PENGARUH METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 2 KOTA TANGERANG SELATAN PADA POKOK BAHASAN CAHAYA Wahyu Dian Laksanawati Program Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta. Jalan Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta 12130 Tel : 62-21-72795551, Fax : 62-21-7261226, Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara empiris tentang pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah diberikan metode praktikum lebih tinggi daripada siswa yang diberikan metode konvensional. Keyword : belajar, metode praktikum, metode konvensional Aktivitas, kreativitas dan motivasi belajar siswa sangat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Oleh sebab itu, diperlukan kepiawaian dalam pemilihan suatu strategi dan metode pembelajaran yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan, tidak semua strategi dan metode pembelajaran cocok atau sesuai dengan karakter materi ajar dan siswa di suatu kelas. Pada dasarnya semua strategi dan metode pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan. Suatu strategi dan metode pembelajaran yang berhasil diterapkan dalam menginformasikan materi ajar yang satu, belum tentu akan sama hasilnya bila diterapkan untuk materi ajar yang lainnya, begitupula dalam suatu kelas terdapat perbedaan individu, karena pada dasarnya setiap siswa memiliki karakteristik diri yang bersifat heterogen. Jadi, suatu metode yang berhasil diterapkan dalam suatu kelas, belum tentu juga hasilnya akan sama bila diterapkan di kelas yang lain pada tingkatan yang sama. Oleh karena itu, untuk memilih sebuah strategi maupun
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek universal yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa terhadap suatu materi pelajaran tetapi lebih berorientasi pada pengalaman mereka belajar untuk mencapai belajar itu sendiri. Peran dunia pendidikan sangatlah penting dalam mempersiapkan anak didik secara optimal dalam kehidupan bermasyarakat. Memahami uraian tersebut, diperlukan pendidikan yang dapat menghasilkan SDM berkemauan dan berkemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan. Upaya untuk mewujudkan proses belajar yang berkualitas dapat dilaksanakan dengan melakukan dua hal. Pertama, mengoptimalkan peran guru dalam proses belajar di kelas, yaitu sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator, demonstrator, serta sebagai evaluator. Kedua, meningkatkan aktivitas, kreativitas dan motivasi belajar siswa. 1
menghafal rumus dan hitungan. Metode yang dipilih harus tepat dan efektif, yaitu metode yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga siswa dapat membangun konsep dasar yang kuat dalam dirinya. Belajar yang paling baik adalah belajar melaui pengalaman langsung. Dengan belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak hanya melihat secara langsung tetapi siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajaran, memahami konsep yang ada pada materi pembelajaran dan mengetahui aplikasinya baik dalam bidang teknologi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang mendasari metode praktikum sangat penting diterapkan dalam proses pembelajaran fisika. Praktikum merupakan salah satu dari faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang sangat berperan penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar fisika. Teori dan praktikum dalam pembelajaran fisika adalah ibarat sisi mata uang yang sama dimana sisi yang satu merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sisi yang lain. Disatu sisi, praktikum memberi peluang kepada subjek didik untuk memperdalam pemahamannya terhadap materi ajar yang akan diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar di kelas dan akan memberikan landasan baru bagi subjek duduk untuk lebih kreatif dalam melakukan praktikum. Beberapa ahli media pembelajaran mengemukakan slogan dalam proses belajar mengajar yaitu : “ If I hear I forget, If I see I remember, If I do I understand and I know ” yang artinya bila saya dengar saya lupa, bila saya lihat saya ingat, bila
metode pembelajaran yang sesuai, perlu diperhatikan karaketristik materi dan bahan ajar, kondisi siswa, serta sarana dan prasarana siswa dalam suatu kelas. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali fisika yang merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran di sekolah. Pelajaran fisika itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan yang selalu berkembang. Karena disadari atau tidak, siswa terjun langsung dalam lingkungan masyarakat yang dipengaruhi oleh sains dan teknologi. Untuk memenuhi tuntutan perubahan zaman, seorang guru fisika tidak hanya bertugas mengajarkan materi fisika tetapi juga mendidik siswa melalui pelajaran fisika. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika, yaitu bukan hanya untuk mengetahui tentang fakta-fakta fisika fisika, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan intelektual atau keterampilan proses yaitu keterampilan mengembangkan konsep untuk memecahkan masalah dalam fisika. Dengan kata lain, hasil dari pembelajaran fisika bukan hanya berupa produk tetapi juga pengembangan proses. Untuk memperoleh hasil belajar berupa keterampilan proses tersebut, perlu diterapkan suatu metode agar siswa mudah memahami konsep fisika. Karena dengan memahami konsep, siswa dapat lebih mudah memecahkan persoalan dalam belajar seperti 2
terhadap hasil belajar fisika siswa ?
