Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH TEKNIK CRITICAL INCIDENT BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KELAS V SD GUGUS 1 ABIANSEMAL G.A Dian Ratna Pertiwi P.1, Md. Putra 2, Ida Bgs. Gd. Surya Abadi 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa yang dibelajarkan melalui teknik critical incident berbantuan media gambar seri dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus 1 Abiansemal Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Blahkiuh (kelas eksperimen) dan siswa kelas V SD No. 2 Blahkiuh (kelas kontrol). Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tes uraian. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Melalui perhitungan dengan uji-t diperoleh thitung = 5,00 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk=(31+35)-2=66 adalah 2,00, sehingga thitung > ttabel, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa yang dibelajarkan melalui teknik critical incident berbantuan media gambar seri dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan teknik critical incident berbantuan media gambar seri terhadap keterampilan menulis siswa kelas V di SD Gugus 1 Abiansemal tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci : teknik critical incident, media gambar seri, keterampilan menulis. Abstract The purpose of this research was to determine the differences in writing skill between the students who take Indonesian language lesson with critical incident technique assisted by series picture media and the students who take Indonesian language lesson with conventional learning on fifth grade of elementary school students in cluster 1 Abiansemal in the academic year of 2013/2014. This research was a quasy-experimental research with non-equivalent control group design. The research sample was a students in the grade five of SD No. 1 Blahkiuh (experimental class) and a students in the grade five of SD No. 2 Blahkiuh (control class). The method of collecting data in this research was an essay test. The data obtained from the test method were analyzed by the t-test. By calculating the t-test was obtained tvalue= 5,00 while the ttable at 5% in significant level with df = (31+35) – 2 = 66 is 2,00, so that tvalue> ttable, which means that Ho was rejected (failed to be accepted) and Hawas accepted. The results of this research indicate that there was a significant differences in writing skill between the students who take Indonesian language lesson with critical incident technique assisted by series picture media and the students who take Indonesian language lesson with conventional learning. So it could be concluded that there were a significant influences toward the application of critical incident technique assisted by series picture media toward the result of the students writing skill in grade five of elementary school students in cluster 1 Abiansemal in the academic year of 2013/2014. Key words : critical incident technique, image series media,writing skill.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa seseorang dimungkinkan untuk berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain, mengekspresikan perasaan, dan sebagainya. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Muslich, 2007:14) disebutkan bahwa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan berbahasa yang selalu menjadi acuan utama dalam penyusunan standar kompetensi lulusan. Empat aspek tersebut terdiri atas aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen itu berhubungan erat satu sama lain, dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Menulis sebagai salah satu keterampilan dalam empat aspek keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks (Heaton dalam Saddhono, 2012:96). Menulis bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang secara otomatis yang didapat sejak lahir, namun di dapat siswa melalui banyak latihan dan tindakan dalam pembelajaran. Keterampilan menulis dapat dikuasai setelah seseorang menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang setelah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam menulis, biasanya seseorang menggunakan kata-kata yang dikenal dan telah dipahami makna maupun tujuan penulisannya. Akan tetapi banyak materi yang telah dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisannya. Hal ini disebabkan karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata tersebut. Menulis sejatinya sebuah keterampilan yang memerlukan penanganan khusus, karena menulis berkaitan dengan bagaimana seseorang menuangkan isi pikirannya ke dalam bahasa tulisan. Seringkali pembelajaran keterampilan
menulis kurang mendapat perhatian. Pembelajaran mengarang yang merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa Indonesia cenderung kurang mendapat perhatian yang sungguhsungguh. Hal ini sangat disayangkan karena salah satu faktor penentu keberhasilan pelajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari kemampuannya dalam menulis. Karena itulah pembelajaran menulis mempunyai kedudukan penting dalam pendidikan. Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah (Syafe’i dalam Saddhono, 2012:95). Menulis adalah kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis yang merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis sebagai kegiatan produktif memiliki makna bahwa menulis merupakan makna bahwa menulis merupakan kegiatan mendatangkan hasil berupa tulisan. Menulis dikatakan sebagai kegiatan yang ekspresif karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan, ide, pesan, maupun pikiran yang dimilikinya kepada orang lain. Sri Hastuti (dalam Saddhono, 2012:97) menyatakan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain (1) adanya kesatuan gagasan, (2) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, (3) paragraf disusun dengan baik, (4) penerapan kaedah ejaan yang benar, dan (5) penguasaan kosakata yang memadai. Menurut Weaver dalam Saddhono (2012:106) secara padat di dalam proses penulisan terdiri dari lima tahap, yaitu (1) persiapan penulisan (rehearsing), (2) pembuatan draft (drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan (editing), dan pemublikasian (publishing). Pembelajaran menulis di SD memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa karena pembelajaran keterampilan menulis merupakan modal agar siswa dapat aktif dalam mengikuti semua proses pembelajaran di kelas. Menulis tidak hanya menjadi kemampuan dasar utama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
juga berlaku untuk mata pelajaran lain. Oleh karena itu, guru dituntut mampu membimbing siswa agar dapat mengasah kemampuannya dalam keterampilan menulis. Bimbingan dapat dilakukan dengan cara mengkondisikan pembelajaran agar dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam keterampilan menulis, sehingga siswa diharapkan dapat menghasilkan sebuah tulisan yang runtut. Sama halnya seperti membaca, pembelajaran manulis di SD juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Pembelajaran menulis permulaan dimulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi, sementara pembelajaran menulis lanjut menekankan pada pelatihan penulisan/penyusunan dengan ejaan yang tepat dan benar pemakaiannya, penulisan paragraf cara menulis karangan berbagai bentuk misalnya surat, prosa, puisi, pidato, naskah drama, laporan dan cara menulis naskah berita, telegram, pengumuman, poster serta cara menulis ringkasan, mengisi formulir dan sebagainya (Mulyati, 2000:2.45). Siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan kunci utama bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan. Untuk itulah kesiapan siswa dituntut dalam menerima pelajaran. Kesiapan tersebut meliputi kesiapan mental, kondisi fisik, bakat dan tingkat kecerdasan. Selain kesiapan siswa, kesiapan guru memiliki peran penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun kesiapan guru diharapkan di antaranya dapat mengelola kelas, dapat menggunakan model dan media yang tepat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dapat memilih alat peraga yang sesuai dengan materi yang disajikan, serta menguasai materi pembelajaran. Masalah yang sering dihadapi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah bagaimana hasil pembelajaran bahasa itu dapat diterapkan oleh siswa secara fungsional, otentik, dan utuh (Djuanda, 2006:3). Sudah seharusnya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menghadapkan siswa pada kondisi pembelajaran bahasa yang mirip dengan kondisi saat siswa
menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahanpermasalahan yang dihadapi guru antara lain: (1) pelajaran masih berpusat pada guru, (2) siswa cenderung bekerja sendiri tanpa bertanya kepada teman atau guru ketika menemukan permasalahan dalam pembelajaran, (3) dalam proses pembelajaran guru tidak menghubungkan materi dengan masalah-masalah yang sering terjadi di kehidupan siswa, (4) kurangnya minat dan motivasi siswa sehingga proses pembelajaran menjadi pasif, (5) cenderung menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction). Jika dilihat dari kenyataan, masih banyak guru yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih dan mengaplikasikan berbagai metode, model, teknik, strategi, maupun pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu, minat, dan motivasi belajar siswa. Ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran seringkali menyebabkan guru hanya mengajar dengan metode ceramah tanpa bantuan media yang mendukung untuk pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sementara siswa SD pada prinsipnya lebih mudah menangkap hal-hal yang sifatnya konkret daripada yang sifatnya abstrak. Media sangat diperlukan untuk mengkonkretkan sesuatu hal agar mempermudah pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran serta media pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, khususnya pada keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri. Teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran partisipatif yang mampu membantu membangkitkan daya kritis dan aktifitas siswa di dalam proses pembelajaran. Teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) ialah suatu teknik yang menggambarkan pengalaman atau masalah seseorang yang disusun untuk memancing perhatian peserta latihan (Sudjana, 2005:125). Pengalaman atau
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
masalah seseorang ini disusun sebagai bahan belajar untuk didiskusikan oleh peserta didik sehingga dapat dicari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Dengan menggunakan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) dalam pembelajaran siswa akan dilatih menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan teknik ini siswa akan mampu mengungkapkan pendapatnya tentang pemecahan terhadap permasalahan yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan diskusi sehingga mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) dapat dipergunakan pula sebagai aktifitas belajar perorangan, kelompok, atau kombinasi antara keduanya. Permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran menggunakan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) disusun sehingga berbentuk suatu ilustrasi cerita yang menarik. Masalah dalam bentuk cerita singkat memungkinkan siswa berdiskusi untuk membuat suatu pemecahan terhadap permasalahan tersebut sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif dalam diskusi. Tahapan-tahapan pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) adalah: (1) menyusun masalah sebagai bahan belajar, (2) memecahkan masalah yang diajukan, (3) diskusi kelompok, (4) menyimpulkan hasil diskusi, (5) evaluasi proses dan kegoatan hasil belajar. Pengalaman siswa dalam dunia nyata pada umumnya dapat dibentuk melalui media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Soeprano (dalam Djuanda, 2006:102) menyatakan media adalah “suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima pesan”. Salah satu jenis media pembelajaran yang digunakan untuk memperjelas pesan ialah dengan menggunakan gambar. Melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam
dalam bentuk lebih realistis. Salah satu gambar yang menarik digunakan dalam proses pembelajaran adalah gambar seri. Gambar seri merupakan rangkaian gambar yang memiliki hubungan atau keterkaitan kejadian antara gambar satu dengan gambar yang lainnya. Gambar-gambar tersebut menceritakan sebuah rangkaian kejadian atau suatu peristiwa dari awal kejadian sampai akhir kejadian. Gambar ini mampu meranngsang daya pikir siswa dalam mencari suatu ide pokok dalam sebuah wacana serta dapat memecahkan masalah didalamnya. Davis (dalam Sulastrini, 2011:12) mengungkapkan adapun manfaat dari pembelajaran dengan cerita gambar seri adalah pendidik dapat mengembangkan keinginan dalam belajar bahasa, memberikan kebermaknaan belajar dengan media autentik dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan keragaman belajar bahasa dan unsur-unsur bahasa. Teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri merupakan salah satu teknik yang dapat diaplikasikan sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis. Gambar seri dapat dijadikan sebagai satu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Melalui gambar seri yang telah dirangkai sedemikian rupa, siswa dihadapkan kepada suatu permasalahan dan diarahkan untukmenggunakan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) sebagai cara untuk memecahkan masalah dalam gambar seri tersebut. Masalah-masalah yang telah disusun sehingga berbentuk ilustrasi cerita pada sebuah gambar seri dapat merangsang pemikiran siswa untuk mulai menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah tersebut. Masalah yang dibuat memungkinkan siswa berdiskusi untuk mendapatkan suatu pemecahan terhadap masalah tersebut yang membuat siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan menulis antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Abiansemal Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental semu (quasi experimental designs), karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi obyek penelitian terhadap perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan bahwa peneliti tidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dan kondisi yang sudah ada dengan kata lain peneliti tidak bisa mengkarantina sampel. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri terhadap keterampilan menulis siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Abiansemal Badung. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Desain ini memiliki kelompok Kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penggunaan design eksperiment ini karena pada kenyataan sulit mendapatkan kelompok penelitian yang bisa dikarantina (Sugioyono, 2012:114). Rancangan penelitian, digambarkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Tabel Pola rancangan EksperimenNon Equivalent Control Group Design O1
X
O2
---------------------O3
O4 (Sugiyono, 2010:116)
Keterangan: O1 = Pre–test pada kelompok eksperimen O2 =Post–test pada elompok eksperimen O3 = Pre–test pada kelompok kontrol O4 = Post–test pada kelompok kontrol X = Perlakuan (treatment) Pada design ini, subjek penelitian merupakan kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang sama. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran keterampilan menulis dengan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri. Sedangkan kelompok control diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 185 orang. Bungin (2008:141) menjelaskan populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berua manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Blahkiuh, SD No. 2 Blahkiuh, SD No. 3 Blahkiuh, SD No. 4 Blahkiuh, SD No. 1 Sangeh, SDNo. 2 Sangeh, dan SD No. 3 Sangeh. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling dimana populasi yang sudah dipurposive kemudian di random untuk ditentukan sebagai sampel ang terpilih. Dan sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas yang dijadikan kelas penelitian yaitu Siswa Kelas V SD No. 1 Blahkiuh dan Siswa Kelas V SD No. 2 Blahkiuh yang berjumlah 66 orang. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol juga ditentukan dengan random sampling. Dari hasil random tersebut SD No. 1 Blahkiuh terpilih sebagai kelas eksperimen dan SD No. 2 Blahkiuh terpilih sebagai kelas kontrol. Kedua kelas lalu diuji kesetaraannya dengan menggunakan data yang diperoleh dari nilai ulangan umum siswa. Nilai tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
rumus t-test polled varian. Sebelum uji kesetaraan dilakukan telah didahului dengan uji normalitas dan homogenitas data yang di uji memenuhi syarat penggunaan uji t. Setelah dilakukan pengujian uji t diperoleh hasil thitung sebesar 0,005 dan ttabel sebesar 2,000.Karena thitung< ttabel, sehingga kelas tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau kelas berkategori setara. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis. Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Adapun tahapan adalah sebagai berikut. 1) Persiapan Eksperimen meliputi: (1) Menyusun media dan sumber belajar (alat peraga, LKS, Silabus dan kurikulum) yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen. (2) Menyusun instrumen penelitian berupa tes keterampilan menulis pada ranah kognitif untuk mengukur keterampilan menulis siswa. (3) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes keterampilan menulis. 2) Pelaksanaan Eksperimen meliputi: (1) Menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. (2) Dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. (3) Melaksanakan penelitian yaitu memberikan pre-test, memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pembelajaran menggunakan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri kemudian diakhiri penelitian diadakan post-test (test akhir), serta diakhiri dengan menganalisis data temuan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang keterampilan menulis siswa pada ranah kognitif. Data tentang keterampilan menulis siswa pada ranah kognitif dikumpulkan dengan testing,
Penelitian ini menggunakan tes uraian yang dinilai dengan rubrik penilaian. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap keterampilan menulis yang mereka peroleh di kelas V. Sebelum tes diterbitkan pada akhir eksperimen tes telah divalidasi. Validasi instrument terdiri dari uji validitas isi, uji validitas butir soal, dan uji reliabilitas. Untuk menguji validitas isi dalam penelitian ini digunakan kisi-kisi tes keterampilan menulis. Uji validitas butir tes keterampilan menulis menggunakan Korelasi Product Moment. Dari 4 soal yang diujikan semua dinyatakan valid. Uji reliabilitas dihitung menggunakan rumus Spearman Brown. Berdasarkan hasil analisis, keempat soal yang diuji dinyatakan reliabel. Kempat soal tersebut dinyatakan layak digunakan pada pre-test dan post-test. Data yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan analisis statistik parametrik. Sebelum data diuji dengan menggunakan uji-t maka data dianalisis dengan Gain Score terlebih dahulu. Selanjutnya analisis hipotesis didahului dengan menguji normalitas dan homogenitas data sebagai syarat penggunaan statistic parametric pengujian normalitas data digunakan uji analisis ChiSquare dan untuk menguji homogenitas varian kelompok eksperimen dan control digunakan uji F. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan rumus t-test polled varian. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan quasy experiment atau eksperimen semu yang menggunakan rancangan nonequivalent control group design yang dianalisis dengan menggunakan uji-t. Objek yang diteliti adalah keterampilan menulis siswa kelas V dari penerapan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dan pembelajaran konvensional. Dengan demikian data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu, (1) keterampilan menulis siswa kelas V yang dibelajarkan dengan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri, (2) keterampilan menulis siswa kelas V yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Data kelompok eksperimen adalah data tentang keterampilan menulis siswa kelas V yang dibelajarkan dengan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri. Setelah melaksanakan penelitian, maka diperoleh data keterampilan menulis siswa berdasarkan hasil pemberian pre-test dan post-test yang dilaksanakan di kelas V SD No. 1 Blahkiuh. Dan data kelompok kontrol adalah data tentang keterampilan menulis
siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran konvensional. Setelah melaksanakan penelitian, maka diperoleh data tentang keterampilan menulis siswa berdasarkan hasil pemberian pre-test dan post-test yang dilaksanakan di kelas V SD No. 2 Blahkiuh. Berikut adalah data keterampilan menulis siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Lebih lengkap disajikan dalam tabel 2.
Tabel2.Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan Keterampilan Menulis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Treatment Model Pembelajaran Jumlah Rerata Varians Standar Skor Skor siswa Deviasi Maks Min ( ) ( ) tiap kelas (SD) Teknik Pemecahan Masalah Kritis 31 0,30 0,004 0,06 0,48 0,21 (Critical Incident) berbantuan Media Gambar Seri Pembelajaran Konvensional 35 0,30 0,005 0,07 0,34 0,10
Berdasarkan tabel 2 maka diuji prasyarat untuk bisa menggunakan pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji normalitas data dan homogenitas. Berdasarkan 2 hasil analisis Chi-Square (X ) pada sebaran data kelompok eksperimen, diperoleh harga 2 2 X hit= 3,58 dan harga X tab pada taraf signifikansi 5% dengan db = 5 sebesar 11,07. Ini 2 2 menunjukkan bahwa X hit<X tab berarti data tentang keterampilan menulis kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sementara 2 hasil analisis Chi-Square (X ) pada sebaran data pada kelompok kontrol, diperoleh harga 2 2 X hit = 3,43 dan harga X tab pada taraf siginifikansi 5% dengan db = 5 sebesar 11,07.
2
2
Ini menunjukkan bahwa X hit<X tab berarti data keterampilan menulis kelompok kontrol berdistribusi normal. Berikut disajikan tabel ringkasan uji normalitas data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dan pengujian homogenitas data didapatkan hasil yaitu Fhit sebesar 1,80 dan Ftab pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 35 – 1 = 34 dan db penyebut 31 – 1 = 30 adalah 1,25. Ini berarti Fhit
Tabel 3.Tabel Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Pada Taraf Signifikan 5% dan db = 64 Kelas Penelitian Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa (n) 31 35
Varians ( )
Rerata ( )
0,004 0,005
0,30 0,20
Berdasarkan Tabel 3 data diperoleh thitung sebesar 2,86. Dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan db = 64 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,00.
Db
thitung
ttabel
Simpulan
Ho Ditolak Berarti thitung> ttabel maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan 64
2,86
2.000
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
keterampilan menulis antara siswa yang mengikuti pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan mencari informasi dari Ketua Gugus 1 Abiansemal yang menyatakan bahwa siswa SD yang ada di Gugus 1 Abiansemal adalah setara dari hasil input, perolehan hasil belajar, output. Setelah dinyatakan setara, selanjutnya 7 kelas yang ada di-purposive sebagai sampel. Kedua kelas yang terpilih diuji kesetaraannya berdasarkan data transkip nilai ulangan umum bahasa Indonesia semester genap kelas IV menggunakan analisis statistik parametrik yaitu uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas V SD No. 1 Blahkiuh dan siswa kelas V SD No. 2 Blahkiuh memiliki distribusi data yang normal dan homogen, serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tersebut setara secara akademik. Langkah selanjutnya yaitu dengan mengacak (merandom) kedua kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Maka terpilih kelas eksperimen yaitu kelas V SD No. 1 Blahkiuh, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas V SD No. 2 Blahkiuh. Berdasarkan hasil uji penyetaraan kelompok yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dan kelas kontrol diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran konvensional. Masing – masing kelompok akan diberikan pre-test, enam kali perlakuan (treatment) dan dilakukan post-test pada pertemuan kedelapan. Melalui hasil analisis data hasil pre-test dan post-test dari kedua kelompok maka diketahui terdapat perbedaan nilai
rata-rata antara kedua kelompok. Nilai ratarata pada kelompok eksperimen yaitu 0,30 sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 0,20. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t didapat thitung sebesar 2,86 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan db = 64 adalah 2,00. Ini berarti thitung> ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis siswa yang dibelajarkan dengan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dapat lebih mudah memahami atau memaknai setiap materi yang dibelajarkan. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran ini memiliki kesesuaian dengan karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, materi pembelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata siswa yaitu lingkungan dan pengalaman siswa sehingga pemahamannya terhadap materi menjadi lebih optimal. Penerapan teknikpemecahan masalah kritis (critical incident) ini dilaksanakan melalui lima tahapan yaitu menyusun masalah sebagai bahan belajar, kegiatan memecahkan masalah, diskusi kelompok, menyimpulkan hasil diskusi, dan evaluasi. Dari setiap tahapan yang dilaksanakan akan memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif di dalam proses pembelajaran sehingga susana belajar menjadi lebih menyenangkan. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:125) teknik pemecahan masalah kritis ialah suatu teknik yang menggambarkan pengalaman atau masalah seseorang yang disusun untuk memancing perhatian atau perasaan peserta latihan. Pengalaman atau masalah seseorang ini disusun sebagai bahan belajar untuk didiskusikan oleh peserta didik, sehingga dapat dicari pemecahan terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan di atas juga dibuktikan oleh penelitian dari Maulida (2013) kemampuan menulis berita siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan teknik critical incident adalah 23,11 sedangkan rata-rata kemampuan menulis berita siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 13,7 sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan menulis yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan teknik critical incident dengan yang dibelajarkan dengan model konvensional. Selain karena pengaruh penerapan teknikpemecahan masalah kritis (critical incident) yang mampu merangsang siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, penggunaan media gambar seri juga sangat berperan penting didalam proses pembelajaran. Media gambar seri ini juga sangat memberikan pengaruh terhadap perbedaan keterampilan menulis yang diperoleh dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dengan penggunaan media gambar seri akan mengubah suasana belajar dikelas menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa lebih antusias dalam belajar. Berbeda dengan yang diterapkan pada kelompok kontrol, strategi pembelajaran yang konvensional yang diterapkan sering kali menimbulkan kebosanan karena selalu disajikan dengan ceramah dan tanya jawab. Strategi seperti ini tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan cenderung menunggu informasi-informasi yang disampaikan oleh guru. Jadi sudah dapat dilihat proses pembelajaran dengan pembelajaran konvensional membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal. Dalam pelaksanaan penelitian juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada penerapan model pembelajaran teknikpemecahan masalah kritis (critical incident), terutama pada pertemuan pertama. Kendala-kendala tersebut diantaranya, (1) keterbatasan waktu untuk menerapkan pembelajaran teknik pemecahan maslah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri secara
penuh, (2) kondisi kelas yang masih ramai, kurang disiplin dan kurang tertib, (3) kurangnya persiapan belajar siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari, (4) dan siswa yang masih memilih-milih dalam membentuk anggota kelompok. Tapi hal tersebut sudah dapat diminimalisir pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Dari segi kendala dan teoritik, maka penerapan penelitian ini harus dilakukan pada situasi kelas yang tenang dan nyaman serta kemampuan guru dalam memfasilitasi dan membimbing siswa dalam proses pembelajarannya. Sehingga pendekatan pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri yang telah terbukti lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional dapat diterapkan dengan lebih baik dan dapat memberikan variasi dalam memilih model pembelajaran agar siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga keterampilan menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dioptimalkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dipaparkan pada BAB IV, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.Dari hasil analisis data uji-t pada taraf signifikan 5% dan db = 64, diperoleh thitung sebesar 2,86 dan ttabel sebesar 2,000, sehingga thitung> ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Abiansemal Badung tahun ajaran 2013/2014. Dari nilai rata-rata keterampilan menulis kelas yang menerapkan pendekatan pembelajaran teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media gambar seri juga lebih yaitu 0,30 untuk kelompok eksperimen dan 0,20 untuk kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapaan teknik pemecahan masalah kritis (critical incident) berbantuan media
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
gambar seri berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Abiansemal Badung tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dapat diberikan bagi sekolah yaitu hendaknya dapat memperhatikan ketersediaan fasilitas penunjang pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih inovatif. Bagi guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih bervariatif dan memanfaatkan meda pembelajaran yang ada. Bagi siswa sebaiknya dibiasakan untuk membaca terlebih dahulu apa yang akan mereka pelajari karena hal ini akan mampu memberikan gambaran mengenai materi pembelajaran. Bagi peneliti lain diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi keterampilan menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Bungin, M. Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Maulida, Winda. 2013. Penerapan Strategi Critical Incident dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Bandung Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia. Mulyati, Yeti. 2000. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. Saddhono, Kundharu. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra Darwati. Sudjana, H.D. 2005. Metoda & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sulastrini, Luh. 2012. Penerapan Media Gambar Berseri Berlatar Budaya Bali untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII SMP N 4 Tejakula. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.