e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017)
PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN ANAK
Riza Syafitri1, I Nyoman Wirya 2, Putu Rahayu Ujianti3 Jurusan PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan metode pemberian tugas dengan kelompok anak yang dibelajarkan dengan metode latihan (drill method) pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak gugus VII kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Rancangan penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, dengan desain post-test only control group design. Sampel penelitian ini berjumlah 47 anak yang diambil secara undian. Data hasil kemampuan koordinasi mata dan tangan dikumpulkan dengan menggunakan instrumen observasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik inferensial Anava Satu Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan koordinasi mata dan tangan antara anak yang dibelajarkan dengan metode pemberian tugas dengan kelompok anak yang dibelajarkan dengan metode latihan (drill method). Perbedaan tersebut dilihat dari skor hasil kemampuan koordinasi mata dan tangan anak diperoleh hasil thitung sebesar 10,606, sedangkan ttabel 2,014. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (10,606>2,014). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa metode pemberian tugas berpengaruh positif terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan anak dibandingkan metode latihan (drill method). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan metode pemberian tugas dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam pengembangan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Kata-kata kunci: kemampuan koordinasi mata-tangan, metode, anak usia dini Abstract This study aims to determine the significant differences in the ability of eye and hand coordination of children between groups of children who were taught by the method of giving tasks with groups of children who were taught by the method of drill (drill method) in children group A Kindergarten group VII Buleleng sub-district Lesson 2016 / 2017. The design of this research is Quasi Eksperimen, with post-test design only control group design. The sample of this study amounted to 47 children taken by lot. The data of eye and hand coordination ability was collected by using observation instrument. This research uses the technique of inferential statistical analysis of Anava OnePath. The results showed that there were differences in eye and hand coordination ability between the children who were taught by the method of giving tasks with the group of children who were taught by the drill method. The difference is seen from the score of eye and hand coordination ability of children obtained tcount of 10,606, while ttable 2.014. The calculation results show that tcount is bigger than ttable (10,606> 2,014). The existence of significant differences indicates that the method of assigning a positive effect on the ability of eye and hand coordination of children
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) compared to drill method. Based on the results of this study can be suggested method of assignment can be used to solve problems in the development of eye and hand coordination ability. Keywords: Eye-hand coordination ability, methods, early childhood
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan juga merupakan suatu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar dan maju adalah suatu bangsa yang mampu meletakkan pendidikan sebagai suatu orientasi dan prioritas utama dalam pembangunan fisik dan mental dalam negara itu sendiri. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu proses kompleks dan memerlukan waktu yang lama serta melibatkan semua komponen yang ada untuk mencapai tujuan yang maksimal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1, pasal 1, butir 1, menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya UU RI No.20/2003 BAB II Pasal 3 (dalam Sujiono, 2011:42) menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap peserta didik memiliki irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda. Sesuai dengan keunikan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini di Indonesia dilaksanakan sebelum jenjang pendidikan dasar, yaitu melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal (berbentuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat), nonformal (berbentuk KB, TPA atau bentuk lain yang sederajat), dan informal (berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan). Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang di lakukan manusia dalam rangka mencapai kedewasaan subjek pendidik. Pendidikan mencangkup seluruh perkembangan pribadi anak, baik dari segi intelektual, jasmani, rohani, sosial maupun emosional. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan anak usia dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut di lingkungan sekitarnya, sesuai dengan tahap perkembangan fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam proses bermain yang menyenangkan serta di rancang untuk mengoptimalkan potensi anak. Pendidikan anak usia dini ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1, pasal 1, butir 14, menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini mempersiapkan anak untuk pendidikan sekolah dasar sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan PAUD yakni “mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Sujiono, 2011:42). Pendidikan anak usia dini berperan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya pikir yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan anak usia dini harus mengetahui memahami karakteristik dari anak dan tahap aspek perkembangan anak. Hal tersebut tentunya didukung oleh usaha guru, informasi atau materi yang disampaikan oleh guru mudah dipahami oleh anak, lama diingat dan membantu anak dalam kehidupan sehari-harinya. Akan tetapi saat ini masih banyak masalah-masalah yang di hadapi oleh guru-guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan anak di sekolah khususnya di TK. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbahan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini, lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik. Perkembangan fisik motorik merupakan perkembangan yang sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, dan otak. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak, semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi perkembangan motorik anak. Suarni (2011:69) menyatakan bahwa “kegiatan motorik merupakan kegiatan individu yang dinyatakan dalam gerakan-gerakan atau perbuatan jasmaniah, misalnya: makan, minum, berjalan, berlari, memukul dan sebagainya.” Kegiatan-kegiatan motorik seperti makan, minum, berlari, memukul dan sebagainya pada umumnya dapat dilihat dengan segera karena nampak (terlihat). Kegiatan ini ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Yang disadari itu karena perintah dari pusat susunan syaraf atau urat syaraf/otak, sedangkan yang tidak disadari tidak ada perintah dari pusat susunan syaraf otak, sehingga kegiatan ini merupakan refleksi. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan, anak dapat mengendalikan gerakan kasar yang disebut perkembangan motorik kasar, gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas, seperti : berjalan, melompat, berlari, dan sebagainya. Pada saat berumur 5 tahun terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik dan melibatkan kelompok otot yang lebih kecil disebut perkembangan motorik halus, seperti: menulis, menggambar, memakai gunting, dan sebagainya. Hurlock (1978) menyatakan bahwa “kemampuan motorik halus merupakan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi keterampilan motorik halus terlihat dari bagaimana anak dalam memegang sesuatu seperti pensil, pulpen, spidol maupun benda lainnya, melempar, menangkap bola.” Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak pada gugus VII Kecamatan Buleleng pada anak kelompok A ditemukan adanya permasalahan yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini yaitu belum optimalnya kemampuan motorik halus anak. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran terdapat beberapa anak yang kurang mampu menggerakkan jarijemarinya pada saat sedang mewarnai, menggunting kertas, anak kurang mampu mengkoordinasiakan gerakan mata dan tangannya secara bersamaan saat kegiatan mengguting kertas, dan anak kurang mampu dalam memegang benda dengan satu tangan pada saat tangan satunya memegang benda lain. Dalam kegiatan menggunting anak masih terlihat lemas menggerakkan gunting antara ibu jari dan telunjuk, cara anak menggunting juga belum begitu benar, sedangkan kegiatan menarik garis dengan memegang pensil antara ibu jari dan telunjuk sama halnya dengan kegiatan menggunting, kegiatan menarik garis dengan memegang pensil anak juga kurang bisa dalam mengontrol koordinasi tangan dan mata, tangan anak-anak masih terlihat lemas dan kaku. Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak di Taman KanakKanak pada gugus VII Kecamatan Buleleng masih perlu ditingkatkan. Kemampuan motorik halus anak tidak berkembang begitu saja, melaikan harus distimulus dan selalu dilatih. Untuk itu perlu adanya suatu metode atau kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan anak dalam memegang pensil, menggunting ataupun kegiatankegiatan yang lainnya yang berhubungan dengan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu dengan menggunakan metode pemberian tugas. Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-Kanak pada
gugus VII Kecamatan Buleleng masih perlu ditingkatkan. Perkembangan Motorik halus pada anak memiliki karakteristik perkembangan yang berurutan yang harus dilalui sebelum masuk ke tahap perkembangan selanjutnya. Berikut adalah karakteristik perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia Taman Kanak-kanak. Yus (2011:49) menyatakan bahwa perkembangan motorik halus anak TK meliputi: 1. Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan pada saat makan, berpakaian, mandi, menyisir rambut, mencuci dan mengelap tangan dan mengikat tali sepatu, 2. Dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan misalnya tanah liat, plastisin dan play dough, 3. Meniru membuat garis tegak, miring, lengkung dan lingkaran, 4. Meniru melipat kertas sederhana (1-2 lipatan), 5. Menggambar orang dengan bagian-bagiannya, 6. Belajar menggunting bebas dengan berbagai media, 7. Belajar menggunting dengan berbagai media sesuai dengan pola (gelombang, zig-zag, lingkaran, segiempat dan segitiga), 8. Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar, 9. Menyusun menara kubus, 10. Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang wol, raffia dan sebagainya, dan 11. Menyusun menara kubus minimal delapan kubus. Menurut Santrock (2007: 217) kemampuan motorik halus anak usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena dengan keinginan mereka meletakkan setiap balok dengan sempurna, mereka membongkar lagi balok sudah tersusun. Saat berumur 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah semakin meningkat. Tangan, lengan dan jari semua bergerak bersama
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) dibawah perintah mata. Menara sederhana tidak lagi menarik minat anak, yang sekarang ingin membangun sebuah rumah dan gereja, lengkap dengan menaranya. Kemampuan motorik halus anak tidak berkembang begitu saja, melaikan harus distimulus dan selalu dilatih. Untuk itu perlu adanya suatu metode atau kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan anak dalam memegang pensil, menggunting ataupun kegiatankegiatan yang lainnya yang berhubungan dengan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu dengan menggunakan metode pemberian tugas. Sehingga diharapkan melalui metode pemberian tugas kemampuan koordinasi mata dan tangan dapat meningkat. Kemampuan motorik halus diantaranya adalah kemampuan koordinasi mata dan tangan. Kemampuan koordinasi mata dan tangan menurut Sujiono (2008: 7.5) merupakan “kemampuan perseptual polapola gerak yang berhubungan dengan kemampuan memilih suatu objek dan mengkoordinasikannya (objek dilihat dan gerakan-gerakan yang diatur)”. Menurut Jurgen Hofsab (dalam Tasnila, 2012) menyatakan bahwa Koordinasi mata dan tangan merupakan “suatu gerakan yang sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta sesuai dengan keinginan”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Koordinasi mata dan tangan adalah suatu kemampuan untuk menggabungkan, menyatupadukan, dan menyelaraskan gerak-gerak yang berhubungan dengan objek dilihat dan gerakan-gerakan yang diatur. Meilani (2015) menyatakan aktivitas motorik halus yang dilakukan oleh anak sehari-harinya tidak pernah lepas dari gerak keterampilan tangan, karena gerakan motorik halus ini merupakan salah satu aspek perkembangan anak usia dini. Indikator yang harus dicapai yaitu :
(1) semua jari tangan bergerak untuk menyusun berbagai media, (2) kedua tangan digunakan untuk melakukan kegiatan, (3) menggunakan tangan kanan saat melakukan kegiatan, (4) koordinasi indra mata dan aktivitas tangan, dengan sub indikator yaitu: menggerakan jari tangan kanannya untuk menyusun stik es diatas kardus berbentuk lingkaran; Menggerakan jari tangan kirinya untuk memegang stik es yang akan disusun; kedua tangan anak bergerak searah saat membuat bentuk dari benda tiga dimensi; melakukan aktivitas tangan kiri digunakan untuk mengambil benda segitiga sedangkan tangan kanan digunakan untuk menyusun berbentuk melingkar; tangan kanan bergerak aktif digunakan pada saat menyusun puzzele; tangan kanan bergerak cepat untuk mengambil gambar lalu menyusunnya dengan sempurna; memfokuskan mata kearah gerakan tangannya. Metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak pada umumnya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak itu sendiri. Oleh karena itu, guru di taman kanak-kanak pada umumnya menggunakan metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada banyak metode yang dapat membantu meningkatkan perkembangan anak, salah satunya yaitu metode pemberian tugas. Dewi (2014) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah “suatu metode mengajar yang berupa suatu pemberian tugas oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu”. Tugas itu diberikan untuk memberi kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas. Selanjutnya Yulianto (dalam Kristiyani, 2013) menyatakan bahwa “Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru”. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada anak yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas dan dapat dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam penelitian ini metode konvensional sebagai pembanding di kelompok kontrol (kegiatan yang berlangsung secara natural di kelas tersebut). Metode mengajar konvensional (tradisional) adalah “metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru” (Nasution, 2012). Namun, dalam proses pembelajaran metode konvensional yang sering digunakan guru adalah metode latihan (drill method). Menurut Sudjana (dalam Dewi, 2014), menyatakan bahwa “metode latihan merupakan sesuatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang dan sungguh- sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. Ciri khas dari metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama”. Senada dengan itu, Djamarah dan Zain (2006: 95) menyatakan bahwa “metode latihan disebut juga metode training, adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu, yang digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan”. Sedangkan menurut Sriyono (dalam Dewi, 2014) “metode latihan adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinyu/ untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetuan yang dipelajari, lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan”. Sedangkan Roestiyah (2001: 125) mengungkapkan
metode latihan adalah “cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatankegitan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari”. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode latihan (drill method) adalah suatu cara mengajar dengan praktek yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersungguh-sungguh dengan kegiatan yang sama dam memiliki tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. METODE Jenis penelitian ini merupakan eksperimen semu. Data kemampuan Koordinasi mata dan tangan pada anak dalam penelitian ini hanya diambil dari skor post test. Desain eksperimen ini dilakukan dengan kelompok pertama diberi perlakuan sedangkan kelompok dua tidak. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti kemudian dilakukan pengukuran, sedang kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok kontrol tidak diberi perlakuan tapi hanya dilakukan pengujian saja. Dengan menggunakan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Post-test Only Control Group Desain’’. Dalam Desain Post-test Control Group Desain terdapat kelompok pembanding yang tidak mendapatkan perlakuan. Penempatan individu dalam kelompok mengikuti kelompok yang telah terbentuk secara natural oleh sekolah. Kelompok eksperimen serta kelompok kontrol dilakukan dengan random Dimana teknik sampling ini dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk diambil menjadi anggota sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa taman kanak-kanak kelompok A di gugus VII semester genap Kecamatan Buleleng pada tahun pelajaran 2016/2017. Gugus ini terdiri dari 6 sekolah. Dari enam Taman Kanak-Kanak yang ada di Gugus VII Kecamatan Buleleng, dilakukan pengundian pada tahap pertama untuk memperoleh dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Dalam pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) kelompok eksperimen, digunakan teknik sampling yaitu sampling random sampling. Sampel penelitian dipilih adalah 2 kelas yang akan nantinya dijadikan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa metode pemberian tugas dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (kegiatan yang berjalan secara natural di kelas tersebut/model konvensional). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pemberian tugas sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan koordinasi mata dan tangan. Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah data tentang hasil pemberian treatment metode pemberian tugas terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan anak TK Pada kelompok A. Untuk mengumpulkan data tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dengan menggunakan instrumen penelitian kemampuan koordinasi mata dan tangan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Menurut Nurkancana (dalam Agung, 2014: 94) metode observasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam metode pemberian tugas terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan anak kelompok A. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak tidak mampu sesuai dengan instruksi guru dengan skor (1), anak mampu dengan bantuan guru dengan skor (2), anak mampu tanpa bantuan guru (3) . Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak, pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Dalam pengujian instrumen dilakukan dengan cara mengkonsultasikan isi instrumen dengan para ahli dibidangnya, kemudian para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu (Sugiyono, 2014: 141). Dengan perhitungn validitas dengan rumus empiris instrumen hasil kemampuan koordinasi
mata dan tangan dengan menggunakan rumus korelasi product momen. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kemampuan koordinasi mata dan tangan pada anak. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t. Sebelum melakukan uji-t, terlebih dahulu dilakukan analisis uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data kelompok eksperimen dengan 34 orang siswa dan kelompok kontrol dengan 13 orang siswa. Hasil kemampuan koordinasi mata dan tangan pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi 36 dan skor terendah 22. Sedangkan Hasil kemampuan koordinasi mata dan tangan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 25 dan nilai terendah 12. Sebelum dilakukannya uji hipotesis yang menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang dilakukan dengan perhitungan uji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan perhitungan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas dari kedua kelompok memperlihatkan bahwa kedua kelompok memiliki data yang normal dan homogen. Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 10,606 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,014. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa, terdapat perbedaan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak yang signifikan antara anak yang diberikan dengan metode pemberian tugas dengan anak yang dibelajarkan dengan metode latihan (drill method). Secara teknis pemberian perlakukan kedua kelompok dilakukan sebanyak 13 kali pertemuan dan pada pertemuan ke 13 dilakukan tes akhir untuk
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) mengetahui kemampuan masing-masing dari kedua kelompok. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan metode pemberian tugas sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan metode latihan (drill method). Pada pertemuan ke 13 masingmasing kelompok diberikan post test. Setelah diberikan perlakuan pada masingmasing kelompok, maka hasil yang didapatkan saat memberikan post test yaitu kelompok eksperimen memiliki kemampuan koordinasi mata dan tangan yang sangat tinggi sedangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan kelompok kontrol berada pada kategori sangat rendah. Perbedaan kemampuan koordinasi mata dan tangan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terjadi karena kegiatan yang menarik menggunakan metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara utuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan melalui eksperential learning (pengalaman langsung). Melalui metode ini anak diberikan kesempatan untuk mengalami langsung pembelajaran yang dapat membantu anak mengasah kemampuan koordinasi mata dan tangan ketika bermain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan pada kelompok anak yang diberikan perlakuan metode pemberian tugas lebih baik dari kelompok anak yang tidak diberikan perlakuan metode pemberian tugas, dan tidak terlepas dari pemberian situasi belajar yang memadai, prasarana pembelajaran yang mendukung anak melakukan proses pembelajaran. Kegiatan yang diberikan dalam proses pembelajarannya adalah mengajak anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan koordinasi mata dan tangan anak. Anak diajak untuk menempel bahan tidak melewati pola serta dapat menempelkannya secara penuh pada pola dengan menggunakan tangan kanan, hal ini dimaksudkan agar anak dapat dapat menggerakkan tangan kanannya dan dapat memfokuskan pandangannya
sehingga pada saat menempel anak tidak melewati pola yang sudah diberikan. Metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak pada umumnya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak itu sendiri. Oleh karena itu, guru di taman kanak-kanak pada umumnya menggunakan metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak hal ini sesuai dengan tujuan metode pemberian tugas yang dikemukaan oleh Moeslichatoen (2004:187-189). Metode pemberian tugas merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada anak yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari awal sampai tuntas dan dapat dipertanggung jawabkan kepada guru. Saat pelaksanaan metode pemberian tugas, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini dapat dilihat saat pelaksanaan kegiatan dengan metode pemberian tugas. Anak aktif terlibat dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Selama pemberian treatmen dengan metode pemberian tugas terdapat beberapa temuan, yaitu pada pertemuan pertama dan kedua anak-anak kurang memperhatikan instruksi guru. setelah guru menjelaskan, anak-anak mengalami kebingungan saat melakukan kegiatan. Sehingga dalam proses pembelajaran guru harus membimbing anak-anak secara perlahan. Sedangkan pada pertemuan ketiga dan seterusnya, anak sudah mau memperhatikan instruksi guru. Anak-anak terlihat antusias dalam melaksanakan kegiatan. Semua anak terlibat dalam kegiatan dengan menggunaan metode pemberian tugas ini, anak dapat mengembangkan keterampilan motorik dan kognitifnya. Sehingga anak memperoleh pengalaman belajar yang dapat mengasah kemampuan berpikirnya dan motoriknya serta dapat memperbaiki cara belajar yang keliru atau kurang tepat dan dapat meningkatkan cara belajar yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan metode pemberian tugas yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:187-189) yaitu a) melalui pemberian tugas anak memperoleh pemantapan cara mempelajari materi pelajaran secara lebih efektif karena dalam kegiatan melaksanakan tugas anak memperoleh pengalaman belajar untuk memperbaiki cara belajar yang keliru atau kurang tepat dan dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik, b) pemberian tugas dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir, meliputi kemampuan yang paling sederhana sampai kepada kemampuan yang kompleks dari kemampuan mengingat sampai dengan kemampuan memecahkan masalah yang dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak, c) pemberian tugas dapat mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif dan juga kemampuan koordinasi mata dan tangan anak. Pada kelompok kontrol ditemukan hal yang berbeda. Dimana pada kelompok kontrol anak-anak tidak memperoleh perlakuan dengan menggunakan metode pemberian tugas. Anak-anak pada kelompok kontrol terlihat kurang memperhatikan instruksi guru saat kegiatan. Hanya beberapa anak saja yang memperhatikan saat guru mengenalkan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Terdapat beberapa anak yang mengobrol dan bermain dengan temannya dan tidak memperhatikan instruksi guru. sehingga saat anak ditanya apa saja yang telah dijelaskan oleh guru, beberapa anak kebingungan saat menjawab. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung terlebih dahulu guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai tema yang ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan dengan menggunakan metode pemberian tugas berpengaruh terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan pada anak kelompok A pada di gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2016/2017.
PENUTUP Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode pemberian tugas terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangan anak kelompok A pada Taman Kanak-kanak di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari hasil uji-t diperoleh nilai thitung adalah 10,606 sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan dk= (n1 + n2) -2 = 45 adalah 2,014. Dengan demikian thitung > ttabel = 10,606 > 2,014 maka hal ini berarti, H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan signifikan kemampuan koordinasi mata dan tangan antara kelompok anak yang diberikan metode pemberian tugas dengan anak yang tidak diberikan metode pemberian tugas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan di TK kedepannya yaitu sebagai berikut. Untuk guru disarankan agar lebih intensif lagi untuk menggunakan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran. Guru juga disarankan untuk melakukan pengamatan dan melihat karakteristik tiap-tiap anak. Ketika anak melakukan kegiatan main alangkah baiknya dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak, agar tujuan perkembangan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak tercapai dengan baik. Sekolah diharapkan agar sekolah lebih memperhatikan kelengkapan jumlah peralatan maupun perlengkapan pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk eneliti Selajutnya diharapkan mampu mengembangkan metode pemberian tugas untuk menstimulasi kemampuan lain seperti kemampuan kognitif (intelegensi) dan kreativitas anak. sehingga nantinya aspek perkembangan anak dapat distimulasi dengan optimal melalui metode-metode yang lebih baru dan menyenangkan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Dewi, Ni Nyoman Alit Pradnya, dkk. 2014. Penerapan Metode Drill Melalui Kegiatan Melukis Mixed Media Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 2 No 1. Dapat dibuka pada https://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPAUD
Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman KanakKanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nasution, Sahkholid. 2012. Metode latihan (drill method) dan Inkonvensional dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Volume XII Nomor 2 (hlm 259-271) Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara Santrock, Jonh W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Suarni, Ni Ketut. 2011. Modul Psikologi Perkembangan 1. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sujiono, Bambang. 2008. Pengembangan Fisik. Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth Perkembangan Erlangga.
1978. Jakarta:
Sujoino, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Kristiyani, Dewi Linda. 2013. “Penerapan Metode Demonstrasi Dan Pemberian Tugas Dapat Meningkatkan Kemampuan Berhitung Awal Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi II Trayu Tahun pelajaran 2013/ 2014”. Tersedia pada http://eprints.ums.ac.id/26797/13/1 1._NASKAH_PUBLIKASI.pdf (diakses tanggal 05 Maret 2017)
Tasnila, 2012. Meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan pada anak tuna grahita sedang. EJUPEKhu (Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus) Volume 1 Nomor 1. Tersedia Pada http://ejournal.unp.ac.id/index.php/j upekhu (diakses tanggal 09 maret 2017)
B. Anak.
Meilani, Sutri. 2015. Hubungan Antara Aktivitas Bermain Pembangunan Dengan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Istiqlal Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Bandar Lampung. Tersedia pada http://digilib.unila.ac.id/11165/17/B AB%20III.pdf (diakses padat anggal 03 Mei 2017)
Yus,
Metode Jakarta:
Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group