saya lakukan saya mengerti dan mengetahui. Di dalam praktikum, siswa berperan besar dalam proses pembelajaran. Sebelum melakukan praktikum, siswa sedikitnya harus sudah mempelajari materi yang akan dipraktikumkan, siswa dirangsang untuk aktif dan terampil dalam penggunaan alat-alat laboratorium. Dengan arahan yang ada pada modul praktikum, siswa dapat mengisi sendiri lembar kegiatan berdasarkan konsep yang telah mereka simpulkan. Dari praktikum ini siswa diharapkan melakukan pembelajaran yang bermakna, memahami konsep, memahami rumus dan mengaplikasikan dalam hitungan matematis, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Beradasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut kepada pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII di SMPN 2 Kota Tangerang Selatan pada pokok bahasan cahaya.
2. TEORI 2.1 Metode Praktikum Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di Indonesia bahkan dunia ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh para pengajar sehingga dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Diantara metode pembelajaran tersebut adalah metode Praktikum. Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Praktikum adalah suatu kegiatan dimana siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan proses pembelajaran di mana siswa mengerjakan sendiri untuk membuktikan sesuatu yang sedang dipelajarinya. Terkadang Metode praktikum disebut juga dengan metode eksperimen atau percobaan, penerapan metode praktikum biasanya dilakukan di laboratorium. Metode ini mengedepankan siswa untuk melakukan aktivitas percobaan di laboratorium, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Menurut Djamarah dan Zain, metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapat identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah yang menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar fisika ? 2. Apakah metode praktikum dapat dijadikan metode pembelajaran yang menunjang dalam proses pembelajaran fisika ? 3. Apakah terdapat pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa ? 4. Apakah tidak terdapat pengaruh metode praktikum
3
Dari beberapa pendapat diatas dapat Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. 2.3 Fisika Fisika berasal dari bahasa yunani “Physikos” yang berarti alamiah dan “Physis” yang berarti alam. Fisika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam dalam makna yang luas. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, tentu ada hubungan erat antara fisika dengan alam semesta dan peran fisika dalam mendeskripsikan alam secara sebenar-benarnya kepada umat manusia. Sedangkan menurut Albert Einstein yang dikutip oleh Herbert Druxes, fisika adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadiankejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. Dan gambaran itu berupa teori dan model fisikalis yang sedapatdapatnya seragam dan tak dapat disangkal lagi. Menurut Brochaus yang dikutip oleh Herbert Druxes, Fisika adalah pelajaran dalam alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
Menurut Rusyan Metode praktikum yang mengandung makna belajar untuk berbuat adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang diajarkan, dengan hasil pencapaian yang baik antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dari seseorang perlu dilakukan pengukuran dan penelitian terhadap hasil pendidikan yang diberikan. Dalam pendidikan disekolah, pengukuran dan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar para siswa yaitu dengan memberikan tes atau ujian. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikanya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
4
Teori gelombang cahaya dihidupkan kembali oleh Thomas Young yang memperkenalkan ide interferensi sebagai fenomena gelombang yang terjadi pada cahaya dan suara tetapi hasil kerjanya tidak diperhatikan oleh masyarakat ilmiah. Lalu seorang fiskawan Perancis yang mengusahakan agar teori gelombang cahaya dapat diterima secara umum dan berhasil yaitu Augustin Fresnel, yang melakukan eksperimen secara luas tentang interferensi dan difraksi serta meletakkan teori gelombang dalam dasar matematis. Dalam Tipler, Fresnel menjelaskan bahwa perambatan cahaya yang terlihat lurus itu adalah sebuah hasil dari cahaya tampak yang memiliki panjang gelombang sangat pendek. Lalu James Clerk Maxwell mempublikasikan teori matematisnya tentang elektromagnetisme, yang memprediksikan laju gelombang elektromagnetisme yang diperoleh dari perhitungan hukum-hukum kelistrikan dan kemagnetan bernilai 3 x 108 m/s, yang berarti sama dengan laju cahaya. Meskipun teori gelombang pada umumnya dapat mendeskripsikan cahaya dan gelombang elektromagnetik lainnya, namun teori tersebut gagal menjelaskan semua sifat-sifat cahaya, khusunya tentang interaksi cahaya dengan materi. Percobaan tentang gelombang cahaya dilanjutkan lagi oleh Maxwell, begitu pula dengan ilmuwan yang mendukung teori gelombang cahaya seperti Hertz. Hertz melakukan percobaan efek foto listrik, efek ini hanya dapat dijelaskan dengan model partikel cahaya. Dengan dilakukannya percobaan ini maka diketahui sifat
sistematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum. Berdasarkan pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu yang mempelajari suatu gambaran tentang alam semesta. Saat menerapkan ilmu fisika untuk mengenal alam semesta, diperlukan suatu kegiatan penelitian dengan percobaan melalui prosedur yang telah ditentukan. 2.4 Cahaya Cahaya merupakan fenomena alam yang tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia, hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia memerlukan cahaya, tetapi definisi dari cahaya itu sendiri banyak manusia yang belum mengetahuinya. Pendapat tentang cahaya terdiri dari sebuah sorotan dari partikel – partikel atau dari semacam gelombang, kedua pendapat ini adalah yang paling menarik dalam sejarah sains. Tokoh yang paling berpengaruh dalam teori partikel cahaya adalah Newton. Newton menjelaskan hukum refleksi dan refraksi yang menjelaskan bahwa cahaya adalah partikel dengan asumsi cahaya berjalan dalam air atau gelas lebih cepat daripada di udara. Asumsi newton ini terbukti salah. Christian Huygens dan Robert Hooke adalah tokoh yang menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang, dan menyatakan bahwa cahaya yang berjalan dalam gelas lebih lambat daripada di udara tetapi Newton menolak pernyataan tersebut berdasarkan kenyataan yang terlihat bahwa perambatan cahaya adalah garis lurus. Pada saat itu pembelokan cahaya di sekitar penghalang yang disebut dengan difraksi belum diamati.
5
Untuk mempelajari suatu pokok bahasan (materi) tertentu dalam pembelajaran fisika, perlu dipilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang metode pembelajaran.
dualisme cahaya yaitu cahaya sebagai partikel dan cahaya sebagai gelombang. Dari percobaan – percobaan yang dilakukan oleh ilmuwan tersebut, maka diperoleh pengertian cahaya yaitu gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam ruang hampa. Garis perambatan cahaya yaitu garis yang tegak lurus muka gelombang dan arah perambatannya mengikuti garis lurus. Optika fisis mengkaji sifat interferensi, difraksi dan polarisasi cahaya, sedangkan optika geometris mengkaji sifat pemantulan dan pembiasan cahaya. 3. KERANGKA BERPIKIR Belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia ke arah positif. Biasanya perubahan ini secara sederhana digambarkan dengan perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidah tahu menjadi tahu. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan yang prosesnya disengaja dan telah direncanakan secara sistematis untuk menjadikan seseorang belajar atau dapat diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan atau cita-cita yang harus dicapai dan pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran tersebut meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah berlangsung apabila pembelajaran yang dibangun oleh guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengolah pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Banyak metode pembelajaran yang dapat kita gunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam usaha mewujudkan hal ini, metode praktikum berusaha memberikan solusi karena dalam kegiatan praktikum siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan tentang teori pada materi pembelajaran di kelas. Melalui pengawasan dari guru, siswa melakukan beberapa tahapan yaitu memahami materi yang akan dipraktikumkan, menjawab pertanyaan awal (sebelum praktikum), melakukan percobaan, menjawab pertanyaan akhir (setelah melakukan praktikum), dan membuat kesimpulan. Pengawasan guru tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalah pahaman terhadap materi fisika. Selanjutnya, peneliti mencoba untuk mengamati sejauh mana pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika dengan tolok ukur pembelajaran secara konvensional tanpa praktikum. Metode praktikum ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan belajar khususnya dalam pelajaran fisika untuk membuat pelajaran menjadi lebih mudah dipahami, siswa menjadi lebih percaya diri dengan pengetahuannya karena siswa sendiri yang membuktikan,dan siswa menjadi lebih terampil dengan menunjukkan sikap ilmiah. 6
Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode praktikum diharapkan dapat mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dimana ketiga ranah tersebut saling berhubungan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Akan tetapi metode ini memiliki kekurangan atau kendala dimana peserta didik mengalami kesulitan dalam mengubah kebiasaan belajarnya yaitu sebelum melaksanakan praktikum, siswa harus belajar dan memahami materi terlebih dahulu, dengan demikian metode praktikum menuntut siswa untuk lebih mandiri dalam belajar. 4. HIPOTESIS Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Kota Tangerang Selatan pada pokok bahasan cahaya. H1: Terdapat pengaruh metode praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Kota Tangerang Selatan pada pokok bahasan cahaya. 5. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Cireundeu Raya No. 2 Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan 15419. Dengan siswa kelas VIII semester 2 tahun ajaran 2011/2012 sebagai objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi eksperimen. Quasi Eksperimen atau eksperimen semu merupakan eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelompok kelas,
kelompok A adalah kelas eksperimen yang diberikan metode praktikum, selompok B adalah kelas kontrol yang diberikan pengajaran secara langsung di kelas. Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan secara acak. Sampel diambil secara acak sebanyak 36 siswa pada tiap kelas dari 2 kelas VIII, sehingga diperoleh 72 siswa. Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil tes formatif ( hasil ulangan harian siswa) pada pokok bahasan cahaya kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. 6. HASIL PENELITIAN 6.1 Uji Normalitas Perhitungan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors pada taraf 0,05. 6.1.1 Kelas Eksperimen Dari hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen didapat Lhitung = 0,0914. Diketahui Ltabel = 0,15, Karena Lhitung < Ltabel, berarti hipotesis nol (H0) diterima. Dan kesimpulannya adalah sampel yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 6.1.2 Kelas Kontrol Dari hasil uji normalitas untuk kelas kontrol didapat Lhitung = 0,099. Diketahui Ltabel = 0,15, Karena Lhitung < Ltabel, berarti hipotesis nol (H0) diterima. Dan kesimpulannya adalah sampel yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 6.2 Uji Homogenitas sedangkan uji homogenitas menggunakan uji kesamaan dua varian (uji fisher). Hasil 7
homogenitas diperoleh nilai Fhitung untuk skor Pretest sebesar 1,121 dan Fhitung untuk skor Postes sebesar 1,338 dengan Ftabel sebesar 1,72 pada taraf signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data homogen. 6.3 Validitas Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrument uji coba menggunakan rumus korelasi point biserial. Instrument yang diuji coba dihitung validitasnya kemudian hasilnya digunakan untuk hasil uji coba Kelas Eksperimen dan hasil uji coba Hasil Belajar Kelas Kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan, dari 40 soal uji instrumen diproleh 35 soal valid dan 5 soal yang tidak valid. 6.4 Reliabilitas Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh r hitung 0,9106. Jika dibandingkan dengan r tabel 0,329 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut reliabel. 6.5 Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan nilai yang didapat dari table t dengan taraf signifikasi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk)= 70 didapat ttabel 1,668. Karena thitung > ttabel 3,337 > 1,668 maka H0 ditolak. Dengan demikian H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh metode Praktikum terhadap hasil belajar fisika siswa. Dimana nilai rata-rata Pretest kelas Eksperimen sebesar 47,50 dan Postest sebesar 71,80 dan untuk kelas Kontrol, nilai ratarata Pretest sebesar 48,472 dan Postest sebesar 65,416. Dengan Standar KKM = 65,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Metode Praktikum berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. 7. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 7.1 Kesimpulan
Rata–rata hasil belajar fisika siswa setelah menggunakan metode Praktikum lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan metode konvensional. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan metode Praktikum berpengaruh terhadap peningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN 2 Kota Tangerang Selatan pada pokok bahasan Cahaya. 7.2 Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka pembelajaran metode Praktikum berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan meningkatkan hasil belajar siswa, membuat siswa lebih aktif, lebih termotivasi dalam belajar, dan ingatan siswa terhadap materi fisika menjadi lebih kuat. DAFTAR PUSTAKA [1].Sagala,Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran.2011. Bandung : Alfabeta [2].Mudjiono, Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. 2006. Jakarta : Rineka Cipta [3].Waluyo, dkk. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar.1987. Jakarta : Karunika [4].Idblog. Pengertian Praktikum, diakses 13 Desember 2011; http: www.idblog.web.id [5].Zain, Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. 2006. Jakarta : Rineka Cipta [6].Druxes, Herbert. Kompendium Didaktik Fisika. 1986. Bandung : Remadja Rosda Karya [7].Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. 2010. Bandung : Alfabeta [8].Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. 2010. Bandung : Alfabeta 8
[20].A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 2011. Jakarta : Raja Grafindo Persada [21].Slameto. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhinya. 2010. Jakarta : Rineka Cipta [22].Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. 2009. Bnadung : Remaja Rosdakarya [23].Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Contoh – Contoh Percobaan Optika. 2002. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional [24].Suparno, Paul. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. 2005. Jakarta : Grafindo [25].Siregar, Eveline, Nara Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2010. Bogor : Ghalia Indonesia [26].Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. 2009. Bandung : Alfabeta [27].C. Giancoli , Douglas. Fisika Jilid 2 Edisi ke 5. 2001 . Jakarta : Erlangga [28] http: // muhammadkholik . wordpress . com . metode-pembelajarankonvensional/ ,diakses 15 Juli 2012.
[9].Arikunto, Suharsimi. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. 2009. Jakarta : Bumi Aksara [10].Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. 2010. Jakarta : Raja Gtafindo Persada [11].Sudjana. Metoda Statistika. 2005. Bandung : Tarsito [12].Sadulloh, Uyoh . Pengantar Filsafat Pendidikan . 2011 . Bandung : Alfabeta [13].Paul A, Tipler. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2 (edisi ketiga). 2001. Jakarta : Erlangga [14].Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. 2004. Jakarta : Bumi Aksara [15].Supiyanto. Fisika 1 untuk SMA Kelas X. 2004. Jakarta : Erlangga [16].Abdullah, Mikrajuddin. IPA Fisika SMP dan MTS Jilid 2 untuk Kelas VIII. 2007. Jakarta : Esis [17].Kanginan, Marthen. Fisika Jilid 1 untuk SMA Kelas X. 2009. Jakarta : Erlangga [18].Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. 2010. Bandung : Remaja Rosdakarya [19].B. Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. 2011. Jakarta : Bumi Aksara
9