Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL ACCRODION BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA DI KELAS V 1
2
Ni Kadek Surtiani , I Ketut Pudjawan , I Wayan Romi Sudhita
3
1..3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Sekolah Dasar 2 Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected], 2 ketut pudjawan @gmail.com,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan menulis karangan antara kelas yang belajar dengan model pembelajaran Accordion dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas V SD di Desa Sangsit tahun pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan Post Test Only with Non Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Desa Sangsit tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 143 orang. Sampel penelitian ini diambil dengan tehnik random sampling dan diperoleh kelas V SD No 8 Sangsit sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD No 4 Sangsit sebagai kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan yang dikumpulkan dengan instrumen lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan antara kelas yang belajar dengan model pembelajaran Accordion dan model pembelajaran Konvensional (thitung = 18,73; ttabel = 2,002) di mana rata-rata skor keterampilan menulis karangan 17,69 kelas yang belajar dengan model pembelajaran Accordion yang berada pada kategori tinggi, sedangkan kelas yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional adalah 13.7 yang berada pada kategori rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan yang dicapai oleh kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Accordion lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Konvensional. Kata–kata kunci: model pembelajaran Accordion dan keterampilan menulis karangan.
Abstract This study aimed to analyze the differences between class essay writing skills are learned with Accordion learning model with the conventional model of learning in the fifth grade students of elementary Sangsit village school year 2013/2014. This research is a quasi-experimental research design with Post Test Only with Non-Equivalent Control Group Design. The study population was all students in the fifth grade elementary school in the village Sangsit academic year 2013/2014 the number of 143 people. The research sample was taken with a random sampling technique and derived class V SD No. 8 Sangsit as the experimental group and class V SD No. 4 Sangsit as a control group. The data collected were collected Karanga writing skills with the instrument observation sheet. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). The results showed that there are differences between the essay writing skills learned in class learning model and learning model Conventional Accordion (of t = 18.73;
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
ttable = 2.002) where the average score of 17.69 essay writing skills of classroom learning with the learning model Accordion which are in the high category, while classroom learning with conventional learning model is 13.7 which is in the low category. The results of this study indicate that the essay writing skills achieved by the class that follows the model of learning with learning Accordion higher than the class that follows the model of learning with conventional learning. Key words: learning model Accordion and essay writing skills.
PENDAHULUAN Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektip sosial. Secara individual bahasa mereka merupakan alat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran dan pengetahuan kepada orang lain. Secara kolektif sosial, bahasa merupakan alat interaksi dengan sesamanya. Abbas (2004), bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan. Bahasa bukan hanya digunakan sebagai alat komunikasi, melainkan bahasa digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Secara umum pembelajaran Bahasa mencakup empat aspek yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, dikelompokkan menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Pembelajaran bahasa secara lisan mencakup berbicara dan menyimak sedangkan pembelajaran secara tulis mencakup dua aspek yaitu membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Dari keempat keterampilan berbahasa yang menjadi fokus dalam kajian ini adalah keterampilan menulis. Menurut The Liang Gie (2004:3), “Menulis dalam pengertian luas mempunyai arti sama seperti mengarang”. Menulis atau mengarang bukan lah kegiatan yang gampang atau kegiatanan yang sederhana melainkan memerlukan motivasi atau dukungan yang tepat. Mengajarkan keterampilan menulis merupakan langkah strategi untuk melatih daya berpikir dan melatih kemampuan siswa dalam menulis. Pengalaman belajar menulis yang didapatkan di sekolah hendaknya fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan aktivitas rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah kedewasaan menulis
adalah rangkaiaan kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan, pengalaman dan penyampaiannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat dan pembaca untuk dapat dipahami. Seorang guru untuk dapat mengajarkan menulis dipersyaratkan untuk memiliki kompetensi professional dalam melaksanakan pembelajaran. Guru harus pandai melaksanakan tugas utama sebagai pendidik, pembimbing, dan memberikan pelatihan kepada siswanya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa bersemangat dan termotivasi untuk menulis karangan. Motivasi merupakan motor penggerak, pendorong dan dapat membangkitkan gairah belajar siswa sehingga dapat meraih hasil yang optimal pembelajaran (Siddinq dalam abbas dan Dibya, 2008). Untuk itu, para guru dituntut terampil dalam memilih model. Metode, media dan alat ukur yang tepat untuk mengukur aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis karangan di sekolah dasar. Berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan di SD Sangsit dengan teknik wawancara diperoleh informasi dari guru bidang studi Bahasa, pelajaran keterampilan menulis karangan masih mengalami permasalahan. Beberapa siswa memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Berdasarkan hasil dari penjelasan guru bahasa Indonesia diperoleh data 10 orang siswa (33,3%) sudah memenuhi KKM. Sedangkan 20 orang siswa (66,6%) belum memenuhi KKM. Kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan adalah 62 dan ketuntasan belajarnya adalah minilal 75%. Selanjutnya melakukan obserpasi pada saat guru melaksakan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, media dan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
model yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah belum menggunakan metode yang variatif, model yang inovatif dan media belum menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran hanya guru yang aktif memberikan hintruksi sedangkan siswa pasif mendengarkan saja. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan masih mengalami permasalahan, baik dari segi aktivitas pembelajaran maupun dari segi hasil pembelajaran siswa. Menurut Abbas, (2006) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis diupayakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah yang akan digunakan yaitu mengacu pada sistematika langkah-langkah proses menulis karangan. Langkah-langkah menulis yang dimaksud adalah rangkaian aktivitas menulis yakni: pramenulis, penderafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Dengan menggunakan langkah-langkah menulis ini menjadi aktif dalam kelima tahapan proses menulis tersebut. Di samping itu agar siswa terarah dalam menulisnya di gunakan gambar berseri. Gambar berseri ini akan di deskripsikan secara beruntun dengan menggunakan lipatan kertas model accordion. Dengan menggunakan model media ini akan menghasilkan bentuk sajian tulisan karangan yang unik sehingga dapat menarik daya minat pembaca untuk membacanya Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa.Keterampilan menulis memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh lasa Hs ( 2005 : 12 ) yang menyatakan “ menulis merupakan seni mengekspresikan ide atau perasaanya melalui tulisan” hal yang sejenis juga tercemin dalam pandangan Abbas (2006:125) yang mengungkapkan “ Kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bahasa lainnya, karena menulis di dorong oleh kegiatan berbicara, mendengar dan membaca. Menurut Tarigan (1986 ) “ menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Mendukung pendapat tersebut sebagai salah satu alat komunikasi yang tidak langsung, Muchilosh (dalam Prita, 2006) menyatakan bahwa “ pada prinsipnya, hasil menulis yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan melalui tulisan”. Menurut Akhadiah, dkk (1993) juga menyatakan bahwa menulis memiliki beberapa keuntungan yang dapat di petik dari pelaksanaan kegiatan menulis tersebut. Keuntugan itu antara lain : (1) dengan menulis, kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita; (2) melalui kegiatan menulis, kita mengembangkan berbagai gagasan; (3) kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topic yang menulis (4) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat; (5) melalui tulisan, kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif; (6) dengan menulis di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret; (7) tugas menulis atau topik mendorong kita belajar secara aktif; (8) kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib. Mengarang merupakan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya kedalam bahasa tulis, Untuk menyampaikan surat pikiran, gagasan, perasaan pengalaman atau lainya. Seseorang perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, trampil menyusun kata-kata menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif. Sebagia di kemukakan oleh The Liang Gie ( 1992:18), bahwa untuk dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang perlu memiliki pembedaharaan kata yang memadai, trampil, menyusun kata-kata menjadi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
beraneka kalimat yang jelas dan mahir memakai bahasa secara efektif. Menurut pengertiannya “mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk di pahami” ( The Liang Gie, 1992:17) Dalam proses karang-mengarang setiap ide perlu di libatkan pada suatu kata, kata-kata dirangkai menjadi sebuah kalimat membentuk paragrap, dan paragrafparagraf akhirnya menwujudkan sebuah karangan. Sedangkan karangan merupakan hasil kegiatan mengarang, yaitu perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat di baca dan menceritakan kejadiaan atau pristiwa, mempercakapkan sesuatu dan tujuan lain. Unsur-unsur karangan The Liang Gie ( 1992:17) mengemukakan, ada 4 ( empat) unsur dalam mengarang yaitu 1) Gagasan ( Idea) Yaitu topik berikut tema yang di ungkapkan secara tertulis, 2) Tuturan (Discourse) Yaitu bentuk pengugkapan gagasan sehingga dapat di pahami pembaca, 3) Tatanan (organization) Yaitu tertib pengaturan dan penyususnan gagasan mengadakan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah, 4) Wahana (Medium) Yalah sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulisan yang utama menyagkut kosa kata, gramatika ( tata bahasa ). Tujuan pengajaran mengarang Menurut Ngalim Purwanto dan Djenia Alim (1997 : 58 ) bahwa tujuan pengajaran mengarang sama dengan tujuan pengajaran bercakap-cakap hanya berbeda dalam bentuk tulisan, yaitu : 1) Memperkaya pembendaharan bahasa positif dan aktif, 2) Melatih melahirkan pikitan dan perasaan dengan tepat 3). Latihan memaparkan pengalamanpengalaman dengan tepat 4). Latihan – latihan menggunakan ejaan yang tepat ( ingin menguasai bentuk bahasa) Langkah-langkah menulis ini mengarahkan siswa dalam menulis. Menulis karangan berbantuan media gambar seri akan lebih mempermudah siswa menulis karangan. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan Sadiman (2006). Sadiman (2006:6), “Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidak jelasan guru dalam menyampaikan behasa pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media”. Media cerita gambar seri adalah cerita atau daya upaya dalam menyusun atau menulis karangan dengan menerjemahkan isi gambar visual (gambar seri) kedalam wujud atau bentuk bahasa lain. Dalam kreteria pemilihan media di singgung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan menulis karangan. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemusian dapat menguraikan dalam bentuk karangan. Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Tegeh, (2008:81) mengemukakan bahwa “ Penggunaan media gambar untuk menerjemahkan symbol verbal, mengkonkritkan dan memperbaikin kesankesan yang salah dari ilustrasi lisan, membangkitkan motivasi belajar dan anak dapat menentukan pokok pikiran yang akan di jadikan bahan dalam penulisan karangan. Gambar berseri ini akan dideskripsikan secara beruntun dengan menggunakan lipatan kertas model accordion. Dengan menggunakan model media ini akan menghasilkan bentuk sajian tulisan yang unik sehingga dapat menarik daya minat pembaca untuk membacanya. Model Pembelajaran accordion adalah model media pembelajaran yang inovatif. Menurut Sketcher (dalam Lestari, 2011), model yang sangat kreatif serta model yang dapat membuat suatu cerita berkesan praktis untuk di kemas. Dalam kamus besar bahasa Indonesian accordion berasal dari bahasa inggris lalu diserap dalam bahasa Indonesia yaitu akordeon yang artinya adalah alat musik yang dapat dilipat. Accordion yang mempunyai lipatanlipatan pada alat tersebut, sehingga
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menarik untuk digunakan sebagai model dan media pembelajaran. Abbas, (2006:143) mengemukakan “Accordion adalah gambar berseri berupa foto yang biasanya merekam kejadian beruntun atau kronologis”. Model ini menggunakan media gambar seri untuk menjadi unsur utamanya. Gambar berseri dapat berupa foto yang berkesan untuk dijadikan inspirasi bagi siswa. Gambar berseri akan membantu siswa menemukan ide pemikiran yang bisa dijadikan inspirasi untuk dijadikan karangan. Langkah-langkah menerapkan model pembelajaran accordion dengan menggunakan media gambar seri (Abbas, 2006) yaitu langkah pertama sehari sebelum pembelajaran dilaksananakan, guru meminta siswa membawa foto-foto keluarga atau gambar yang diperoleh dari media massa yang dianggap berseri oleh anak. Langkah kedua sebelum pembelajaran dimulai, siswa diminta mengeluarkan foto dan gambar yamng mereka bawa. Langkah ketiga guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. Langkah keempat siswa mengamati contoh karangan dalam bentuk accordion. Langkah kelima siswa diarahkan untuk membuat bingkai accordion dari kertas gambar kemudian menempel foto atau gambar. Langkah keenam siswa memulai mengarang berdasarkan gambar yang ada dengan prosedur yang diarahkan. Langkah ketujuh guru melakukan pengamatan, bimbingan dan penilaian proses saat siswa melakukan kegiatan menulis. Langkah kedelapan siswa mendiskusikan draf cerita untuk menproleh masukan mungkin dari unsur kronologis cerita, pilihan kata, susunan kalimat, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan unsur kebahasaan. Langkah kesembilan siswa melakukan revisi draf, yang dilanjutkan dengan menggabungkannya menjadi sebuah puisi yang bersambung. Langkah ke sepuluh, setelah menulis karangan, siswa membacakan karangan yang telah dibuat. Langkah kesebelas tindak lanjut yang dilakukan guru adalah menempelkan hasil karya yang dianggap bagus di papan pajangan.
Berdasarkan paparan di atas, diyakini bahwa model pembelajaran accordion berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng”. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran Accordion berbantuan media gambar terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat Sukardi (dalam dewi, 2010:34). Dalam penelitian ini populasi penelitian terdistribusi dalam kelas yang utuh, sehingga penelitian ini dikatagorikan penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD yang bersekolah di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 183 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling. Jenis teknik Probability Sampling yang dipilih adalah sampel random berkelompok (Cluster Sampling). Minimal sampel pada penelitian eksperimen 20 orang siswa perkelasnya. Terdapat beberapa sekolah yang gugur dari segi ukuran sampel. Adapun sekolah yang memenuhi kriteria tersebut adalah SD No1 Krobokan, SD No.1 Sangsit, SD No.7 Sangsit, SD No.4 Sangsit , SD No.8 Sangsit. Kelima SD yang memenuhi syarat sebagai sampel dilakukan uji kesetaraan sampel dengan menggunakan rata-rata nilai rapot mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tes kesetaraan dianalisis dengan uji beda (uji-t) pollend varians, varians homogen dengan n1 n2 untuk sampel yang tidak berkorelasi. Uji-t dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor rerata ujian akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data dapat dilihat pada grafik di babah ini.
15 10 5 0 9 – 11 12 – 14 15 – 17 18 - 20 21-23 24-26
Interval Gambar
1 Kurva Poligon Data Keterampilan Menulis karangan bahasa Indonesia Siswa Kelompok Eksperimen Skor Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model accordion merupakan juling negatif karena Mo > Me > M (18,70>18,55 >17,67). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen selanjutnya dikonversi kedalam PAP skala lima untuk menentukan tinggi rendahnya sebaran data. Berdasarkan analisis data bahwa mean keterampilan berbicara siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Accordion adalah 17,69. Jika dikonversi ke dalam PAP Skala Lima berada pada kategori tinggi. 15
Frekuensi
semester mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan jumlah siswa dan uji kesetaraan, maka sekolah yang digunakan sebagai sampel adalah SD No 8 Sangsit dan SD No.4 Sangsit. Dari hasil undian diperoleh pasangan kelas SD No 8 Sangsit sebagai kelas eksperimen dan SD No.4 sangsit sebagai kelas kontrol. Ada dua variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Accordion berbantuan gambar seri. Variabel terikat penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan tes. Untuk mengumpulkan data keterampilan menulis karangan siswa digunakan instrumen berupa lembar observasi dan berupa soal-soal uraian. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, dan varians terhadap masing-masing kelompok. Mean, median, dan modus keterampilan menulis karangan siswa siswa selanjutnya disajikan ke dalam poligon. Tinggi rendahnya kualitas variabel penelitian dapat ditentukan dari skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel yang dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima. Statistik inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat analasis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. Pengujian hipotesis terhadap hipotesis nol (H0) menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians.
Frekuensi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
10
5 0 7 –9 10 –12 13- 15 16- 18 19 – 22 - 24 21 Interval
Gambar
2 Kurva Poligon Data Keterampilan Berbicara Bahasa indonesia Siswa Kelompok Kontrol
Skor mean (M), Median (Me), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional merupakan juling positif karena Mo < Me < M (11,30<12,90<13,40). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Keterampilan Menulis Karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok kontrol selanjutnya dikonversi kedalam PAP skala lima untuk menentukan tinggi rendahnya sebaran data. Berdasarkan analisis data bahwa mean keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok Kontrol dengan menggunakan metode konvensional adalah 13,40 Jika dikonversi ke dalam PAP Skala Lima berada pada kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis data post test kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh X2hitung= -22.980537 dan X2tabel = 7,815 dengan taraf 5% dan dk = 3. Dengan demikian, data post test keterampilan
menulis Bahasa indonesia kelompok eksperimen berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis data post test kelompok kontrol dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh X2hitung=5.340128728-< X2tabel = 7,815 dengan taraf 5% dan dk = 3. Dengan demikian, maka data post test hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Rangkuman hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji F Sampel Mean SD Varian Fhitung Kelas Eksperimen 17,69 3,01 9.09 Kelas Kontrol 1,2 13,7 3,36 11,33 Berdasarkan hasil analisis, pada tabel 1 dengan diperoleh Fhitung = 1,2 dan Ftabel = 1,94 dengan taraf signifikasi 5%. Dengan demikian varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh
FTabel
Kesimpulan
1,97
Homogen
hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 tolak jika thit > ttab dan H0 terima jika thit < ttab. Rangkuman uji hipotesis disajikan pada Tabel 2
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji-T Sampel Tak Berkorelasi/Independent Kelas Varians n Db thitung ttabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 17,69 29 thitung > ttabel 57 18,73 2,002 Kelas Kontrol 13,7 30 H0 ditolak Berdasarkan hasil perhitungan ujit, diperoleh thit sebesar 18,73. Sedangkan, ttab dengan db = 57 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,002. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan metode pembelajaran Sosiodrama dan kelompok siswa yang belajar dengan metode Konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus V1 Kecamatan Sawan pelajaran 2013/2014.
tahun
Model pembelajaran accordion yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan metode pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa . Hal ini dapat dilihat dari keterampilan menulis karangan Bahasa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Indonesia siswa. Secara deskriptif, keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia dan kecenderungan skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia. Rata-rata skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen adalah 17,69 berada pada katagori tinggi sedangkan skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok kontrol adalah 13,7 berada pada katagori sedang. Jika skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t diketahui thit = 18,73dan ttab (db = 57 dan taraf signifikansi 5%) = 2,002. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajara Accordion dan kelompok siswa yang belajar dengan metode Konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran accordion berpengaruh terhadap keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia siswa. Perbedaan yang signifikan keterampilan menulis karangan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran accordion dengan siswa yang mengggunakan metode Konvensional disebabkan perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih secara mandiri melalui umpan balik
dari teman atau guru. Dalam proses pembelajaran siswa diberikan tugas oleh guru untuk membaca dan belajar menulis karangan. Dengan kata lain, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau pranan tertentu sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat. Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif, kreatif dan dibimbingan agar lebih berhasil. Berbeda dengan metode pembelajaran Konvensional yang disampaikan dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Hal ini menunjukkan aktivitas guru lebih banyak daripada aktivitas siswa. Dalam proses pembelajaran siswa hanya pasif menerima materi yang disampaikan oleh guru. Keberhasilan pengimplementasian
model pembelajaran accordion berbantu media gambar seri dalam penelitian untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa didukung dengan temuan penelitian dari Abbas dan Dibia (2008) melakukan penelitian dengan judul “penerapan model accordion dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V semester 2 di Madrayasa Ibtidaiyah Negeri (MIN) Singaraja tahun pembelajaran 2010/2011. Hasil yang didapatkan dari model pembelajaran tersebut awalnya mencapai nilai maksimal hasil penelitian 67,5 menigkat menjadi 80. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa penerapan model accordion dengan menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran menulis dapat menigkatkan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi. Secara teoretis, Abbas, (2006:143) mengemukakan bahwa “Accordion adalah gambar berseri berupa foto yang biasanya merekam kejadian beruntun atau kronologis”. Model ini menggunakan media gambar seri untuk menjadi unsur utamanya. Gambar berseri dapat berupa foto yang berkesan untuk dijadikan inspirasi bagi anak didik kita sehingga akan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
membantu siswa menemukan ide pemikiran yang bisa dijadikan inspirasi untuk menulis karangan. Hal ini menuntun siswa untuk aktif dan termotivasi untuk belajar. Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional yang kurang konstruktivis karena pelaksanaan pembelajarannya masih mekanistik dan guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sering peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi, dan menaati segala instruksi dan perlakuan gurunya (Rahayu & Nuryata, 2010). Hal inilah yang menjadi keunggulan dari Model pembelajaran accordion yang diterapkan dibandingkan dengan pembelajaran konvensisonal. Di dalam model pembelajaran konvensional, hampir seluruh proses pembelajaran dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Proses pembelajaran konvensional, guru masih berusaha memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Guru menjelaskan materi secara urut, kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan cara menjawabnya. Kemudian guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa untuk merefleksi kembali materi yang telah dipelajari kemudian memberikan Pekerjaan Rumah (PR). Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa duduk dengan tenang dan
memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran. Hal semacam ini justru mengakibatkan guru sulit mengetahui pemahaman siswa karena siswa yang belum mengerti cenderung malu untuk bertanya. Situasi pembelajaran tersebut cenderung membuat siswa pasif dalam menerima pelajaran, sehingga daya pikir siswa tidak berkembang secara optimal. Kondisi ini cenderung membuat siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran, pemahaman konsep kurang mendalam, dan sulit mengembangkan keterampilan berpikirnya. Hal ini menyebabkan rendahnya prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa Model pembelajaran accordion yang diterapkan telah mampu memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa. Oleh karena itu, pembelajaran dengan Model pembelajaran accordion berbantu media gambar seri dapat dijadikan satu alternatif pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa, Terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran accordion dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran metode konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran accordion berpengaruh positif terhadap keterampilan menulis karangan siswa dibandingkan dengan metode konvensional. Nilai rata-rata siswa yeng belajar dengan model pembelajaran Accordion lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada siswa yang belajar dengan metode pembelajaran konvensional X1 17,69 X2 13,7 . Hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dengan ttabel
t hitung
18,73
t tabel
2,002 .
oleh karena itu dapat diinterpretasikan bahwa Model Pembelajaran Accordion berpengaruh terhadap keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Secara teoretis hasil dari penelitian ini akan menambah dalam pengembangan teori pendidikan khususnya dalam penerapan Model pembelajaran accordion berbantuan media gambar seri pada pelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat SD untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa. Berdasarkan temuan di lapangan selama tindakan, disarankan agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga keterampilan menulis karangan Bahasa Indonesia meningkat. Kepala Sekolah disarankan untuk lebih memperhatikan guru-guru dalam melakukan tindakan pembelajaran, sehingga kepala sekolah dapat menentukan sarana dan prasarana yang perlu disediakan dalam pembelajaran sehingga meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Berdasarkan temuan di lapangan selama tindakan, disarankan kepada guru sekolah dasar untuk mencoba menerapkan Model pembelajaran accordion berbantu media gambar seri pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga. Lestari, 2004. Penerapan Model Accordion dengan Menggunakan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Deskrifsi Siswa Kelas V Semester 2 di Madrayasa Ibtidaiyah Negeri (MIN) Singaraja Tahun Pelajaran 2010/2011. Nasution. 2003. Diatik Asas-asas Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksar Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Rahayu, Endang Sadbudhy & I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta Timur: Sekarmita Training and Publishing. Rasyid, Harun & Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima. Tarigan, 1968. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Tegeh, 2008 Media Pembelajaran Gambar Seri. Buku Ajar Perguruan Tinggi. Sadiman. 2006. Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
DAFTAR RUJUKAN Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan Abbas, Saleh dan I Ketut Dibia. 2008. Penerapan Model Accoordion untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas V MIN Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha Singaraja.
The Liang Gie (1992). Pengantar Duni Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty