Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI Prof. Dr. Ellizar, M. Pd,Dra Bayharti, M. Sc, Dra Andromeda, M. Si Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang. Kampus UNP Air Tawar , Jl. Prof. Dr. Hamka Padang. 25131 non_jalius @yahoo.com
Abstrak. Telah dilakukan penelitian eksperimen pembelajaran kimia dengan pendekatan konstruktivisme menggunakan modul dan tanpa modul terhadap tiga materi kelas XII di RSMA-BI Kota Padang. Hasil belajar siswa dikelompokkan antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah. (4,5). Hasil penelitian menunjukkan: Hasil belajar siswa yang belajar menggunakan modul lebih baik dari siswa yang belajar tanpa modul untuk ke tiga topik yang diteliti. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. 3. Terdapat interaksi antara perlakuan pembelajaran dan tingkat motivasi untuk materi Struktur atom, Laju Reaksi dan Thermo Kimia, dimana hasil bekajar siswa dengan motivasi tinggi lebih tinggi dari siswa dengan motivasi rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Kimia menggunakan modul berbahasa Inggris untuk sekolah RSBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan penggunaan modul Kimia berbahasa Inggris direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran kimia terutama di sekolah RSBI.(5) Kata Kunci : Modul, kimia. Konstruktivisme, Hasil belajar
PENDAHULUAN Penyusunan modul pembelajaran Kimia untuk sekolah RSBI telah dilakukan melalui penelitian Research and Development (R&D) yang di danai Hibah Bersaing tahun 2010-2011 yang menghasilkan 9 modul Kimia berbahasa Inggris untuk kelas XI SMA. Sesuai dengan alur penelitian R&D, pada tahap I baru sampai pada perancangan /mendisain modul, melakukan uji kelayakan modul yang dilakukan terhadap guru kimia SMA, siswa kelas XI dan mahasiswa program ISTE Jurusan Pendidikan Kimia yang sedang melaksanakan PPL. Untuk mengungkapkan kemampuan modul dalam pembelajaran, telah dilakukan penelitian eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran tanpa dan dengan menggunakan modul. Dalam penelitian ini akan diungkapkan efektivitas modul sebagai media pembelajaran kimia di SMARSBI.
Penelitian pendahuluan penggunaan modul berwarna berbahasa Indonesia telah dilakukan melalui eksperimen untuk kelas X. Dalam penelitian pendahuluan, dibandingkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan modul dengan pendekatan konvensional tanpa modul di dua sekolah, yaitu sekolah unggul (sekolah dengan ranking 2 kota Padang) dengan sekolah tidak unggul (ranking 23 kota Padang) telah dilakukan (5). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa modul yang di rancang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari sekolah tidak unggul sehingga menyamai hasil belajar siswa sekolah unggul yang belajar tanpa menggunakan modul Penelitian juga mengungkapkan bahwa antara siswa sekolah unggul dan sekolah tidak unggul yang belajar dengan pendekatan konvensional, ternyata terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (gain-score nya). Hasil lain yang juga
Semirata 2013 FMIPA Unila |117
Elizar dkk: Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI
terungkap adalah rerata Gain-score siswa sekolah tidak unggul yang belajar dengan Modul lebih tinggi dari rerata siswa sekolah unggul yang belajar dengan pendekatan konvensional. Hasil belajar yang diolah adalah gain-score, sehingga dapat disimpulkan bahwa modul yang di rancang dapat membantu siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah untuk memahami konsep kimia yang dipelajarinya. (5,6). Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan efektivitas pembelajaran Kimia menggunakan modul berbahasa Inggris dengan pendekatan konstruktivisme. Secara khusus penelitian ini mengungkapkan: 1. Perbedaan hasil belajar Kimia antara siswa yang belajar dengan pendekatan konstruktivisme menggunakan modul serta yang belajar dengan pendekatan konvensional tanpa modul pada sekolah RSBI 2. Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, dan motivasi belajar rendah pada kelompok eksperimen (belajar dengan modul) dan kelas kontrol (belajar tanpa modul). 3. Interaksi antara variabel perlakuan dengan tingkat motivasi. Dalam proses pembelajaran, perlu diberikan rangsangan yang dapat membantu siswa untuk berusaha memahami konsep. Pendekatan konstruktivisme diduga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Menurut teori Konstruktivisme, ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada orang yang lain atau dari guru kepada siswa. Siswa harus menciptakan sendiri pengetahuan baru, yang diperoleh berdasarkan atas pengetahuan yang sudah dimilikinya. Siswa dituntut membangun pengetahuan secara aktif. Ketika seseorang mendapatkan informasi yang baru, otak tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan informasi tersebut, tetapi otak akan memproses informasi untuk dicerna
118|Semirata 2013 FMIPA Unila
kemudian disimpan dalam suatu bentuk yang berarti. Ellizar (5) mengutip Starke (9) yang menyatakan ‖Learning in an active search for meaning by the learner--constructive knowledge rather than passively receiving it, shaping as well as being shaped by experience‖ Dalam mempelajari konsepkonsep kimia yang bersifat abstrak, pendekatan konstruktivisme sangat cocok digunakan. Modul berwarna yang telah dirancang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat, dan memudahkan siswa dalam memahami dan mengkon-struksi pengetahuannya. Modul yang dirancang dengan baik dapat berupa jembatan ingatan bagi siswa untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajarinya. Tayangan konsep dalam modul yang dilengkapi gambar dan bagan dengan pemberian warna yang menarik, diprediksi akan dapat meningkatkan daya ingat siswa. Madden (10) menyatakan: ‖warna juga merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan informasi dalam berbagai bagian otak. Warna merangsang informasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Warna mengaktifkan otak kanan‖. Selama proses mengkonstruksi pengetahuan, siswa melibatkan lebih banyak indera yaitu mata dan telinga sehingga terjadi proses berpikir. Melalui kegiatan berpikir, maka otak siswa bekerja lebih aktif sehingga proses belajar berlangsung. Modul ini dilengkapi dengan latihan dan soal-soal. Dengan modul yang dicetak berwarna, diharapkan dapat meningkatkan perhatian siswa dalam mempelajari Kimia. Konstruktivisme merupakan perspek-tif belajar dan kognisi yang berkembang pesat yang didasarkan atas hasil kerja Piaget, Vygotsky, Dewey dan Bruner. Konstruktivisme memperhatikan proses bagaimana para pelajar membangun pengetahuan (constructs). (8) Bagaimana
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
pelajar membangun pengetahuan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui, yang kemudian tergantung pada jenis-jenis pengalaman yang telah mereka temukan. Bagaimana mereka menyusun berbagai pengalaman tersebut menjadi struktur-struktur pengetahuan dan keyakinan yang mereka terapkan untuk menginterpretasikan berbagai objek dan kejadian yang mereka temui. Penelitian Piaget yang banyak digunakan untuk melandasi teori-teori pembelajaran sebenarnya ditujukan untuk bidang kajiannya, cognitive development. Para ahli pendidikan termasuk Dewey, memanfaatkannya sebagai landasan pengembangan teori belajar. Bagi konstruktivist, ada tiga kata kunci yang diperoleh dari karya Piaget yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium, yang sangat mendukung kajian psikologi belajar konstruktivisme. (4) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, modul yang di rancang bergambar dan berwarna untuk siswa SMA dari sekolah unggul dan sekolah tidak unggul, ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa yang mempunyai kemampuan dasar lemah untuk memahami konsep kimia. Hal terpenting lain adalah siswa dibiasakan untuk mempelajari konsep kimia dari buku berbahasa Inggris sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan ujian yang diberikan dalam bahasa Inggris. Belajar menurut konstruktivisme merupakan upaya siswa mengorganisasikan pengalaman barunya berdasarkan skema yang sudah ada. Ini berarti, hasil proses belajar sangat ditentukan oleh pengetahuan yang sudah ada. Implikasinya terhadap peran guru dalam mengajar adalah bahwa guru harus memeriksa melalui tanya jawab apakah siswa sudah siap untuk mengakomodasi pengalaman baru. Bila
pengetahuan yang ada tidak siap untuk menerima pengalaman baru, maka guru sebagai fasilitator, harus membantu mempersiapkannya. Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka konseptual yang dikemukakan di atas, maka diajukan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar Kimia antara siswa yang belajar dengan pendekatan konstruktivisme menggunakan modul dengan siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional tanpa modul pada SMA RSBI 2. Terdapat perbedaan hasil belajar Kimia antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada SMA –RSBI 3. Terdapat interaksi antar aspek perlakuan dengan motivasi METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian Research and Development. Langkah prosedur penelitian yang dilakukan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Reeves dalam Botha (1) adalah sebagai berikut
Semirata 2013 FMIPA Unila |119
Elizar dkk: Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Apersepsi Melaksanaka n Tes Formatif Melakukan Evaluasi Diri
Mengerjakan Lembaran Kerja
Mengerjakan Lembaran Kegiatan Siswa Cros-cek Jawaban Identifikasi Miskonseps i
Menjelaskan Konsep yang Salah
Gambar 1. Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Modul
Penelitian ini merupakan langkah Uji coba pemakaian yang dilanjutkan dengan revisi akhir sebelum produk dapat di produksi secara massal. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran mengikuti Skema model pembelajaran konstruktivisme oleh Ellizar (5) tampak pada gambar 1. Untuk mengungkapkan efektivitas modul, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan modul dan dengan tanpa menggunakan modul sebagai perbandingan. Pembelajaran dilakukan di sekolah RSBI kota Padang, yaitu di RSMA-BI 1,3 dan 10 Padang. Populasi penelitian ini adalah siswa pada satuan pendidikan SMA –RSBI kelas XI yang terdaftar pada tahun pelajaran 2011-2012. Sampel penelitian merupakan representasi dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara ”cluster sampling”. Masing-masing satu kelas sebagai kelas eksperimen, dimana pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran konstruktivisme menggunakan modul, sedang kelas ke dua sebagai kelas kontrol akan dilakukan pembelajaran konvensional tanpa modul.
120|Semirata 2013 FMIPA Unila
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 1. deskripsi data tes setelah pembelajaran, serta 2. skor tentang motivasi siswa yang diperoleh melalui angket yang diberikan pada siswa. 3. Hubungan antara motivasi dan hasil belajar. 1. Deskripsi Nilai Tes Rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa untuk tiga materi pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Grafik 1. Dari hasil analisis data yang terdapat pada Grafik 1, ternyata rata-rata nilai tes kelompok siswa yang belajar menggunakan modul (kelas eksperimen) lebih tinggi dari siswa yang belajar tanpa menggunakan modul (kelas kontrol) pada pembelajaran untuk semua materi kimia tersebut. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Analisis dua jalur dan diperoleh dua pengaruh utama (main effect) antara pembelajaran dengan modul dan tanpa modul sebagai variabel perlakuan dan motivasi sebagai variabel atribut (simple effect), juga interaksi (interaction effect) antara motivasi dan hasil belajar.
Grafik 1. Rata-rata Hasil Belajar siswa
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
2. Perbedaan Hasil Belajar Kelompok Siswa dengan Pembelajaran Menggunakan Modul dan Tanpa Modul. (Antar A) Uji Tukey pada materi Struktur Atom menunjukkan nilai Qhitung = 17,08> Q tabel ( = 0,01= 3,74. Ini berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan modul dan tanpa modul. Untuk materi Thermokimia nilai Fhitung =8,56 Ftabel ( = 0,01) =6,96, terbukti hasil belajar kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan modul lebih tinggi dari siswa yang belajar tanpa moduldimana
X A1 88,28 XA 2 82,56)
. reaksi,
Untuk materi laju hasil perhitungan Fhitung = 37,33 Ftabel ( = 0,01) =6,96. Hal itu berarti hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan Hasil Belajar pada kelompok siswa yang yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan modul dan tanpa modul terbukti, dan perbedaannya sangat signifikan Untuk melihat adanya perbedaan antara kedua kelompok, dilakukan dengan uji Tukey, dimana didapat nilai Qhitung = 18,64> Q tabel ( = 0,01= 2,87. Ini berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan modul dan tanpa modul 3. Perbedaan Hasil Belajar Kelompok Siswa Dengan Motivasi Tinggi Dan Rendah (Antar B) Dari perhitungan ANAVA, untuk materi Struktur Atom, nilai Fhitung = 8,20 Ftabel ( = 0,01) = 6,96. Hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih tinggi daripada kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah (
X B1 82,78 X B 2 76,94) Untuk melihat perbedaan motivasi mana yang lebih tinggi dilanjutkan dengan uji Tukey, maka didapat nilai Qhitung = 8,75 > Q tabel ( = 0,01) = 3,74.
Untuk materi Thermokimia, nilai Fhitung = 33,90Ftabel ( = 0,05) = 3,96. Hal itu berarti bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian hipotesis menyatakan terdapat perbedaan yang sangat signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah. Hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih tinggi daripada kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah (
X B1 91,11 X B 2 79,72)
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Kelompok Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi antara Pembelajaran dengan Modul dan Tanpa Modul. Dilihat dari uji Tukey pada materi Struktur Atom, diperoleh nilai Qhitung = 16,50> Qtabel ( = 0,05,16) = 3,00. terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan. Hasil Belajar Kimia kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan modul lebih tinggi dari hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan diberi perlakuan pembelajaran tanpa modul (
X A1B1 90,56 X A2 B1 75,00 ) .
Untuk materi Thermokimia, nilai Qhitung = 8,94> Qtabel ( = 0,05,16) = 2,87. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil Belajar Kimia kelompok siswa motivasi tinggi yang diberi perlakuan pembelajaran dengan modul lebih tinggi dari hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan diberi perlakuan pembelajaran
Semirata 2013 FMIPA Unila |121
Elizar dkk: Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI
tanpa
modul
(
X A1B1 96,11 X A2 B1 86,11) .
Dari hasil perhitungan uji Tukey antara kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dan diberi perlakuan pembelajaran dengan modul pada materi laju reaksi, dperoleh skor rata-rata = 93,89 sedang kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan pembelajaran tanpa modul memperoleh skor rata-rata = 84,44. Dilihat dari uji Tukey diperoleh nilai Qhitung = 8,15> Qtabel ( = 0,05,16) = 3,00. 5. Perbedaan Hasil Belajar Kelompok Siswa Dengan Motivasi Rendah antara Pembelajaran dengan Modul dan Tanpa Modul. Dilihat dari uji Tukey untuk materi Struktur Atom, diperoleh nilai Qhitung = 7,66> Qtabel ( = 0,05,16) = 3,00. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga hasil belajar siswa dengan motivasi rendah yang belajar dengan modul lebih tinggi dari hasil belajar kelompok siswa tanpa modul (
X A1B1 80,56 X A2 B1 73,33 ) .
Untuk
materi
Thremokimia, uji Tukey menunjukkan nilai Qhitung = 1,60< Qtabel ( = 0,05,16) = 3,00. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan a hasil belajar siswa dengan motivasi rendah yang belajar dengan modul dan hasil belajar kelompok siswa tanpa modul (
X A1B1 80,44 X A2 B1 79,00 ) Untuk materi laju reaksi dari uji Tukey diperoleh nilai Qhitung = 18,21> Qtabel ( = 0,05,16) = 3,00.disimpulkan hasil belajar siswa dengan motivasi rendah yang belajar dengan modul lebih tinggi dari hasil belajar kelompok siswa
122|Semirata 2013 FMIPA Unila
tanpa
modul
(
X A1B1 83,89 X A2 B1 62,78 )
KESIMPULAN Dalam pembelajaran menggunakan modul sikap siswa tercermin dari tingkat kesenangan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Ketertarikan siswa melihat dan mempelajari modul dapat dijadikan ukuran dari berfungsinya ranah afektif dalam pembelajaran. Dengan dua kemampuan yaitu memanfaatkan fungsi kognitif dan afektif, serta bagan dan peta konsep yang disebut peta kognitif merupakan teknik yang dikembangkan oleh Buzan (6) untuk mengorganisasikan dan menyusun informasi yang menunjukkan keterkaitan antara satu informasi dengan informasi yang lain. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran hampir sama dengan peta pikiran yang dapat membantu mengingat sehingga dapat meningkatkan pemahaman. Dalam peta konsep, dapat ditambahkan warna-warna yang menarik untuk meningkatkan retensi. Adanya peta konsep dalam modul memudahkan siswa dalam mengingat informasi, memusatkan perhatian serta meningkatkan pemahaman. Bagan dan gambar berwarna meningkatkan retensi karena otak lebih aktif, selain itu warna juga meningkatkan rasa senang siswa. Untuk motivasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kelompok motivasi yaitu pada kategori siswa dengan motivasi tinggi dan rendah antara kelompok siswa yang belajar dengan modul dan tanpa modul. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Bila dilihat seberapa besar perbedaan hasil belajar yang terjadi antara siswa dengan motivasi yang berbeda, ternyata pada
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
kelompok motivasi tinggi dengan motivasi rendah untuk ke tiga materi yang dilakukan menunjukkan bahwahasil belajar siswa dengan motivasi tinggi lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan motivasi rendah, baik bagi siswa yang belajar dengan modul maupun tanpa modul. Namun pada materi struktur atom terlihat adanya interaksi antara motivasi dan perlakuan pembelajaran. Dengan diberikannya modul berwarna, siswa mulai dengan ketertarikan terhadap bahan ajar sehingga siswa termotivasi belajar. Dengan mudahnya memahami konsep Kimia karena adanya gambar dan bagan, tingkat motivasi lebih baik lagi karena siswa lebih bergairah menyelesaikan modulnya. Wahyudi (5) membedakan motivasi atas tiga kelompok, yaitu siswa dengan tingkat motivasi tinggi, merupakan siswa yang benar-benar ingin belajar (willing to learn), memahami apa yang akan dipelajari selama proses pembelajaran. Kelompok ini memiliki motivasi internal dan biasanya kelompok ini memiliki tingkat partisipasi yang relatif tinggi dalam pembelajaran dibandingkan dengan kelompok lain. Kelompok ke dua adalah siswa dengan tingkat motivasi sedang, merupakan kelompok siswa yang hanya menginginkan nilai terbaik (to gain a good mark). Siswa kelompok ini dalam belajar hanya ingin tahu mana konsep yang berguna dalam kuis, ulangan atau tes yang lain. Kelompok ini biasanya labil dalam belajar karena perhatiannya hanya tertuju pada soal yang akan keluar waktu ujian, belajar dengan kecenderungan menghafal, karena itu kelompok ini labil dalam belajar. Kelompok ke tiga adalah kelompok penggembira, yaitu kelompok siswa yang ikut ke sekolah to have a fun at the school. Bagi siswa kelompok ini yang penting adalah pergi ke sekolah dan naik kelas. Siswa kelompok ini masih mungkin untuk ditingkatkan hasil belajarnya melalui eksternal motivasi, yaitu berupa usaha
pemberian motivasi dari guru ataupun dari metoda dan penggunaan media yang menarik dalam pembelajaran. Usaha untuk meningkatkan pendidikan harus dimulai dari motif siswa belajar. Bila motivasi kurang, maka belajar akan menjadi sulit. Dalam kondisi ini perhatian siswa terhadap materi ajar menjadi terbatas UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, kami mengucapkan Terimakasih kepada Dikti yang telah membiayai penelitian ini dalam skim Hibah Bersaing. Selanjutnya juga Kepala Sekolah RSMA-BI 1, RSMA-BI 3 dan RSMA-BI 10 yang telah memberi kesempatan untuk pelaksanaan uji penggunaan modul dalam pembelajaran Kimia. Ucapan terimakasih juga kami tujukan kepada mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini, baik pada waktu perancangan modul , maupun pada saat uji pemakaian dilakukan. Semoga Allah membalas semua bantuan yang diberikan kepada kami. DAFTAR PUSTAKA Botha, J..,Duan, van der Westhuizen & Estelle De Swardt (2005). Toward Appropriate Methodologies to Research Interactive Learning: Using a Design Experiment to Access a Learning Programme for Complex Thinking. International Journal of Education and Development using ICT – Vol.1, No 2. Pp. 1-12. Bruner Jerome.S. (1969). The Process of Education. Harvard University Press. Cambridge Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dougiamas, Martin. A Journey into Constructivism. (1998). http://dougiamas.com/writing/constructi vism.html Retrieved 8/10/2007.
Semirata 2013 FMIPA Unila |123
Elizar dkk: Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran Kimia Menggunakan Modul dan Tanpa Modul Terhadap Hasil Belajar Kimia di RSMA-BI
Ellizar. Dra. M. Pd. dkk. (2003). Pengaruh Penerapan Metoda Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Kimia di SMA Negeri 3 Padang. Hibah Penelitian. Padang: Lembaga Penelitian UNP Padang. Ellizar. Dr. (2008). Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Modul. (Studi Pengembangan Pembelajaran Kimia). Disertasi. Pascasarjana UNP. Iskandar. Srini. M. Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
124|Semirata 2013 FMIPA Unila
Kimia Di SMA. Media Komunikasi Kimia. Jurnal Ilmu Kimia dan Pembelajarannya. Nomor 2 ,Tahun 5, Agustus 2001. Starke, Diane. (2006). El Paso Community College. Proffesional Development Moduls on Active Learning. Retrieved 23-8-2007 from http://www.calstatela.edu/dept/chem/chem2/Active/ind ex.htm
Maden, T. (2002). FIRE-UP Your Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama..