PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI BUNYI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: ASMAWATI R. 106016300640
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ABSTRAK
Asmawati R., “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster Sampling. Sampel dalam penelitian ini, siswa kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-9 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masingmasing 36 siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pilihan ganda sebanyak 18 soal dengan empat alternatif pilihan jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh thitung = 8,55 > ttabel = 1,99, dengan thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Konsep bunyi, Penguasaan konsep siswa
ABSTRACT
Asmawati R., “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendididkan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. The aim of this research to knowing influence cooperative learning STAD type to mastery in concept of the student in the physics at sound concept. This research was conducted of SMP Negeri 13 Tangerang Selatan at April until May in academic year 2010/2011. The research method is used quasi experiment and technics sampling is used cluster sampling. Sample of this research are VIII-4 class as experiment group and VIII-9 class as control group and taken severally 36 students. The experiment group was given cooperative learning STAD type and control group was given conventional learning. Instrument were used in these research is test instrument used 18 test multiple choise. Data was got from test test instrument was analyzed by analysis t-test. Based on result of statistical analysis t-test at the level of significant (α = 0,05), it is shown that tvalues greater than ttabel 8,55 > 1,99, with the result that zero hypotesis (Ha) was refused and alternative hypotesis (Ha) was accepted, that can be concluded, cooperative learning STAD type can influence students concept mastery of the physics study in sound concept.
Key Words: Cooperative learning model of STAD type, Concept of sound, Mastery in concept of student
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum. Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menghubungkan kejalan yang benar dan memimpin kepada agama yang lurus, semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan kepada Beliau dan kepada Nabi-nabi lain serta keluarga dan orang-orang yang saleh. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan dan masukan moril maupun materil kepada penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta,
sekaligus
dosen
pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama proses perkuliahan. 7. Bapak Rohman, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung. 8. Ibu Silvani Damanik, S.Pd, selaku guru bidang studi fisika kelas VIII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan yang telah member dukungan moril kepada penulis selama proses penelitian. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Pada akhirnya, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis dengan terbuka menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi, amin. Wassalaamu’alaikum. Wr.Wb.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK . .................................................................................................
i
ABSTRACT .................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Perumusan Masalah ................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
7
A. Kajian Teori ............................................................................
7
1. Pembelajaran Kooperatif ...................................................
7
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...................
15
3. Konsep dan Penguasaan Konsep .......................................
19
4. Konsep Bunyi ....................................................................
23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................
29
C. Kerangka Berpikir ...................................................................
32
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................
37
A. Metode Penelitian ....................................................................
37
B. Desain Penelitian .....................................................................
37
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
37
D. Prosedur Penelitian ..................................................................
38
E. Variabel Penelitian ..................................................................
39
F. Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................
39
G. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................
39
H. Teknik Pengambilan Data .......................................................
40
I. Instrumen Penelitian ................................................................
42
J. Teknik Analisis Data ...............................................................
45
K. Hipotesis Statistik ...................................................................
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
50
A. Hasil Penelitian .......................................................................
50
B. Analisis Data Angket ..............................................................
54
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................
60
BAB V PENUTUP ....................................................................................
63
A. Kesimpulan .............................................................................
63
B. Saran ........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
65
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi ..................................................................
23
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................
33
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .
48
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Tradisional ......................................................................
11
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu ..........................
18
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok .................................................
18
Tabel 3.1 Desain Penelitian .........................................................................
35
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes ................................................................
38
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas .....................................................................
41
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........................................................................................
48
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..........................
49
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..........................
50
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .....
51
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru ..........................................................................
52
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa ..............................
53
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa ..........
54
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa ............
55
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa .....
56
Tabel 4.10Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran ...............................................................................
57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Uji Validitas .............................................................................
68
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ................................................................
71
Lampiran 3 Perangkat Pembelajaran ..........................................................
93
Lampiran 4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..................................................................
115
Lampiran 5 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ..............................
116
Lampiran 6 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kelompok Eksperimen .......................................
119
Lampiran 7 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen ..............
120
Lampiran 8 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ...........................
121
Lampiran 9 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Posttest Kelompok Eksperimen ......................................
124
Lampiran 10 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen ............
125
Lampiran 11 Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ...................................
126
Lampiran 12 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kelompok Kontrol .............................................
129
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol ....................
130
Lampiran 14 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ..................................
131
Lampiran 15 Tabel Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Posttest Kelompok Kontrol ...........................................
134
Lampiran 16 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ...................
135
Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……………………………………………
136
Lampiran 18 Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol …………………………………………….
138
Lampiran 19 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .......................................
140
Lampiran 20 Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………………………….
142
Lampiran 21 Lembar Pembagian Kelompok STAD ....................................
144
Lampiran 22 Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD ………………………
145
Lampiran 23 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan I) .....
148
Lampiran 24 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan II) ....
150
Lampiran 25 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan III) ...
152
Lampiran 26 Lembar Uji Referensi .............................................................
157
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap gejala atau proses alam dan sifat serta penerapannya, demikian menurut Wosparkik.1 Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains yang bertujuan untuk mempelajari fenomena-fenomena yang berhubungan dengan materi. Oleh karena itu, hakikat fisika sama dengan hakikat sains yakni terdiri dari produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pendidikan fisika diharapkan mampu memberikan pengalaman secara langsung. Pendidikan fisika juga harus mampu mengembangkan daya nalar dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari, karena siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara utuh. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk mencapai fungsi dan tujuannya. Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah sebagai sarana untuk: 1.
Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2.
Memupuk sikap ilmiah;
3.
Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melaui percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah,
dan
menafsirkan
data,
menyusun
laporan,
serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;
1
Widodo Budhi, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD Mata Kuliah Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tahun Akademik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol. 17, No. 2, Desember 2005, h. 106
4.
Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pada kelas I perangkat matematika yang mendukung fisika adalah aljabar. Pada kelas II selain aljabar penggunaan kalkulus juga diperkenalkan di beberapa bagian. Di Kelas III penggunaan kalkulus diferensial dan integral dilakukan dengan porsi yang lebih banyak lagi;
5.
Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi;
6.
Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.2
Oleh karena itu, maka penguasaan terhadap ilmu fisika hendaklah terus ditingkatkan. Pada kenyataannya, tingkat penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran fisika yang masih berpusat pada guru (teacher centered) dan siswa hanya mendapatkan konsep-konsep yang bersifat informasi yang disampaikan guru di kelas. Konsep-konsep tersebut seharusnya dikuasai oleh siswa agar mereka dapat memecahkan masalah fisika yang kelak akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tersebut seharusnya diperoleh siswa melalui pemberian pengalaman oleh guru untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, tidak banyak dialami oleh siswa sehingga siswa sulit memahami konsepkonsep fisika dan cepat melupakannya. Selain itu, faktor terpenting yang
2
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Fisika SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), h. 7
mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep siswa yaitu keaktifan, interaksi dan kemampuan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang masih lemah. Salah satu tindakan pembelajaran yang perlu dilakukan guru adalah pengembangan model pembelajaran berdasarkan teori belajar kognitif. Termasuk teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivis. Pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif berarti juga belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, demikian menurut Johnson.3 Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievment Divisions (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, pengajar terlebih dahulu menyajikan materi, membentuk kelompok secara heterogen. Selanjutnya pengajar memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Setelah itu, pengajar memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa (pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu). Kemudian pengajar memberi evalusi, lalu bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan. Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi dirancang untuk pembelajaran kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk LKS. Dalam model pembelajaran ini siswa lebih bebas bertanya kepada teman satu timnya, sebab biasanya siswa tidak mau bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan.
3
Isjoni. Pembelajaran Kooperatif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Cet. ke-1, h.63
Pembelajaran dengan menggunakan metode STAD diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif, menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan suhu dan kalor. Pembelajaran fisika yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Adapun dipilihnya topik bunyi sebagai materi pembelajaran dalam model ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, materi bunyi menuntut berpikir kompleks, sehingga diperlukan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam merancang dan melakukan percobaan sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep siswa. Kedua, materi bunyi tergolong sulit sehingga membutuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Dalam pembelajaran materi bunyi hendaknya siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat memahami serta dapat meningkatkan penguasaan konsep, hal ini dapat dicapai salah satunya melalui pembelajaran kooperatif. Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai”. Dalam hasil penelitiannya, Dewimarhelly melaporkan adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).4 Annisa Firdhausi melakukan penelitian tindakan kelas mengenai ”Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatid Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif. Hasilnya, secara keseluruhan aktivitas siswa di setiap siklusnya terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa media dan model pembelajaran yang telah diterapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa. Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar 4
Dewimarhelly, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai” dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, h. 64
meningkat cukup baik di setiap siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini.5 Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”.
B. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Terdapat kesenjangan hasil belajar antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep siswa kelompok bawah.
2.
Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran dan lemahnya kemampuan kerjasama siswa dalam kegiatan kelompok.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini diadakan pembatasan masalah pada penguasaan konsep. Dimana penguasaan konsep siswa yang diteliti, dibatasi hanya pada aspek meningat (C2) pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi?”.
5
Annisa Firdhausi, ”Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif” dalam Skripsi FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI, Bandung, 2010, h. 92
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa antara sebelum dan sesudah proses pembelajaran. 2. Mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitan ini, yaitu:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkan kerjasama pada kegiatan kelompok dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika, khususnya penguasaan konsep siswa pada materi bunyi. 2. Bagi guru fisika, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dimana, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang
menarik
sehingga
siswa
berpartisipasi
dalam
pembelajaran. 3. Bagi peneliti, dapat menjadi pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1.
Pembelajaran Kooperatif
a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.6 Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.7 Eggen mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu.8 Sedangkan Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara ekstenfsif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya.9 Menurut Muslimin dkk., pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina, model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah 6
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), cet. ke-3 h. 15 7 Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), h. 4 8 Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Divisions )Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK (Teknik) Swasta di Surakarta Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17, No. 1, Januari 2007, h. 67 9 Ibid, h. 67
dirumuskan. Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning, model pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatu
model
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.10 Pembelajaran kooperatif ini bukan saja sekedar melibatkan dan menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan memberikan kepada mereka tugas, akan tetapi juga di dalamnya melibatkan pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai macam aspek dari proses kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu antara satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan atau mempelajari suatu pokok bahasan. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbedabeda untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pengorganisasian pembelajaran kooperatif dicirikan oleh “struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif”. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, yang dimaksud struktur tugas kooperatif adalah siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif harus bekerjasama pada suatu tugasnya. Struktur tujuan kooperatif adalah seorang siswa dalam suatu kelompok dikatakan dapat mencapai tujuan jika siswa lain dalam kelompok tersebut juga dapat mencapai tujuan. Terdapat tiga macam struktur tujuan sebagai berikut dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Tujuan individualistik, jika tujuan yang ingin dicapai siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya. 2) Tujuan kompetitif, jika seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. 3) Tujuan kooperatif, jika siswa bersama-sama mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan. Tujuan kelompok akan tercapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan secara kolektif.11
10
Widyantini. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. (Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008), h. 4 11 Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik, h. 43
Model pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu cara penyampaian pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred learning). Student centred learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam proses pembelajaran, metode belajar ini berfokus pada kebutuhan siswa, kemampuan, minat, dan cara mengajar guru sebagai fasilitator dalam pemebelajaran. Siswa yang aktif adalah siswa yang dapat mengkonstruk dan membangun sendiri pemahamannya lewat indera sensoriknya sendiri seperti penglihatan, suara, penciuman dan sebagainya. Asumsi tersebut berkembang berdasarkan alasan bahwa siswa bukan merupakan pembelajar pasif, tetapi mereka merupakan seorang pencipta di lingkungannya. Dari berbagai penjelasan mengenai pembelajaran kooperatif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran kelompok untuk setiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen. Pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model yang setiap anggota kelompok telah mencapai tujuan individu apabila kelompoknya telah berhasil. Untuk mencapai tujuan individu dalam kelompok, sangat dipengaruhi oleh keaktifan anggota kelompok tersebut dalam melakukan apa saja untuk keberhasilan kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan pembelajaran yaitu: prestasi akademik, penerimaan pendapat yang beraneka ragam dan pengembangan keterampilan sosial. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak identik dengan pembelajaran kelompok. Dalam pembelajaran kelompok guru dapat mengoptimalkan siswa bekerja bersama dengan siswa lainnya. Pembelajaran kelompok berbeda dengan pembelajaran kooperatif, karena ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti dikemukakan oleh Slavin tidak tersirat secara sistematis. Oleh karena itu guru dapat mengoptimalkan kinerja yang telah dilaksanakannya dengan memilih satu metode yang dikemukakan Slavin, antara lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Teams Assisted
Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Jigsaw.12
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:13 1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran. 2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. Pembelajaran yang paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok. 3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 siswa. 4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif. 5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:14 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. 4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
12
Suprayekti, “Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif”, dalam Jurnal Pendidikan Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006, h. 90 13 Zulfiani, dkk.., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) cet. ke-1 h. 131 14 Wahyu Sulistyorini, Op. Cit., h. 44
Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciriciri sebagai berikut:15 1) Setiap anggota mempunyai peran 2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa 3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya 4) Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Bannet menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:16 1) Positive interdependence 2) Interaction face to face 3) Adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok 4) Membutuhkan keluwesan 5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) Pada pembelajaran kooperatif siswa dikondisikan untuk bekerja dan belajar dalam kelompok. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok belajar kooperatif berbeda dengan kelompok belajar tradisional. Kelompok tradisional adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.17
15
Zulfiani, dkk.., Op. Cit., h. 132 Isjoni, Op. Cit.,, h. 60 17 Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 135 16
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Tradisional No.
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional
1.
Kepemimpinan bersama
Satu pemimpin
2.
Saling ketergantungan positif
Tidak saling bergantung
3.
Kelompok heterogen
Kelompok homogen
4.
Mempelajari ketarampilan kooperatif
Asumsi adanya keterampilan sosial
5.
Sama-sama bertanggungjawab
Tanggungjawabnya hanya untuk diri sendiri
6.
Menekankan pada penyelesaian tugas
Hanya menekankan pada
dan mempertahankan hubungan
penyelesaian tugas
Guru memperhatikan proses
Guru tidak memperhatian proses
kelompok belajar sehingga efektif
kelompok belajar
8.
Satu hasil kelompok
Beberapa hasil kelompok
9.
Evaluasi kelompok
Evaluasi individual
7.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut: 1) Semua anggota kelompok wajib mendapat tugas 2) Ada interaksi langsung antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru 3) Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial 4) Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain 5) Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa 6) Melatih siswa untuk berani berbicara di depan kelas18 Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain sebagai berikut: 1) Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengankat tempat duduk. 18
Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “STAD” Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6 Nomor I, h. 49
2) Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 40 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian. 3) Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar. 4) Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.19
d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), TAI (Teams Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition), dan Jigsaw. 1) STAD (Student Teams Achievement Division) Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Guru menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individual setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor perkembangan.
2) Jigsaw Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu yang diberikan. Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok mahasiswa (homogen), tes/kuis, dan penguatan dari guru.
19
Ibid, h. 49
3) TGT (Team Games Tournament) TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis atau saling tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi dengan anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor mereka. TGT terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah, pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.
4) TAI (Team Accelerated Instruction) Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan belajar secara individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain. Jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.
5) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan kuis.20
Pada penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alasan dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. 20
Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 137
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD
yang
dikemukakan
oleh
Slavin
adalah
sebuah
metode
pembelajaran yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen dari segi tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang budaya.21 Pada STAD dinyatakan Slavin bahwa “Most often, the study involves students discussing problems together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates make mistakes”, artinya siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan. Penekanan diletakkan pada anggota tim melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.22 STAD merupakan salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif (Slavin).23 Menurut Davidson & Worshman (dalam Supraptama), “Cooperative learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis”. Senada dengan pendapat tersebut, Johnson menyatakan bahwa dalam cooperative learning “Students discuss the material with each other, help one another understand it, and encourage each other to work hard”. Pada cooperative learning para siswa mendiskusikan bahan antara siswa yang satu dengan lainnya, saling membantu memahami siswa yang satu dengan yang lain dan masing-masing memberi semangat untuk bekerja keras antara siswa yang satu dengan yang lain.24 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran secara berkelompok (anggota 21
Suprayekti. Op. Cit., h. 90 Marjoko. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama, Vol. 5 No.1, Maret 2008, h. 64 23 Ruhadi, Op. Cit., h. 48 24 Marjoko, Op. Cit., h. 64 22
kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen) dengan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman belajar baik individu maupun kelompok. Bentuk partisipasi siswa yang diharapkan dapat berupa keterlibatan mereka dalam suatu kelompok diskusi. Pada aktivitas ini terjadi proses belajar mengajar antar siswa, berupa saling bertanya, saling menjelaskan, dan mempraktikkan kemampuan-kemampuan lain dalam wadah kelompok diskusi. Dalam proses pembelajaran ini dapat diharapakan mampu meransang siswa untuk berpikir kritis, inovatif, aktif dan kreatif serta mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi tipe STAD didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan tipe STAD, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.25 Unsur-unsur dasar tipe STAD sebagai berikut: siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri; siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki tujuan yang sama; siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara kelompoknya; siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota keompok; siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.26 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri-ciri berikut: (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi 25
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90 26 Ibid, h. 90
belajarnya; (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; dan (d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.27
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: penyajian kelas, kegiatan kelompok, tes, peningkatan individu dan pengakuan kelompok. Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Penyajian kelas Penyajian kelas adalah tahap dimana siswa memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahapan ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana biasanya, dengan menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang sesuai misalnya ceramah, tanya jawab, peragaan, dan demonstrasi. Penyajian kelas dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penelusuran kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pembelajaran.
2) Kegiatan kelompok Siswa bekerja dan belajar bersama didalam kelompok. Waktu yang digunakan 1 – 2 jam pelajaran. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 – 5 orang yang beragam, baik itu kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnik dalam satu kelompok. Kerja tim merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timya. Sesama anggota tim memberikan dukungan kepada temannya untuk kinerja akademik dan menunjukkan saling peduli.
27
Ibid, h. 90
3) Tes individual Setelah siswa berlatih dalam kelompok, siswa diberi tes individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerja sama dengan yang lain. Setiap siswa diharapkan berusaha untuk bertanggungjawab secara individual untuk menjawab soal tes dan memberikan hasil yang terbaik sebagai konstribusinya kepada kelompok.
4) Memberikan skor peningkatan individual Pemberian skor peningkatan individual bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setia siswa agar dapat menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dari hasil kerja maksimal setiap individu yang disumbangkan untuk kelompokknya. Pengelolaan hasil kerja kelompok adalah skor awal, skor tes, skor peningkatan individu dan skor kelompok. Skor peningkatan didapat dari kaitan skor awal dan skor tes. Jika ada peningkatan atau penurunan maka akan diberi poin tersendiri, dan skor untuk kelompok dikumpulkan dari peningkatan seluruh anggota kelompok, dicatat dan dijumlahkan maka itu akan menjadi skor kelompok. Contoh pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu Skor Tes
Skor Peningkatan
a. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal
5
b. Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal
10
c. Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal
20
d. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal
30
e. Nilai terbaik (tidak berdasarkan nilai awal)
40
5) Pengakuan kelompok Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok yang diperoleh dengan mengumpulkan kemajuan masing-masing anggota
kelompok. Berdasarkan skor kemajuan kelompok tersebut, guru memberikan hadiah (award) berupa predikat kepada kelompok yang memenuhi kriteria tertentu. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut ini.28
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Kelompok
Penghargaan
15
Good Team (tim yang bagus)
20
Great Team (tim yang hebat)
25
Super Team (tim yang super)
3. Konsep dan Penguasaan Konsep a. Konsep Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman sehingga konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang. Konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Rosser dalam Dahar). Sedangkan Herron (dalam Liliasari) menyatakan bahwa konsep sama dengan ide, ide sebagai contoh dari konsep.29 Menurut Dahar, konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada dilingkungan kita. Konsep-konsep menyediakan skema-skema terorganisasi untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi
28
untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-
Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 140 Akhmad Akhyani. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. II, No. 1, Maret 2008, h. 102 29
generalisasi.30 Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa “konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum”. 31 Berdasarkan berbagai definisi mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu idea tau gagasan yang menerangkan suatu objek berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta. Adapun ciri-ciri konsep yaitu:32 1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. 2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. 3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya. 4) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya. Jenis-jenis konsep adalah sebagai berikut:33 1) Konsep konjungtif, nilai-nilai tertentu (yang penting) dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep konjungtif. Contoh: Atribut
Nilai
- Nomor
Tiga
- Warna
Hitam kekuning-kuningan
- Bentuk
Bulat/bundar
Konsep Tiga bulatan yang hitam kekuning-kuningan
2) Konsep konjungtif sangat mudah dipelajari dan diajarkan, sebab hanya menambah (kualitas adaptif) antara atribut dan nilai-nilai. Dengan cara itu, kita dengan mudah membedakan antara anjing, kucing, dan kuda. 30
Armiza. Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No, 1, Maret 2007, h. 79 31 Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara: 2005), cet. ke-4, h. 161 32 Ibid, h. 162 33 Ibid, h. 163
3) Konsep disjungtif, sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan nilai-nilai dapat didistribusikan antara yang satu dengan yang lainnya. 4) Konsep hubungan, yakni suatu konsep yang mempunyai hubungan-hubungan khusus antaratribut. Misalnya konsep jarak dan konsep arah. Jarak menunjuk pada hubungan antara dua titik, yakni terdapat dua titik yang terpisah arah, juga menunjukkan hubungan antara dua titik gerakan dari satu titik ke titik lainnya.
b. Penguasaan Konsep Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diharapkan siswa dapat menguasai konsep-konsep dari materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam hal ini penguasaan konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah mengalami pembelajaran. Penguasaan konsep yang dimaksud di sini tidak terbatas hanya mengenal konsep itu, tetapi siswa harus dapat menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain yang masih ada kaitannya. Berkaitan hal ini Novak dan Gowin (dalam Baihaqi), menyatakan bahwa penguasaan konsep tidak didasarkan pada kemampuan siswa untuk mengetahui seluruh konsep yang diajarkan saja, tetapi lebih merupakan perkembangan hubungan proporsional antara konsep yang menjadi pusat perhatian dan konsep lain yang dihubungkan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penguasaan konsep identik dengan pemahaman konsep, yaitu sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan
berpikir dengan jenjang: ingatan (C 1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5), dan kreatif (C6) (Bloom dalam Anderson dan Krathwohl).34 Adapun penguasaan konsep fisika dimaksudkan sebagai tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benarbenar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri
34
Akhmad Akhyani, Op. Cit., h. 102
maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan taksonomi Bloom, penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya pada ranah kognitif C2. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelompok berkompetisi dengan kelompok-kelompok lain, siswa dalam satu kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah disiapkan oleh guru, hasil kerja dan penghargaan adalah untuk kelompok bukan untuk perorangan, siswa merasa keberhasilan mereka bergantung pada perilaku dan kinerja siswa lainnya dalam kelompok, efektif dalam mengurangi dominansi siswa yang pintar dalam belajar kelompok, dan guru memberi umpan balik untuk kelompok. Dengan demikian, interaksi dalam kelompok dan antar kelompok lebih efektif dan efisien karena adanya bahan diskusi yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru dan adanya bimbingan dan arahan guru secara intensif. Tipe STAD lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan pembelajaran konseptual meningkatkan secara nyata pada saat digunakan strategi-strategi kooperatif, siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual atau kompetitif. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama.35 Hal yang demikian diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa khususnya pada materi bunyi.
35
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 90
4. Konsep Bunyi a. Peta Konsep
Bunyi
memiliki
memiliki
Daerah frekuensi
Karakteristik bunyi
terdiri atas
Pemantulan
terdiri atas
Warna bunyi
Infrasonik (f < 20 Hz)
mengalami
Kuat bunyi
Audiosonik (20 Hz s/d 20 kHz)
Tinggi bunyi
Ultrasonik (f > 20 kHz)
dihasilkan oleh
Getaran dirambatkan oleh
Gelombang mekanik (perambatannya melalui medium) berupa
Gelombang longitudinal
Gambar 2.1 Peta Konsep Bunyi
Resonansi
b. Bunyi Benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Benda tersebut dapat kita sebut sebagai sumber bunyi.36 Bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang longitudinal. Bunyi merambat dalam bentuk rapatan dan renggangan yang silih berganti. Kita telah membahas bahwa bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar, yaitu sumber bunyi. Dengan demikian, syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah: 1) Ada benda yang bergetar (sumber bunyi), 2) Ada medium yang merambatkan bunyi, dan 3) Ada penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.37
c. Kelajuan Rambat Bunyi Kelajuan rambat bunyi adalah jarak yang ditempuh oleh bunyi tiap satu satuan waktu. Satuan kelajuan rambat bunyi dalam SI adalah m/s. karena itu dapat dinyatakan: Cepat rambat bunyi adalah besarnya jarak yang ditempuh oleh bunyi tiap sekon.
𝑣=
𝑠 𝑡
…………………………….. (2.1)
dengan: v = kelajuan rambat bunyi (m/s) s = jarak yang ditempuh (m) t = waktu tempuh (s)38 Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk gelombang, dapat dituliskan:
𝑣=
𝜆 𝑇
= 𝑓. 𝜆 ………………………. (2.2)
dengan: T = periode bunyi (s) λ = panjang gelombang bunyi (m)39 f = frekuensi bunyi 36
Mikrajuddin Abdullah. IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006), h. 110 37 Ibid, h. 111 38 Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 152 39 Saeful Karim dkk.Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. (Jakarta: CV. Pustaka Indah, 2008), h. 257
d. Batas Pendengaran Manusia Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi sangat terbatas. Telinga manusia normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Bunyi yang berada dalam daerah jangkauan tersebut disebut audiosonik. Gendang telinga manusia hanya dapat menghasilkan gelombang listrik syaraf yang dapat diterjemahkan otak jika bergetar dengan frekuensi dalam jangkauan audiosonik.40 Bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik (infra artinya lebih rendah). Bunyi dengan frekuensi di atas 20.0000 Hz disebut ultrasonik (ultra artinya lebih tinggi). Manusia tidak mampu mendengar bunyi infrasonik maupun ultrasonik. Beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat peka sehingga dapat mendengar bunyi infrasonik maupun bunyi ultrasonik. Kemampuan ini merupakan kemampuan alamiah hewan tersebut. Hewan yang dapat mendengar bunyi infrasonik, misalnya jangkrik, anjing, dan kelelawar. Selain dapat mendengar bunyi infrasonik, kelelawar juga dapat menghasilkan dan mendengar bunyi ultrasonik. Dengan memancarkan bunyi ultrasonik dan menangkap kembali pantulannya, kelelawar dapat mengetahui jarak benda yang ada di depannya.
e. Resonansi Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran benda lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan sumber getarnya.41 Resonansi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya pada kolom udara dapat terjadi dengan syarat sebagai berikut. 1) Syarat agar terjadi resonansi I (R1): panjang kolom udara = ¼ λ 2) Syarat agar terjadi resonansi II (R2): panjang kolom udara = ¾ λ
40 41
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 114 Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 265
3) Syarat agar terjadi resonansi III (R3): panjang kolom udara = 5/4 λ, dan seterusnya. Jadi, agar terjadi resonansi ke-n, panjang kolom udara (λ) pada tabung adalah: 1
ℎ = 𝜆 2𝑛 − 1 ……………………… (2.3) 4
dengan n = 1, 2, 3, 4, ….
Banyak sekali alat musik yang memanfaatkan peristiwa resonansi. Kegunaan sifat resonansi di antaranya adalah hanya dengan getaran yang kecil akan diperoleh getaran yang besar. Resonansi terjadi pada alat musik senar, alat musik tiup, gamelan, dan alat musik selaput tipis. Selain bermanfaat, resonansi dapat juga menimbulkan masalah. Saat terjadi resonansi, amplitudo getaran benda seringkali jauh lebih besar daripada amplitudo penyebab benda tersebut bergetar. Resonansi harus diperhitungkan saat membuat bangunan. Bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada faktor lingkungan di sekitarnya, seperti getaran angin atau gempa bumi, yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi alamiah bangunan tersebut. Jika hal ini diabaikan dapat menyebabkan bangunan runtuh.42
f. Pemantulan Bunyi Pemantulan gelombang bunyi memenuhi Hukum Pemantulan yang menyatakan sebagai berikut. 1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar. 2) Sudut bunyi datang sama dengan sudut bunyi pantul.43 Berdasarkan hukum pemantulan bunyi, jika bunyi yang datang berimpit dengan garis normal (sudut datang = 0o), bunyi pantulnya juga berimpit dengan garis normal (sudut pantul = 0o). Dengan kata lain, bunyi pantulnya akan berbalik ke arah datangnya bunyi. Jika sudut datangnya lebih dari 0o, bunyi pantulnya tidak akan kembali ke arah datangnya bunyi.44 42
Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 121 Saeful Karim dkk., Op. Cit., h. 267 44 Mikrajuddin Abdullah, Op. Cit., h. 123 43
Macam-macam bunyi pantul: 1) Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul sangat dekat. Dengan demikian, selang waktu yang diperlukan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung singkat. Dapat dianggap bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli, sehingga bunyi pantul memperkuat bunyi asli. 2) Gaung atau kerdam Gaung atau kerdam adalah bunyi pantul yang sebagian bersamaan dengan bunyi aslinya, sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas. Perhatikan contoh berikut ini. Bunyi asli
: mer – de – ka
Bunyi pantul : Terdengar
mer – de – ka
: mer – …. – …. – ka
Untuk menghindari terjadinya gaung, dinding-dinding dalam bioskop, studio radio atau televisi, studio rekaman, dan gedung pertunjukan dilapisi oleh zat kedap (peredam) suara. 3) Gema Jika jarak antara sumber bunyi dengan bidang pemantul sangat jauh (misalnya: kamu berada jauh di depan lereng gunung kemudian berteriak), ada kemungkinan bunyi pantul kembali setelah bunyi asli selesai diucapkan. Bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan dinamakan gema.45 Adapun pemanfaatan pemantulan bunyi yaitu: 1) Menentukan cepat rambat bunyi di udara Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan untuk menentukan cepat rambat bunyi di udara, atau jika cepat rambat bunyi di udara diketahui, kita dapat menentukan jarak antara dua tempat.
45
Marthen Kanginan. IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 180-182
2) Survei geofisika Suatu gemap bumi atau ledakan dahsyat membangkitkan gelombanggelombang bunyi yang dapat menempuh perjalanan yang sangat jauh melalui Bumi. Jika getaran-getaran ini dicatat oleh seismograf di berbagai tempat di permukaan Bumi, catatan-catatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi, menentukan lokasi, dan mengklasifikasikan gangguan-gangguan atau untuk memberikan informasi tentang struktur Bumi. 3) Kacamata tunanetra Prinsip pengiriman dan penerimaan pulsa ultrasonik pada kelelawar dimanfaatkan pada kacamata tunanetra. Kacamata ini dilengkapi dengan pengirim dan penerima pulsa. Penerima akan menghasilkan suatu bunyi tinggi atau rendah, bergantung pada apakah benda yang memantulkan pulsa berada dekat atau jauh dari si tunanetra. 4) Mengukur kedalaman laut Kedalaman laut, bahkan lokasi kawanan ikan di bawah kapal, dapat ditentukan dengan teknik pantulan pulsa ultrasonik. Pulsa ultrasonik dipancarkan oleh instrumen yang dinamakan fathometer. 5) Penggunaan dalam bidang kedokteran Pemeriksaan
untuk
menggunakan (ultrasonografi).
melihat
pulsa-pulsa
bagian
dalam
ultrasonik
Pemeriksaan
dan
tubuh
dinamakan
pengobatan
manusia pemeriksaan
penyakit
batu
dengan USG ginjal
menggunakan teknik ultrasonografi. Pulsa-pulsa ultrasonografi juga digunakan oleh dokter gigi. Getaran-getaran ultrasonik dapat mengguncang kotoran dan plak (karang) gigi sehingga terlepas dari gigi. 6) Mendeteksi cacat dan retah pada logam Cacat dan retak pada logam dapat dideteksi dengan teknik pantulan ultrasonik. Ketika pulsa ultrasonik mengenai retak pada logam yang tidak dapat dilihat, pulsa ultrasonik dipantulkan kembali ke detektor. Berdasarkan pantulan inilah kita dapat mendeteksi adanya retak pada logam di temapt tertentu.
7) Mengukur ketebalan pelat Teknik pantulan ultrasonik dapat kita gunakan untuk mengukur ketebalan sebuah pelat logam walaupun kita hanya diizinkan mengukurnya dari satu sisi pelat logam.46
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Dewimarhelly Dewimarhelly dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai”. Adapun masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Proses pembelajaran yang masih monoton, (2) Belum adanya pembelajaran kimia yang terintegrasi dengan nilai, (3) Kurangnya penggunaan model, metode, dan pendekatan dalam pembelajaran kimia, dan (4) Hasil belajar kimia yang masih rendah. Adapun upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang muncul, yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam belajar secara kelompok.47 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang diterapkan di kelas eksperimen dapat memberikan hasil lebih baik. Hal ini, terbukti pada tes awal rata-rata hasil tes siswa hanya sebesar 44,9 sedangkan setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD tampak terdapat peningkatan hasil tes sehingga mencapai rata-rata sebesar 73,56. Sedangkan pada kelas kontrol, ratarata hasil tes awal siswa sebesar 38,93, sedangkan rata-rata hasil tes akhir siswa sebesar 65,05. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan menggunakan STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
46 47
Ibid, h. 177-180 Dewimarhelly, Op. Cit., h. 3
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (2,9 > 2,000), yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep redoks terintegrasi nilai.48
2. Fitriani Fitriani dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Pembelajaran masih didominasi oleh guru, (2) Guru masih banyak menerapkan pembelajaran secara konvensional sebagai sarana untuk mentransfer pengetahuan,dan (3) Pembelajaran berlangsung dalam situasi yang kurang kondusif bagi pengembangan skill setiap siswa. Permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan merancang sistem pembelajaran sedemikian rupa melalui peralihan pendekatan dan metode yang tepat. Salah satu upaya yang relevan dengan hal tersebut adalah melalui pembelajaran
yang
berorientasi
pada
pendekatan
konstrutivistik
yaitu
pembelajaran kooperatif. Adapun dalam penelitian ini, menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.49 Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional, hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas eksperimen 77,68 dan kelas kontrol 61,66. Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t didapatkan thitung 6,13 dengan ttabel 2,00, maka thitung > ttabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan menerima Ha, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan 48
Ibid, h. 64 Fitriani, “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah”, Jakarta, 2008, h. 4
49
dari pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit.50
3. Annisa Firdhausi Annisa Firdhausi melakukan penelitian tindakan kelas mengenai ”Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif ”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas X di salah satu SMA swasta kabupaten Bandung. Adapun cara pemecahan masalah mengenai rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika akan dipecahkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.51 Hasil penelitiannya, secara keseluruhan aktivitas siswa di setiap siklusnya terjadi peningkatan yang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa media dan model pembelajaran yang telah diterapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa. Begitupun, secara keseluruhan prestasi belajar meningkat cukup baik di setiap siklusnya hingga mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini.52
4. Jumrah Jumrah dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (1) Masih banyak siswa SMA Negeri 5 Palu mengalami kesulitan dalam mempelajari pengetahuan kimia, baik menyangkut proses maupun produk.; (2) Siswa dalam pembelajaran kimia memperlihatkan kekurang mampuan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan perhitungan kimia. Adapun upaya pencapaian keberhasilan pembelajaran kimia secara kasikal yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pilihan 50
Ibid, h. 58 Annisa Firdhausi, Op. Cit., h. 5 52 Ibid, h. 92 51
yang baik, mengingat kecenderungan interaksi siswa dalam proses belajarnya. Siswa yang hasil belajarnya rendah termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya sejajar dengan temannya yang hasil belajarnya tinggi. 53 Hasil belajar siswa baik secara individu, kelompok maupun klasikal di setiap siklusnya pada mata pelajaran kimia dengan Pokok Bahasan Asam dan Basa dengan menggunakan keterampilan kooperatif tipe STAD sangat baik. Terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses belajar siswa yang berdampak pada peningkatan ketuntasan hasil belajar.54
C. Kerangka Berpikir Materi fisika tentang bunyi dirasakan sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penting untuk dapat memahami dan menyadari kegunaannya. Namun pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami konsep bunyi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan itu, maka perlu untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep siswa. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 siswa. Bersama dengan kelompoknya, siswa melakukan serangkaian kegiatan yang dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi dan komunikasi yang terjadi diantara siswa dapat memotivasi belajar siswa. 53
Jumrah, “Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa” dalam Jurnal Media Eksakta 2 (2): 111-115, Juli 2006, h. 112 54 Ibid, h. 114
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapinya. Model ini dikembangkan setidak-tidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu hasil belajar akademik siswa yang meningkat, penerimaan terhadap keragaman (di mana siswa akan saling menghormati akan kelebihan dan kekurangan diantara mereka dan melakukan hubungan yang sinergis serta saling menguntungkan), dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997).55 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi dirancang untuk pembelajaran kelompok. Siswa secara kooperatif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan bahwa dalam setiap proses pembelajaran siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, dalam hal ini pembelajaran tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin tetapi lebih pada bagaimana proses mendapatkan pengetahuan tersebut. Selain itu, dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini dapat memotivasi belajar siswa Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 tahapan, yaitu presentasi kelas, belajar tim, kuis, skor kemajuan individual, dan penghargaan tim. Adanya tahapan belajar tim dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD memungkinkan siswa untuk lebih banyak melakukan aktivitas saat kegiatan belajar mengajar. Kemudian tahapan skor kemajuan individual dan 55
Rusmansyah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006, h. 89
penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi. Akibatnya yaitu penguasaan konsep siswa meningkat. Meningkatnya penguasaan konsep siswa juga dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, setiap kelompok dituntut untuk bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok.
Konsep Bunyi
Perlu adanya pemilihan KBM yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan aktivitas siswa, sehingga tidak terjadi kesenjangan penguasaan konsep
Pembelajaran Kooperatif
Model STAD
Pembelajaran berpusat pada siswa
Siswa aktif dalam proses pembelajaran
Penguasaan Konsep Siswa Meningkat
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Dalam sebuah penelitian perlu adanya hioptesis, karena hipotesis sebagai indikasi untuk mengarahkan jalannya penelitian. Hipotesis ini berupa indikasi yang berbentuk generalisasi yang akan dibuktikan dan akan diteliti serta diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: Ho
: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
Ha
: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Beruang II Peladen Pd. Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011, yaitu pada tanggal 11 April sampai 10 Mei 2011 .
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.56 Pelaksanaannya melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini digambarkan sebagai berikut.57
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Pretest
Perlakuan (X)
Posttest
Eksperimen
O1
XE
O2
Kontrol
O1
XK
O2
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2008), Cet. ke-5, h. 77 57 Ibid, h. 79
Keterangan: O1
= Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2
= Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
X1
= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
X2
= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran konvensional
D. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Melakukan studi literatur tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD. b. Mengurus Surat Ijin Penelitian. c. Melakukan observasi lapangan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal yang berkenaan dengan subyek penelitian. d. Menentukan kelas yang dijadikan sampel penelitian dan materi fisika yang akan diajarkan pada saat penelitian. e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pempelajaran.
Selanjutnya
memberikan
penjelasan
tentang
model
pembelajaran kooperatif tipa STAD dan mengelompokkan siswa pada kelas eksperimen. b. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol, c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. b. Melakukan uji hipotesis.
E. Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian atau sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai variabel bebas (variabel X) dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa (variabel Y).
F. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.58 Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.59 Dari seluruh kelas VIII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan diambil dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas lagi untuk dijadikan kelas kontrol.
G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik cluster sampling, yaitu teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.60 Setelah melakukan teknik pengambilan sampel, maka yang menjadi sampel dalam
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-13, h. 130 59 Ibid, h. 131 60 Sugiyono, Op. Cit., h. 83
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-9 sebagai kelas kontrol yang berjumlah masing-masing 36 siswa.
H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tes dan nontes. Tes yang diberikan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest) pada materi bunyi dengan menggunakan tes objektif. Sedangkan nontes yang digunakan berupa angket yang berfungsi untuk mengukur respon siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. 1. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.61 Selain itu, tes diartikan sebagai alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, denan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.62 Tes dalam penelitian ini berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 18 soal. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen tes No 1.
Indikator Memaparkan
Jenjang Kognitif
Jumlah
Persentase
1*, 2*, 3, 4*, 5, 6*
6
20%
7*, 8, 9, 10, 11*,
6
20%
C2
karakteristik gelombang bunyi 2.
Membuktikan terjadinya gelombang bunyi
61
12*
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ke-13, h. 150 62 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. ke5, h. 53
3.
Membedakan bunyi
13, 14*, 15, 16,
infrasonik, ultrasonik,
6
20%
6
20%
6
20%
30
100%
17*, 18*
dan audiosonik 4.
Menunjukkan gejala
19*, 20*, 21*, 22*,
resonansi dalam
23*, 24
kehidupan sehari-hari 5.
Memberikan contoh
25*, 26*, 27*,
pemanfaatan dan
28,29,30
dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari Jumlah soal
6
Keterangan: *Nomor soal yang digunakan
2. Nontes Nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatatkan data atau informasi, sikap, dan paham dalam hubungan kausal.63 Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen tes No
63
Indikator
Butir
1
Metode pembelajaran yang digunakan guru
1
2
Aktivitas siswa
2,3
3
Kemampuan kognitif siswa
4,5
4
Kemampuan afektif siswa
6,7
5
Kemampuan psikomotor siswa
6
Peranan guru dalam proses pembelajaran
8 9,10
Zainal Arifin. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 62
I. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah tes dan nontes. Tes dalam penelitian ini dengan menggunakan tes objektif dan nontes berupa angket. Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa sebelum (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest). Tes yang disusun berupa tes tertulis yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban. Sebelum soal tes objektif digunakan untuk mengambil data, soal tes diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel. Setelah itu, dilakukan uji validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk tes uji coba instrumen yaitu: 1. Uji Validitas Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Perhitungan validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut:64
𝛾𝑝𝑏𝑖 =
𝑀𝑝 −𝑀𝑡
𝑝
𝑆𝑡
𝑞
………………………. (3.1)
Keterangan: 𝛾𝑝𝑏𝑖
= koefisien korelasi biserial
Mp
= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt
= rerata skor total
St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar
q
= proporsi siswa yang menjawab salah
64
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 79
Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh soal yang valid sebanyak 18 soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 4, 6, 7, 11, 12, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, dan 27.
2. Uji Reabilitas Reabilitas tes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:65
r11 =
n
S 2 −Σpq
n−1
S2
……….................. (3.2)
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
= banyaknya item
S
= standar deviasi dari tes Tabel 3.4 kriteria Reliabilitas Koefisien r
Klasifikasi
0,90 < r ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,70 < r ≤ 0,90
Tinggi
0,40 < r ≤ 0,70
Cukup
0,20 < r ≤ 0,40
Rendah
0,00 < r ≤ 0,20
Sangat rendah
Berdasarkan pengujian reabilitas instrumen tes melalui perhitungan Anates diperoleh reabilitas tes 0,69 (reabilitas cukup).
65
Ibid, h. 101
3. Uji Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Pengujian taraf kesukaran dapat menggunakan rumus sebagai berikut:66
P=
B JS
…………………………….. (3.3)
Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang mejawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran: IK = 0,00
: soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
: soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
: soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00
: soal mudah
4. Uji Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Adapun cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:67
D= Keterangan: J
= jumlah siswa
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
66 67
Ibid, h. 208 Ibid, h. 211
BA JA
−
BB JB
…………………………. (3.4)
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Klasifikasi daya pembeda: D ≤ 0,00
: sangat jelek
0,00 < D ≤ 0,20
: jelek
0,20 < D ≤ 0,40
: cukup
0,40 < D ≤ 0,70
: baik
0,70 < D ≤ 1,00
: baik sekali
J. Teknik Analisis Data Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Adapun langkahlangkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah sebagai berikut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors tunggal. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan uji normalitas data dengan uji Liliefors tunggal yaitu: 1)
Hitung rata-rata nilai skor sampel.
2)
Hitung standar deviasi nilai skor sampel.
3)
Urutkan data sampel dari terkecil ke terbesar (X1, X2, …, Xn). Nilai Zi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …., Zn. Dimana nilai baku Zi ditentukan dengan rumus:
Zi = 4)
X i −X S
………………………....... (3.5)
Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel Z (luas lengkungan di bawah kurva normal standar dari 0 ke z, dan disebut dengan F(zi)).
5)
Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut dengan S(zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of cases (N) sampel.
6)
Tentukan nilai Lo(hitung) = F zi − S zi
dan bandingkan dengan nilai Ltabel
(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors). 7)
Apabila Lo(hitung) < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.68
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher dengan rumus:69
F=
S 21
S 22
……………………………… (3.6)
dengan,
S2 =
nΣf i x 2i − Σf i x i 2 n n−2
………………….. (3.7)
Keterangan: F
= nilai uji F
S12
= varians terbesar
S22
= varians terkecil
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah: Jika Fh < Ft, dimana data memiliki varian yang homogen, maka Ho diterima dan jika Fh > Ft, dimana data memiliki varian yang tidak homogen, maka Ho ditolak.
68 69
Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h. 249
h. 67
3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti sebelumnya.70 Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: a. Data berdistribusi normal dan kedua varians homogen Rumus yang digunakan, jika data berdistribusi normal dan kedua varians homogen yaitu:71
t hit =
X E −X K 1
2
s n +n K E
……………………… (3.8)
dengan,
s2 =
n 1 −1 S 21 + n 2 −1 S 22 n1+ n2− 2
Keterangan : XE
= nilai rata-rata hasil tes kelompok eksperimen
XK
= nilai rata-rata hasil tes kelompok kontrol
nE
= jumlah sampel kelompok eksperimen
nK
= jumlah sampel kelompok kontrol
S E2
= varians kelompok eksperimen
SK2
= varians kelompok kontrol
t
= hasil hitung distribusi t
S
= nilai standar deviasi gabungan
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: -
Terima Ho, jika thitung < ttabel
-
Tolak Ho, jika thitung > ttabel
70 71
Darwyan Syah, dkk., Op. Cit., h. 63 Sudjana, Op. Cit., h. 239
…………………. (3.9)
b. Data berdistribusi normal dan kedua varians tidak homogen Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi normal, hingga sekarang belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan. Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik uii-t’ sebagai berikut:72 X E −X K
t′ =
s2 E nE
+
s2 K nK
…………………… (3.10)
Keterangan: t’ = rata-rata yang dicari XE = rata-rata hasil tes kelompok eksperimen XK = rata-rata hasil tes kelompok kontrol nE = jumlah sampel kelompok eksperimen nK = jumlah sampel kelompok kontrol Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis Ho jika
−
w 1 t 1 +w 2 t 2 w 1 +w 2
< t′ <
w 1 t 1 +w 2 t 2 w 1 +w 2
dengan: w1 = s12/n1 w2 = s22/n2 t1 = t(1 – 1/2α), (n1 – 1) t2 = t(1 – 1/2α), (n2 – 1) Keterangan: t’ = hasil perhitungan dengan rumus t w1 = varians kelompok 1 dibagi sampel kelompok satu w2 = varians kelompok 2 dibagi sampel kelompok dua t1 = tabel distribusi t (0,95), (n1 – 1) t2 = tabel distribusi t (0,95), (n2 – 2)
72
Ibid, h. 240
…………… (3.11)
K. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini adalah: Untuk uji-t Ho : μE = μK Ha : μE > μK Keterangan: μE = rata-rata siswa kelompok eksperimen μK = rata-rata siswa kelompok kontrol
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Ringkasan hasil pretest dan posttest penguasaan konsep pokok bahasan bunyi yang dicapai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pretest Kelas
Nilai
Nilai
Rata-
Maks
Min
rata
Eksperimen
66,67
22,22
41,97
Kontrol
66,67
16,67
40,43
Posttest Nilai
Nilai
Rata-
Maks
Min
rata
9,92
100
61,11
81,17
9,73
12,6
88,89
50,00
68,68
9,84
SD
SD
90 80 Nilai rata-rata
70 60 50 Pretest
40
Posttest
30 20 10 0
Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan data pada tabel 4.1 untuk kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest siswa adalah 41,97 dan nilai rata-rata posttest siswa adalah 81,17 dengan standar deviasi masing-masing 9, 92 dan 9,73. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest adalah 40,43 dan nilai rata-rata posttest siswa adalah 68,68 dengan standar deviasi masing-masing 12,6 dan 9,84. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.
2. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan dan analisis data yang diperoleh dari lapangan. Adapun hasil uji normalitas data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel Hasil Pretest Kelas Eksperimen Hasil Posttest Kelas Eksperimen Hasil Pretest Kelas Kontrol Hasil Posttest Kelas Kontrol
Jumlah
Lhitung
Ltabel
Keterangan
36
0,1411
0,1480
Normal
36
0,1463
0,1480
Normal
36
0,1189
0,1480
Normal
36
0,1128
0,1480
Normal
Sampel
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1411 sedangkan Ltabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,1480), maka
dapat disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas hasil posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1463 sedangkan Ltabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1463 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan demikian data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil pretest kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1189 sedangkan Ltabel untuk signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Selanjutnya, dari hasil perhitungan uji normalitas hasil posttest kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1128 sedangkan Ltabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel 36 adalah 0,1480. Sehingga Lhitung < Ltabel (0,128 < 0,1480), maka dapat disimpulkan Ho diterima. Dengan demikian data pada kelas kontrol berdistribusi normal.
3. Deskripsi Data Hasil Uji Homogenitas Untuk menentukan apakah data sampel berasal dari populasi yang variansnya sama, maka data hasil tes pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji dengan menggunakan uji Fisher. Adapun hasil perhitungan uji homogenitas data pretest dan posttest pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Varians Pretest
Posttest
S12 (eksperimen)
54,48
S12 (eksperimen)
37,12
S12 (kontrol)
73,19
S12 (kontrol)
37,17
Fhitung
1,34
Fhitung
1
Ftabel
1,2
Ftabel
1,2
F hitung > Ftabel, maka data kedua
Fhitung < Ftabel, maka data kedua
kelompok tidak homogen
kelompok homogen
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas hasil pretest kelas eksperimen (lampiran ) didapat Fhitung = 1,34 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung > Ftabel (1,34 > 1,2), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat tidak homogen. Selanjutnya dari hasil perhitungan uji homogenitas hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat Fhitung = 1 dan Ftabel = 1,2 sehingga Fhitung < Ftabel (1 < 1,2), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan data hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen.
4. Deskripsi Data Hasil Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat dilakukan dan diketahui bahwa data hasil pretest dan posttest kedua kelas sampel berdistribusi normal dan varians data hasil pretest dan posttest kedua kelas sampel tidak homogen, maka pengujian selanjutnya yaitu pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan uji-t dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Uji-t Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel
Penguasaan
Jumlah Sampel
thitung
ttabel
Kesimpulan
Pretest
NE dan NK = 36
0,82
1,7
Ha ditolak
Posttest
NE dan NK = 36
8,55
1,99
Ha diterima
konsep siswa
Berdasarkan data tabel 4.4, diperoleh hasil uji-t data pretest kedua kelas sampel, diperoleh thitung sebesar 0,82 dan ttabel sebesar 1,7 (0,82 < 1,7), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dan hasil uji-t data posttest kedua kelas sampel diperoleh, thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99 (8,55 > 1,99), maka Ho ditolak dan Ha diterima Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep bunyi memberikan peningkatan penguasaan konsep siswa.
B. Analisis Data Angket 1. Deskripsi Data Angket Setelah data angket terkumpul, maka dilakukan perhitungan data angket. Adapun hasil perhitungan data angket sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Data Angket No
Indikator
1
Metode pembelajaran yang digunakan guru
2
Aktivitas siswa
3
Kemampuan kognitif siswa
4
Kemampuan afektif siswa
5
Kemampuan psikomotor siswa
6
Kemampuan psikomotor siswa
SS
S
R
TS
STS
Persentase SS
Persentase S
8
15
10
3
-
22,22 %
41,67%
15
14
6
-
-
41,67%
40,28
14
14
8
-
-
38,89%
38,89%
12
13
8
2
-
33,33%
36,11%
10
14
12
-
-
27,78%
38,89%
20
32
20
-
-
27,78%
44,45%
2. Pembahasan Hasil Angket a.
Indikator Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru atau
instruktur ketika menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.73 Penilaian pada indikator metode pembelajaran yang digunakan guru bertujuan untuk menekankan pentingnya guru menyesuaikan metode yang akan digunakan untuk materi tertentu, supaya pembelajaran yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang 73
Zulfiani dkk., Op. Cit., h. 96
maksimal. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator metode pembelajaran yang digunakan guru adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Indikator Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru No
Pernyataan
Butir 1 Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
8
22,22%
2
Setuju
15
41,67%
3
Ragu-ragu
10
27,78%
4
Tidak Setuju
3
8,33%
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.5 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15 siswa (41,67%), ragu-ragu sebanyak 10 siswa (27,78%), dan tidak setuju sebanyak 3 siswa (8,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyukai metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Indikator Aktivitas Siswa Penilaian pada indikator aktivitas siswa, bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator aktivitas siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indikator Aktivitas Siswa Butir 2 No
Pernyataan
Frekuensi
Butir 3
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
12
33,33
18
50
2
Setuju
17
47,22
12
33,33
3
Ragu-ragu
7
19,44
6
16,67
4
Tidak Setuju
-
-
-
-
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
36
100%
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.6, angket butir 2 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa (47,22%), dan ragu-ragu sebanyak 7 siswa (19,44%). Selanjutnya, untuk angket butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 18 siswa (50%), setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 6 siswa (16,67%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada kegiatan dikusi siswa menyetujui adanya sikap saling menghargai pendapat masing-masing kelompok. c. Indikator Kemampuan Kognitif Siswa Penilaian pada indikator kemampuan kognitif siswa, bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap aspek kognitif siswa. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan kognitif siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Kognitif Siswa Butir 4 No
Pernyataan
Frekuensi
Butir 5
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
15
41,67
13
36,11
2
Setuju
10
27,78
18
50
3
Ragu-ragu
11
30,56
5
13,89
4
Tidak Setuju
-
-
-
-
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
36
100%
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.7, angket butir 4 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 15 siswa (41,67%), setuju sebanyak 10 siswa (27,78%), dan ragu-ragu sebanyak 11 siswa (30,56%). Selanjutnya, untuk angket butir 3 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 13 siswa (36,11%), setuju sebanyak 18 siswa (50%), dan ragu-ragu sebanyak 5 siswa (13,89%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyetujui bahwa pemecahkan masalah melalui diskusi kelompok dan kegiatan demonstrasi dan percobaan sangat membantu siswa dalam menguasai konsep fisika, khususnya konsep pada pokok bahasan bunyi.
d. Indikator Kemampuan Afektif Siswa Tujuan penilaian kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dll. 2) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
3) Untuk mengetahui latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik. (Depdikbud)74 Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian kemampuan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan afektif siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Afektif Siswa Butir 6 No
Pernyataan
Frekuensi
Butir 7
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
8
22,22
16
44,44
2
Setuju
14
38,89
12
33,33
3
Ragu-ragu
9
25
8
22,22
4
Tidak Setuju
5
13,89
-
-
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
36
100%
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.8, angket butir 6 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 14 siswa (38,89%), ragu-ragu sebanyak 9 siswa (25%), dan tidak setuju sebanyak 5 siswa (13,89%). Selanjutnya, untuk angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 16 siswa (44,44%), setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), dan ragu-ragu sebanyak 8 siswa (22,22%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dengan cara belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena dapat menambah percaya diri siswa dan siswa semakin senang dan bersemangat untuk belajar bersama teman-temannya.
74
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 178
e. Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa Pengukuran kemampuan psikomotor siswa dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Dalam hal ini, kemampuan siswa dalam memahami petunjuk percobaan pada LKS, tugas-tugas dan soal-soal yang diberikan. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator kemampuan psikomotor siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Indikator Kemampuan Psikomotor Siswa No
Pernyataan
Butir 8 Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
10
27,78
2
Setuju
14
38,89
3
Ragu-ragu
12
33,33
4
Tidak Setuju
-
-
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.9 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10 siswa (27,78%), setuju sebanyak 14 siswa (38,89%), dan ragu-ragu sebanyak 12 siswa (33,33%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mampu memahami petunjuk percobaan pada LKS, tugas-tugas dan soal-soal yang diberikan.
f. Indikator Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran Data mengenai indikator peranan guru dalam proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan guru dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun data angket yang diperoleh dari indikator peranan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Indikator Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran Butir 9 No
Pernyataan
Frekuensi
Butir 10
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju
8
22,22
12
33,33
2
Setuju
15
41,67
17
47,22
3
Ragu-ragu
13
36,11
7
19,44
4
Tidak Setuju
-
-
-
-
5
Sangat Tidak Setuju
-
-
-
-
36
100%
36
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4.10, angket butir 9 terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 siswa (22,22%), setuju sebanyak 15 siswa (41,67%), dan ragu-ragu sebanyak 13 siswa (36,11%). Selanjutnya, untuk angket butir 7 terlihat terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 12 siswa (33,33%), setuju sebanyak 17 siswa (47,22%), dan ragu-ragu sebanyak 7 siswa (9,44%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyetujui guru memiliki peranan positif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dan guru selalu memberikan tanggapan yang meyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu metode pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan,
STAD
mampu
meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa juga lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari, siswa lebih antusias dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Dengan STAD siswa lebih mudah memahami materi konsep bunyi. Hal ini disebabkan
materi yang disampaikan kepada siswa bukan hanya sekedar konsep yang harus dihafal siswa, tetapi siswa dapat menyaksikan atau mengenal langsung materi yang disajikan melalui masalah yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari. Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat dibandingkan kalau mereka harus menghafal. Dengan demikian STAD mampu memberikan pengaruh positif terhadap penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 41,97 dan posttest sebesar 81,48. Sedangkan rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 40,43 dan rata-rata posttest sebesar 68,68. Dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki tingkat penguasaan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 8,55 dan ttabel sebesar 1,99. Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,99), maka Ha diterima. Dengan ditolaknya hipotesis nol (Ho) dari hasil pengujian hipotesis uji-t pada taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh positif terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan bunyi. Adanya
pengaruh
positif
terhadap
penguasaan
konsep
siswa
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa aktif bekerjasama dan saling membantu jika ada satu teman kelompoknya mengalami kesulitan dalam memahami materi. Selain itu, aktifitas siswa dalam belajar kelompok yang diterapkan oleh guru lebih menekankan sikap kepemimpinan dan tanggung jawab siswa, baik secara pribadi maupun sebagai ketua/anggota kelompok, karena kemajuan kelompok menjadi tanggung jawab semua anggota dan nilai yang diperoleh kelompok adalah nilai dari masing-masing anggota. Dengan demikian semua anggota kelompok memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Terdapatnya pengaruh positif terhadap tingkat penguasaan konsep siswa juga ditunjang dengan hasil angket yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada indikator metode pembelajaran yang digunakan guru dalam KBM, 63,89% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 81,95% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, 77,78% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, 69,44% siswa menyatakan setuju. Indikator yang mengukur kemampuan psikomotor siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD, 66,67% menyatakan setuju. Dan pada indikator yang mengukur peranan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 72,23% siswa menyatakan setuju. Pada masing-masing indikator yang dinilai, rata-rata respon siswa positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap KBM dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah positif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dalam
pembelajaran konsep bunyi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan dengan penggunaan pembelajaran konvensional. Hal ini, ditunjukkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rata-rata posttest lebih besar dibandingkan dengan rata-rata posttest siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, tingkat penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji-t pada hasil posttest siswa diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penguasaan konsep siswa pada materi bunyi. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang belajar dan termotivasi untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep fisika, baik secara individu maupun berkelompok. Memiliki rasa kebersamaan dan tanggung jawab untuk membantu teman mereka yang masih belum memahami konsep dengan memberikan bimbingan tutor sebaya dalam diskusi kelompok sehingga teman yang belum paham mau bertanya dengan aktif untuk dapat mempelajari konsep fisika dengan baik.
B. Saran Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Guru dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement division) sebagai alternatif penggunaan metode dalam proses pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan konsep fisika yang cocok dalam penggunaan model pembelajaran tersebut. 2. Peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan pokok bahasan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Akhyani, Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuiri Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. II, No. 1, Maret 2008 Annisa Firdhausi, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Alternatif dalam Skripsi FPMIPA Jurusan Pendidikan Fisika UPI, Bandung, 2010 Armiza, Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. I, No, 1, Maret 2007 Darwyan Syah dkk., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Fisika SMA, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003) Dewimarhelly, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Redoks Terintegrasi Nilai dalam Skripsi Program Studi Pendidkan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009 Fitriani, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008 Henny Ekana Chrisnawati, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Student Teams Achievement Divisions )Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK (Teknik) Swasta di Surakarta
Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa dalam Jurnal MIPA, Vol. 17, No. 1, Januari 2007 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007) Jumrah, Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu melalui Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Asam-basa dalam Jurnal Media Eksakta 2 (2): 111-115, Juli 2006 Marjoko, Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) di SMP Negeri 3 Cilacap dalam Jurnal Widyatama, Vol. 5 No.1, Maret 2008 Marthen Kanginan, IPA Fisika 2 untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006) Mikrajuddin Abdullah, IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 2 untuk Kelas VIII. (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006) Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara: 2005), cet. ke-4 Robert E. Slavin, Cooperative Learning-Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005) Ruhadi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “STAD” Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Sept 2008, Volume 6 Nomor I Rusmansyah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Jurnal Vidya Karya, Tahun XXIV, No. 1, April 2006 Saeful Karim dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: CV. Pustaka Indah, 2008) Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. Ke-5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) Suprayekti, “Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif”, dalam Jurnal Pendidikan Penabur, No.07/Th.V/Desember 2006 Tim Abdi Guru. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2006) Wahyu Sulistyorini, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi di SMA dalam Jurnal Biomatik Widodo Budhi. Pengembangan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD Mata Kuliah Fisika Matematika Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
JPMIPA
FKIP
Universitas
Sarjana
Wiyata
Tamansiswa
Yogyakarta Tahun Akedemik 2004/2005 dalam Jurnal Varidika, Vol. 12 No. 2, Desember 2005 Widyantini, Penerapan Pendekatan Kooperatif
STAD dalam Pembelajaran
Matematika SMP, (Yogyakarta: DEPDIKNAS, 2008) Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991) Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009)
LAMPIRAN 1 UJI VALIDITAS
Lampiran 1.1
Rekap Analisis Butir
Lampiran 1.2
Daya Pembeda
Lampiran 1.3
Tingkat Kesukaran
Lampiran 1.4
Reliabilitas Tes
Lampiran 1.1
Rekap Analisis Butir Rata-rata= 17.75 Simpangan Baku= 4.22 Korelasi= 0.53 Reliabilitas Tes= 0.69 Butir Soal= 30 Jml Subyek= 36 Btr Baru
Btr Asli
D. Pembeda(%)
T. Kesukaran
Korelasi
Sign. Korelasi
1
1
60.00
Sedang
0.439
Signifikan
2
2
80.00
Sedang
0.560
Sangat Signifikan
3
3
-10.00
Sedang
-0.067
-
4
4
40.00
Sedang
0.441
Signifikan
5
5
-10.00
Mudah
-0.048
-
6
6
40.00
Sedang
0.538
Sangat Signifikan
7
7
50.00
Sedang
0.365
Signifikan
8
8
10.00
Sedang
0.004
-
9
9
20.00
Sedang
0.227
-
10
10
-40.00
Sedang
-0.205
-
11
11
40.00
Sedang
0.453
Sangat Signifikan
12
12
90.00
Sedang
0.678
Sangat Signifikan
13
13
40.00
Mudah
0.276
-
14
14
60.00
Sedang
0.390
Signifikan
15
15
10.00
Mudah
0.139
-
16
16
0.00
Sedang
-0.047
-
17
17
50.00
Sedang
0.383
Signifikan
18
18
70.00
Sedang
0.565
Sangat Signifikan
19
19
50.00
Sedang
0.511
Sangat Signifikan
20
20
30.00
Sangat Mudah
0.404
Signifikan
21
21
60.00
Sukar
0.528
Sangat Signifikan
22
22
50.00
Sangat Mudah
0.594
Sangat Signifikan
23
23
50.00
Sangat Mudah
0.555
Sangat Signifikan
24
24
20.00
Sedang
0.202
-
25
25
40.00
Sangat Mudah
0.595
Sangat Signifikan
26
26
50.00
Sedang
0.349
Signifikan
27
27
40.00
Mudah
0.366
Signifikan
28
28
30.00
Sangat Mudah
0.199
-
29
29
0.00
Sedang
0.052
-
30
30
0.00
Sangat Sukar
-0.006
-
Lampiran 1.2 Daya Pembeda Jml Subyek= 36 Klp atas/bawah (n)= 10 Butir Soal= 30 No Butir
No Butir
Baru
Asli
1
Kel. Atas
Kel. Bawah
Beda
Indeks DP (%)
1
9
3
6
60.00
2
2
8
0
8
80.00
3
3
3
4
-1
-10.00
4
4
8
4
4
40.00
5
5
8
9
-1
-10.00
6
6
9
5
4
40.00
7
7
7
2
5
50.00
8
8
10
9
1
10.00
9
9
6
4
2
20.0
10
10
1
5
-4
-40.00
11
11
8
4
4
40.00
12
12
10
1
9
90.00
13
13
9
5
4
40.00
14
14
9
3
6
60.00
15
15
9
8
1
10.00
16
16
5
5
0
0.00
17
17
9
4
5
50.00
18
18
8
1
7
70.00
19
19
10
5
5
50.00
20
20
10
7
3
30.00
21
21
7
1
6
60.00
22
22
10
5
5
50.00
23
23
10
5
5
50.00
24
24
4
2
2
20.00
25
25
10
6
4
40.00
26
26
10
5
5
50.00
27
27
9
5
4
40.00
28
28
6
3
3
30.00
29
29
5
5
0
0.00
30
30
1
1
0
0.00
Lampiran 1.3
Tingkat Kesukaran Jml Subyek = 36 Butir Soal = 30 No Butir Baru
No Butir Asli
Jumlah Betul
Tkt. Kesukaran(%)
Tafsiran
1
1
24
66.67
Sedang
2
2
13
36.11
Sedang
3
3
16
44.44
Sedang
4
4
23
63.89
Sedang
5
5
28
77.78
Mudah
6
6
24
66.67
Sedang
7
7
17
47.22
Sedang
8
8
25
69.44
Sedang
9
9
15
41.67
Sedang
10
10
13
36.11
Sedang
11
11
24
66.67
Sedang
12
12
23
63.89
Sedang
13
13
26
72.22
Mudah
14
14
20
55.56
Sedang
15
15
29
80.56
Mudah
16
16
18
50.00
Sedang
17
17
24
66.67
Sedang
18
18
17
47.22
Sedang
19
19
25
69.44
Sedang
20
20
32
88.89
Sangat Mudah
21
21
9
25.00
Sukar
22
22
31
86.11
Sangat Mudah
23
23
31
86.11
Sangat Mudah
24
24
16
44.44
Sedang
25
25
32
88.89
Sangat Mudah
26
26
20
55.56
Sedang
27
27
27
75.00
Mudah
28
28
11
30.56
Sangat Mudah
29
29
23
63.89
Sedang
30
30
3
8.33
Sangat Sukar
Lampiran 1.4 Reliabilitas Tes Rata2= 17.75 Simpang Baku= 4.22 Korelasi XY= 0.53 Reliabilitas Tes = 0.69 Kode/Nama
Skor
Subyek
Ganjil
1
A
2
2
3
No. Urut
No. Subyek
Skor Genap
Skor Total
1
11
9
20
B
9
7
16
3
C
10
5
15
4
4
D
11
10
21
5
5
E
10
11
21
6
6
F
10
6
16
7
7
G
10
10
20
8
8
H
12
11
23
9
9
I
12
10
22
10
10
J
7
7
14
11
11
K
9
7
16
12
12
L
9
4
13
13
13
M
12
7
19
14
14
N
7
10
17
15
15
O
8
9
17
16
16
P
6
8
14
17
17
Q
13
10
23
18
18
R
12
8
20
19
19
S
12
8
20
20
20
T
9
5
14
21
21
U
11
8
19
22
22
V
12
10
22
23
23
W
9
4
13
24
24
X
10
7
17
25
25
Y
9
6
15
26
26
Z
12
13
25
27
27
AA
10
8
18
28
28
AB
9
6
15
29
29
AC
13
11
24
30
30
AD
7
3
10
31
31
AE
11
9
20
32
32
AF
11
11
22
33
33
AG
4
6
10
34
34
AH
4
8
12
35
35
AI
6
5
11
36
35
AJ
13
12
25
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 2.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 2.2
Instrumen Uji Coba
Lampiran 2.3
Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba
Lampiran 2.4
Kisi-kisi Soal Tes
Lampiran 2.5
Kisi-kisi Angket
Lampiran 2.6
Lembar Kuisioner
Lampiran 2.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Jumlah Soal Bentuk Soal Standar Kompetensi
: SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan : Fisika : VIII/Genap : 30 Soal : Pilihan Ganda : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Jenjang Kognitif No Indikator Jumlah Persentase C2 1.
Memaparkan
1*, 2*, 3, 4*, 5, 6*
6
20%
7*, 8, 9, 10, 11*,
6
20%
6
20%
6
20%
6
20%
30
100%
karakteristik gelombang bunyi 2.
Membuktikan terjadinya gelombang bunyi
3.
Membedakan bunyi
12* 13, 14*, 15, 16, 17*,
infrasonik, ultrasonik,
18*
dan audiosonik 4.
Menunjukkan gejala resonansi dalam
19*, 20*, 21*, 22*, 23*, 24
kehidupan sehari-hari 5.
Memberikan contoh pemanfaatan dan
25*, 26*, 27*, 28,29,30
dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari Jumlah soal Keterangan: *Nomor soal yang digunakan
6
Lampiran 2.2
INSTRUMEN UJI COBA POKOK BAHASAN BUNYI Nama Kelas Hari/tanggal
: : :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!
1.
Pernyataan di bawah ini menyatakan bahwa bunyi dapat terdengar oleh manusia, kecuali…. a. frekuensinya 20 – 20.000 Hz b. ada medium perantara c. diterima oleh telinga normal dan pendengaran dalam keadaan sadar d. tidak ada medium
2.
Berikut ini ciri-ciri bunyi, kecuali …. a. dihasilkan oleh benda yang bergetar b. merupakan gelombang longitudinal c. arah gelombang bunyi searah dengan arah rambatnya d. merupakan gelombang transversal
3.
Pernyataan berikut tentang cepat rambat bunyi yang benar adalah …. a. bergantung pada ketinggian tempat b. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin bertambah c. makin tinggi suhu udara kecepatannya makin berkurang d. semakin renggang letak partikel-partikel zat, bunyi semakin cepat merambat
4.
Perhatikan tabel di bawah ini! Suhu (oC) 0 15 25 Cepat rambat 332 340 347 bunyi (m/s) Dari data di atas membuktikan bahwa sifat bunyi dipengaruhi oleh …. a. keadaan b. derajat Celcius c. lamanya merambat d. suhu
5.
Sebuah pemancar radio memiliki frekuensi 1,2 MHz. Frekuensi pemancar radio tersebut sebanding dengan …. a. 1,2 x 10-6 Hz b. 1,2 x 10-3 Hz c. 1,2 x 103 Hz d. 1,2 x 106 Hz
6.
Kasus-kasus berikut ini yang tidak memperbolehkan gelombang-gelombang bunyi untuk disalurkan adalah …. a. dari sebuah kapal ke kapal selam b. dari satu pesawat antariksa ke pesawat antariksa lainnya c. dari satu sisi rel kereta ke sisi rel lainnya d. dari satu ujung balon yang diisi helium ke ujung lainnya
7.
Jika kita menyetel lagu pada MP3, telinga kita akan menangkap gelombang bunyi. Pernyataan-pernyataan berikut ini tentang gelombang bunyi yang tidak tepat adalah …. a. gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal b. gelombang bunyi tidak dapat melalui ruang vakum c. gelombang bunyi merambat lebih pelan dalam air daripada di udara d. panjang gelombang bunyi berkurang ketika frekuensinya bertambah
8.
Pernyataan berikut ini yang tidak menghasilkan gelombang bunyi tetapi dapat terdengar oleh manusia adalah …. a. sebuah bel yang berbunyi di dalam air b. sebuah senjata yang meletus dalam ruangan tanpa gema c. sebuah palu yang menghantam sebatang logam d. suatu ledakan dalam ruang hampa
9.
Suatu percobaan umum dengan gelombang bunyi adalah menempatkan sebuah bel yang sedang berbunyi dalam sebuah kotak bel dan mengeluarkan seluruh udaranya. Begitu udara telah seluruhnya dipompa keluar, bunyi bel tidak terdengar lagi. Alasan yang tepat untuk peristiwa ini adalah …. a. pemukul bel tidak dapat bergerak dalam vakum b. gelombang bunyi tidak dapat merambat melalui vakum c. gelombang bunyi merambat jauh lebih cepat melalui vakum dan karena itu tidak dapat didengar d. frekuensi gelombang bunyi meningkat di atas tingkat yang dapat didengarkan
10. Ketika kamu memegang tenggorokan pada saat berbicara, kamu merasakan adanya getaran. Hal ini membuktikan bahwa …. a. otot tenggorokan selalu bergetar b. sumber bunyi adalah tenggorokan c. berbicara memerlukan energi d. sumber bunyi adalah getaran
11. Perhatikan gambar berikut.
Suara anak tersebut lebih jelas jika di antara kaleng diberi kawat atau benang. Hal ini membuktikan bahwa …. a. bunyi merambat memerlukan zat antara b. bunyi merambat lebih baik dalam zat padat daripada dalam gas c. bunyi merambat lebih baik dalam gas daripada dalam zat padat d. suara anak tersebut terpusat dalam kaleng 12. Seorang peneliti melakukan sebuah percobaan dengan memetik dua utas senar yang diletakkan di atas sonometer (lihat gambar).
Senar A dan B memiliki luas penampang yang sama. Setelah kedua senar tersebut dipetik, frekuensi yang tercatat pada sonometer sama yaitu 300 Hz. Jika peneliti tersebut mengganti senar B dengan senar yang memiliki luas penampang lebih kecil dari senar sebelumnya agar menghasilkan kuat bunyi yang berbeda, maka frekuensi yang dihasilkan senar B adalah …. a. < 300 Hz b. 300 Hz c. > 300 Hz d. tidak menghasilkan frekuensi 13. Frekuensi bunyi berikut yang dapat dideteksi oleh telinga manusia adalah …. a. 10 Hz b. 1000 Hz
c. 100000 Hz d. 1000000 Hz 14. Seekor serangga mampu mendengar suara mangsanya pada kisaran frekuensi 17 Hz. Bunyi pada kisaran tersebut termasuk …. a. infrasonik b. ultrasonik c. audiosonik d. supersonik 15. Dua syarat agar bunyi dapat terdengar manusia adalah …. a. ada zat antara dan frekuensi bunyi 20 Hz – 20 kHz b. ada zat antara dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz c. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi lebih dari 20 kHz d. ada sumber bunyi dan frekuensi bunyi kurang dari 20 kHz 16. Kelelawar bisa terbang pada malam hari dan tidak menabrak, padahal kelelawar tidak dapat melihat. Hal ini, karena kelelawar dapat …. a. mendengar dan menimbulkan infrasonik b. mendengar dan menimbulkan ultrasonik c. mendengar dan menimbulkan audiosonik d. mendengar dan menimbulkan supersonik 17. Hewan yang mempunyai kemampuan menangkap gelombang infrasonik adalah …. a. jangkrik dan lumba-lumba b. kelelawar dan lumba-lumba c. lumba-lumba dan anjing d. kelelawar dan jangkrik 18. Penggunaan ultrasonik di bidang kedokteran antara lain untuk … a. USG dan kacamata tunanetra b. menggoncang kotoran pada gigi c. mengetahui cacat retak pada gigi d. memonitor detak jantung pasien 19. Perhatikan pernyataan berikut. (1) benda mempunyai selaput tipis (2) frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi (3) panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi (4) panjang kedua ayunan sama Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor …. a. (1), (2), dan (3) b. (1), (2), dan (4) c. (1), (3), dan (4) d. (2), (3), dan (4)
20. Kaca jendelamu kadang bergetar ketika ada pesawat terbang melintas. Peristiwa ini disebabkan …. a. kaca jendela beresonansi dengan getaran udara yang diakibatkan oleh pesawat terbang b. getaran yang ditimbulkan pesawat tersebut sangat besar sehingga mampu menggetarkan kaca jendela yang letaknya jauh c. pesawat tersebut pasti terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi d. pesawat terbang tersebut mengeluarkan gelombang ultrasonik yang frekuensi getarannya di atas 20.000 Hz 21. Perhatikan gambar keempat garpu tala berikut ini.
A
B
f = 300 Hz
D
C
f = 325 Hz
f = 300 Hz
f = 325 Hz
Apabila garpu tala A digetarkan, maka garpu tala yang ikut bergetar adalah …. a. B b. C c. B dan C d. B dan D 22. Perhatikan gambar berikut.
D
B A
C
E
Jika bandul B diayun, maka bandul yang turut berayun adalah …. a. A b. C c. D d. E
23. Resonansi udara kedua akan terjadi jika panjang kolom udara …. a. ¾ kali panjang gelombang sumber getar b. ½ kali panjang gelombang sumber getar c. 2 kali panjang gelombang sumber getar d. sama dengan panjang gelombang sumber getar 24. Berikut ini adalah masalah-masalah yang ditimbulkan oleh resonansi, kecuali …. a. pemasangan shock beker pada mobil b. pecahnya gelas karena suara dari seorang penyanyi c. resonansi udara dalam kotak gitar d. ayunan besar dari jembatan gantung karena hentakan-hentakan kaki yang seirama 25. Berikut ini merupakan bahan peredam bunyi yang ditimbulkan gaung adalah …. a. karpet d. wol b. aluminium e. plastik c. busa a. b. c. d.
(1), (2), dan (3) (1), (3), dan (4) (3) dan (5) semuanya benar
26. Suara gurumu lebih jelas didengar dalam ruangan kelas daripada di luar kelas, karena …. a. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi lebih dekat b. adanya dinding pemantul sedangkan di lapangan tidak ada c. jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi sangat mempengaruhi amplitudo bunyi d. jarak dinding pemantul sangat mempengaruhi frekuensi bunyi 27. Pada gedung-gedung pertunjukan misalnya gedung bioskop dan gedung teater, dilengkapi peredam bunyi. Hal ini bertujuan untuk …. a. mendekatkan jarak dinding pemantul dengan sumber bunyi b. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga suara terdengar lebih keras c. membantu fungsi dinding pemantul, sehingga frekuensi yang dihasilkan bunyi menjadi lebih banyak d. menghilangkan gaung maupun gema
28. Perhatikan gambar berikut.
s1
P ☻
s2
A s B Amir berteriak di antara dua batu. Apabila bunyi pantul pertama terdengar setelah x sekon dan cepat rambat bunyi di udara y, maka persamaan rumus untuk menentukan jarak antara Amir dengan batu A adalah …. (B) a. s = v . t b. 2s = v . t c. s = 2(v . t) d. 2∆s = v . t 29. Berikut ini adalah manfaat pemantulan bunyi, kecuali …. a. pemeriksaan janin dengan USG b. mengukur cepat rambat bunyi di udara c. mendeteksi retak pada logam d. menentukan jarak pesawat dari radar 30. Perhatikan gambar berikut ini! dinding
08:40
Berdasarkan gambar di atas, langkah penelitian yang tepat untuk membuktikan pemantulan bunyi adalah …. a. dengarkan bunyi detakan jarum jam dengan menggunakan tabung dari karton b. aturlah kedudukan kedua tabung karton, dengarkan bunyi detakan jarum jam c. tariklah garis tegak lurus dinding sebagai garis normal, atur kedudukan tabung karton sehingga membentuk sudut, dengarkan bunyi detakan jarum jam d. tariklah garis tegak lurus dinding, aturlah kedudukan tabung karton, biarkan bunyi merambat dalam tabung karton
Lampiran 2.3
Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba
1. A
11. B
21. C
2. B
12. D
22. B
3. B
13. B
23. B
4. D
14. A
24. B
5. B
15. A
25. A
6. A
16. A
26. B
7. B
17. D
27. D
8. C
18. B
28. C
9. B
19. A
29. B
10. D
20. A
30. A
Lampiran 2.5
KISI-KISI ANGKET
No
Indikator
Butir
1
Metode pembelajaran yang digunakan guru
1
2
Aktivitas siswa
2,3
3
Kemampuan kognitif siswa
4,5
4
Kemampuan afektif siswa
6,7
5
Kemampuan psikomotor siswa
6
Peranan guru dalam proses pembelajaran
8 9,10
Lampiran 2.6
LEMBAR KUISIONER Nama Kelas Hari/tanggal
: : :
Berilah tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar sesuai dengan pilihan anda.
No 1
Pernyataan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menarik dan meyenangkan, sehingga membuat saya senang belajar fisika daripada sebelumnya
2
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
3
Pada kegiatan dikusi, siswa saling menghargai pendapat masing-masing kelompok
4
Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok membantu saya lebih menguasai konsep fisika
5
Kegiatan demonstrasi dan percobaan sangat membantu saya dalam menguasai pelajaran
6
Cara belajar yang telah dilakukan membuat saya akrab dengan guru, sehingga saya berani bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, dan tampil di depan kelas ketika presentasi
SS
S
R
TS
STS
7
Diskusi dan kegiatan berkelompok membuat saya semakin akrab dengan teman-teman, sehingga saya semakin senang dan bersemangat untuk belajar bersama temanteman
8
Petunjuk percobaan, tugas-tugas, dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga dapat saya kerjakan dengan baik
9
Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat
10
Guru selalu memberikan tanggapan yang meyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan siswa
LAMPIRAN 3 PERANGKAT PEMBELAJARAN
Lampiran 3.1 Perangkat Pembelajaran I 3.1.a RPP Pertemuan Pertama 3.1.b LKS I Lampiran 3.2 Perangkat Pembelajaran II 3.2.a RPP Pertemuan Kedua 3.2.b LKS I 3.2.c Kuis I Lampiran 3.3 Perangkat Pembelajaran III 3.3.a RPP Pertemuan Ketiga 3.3.b LKS II 3.3.c Kuis II
Lampiran 3.1.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran : 2010/2011 Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : VIII/Genap Pertemuan : Pertama Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator 1. Menjelaskan proses terjadinya bunyi 2. Mendeskripsikan karakteristik gelombang bunyi 3. Membuktikan terjadinya gelombang bunyi 4. Menjelaskan perambatan bunyi dalam medium 5. Membedakan infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian bunyi. 2. Menyelidiki penyebab timbulnya bunyi. 3. Menjelaskan syarat terjadi dan terdengarnya bunyi. 4. Menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi. 5. Mengukur cepat rambat bunyi. 6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi. 7. Menentukan cepat rambat bunyi pada beberapa medium. 8. Membedakan pengertian infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik. 9. Menyebutkan contoh infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik. 10. Menyebutkan pemanfaatan bunyi ultrasonik dalam kehidupan sehari-hari. 11. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi, kuat lemahnya bunyi, dan kualitas bunyi. Materi Pembelajaran Bunyi
Strategi Pembelajaran 1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD 2. Metode belajar: Demonstrasi, praktikum, diskusi, tanya jawab, dan informasi Langkah-langkah Pembelajaran Tahapan -
-
Pendahuluan (10 menit)
-
-
Tahap 1 Penyajian Materi -
Guru Guru membuka pelajaran dan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memfokuskan perhatian siswa dengan mengajak berdoa dan memberi motivasi untuk belajar. Apersepsi dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya yaitu getaran dan gelombang. Pertanyaannya sebagai berikut: Coba kalian ingat kembali materi getaran dan gelombang! Apa itu getaran? Apa juga yang dinamakan gelombang? Guru menggali konsep awal siswa dengan demonstrasi berikut: Guru meminta salah seorang siswa untuk menarik sehelai karet yang telah direntangkan lalu kemudian guru bertanya: Apakah kalian mendengar karet gelang tersebut berbunyi? Apa yang menyebabkan karet tersebut berbunyi? Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang karakteristik gelombang bunyi, cepat rambat bunyi, dan macam-macam bunyi berdasarkan frekuensinya. Guru menulis persamaan rumus yang ada kaitannya dengan materi di papan tulis.
Siswa - Siswa menjawab salam dan selanjutnya berdoa sebelum belajar.
- Siswa menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa memperhatikan demonstrasi dan menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa menyimak penjelasan dari guru.
- Siswa mencatat persamaan rumus yang ditulis oleh guru.
Inti (65 menit)
Penutup (5 menit)
- Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang). - Guru membagikan LKS yang - Siswa melakukan akan menjadi panduan siswa percobaan sesuai LKS dalam melakukan percobaan II secara berkelompok - Siswa mendiskusikan hasil percobaan dan mengerjakan tugas bersama teman sekelompoknya Tahap 2 - Guru menunjuk salah satu - Salah satu kelompok Kegiatan Kelompok perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusi diskusi kelompknya. kelompoknya (kelompok yang belum tampil pada pertemuan sebelumnya). Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya (guru memberi penguatan dan mengarahkan siswa pada konsep yang benar). - Guru membimbing siswa - Siswa menyimpulkan menyimpulkan hasil hasil percobaan. percobaan. - Guru membagikan soal kuis I - Siswa mengerjakan soal Tahap 3 kepada masing-masing siswa. kuis secara mandiri di Kuis bawah pengawasan guru. Guru menginformasikan bahwa Siswa memperhatikan Tahap 4 perhitung nilai kuis akan informasi dari guru. Perhitungan Skor dilakukan pada pertemuan Perkembangan berikutnya. Individu - Guru menginformasikan bahwa - Siswa memperhatikan perolehan skor kelompok dan informasi dari guru. pemberian penghargaan kepada Tahap 5 kelompok yang memenuhi Penghargaan kriteria good team, great team, Kelompok dan super team akan diumumkan pada pertemuan berikutnya. - Guru menginformasikan bahwa - Siswa mendengarkan materi yang akan dipelajari informasi dari guru. pada pertemuan berikutnya adalah tentang pemantulan
bunyi. - Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
- Siswa menjawab salam.
Sumber Belajar a. Buku Fisika SMP Kelas VIII b. Lembar Kerja Siswa Penilaian Hasil Belajar: a. Teknik Penilaian: - Tugas (LKS) - Tes Tertulis b. Bentuk Instrumen: - Tes Pilihan Ganda
Ciputat, April 2011
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.1.b
LEMBAR KERJA SISWA I Nama kelompok : Nama Siswa : 1. ……………………………… 2. ……………………………… 3. ……………………………… 4. ……………………………… 5. ……………………………… A. Penyebab timbulnya bunyi 1. Tujuan: Mengetahui penyebab timbulnya bunyi 2. Alat dan bahan: 1) Balon 2) Gunting 3. Langkah percobaan: 1) Guntinglah balon 1 cm dari mulut balon 2) Tempelkan mulut balon tersebut pada bibirmu 3) Tiuplah keras-keras seolah-olah kamu sedang mengisi udara kedalam balonmu 4) Kemudian persempit mulut balon dengan menjepit balon tersebut lebih keras, tetapi usahakan udara masih bisa keluar, lalu tiup kembali balon tersebut dengan keras 4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda! 1) Pada saat kamu meniup mulut balon tersebut, apa yang terjadi? ……………………………………………………………………………………... 2) Ketika mulut balon dipersempit, bagaimana bunyi yang dihasilkan bila dibandingkan sebelumnya? ……………………………………………………………………………………... …………….……………………………………………………………………….. 3) Mengapa mulut balon itu dapat menghasilkan bunyi? …………………………………………………………………………………...… ……………………………………………………………………………………... 4) Tahukah kalian, peluit yang suka digunakan para tukang parkir atau wasit sepak bola? …………………………. Mengapa peluit itu dapat mengeluarkan bunyi ketika ditiup? ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………... 5) Berbicaralah dengan temanmu, kemudian rabalah tenggorokanmu, apa yang kamu rasakan? …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………...… ……………………………………………………………………………………...
5. Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan di atas? …………………………………………………………………………………………. .………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………….
B. Bunyi merambat melalui medium 1. Tujuan: Mengetahui bunyi merambat melalui medium 2. Alat dan bahan: 1) gelas plastik (2 buah) 2) benang (2 meter) 3) penjepit kertas (2 buah) 4) paku kecil 3. Langkah percobaan: 1) Lubangi gelas plastik dengan menggunakan paku kecil. 2) Masukkan benang kedalam lubang pada gelas plastik tersebut, lalu ikatkan pada penjepit kertas. 3) Lakukan langkah 1 dan 2 pada gelas kedua sehingga kedua gelas tersambung dengan benang. 4) Pegang salah satu gelas oleh temanmu, lalu tariklah sampai meregang sehingga tali kelihatan lurus. 5) Cobalah kamu berbisik ke dalam tabung. Apakah temanmu dapat mendengar suaramu? ………………………………………………………………………….. 4. Diskusikanlah bersama teman sekelompok anda! Menurut anda, bagaimana bunyi itu bisa sampai di telinga teman anda? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………. .………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………. .………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………….
C. Cepat rambat bunyi dalam berbagai zat Di bawah ini disajikan tabel data cepat rambat bunyi dalam berbagai medium pada suhu 15°C. Bacalah dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! Medium Udara Helium Air Marmer Kayu Aluminium Besi
Cepat rambat bunyi (m/s) 340 977 1500 3810 3850 5000 5120
1) Pada medium apakah bunyi paling cepat merambat? …………………………….. 2) Medium apakah yang paling buruk digunakan untuk merambatkan bunyi? ………………………………. Mengapa demikian? ……………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... 3) Kesimpulan apa yang anda peroleh dari kegiatan yang telah kalian lakukan? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... D. Daerah frekuensi bunyi 1. Tujuan: Mengetahui daerah frekuensi bunyi 2. Alat dan bahan: Penggaris plastik 3. Langkah percobaan: 1) Peganglah penggaris tersebut diujung meja tulismu. 2) Tekanlah penggaris tersebut dengan jarimu, kemudian lepaskan. 4. Diskusikan bersama teman sekelompok anda! 1) Apakah yang kamu lihat ? …..…………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………... 2) Apakah kamu mendengar sesuatu? ……………………………………………….. 5. Kesimpulan apa yang anda peroleh? …………………………………………………………………………………………. ..………………………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………………. ..………………………………………………………………………………………... …………………………………………………………………………………………. ..………………………………………………………………………………………...
6. Bacalah naskah berikut ini! Pada percobaan yang telah kalian lakukan sebelumnya, kalian dapat mengetahui bagaimana bunyi dapat terdengar. Pada contoh percobaan dengan penggaris logam, kamu dapat mendengar bunyi jika getaran yang dihasilkan penggaris tersebut banyak. Jika getaran itu dalam satu detiknya tidak banyak, kamu tidak akan mendengar bunyi penggaris karena telinga kamu mempunyai batas mendengar dengan banyak getaran tertentu. Akan tetapi, bukan berarti getaran itu tidak menghasilkan bunyi, tetapi telingamulah yang mempunyai keterbatasan untuk dapat mendengar. Telingamu akan mendengar bunyi getaran jika tiap detiknya benda itu bergetar 20 kali sampai 20.000 kali (20 Hz – 20.000 Hz) atau yang disebut sebagai bunyi audiosonik. Jika kurang dari 20 Hz (yang disebut bunyi infrasonik) atau lebih dari 20.000 Hz (yang disebut bunyi ultrasonik), kamu tidak dapat mendengarnya. Akan tetapi, hewan tertentu dapat mendengarnya, seperti jangkrik, kelelawar dan anjing yang mampu mendengar bunyi infrasonik, sedangkan bunyi ultrasonik dapat didengar oleh ikan paus, lumba-lumba, kelelawar, dan anjing. Kelelawar selain bisa mendengar bunyi infrasonik juga dapat memancarkan gelombang ultrasonik. Pancaran gelombang ultrasonik tersebut memungkinkan kelelawar tidak pernah mengalami tabrakan walaupun kelelawar tidak dapat melihat di malam yang gelap. Sedangkan anjing, selain dapat mendengar bunyi infrasonik juga dapat mendengar bunyi ultrasonik, sehingga anjing disebut hewan yang pendengarannya sangat tajam dan digunakan digunakan oleh manusia sebagai penjaga rumah. Berdasarkan naskah di atas, tulislah data yang anda peroleh pada tabel beriku! No. Pembeda Audiosonik Infrasonik Ultrasonik 1. Batas frekuensi 2. Pendengar bunyi
Lampiran 3.2.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran : 2010/2011 Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : VIII/Genap Pertemuan : Kedua Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator 1. Menjelaskan pengertian resonansi 2. Menunjukkan gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari 3. Membedakan nada, desah, dan dentum Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian resonansi. 2. Mengamati terjadinya resonansi pada garpu tala. 3. Mengamati terjadinya resonansi pada bandul sederhana. 4. Menjelaskan aplikasi konsep resonansi pada alat musik. 5. Menjelaskan masalah yang ditimbulkan resonansi. Materi Pembelajaran Bunyi Strategi Pembelajaran 1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD 2. Metode belajar: - Demonstrasi - Praktikum - Diskusi - Tanya jawab - Informasi
Langkah-langkah Pembelajaran Tahapan -
-
Pendahuluan (10 menit) -
Tahap 1 Penyajian Materi
-
Tahap 2 Kegiatan Kelompok
Guru Guru membuka pelajaran dan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memfokuskan perhatian siswa dengan mengajak berdoa dan memberi motivasi untuk belajar. Apersepsi dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Masih ingat materi pada pertemuan sebelumnya tentang bunyi? Apa yang menyebabkan timbulnya bunyi?Apa saja yang menjadi karakteristik gelombang bunyi? Guru menggali konsep awal siswa dengan demonstrasi yang dilakukan oleh siswa. Guru menyuruh seorang siswa memainkan alat musik yang dia bisa. Kemudian guru bertanya: Apa kalian suka memainkan alat musik? Alat musik apa yang kalian bias mainkan? Kalian pernah mendengar istilah nada? Kira-kira apa itu nada? Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang resonansi dan nada. Guru menulis persamaan rumus yang ada kaitannya dengan materi di papan tulis. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang).
Siswa - Siswa menjawab salam dan selanjutnya berdoa sebelum belajar.
- Siswa menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa memperhatikan demonstrasi dan menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa menyimak penjelasan guru. - Siswa mencatat persamaan rumus yang ditulis oleh guru.
Inti (65 menit)
Tahap 3 Kuis
Tahap 4 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
- Guru membagikan LKS - Siswa melakukan yang akan menjadi panduan percobaan sesuai LKS II siswa dalam melakukan secara berkelompok percobaan - Siswa mendiskusikan hasil percobaan dan mengerjakan tugas bersama teman sekelompoknya - Guru menunjuk salah satu - Salah satu kelompok perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusi kelompknya. diskusi kelompoknya (kelompok yang belum tampil pada pertemuan sebelumnya). Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya (guru memberi penguatan dan mengarahkan siswa pada konsep yang benar). - Guru membimbing siswa - Siswa menyimpulkan hasil menyimpulkan hasil percobaan. percobaan. - Guru menginformasikan - Siswa memperhatikan bahwa materi pertemuan informasi dari guru. kedua akan dijadikan bahan soal kuis pada pertemuan ketiga. - Guru mengarahkan siswa - Siswa mengikuti arahan menghitung hasil kuis guru. (pertemuan sebelumnya). Langkah-langkahnya sebagai berikut. Setiap kelompok menukar lembar jawabannya dengan kelompok lain untuk memeriksa hasil kuis. Seluruh siswa memeriksa hasil kuis dengan mencocokkan jawaban yang ditulis guru di papan tulis. Seluruh siswa menghitung skor perkembangan
Tahap 5 Penghargaan Kelompok
Penutup (5 menit)
individu temannya pada tabel yang tersedia pada lembar jawaban. - Guru mengumumkankan - Siswa memperhatikan perolehan skor kelompok pengumuman dari guru. (pertemuan sebelumnya) dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memenuhi kriteria good team, great team, dan super team. - Guru menginformasikan - Siswa memperhatikan bahwa materi yang akan informasi dari guru. dipelajari pada pertemuan berikutnya adalah tentang pemantulan bunyi. - Guru menutup pelajaran - Siswa menjawab salam. dengan mengucapkan salam.
Sumber Belajar a. Buku Fisika SMP Kelas VIII b. Lembar Kerja Siswa Penilaian Hasil Belajar: a. Teknik Penilaian: - Tugas (LKS) - Tes Tertulis b. Bentuk Instrumen: - Tes Pilihan Ganda
Ciputat, Mei 2011
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.2.b
LEMBAR KERJA SISWA II Nama kelompok : Nama Siswa : 1. ……………………………… 2. ……………………………… 3. ……………………………… 4. ……………………………… 5. ……………………………… A. Definisi dan penyebab resonansi Diskusikanlah! 1) Apa yang kalian ketahui tentang resonansi? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... 2) Apa yang menyebabkan benda beresonansi? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... B. Manfaat dan dampak resonansi Lakukanlah percobaan berikut ini! 1. Resonansi pada alat musik tiup Alat dan bahan: 1) Sedotan 2) Gunting Langkah percobaan: 1) Runcingkan ujung sedotan dengan menggunakan gunting. Ukur panjang sedotan dengan menggunakan mistar, lalu catatlah hasilnya kedalam tabel dibawah ini. 2) Tiuplah dengan kuat sedotan tersebut. Apakah menghasilkan bunyi? …………… ……………………………………………………………………………………... 3) Potonglah sedotan tersebut sepanjang 1 cm, kemudian tiuplah kembali sedotan tersebut. Bagaimana bunyinya bila dibandingkan dengan bunyi yang pertama? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………...
4) Ulangi langkah ketiga tersebut sampai tiga kali, lalu catatlah hasilnya kedalam tabel. Bunyi yang dihasilkan Panjang sedotan (cm) (lemah, sedang, atau kuat)
Diskusikanlah! 1) Apakah kamu mendengar bunyi? ……………………………………………………………………………………... 2) Dari manakah bunyi tersebut berasal? ……………………………………………………………………………………... 3) Apakah panjang-pendek sedotan mempengaruhi bunyi yang dihasilkan? ……………………………………………………………………………………... 4) Apakah bunyi yang dihasilkannya membentuk nada? ……………………………………………………………………………………... 5) Apa yang terjadi dengan frekuensi (tinggi) nadanya ketika sedotan diperpendek? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………... 2. Resonansi pada alat musik selaput tipis Alat dan bahan: 1) Potongan balon 2) 2 buah karet 3) Gelas aqua bekas 4) Gunting 5) Sumpit atau pensil Langkah percobaan: 1) Lubangi bagian bawah gelas aqua bekas 2) Gunakan potongan balon untuk menutup bagian atas gelas aqua bekas 3) Ikatkan karet gelang agar lebih kencang dan kuat 4) Buatlah pemukul drum dengan menggunakan sumpit atau pensil yang diikatkan karet diujungnya 5) Pukullah drum dengan pemukul drum Diskusikanlah! 1) Apakah kamu mendengar bunyi? ……………………………………………………………………………………... 2) Darimanakah bunyi tersebut berasal? ……………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………...
Lampiran 3.2.c KUIS I POKOK BAHASAN BUNYI Nama Kelas Hari/tanggal
: : :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!
1.
2.
3.
4.
5.
Zat perantara di bawah ini, yang dapat merambatkan bunyi paling cepat adalah …. a. helium b. kayu c. aluminium d. besi Jika kita memukul gong, maka terjadilah perapatan dan peregangan udara di sekelilingnya. Akhirnya, bunyi sampai ke telinga kita. Gelombang yang terjadi di atas dinamakan …. a. transversal b. longitudinal c. elektromagnetik d. radiasi Ketika kita melihat orang yang sedang menebang kayu dengan jarak yang jauh, bunyi beradunya kapak terdengar beberapa saat setelah kapak mengenai pohon. Hal ini terjadi karena …. a. perambatan bunyi memerlukan waktu b. kecepatan bunyi lebih kecil dari kecepatan cahaya c. perambatan bunyi memerlukan waktu, sedangkan perambatan cahaya tidak d. pengaruh gema yang terjadi Sebuah gelombang bunyi merambat di udara dengan kecepatan 360 m/s. Jika panjang gelombang bunyi 25 cm, maka frekuensinya adalah …. a. 14,4 Hz b. 90 Hz c. 1440 Hz d. 9000 Hz Periode suatu bunyi 0,025 sekon, maka frekuensi bunyi tersebut termasuk …. a. audiosonik b. ultrasonik c. infrasonik d. supersonik
Lampiran 3.3.a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah : SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran : 2010/2011 Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : VIII/Genap Pertemuan : Ketiga Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Indikator 1. Menjelaskan hukum pemantulan bunyi 2. Menjelaskan perbedaan gaung dan gema 3. Memberikan contoh pemanfaatan pemantulan bunyi dalam kehidupan seharihari dan teknologi Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 2. Menjelaskan syarat terjadinya pemantulan bunyi. 3. Menemukan hukum pemantulan bunyi. 4. Menyebutkan jenis-jenis bunyi pantul. 5. Membedakan antara gaung, gema dan bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli. 6. Menjelaskan manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Materi Pembelajaran Bunyi Strategi Pembelajaran 1. Model pembelajaran: Koopertif tipe STAD 2. Metode belajar: - Demonstrasi - Praktikum - Diskusi - Tanya jawab - Informasi
Langkah-langkah Pembelajaran Tahapan -
-
Pendahuluan (10 menit)
-
Tahap 1 Penyajian Materi
-
Tahap 2 Kegiatan Kelompok
Guru Guru membuka pelajaran dan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memfokuskan perhatian siswa dengan mengajak berdoa dan memberi motivasi untuk belajar. Apersepsi dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Masih ingat materi pada pertemuan sebelumnya? Apa itu resonansi? Apa yang menyebabkan suatu benda beresonansi? Guru menggali konsep awal siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Pernahkah kalian mengalami ketika sedang berteriak terdengar kembali teriakan kalian setelahnya? Pernahkan juga kalian mendengarkan suara dari pengeras suara terdengar tidak jelas seakan-akan ada yang mengikuti? Suara apakah itu? Apa yang menyebabkannya? Guru menjelaskan konsepkonsep penting tentang pemantulan bunyi. Guru menulis persamaan rumus yang ada kaitannya dengan materi di papan tulis. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang).
Siswa - Siswa menjawab salam dan selanjutnya berdoa sebelum belajar.
- Siswa menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa menjawab pertanyaan dari guru.
- Siswa menyimak penjelasan guru. - Siswa mencatat persamaan rumus yang ditulis oleh guru.
Inti (65 menit)
Tahap 3 Kuis
Tahap 4 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
- Guru membagikan LKS - Siswa melakukan yang akan menjadi panduan percobaan sesuai LKS II siswa dalam melakukan secara berkelompok percobaan - Siswa mendiskusikan hasil percobaan dan mengerjakan tugas bersama teman sekelompoknya - Guru menunjuk salah satu - Salah satu kelompok perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusi kelompknya. diskusi kelompoknya (kelompok yang belum tampil pada pertemuan sebelumnya). Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya (guru memberi penguatan dan mengarahkan siswa pada konsep yang benar). - Guru membimbing siswa - Siswa menyimpulkan hasil menyimpulkan hasil percobaan. percobaan. - Guru membagikan soal - Siswa mengerjakan soal kuis II kepada masingkuis secara mandiri di masing siswa bawah pengawasan guru. - Guru mengarahkan siswa - Siswa mengikuti arahan menghitung hasil kuis. guru. Langkah-langkahnya sebagai berikut. Setiap kelompok menukar lembar jawabannya dengan kelompok lain untuk memeriksa hasil kuis. Seluruh siswa memeriksa hasil kuis dengan mencocokkan jawaban yang ditulis guru di papan tulis. Seluruh siswa menghitung skor perkembangan individu temannya pada tabel yang tersedia pada lembar jawaban.
Tahap 5 Penghargaan Kelompok
Penutup (5 menit)
- Guru mengumumkankan - Siswa memperhatikan perolehan skor kelompok pengumuman dari guru. dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memenuhi kriteria good team, great team, dan super team. - Guru menginformasikan - Siswa mendengarkan bahwa materi yang akan informasi yang diberikan dipelajari pada pertemuan guru. berikutnya adalah tentang pemantulan bunyi. - Guru menutup pelajaran - Siswa menjawab salam. dengan mengucapkan salam.
Sumber Belajar a. Buku Fisika SMP Kelas VIII b. Lembar Kerja Siswa Penilaian Hasil Belajar: a. Teknik Penilaian: - Tugas (LKS) - Tes Tertulis b. Bentuk Instrumen: - Tes Pilihan Ganda
Ciputat, Mei 2011
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan
Rohman, S.Pd
Guru Mata Pelajaran
Asmawati R.
Lampiran 3.3.b
LEMBAR KERJA SISWA III Nama kelompok : Nama Siswa : 1. ……………………………… 2. ……………………………… 3. ……………………………… 4. ……………………………… 5. ……………………………… A. Hukum pemantulan bunyi Salah satu sifat bunyi adalah dapat dipantulkan. Permukaan yang keras seperti dinding kelas, dinding sumur atau dinding lereng gunung akan memantulkan gelombang-gelombang bunyi. Pemantulan bunyi telah banyak dimanfaatkan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, diantaranya: a. Menentukan cepat rambat bunyi di udara b. Melakukan survei geofisika c. Mendeteksi cacat dan retak pada logam d. Mengukur ketebalan pelat logam Adapun hukum pemantulan bunyi dinyatakan sebagai berikut. (1) Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang (2) Sudut pantul sama dengan sudut datang Tugas kalian adalah: Rancanglah sebuah percobaan untuk menemukan hukum pemantulan bunyi! (alat dan bahan serta langkah kerja) dan gambarlah percobaan tersebut! ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ......................................................................................................................................
Lampiran 3.3.c KUIS II POKOK BAHASAN BUNYI Nama Kelas Hari/tanggal
: : :
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!
1.
2.
Perhatikan pernyataan berikut. 1) Benda mempunyai selaput tipis. 2) Frekuensi benda sama dengan frekuensi sumber bunyi. 3) Panjang gelombang sama dengan panjang gelombang sumber bunyi. 4) Panjang kedua ayunan sama. Syarat terjadinya resonansi ditunjukkan oleh pernyataan nomor …. a. 1, 2, dan 3 b. 1, 2, dan 4 c. 1, 3, dan 4 d. 2, 3, dan 4 e. Pada percobaan tabung resonansi, tinggi kolom udara dalam tabung pada saat sumber bunyi beresonansi pertama yaitu 0,19 m. Panjang gelombang sumber bunyi adalah …. a. 0,19 m b. 0,39 m c. 0,57 m d. 0,96 m
3.
Berikut ini adalah pemanfaatan bunyi pantul, kecuali …. a. mengukur kedalaman laut b. menyelidiki keadaan janin dalam rahim c. mendeteksi cacat bagian dalam logam d. mengukur resonansi kolom udara
4.
Suatu pulsa bunyi dari sebuah kapal pengirim bunyi gema merambat ke bawah melalui air laut pada kelajuan 1500 m/s. Dasar laut di bawal adalah padatan dan kedalaman laut yaitu 600 m. waktu yang diperlukan pulsa untuk kembali ke kapal adalah …. a. 0,4 s b. 0,6 s c. 1,2 s d. 2,4 s
5.
Seorang anak berada di antara dua bukit yang saling berhadapan. Anak itu berjarak 70 m dari bukuit pertama dan 30 m dari bukit lainnya. Ia kemudian membunyikan pistol dan mengamati bahwa beda waktu bunyi pantul pertama dan kedua yang didengar olehnya adalah 0,25 s. Cepat rambat bunyi di udara pada saat anak itu melakukan percobaan adalah …. a. 320 m/s b. 330m/s c. 340 m/s d. 350 m/s
Lampiran 4
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Σ X
Kelompok Eksperimen Pretest Posttest 44,44 88,89 33,33 77,78 50,00 88,89 44,44 83,33 33,33 72,22 55,56 94,44 50,00 88,89 33,33 72,22 38,89 77,78 50,00 88,89 33,33 77,78 44,44 83,33 27,78 66,67 38,89 83,33 22,22 61,11 27,78 66,67 44,44 88,89 50,00 88,89 44,44 88,89 33,33 72,22 50,00 88,89 33,33 72,22 61,11 100 55,56 94,44 38,89 77,78 66,67 94,44 55,56 88,89 44,44 88,89 44,44 83,33 27,78 61,11 44,44 83,33 38,89 77,78 33,33 72,22 33,33 66,67 38,89 77,78 44,44 83,33 1511,07 2922,21 41,97 81,17
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Σ X
Kelompok Kontrol Pretest Posttest 38,89 66,67 66,67 88,89 38,89 72,22 38,89 66,67 55,56 83,33 16,67 55,56 27,78 61,11 38,89 72,22 27,78 61,11 22,22 55,56 44,44 72,22 38,89 66,67 50,00 77,78 38,89 66,67 55,56 77,78 55,56 83,33 44,44 72,22 38,89 66,67 27,78 61,11 44,44 72,22 61,11 83,33 44,44 72,22 22,22 55,56 16,67 50,00 44,44 72,22 55,56 77,78 44,44 72,22 38,89 66,67 22,22 50,00 50,00 72,22 27,78 55,56 33,33 61,11 61,11 83,33 33,33 61,11 50,00 77,78 38,89 61,11 1455,56 2472,23 40,43 68,68
Lampiran 5
Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
a. Banyak data (n) = 36 b. Data nilai pretest = 22,22 33,33 38,89 44,44 55,56
27,78 33,33 44,44 44,44 55,56
27,78 33,33 44,44 50,00 61,11
27,78 33,33 44,44 50,00 66,67
33,33 38,89 44,44 50,00
33,33 38,89 44,44 50,00
33,33 38,89 44,44 50,00
33,33 38,89 44,44 55,56
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum = 66,67 – 22,22 = 44,45 d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 6,14 =7 e. Panjang kelas interval (i) = R/K = 44,45 / 6 = 7,4 =7
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Interval
xi
22 – 28 29 – 35 36 – 42 43 – 49 50 – 56 57 – 63 64 – 70 Jumlah
25 32 39 46 53 60 67
Batas Nyata 21,5 – 28,5 28,5 – 35,5 35,5 – 42,5 42,5 – 49,5 49,5 – 56,5 56,5 – 63,5 63,5 – 70 5
fi
xi 2
fixi
4 8 5 9 8 1 1 36
625 1024 1521 2116 2809 3600 4489
100 256 195 414 424 60 67 1516
fixi2 2500 8192 7605 19044 22472 3600 4489 67902
Frekuensi relatif (%) 11,11 22,22 13,89 25 22,22 2,78 2,78 100%
f. Perhitungan Mean X=
Σfx Σf
Keterangan: X
= nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi Σf
= jumlah siswa
Maka, Σfx Σf 1511,07 X= 36 X=
X = 41,97
g. Perhitungan Median (Me) 1 n−F Me = b + p 2 f Keterangan: Me = median b
= batas bawah kelas median
n
= jumlah siswa dalam kelompok
F
= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f
= frekuensi kelas median
p
= panjang kelas interval
Maka, 1 . 36 − 17 Me = 42,5 + 7 2 9 Me = 42,5 + 7
18 − 17 9
Me = 42,5 +
7 9
Me = 43,28 h. Perhitungan Modus (Mo) Mo = b + p
b1 b1 + b2
Keterangan: Mo = modus b
= batas bawah kelas modus
b1
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya b2
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya p
= panjang kelas interval
Maka, Mo = b + p
b1 b1 + b2
Mo = 42,5 + 7 Mo = 42,5 + Mo = 48,1
28 5
4 4+1
Lampiran 6
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kelompok Eksperimen X
Fi
FiX
Xi
Xi2
FiXi2
22,22 27,78 33,33 38,89 44,44 50,00 55,56 61,11 66,67 Σ
1 3 8 5 9 5 3 1 1 36
22,22 83,34 266,64 194,45 399,96 250 166,68 61,11 66,67 1511,07 41,97 9,92
-19,75 -14,19 -8,64 -3,08 2,47 8,03 13,59 19,14 24,69
390,0625 201,3561 74,6496 9,4864 6,1009 64,4809 184,6881 366,3396 609,5961 1906,7602
390,0625 604,0683 597,1968 47,432 54, 9081 322,4045 554,0643 366,3396 609,5961 3546,0722
𝐗 SD Σ Xi − X 2 n−1 1906,7602 S2 = 35
S2 =
S 2 = 54,48
Lampiran 7
Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen X
Zi
Zt
F(Z)
22,22 -1,99 0,4767 0,0233 27,78 -1,43 0,4236 0,0764 27,78 -1,43 0,4236 0,0764 27,78 -1,43 0,4236 0,0764 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 33,33 -0,87 0,3078 0,1922 38,89 -0,31 0,1217 0,3783 38,89 -0,31 0,1217 0,3783 38,89 -0,31 0,1217 0,3783 38,89 -0,31 0,1217 0,3783 38,89 -0,31 0,1217 0,3783 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 44,44 0,29 0,1141 0,6141 50,00 0,81 0,2910 0,7910 50,00 0,81 0,2910 0,7910 50,00 0,81 0,2910 0,7910 50,00 0,81 0,2910 0,7910 50,00 0,81 0,2910 0,7910 55,56 1,37 0,4147 0,9417 55,56 1,37 0,4147 0,9417 55,56 1,37 0,4147 0,9417 61,11 1,93 0,4732 0,9732 66,67 2,49 0,4936 0,9936 Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1411
S(Z)
F(Z) – S(Z)
0,0278 0,0556 0,0833 0,1111 0,1389 0,1667 0,1944 0,2222 0,2500 0,2778 0,3056 0,3333 0,3611 0,3889 0,4167 0,4444 0,4722 0,5000 0,5278 0,5556 0,5833 0,6111 0,6389 0,6667 0,6944 0,7222 0,7500 0,7778 0,8056 0,8333 0,8611 0,8889 0,9167 0,9444 0,9722 1,0000
0,0045 0,0208 0,0069 0,0347 0,0533 0,0255 0,0022 0,0300 0,0578 0,0856 0,1134 0,1411 0,0172 0,1060 0,0384 0,0661 0,0939 0,1141 0,0863 0,0585 0,0308 0,0030 0,0248 0,0526 0,0803 0,1081 0,0410 0,0132 0,0146 0,0423 0,0701 0,0258 0,0020 0,0297 0,0010 0,0064
Karena Lhitung < Ltabel (0,1411 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 8
Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
a. Banyak data (n) = 36 b. Data nilai posttest = 61,11 72,22 83,33 88,89 94,44
61,11 72,22 83,33 88,89 94,44
66,67 77,78 83,33 88,89 94,44
66,67 77,78 83,33 88,89 100
66,67 77,78 83,33 88,89
72,22 77,78 88,89 88,89
72,22 77,78 88,89 88,89
72,22 77,78 88,89 94,44
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum = 100 – 61,11 = 38,89 d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 6,14 =7 e. Panjang kelas interval (i) = R/K = 38,89 / 6 = 6,48 =6
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Interval
xi
Batas Nyata
59 – 64 65 – 70 71 – 76 77 – 82 83 – 88 89 – 94 95 – 100 Jumlah
61,5 67,5 73,5 79,5 85,5 91,5 97,5
58,5 – 64,5 64,5 – 70,5 70,5 – 76,5 76,5 – 82,5 82,5 – 88,5 88,5 – 94,5 94,5 – 100
2
fi
xi
2 3 5 6 6 13 1 36
3782,25 4556,25 5402,25 6320,25 7310,25 8372,25 9506,25
2
fixi
fixi
123 202,5 367,5 477 427,5 1281 97,5
7564,5 13668,75 27011,25 37921,5 36551,25 117211,5 9506,25
Frekuensi relatif (%) 5,56 8,33 13,89 16,67 13,89 38,89 2,78 100%
f. Perhitungan Mean X=
Σfx Σf
Keterangan: X
= nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi Σf
= jumlah siswa
Maka, Σfx Σf 2922,21 X= 36 X=
X = 81,17
g. Perhitungan Median (Me) 1 n−F Me = b + p 2 f Keterangan: Me = median b
= batas bawah kelas median
n
= jumlah siswa dalam kelompok
F
= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f
= frekuensi kelas median
p
= panjang kelas interval
Maka, 1 . 36 − 22 Me = 88,5 + 6 2 13 Me = 88,5 + 6
4 13
Me = 88,5 +
24 13
Me = 90,35 h. Perhitungan Modus (Mo) Mo = b + p
b1 b1 + b2
Keterangan: Mo = modus b
= batas bawah kelas modus
b1
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya b2
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya p
= panjang kelas interval
Maka, Mo = b + p
b1 b1 + b2
Mo = 88,5 + 7 Mo = 88,5 + Mo = 91,08
49 19
7 7 + 12
Lampiran 9
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Posttest Kelompok Eksperimen X
Fi
FiX
Xi
Xi2
FiXi2
61,11 66,67 72,22 77,78 83,33 88,89 94,44 100 Σ
2 3 5 6 6 10 3 1 36
122,22 200,01 361,1 466,68 499,98 888,9 283,32 100 2922,21 81,17 9,73
-20,06 -14,5 -8,95 -3,39 2,16 7,72 13,27 18,83
402,4036 210,2500 80,1025 11,4921 4,6656 59,5984 176,0929 354,5689 1299,174
804,8072 630,7500 400,5125 68,9526 27,9936 595,9840 528,2787 354,5689 3411,8475
𝐗 SD Σ Xi − X 2 S = n−1 1299,174 S2 = 35 2
S 2 = 37,12
Lampiran 10
Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen X
Zi
Zt
F(Z)
61,11 -2,06 0,4803 0,0197 61,11 -2,06 0,4803 0,0197 66,67 -1,49 0,4319 0,0681 66,67 -1,49 0,4319 0,0681 66,67 -1,49 0,4319 0,0681 72,22 -0,92 0,3212 0,1788 72,22 -0,92 0,3212 0,1788 72,22 -0,92 0,3212 0,1788 72,22 -0,92 0,3212 0,1788 72,22 -0,92 0,3212 0,1788 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 77,78 -0,35 0,1368 0,3632 83,33 0,22 0,0871 0,5871 83,33 0,22 0,0871 0,5871 83,33 0,22 0,0871 0,5871 83,33 0,22 0,0871 0,5871 83,33 0,22 0,0871 0,5871 83,33 0,22 0,0871 0,5871 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 88,89 0,79 0,2852 0,7852 94,44 1,36 0,4131 0,9131 94,44 1,36 0,4131 0,9131 94,44 1,36 0,4131 0,9131 100 1,94 0,4738 0,9738 Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1463
S(Z)
F(Z) – S(Z)
0,0278 0,0556 0,0833 0,1111 0,1389 0,1667 0,1944 0,2222 0,2500 0,2778 0,3056 0,3333 0,3611 0,3889 0,4167 0,4444 0,4722 0,5000 0,5278 0,5556 0,5833 0,6711 0,6389 0,6667 0,6944 0,7222 0,7500 0,7778 0,8056 0,8333 0,8611 0,8889 0,9167 0,9444 0,9722 1,0000
0,0081 0,0359 0,0152 0,0430 0,0708 0,0121 0,0156 0,0434 0,0712 0,0990 0,0576 0,0299 0,0021 0,0257 0,0535 0,0812 0,1149 0,0871 0,0593 0,0315 0,0038 0,0240 0,1463 0,1185 0,0908 0,0630 0,0352 0,0074 0,0203 0,0481 0,0759 0,1037 0,0036 0,0313 0,0591 0,0262
Karena Lhitung < Ltabel (0,1463 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 11
Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
a. Banyak data (n) = 36 b. Data nilai pretest = 16,67 27,78 38,89 44,44 55,56
16,67 33,33 38,89 44,44 61,11
22,22 33,33 38,89 50,00 61,11
22,22 38,89 38,89 50,00 66,67
22,22 38,89 44,44 50,00
27,78 38,89 44,44 55,56
27,78 38,89 44,44 55,56
27,78 38,89 44,44 55,56
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum = 66,67 – 16,67 = 50 d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 6,14 =7 e. Panjang kelas interval (i) = R/K = 50 / 6 = 8,33 =8
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Interval
X
Batas Nyata
16 – 23 24 – 31 32 – 39 40 – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71 Jumlah
19,5 27,5 35,5 43,5 51,5 59,5 67,5
15,5 – 23,5 23,5 – 31,5 31,5 – 39,5 39,5 – 47,5 47,5 – 55,5 55,5 – 63,5 63,5 – 71,5
2
F
x
5 4 11 6 7 2 1 36
380,25 756,25 1260,25 1892,25 2652,25 3540,25 4556,25
2
fx
fx
97,5 110 390,5 261 360,5 119 67,5
1901,25 3025 13862,75 11353,5 18565,75 7080,5 4556,25
Frekuensi relatif (%) 13,89 11,11 30,56 16,67 19,44 5,56 2,78 100%
f. Perhitungan Mean X=
Σfx Σf
Keterangan: X
= nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi Σf
= jumlah siswa
Maka, Σfx Σf 1455,56 X= 36 X=
X = 40,43
g. Perhitungan Median (Me) 1 n−F Me = b + p 2 f Keterangan: Me = median b
= batas bawah kelas median
n
= jumlah siswa dalam kelompok
F
= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f
= frekuensi kelas median
p
= panjang kelas interval
Maka, 1 . 36 − 9 Me = 31,5 + 8 2 11 Me = 31,5 + 8 Me = 38,05
18 − 9 11
h. Perhitungan Modus (Mo) Mo = b + p
b1 b1 + b2
Keterangan: Mo = modus b
= batas bawah kelas modus
b1
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya b2
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya p
= panjang kelas interval
Maka, 7 7+5 7 Mo = 31,5 + 8 12 56 Mo = 31,5 + 12 Mo = 31,5 + 8
Mo = 36,17
Lampiran 12
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kelompok Kontrol X
Fi
FiX
Xi
Xi2
FiXi2
16,67 22,22 27,78 33,33 38,89 44,44 50,00 55,56 61,11 66,67 Σ
2 3 4 2 9 6 3 4 2 1 36
33,34 66,66 111,12 66,66 350,01 266,64 150 222,24 122,22 66,67 1455,56 40,43 12,6
-23,76 -18,21 -12,65 -7,1 -1,54 4,01 9,57 15,13 20,68 26,24
564,5376 331,6041 160,0225 50,4100 2,3716 16,0801 91,5849 228,9169 427,6624 688,5376 2561,7277
1129,0752 994,8123 640,0900 100,8200 21,3444 96,4806 274,7547 915,6676 855,3248 688,5376 5716,9072
𝐗 SD Σ Xi − X 2 n−1 2561,7277 S2 = 35
S2 =
S 2 = 73,19
Lampiran 13
Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol X
Zi
Zt
F(Z)
16,67 -1,89 0,4706 0,0294 16,67 -1,89 0,4706 0,0294 22,22 -1,45 0,4265 0,0735 22,22 -1,45 0,4265 0,0735 22,22 -1,45 0,4265 0,0735 27,78 -1,00 0,3413 0,1587 27,78 -1,00 0,3413 0,1587 27,78 -1,00 0,3413 0,1587 27,78 -1,00 0,3413 0,1587 33,33 -0,56 0,2123 0,2877 33,33 -0,56 0,2123 0,2877 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 38,89 -0,12 0,0478 0,4522 44,44 0,32 0,1255 0,6255 44,44 0,32 0,1255 0,6255 44,44 0,32 0,1255 0,6255 44,44 0,32 0,1255 0,6255 44,44 0,32 0,1255 0,6255 44,44 0,32 0,1255 0,6255 50,00 0,76 0,2764 0,7764 50,00 0,76 0,2764 0,7764 50,00 0,76 0,2764 0,7764 55,56 1,20 0,3849 0,8849 55,56 1,20 0,3849 0,8849 55,56 1,20 0,3849 0,8849 55,56 1,20 0,3849 0,8849 61,11 1,64 0,4495 0,9495 61,11 1,64 0,4495 0,9495 66,67 2,08 0,4812 0,9812 Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1189
S(Z)
F(Z) – S(Z)
0,0278 0,0556 0,0833 0,1111 0,1389 0,1667 0,1944 0,2222 0,2500 0,2778 0,3056 0,3333 0,3611 0,3889 0,4167 0,4444 0,4722 0,5000 0,5278 0,5556 0,5833 0,6111 0,6389 0,6667 0,6944 0,7222 0,7500 0,7778 0,8056 0,8333 0,8611 0,8889 0,9167 0,9444 0,9722 1,0000
0,0016 0,0262 0,0098 0,0376 0,0654 0,0080 0,0357 0,0635 0,0913 0,0099 0,0179 0,1189 0,0911 0,0633 0,0355 0,0078 0,0200 0,0478 0,0756 0,1034 0,0422 0,0144 0,0134 0,0412 0,0689 0,0967 0,0264 0,0014 0,0291 0,0516 0,0238 0,0040 0,0318 0,0051 0,0227 0,0188
Karena Lhitung < Ltabel (0,1189 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 14
Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
a. Banyak data (n) = 36 b. Data nilai posttest = 50,00 61,11 66,67 72,22 83,33
50,00 61,11 66,67 72,22 83,33
55,56 61,11 72,22 72,22 83,33
55,56 61,11 72,22 77,78 88,89
55,56 66,67 72,22 77,78
55,56 66,67 72,22 77,78
61,11 66,67 72,22 77,78
61,11 66,67 72,22 83,33
c. Jangkauan data (R) = nilai maksimum – nilai minimum = 88,89 – 50 = 38,89 d. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 6,14 =7 e. Panjang kelas interval (i) = R/K = 38,89 / 6 = 6,48 =6
Tabel. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Interval
X
Batas Nyata
50 – 55 56 – 61 62 – 67 68 – 73 74 – 79 80 – 85 86 – 91 Jumlah
52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5 88,5
49,5 – 55,5 55,5 – 61,5 61,5 – 67,5 67,5 – 73,5 73,5 – 79,5 79,5 – 85,5 85,5 – 91,5
F 2 10 6 9 4 4 1 36
x
2
fx
2
fx
2756,25 315 16537,5 3422,25 351 20533,5 4160,25 387 24961,5 4970,25 634,5 44732,25 5852,25 306 23409 6806,25 330 27225 7832,25 88,5 7832,25
Frekuensi relatif (%) 16,67 16,67 16,67 25 11,11 11,11 2,78 100%
f. Perhitungan Mean X=
Σfx Σf
Keterangan: X
= nilai mean
Σfx = jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi Σf
= jumlah siswa
Maka, Σfx Σf 2472,23 X= 36 X=
X = 68,68
g. Perhitungan Median (Me) 1 n−F Me = b + p 2 f Keterangan: Me = median b
= batas bawah kelas median
n
= jumlah siswa dalam kelompok
F
= jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f
= frekuensi kelas median
p
= panjang kelas interval
Maka, 1 . 36 − 2 Me = 55,5 + 6 2 10 Me = 55,5 + 6 Me = 65,1
18 − 2 10
h. Perhitungan Modus (Mo) Mo = b + p
b1 b1 + b2
Keterangan: Mo = modus b
= batas bawah kelas modus
b1
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya b2
= selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya p
= panjang kelas interval
Maka, Mo = b + p
b1 b1 + b2
Mo = 55,5 + 6 Mo = 55,5 + Mo = 59,5
48 12
8 8+4
Lampiran 15
Tabel. Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kelompok Kontrol X
Fi
FiX
Xi
Xi2
FiXi2
50,00 55,56 61,11 66,67 72,22 77,78 83,33 88,89 Σ
2 4 6 6 9 4 4 1 36
100 222,24 366,66 400,02 649,98 311,12 333,32 88,89 2472,23 68,68 9,84
-18,68 -13,12 -7,57 -2,01 3,54 9,1 14,65 20,21
348,9425 172,1344 57,3049 4,0401 12,5316 82,81 214,6225 408,4411 1300,8271
697,8848 708,5376 343,8294 24,2406 112,7844 331,24 858,49 408,4411 3485,4479
𝐗 SD Σ Xi − X 2 S = n−1 1300,8271 S2 = 35 2
S 2 = 37,17
Lampiran 16
Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol X
Zi
Zt
F(Z)
50,00 -1,89 0,4706 0,0294 50,00 -1,89 0,4706 0,0294 55,56 -1,33 0,4082 0,0918 55,56 -1,33 0,4082 0,0918 55,56 -1,33 0,4082 0,0918 55,56 -1,33 0,4082 0,0918 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 61,11 -0,77 0,2794 0,2206 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 66,67 -0,20 0,0793 0,4207 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 72,22 0,36 0,1406 0,6406 77,78 0,92 0,3212 0,8212 77,78 0,92 0,3212 0,8212 77,78 0,92 0,3212 0,8212 77,78 0,92 0,3212 0,8212 83,33 1,49 0,4319 0,9319 83,33 1,49 0,4319 0,9319 83,33 1,49 0,4319 0,9319 83,33 1,49 0,4319 0,9319 88,89 2,05 0,4798 0,9798 Dari tabel di atas diperoleh Lhitung = 0,1128
S(Z)
F(Z) – S(Z)
0,0278 0,0556 0,0833 0,1111 0,1389 0,1667 0,1944 0,2222 0,2500 0,2778 0,3056 0,3333 0,3611 0,3889 0,4167 0,4444 0,4722 0,5000 0,5278 0,5556 0,5833 0,6111 0,6389 0,6667 0,6944 0,7222 0,7500 0,7778 0,8056 0,8333 0,8611 0,8889 0,9167 0,9444 0,9722 1,0000
0,0016 0,0262 0,0085 0,0193 0,0471 0,0749 0,0262 0,0016 0,0294 0,0572 0,0850 0,1127 0,0596 0,0318 0,0040 0,0237 0,0515 0,0793 0,1128 0,0850 0,0573 0,0295 0,0017 0,0261 0,0538 0,0816 0,1094 0,0434 0,0156 0,0121 0,0399 0,0430 0,0152 0,0125 0,0403 0,0202
Karena Lhitung < Ltabel (0,1128 < 0,148), maka sampel berdistribusi normal
Lampiran 17
Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Ho : sampel homogen Ha : sampel tidak homogen Kriteria: Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas 1) Menentukan nilai rata-rata 2) Menentukan selisih X1 − X , X2 − X , … … , Xn − X 3) Menentukan kuadrat selisih, yakni X1 − X 2 , X2 − X 2 , … … , Xn − X 4) Menentukan jumlah kuadrat selisih, yakni Σ X1 − X 5) Kemudian jumlah kuadrat selisih dibagi (n – 1) S2 =
Σ Xi − X n−1
a. Varians Σ Xi − X SE2 = n−1 SE2
Σ Xi − X = n−1
SE2 =
2
2
2
1906,7602 35
SE2 = 54,48
2
2
2
SK2 =
Σ Xi − X n−1
SK2 =
2561,7277 35
SK2 = 73,19 b. Uji hipotesis Varians terbesar Fhitung = Varians terkecil 73,19 Fhitung = 54,48 Fhitung = 1,34 c. Perhitungan Ftabel Df pembilang = 36 – 1 = 35 Df penyebut = 36 – 1 = 35 Ftabel = F (α) (df pembilang, df penyebut) = F (0,05) (35, 35) = 1,2
d. Interpretasi data Karena Fhitung > Ftabel (1,34 > 1,2), maka kedua kelompok tidak homogen
Lampiran 18
Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
a. Varians Σ Xi − X SE2 = n−1 SE2 =
2
1302,9932 35
SE2 = 37,23
2
SK2 =
Σ Xi − X n−1
SK2 =
1299,174 35
SK2 = 37,12 b. Uji hipotesis Varians terbesar Fhitung = Varians terkecil 37,23 Fhitung = 37,12 Fhitung = 1
c. Perhitungan Ftabel Df pembilang = 36 – 1 = 35 Df penyebut = 36 – 1 = 35 Ftabel = F (α) (df pembilang, df penyebut) = F (0,05) (35, 35) = 1,2
d. Interpretasi data Karena Fhitung < Ftabel (1 > 1,2), maka kedua kelompok homogen
Lampiran 19
Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian: Jika −
w1 t2 +w2 t2 w1 +w2
< t′ <
w1 t2 +w2 t2 , w1 +w2
maka Ho diterima dan Ha ditolak
Karena data pretest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok tidak homogen maka uji-t yang digunakan yaitu: t′ =
xE − xK SE2 SK2 nE + nK
t′ =
t′ =
t′ =
41,97 − 40,43 54,48 73,19 + 36 36 41,97 − 40,43 127,67 36 1,54 3,55
t′ = 0,82
Kemudian menghitung: w1 t1 + w2 t 2 w1 t1 + w2 t 2 − < t′ < w1 + w2 w1 + w2
Diketahui: t’ = 0,82 w1 = 54,48/36 = 1,51 w2 = 73,19/36 = 2,03 t1 = t2 = t (0,95) 35 = 1,7
−
w1 t1 + w2 t 2 w1 t1 + w2 t 2 < t′ < w1 + w2 w1 + w2
−
1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7 1,51 x 1,7 + 2,03 x 1,7 < 0,82 < 1,51 + 2,03 1,51 + 2,03
−
2,567 + 3,451 2,567 + 3,451 < 0,82 < 3,54 3,54
−1,7 < 0,82 < 1,7 Karena −
w1 t2 +w2 t2 w1 +w2
dan Ha ditolak
< t′ <
w1 t2 +w2 t2 w1 +w2
(–1,7 < 0,82 < 1,7), maka Ho diterima
Lampiran 20
Perhitungan Uji-t Hipotesis Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian: Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima thitung > ttabel, maka Ho ditolak Karena data posttest berdistribusi normal dan varians kedua kelompok homogen maka uji-t yang digunakan yaitu: xE − xK
t hitung = Sg
Sg =
1 1 nE + nK
, dimana Sg =
nE − 1 SE2 + nK − 1 SK2 nE + nK − 2
Sg =
(35 x 37,12) + (35 x 37,17) 36 + 36 − 2
Sg =
1299,2 + 1300,95 70
Sg =
37,145
Sg = 6,09
n − 1 SE2 + n − 1 SK2 nE + nK − 2
Sehingga, t hi tung =
t hitung =
xE − xK 1 1 Sg n + n K E 81,17 − 68,68 6,09
1 1 + 36 36
t hitung =
12,49 6,09 x 0,24
t hitung =
12,49 1,46
t hitung = 8,55
Ttabel = 1,999 dengan α = 0,05 dan dk = (n1 + n2) – 2 Karena thitung > ttabel (8,55 > 1,999), maka Ho ditolak dan Ha diterima
Lampiran 21
Lembar Pembagian Kelompok STAD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa Silvia Bongo Septi Fissilmy Iis Bondan Aldi Rico Riana Eko Shela Syifa Nurdin Kelvin Dyah Devani Syahrul Nabela Nabila Amelia Selvi Herdiani Ihya Yunita Dhede Widya Nita Dody Razi Agam Sintia Rofiq Linda Maulana Zaeni Lia
Ranking
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 9 8 7 6 5 1 2 3 4 9 8 7 6 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kemampuan
Tinggi
Sedang
Rendah
Lampiran 22
Lembar Rekapitulasi Kelompok STAD
Kelompok I Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Silvia Eko Nabila Dody
I
II
80 100 80 80 60 40 60 80 Total Rata-rata
Ratarata 90 80 50 70
Nilai Peningkatan 30 20 5 30 85 21,25
Nilai Penghargaan Kelompok 21,25 (Great Team)
Kelompok II Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Bongo Shela Amelia Razi
I
II
100 100 80 100 60 80 60 60 Total Rata-rata
Ratarata 100 70 70 60
Nilai Peningkatan 20 30 30 20 100 25
Nilai Penghargaan Kelompok 25 (Super Team)
Kelompok III Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Septi Syifa Selvi Agam
I
II
80 80 80 60 60 60 80 60 Total Rata-rata
Ratarata 80 70 60 70
Nilai Peningkatan 20 5 20 5 50 12,5
Nilai Penghargaan Kelompok 12,5 (Good Team)
Kelompok IV Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Fissilmy Nurdin Herdiani Sintia
I
II
100 100 80 60 60 60 80 40 Total Rata-rata
Ratarata 100 70 60 60
Nilai Peningkatan 20 5 20 5 50 12,5
Nilai Penghargaan Kelompok 12,5 (Good Team)
Kelompok V Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Iis Nabela Nita Rofiq
I
II
80 80 80 80 60 40 60 60 Total Rata-rata
Ratarata 80 80 50 60
Nilai Peningkatan 20 20 5 20 65 16,25
Nilai Penghargaan Kelompok 16,25 (Good Team)
Kelompok VI Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Bondan Syahrul Widya Linda
I
II
100 80 80 80 60 80 60 60 Total Rata-rata
Ratarata 90 80 70 60
Nilai Peningkatan 5 20 30 20 75 18,75
Nilai Penghargaan Kelompok 18,75 (Good Team)
Kelompok VII Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Aldi Devani Dhede Maulana
I
II
80 80 80 80 80 60 60 80 Total Rata-rata
Ratarata 80 80 70 70
Nilai Peningkatan 20 20 5 30 75 18,75
Nilai Penghargaan Kelompok 18,75 (Good Team)
Kelompok VIII Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Rico Dyah Yunita Zaeni
I
II
60 80 80 100 80 60 60 60 Total Rata-rata
Ratarata 70 90 70 60
Nilai Peningkatan 30 30 5 20 85 21,25
Nilai Penghargaan Kelompok 21,25 (Great Team)
Kelompok IX Nilai Kuis No. 1. 2. 3. 4.
Nama Riana Kelvin Ihya Lia
I
II
80 80 80 80 60 40 80 60 Total Rata-rata
Ratarata 80 80 50 70
Nilai Peningkatan 20 20 5 5 50 12,5
Nilai Penghargaan Kelompok 12,5 (Good Team)
Lampiran 23
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Pertama) Tahap dalam
Terlaksana
Pembelajaran
Indikator Ya
STAD - Menyampaikan tujuan Tahap 1
pembelajaran
Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa Tahap 2 Kegiatan
Ket. Tidak
√ √
- Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
√
Kelompok Tahap 3 Kuis
- Membagikan soal-soal kuis - Memantau siswa selama mengerjakan kuis
Tahap 4 Perhitungan Skor Perkembangan Individu Tahap 5 Penghargaan
√ √
- Membimbing siswa untuk saling menukar lembar jawaban kuis dan
√
memeriksa jawaban kuis - Membimbing siswa untuk menghitung skor individu
√
- Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
Kelompok
Keterangan: 1 cheklist Ya berniali 1 1 ckeklist Tidak bernilai 0
√
Berdasarkan
hasil
observasi
keterlaksanaan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai berikut: 5
Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 X 100% = 62,5%
Lampiran 24
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Kedua) Tahap dalam
Terlaksana
Pembelajaran
Indikator Ya
STAD - Menyampaikan tujuan Tahap 1
pembelajaran
Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa Tahap 2 Kegiatan
Ket.
√ √
- Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
√
Kelompok Tahap 3 Kuis
- Membagikan soal-soal kuis - Memantau siswa selama mengerjakan kuis
Tahap 4 Perhitungan Skor Perkembangan Individu Tahap 5 Penghargaan
√ √
- Membimbing siswa untuk saling menukar lembar jawaban kuis dan
√
memeriksa jawaban kuis - Membimbing siswa untuk menghitung skor individu
√
- Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
Kelompok
Keterangan: 1 cheklist Ya berniali 1 1 ckeklist Tidak bernilai 0
√
Tidak
Berdasarkan
hasil
observasi
keterlaksanaan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai berikut: 8
Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 X 100% = 100%
Lampiran 25
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD oleh Guru Pamong (Pertemuan Ketiga) Tahap dalam
Terlaksana
Pembelajaran
Indikator Ya
STAD - Menyampaikan tujuan Tahap 1
pembelajaran
Penyajian Materi - Meyampaikan materi sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa Tahap 2 Kegiatan
Ket.
√ √
- Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
√
Kelompok Tahap 3 Kuis
- Membagikan soal-soal kuis - Memantau siswa selama mengerjakan kuis
Tahap 4 Perhitungan Skor Perkembangan Individu Tahap 5 Penghargaan
√ √
- Membimbing siswa untuk saling menukar lembar jawaban kuis dan
√
memeriksa jawaban kuis - Membimbing siswa untuk menghitung skor individu
√
- Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
Kelompok
Keterangan: 1 cheklist Ya berniali 1 1 ckeklist Tidak bernilai 0
√
Tidak
Berdasarkan
hasil
observasi
keterlaksanaan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pertemuan pertama, diperoleh persentase sebagai berikut: 8
Persentase keterlaksanaan pembelajaran = 8 x100% = 100%