1.2. Fungsi Motivasi………………………………………….....
8
1.3. Jenis – jenis Motivasi……………………………………....
9
1.4. Pengertian Motivasi….……………………………………..
11
1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi………….…....
12
1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa …………
14
1.7. Indikator-indikator Motivasi……………….…….……….…
19
2.
Minat Belajar………………………………..…………..…..
20
2.1. Pengertian Minat Belajar…………………………………….
20
2.2. Pembagian Minat……………………………………………..
28
2.3. Indikator-indikator Minat……………………………………..
30
2.4. Upaya meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar ….....
32
2.5. Metode Pengukuran Minat……………………………………
35
3. Kajian tentang Lingkungan Belajar…………………………
36
3.1. Pengertian Lingkungan Belajar……………………………..
36
3.2. Macam-macam Lingkungan Belajar……………………..….
37
3.2.1. Lingkungan Keluarga………………………………….…..
37
3.2.2. Lingkungan Kampus………………………………...…….
43
3.2.3. Lingkungan Masyarakat……………………………..……
47
B. Kajian tentang Prestasi Belajar……………………………..........
49
1. Belajar……………………………………………………......
49
1.1. Pengertian Belajar……………………………………....….
49
1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif…………………........…
51
1.3. Prinsip-prinsip Belajar………………………………......…..
57
2. Prestasi Belajar………………………………………....……
60
2.1. Pengertian Prestasi Belajar…………………………......…..
60
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Belajar…...…..
61
C. Penelitian yang Relevan.................................................................
72
D. Kerangka Berpikir.........................................................................
73
E.
Hipotesis………………………………………………………..
76
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………
77
A. Jenis Penelitian…………………………………........………….
77
B. Lokasi Penelitian………………………………........…………..
77
C. Populasi dan Sampel…………………………….........………….
77
D. Metode Pengumpulan Data……………………….........………..
78
1. Metode Angket/Kuesioner…………………….........…………
78
2. Metode Dokumentasi………………………….............………
79
E. Definisi Operasional…………………………………….........….
79
F. Instrumen Penelitian………………………………........………..
81
1. Penyusunan Instrumen...............................................................
81
2. Uji Kualitas Angket Penelitian…………………........……….
82
a. Validitas…………………………………………......………
83
b. Reliabilitas…………………………………….....…………
84
G. Tehnik Analisa Data……………………………….......……….
85
1. Uji Prasyarat Analisis…………………………......…………
85
a. Uji Normalitas………………………………......………..
85
b. Uji Linieritas………………………………….......……….
86
c. Uji Multikolinieritas………………………….......……….
87
2. Uji Hipotesis..............................................................................
88
2.1. Uji Analisis Linier Berganda........................................................
89
2.2. Uji F atau Uji Simultan................................................................
89
2.3. Uji t atau Uji Parsial.....................................................................
90
2.4. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2).........................................
91
2.5. Kontribusi parsial,r2......................................................................
92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
93
A. Hasil Penelitian...........................................................................
93
a. Gambaran Umum...................................................................
93
b. Uji Instrumen Penelitian........................................................
93
a. Validitas...........................................................................
93
b. Reliabilitas.........................................................................
94
c. Deskripsi hasil penelitian.........................................................
95
d. Analisis Uji Prasyarat..............................................................
103
a. Uji Normalitas..................................................................
103
b. Uji Linieritas....................................................................
104
c. Uji Multikolinieritas........................................................
105
e. Uji Hipotesis..........................................................................
106
a. Uji regresi Linier Berganda...........................................
106
b. Uji F atau Uji Simultan...................................................
107
c. Uji t atau Uji Parsial........................................................
107
d. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2)...........................
108
e. Kontribusi parsial,r2..........................................................
109
B. Pembahasan.................................................................................
109
a. Motivasi Belajar.....................................................................
109
b. Minat Belajar..........................................................................
110
c. Lingkungan Belajar...................................................................
111
d. Prestasi Belajar...........................................................................
112
e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar...........................................................................
112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
114
DAFTAR PUSTAKA
116
LAMPIRAN
117
DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Lampiran I
119-143
2. Lampiran II
144-162
3. Lampiran III
163-167
4. Lampiran IV
168-169
DAFTAR TABEL Hal 1. Tabel 4.1 : Variabel Motivasi Belajar
96
2. Tabel 4.2 : Tingkat Motivasi Belajar
97
3. Tabel 4.3 : Variabel Minat Belajar
98
4. Tabel 4.4 : Tingkat Minati Belajar
99
5. Tabel 4.5 : Variabel Lingkungan Belajar
100
6. Tabel 4.6 : Kategori Lingkungan Belajar
101
7. Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarama Ponorogo
102
DAFTAR GAMBAR Hal 1. Gambar 4.1 : Daigram Pie Motivasi Belajar
97
2. Gambar 4.2 : Daigram Pie Minat Belajar
99
3. Gambar 4.3 : Daigram Pie Lingkungan Belajar
102
4. Gambar 4.4 : Daigram Pie Prestasi Belajar
105
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator dari mutu pendidikan serta bisa digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keberhasilan belajar atau prestasi belajar biasanya diukur berdasarkan tes. Yang kemudian dikuantifikasikan dalam bentuk nilai atau Indeks Prestasi (IP). Apabila kita ingin mengetahui bagaimana proses belajar mahasiswa bisa kita lihat dari nilai yang diperoleh dari tiap semester yang diselesaikannya, karena nilai tersebut merupakan cerminan dari proses belajar yang terjadi. Prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri individu (faktor internal) maupun dari luar
individu
(faktor
eksternal).
Faktor
internal
diantaranya
adalah
kecerdasan/intelegensi, minat, bakat, motivasi, kecemasan dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan belajar yang meliputi lingkungan kampus, keluarga dan lingkungan. sosial.
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar , faktor motivasi, minat serta lingkunganlah yang dominan. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Sardiman, 2006:75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang mahasiswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi. Seseorang akan belajar jika ada dorongan dari dalam dan akan menyenangi pelajaran tersebut jika sesuai dengan minatnya. Kecenderungan yang terjadi di Akafarma Sunan Giri Ponorogo, semakin tinggi jenjang semester yang dilalui semakin menurun tingkat disiplin dalam perkuliahan maupun praktikum. Hal ini nampak dari daftar hadir rata-rata 75% yang memberikan gambaran makin menurunnya motivasi belajar. Proses belajar tidak bisa lepas dari faktor lingkungan belajarnya. Lingkungan belajar adalah lingkungan pada saat perkulihan maupun di luar jam perkuliahan. Lingkungan tempat belajar seseorang akan berpengaruh pada prestasi belajar. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar secara
sungguh-sungguh. Semakin kondusif lingkungan maka mahasiswa akan semakin bersungguh-sungguh dalam belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Sebaliknya lingkungan yang tidak kondusif akan mengganggu aktivitas belajar seseorang sehingga akan menurunkan prestasi belajarnya. Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada umumnya berasal dari luar kota dan sebagian kecil dari dalam kota tinggal bersama keluarga. Mahasiswa dari luar kota biasanya menempati rumah kontrakan di sekitar kampus, baik bersama mahasiswa lain maupun para pekerja yang bertempat tinggal yang sama. Fasilitas yang disediakan kampus pada umumnya masih kurang memadai, misal ruang perkuliahan tanpa kipas atau pendingin sehingga membuat kurang nyaman dalam belajar. Pada saat perkuliahan, dosen pada umumnya masih menggunakan papan tulis atau OHP dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga mahasiswa merasa jenuh dan bosan karena kurangnya variasi dalam mengajar. Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa adalah dengan meningkatkan motivasi, minat dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Berdasar penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 mahasiswa dengan prestasi rendah, mereka umumnya bermasalah dengan keadaan keluarga, yaitu kurangnya perhatian keluarga, atau kuliah dikarenakan adanya paksaan dari orang tua, juga dikarenakan minat dan motivasi yang kurang dari diri mahasiswa sendiri maupun lingkungan belajar yang kondusif.. Kampus adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di kampus nilai-nilai
kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, kampus menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa (Tu’u, 2004:18) Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Motivasi, Minat, dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo? 2. Bagaimanakah minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo? 3. Bagaimanakah kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo 2. Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo 3. Untuk mengetahui kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan . D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1
Manfaat teoritis a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang diteliti b. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang diterima dibangku kuliah
2. Manfaat praktis a. Bagi mahasiswa dapat menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan menenetukan lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu prestasi belajarnya.
b. Bagi kampus sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik c. Bagi dosen sebagai masukan untuk dapat menentukan kondisi belajar yang kondusif sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar 1. Motivasi Belajar 1.1. Teori motivasi Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu: a. Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan. b. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas. c. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju. d. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri. e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya. Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.
1.2. Fungsi motivasi Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para mahasiswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: a.
Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya diambil dalam rangka belajar.
b.
Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap seseorang
itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. c.
Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Seseorang yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Menurut Hamalik (2004:175) fungsi motivasi adalah :
a.
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
b.
Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
c.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2007:85) ada 3 fungsi motivasi : a.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka
mahasiswa akan belajar dengan baik dan dapat meraih prestasi belajar yang optimal.
1.3. Jenis – jenis motivasi Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a. Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kunasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. Suryabrata dalam(Tomi darmawan,2007) membedakan motivasi berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi itu sendiri ke dalam dua golongan, yaitu: a. Motivasi intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seseorang mempelajari sebuah buku karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan. b. Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku individu yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: seseorang akan giat belajar kalau diberitahu sebentar lagi ujian. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi mahasiswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91).
Menurut Hamalik (2004:174), komponen motivasi adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen dalam motivasi, yaitu: a. Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan b. Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai Rusyan (1983:3), membagi motivasi menjadi dua, yaitu: a. Motivasi atas dasar rangsangan, yang dibedakan atas motivasi kebutuhan organik dan motivasi karena darurat. Kebutuhan organik antara lain adalah makan dan bernapas b. Motivasi berdasarkan munculnya motivasi, yang dibedakan atas motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari. Motivasi bawaan dibawa sejak lahir, seperti dorongan untuk belajar. Motivasi yang dipelajari, seperti ingin pandai maka orang harus belajar
1.4. Pengertian motivasi Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.. Menurut Sardiman (2007:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan..
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Menurut Sardiman (2007:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seseorang akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang
terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu, merasa adanya kesesuaian dengan kebutuhan,adanya kepercayaan diri akan kemampuannya serta adanya kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan tugas dengan baik, Dalam belajar, motivasi / dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.
1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: a. Cita-cita atau aspirasi Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar. b. Kemampuan belajar Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi. c. Kondisi Fisik dan Psikologis Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya. d. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain. f. Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana dosen mempersiapkan diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar mahasiswa. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar peserta didik. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar mahasiswa, karena fungsinya yang mendorong dan mengarahkan kegiatan belajar. Menurut Oemar Hamalik (2004:184) ada beberapa tehnik untuk memotivasi belajar berdasar teori kebutuhan, yaitu: a. Pemberian penghargaan atau ganjaran Tehnik ini dianggap berhasil jika menumbuhkembangkan minat mahasiswa. Minat dalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya.
b. Pemberian angka atau grade Apabila pemberian angka didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal, yaitu: yang mendapatkan angka baik dan yang mendapatkan angka jelek. Yang mendapatkan angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak ada semangat terhadap pekerjaan- pekerjaan belajar c. Keberhasilan dan tingkat aspirasi Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk pada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatann-kekuatannya. Dalam hal ini dosen dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan mahasiswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya. d. Pemberian pujian Yang harus diperhatikan dalam memberi pujian adalah efek pujian tergantung pada siapa yang memberi dan siapa yang menerima pujian. Mahasiswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri , mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang lain akan responsif terhadap pujian. e. Kompetisi dan kooperasi Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Ada tiga jenis persiangan yang efektif:
1. Kompetisi interpersonal antara teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan 2. Kompetisi
kelompok
dimana
setiap
anggota
dapat
memberikan
sumbangan dan terlibat didalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat. 3. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif. f. Pemberian harapan Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Menurut Sardiman (2007:92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di tempat belajar, antara lain : a. Memberi angka atau nilai Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. b. Hadiah Hadiah dapat membuat anak didik termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau pendidik untuk memacu belajar anak didik.
c. Kompetisi Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak didik. d. Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. e. Memberi tes Tes bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Mahasiswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada tes. Mahasiswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi tes .Oleh karena itu, memberi tes merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi mahasiswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi. f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong seseorang untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat, seseorang termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat. g. Memberi pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Pendidik bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswanya dalam mengerjakan tugas. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar. h. Hukuman Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar. j. Minat Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang berminat terhadap suatu mata kuliah akan mempelajarinya dengan sungguhsungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan :membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode mengajar. k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh mahasiswa merupakan alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah untuk belajar.
1.7. Indikator-indikator Motivasi Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada
diri seseorang itu
memiliki ciri-ciri : a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila mahasiswa mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti mahasiswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikatorindikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : a.
tekun dalam menghadapi tugas
b.
adanya ketertarikan dengan perkuliahan
c.
senang memecahkan soal-soal dan latihan
d.
ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
2. Minat Belajar 2.1 Pengertian Minat Belajar Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin menumbuh kembangkan minat. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia”. Minat dapat menjadi suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94). Menurut Soesilowindradini dalam (Tuharjo, 1989:13), “ suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi.. Slameto dalam (Tomi Dramawan, 2007) menyatakan “ bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya, sebaliknya kurangnya minat dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan . Hal ini juga bisa terjadi pada minat terhadap belajar jika tidak ada minat bisa jadi akan terjadi penolakan terhadap dosennya. Suryanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dn Fauzan dalam (Tomi Darmawan, 2007) memandang minat sebagai kecenderungan yang realtif menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105) menyatakan “ bahwa minat merupakan kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu.” Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemenelemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985) Akademi Analis Farmasi dan Makanan merupakan institusi pendidikan yang mencetak seorang analis di bidang farmasi dan makanan. Farmasi atau
identik dengan obat-obatan serta makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari. Dengan makin berkembangnya produk farmasi dan makanan di pasaran menuntut adanya pengawasan yang ketat terhadap mutu produk sehingga aman digunakan serta memberi manfaat pada penggunaannya. Karena kenyataannya banyak produk farmasi dan makanan yang beredar di pasaran mengandung bahan berbahaya yang mengancam kelangsungan hidup konsumen. Dengan demikian, bidang analis farmasi dan makanan dapat melahirkan reaksi perasaan senang, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian mahasiswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang analis farmasi dan makanan. Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan untuk mengetahui hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994). Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan
dalam
suatu kegiatan.
Karena itu
minat
belajar
adalah
kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994). Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan
segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dipelajarinya.. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang berminat terhadap bidang analis farmasi dan makanan akan belajar dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti perkuliahan, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar,,menyelesaikan soalsoal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari analisis farmasi dan makanan. Mahasiswa akan mudah memahami perkuliahan yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, pendidik perlu membangkitkan minat peserta didik agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti (Hasnawiyah, 1994). Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998). Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah : 1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi. 3. Minat mencegah gangguan dari luar 4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri mahasiswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995). Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada bidang ilmu tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan perkembangan bidang ilmu tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Kalau seorang mahasiswa mempunyai minat pada bidang ilmu tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika mahasiswa tidak berminat, maka perhatian pada perkuliahan yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengikutinya. Demikian juga dengan mahasiswa yang tidak menaruh perhatian pada bidang ilmu yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan mahasiswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono, 1995).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa mahasiswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Mahasiswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk
dapat
mempelajari hal tersebut. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi
dirinya,
melayani
tujuan-tujuannya,
memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila mahasiswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar mahasiswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar mahasiswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang ilmu analis farmasi dan makanan. Minat
sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya. Minat belajar dapat ditingkatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di kampus. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari. Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari dalam diri mahasiswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995). Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh dosen di kampus dengan cara: 1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berseni.
2. Memberikan rangsangan kepada mahasiswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan. 3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur 4. Meningkatkan kondisi fisik mahasiswa. 5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi mahasiswa. 6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai. Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap mahasiswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing mahasiswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang (Loekmono, 1994). Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan
nilai-nilai
dalam
aktivitas
belajar
sangat
berguna
untuk
membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar (Sudarnoto, 1994) Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seseorang yaitu :
1.
Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi. 3.
Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4.
Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, pengajar atau teman-teman.
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu. Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut (Sudarnoto, 1994), yaitu : 1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai. 2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar. 3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu. 4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan laporan. 5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar. 6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar. 7. Melatih kebebasan emosi selama belajar. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan kesenangan. Kesimpulan dari beberapa definisi di atas tentang minat, bahwa minat merupakan perhatian khusus terhadap suatu bidang ilmu yang tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong
kemauan belajar karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan yang tinggi terhadap ilmu tersebut.
2.2. Pembagian Minat Ditinjau dari asal mulanya, minat seseorang dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudaaan dalam (Tomi Darmawan,2007), yaitu: a. Minat bawaan. Minat bawaan adalah minat yang muncul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi oleh faktor lain, baik itu faktor lingkungan maupun kebutuhan. Minat ini bisanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. b. Minat yang muncul karena pengaruh dari luar Minat seseorang ini dapat berubah karena pengaruh dari luar individu, seperti lingkungan dan kebutuhan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan H.C. Witherington dalam (Buchori, 1982 :111) membagi minat menjadi dan, yaitu : a. Minat Primitif Minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan, yang secara langsung dapat langsung memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme. b. Minat Kultural Minat kultural adalah minat yang berasal dari perbuatan belajar yng lebih tinggi tarafnya, berkisar tentang kebutuhan akan sesuatu hal yang tidak secara
langsung berhubungan dengan diri kita. Tetapi ada artinya karena ada nilai pembeda. Menurut Cague dalam ( Permanik,1991 :20), minat dibagi menjadi : a. Minat Spontan Minat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa terpengaruh pihak luar b. Minat terpola Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan berencana yang terpola, terutama kegiatan belajar mengajar baik dari lembaga sekolah maupun dari luar sekolah Moh. Surya dalam (Susilaningsih, 1993 :18), menyebutkan adanya tiga minat, yaitu : a. Minat volunter Minat volunteer adalah minat yang timbul secara sukarela dan muncul dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari pihak luar b. Minat involunter Minat involunter adalah minat yang timbul dari diri dengan pengaruh suatu situasi yang diciptakan. c. Minat non volunteer Minat non volunteer adalah minat yang ditimbulkan secara sengaja dipaksakan atau diharuskan Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu minat yang tumbuh secara alami (pembawaan yang
biasanya dipengaruhi faktor keturunan atau bakat alamiah), dan minat yang tumbuh karena proses pembelajaran (bisa berubah karena pengaruh dari lingkungan). Kedua minat tersebut sulit dipisahkan karena saling berperan dan saling mendukung dalam pembentukan minat individu terhadap sesuatu termasuk mendorong munculnya seseorang dalam pencapaian suatu cita-cita.
2.3. Indikator-indikator Minat Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positip Ada tujuh ciri minat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990:155), ciri tersebut adalah sebagai berikut: a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat juga berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, contohnya perubahan minat karena perubahan usia. b. Minat tergantung pada persiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya minat. Seseorang tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik maupun mental c. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Minat anak-anak maupun dewasa bergantung pada kesempatan belajar yang ada, sebagian anak kecil lingkungannya terbatas pada rumah, maka minat
mereka tumbuh di rumah. Dengan pertumbuhan di lingkungan social mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mereka kenal. d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Hal ini disebabkan oleh keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Seseorang yang cacat fisik tidak memiliki minat yang sama pada olah raga sepeti teman sebayanya yang normal. Perkembangan minat juga dibatasi oleh pengalaman sosial terbatas. e. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya Kemungkinan minat akan lemah jika tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai oleh kelompok budaya mereka. f. Minat berbobot emosional Minat berhubungan dengan perasaan, bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka timbul perasaan senang yang akhirnya diminatinya. Bobot emosional menentukan kekuatan minat tersebut, bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat dan sebaliknya, bobot emosional yang menyenangkan menguatkan minat g. Minat dan egosentris Minat berbobot egosentris jika seseorang terhadap sesuatu baik manusia maupun barang mempunyai kecenderungan untuk memilikinya. Dari beberapa pendapat diatas, indikator-indikator minat pada penelitian ini adalah: 1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan 2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan 4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan
2.4 Upaya-upaya Meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Seseorang yang minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajari sesuatu (Slameto, 1988). Mengembangkan minat mahasiswa pada bidang ilmu analisa farmasi dan makanan pada dasarnya adalah membantu mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu dan lingkungannya. Proses ini berarti menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi
dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila mahasiswa menyadari bahwa hasil dari pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada (Slameto, 1988). Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minatminat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988) berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan mahasiswa. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Studi-studi eksperimental menunjukkan bahwa seseorang yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena
perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuan. Menghukum karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing (Slameto, 1988). Menurt Efendi dalam ( Tomi Darmawqan,2007), minat dapat ditumbuhkan dengan cara : a. membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai, keindahan, pekerjaan, dan mendapatkan penghargaan. b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik karena mengetahui kesuksesan yang diperoleh akan menimbulkan kepuasan.
2.5. Metode Pengukuran Minat Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran minat, menurut Nurkancana dan Sumartana dalam ( Tomi Darmawan,2007), metode pengukuran minat yaitu : a. Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai satu keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat.
Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. b. Interview Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga percakapan akan berlangsung lebih bebas. c. Angket atau kuesioner Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan interview. d. Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawabanjawaban singkat. Metode pengukuran minat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik angket atau kuesioner, karena tehnik ini sangat efisien dan efektif dalam penggunaan waktu.
3. Kajian tentang Lingkungan Blajar 3.1. Pengertian lingkungan Belajar Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan
dan mahluk
hidup
termasuk manusia dan
perilakunya
yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76). Menurrt Webster’s New Collegiate Dictionary diterangkan sebagai ”the aggregate of all the external condition and influences affecting the life and development of an organism atau diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme (dalam Hadikusumo, 1996:74). Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagi lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan. Menurut Hadikusumo
(1996:74), lingkungan pendidikan adalah
segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap proses pendidikan. Sedangkan menurut Tirtaraharja dan La Sulo (1994:168), lingkungan pendidikan adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan. Kampus adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di kampus diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u, 2004:18). Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu mahasiswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu Yusuf, 2001:54). Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang
dimaksud dengan lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan
belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
3.2
Macam-macam Lingkungan Belajar Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup:
lingkungan
keluarga,
lingkungan
sekolah
dan
lingkungan
masyarakat
(Munib,2004:76). Ketiga lingkungan tersebut sering disebut sebagi tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagi berikut
3.2.1. Lingkungan Keluarga 3.2.1.1. Pengertian tentang lingkungan keluarga Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45). Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi (Ahmadi, 1991:167). Dalam arti luas keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud saling menyempurnakan diri (Soelaeman, 1994:12). Sedangkan keluarga menurut Tirtarahardja (1994:173) adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah.
Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga. Banyak sekali kesempatan dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi seseorang. Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal. Keluarga bersifat informal dapat diartikan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang tidak mempunyai program resmi seperti yang dimiliki lembaga pendidikan formal. Apabila hubungan orang tua dengan anak dan hubungan anak dengan anak berjalan dengan harmonis maka kondisi tersebut memberi stimulus dan respons yang bik dari anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik. Jadi yang dimaksud lingkungan keluarga adalah segala kondisi dari keluarga yang berpengeruh terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.
3.2.1.2. Fungsi keluarga Menurut Abu Ahmadi (1991:110) fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Menurut Oqbum (dalam Abu Ahmadi 1991:108) fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama . Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga adalah sebagai berikut : a. Fungsi edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyedian sarana dan prasarana dan pengayaan wawasannya. b. Fungsi sosialisasi Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekanrekannya bahkan masyarakat. c. Fungsi lindungan atau fungsi proteksi Mendidik hakekatnya bersifat melindunggi yaitu melindungi anak dari tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak dari ketidak mampuannya bergaul dengan lingkungan bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik. d. Fungsi afeksi atau fungsi perasaan Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan
gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang orang tua pada anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana perasaan sehat dalam keluarga. e. Fungsi religius Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehingga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan. f. Fungsi ekonomis Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban. Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat memenuhi semua kebutuhan akan tetapi dalam pelaksanaanya tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagai mana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung dari materi yang diberikan. g. Fungsi rekreasi
Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga
diarahkan
kepada
tergugahnya
kemampuan
untuk
dapat
mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga. h. Fungsi biologis Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhankebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi itu hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu pihak saja.
3.2.1.3. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga Menurut Slameto (2003:60) lingkungan keluarga akan memberi pengaruh pada siswa berupa : a. Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang tua tidak menyediakan peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua harus memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai keinginan dan
kemampuannya, tetapi juga harus memberikan arahan dan bimbingan. Orang tua dapat menolong anak yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan bimbingan tersebut. Pendidikan yang diberikan orangtua kepada anak sejak kecil akan menjadi pedoman/dasar perkembangan anak di masa mendatang. b. Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak. Demi kelancaran keberhasilan belajar siswa, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik didalam keluarga akan mensukseskan belajar anak tersebut. c. Suasana rumah Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang sering terjadi dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak merasa nyaman dirumah dan dengan ketenangan itu seorang anak akan dapat belajar dengan baik. d. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat kaitanya dengan belajar anak. Pada kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak, tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak. Keadaan ekonomi yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah dalam belajar. Orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak termasuk fasilitas
belajar, sehingga orang tua kurang perhatian pada anak karena merasa segala kebutuhan si anak sudah dicukupi. Akibatnya anak kurang perhatian terhadap belajar. e. Pengertian orang tua Anak perlu dorongan dan pengertian dari orang tua dalam belajar. Kadang anak yang mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan dorongan untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak belajar jangan dibebani dengan tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak terpecah. f. Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tua juga berpengaruh terhadap sikap anak. Maka perlu ditanamkan kebiasaan yang baik agar dapat mendorong anak semangat belajar.
3.2.2. Lingkungan Kampus/Sekolah 3.2.2.1. Pengertian Lingkungan Kampus Menurut Tulus Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal dimanadi tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan pada anak didik. Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (dalam Tu’u,2004:11), lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilainilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembeljaran berbagai bidang studi yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.
Dari beberapa definisi diatas, disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan kampus adalah lingkungan dimana kegiatan perkuliahan berlangsung dimana mahasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib kampus dan nilai-nilai kegiatan perkuliahan berbagai bidang studi.
3.2.2.2. Fungsi Kampus Menurut Muri Yusuf (1986:33) fungsi sekolah ialah yang pertama membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Kampus, dosen, mahasiswa melalui wewenang hokum yang dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa dari keluarga yang berbeda. Menurut Nasution (2004:14) fungsi sekolah antara lain: a. Memeprsiapkan siswanya untuk suatu pekerjaan b. Memberikan ketrampilan dasar c. Membuka kesempatan memperbaiki nasib d. Menyediakan tenaga pembangunan e. Membantu memecahkan masalah-masalah sosial f. Menstranmisi kebudayaan g. Membentuk manusia sosial h. Merupakan alat mentransformasi kebudayaan
3.2.2.3. Faktor-faktor dalam Lingkungan Kampus Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor kampus/sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup : a. Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar mahasiswa. Metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar mahasiswa yang tidak baik pula. Agar mahasiswa dapat belajar dengan baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. b. Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada mahasiswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar mahasiswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar. c. Relasi pendidik dengan peserta didik Proses belajar mengajar terjadi antara pendidik dengan peserta didik. Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi pendidik dengan peserta didik baik, membuat peserta didik akan menyukai pendidik nya, juga akan menyukai mata kuliah yang diberikannya sehingga peserta didik
berusaha
mempelajari
sebaik-baiknya.
Pendidik
yang
kurang
berinteraksi dengan peserta didik dengan baik menyebabkan proses belajarmengajar itu kurang lancar.
d. Relasi peserta didik dengan peserta didik Peserta didik yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Peserta didik tersebut akan malas untuk ke kampus dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, peserta didik tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar peserta didik akan memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya. e. Disiplin Kedisiplinan kampus erat kaitannya dengan kerajinan peserta didik dalam kampus dan belajar. Kedisiplinan mencakup kedisiplinan dosen dalam mengajar, karyawan dalam bekerja, direktur dalam mengelola institusinya, dan PA dalam memberikan layanan. Seluruh staf yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat peserta didik disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar peserta didik belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di kampus, di rumah maupun di tempat lain. f. Alat pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar peserta didik karena alat pelajaran tersebut dipakai untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai pendidik waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika peserta didik mudah menerima
pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar. g. Jadual perkuliahan Pengturan jadual perkuliahan adalah sangat penting. Waktu akan mempengaruhi belajar peserta didik. Memilih waktu pelajaran yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Belajar dipagi hari adalah adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik. Dari uraian di atas, indikator-indikator dalam lingkungan kampus pada penelitian ini adalah : a. kedisiplinan b. relasi dosen dengan mahasiswa c. relasi mahasiswa dengan mahasiswa d. fasilitas kampus
1.2.2. Lingkungan Masyarakat 3.2.3.1. Pengertian Lingkungan masyarakat Soemarjan dan Soemardi (dalam
Ari Gunawan,2004:4) mengatakan
bahwa msyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Muri Yusuf (1986:34) lingkungan masyarakat adalh lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai dengan keberadaannya.
Berdasar definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang.
3.2.3.2. Peran Masyarakat dalam Pendidikan Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum
jelas,
tidak
sejelas
tanggungjawab
lingkungan
keluarga
dan
sekolah/kampus. Hal ini disebabkan factor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungan hanya pada waktu tertentu, sifat pergaulan bebas, dan isinya sangat beragam dan kompleks. Meski demikian masyarakat mempunyai peran sangat besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung (Fuad Ihsan,1997:59)
3.2.3.3. Faktor- faktor dalam Masyarakat Masyarakat adalah faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa didalamnya. Pengaruh itu antara lain: a. Kegiatan Mahasiswa dalam masyarakat b. Mass media
c. Teman bergaul d. Bentuk kehidupan masyarakat Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah berbagai faktor yang berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau pendidikan. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor keluarga, kampus dan masyarakat. Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah: 1. Cara orang tua mendidik 2. Keadaan ekonomi keluarga 3. hubungan antar anggota keluarga 4. pengertian orang tua 5. Kedisiplinan Kampus 6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa 7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen 8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan 9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat 10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa 11. Teman bergaul Mahasiswa
B. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Belajar 1.1.
Pengertian Belajar Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan
bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah
laku
yang baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Sedangkan Gie (2004:1 menyatakan belajar adalah segenap kegiatan pikiran seseorang
yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh
pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang alam semesta, kehidupan
masyarakat, perilaku manusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara
seseorang (mahasiswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan mahasiswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa ”cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas mengemukakan bahwa “cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya”. Kemampuan seseorang untuk memahami dan mnyerap ilmu tidak sama tingkatannya. Ada yang cepat, sedang bahkan sangat lambat. Karenanya seseorangseringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau ilmu. Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar seseorang adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya. Fase belajar meliputi dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut terdapat cara atau teknik belajar tersendiri. a.. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar/persiapan belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik.
Dengan persiapan sebaik-
baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah: 1. Persiapan mental Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benarbenar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah: a. Tujuan Belajar Belajar di kampus perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh mahasiswa, agar mahasiswa siap menerima materi perkuliahan, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman (1994:99) bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu.” b. Minat terhadap mata pelajaran Setiap mahasiswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata kuliah yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga
akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentuknya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.”.Materi perkuliahan dapat dipelajari dengan baik bila mahasiswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi perkuliahan tersebut. Mahaiswa kurang berhasil dalam menerima materi perkuliahan itu disebabkan tidak tertarik dengan materi perkuliahan yang disampaikan. c. Kepercayaan kepada diri sendiri Setiap
mahasiswa
perlu
yakin
mereka
mempunyai
kemampuan
kepercayaan kepada diri sendiri dan itu perlu dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata kuliah yang tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari. d. Keuletan Hidup seorang mahasiswa selama belajar di kampus penuh kesukarankesukaran, oleh karena itu setiap mahasiswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus diatasi. Materi perkuliahan yang diberikan dosen di kampus masih mengharuskannya melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo (1989:15) menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat diharapkan jika mahasiswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, dia akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.” 2. Persiapan sarana Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar” a. Ruang Belajar Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai. b. Perlengkapan belajar Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar adalah: 1. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku 2. Buku pelajaran 3. Buku catatan 4. Alat-alat tulis b. Fase Proses Belajar Fase ini sangat menentukan seseorang berhsail tidaknya di kampus, pada fase proses belajar ini dituntut kepada mahasiswa untuk menerapkan caracara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
1. Pedoman dalam belajar. Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie (1983:13) mengemukakan bahwa: “Prinsipprinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.” Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila seseorang ingin belajar dengan baik, maka hendaknya dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran AlFalasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.” Di dalam belajar seseorang akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi. Setelah faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran. 2. Cara mengikuti pelajaran Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di kampus, maka diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi perkuliahan yang sedang disajikan oleh dosen. Karena seperti ET
Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efesien anak belajar.” Seseorang akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika mahasiswa aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar maka ia akan mengerti konsep yang lebih baik. Namun untuk mempermudah mahasiswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di kampus, sebaiknya mahasiswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya, karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.” 3. Cara mengulangi materi perkuliahan/membaca buku Setelah di kampus mengikuti perkuliahan dengan baik, tentu usaha mahasiswa untuk mendapat pengertian tentang konsep materi perkuliahan dengan baik tidak cukup sampai di sini, tetapi dia perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi tersebut. Belajar memang tidak lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan belajar lebih banyak. Kebanyakan seseorang membaca
sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu lebih-lebih dengan bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang telah dibaca. Kesukaran belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto (1993:35) yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan mata.” Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali materi perkuliahan di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27) menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.” Ada tujuh gaya yang efektif dalam belajar, menurut Hamzah B. Uno (2008:183), yaitu: 1. Bermain dengan kata 2. Bermain denga pertanyaan 3. Bermain dengan gambar 4. Bermain dengan musik 5. Bermaindengan bergerak 6. Bermain dengan bersosialisai 7. Bermain dengan kesendirian.
1.3. Prinsip-prinsip Belajar Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsipprinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik (2004:54) meliputi: a. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya , membentuk hubungan asosiasi, dan melalui penguatan d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh pembimbing maupun melalui bantuan pengalaman pengganti f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor luar diri individu g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan h. Hasil belajar dapat ditransferka kedalam situasi lain. Hamzah B. Uno (2008:184), menyampaiakan lima prinsip belajar, yaitu: a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Hal ini akan mempermudah mencari ragam informasi penting yang akan kita pelajari. Tak ada seorangpun yang mampu memberikan informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri. b. Kenalilah kepribadian diri sendiri Mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginana dan kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan,sebab, apapun yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian kia c. Rekam semua informasi dalam kata. Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu adalah dengan kata. Dengan demikian langkah yang paling mudah dan bijaksana adalah apabila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja. d. Belajar bersama orang lain Belajar dengan cara ini lebih ringan dan menyenangkan. e. Hargai diri sendiri Belajar memahami dan mnyerap informasi akan menjadi lebih terasa bermanfaat dan berarti apabila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang akan dipelajari dan dipahami. Banyak mahasiswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang mahasiswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar
secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik. Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan stabil Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai. Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
2. Prestasi Belajar 2.1.Pengertian Prestasi Belajar Kemampuan
intelektual
mahasiswa
sangat
menentukan
keberhasilannya dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap mata kuliah setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar mahasiswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar .
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar di Perguruan tinggi, sama halnya dengan belajar dalam arti luas, bertujuan untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku akhir yang diharapkan adalah tercapainya pengetahuan, sehingga individu yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik. Tingkah laku kecakapan dan keberhasilan seseorang dalam belajar disebut prestasi. Untuk mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri individu (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar individu (faktor ekstern). Dalam kaitannya belajar di perguruan tinggi, factor yang terutama mempengaruhi mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain adalah faktor keluarga, kampus, masyarakat dan sebagainya. a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang
dapat
digolongkan
ke
dalam
faktor
intern
yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi, tingkat kecemasan dan kesehatan. 1. Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar di perguruan tinggi,factor kecerdasan mahasiswa mempunyai hubungan yang positip dengan hasil belajar. Ini berarti bahwa seseorang dengan taraf kecerdasan yang tinggi akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”. Muhibbin (1999:135) berpendapat mengenai intelegensi yaitu “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya
untuk
kecerdasan meliputi :
meraih
sukses.”.Dapat
disimpulkan
pengertian
a. Kemampuan untuk mengemukakan masalah pada situasi baru secara cepat dan berhasil guna (efektif) b. Kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep abstrak secara berhasil guna c. Kemampuan untuk mengerti adanya hubungan antara beberapa hal dan untuk belajar secara cepat 2. Bakat Dalam kaitannya bakat yang dimiliki oleh seseorang, dapat dikatakan bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya pendidikan tersebut. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan-kesanggupan
tertentu.”.
Kartono
(1995:2)
menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak
bergantung
pada
upaya
pendidikan
dan
latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang dosen atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. 3. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”. Prestasi belajar erat hubungannya dengan minat mahasiswa terhadap bidang pendidikan yang dimasukinya. Seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan akan berhsil mempelajarinya dengan baik. Misalkan calon mahasiswa yang berminat pada bidang keperawatan dan tidak menyukai masalah kimia, maka dia akan kesulitan dan dapat diramalkan tidak akan berhasil dengan baik mencapai tujuan akhir studinya.
Materi kuliah yang menarik minat mahasiswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang mahasiswa di dalam menerima pelajaran di kampus diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat mahasiswa besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar 4. Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong tingkah laku individu untuk mencapai tujuan
belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan perkuliahan seorang mahasiswa akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Tanpa motivasi yang kuat seseorang akan sulit mencapai keberhasilan dalam belajar. Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu
atau
ingin
melakukan
sesuatu.”.
Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang dosen harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian mahasiswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri mahasiswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni mata kuliah tersebut. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 5.
Kecemasan Prestasi akan mencapai hasil yang baik pada tingkat kecemasan yang sedang. Terlalu tinggi atau terlalu rendah tingkat kecemasan seseorang akan menghambat proses belajar yang terjadi. Oleh karenanya untuk mencapai prestasi belajar yang baik dibutuhkan tingkat kecemasan sedang.
6.
Kesehatan Yang dimaksud disini adalah sehat fisik dan psikis. Orang yang berbadan sehat tentu lebih baik dalam belajar dari pada orang sakit. Namun kesehatan badan ini harus diimbangi dengan kesehatan psikis yang
baik. Kesehatan psikis atau kesehatan mental merupakan faktor yang sangat besar perannya dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan. Adanya gangguan atau hambatan mental atau kejiwaan seseorang akan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri individu, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan
keluarga,
lingkungan
kampus
dan
lingkungan sosial (masyarakat). . Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “lingkungan keluarga, keadaan kampus dan lingkungan masyarakat.” 1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Pada dasarnya keberhasilan belajar seseorang di kampus berkaitan erat dengan tidak adanya gangguan atau hambatan emosional yang berhubungan dengan relasi yang terjadi antara dirinya dan keluarga atau orang yang terdekat dengan dirinya. Gangguan emosi sering dalam bentuk ketegangan, konflik yang dirasa individu dan sering tercermin dalam tingkah lakunya. Hal ini menyebabkan individu kurang perhatian penuh pada saat kuliah, konsentrasi menurun dan prestasipun menurun.
Mereka kurang berprestasi meskipun secara
potensial dia cerdas. Sebaliknya hubungan yang baik pada keluarga atau
orang terdekat, suasana hangat, banyak memperoleh kesempatan dan rangsangan intelektual akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan dosen sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Dalam keluarga individu mempunyai kesempatan menjalani pendidikan secara bertahap
sebagai hasil bentuk hubungna sejak lahir. Rismiyati E Kusman (2003:10) menyimpulkan faktor keluarga yang berpengaruh pada prestasi belajar meliputi: a.
Tekanan prestasi, yaitu tuntutan orang tua terhadap pendidikan anaknya, minat mereka pada pengetahuan, serta standar hadiah bagi mereka yang berhasil dalam pendidikannya.
b. Model bahasa, yaitu kualitas bahasa orang tua dan standar yang dibuat untuk cara berbicara anak. c. Bimbingan akademis, yaitu kualitas bimbingan serta bantuan yang diberikan orang tua di rumah d. Aktivitas di rumah, berkaitan dengan stimulasi yang tersedia di rumah. e. Intelektualitas di rumah, yaitu minat-minat intelektual dan aktivitas intelektual f.
Kebiasaan kerja dalam kaitannya dengan penggunaan ruang
dan
waktu yang teratur di rumah. 2. Keadaan kampus Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar mahasiswa, karena itu lingkungan kampus yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan kampus ini meliputi daya tampung peserta didik, lingkungan fisik yang memadai, cara penyajian perkuliahan, hubungan dosen dengan mahasiswa, media pembelajaran, kurikulum dan kehadiran dosen akan mempengaruhi
mahasiswa
dalam
menerima
materi
pembelajaran.
Lingkungan kampus yang tidak menyenangkan akan membuat mahasiswa malas belajar yang tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya juga. Hubungan antara dosen
dan mahasiswa yang kurang baik akan
mengakibatkan seseorang tidak senang pada dosen dan tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan dosen tersebut. Termasuk perkuliahan yang diajarkannya sehingga ini akan mempengaruhi hasilhasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, dosen juga dituntut untuk menguasai bahan perkuliahan yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. 3. Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang dalam proses pelaksanaan pendidikan karena lingkungan sosial berpengaruh
relatif besar terhadap
perkembangan
proses
belajar
mahasiswa. Perkembangan kecerdasan seseorang misalnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial karena lingkungan sosial dalam hal ini turut membentuk proses belajar dan cara berpikir seseorang. Mereka yang hidup di masyarakat dengan sosial ekonomi rendah akan cenderung bersifat ”malnutrition” yang berakibat pada prestasi belajarnya. Karena merasa kekurangan mereka berkembang menjadi orang yang selalu mengarahkan dirinya pada hal yang bersifat material. Pemuasan kebutuhan rasa lapar
dirasa lebih penting dari pada perkembangan intelektual sehingga mereka akan terhambat dari segi material, fisik dan mental, yang akhirnya berpengaruh pada prestasi belajarnya. Lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang, sebab dalam kehidupan akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana dia itu berada. Lingkungan masyarakat sekitar baik di rumah maupun tempat kost berpengaruh pada pola belajar mahasiswa. Apabila seseorang berada di lingkungan sesama mahasiswa , yang rajin belajar, maka dia akan terangsang untuk rajin belajar. Sebaliknya jika orang-orang di lingkungan sekitarnya merupakan kumpulan orang-orang yang bukan pelajar, misalnya adalah pekerja atau bahkan pengangguran,maka hal ini akan mempengaruhi pola belajar mahasiswa,. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian seseorang, karena dalam pergaulan sehari-hari seseorang akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang mahasiswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh
Tri Minarni dengan judul .”Pengaruh Disiplin dan
lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi siswa kelas VIII Semester I SMP Negeri11 Semarang Tahun ajaran 2004/2005” Hasil penelitian tersebut adalah disiplin dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan atau bersama-sama dari disiplin belajar dan lingkungna belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yaitu sebesar 57,8%. Diantara disiplin dan lingkungan belajar yang memberikan pengaruh paling besar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi secara parsial adalah disiplin belajar yaitu sebesar 25,50%., sedangkan lingkungan belajar lebih kecil pengaruhnya yaitu sebesar 18,57%. Penelitian lain yang relevan dengan judul ” Pengaruh Motivasi Belajar, Persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah terhadap Prestasi Belajar Ekonomi-Akuntansi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008/2009” oleh Emi Tusaida,2009. Hasil Penelitian tersebut adalah berdasar uji statsistik menggunakan uji regresi dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positip antara motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajarn 2008/2009, dengan F hitung > F tabel yaitu 53,281 > 2,71 maka hipotesis diterima. Dengan kata lain motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah berpengaruhterhadap prestasi
belajar ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajarn 2008/2009
D. Kerangka Berpikir Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia untuk mencapai perubahan. proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai perubahan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar merupakan cerminan dari hasil kegiatan belajar mahasiswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri
individu maupun yang berasal dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri individu seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kecemasan, kesehatan, dan perhatian sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti, lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Faktor utama dari dalam diri seseorang yang mempengahi belajar adalah motivasi dan minat. Motivasi merupakan faktor utama yang harus ada dalam belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mahasiswa.
Untuk itu agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, mahasiswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dapat diketahui pada saat ia mengikuti perkuliahan, seperti adanya minat untuk belajar reaksi kimia, tekun dalam mengerjakan tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Motivasi belajar agar dapat aktif dan berfungsi dengan baik membutuhkan dukungan yang kondusif dari lingkungan sekitarnya. Minat dan motivasi adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya minat terhadap bidang ilmu analis farmasi dan makanan maka akan mendorong mahasiswa tersebut untuk mempelajari lebih tekun mengenai bidang ilmu tersebut. Sebaliknya motivasi yang ada dapat menumbuhkan minat baru yaitu mempelajari ilmu farmasi secara lebih mendalam. Lingkungan belajar adalah lingkungan yang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan belajar meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kampus serta lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi mahasiswa. Di lingkungan keluarga terjadi banyak interaksi, terutama dengan orang tua. Pendidikan dan teladan dari orang tua yang baik sangat diperlukan. Selain itu orang tua harus dapat menciptakan kondisi yang harmonis dalam keluarga seperti menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, sehingga perasaan nyaman dan tentram bagi mahasiswa akan membawa pada
kondisi mental yang baik untuk belajar dan seorang mahasiswa akan lebih baik dalam konsentrasi belajarnya.. Di kampus mahasiswa akan menerima perkuliahan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat kampus lainnya misalnya dosen, karyawan, maupun pimpinan kampus. Kampus merupakan tempat belajar formal dengan seperangkat aturan-aturannya. Apabila kampus berhasil menciptakan
situasi belajar yang
kondusif, hubungan dan komunikasi yang baik antar warga kampus, metode pembelajaran yang aktif, penyediaan fasilitas yang memadai, serta mahasiswa yang tertib dan disiplin maka akan mendorong mahasiswa untuk belajar dan berkompetensi dalam pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar menjadi lebih baik pula. Proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kampus dan keluarga saja, melainkan lingkungan masyarakat di sekitarnya turut memebentuk kepribadian seseorang sehingga turut menentukan sikap terhadap proses belajar yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi prsetasi belajar mahasiswa Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat disederhanakan menjadi :
MOTIVASI MINAT
LINGKUNGAN BELAJAR
PRESTASI BELAJAR
INTELEGENSI BAKAT KESEHATAN
Keterangan : = Diteliti -----------
= Tidak diteliti
E. Hipotesis Hipotesis dalam penalitian ini adalah : 1. Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo 2. Ada pengaruh minat terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo 3. Ada pengaruh antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo 4. Ada pengaruh antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
hubungan dua variabel
yaitu variabel bebas yang meliputi Motivasi belajar (X1) , Minat (X2), Lingkungan belajar (X3), dengan variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y)., maka jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis asosiatif, karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan. Untuk memprediksi besarnya variasi, bentuknya hubungan dan menentukan arah dan besarnya pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan tehnik analisis regresi.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Alasan penelitian tersebut adalah merupakan tempat peneliti mengabdikan ilmunya, dengan harapan hasil penelitian ini akan berguna untuk pengembangan instiusi dan peneliti.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002:108) Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2003:118).Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2002:57). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo yang terdiri dari 2 angkatan dengan jumlah 50 mahasiswa
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Last, 2001 (dalam Bhisma murti,2006:49) sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau diukur peneliti .
3. Tehnik Sampling Tehnik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah dengan Exhaustive Sampling Pada penelitian ini seluruh populasi sumber digunakan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan untuk menghindari timbulnya persepsi diskriminasi terhadap kelompok tertentu yang diteliti.
D. Metode Pengumpulan Data 1 Metode Angket/ Kuesioner Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128).
Dalam penelitian ini angket digunakan utuk memperoleh data tentang motivasi belajar, minat, lingkungan belajar. Angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup. 2 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data Indeks Prestasi Semester tiap mahasiswa yaitu dari kartu Hasil Studi (KHS) pada semester genap..
E. Definisi Operasional 1. Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu, merasa adanya kesesuaian dengan kebutuhan, adanya kepercayaan diri akan kemampuannya serta adanya kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan tugas dengan baik,. Indikator-indikator motivasi belajar: 1.
Tekun dalam menghadapi tugas
2.
Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3.
Senang memecahkan soal-soal dan latihan
4.
Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
2. Minat Belajar adalah perhatian khusus terhadap suatu bidang ilmu yang tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong kemauan belajar karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan yang tinggi terhadap ilmu tersebut. Indikator-indikator minat belajar: 1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan 2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan 3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan 4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan
3. Lingkungan Belajar atau lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau pendidikan. Faktor-faktor tersebut meliputi Faktor keluarga, kampus dan masyarakat. Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah: 1. Cara orang tua mendidik 2. Keadaan ekonomi keluarga 3. hubungan antar anggota keluarga 4. pengertian orang tua 5. Kedisiplinan Kampus 6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa 7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen 8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan 9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat
10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa 11. Teman bergaul Mahasiswa 4. Prestasi belajar adalah hasil belajar berupa Indeks Prestasi Semester (IP) tiap semester . F. Instrumen penelitian 1. Penyusunan Instrumen Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, obyektif, dan sistematis. Kuesioner merupakan alat ukur yang tepat karena data yang dihasilkan realtif obyektif dan konstan serta dapat untuk mengukur aspek psikososial, dapat digunakan dalam jumlah sampel banyak dan relatif murah. Untuk mengetahui variabel independen tentang motivasi, minat dan lingkungan belajar menggunakan alat pengukuran kuesioner, yaitu sejumlah prtanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden a. Dokumentasi Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa adalah Indeks Prestasi Semester Genap . b.Angket Angket digunakan untuk mengukur motivasi, minat, lingkungan belajar menggunakan sekala linkert, melalui jawaban responden terhadap pertanyaanpertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia tentang motivasi, minat,
lingkungan belajar. Pemberian skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah 1 dan nilai tertinggi 5 setiap pertanyaan dengan kategori sebagai berikut: Tingkat Pencapaian
Skor
12. STS (Sangat Tidak Setuju) 13. TS ( Tidak Setuju) 14. R (Ragu-ragu) 15. S (Setuju) 16. SS (Sangat Setuju)
1 2 3 4 5
Rekapitulasi skor yang diberikan mahasiswa terhadap pertanyaanpertanyaan dalam angket motivasi, minat, lingkungan belajar dibuat dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk pertanyaan dengan kriteria positip: Tingkat Pencapaian 1. 2. 3. 4. 5.
STS (Sangat Tidak Setuju) TS ( Tidak Setuju) R (Ragu-ragu) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
Skor 1 2 3 4 5
2. Untuk pertanyaan dengan kriteria negatip: Tingkat Pencapaian 1. 2. 3. 4. 5.
STS (Sangat Tidak Setuju) TS ( Tidak Setuju) R (Ragu-ragu) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
Skor 5 4 3 2 1
3. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positip dan negatip tiap kondisi, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata :
Skor rata-rata
Kategori
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Kurang Kurang Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
1.00-1.49 1.50-2.49 2.50-3.49 3.50-4.49 4.50-5.00
2. Uji Kualitas Angket Penelitian Sebelum mengambil data penelitian, maka instrumen perlu diuji terlebih dahulu. Instrumen ini akan diujicobakan
pada mahasiswa semester I (satu)
sebanyak 30 orang. Langkah-langkah dalam uji coba angket adalah
sebagai
berikut :
a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen
dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment, yaitu:
N ∑XY – (∑X)( ∑Y) r xy = √{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2} Keterangan: r
= koefisien korelasi antar skor item dengan total item
X
= Skor pertanyaan
Y
= Skor total
N
= jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2002:71) Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika r hitung> r tabel. Pada penelitian ini penghitungan dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.
b. Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien alpha Cronbach dengan rumus: ∑ Si2
k r 1=
1St2
k-1 Keterangan: k
= banyaknya item
∑ Si
= jumlah varian item
St
= varian total
Rumus varian total dan varian item. JKi Si2
=
JKs -
n
n
Keterangan: Jki = Jumlah seluruh skor JKs = Junmlah kuadrat subyek Setelah harga r1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks korelasi : 0,800 < r1 ≤1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r1 ≤ 0,800 berarti tinggi; 0,400 < r1 ≤ 0,600 berarti cukup; 0,200 < r1 ≤ 0,400 berarti rendah; 0,00 < r1 ≤ 0,2000 berarti sangat rendah. Ada kriteria lain yang menyatakan bahwa jika r1 lebih besar dari rtabel pada n (jumlah responden) dan α= 5 % dikatakan instrumen tersebut reliabel. Pada penelitian ini penghitungan dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.
G. Tehnik Analisis Data Tehnik analisis data adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Penghitungan analisa data dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows Tehnik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas ,dan uji multikolinieritas.
a. Uji Normalitas Dalam uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka pada pengujian hipotesis penelitian ini dapat digunakan statistik parametrik, yaitu analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan komputasi SPSS 11,5 for Windows. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada penyimpangan atau deviasi maksimum. Normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika hasil uji signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom Signifikansi (Sig).apabila harganya lebih besar dari 0.05 maka dikatakan data terdistribusi secara normal.
b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat dilihat dengan persamaan regresi yang dibentuk oleh setiap variabel-variabel bebas dan variabel terikat. Antara variabel bebas dan terikat dikatakan mempunyai hubungan yang linier apabila kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat.
Uji statistik yang digunakan adalah uji F dengan rumus sebagai berikut: RKKetidaksamaan F= RKError Keterangan : RKKetidaksamaan RKError
= Kuadrat rerata ketidaksamaan = Kuadrat rerata error
Untuk interprestasinya, jika F hitung lebih kecil atau sama dengan dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier, namun jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier. Uji Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputasi SPSS 11,5 for windows. Kriteria yang digunakan adalah jika harga Signifikansi diatas 0.05 maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila signifikansi yang didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut tidak linier
c. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan sebagai syarat digunakan analisis regresi ganda. Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan linier yang sempurna antara variabel-variabel penjelasnya. Uji ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel bebas. Menurut Algifari (2000:840), apabila diantara variabel bebas terjadi multikolinieritas berarti
diantara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi sehingga dalam hal ini sangat sulit untuk mengetahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Jika terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka untuk persyaratan uji regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan, sebaliknya jika tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka uji regresi linier berganda dapat dilanjutkan. Menguji terjadi tidaknya multikolinieritas antar variabel bebas dilakukan dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas, untuk itu digunakan tehnik korelasi product moment Uji ini menggunakan korelasi product moment dengan rumus: N ∑XY – (∑X)( ∑Y) r xy = √{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2} Keterangan: r
= koefisien korelasi antar skor item dengan total item
X
= Skor pertanyaan
Y
= Skor total
N
= jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2002:71) Jika harga interkorelasi antar variabel bebas sangat tinggi atau mendekati satu, maka antar variabel bebas tersebut cenderung terjadi multikolinieritas, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1996:528), korelasi itu tinggi apabila berada pada 0,800 -1,00.sehingga jika harga interkorelasi antar
variabel bebas lebih kecil dari 0,800 berarti antar variabel bebas cenderung tidak terjadi multikolinieritas. Pada penelitian ini pengujian adanya multikolinieritas dilakukan dengan perhitungan berdasar komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows. Pengujian kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF pada masing-masing variable bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10, maka tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner.
2. Uji Hipotesis Semua uji pada penelitian ini dilakukan penghitungan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows. 2.1.
Uji Regresi Linier Berganda Model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu tiga variabel bebas yang terdiri dari motivasi belajar (X1), minat (X2), dan lingkungan belajar (X3) serta satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar (Y). Setelah data terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi tiga prediktor. Analisis regresi dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur pengaruh motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010. Persamaan garis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Keterangan:
Y = Prestasi Belajar Mahasiswa b1 = koefisien regresi motivasi belajar b2 = koefisien regresi minat b3 = koefisien regresilingkungan belajar a = konstanta
2.2.
Uji F atau Uji Simultan Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus: Rk reg F Reg = Rk Res Keterangan: F Reg = harga bilangan F untuk garis regresi Rk Reg = rata-rata kuadrat regresi Rk res = rata-rata kuadrat residu Untuk memudahkan penghitungan bilangan F,
maka dibuat tabel
rangkuman analisis regresi sebagai berikut: Ringkasan Analisis Regresi; Sumber variasi
Db
Jk
Rk
Freg
Regresi Residu Total
m N-(m+1) n-1
R2(∑Y2) (1-R2)( ∑Y2) ∑Y2
Jk/Db
Rkreg/Rkres
Dari perhitungan F regresi, ada dua kemungkinan yaitu:
Nilai F hitung< F tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha, yang artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar secara simultan tidak mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010. Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel, berarti Ho ditolak dan menerima Ha, yang artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar secara simultan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010.
2.3.
Uji t atau uji Parsial Untuk menguji makna koefisien regresi secara parsial, maka digunakan
uji t dengan taraf signifikansi 5%. Untuk itu dalam penelitian ini diajukan Hipotesa: Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa artinya ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010
Kontribusi (Koefisien Determinan/R2)
2.4.
Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, maka perlu dicari koefisien determinasi secara kesekuruhan. Untuk mencari koefisien determinasi secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R2 =
b1∑X1Y + b2∑X2Y + b3∑X3Y ∑Y2
Keterangan: R2
= koefisien determinan antara prestasi belajar (Y) denag motivasi (X1), minat (X2) dan lingkungan belajar (X3)
b1
= koefisien variabel motivasi belajar
b2
= koefisien variabel minat
b3
= koefisien variabel lingkungan belajar
∑X1Y = Jumlah hasil motivasi belajar dengan prestasi belajar ∑X2Y = Jumlah hasil minat belajar dengan prestasi belajar ∑X3Y = Jumlah hasil lingkungan belajar dengan prestasi belajar ∑Y2 = Jumlah kuadrat prestasi belajar Hasil perhitungan untuk R2 secara keseluruhan digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Apabila R2 mendekati satu, maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat dan sebaliknya
apabila mendekati R2 nol maka semakin lemah variasi variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat.
2.5.
Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial) Untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-
masing variabel bebas, yaitu besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dapat digunakan rumus: ∑XiY – (∑Xi)( ∑Y)/n r xy =
√{( ∑Xi2-(∑Xi)2/n}{∑Y-(∑Y) 2/n}
Pada penelitian ini penghitungan dilakukan dengan komputasi program SPSS 11.5 for Windows.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester III dan V AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo yang beralamat di Jl. Batorokatong No. 32 Kel. Kertosari Kab. Ponorogo. Jumlah populasi penelitian sebanyak 50 mahasiswa dan kesemuanya digunakan sebagai sampel penelitian dengan tehnik Exhaustive Sampling. Komposisi responden menurut jenis kelamin adalah 32 % mahasiswa dan 64 % mahasiswi Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pemberian angket untuk variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar, sedang untuk variabel prestasi belajar diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS) dari semester genap.
2. Uji Instrumen Penelitian a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui validitas tiap item dari instrumen, pada penelitian ini digunakan perhitungan dengan komputasi melalui program SPSS 11.5 for Windows dengan kriteria pengukuran dikatakan valid jika nilai korelasi (Pearson Correlation ) adalah
positip dan lebih besar atau sama dengan r tabel (untuk n= 30 pada α = 0,05 r tabel = 0,361) , nilai probabilitas korelasi [Sig.(2-tail] ≤ taraf signifikansi (α) sebesar 0,05. Berdasar uji coba angket penelitian yang terdiri dari 24 butir soal untuk motivasi belajar, 24 butir soal untuk variabel minat belajar dan 35 butir soal untuk lingkungan belajar setelah diujicobakan pada semester I dengan 30 mahasiswa kemudian dianalisis menggunakan korelasi product moment dengan bantuan komputasi SPSS 11.5 for windows didapatkan data bahwa dari keseluruhan butir soal pada taraf kesalahan 5% dengan n = 30, diperoleh r tabel = 0.361 , untuk setiap butir soal didapatkan r hitung diatas r tabel. Selengkapnya bisa dilihat pada lampiran I.hal 140-142. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka semua butir soal pada angket dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
b. Reliabilitas Menurut Suharsimi” Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (2002:154). Instrumen yang sudah dikatakan reliabel, ketika akan digunakan mengambil data maka data yang diperoleh sudah dapat dipercaya kebenarannya. Reliabilitas disini menunjukkan pada tingkat keterandalan suatu instrumen pengumpul data.
Pada penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas dari instrumen motivasi, minat dan lingkungan belajar digunakan reliabilitas internal, dengan menggunakan rumus alpha. Hasil uji reliabilitas dikonsultasikan pada nilai r pada taraf kepercayaan 5% dengan n= 30.Jika r hasil perhitungan lebih besar dari rtabel, maka dikatakan instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk alat pengumpulan data. Berdasar uji reliabilitas dengan rumus alpha menggunakan bantuan penghitungan komputasi SPSS 11.5 for Windows didapat rhitung untuk motivasi belajar sebesar 0.9447 , untuk minat belajar sebesar 0.9004 dan lingkungan belajar 0.9362 dan pada taraf kepercayaan 5% n = 30 diperoleh nilai kritik tabel sebesar 0,361. Selengkapnya bisa dilihat pada lampiran I.hal 143 Karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel (=0.361) maka angket tersebut reliabel dan tergolong sangat tinggi karena nilai berada pada rentang 0,800 < r1 ≤1,00.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam pendiskripsian ini terdapat lima kriteria penilaian jawaban responden terhadap item pertanyaan dalam instrumen. Meliputi : Tidak Baik,Kurang Baik, Cukup Baik, Baik dan Sangat Baik. Hasil angket dan pengolahannya selengkapnya bisa dilihat pada lampiran II.hal 144-162 Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu dari variabel yang ada.
a. Motivasi Belajar Variabel motivasi belajar terdiri dari indikator tekun dalam menghadapi tugas, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, senang memecahkan soal-soal dan latihan, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item pertanyaan mengenai variabel motivasi belajar. Tabel 4.1: Variabel Motivasi Belajar No Indikator Sangat Kurang Kurang Tinggi 1. Tekun dalam 0 0 menghadapi tugas 2. Adanya ketertarikan 0 2% dengan perkuliahan 3. Senang memecahkan 0 2% soal-soal dan latihan 4. Ulet dalam mengatasi 0 0 kesulitan belajar Rata-rata 1%
Cukup Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
16 %
80 %
4%
6%
80%
12 %
32 %
58%
8%
30 %
62 %
8%
21 %
70%
8%
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang tekun menghadapi tugas sebanyak 16 % dengan kriteria cukup tinggi, 80 % dengan kriteria tinggi dan 4 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai ketertarikan dengan perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 6 % dengan kriteria cukup tinggi , 80 % dengan kriteria tinggi dan 12 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang senang memecahkan soal-soal dan latihan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria cukup tinggi, 58 % dengan kriteria tinggi, dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi . Mahasiswa yang ulet dalam mengatasi kesulitan belajar sebanyak 30 % dengan kriteria cukup tinggi, 62 % dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi.
Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel motivasi belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.2. Tingkat Motivasi Belajar mahasiswa Motivasi Belajar No Kriteria F % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang tinggi 0 0 3. Cukup tinggi 9 18 4. Tinggi 40 80 5. Sangat tinggi 1 2 Jumlah 50 100 MOTIVASI BELAJAR
CUKUP TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI
Gambar 4.1: Diagram Pie Motivasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki motivasi belajar dengan kriteria cukup tinggi sebanyak 9 orang (18 %), dengan kriteria tinggi sebanyak 40 orang (80 %) dan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 1 orang (2%).
b. Minat Belajar Variabel minat belajar terdiri dari adanya perhatian terhadap perkuliahan, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, adanya harapan yang tinggi
terhadap perkuliahan, adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item pertanyaan mengenai variabel minat belajar. Tabel 4.3. Variabel Minat Belajar No Indikator Sangat Kurang Kurang tinggi 1. adanya perhatian 0 0% terhadap perkuliahan 2. adanya ketertarikan 0 2% dengan perkuliahan 3. adanya harapan yang tinggi terhadap 0 2% perkuliahan 4. adanya kebanggaan/ kepuasan yang 0 0 berorientasi pada keberhasilan Rata-rata 0% 1%
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
42 %
52 %
6%
46 %
50 %
2%
32 %
66 %
0%
24 %
68 %
8%
36 %
59 %
4%
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang mempunyai perhatian terhadap perkuliahan sebanyak 42 % dengan kriteria cukup tinggi, 52 % dengan kriteria tinggi, dan 6 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai ketertarikan dengan perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 46 % dengan kriteria cukup tinggi, dan 50 % dengan kriteria tinggi dan 2 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai harapan yang tinggi dengan perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria cukup tinggi dan 66 % dengan kriteria tinggi . Mahasiswa yang mempunyai kebanggan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan sebanyak 24 % dengan kriteria cukup tinggi, 68 % dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi .
Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel minat belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.4. Tingkat Minat Belajar mahasiswa No
Kriteria
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Kurang Kurang tinggi Cukup tinggi Tinggi Sangat tinggi Jumlah
Motivasi Belajar F 0 0 19 30 1 50
% 0 0 38 60 2 100
. MINAT MHS AKAFARMA
CUKUP TINGGI TINGGI SANGAT TINGGI
Gambar 4.2 : Diagram Pie Minat belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki minat belajar sebanyak 19 orang dengan kriteria cukup tinggi ( 38 % ), 30 orang dengan kriteria tinggi (60%), dan 1 orang dengan kriteria sangat tinggi (2%).
c. Lingkungan Belajar Variabel lingkungan belajar terdiri dari indikator cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, hubungan antar anggota keluarga, pengertian orang tua, kedisiplinan kampus, hubungan mahasiswa dan mahasiswa, hubungan mahasiswa dengan dosen, keadaan gedung dan suasana perkuliahan, kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat di sekitar
tempat tinggal mahasiswa, teman bergaul mahasiswa. Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item pertanyaan mengenai variabel lingkungan belajar. Tabel 4.5. Variabel Lingkungan Belajar Indikator Tidak Kurang baik Baik Lingkungan Keluarga 1. cara orang tua 0 0 mendidik 2. keadaan ekonomi 0 0 keluarga 3. hubungan antar anggota 0 0 keluarga 4. pengertian orang tua 0 2% Rata-rata 0.5% Lingkungan Kampus 5. kedisiplinan kampus 0 28 % 6. hubungan mahasiswa 0 10 % dan mahasiswa 7. hubungan mahasiswa 0 2% dengan dosen 8. keadaan gedung dan 0 18 % suasana perkuliahan Rata-rata 14.5% Lingkungan masyarakat 0 9. kegiatan mahasiswa 18 % dalam masyarakat 10. bentuk kehidupan masyarakat di sekitar 0 2% tempat tinggal mahasiswa 11. teman bergaul 0 10 % mahasiswa Rata-rata 10 % Rata-rata 8.18 % No
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
10 %
50 %
40 %
14 %
62 %
24 %
20 %
44 %
36 %
12 % 14%
60 % 54 %
26 % 31.5%
46 %
26 %
0
48 %
40 %
2%
24 %
56 %
18 %
56 %
24 %
2%
43.5%
36.5%
5.5%
40 %
36 %
6%
26 %
56 %
16 %
66 %
22 %
2%
44% 32.91 %
38% 43.27 %
8% 15.64 %
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang dididik orang tua dengan cukup baik sebanyak 10 %, baik 50 % dan sangat baik sebanyak 40 %. Mahasiswa
dengan keadaan ekonomi keluarga cukup baik sebanyak 14 %, baik 62 % dan sangat baik sebanyak 24 %. Hubungan antar anggota keluarga mahasiswa dalam keadaan cukup baik sebanyak 20 %, dalam keadaan baik 44 % dan sangat baik sebanyak 36 %. Pengertian orang tua terhadap mahasiswa sebanyak 2% kurang,12 % cukup baik, 60 % baik dan sebanyak 26 % sangat baik. Mahasiswa yang berpendapat bahwa kedisiplinan kampus kurang baik sebanyak 28 %, 46% cukup baik dan 26 % baik. Hubungan antar mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria kurang baik, 48 % cukup baik, 40 % baik dan 2 % sangat baik. Hubungan mahasiswa dengan dosen sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik, 24 % dengan kriteria cukup baik,56 % dengan kriteria baik dan 18 % dengan kriteria sangat baik. Kadaan gedung dan suasana perkuliahan sebanyak 18 % dengan kriteria kurang baik, 56 % dengan kriteria cukup baik, 24 % dengan kriteria baik dan 2 % dengan kriteria sangat baik. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat sebanyak 18 % dengan kriteria kurang baik, 40 % dengan kriteria cukup baik, 36 % dengan kriteria baik, dan 6 % dengan kriteria sangat baik. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik, 26 % dengan kriteria cukup baik, 56 % dengan kriteria baik, dan 16 % dengan kriteria sangat baik. Teman bergaul mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria kurang baik, 66 % dengan kriteria cukup baik, 22 % dengan kriteria baik dan 2 % dengan kriteria sangat baik. Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel lingkungan belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.6. Kategori Lingkungan Belajar mahasiswa Lingkungan Belajar No Kriteria F % 1. Tidak baik 0 0 2. Kurang Baik 0 0 3. Cukup Baik 19 38 4. Baik 30 60 5. Sangat Baik 1 2 Jumlah 50 100 . LINGKUNGAN MHS AKAFARMA
CUKUP BAIK BAIK SANGAT BAIK
Gambar 4.3 : Diagram Pie Lingkungan Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki lingkungan belajar dengan kriteria cukup baik sebanyak 19 orang ( 38 %), 30 orang dengan kriteria baik (60%) dan dengan kriteria sangat baik sebanyak 1 orang (2%).
d. Prestasi Belajar Prestasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai dari usaha belajar mahasiswa selama satu semester, yang dinyatakan dalam bentuk angka yang lazim disebut Indeks Prestasi Semester (IPS). Berdasar hasil analisis deskriptif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Semester tiga dan lima yang diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa terangkum dalam tabel:
Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Prestasi Belajar No Kriteria F % 1. Tidak Lulus 0 0 2. Cukup 2 4 3. Memuaskan 7 14 4. Sangat memuaskan 32 64 5. Pujian 9 18 Jumlah 50 100
Prestasi belajar
18%
0%4% 0%
Tidak Lulus
14%
Cukup Memuaskan Sangat Memuaskan Pujian
64%
Gambar 4.4. :
Diagram Pie Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa yang mempunyai nilai cukup sebanyak 2 orang (4%), memuaskan 7 orang (14%), sangat memuaskan sebanyak 32 orang (64%) dan prestasi yang mendapat sebutan pujian sebanyak 9 orang (18%).
4. Analisis Uji Prasyarat Data selengkapnya untuk analisis uji prasyarat beserta pengolahannya dapat dilihat pada lampiran III hal 163-167.
a. Uji Normalitas Uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka pada pengujian hipotesis penelitian ini
dapat digunakan statistik parametrik, yaitu
analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan komputasi SPSS 11,5 for Windows. Normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika hasil uji signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom Signifikansi (Sig). Berdasar hasil perhitungan pada Lampiran III hal 163-165 diperoleh taraf signifikansi untuk variabel motivasi belajar adalah 0.200, taraf signifikansi untuk variabel minat belajar sebesar 0.200 dan taraf signifikansi untuk variabel lingkungan belajar sebesar 0.200. Hasil yang didapatkan pada ketiga variabel tersebut diatas 0.05. Dengan demikian data berasal dari populasi yang terdistribusi normal, pada taraf signifikansi 0.05.
b. Uji Linieritas Uji linieritas garis regresi dimaksud untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berbentuk linier atau tidak. Jika data berbentuk linier, maka penggunaan analisis regresi linier pada uji hipotesa dapat dipertanggungjawabkan,
akan tetapi jika tidak linier, maka harus digunakan analisis regresi non linier. Uji Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputasi SPSS 11,5 for windows. Kriteria yang digunakan adalah jika harga Signifikansi diatas 0.05 maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila signifikansi yang didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut tidak linier. Uji linieritas untuk variabel motivasi belajar diperoleh harga F sebesar 1.532 dengan probabilitas 0.147 lebih besar dari 0.05. Untuk variabel minat belajar diperoleh harga F sebesar 1.136 dengan probabilitas 0.381 lebih besar dari 0.05 serta untuk lingkungan belajar diperoleh harga F sebesar 0.923 dengan probabilitas 0.588 lebih besar dari 0.05. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran III hal 166. Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi belajar, minat belajar dengan prestasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar membentuk garis linier sehingga dapat digunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian.
c. Uji Multikoliniertas Uji Multikolinieritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel bebas saling berhubungan secara linier. Jika ada kecenderungan adanya multikoliner maka salah satu variabel memiliki gejala multikolinier. Pengujian kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan pennghitungan melalui komputasi program SPSS 11.5 for Windows dengan melihat nilai VIF pada
masing-masing variabel bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10, maka tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner. Tabel 4.8: Uji Multikolinieritasa data penelitian Coefficients(a) Model 1
Collinearity Statistics X1 X2
Tolerance .395 .428
X3
.608
VIF 2.533 2.339 1.643
a Dependent Variable: Y
Dari hasil pengujian diperoleh niali VIF untuk variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar sangat jauh dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinier dalam regresi.
5. Uji Hipotesis Data selengkapnya beserta pengolahannya untuk uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran IV.hal 168-169 a. Uji Regresi Linier Berganda Analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan regresi berganda tiga prediktor, yaitu motivasi belajar (X1), minat belajar (X2) dan lingkungan belajar (X3) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Ada beberapa hal yang dapat diketahui dari analisis ini antara lain: model regresi yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar, uji t untuk mengetahui secara parsial apakah variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan, uji F atau simultan untuk menguji secara bersama-sama antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh secara nyata terhadap prestasi belajar, koefisien determinasi simultan untuk mengetahui besarnya kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan koefisien determinasi parsial untuk mengetahui besarnya sumbangan secara parsial tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasar hasil data yang diperoleh dengan perhitungan komputasi dengan program SPSS 11,5 for Windows diperoleh persamaan regresi: Y = 0.240 + 0.256X1 + 0.310X2 + 0.257 X3 Model persamaan regresi tersebut mengandung arti bahwa setiap terjadi kenaikan 1 unit skor motivasi belajar, maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0.256 dengan asumsi bahwa minat dan lingkungan belajar bersifat tetap. Setiap terjadi kenaikan 1 unit skor minat belajar, maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0.310 dengan asumsi bahwa motivasi dan lingkungan belajar bersifat tetap. Setiap kenaikan 1 unit skor lingkungan belajar, maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0.257 dengan asumsi motivasi dan minat belajar bersifat konstan. Setiap terjadi kenaikan secara bersama-sama motivasi, minat dan lingkungan belajar masing-masing 1 unit skor akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar = 0.256+0.310+0.257
b. Uji F atau Uji Simultan Berdasar hasil uji F pada lampiran IV hal 168 dengan menggunakan analisis dengan menggunakan analisis varians untuk regresi diperoleh F hitung sebesar 51.679 dengan probabilitas 0.000<0.05 yang berarti signifikan. Karena
harga signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” Diterima.
c. Uji t atau uji Parsial. Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas, yaitu motivasi (X1), minat (X2) dan lingkungan belajar (X3) terhadap prestasi balajar (Y). Berdasar perhitungan pada lampiran IV hal 169 diperoleh t hitung untuk variabel motivasi belajar (X1) sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012< 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila terjadi penurunan motivasi belajar akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Hasil uji parsial untuk variabel Minat belajar (X2) diperoleh t hitung sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01< 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang nyata antara minat belajar dengan prestasi belajar. Semakin tinggi minat belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila terjadi penurunan minat belajar akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar .
Hasil uji parsial untuk variabel lingkungan belajar (X3) diperoleh t hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001< 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang nyata antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar. Semakin baik lingkungan belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila kondisi lingkungan belajar memburuk maka akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar
d. Kontribusi (Koefisien Determinan/R2) Berdasar hasil analisis pada lampiran IV hal 168 diperoleh koefisien korelasi (R) secara simultan sebesar 0.878 dan koefisien determinasi secara simultan (R2) sebesar 0.771. Dengan demikian menunjukkan bahwa secara bersama-sama motivasi, minat dan lingkungan belajar
berpengaruh terhadap
prestasi belajar sebesar 77.1 % mengandung makna pula bahwa prestasi belajar juga dipengaruhi oleh selain faktor di atas sebesar 22.9% e. Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial), (r2) Berdasar hasil analisis korelasi secara parsial pada lampiran IV hal 169 diperoleh koefisien korelasi parsial (r) motivasi belajar sebesar 0.362 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.13. koefisien korelasi parsial (r) minat belajar 0.470 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22 dan koefisien korelasi parsial (r) lingkungan belajar 0.466 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22. Dengan demikian menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh motivasi belajar, minat
belajar serta lingkungan belajar terhadap prestasi belajar masing-masing sebesar 13 %, 22 % dan 22 %.
6. Pembahasan a. Motivasi Belajar Mahasiswa Hasil analisa data menunjukkan tingkat motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi, dengan nilai 80 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya ketertarikan terhadap perkuliahan di Akafarma ditunjang dengan tekun menghadapi tugas. Lulusan Akafarma pada saat ini sangat dibutuhkan dimana semakin hari terjadi permasalah kesehatan yang semakin komplek termasuk di dalamnya maraknya peredaran produk farmasi dan makanan yang memerlukan pengawasan lebih serius. Adanya ketertarikan terhadap masalah yang terjadi di masyarakat akan memotivasi seseorang untuk mempelajari lebih jauh mengenai permasalahan tersebut, tanpa adanya ketertarikan seseorang tidak akan mempelajari maslah tersebut kecuali terpaksa dan sifat terpaksa tidak akan menumbuhkan motivasi seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi akan menjadi kuat apabila dalam diri mahasiswa ada ketertarikan dengan masalah yang dihadapi sehingga ada dorongan untuk mempelajari lebih jauh terhadap masalah tersebut dengan berbagai cara. Motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar
berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 13%. Dengan kata lain menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Hal ini berarti bahwa makin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan dapat mengoptimalkan prestasi belajarnya, sebaliknya semakin rendah motivasi belajar akan dapat menurunkan prestasi belajarnya. b. Minat Belajar Hasil analisa data menunjukkan tingkat minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi, dengan nilai 60 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya kebanggan yang berorinetasi pada keberhasilan ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil belajarnya. Dari hasil penelusuran pada saat pendaftaran mahasiswa masuk, pada umumnya calon mahasiswa berminat kuliah di Akafarma Sunan Giri Ponorogo karena keberhasilan dan tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh alumnus Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Contoh nyata lebih bisa memberi pengaruh positip daripada hanya sekedar cerita. Minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 22%. Dengan kata lain ada pengaruh yang nyata antara minat belajar mahasiswa Akafarma Suna Giri Ponorogo terhadap prestasi belajar. Dengan demikian makin tinggi minat belajar mahasiswa akan mampu mengoptimalkan prestasi akademiknya, sebaliknya
makin turun minat atau tidak adanya minat belajar maka akan berdampak pada menurunnya prestasi akademiknya. c. Lingkungan Belajar Hasil analisa data menunjukkan lingkungan
belajar mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong baik, dengan nilai 60 %. Lingkungan yang paling mendukung adalah dari faktor keluarga. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertamakali menanamkan pendidikan dan kesadaran dari orang tua untuk mendidik anaknya dalam belajar. Orang tua selalu memberi pengarahan dalam pendidikan anaknya, memperhatikan kebutuhan dan memberikan dukungan dalam belajar serta memberikan fasilitas belajar. Selain lingkungan keluarga lingkungan kampus dan masyarakat juga perlu diperhatikan. Lingkungan kampus yang mendukung akan berpengaruh terhadap proses belajar di kampus, sebaliknya lingkungan kampus yang tidak kondusif akan menyebabkan proses belajar yang tidak nyaman. Fasilitas kampus yang tidak memadai dan jauh dari kelengkapan akan menghambat proses belajar. Mahasiswa belajar tidak hanya di kampus saja, pola belajar mahasiswa di luar kampus sangat dipengaruhi oleh bentuk pergaulan kesehariannya. Mahasiswa yang berkomunitas dengan pelajar atau lingkungan berpendidikan akan menjaga pola belajarnya dengan baik, sebaliknya pergaulan bebas yang tiada makna akan menjauhkannya dari semangat belajar. Lingkungan belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi belajarnya. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai sumbangan pengaruh terhadap prestasi sebesar 22%.
Dengan kata lain ada pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar. Dengan demikian semakin baik lingkungan belajar akan mampu mengoptimalkan prestasi belajar dan sebaliknya lingkungan yang kurang mendukung akan menurunkan prestasi belajar. d. Prestasi Belajar Dari analisa yang telah dilakukan, menunjukkan rata-rata prestasi belajar mahasiswa sangat memuaskan dengan prosentase sebesar 64 % sedang yang masih dengan predikat cukup sebanyak 4%. Memuaskan 14 % serta mahasiswa dengan predikat pujian sebanyak 18%. e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Berdasar hasil analisa data secara simultan motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh pada prestasi belajar sebesar 77.1 % dimana F hitung sebesar 51,679 dengan signifikansi 0,000 . Karena harga signifikansi kurang dari 0,05 menunukkan nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” Diterima. Dengan kata lain prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
tahun
akademi
2009/2010
motivasi,minat dan lingkungan belajarnya.
sebesar
77.1%
dipengaruhi
oleh
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV dapat ditarik simpulan: 1. Tingkat motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (80%). 2. Tingkat minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (60%). 3. Lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori baik (80%). 4. a. Ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat: 1. Motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 13 % 2. Minat belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 % 3. Lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 % b. Ada pengaruh secara simultan antara motivasi belajar, minat belajar dan lingkungan dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 77.1 %
B. Implikasi Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya. Dari penelitian ini diketahui terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun implikasi yang dapat dikemukakan adalah: a. Implikasi Teoritik Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap Prestasi Belajar ,perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif. b. Implikasi Praktis 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo, dengan faktor dominan adanya ketertarikan terhadap perkuliahan, maka diupayakan agar ditingkatkan sosialisai akan kebutuhan tenaga analis farmasi di masa depan sehingga dapat menggugah dan membangun motivasi untuk mempelajari ilmu di bidang analisa farmasi dan makanan. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang dominan adalah karena adanya kebanggan yang berorientasi pada keberhasilan
ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil belajarnya, maka diupayakan agar dalam proses pembelajaran di Akafarma dioptimalkan sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar yang akhirnya akan merangsang minat untuk mempelajar lebih mendalam mengenai keilmuan di Akafarma. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang dominan adalah faktor keluarga, maka diupayakan agar orang tua meningkatkan perhatiannya terhadap belajar anaknya sehingga seorang anak akan mampu memahami pentingnya belajar dengan tujuan agar prestasi belajar selalu meningkat. Mahasiswa juga harus mampu memelihara pergaulannya, mampu memilih dan memilah pergaulan yang sekiranya mengganggu proses belajar sebaiknya dihindari dan pergaulan yang mendukung proses belajar hendaknya senantiasa dipelihara. Lingkungan belajar di rumah ataupun di kampus diupayakan selalu kondusif sehingga menunjang kegiatan belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. C. Saran a. Kepada setiap mahasiswa harus mampu memelihara dan memupuk serta mengembangkan motivasi dan minat yang telah ada pada dirinya serta menghindari pergaulan yang tidak berguna yang mengganggu proses belajar untuk dapat meningkatkan prestasi
b. Kepada para dosen maupun orang tua harus mampu membantu mahasiswa dan anaknya untuk tetap konsisten dalam belajar sehingga prestasi belajarnya kian meningkat c. Kepada pimpinan dan jajaran manajemen kampus untuk senantiasa memperhatikan lingkungan baik fisik maupun non fisik kampus sehingga mahasiswa merasa nyaman dan makin giat belajar.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi,Abu.2004. Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi,2002.Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineksa Cipta Ali, Muhammad.1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon B.Uno,Hamzah.2008.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi Antariksa Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta. ----------------2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta. Gerungan.1996.Psikologi Sosial.Yogyakarta : PT Eresco. Gunawan,Ari.2000.Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta Faturrohman,Pupuh,Sutikno S.2007.Strategi Belajar Mengajar.Cetakan Kedua. Bandung:Refika Aditama Hadikusumo , Kunaryo.1996.Pengantar Pendidikan. Semarang. IKIP Semarang Hamalik,Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem.Cetakan ketujuh. Jakarta:Bumi Aksara -----------------.2004.Psikologi Belajar dan Mengajar. Cetakan Keempat. Bandung: Sinar Baru Algensindo ----------------. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Hartono.2009 SPSS16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Hurlock.E.B.1993.Perkembangan anak Edisi keenam Jakarta:Erlangga
Ihsan, Fuad.1997.Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta Kerlinger F. Dan Pedhazur E. 1987. Korelasi dan Analisis Regresi Ganda, Yogyakarta : Nur Cahaya Margono.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta Moedijono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyasa,E.2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung:Remaja Rosdakarya. Munib,Achmad.2004.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UPT UNNES Press Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nasution.2004.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Ngalim Purwanto.1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Purwanto.2007.Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rakhmad,Cece.2006.Psikologi Pendidikan. Edisi 1. Bandung: Upi Press Roestiyah.N.K.Dra..1986 Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina Aksara. -----------------.,2001. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT Rineka Cipta. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Sardiman,A.M.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .Alfabata Bandung :157
----------. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Suciati.2001.Teori Belajar dan Motivasi .Preasetya Irawan.-penyunting trini Prastati Jakarta.PAU-PPAIUniversitas Terbuka Sujana,nana.2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru ---------1992.Penilaian Hasil Rosdakarya.
Proses
Belajar
Mengajar.Bandung:Remaja
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Syah, Muhibin. 1995. Psikology Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung :Remaja Rosdakarya. Tabrani Rusyan.1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada The Liang Gie. 2004. Cara Belajar yang Baik bagi Mahasiswa.Edisi kedua.Cetakan keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press --------.2000.Cara Belajar yang Efisien.Yogyakarta Liberty Tirtarahardja, Umar dan La Sulo.1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Dirjen Dikti. Depdikbud Tu’u,Tulus.2004.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Rineka Cipta Winkel,WS.1996.Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo