e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP EXCHANGE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD GUGUS II TAMPAKSIRING PT. Eka Yulistiana Dewi1, I. KM. NGR. Wiyasa2, D. B. K. N. Semara Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalalui model pembelajaran kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Disain yang digunakan yaitu Non Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah SD Gugus II Tampaksiring. Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu SDN 1 Tampaksiring sebagai kelas eksperiment dan SDN 6 Tampaksiring sebagai kelas kontrol yang di ambil dengan teknik Random Sampling. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan uji-t. Hasil dari analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 5,086, sedangkan nilai ttabel adalah 2,00. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa t hitung > ttabel (5,086>2,00). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: GGE,gambar, Hasil belajar, dan IPS Abstract This study aims to determine significant differences between studens’s lerarning outcomes IPS that learned through learning model cooverative types of media assisted Group To Group (GGE) images with the student that learnid through STAD cooverative learning model in grade IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar 2013/2014. This research includes experimental studies. Design used is Non Equivalent Control Group Design. Population in this study is SD Gugus II Tampaksiring. The sample used in this study is SDN 1 Tampaksiring as the experimental class and the clas control is SDN 6 Tampaksiring as the control class taken with random sampling technique. Methods used to collect the data is a test. Analytical technique used is the t-test. Result of data analysis showed that there were significant differences in learning outcomes between students that learned IPS through coopertive learning model Group To Group (GGE) aided drawing media with students that learned through cooperative learning STAD. Of hypothesis test results obtained t count of 5,086, while the table is the value of t 2,00. Of
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 these calculations can be seen that tcount > ttable (5,086>2,00). Based on these differences can be concluded that there is a significant effect of learning outcomes between student that learned IPS that learned through learning model cooverative types of media assisted Group To Group (GGE) images with the student that learnid through STAD cooverative learning model in grade IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar 2013/2014. Keywords: GGE,image, learning achievement and IPS.
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses kegiatan yang membantu peserta didik untuk belajar yang melibatkan interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi antara siswa dengan siswa untuk memdapatkan pemahaman tentang apa yang diperoleh. Pembelajaran memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan pendidikan, terutama bagi anak didik. Sebab, melalui pembelajaran itulah proses pendidikan dapat berlangsung, dinyatakan oleh Indriana (2011:5) karena itu, pembelajaran menjadi penting untuk dicermati dan diperhatikan. Khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya. Memperhatikan tujuan dari pendidikan IPS, dalam penyelenggara pembelajaran IPS harus mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat sosial dinyatakan oleh Solihatin, dkk (2011:1). Untuk menunjang tercapainya pembelajaran IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif serta kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih serta menggunakan model-model pembelajaran. Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Solihatin, (2011:14) mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS lebih diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai,
moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran Pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, ilmu dan materi yang disampaikan seorang guru kepada siswanya mencakup : 1). Geografi mengungkapkan jenis-jenis mata pencarian penduduk, iklim, globe, kesuburan tanah, jenis dan penyebaran sumber daya alam, alat transprortasi- komunikasi, peta, pemukiman, dan sebagainya. 2). Sejarah yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa kehidupan mengenai kesenian, kehidupan, kebudayaan, menghargai jasa tokoh-tokoh pahlawan dan hak asasi manusia, peristiwa-peristiwa masa lampau dan masa kini. 3). Ekonomi mengungkapkan usaha untuk memenuhi kebutuhan materi dan sumber daya, proses produksi dan distribusinya, pengangguran, perdagangan, kelaparan dan sebagainya. Ilmu ekonomi dapat mendidik siswa agar dapat memanfaatkan sumber daya dan tenaga yang terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 4). Antropologi yang mengungkapkan kemampuan manusian menciptakan hasil-hasil kebudayaan dengan perkembangannya dan keadaan yang sederhana kepada kepada keadaan yang semakin maju, merupakan sumber dan materi yang harus dipelajari dalam pembelajan IPS. Melalui materi antropologi yang disajikan pada pembelajaran IPS, kita akan dapat membukakan pengertian siswa seluas-luasnya, sehingga mereka tidak akan meremehkan dan merendahkan tradisi dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok lain. Bahkan kebalikannya
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 mereka akan menghargai kebiasaankebiasaan yang berlaku pada kelompok kebudayaan yang berbeda. Guru juga dapat menanamkan norma dan sistem nilai budaya kepada para siswa agar tetap menjaga keserasian dan kelestarian kehidupan dimasyarakat. 5). Ilmu politik yang menyajikan pelajaran tentang pemerintahan, kenegaraan, proses politik, dan tentang kebijaksanaan merupakan sumber pembelajaran IPS yang dapat memupuk kesadaran siswa terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. Struktur pemerintahan mulai dari tingkat desa sampai tingkat Negara merupakan materi yang berharga bagi pembelajaran IPS untuk menyadarkan siswa dalam kedudukannya sebagai warga desa sampai kepada warga berbicara melalui konsepkonsep politik, siswa dibina menjadi warga Negara yang sadar akan kedudukan politiknya dan akan penuh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap negaranya. 6). Sosiologi yang mengungkapkan relasi sosial manusia dengan segala faktor dan pengorganisasiannya, merupakan sumber dan materi dasar bagi pembelajaran IPS untuk memberikan pengertian yang mendasar tentang kemasyarakatan kepada siswa. Sebab-sebab terjadinya relasi sosial, struktur sosial, fungsi sosial, organisasi sosial, dan sebagainya, yang merupakan aspek-aspek yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kelompok manusia merupakan bahan berharga bagi pembelajaran IPS dan bagi pembentukan kepribadian siswa sebagai warga masyarakat. Melaui sosiologi sebagai sumber dan materi pembelajaran IPS, guru dapat membentuk dan membina siswa menjadi warga masyarakat yang sadar dan penuh dengan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat. Aunurrahman (2009:140) menyatakan untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif harus memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi
siswa-siswa di kelas. Selain itu, prinsipprinsip belajar juga bermanfaat memberikan arah tentang apa yang sebaiknya dilakukan seorang guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanaan proses pembelajaran yang memberikan pengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya menurut Anurrahman (2009:137) adalah: (1) Prinsip, perhatian, dan motVasi, (2) prinsip transfer dan retensi, (3) prinsip keaktifan, (4) prinsip keterlibatan langsung, (5) prinsip pengulangan, (6) prinsip tantangan, (7) prinsip balikan dan penguatan, (8) prinsip perbedaan indVidual. Selain itu, penekanan tentang perlunya kekhususan prinsip belajar pada masingmasing ranah pembelajaran dapat dijabarkan menjadi tiga prinsip yaitu ; prinsip-prinsip belajar kognitif, prinsipprinsip belajar afektif, dan prinsip-prinsip belajar psikomotorik. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya bukubuku, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce (2007) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran kooferatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan pembelajaran kooperatif
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 disini adalah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersamasama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah, dinyatakan oleh Trianto (2007:42). Alma (2010:86) menyatakan secara sederhana kata “cooperative” berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu antara satu dengan yang lainnya sebagai satu kelompok belajar. Menurut Slavin (2005:11) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Jadi pembelajaran Kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif mencakup teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok . Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Sehingga, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat di tentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Peningkatan kualitas belajar merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, disamping dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memadai, sumber dan bahan ajar, serta dengan penyempurnaan kurikulum dinyatakan oleh Solihatin dkk, (2011:1). Alma (2010:85) menyatakan Cooperative berarti bekerja sama dan Learning berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama melalui teknik-teknik tertentu. Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerjasama. Keberhasilan dari model pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara indVidual maupun dalam bentuk kelompok. Kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau kelompok kerja, tetapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative, sehingga terjadi interaksi secara terbuka yang efektif. Dalam proses pembelajarannya diutamakan saling membantu diantara anggota kelompok. Model Pembelajaran Group To Group Exchange merupakan model pembelajaran yang dilakukan memanfaatkan kelompok belajar untuk memaksimalkan hasil belajar. Kelompok dibuat heterogen untuk menghindari penguasaan pada proses pembelajaran oleh salah satu kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan topik yang berbeda. Group Exchange terdiri dari dua kata yaitu Group dan Exchange. Group diartikan sebagai rombongan, kelompok, golongan, sedangkan Exchange diartikan sebagai penukaran. Jadi group exchange dapat
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 diartikan penukaran kelompok. Group to Group Exchange adalah salah satu model pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk berpikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya dan membagi pengetahuan yang diperoleh kepada yang lainnya. Dalam model belajar aktif tipe Group to Group Exchange masingmasing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi, siswa dituntut untuk menguasai materi karena setelah kegiatan diskusi kelompok berakhir, siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain dengan mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain di depan kelas. Group to Group Exchange memberi kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lainnya. Model pembelajaran group to group exchange merupakan gabungan dari metode diskusi, Tanya jawab dan mengajarkan teman sebaya. Penerapan dari model pembelajaran ini mempunyai kelebihan yaitu membiasakan siswa untuk bekerja sama, bermusyawarah, bertanggung jawab, menghormati pandangan atau tanggapan siswa lain, menumbuhkan sikap ketergantungan positif dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensinya. Untuk menyempurnakan proses pembelajaran pada model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE), guru dapat menggunakan media gambar untuk mempermudah siswa dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan. Media pembelajaran digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah dan membantu tugas guru dalam menyampaikan berbagai bahan dan materi pelajaran, serta mengefektifkan dan mengefisienkan anak didik dalam memahami materi dan bahan pelajaran tersebut (Indriana, 2011:5). Dengan adanya media pembelajaran, anak didik dapat belajar dengan mudah dan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Biasanya, anak didik mudah menangkap materi pembelajaran. Umumnya, media pembelajaran itu dibuat atau ditampilkan dengan cara yang menarik. Sedangkan penyajiannya disampaikan secara menarik dan disesuaikan dengan karakteristik anak
didik. Jadi media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Media berfungsi mengantarkan atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Dalam proses pembelajaran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian siswa dapat lebih mudah mengerti bahan tanpa bantuan media. Namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Jika diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu proses pembelajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Solihatin dkk, (2011:23) Media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. Karena media digunakan untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan proses pembelajaran yang di berikan guru kepada siswa. Guru sadar tanpa bantuan media, maka bahan pembelajaran susah untuk dipahami siswa, terutama untuk bahan yang pelajaran yang rumit. Setiap materi pembelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran seperti globe, grafik, gambar,
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 dan sebagainya, dinyatakan oleh Bahri (2006:121). Bahan pembelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh siswa. Agar hasil belajar siswa menjadi maksimal dalam proses pembelajara guru memiliki upaya untuk menjadikan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dan gurulah yang menggunakannya untuk membelajarkan siswa demi tercapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, media pengajaran dan pembelajaran sebagai media antara guru (pengirim informasi) dan anak didik (sebagai penerima informasi) yang bersifat komunikatif, sesuai dengan karakteristik anak didik. Untuk melakukan proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) berbantuan media gambar yang merupakan sebuah kelompok pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama yakni mengajar teman sebaya dengan pertukaran kelompok untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik serta dapat menjadi narasumber bagi siswa lainnya. Tujuan pembelajaran kooperatif disini adalah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajaranya. Hasil belajar merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar. Nana Sudjana (2004:22) menyebutkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar dinyatakan oleh Dimyati dkk, (2002:3). Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik untuk peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group Exchange (GGE) berbantuan Media Gambar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalaui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD Siswa kelas IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014? METODE PENELITIAN Adapun hal-hal yang akan dibahas secara berturut-turut dalam bagian ini yaitu: (1) rancangan penelitian; (2) populasi dan sampel penelitian; (3) variabel penelitian; (4) metode dan instrumen pengumpulan data; dan (5) teknik analisis data. Desain dalam penelitian ini menggunakan eksperimental semu atau quasi eksperimen, Desain ini dipilih karena tidak memungkinkan megubah kelas yang ada. Penelitian ini menggunakan rancangan “Nonequivalent control group design” dengan gambar sebagai berikut. Gambar 1. Gambar Nonequivalent control group design. O1 O3
X -
O2 O4 (Sugiyono, 2002: 116)
Pemberian Pre-test yang dilakukan dalam penelitian ini hanya digunakan untuk
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 penyetaraan kelompok. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa pemberian pra-tes biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi/penyetaraan kelompok. Untuk mengetahui penyetaraan digunakan skor ulangan harian. Sedangkan skor post test digunakan untuk menguji hipotesis. Setelah ke dua kelompok dinyatakan setara maka kedua diberikan perlakuan. Kelompok ekperimien diberikan perlakuan berupa model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Setelah itu kedua kelompok akan diberikan post test. Post test diberikan diakhir penelitian. Post test diberikan dengan memberikan tes secara tertulis kepada kedua kelompok. “Populasi adalah keseluruahan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi dapat terdiri dari orang, benda, kajadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama (Darmadi, 2011:14)”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SD yang terdapat di Gugus II Tampaksiring, Gianyar. Sampel adalah bagian dari populasi. Jenis sampel yang diambil harus mencerminkan populasi. Menurut Sukandarrumidi (2012:50) “Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data”, Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling atau acak kelas. Setelah melakuan acak kelas maka ditetapkan 2 SD yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Tampaksiring dan SDN 6 Tampaksiring. Sampel pada penelitian untuk SD yang diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange berbantuan Media Gambar dan SD yang diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Sebelum menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan denhan uji-t. Uji kesetaraan yang dilakukan menggunakan nilai sumatif siswa kelas IV semester 1. Sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas. Dari dua kelas tersebut diundi kembali untuk mengetahui kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diundi terpilih kelas IV SDN 1 Tampaksiring yang diberikan perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar sedangkan kelas IV SDN 6 Tampaksiring terpilih sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaranKooperatif tipe STAD. Sugiyono (2008:3) menyebutkan “variabel merupakan segala sesuatu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini ada dua,Variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Group to Group Exchange berbantuan Media Gambar, sedangkan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar IPS Pada penelitian ini metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk dapat mengumpulkan data. Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar pada ranah kognitif. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS adalah tes hasil belajar dengan tes pilihan ganda satu jawaban benar dimana butur pertanyaan berjumlah 50 soal. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS yang mereka peroleh di kelas IV. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih siswa (alternatif a,b,c,dan d). Setiap item diberikan skor satu bila siswa menjawab dengan benar (jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban). Serta skor nol untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPS. Skor hasil belajar IPS bergerak dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal serta seratus merupakan skor maksimal tes hasil belajar IPS. Adapun 4 syarat yang digubakan untuk menentukan tes yang baik. yaitu validitas, reliabelitas, tingkat kesukaran dan uji daya beda.. Sebelum instrumen tersebut
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 digunakan untuk penelitian, maka instrumen tersebut akan diujin satu persatu. “Validitas adalah tingkat dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes tidak bisa valid untuk sembarangan keperluan atau kelompok, suatu tes hanya valid untuk suatu keperluan pada kelompok tertentu”, (Darmadi, 2011:87). Untuk uji validitas butir tes hasil belajar IPS digunakan formula korelasi point biserial (rpbi). Nilai yang diperoleh kemudian bandingkan nilai yang diperoleh dari r tabei, jika r hitung > r tabel maka dalam katagori valid. Untuk uji validitas terdapat 50 butir soal yang digunakan. Dari 50 butir soal yang telah di uji validitasnya, maka diperoleh 35 butir soal yang valid dan 15 butir soal yang tidak valid. Semua butir soal yang valid kemudian dilakukan uji reliabelitas. Agung (2010:48) menyatakan “suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap”. Untuk menghitung reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder Richadson-20. Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dair rtabel (r11 > r tabel), maka tes terg olong reliabel. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas di atas maka diperoleh hasil r1.1 0,91. Berdasarkan kriteria perhitungan uji reliabilitas (r1.1>rtabel), Karena r1.1 > 0,70 yaitu 0,91 maka tes hasil belajar yang di uji dinyatakan reliable. “Tingkat kesukaran butir soal dapat dinyatakan dengan bilangan indeks kesukaran (difficulty indexs) atau TK dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar”, (Purwanto, 2011:99). Nilai TK butir merentang antara 0 sampai 1. TK sebuah butir sama dengan 0 terjadi bila semua peserta tidak ada yang menjawab benar, sebaliknya TK sebuah butir sama dengan 1 (satu apabila semua peserta menjawab benar). Semakin tinggi indeks TK maka butir soal semakin mudah. Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh 3 soal
dengan kriteria sukar, 16 sedang dan 11 mudah. Setelah melakukan perhitungan indek kesukaran maka di peroleh TK sebesar 0,50 maka tes hasil belajar dinyatakan memiliki kriteria sedang. Setelah menguji tingkat kesukaran butir soal, maka dilakukan uji daya pembeda soal. Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soai tersebut mampu membedakan antara testi (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi (siswa) yang tidak dapat menjawab soai tersebut (testi yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda butir soal adaiah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan testi yang berkempuan rendah. Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminan yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks distriminasi makin mendekati nilai 1 ,00 ini berarti daya pembeda soal akan semakin baik, begitu juga sebaiiknya, jika indeks diskriminasi suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat jelek. Indeks diskriminasi butir soal berniiai negatif (antara 0,00 sampai -1,00) ini berarti kelompok testi kurang mampu banyak yang menjawab benar, sebaliknya banyak testi yang pintar menjawab salah. Sedangkan jika suatu butir soal memeiliki indeks diskriminasi 0,00 berarti bahwa soal iersebut tidak memiliki daya pembeda, artinya baik siswa pandai maupun yang kurang mampu menjawab benar soal tersebut. Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal, maka ditentukan kategori soal yang jelek sampai dengan soal yang baik. Berdasarkan hasil uji daya beda butir tes diperoleh soal yang memiliki kriteria sangat jelek tidak ada, jelek 5 butir soal, cukup 3 soal, baik 14 butir soal, sangat baik 13butir soal. Berdasarkan rekapitulasi hasil uji daya beda butir tes di atas, maka diperoleh dari 35 soal yang valid dan reliable terdapat 30 soal yang layak digunakan untuk instrumen penelitian. Banyaknya soal yang akan digunakan untuk penelitian ini
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 sebanyak 30 butir soal yang akan dijadikan instrument dalam mengukur hasil belajar IPS. Setelah dilakukan uji instrumen selanjutnya data dianalisis dengan uji t. Sebelum uji t dilakukan data harus lolos uji prasyarat. Uji prasyarat yang dimaksud adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masing masing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square. Kriteria pengujian adalah jika X2hit < 2 X (1-α) (k-3), maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k – 1). Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan anantar kelompok, bukan sebagai akibat berbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian adalah jika Fhit < Ftabel, maka data homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1. Data yang telah lolos pada uji prasyarat yang telah dilakukan maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik, yaitu uji t. Uji signifikansinya adalah jika t hitung < tabel,
maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha
ditolak, sebaliknya jika t hitung ≥
tabel,maka
Hoditolak dan Ha di terima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% (α = 01,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = 1-2-2. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada bagian ini yang akan dibahas adalah hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Data tentang hasil belajar IPS di yang akan di analisis dengan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji analisis yang ditentukan dengan uji hipotesis, data
tersebut harus lolos pada uji pra syarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas kelas eksperimen diperoleh X2hit = 5,9361 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (ἁ=0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data skor Post test Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN 1 Tampaksiring berdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelas kontrol diperoleh diperoleh X2hit = 7,296 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (ἁ=0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) =11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data skor Post test Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN 6 Tampaksiring berdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah Anava Havley. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,077 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang 30 dan db Penyebut 40 adalah 1,67 Ini berarti Fhit < Ftabel, maka Ho diterima berarti harga varians data dikatagorikan Homogen. Setelah data dinyatakan lolos uji pra syarat, maka dilanjutkan dengan analisis data, analisis data dilakukan uji dengan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh thit sebesar 5,086 sedangkan ttab pada taraf signifikan 5% (a=0,05)dengan dk = 30+402 (68) adalah 2,00. Setelah nilai thitung dan ttabel diketahui, maka kedua nilai tersebut dibandingkan. Dan diperoleh thitung>ttabel (5,086>2.00). Hal ini berarti bahwa berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel ( 5,086 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat di artikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post test IPS siswa kelas IV yang mengikuti Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Dari perbedaan yang tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dengan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 siswa yang dibelajarkan melalui Secara umum, hasil perhitungannya pembelajaran Kooperatif tipe STAD Siswa dapat dilihat pada Tabel 1. kelas IV SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014? Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Data Hasil Post- test Belajar IPS No 1 2
Kelompok Eksperimen Konvensional
N 30 40
Dk 68
Pembahasan Analisis dari hasil penelitian bahwa hasil rata-rata post-test belajar IPS yang dapat dicapai pada kelompok eksperimen adalah 81,21 sedangkan hasil rata-rata belajar IPS yang dapat dicapai pada kelompok kontrol adalah 70,92. Dengan demikian hasil rata-rata post-test belajar IPS pada kelompok eksperimen lebih besar di bandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk perhitungan normalitas, homogenitas, dan uji- t di bantu oleh microsoft exsel yang kedua kelompok baik eksperimen dan kontrol memiliki data yang normal atau homogen. perhitungan hipotesis dengan uji-t menggunakan microsoft excel, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 68 diperoleh thitung = 5,086 dan ttabel = 2,00 Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Kooperatif tipe STA. Hasil belajar IPS kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dilihat dari rata-rata nilai siswa pada kelompok eksperimen yang lebih besar di bandingkan dengan kelompok kontrol, ( 81,21 > 70,92 ). Hal ini dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar siswa dapat bekerja sama dengan kelompok dan mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu penggunaan media gambar dapat juga menarik perhatian siswa
S thitung ttabel 81,21 8,82 5,086 2,00 70,92 8,49 di dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2011). Perbedaan hasil belajar IPS siswa yang muncul juga disebabkan karena siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) mempunyai pengalaman belajar yang langsung dari permasalah yang diberikan oleh guru, karena pembelajaran ini mengajak siswa bekerja sama dengan kelompok setelah itu siswa tersebut akan menukar kelompoknya, dengan pembelajaran seperti itu siswa menjadi lebih aktif dan siswa dapat bertukar pikiran secara penuh dengan temannya sehingga ingatan siswa tentang apa yang akan dipelajari sulit untuk dilupakan itu dikarenakan di dalam proses pembelajaran siswa mencari, menemukan dan memecahkan permasalahanya sendiri. Sehingga hasil belajar IPS siswa lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang hanya membentuk beberapa kelompok untuk berdiskusi didalam pecehan suatau permasalahan tanpa adanya pertukaran kelompok. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dengan ujit maka penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata dua pihak pada
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 data post-test maka diperoleh rata-rata pada kelompok eksperimen 81,21 dan ratarata pada kelompok kontrol sebesar 70,92 sedangkan di dapat thitung = 5,086 > ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 0,05. Berarti dari uji yang dilakukan menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS yang belajar melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar lebih baik dari pada siswa yang belajar melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Hal ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) Berbantuan Media Gambar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS. Terdapat empat saran yang diberikan pada penelitian ini yaitu bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti lain. Saran bagi siswa diharapkan lebih serius mengikuti pembelajaran. Saran bagi guru Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) di dalam proses pembelajaran IPS, karena model pembelajaran Kooperatif tipe Group To Group Exchange (GGE) memberikan cara pembelajaran yang memberikan hasil belajar yang baik dari pada pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Saran bagi sekolah hendaknya menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran agar lebih menarik minat siswa di dalam pembelajaran dan lebih memudahkan guru di dalam penyampain materi IPS. Saran bagi peneliti lain diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar lebih teliti didalam melakukan penelitian di dalam proses pembelajar yang nantiny berguna untuk membangun pengetahuan siswa dengan sendirinya, dari segi penemuan dan pemecahan masalah. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung : Alfabeta. Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Pontianak: Alfabeta,cv. Daryanto, 2011. Media pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pembeajaran. Jogjakarta : DIVA Press. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukandarruni. 2002. Metodelogi Penelitian. Jogyakarta: Gadjah Mada University Pres. Solihatin, Etin. 2011. Cooperative learning Analis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : PT Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif. Surabaya: Kencana. -------, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif. Jakarta: Kencana