62
PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA – TANGAN TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN PUKULAN FOREHAND DRIVE PADA PERMAINAN TENIS MEJA WAHYU MUNANDAR STKIP Mega Rezky Makassar
[email protected] ABSTRACT The Effect Of Learning Method and Eye - Hand Coordination on the Improvement of Forehand Drive Placement in the Table Tenis. (An Experimental study on the Massed and Distributed Practice Learning methods in the male students of sport department of FIK UNM). The research aims to find out: 1) The effect difference between the learning Massed and Practice method on the improvement of forehand drive placement in the table tenis. 2) The Difference improvement of forehand drive between player owning eye - hand coordination low and high in the table tenis 3) The effect interaction between Practice method and eye - hand coordination on the improvement of Forehand Drive placement. The research was conducted using an experimental method with a 2x2 factorial design. The research was taken place in sport faculty of Makassar state university. The sample of research was 40 persons coming from the number of population of 60 persons. The sampling technique employed was purposive random sampling. The variables of research include independent variables: manipulative involving (massed and distributed practice) and attributive variable involving higher and lower eye hand coordination, and dependent variable: improvement of forehand drive placement in the table tenis. Techniques of collecting data employed were test and measurement, eye hand coordination test with “lempar tangkap bola tennis test” and forehand drive placement test with “forehand drive placement test”. Technique of analyzing data used was variance analysis (ANAVA) 2x2 at significance level α = 0,05. Based on the result of research, it can be concluded that: 1) There is a significant effect of learning method massed and distributed practice on the improvement of forehand drive placement in the table tenis. It can be seen from the Fstat = 4.10 > Ftable = 4.08. 2) There is a significant result the improvement of forehand drive placement between players with higher and lower eye hand coordination in the table tenis. It can be seen from Fstat = 6.02 > Ftable = 4.08. 3) There is no significant the effect interaction between learning method and eye hand coordination on the improvement of forehand drive placement in the table tenis. Because of Fstat = 0.05 < Ftable = 4.08. Keywords: Learning Method, Massed Practice, Distributed Practice, Eye - Hand Coordination and improvement of forehand drive placement in the table tenis.
63
PENDAHULUAN
bola terlebih dahulu harus memantul di
Tenis Meja merupakan salah satu
lapangan sendiri dan tidak boleh langsung
cabang olahraga prestasi di Indonesia.
di pukul”. Hal ini berarti bahwa olahraga
Walaupun permainan ini cukup dikenal di
tenis meja merupakan olahraga yang dapat
masyarakat, namun masih kalah pamor
dimainkan disegala macam usia, mulai dari
dengan
saja
anak – anak sampai orang dewasa.
permainan bolabasket atau sepakbola
Olahraga ini pun dapat menjadi olahraga
misalnya.
untuk
rekreasi dan dapat pula menjadi olahraga
memperoleh prestasi yang tinggi pada
kompetisi yang harus ditanggulangi dengan
cabang olahraga ini sangat memungkinkan.
sungguh – sungguh.
Ini dibuktikan oleh orang Asia, terutama
Tenis
olahraga
lain,
Padahal
katakan
peluang
meja
adalah
olahraga
Jepang dan Cina yang dapat menghasilkan
dengan karakteristik permainan yang cepat
prestasi
sehingga
tingkat
dunia
pada
cabang
penguasaan
gerakan
olahraga ini, sehingga setiap kegiatan
keterampilan merupakan variabel penting
turnamen paling tidak mereka urutan
dalam menciptakan pukulan-pukulan yang
terbaik dunia. Artinya profil orang Asia
mematikan. Menurut Taylor (1989 : 9)
mendukung terhadap karakteristik dari
Faktor potensi gerak fisik sebagai penentu
permainan tersebut, yang berarti Indonesia
keberhasilan tercapainya prestasi bermain
pun memiliki peluang yang besar dalam
tenis meja adalah : Kecepatan, Koordinasi,
meningkatkan
Daya Tahan, Kekuatan dan Kelincahan
olahraga
ini
menjadi
olahraga yang sifatnya prestasi sebab profil
Achmad
Damiri
dan
Nurlan
anthropometri orang Indonesia tidak jauh
Kusmaedi (1992 : 30) menambahkan teknik
berbeda dengan orang Cina dan Jepang.
dasar dalam permainan tenis meja yaitu
Menurut Kertamanah (2003 : 159)
Grip (pegangan), Stance (posisi dasar),
bahwa Permainan “Tenis meja merupakan
Stroke (pukulan) dan Footwork (gerakan
suatu olahraga untuk bertanding satu sama
kaki). Penguasaan teknik – teknik dasar
lainnya dengan cara pemantulan bola,
dalam permainan tenis meja merupakan
dengan daya lenting yang besar, pada
persyaratan dalam menunjukkan performa
tempat yang sangat terbatas, melewati
yang maksimal. Menurut jenisnya, pukulan
sebuah net atau jaring. Tetapi dalam
terbaggi menjadi dua yaitu forehand dan
mengembalikan bola kepada pihak lawan
backhand. Pukulan forehand biasanya
64
merupakan pukulan yang paling kuat
menjadi sangat menentukan dan terkadang
karena tubuh tidak menghalangi saat
dalam
melakukan
seperti
kebanyakan atlit langsung berlatih dengan
backhand. Menurut Hodges (2007 : 33)
teknik-teknik stroke (pukulan) yang sulit
pukulan
padahal, drive adalah teknik pukulan yang
pukulan,
forehand
merupakan
tulang
tidak
dan
backhand
permainan
ini
dalam
harus terlebih dahulu dikuasai oleh seorang
permainan tenis meja. Atas dasar itulah
atlit sebelum mempelajari dan memodifikasi
sehingga
harus
berbagai macam teknik pukulan lainnya.
menguasai kedua pukulan tersebut dalam
Hal inilah yang mendasari peneliti dalam
meningkatkan kualitas permainan. Selain
meneliti keterampilan pukulan forehand
itu, otot yang digunakan biasanya lebih
drive pada permainan tenis meja.
pemain
punggung
mempelajari
tenis
meja
maksimal daripada pukulan backhand.
Agar peningkatkan penguasaan
Forehand dengan teknik drive dalam hal ini
teknik keterampilan pukulan forehand drive
dimaksudkan jenis stroke yang keras dan
dapat dengan cepat dikuasai maka terlebih
disertai dengan gerakan tangan yang
dahulu harus memahami hakikat dari
bebas. Dengan stroke ini bola akan melaju
belajar gerak itu sendiri. Menurut Singer
dengan kecepatan tinggi. Drive adalah
(1980 : 8) Belajar gerak adalah suatu
teknik pukulan yang dilakukan dengan
perubahan
gerakan bet dari bawah serong ke atas dan
potensial yang relatif permanen sebagai
sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang
hasil dari latihan dan pengalaman masa
diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet
lalu terhadap situasi tugas tertentu. Belajar
bervariasi sesuai dengan arah jatuhnya
gerak merupakan bagian dari belajar
bola, kecepatan datangnya bola, putaran
secara umum yang memiliki tujuan yaitu
bola yang datang dari lawan dan tujuan dari
menguasai berbagai keterampilan gerak
pemukul (driver) itu sendiri. Drive dapat
dan
digunakan sebagai pukulan serangan atau
keterampilan gerak yang dikuasai bisa
dapat juga kita control sesuai dengan
dilakukan untuk menyelesaikan tugas –
keinginan.
tugas gerak dalam mencapai sasaran
Menciptakan
atau
mengembangkannya
perilaku
agar
dalam
tertentu. Pencapaian tujuan belajar gerak
permainan tenis meja tentunya unsur
menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993 :
ketepatan
272) melalui tahapan atau fase belajar
dalam
angka
penampilan
menempatkan
bola
65
yang dapat diidentifikasi menjadi tiga
para guru mengajarkan sesuatu kepada
tahapan yaitu tahap kognitif, asosiatif dan
peserta didik disamping itu juga terjadi
otonom. Kondisi belajar gerak menurut
peristiwa
Sugiyanto dan Sudjarwo (1993 : 280)
mempelajarinya”.
adalah suatu persyaratan yang diperlukan
pembelajaran
agar terjadi proses belajar gerak. Kondisi
ketepatan pukulan forehand drive dalam
ini sangat menentukan bagi pencapaian
penelitian ini yaitu dengan menggunakan
hasil belajar seperti dalam belajar kognitif
metode pengaturan waktu latihan dimana
dan afektif, kondisi belajar terdiri dari dua
dalam pelaksanaan tugas gerak hal yang
yaitu internal dan eksternal. Seperti yang
perlu dipertimbangkan adalah mengenai
dikemukakan oleh Rusli Lutan (1988 : 322)
durasi
“Kondisi belajar dan penampilan gerak
mempraktekkan gerakan selama waktu
dipengaruhi oleh kondisi internal dan
yang telah tersedia dan membandingkan
kondisi eksternal”. Kondisi internal dalam
antara waktu praktek dan waktu istirahat.
belajar
bagaimana
Waktu yang tersedia harus dimanfaatkan
seseorang harus mengingat bagian –
untuk mencapai peningkatan keterampilan,
bagian dari gerakan keterampilan dan
dalam hal ini bagaimana seorang pengajar
bagaimana seseorang harus mengingat
atau pelatih memberikan waktu yang
urutan dari rangkaian gerakan keterampilan
cukup, tetapi juga mengatur waktu yang
tersebut. Kondisi eksternal belajar gerak
tersedia agar dapat mencapai hasil yang
adalah stimulus dari luar individu atau
diinginkan, baik jangka pendek maupun
perlakuan yang dikenakan pada dirinya
jangka panjang. Menurut Drowatzky, (1981:
agar proses belajar dapat terjadi, kondisi
243) bahwa metode Massed Practice
tersebut terdiri dari empat macam yaitu
adalah mempraktekkan gerakan yang
instruksi verbal, instruksi visual, instruksi
dilakukan dalam satu sesi yang panjang,
praktek dan umpan balik (feed back).
dimana
gerak
meliputi
Penelitian ini menerapkan dua metode
pembelajaran
yaitu
metode
bagaimana
peserta
Pemilihan dalam
waktu
metode
meningkatkan
latihan,
gerakan
didik
frekuensi
dilakukan
sifatnya
kontinyu, tanpa ketentuan untuk istirahat dan
Schmidt,
(1988
:
384)
juga
pembelajaran massed practice dan metode
mengungkapkan bahwa Massed Practice
distributed practice. Menurut Sukintaka
yaitu mempraktekkan gerakan dimana
(2004 : 55) “Pembelajaran yaitu bagaimana
jumlah waktu dalam sebuah percobaan
66
lebih besar dari jumlah istirahat di antara
merupakan
percobaan, yang akhirnya mengarah pada
memadukan serta merangkai gerakan mata
kelelahan berbagai tugas. Sedangkan
dan tangan menjadi satu gerakan yang
menurut Drowatzky (1981 : 243) Distributed
memiliki pola gerak khusus. Tanpa memiliki
practice adalah mempraktekkan gerakan
koordinasi mata tangan yang baik maka
dengan
akan
memakai
prinsip
pengaturan
kemampuan
mempersulit irama
dalam
kesesuaian gerak
dan
latihan berselang yang dilakukan dalam
keselarasan
pada
saat
beberapa sesi latihan yang lebih pendek
melakukan pukulan forehand drive dalam
dan diselang – selingi dengan periode
permainan tenis meja.
istirahat. Pendapat yang sama dikatakan oleh Schmidt (1988 : 384) bahwa “Dalam
METODE
distributed practice, di sela – sela
Penelitian ini dilakukan dengan
percobaan yang dilakukan terdapat istirahat
menggunakan metode eksperimen yang
yang sama atau melebihi banyaknya waktu
bertujuan
dalam percobaan, yang mengarah ke suatu
perlakuan yang berbeda kepada subyek
urutan yang lebih santai”.
penelitian
untuk
yang
membandingkan
menggunakan
dua
desain
Dalam meningkatkan ketepatan
faktorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan
pukulan forehand drive dalam permainan
di Kampus FIK UNM di Makassar Propinsi
tenis meja koordinasi mata – tangan
Sulawesi Selatan. Populasi yang digunakan
sebagai salah satu unsur potensi gerak
adalah mahasiswa putra jurusan ilmu
sangat
memberikan
keolahragaan FIK UNM sebesar 61 orang
kontribusi ketika ritme permainan sangat
dan sampel yang digunakan sebesar 40
cepat
orang yang ditentukan melalui teknik
berperan
dalam
dalam
menyambut
serta
mengendalikan bola dengan berbagai
purposive
stroke atau pukulan. Sajoto (1995 : 9)
pengukuran
mengungkapkan bahwa “Koordinasi adalah
menggunakan tes dari M. Furqon. H dan
kemampuan seseorang mengintegrasikan
Muchsin Doewes, 1999 : 57 yaitu “Lempar
bermacam – macam gerakan yang berbeda
Tangkap
kedalam pola gerakan tunggal secara
pengukuran ketepatan pukulan forehand
efektif”.
drive tenis meja menggunakan tes dari M.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa koordinasi mata tangan
random
sampling.
koordinasi
Bola
Tennis”
mata
dan
Untuk tangan
untuk
67
Verducci, Ed.D 1980 : 349 yaitu “Forehand Drive Placement”.
Berdasarkan tabel diatas maka, dapat dilihat bahwa metode pembelajaran massed practice dan distributed practice
HASIL
memberikan
pengaruh
terhadap
Dari penelitian ini menghasilkan
peningkatan ketepatan pukulan forehand
ketepatan pukulan forehand drive pada
drive pada permainan tenis meja. Untuk
permainan tenis meja dalam bentuk tabel
kelompok metode massed practice dengan
sebagai berikut :
koordinasi mata tangan tinggi memiliki rerata peningkatan sebesar 8,7. Sedang
Tabel 1 : Deskripsi Data Hasil Tes
kelompok metode massed practice dengan
Ketepatan Pukulan Forehand
koordinasi mata tangan rendah memiliki
Drive pada Permainan Tenis
rerata peningkatan sebesar 6,2. Untuk
Meja
metode
Tiap
Berdasarkan
Kelompok Penggunaan
Metode
Pembelajaran
dan
Tingkat
Koordinasi
Mata
Tangan.
Massed Practise
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15 15 19 13 20 22 18 21 23 17
Tinggi 26 28 28 25 30 26 27 28 29 23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Distributed Practise
Jumlah Rata-rata 23 21 15 22 12 16 22 11 16 10
28 29 25 25 22 22 27 21 19 16
11 13 9 12 10 4 9 7 6 6 87 8.7 5 8 10 3 10 6 5 10 3 6
practice
dengan
koordinasi mata tangan tinggi memiliki rerata
peningkatan
sebesar
6,6.
Sedangkan metode distributed practice dengan koordinasi mata tangan rendah
Koordinasi Mata Tangan
No. Metode Resp. Pembelajaran
distributed
7 6 9 6 10 3 5 8 10 10
13 11 10 17 10 7 17 11 10 15
Rendah 11 16 13 14 13 16 13 15 12 13
15 16 17 19 19 14 19 16 13 18
Jumlah 4 10 4 8 3 13 8 7 2 3 62 6.2 2 5 7 2 9 7 2 5 3 3
Jumlah
66
45
Rata-rata
6.6
4.5
Jumlah Besar
153
107
Rata-rata
7.7
5.4
Ratarata
memiliki peningkatan sebesar 4,5. Kelompok
yang
mendapatkan
metode pembelajaran massed practice memiliki skor ketepatan pukulan forehand drive pada permainan tenis meja sebesar 149 7.5
1.9 lebih tinggi dari pada kelompok dengan metode pembelajaran distributed practice. Begitu pula dengan kelompok pemain yang memiliki koordinasi mata tangan tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui
111 5.6 260 6.5
bahwa kelompok pemain yang memiliki tingkat koordinasi mata tangan tinggi memiliki skor ketepatan pukulan forehand drive pada permainan tenis meja sebesar
68
2.3 lebih tinggi dari pada kelompok pemain
pukulan forehand drive pada permainan
yang memiliki tingkat koordinasi mata
tenis
tangan rendah.
penggunaan metode pembelajaran para
meja,
sehingga
dalam
rangka
pengajar serta pelatih lebih memilih metode KESIMPULAN
massed practice, (2) Terkait dengan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1)
perbedaan pengaruh antara kelompok
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan
yang memiliki tingkat koordinasi mata
antara metode massed practice dan
tangan tinggi dan kelompok yang memiliki
metode
terhadap
tingkat koordinasi mata tangan rendah,
peningkatan ketepatan pukulan forehand
dimana koordinasi mata tangan tinggi lebih
drive pada permainan tenis meja yaitu
baik hasilnya daripada kelompok yang
metode
baik
memiliki tingkat koordinasi mata tangan
daripada metode distributed practice, (2)
rendah, maka para pengajar dan pelatih
Ada perbedaan hasil yang signifikan
disarankan agar perlu memperhatikan
ketepatan pukulan forehand drive antara
faktor koordinasi mata tangan tersebut
pemain yang memiliki koordinasi mata
dalam rangka meningkatkan ketepatan
tangan tinggi dan pemain yang memiliki
pukulan forehand drive pada permainan
koordinasi mata tangan rendah. Nilai
tenis meja, (3) Untuk peneliti sendiri yang
ketepatan pukulan forehand drive pada
mengkaji tentang metode massed practice
pemain yang memiliki koordinasi mata
dan metode distributed practice terhadap
tangan tinggi lebih baik daripada pemain
peningkatan ketepatan pukulan forehand
yang memiliki tingkat koordinasi mata
drive
tangan rendah, (3) Tidak ada pengaruh
sebaiknya mempertimbangkan variabel -
interaksi yang signifikan antara metode
variabel atributif lainnya seperti persepsi
pembelajaran dan koordinasi mata tangan
kinestesis, reaksi tangan, gerak langkah
terhadap peningkatan ketepatan pukulan
kaki dan beberapa komponen - komponen
forehand drive pada permainan tenis meja.
lainnya yang memungkinan terjadinya
distributed
massed
practice
practice
lebih
Berdasarkan hasil penelitian maka, disarankan (1) Metode massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan ketepatan
pada
permainan
tenis
meja,
interaksi dengan metode pembelajaran tersebut.
69
DAFTAR PUSTAKA
Emphasis.
Achmad Damiri & Nurlan Kusmaedi. 1992. Olahraga
Pilihan
Tenis
Meja.
Bandung: Depdikbud Dirjendikti Proyek
Pembinaan
Tenaga
Kependidikan. Drowatzky, John N. 1981. Motor Learning Principles and Practices (second edition). Ohio: Burgess Publishing of Toledo. Hodges, Larry. 2007. Tenis Meja Tingkat Pemula.
Jakarta:
PT.
RajaGrafindo
Persada. Kertamanah, Alex. 2003. Teknik dan Taktik Dasar Permainan Tenis Meja. Jakarta:
PT.
RajaGrafindo
Persada. M Furqon H dan Muchsin Doewes. 1999. Pemanduan Bakat Olahraga Model Sport
Search.
Surakarta:
PUSLITBANG – OR. Rusli Lutan. 1988. Belajar Gerak Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Sajoto. 1995. Peningkatan & Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Semarang:
Dahara
Prize. Schmidt, Richard A.
1988. A Motor
Control and Learning: A Behavioral
Champaign,
Illinois:
Human Kinetic Publishers Inc. Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York: The Macmillan Company. Sugiyanto
dan
Sudjarwo.
1993.
Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II dan Pendidikan Kependudukan Bagian Proyek Penataran Guru Pendidikan
Jasmani
dan
Kesehatan SD Setara D-II. Sukintaka.
2004.
Jasmani, dan
Teori Filosofi
Masa
Pendidikan Pembelajaran
Depan.
Bandung:
Yayasan Nuansa Cindekia. Taylor, Richard. 1989. Sport Action Table Tenis. London : Octopus Books Activity. United States of America: Human Kinetics Publisher. Verducci, Frank M. 1980. Measurement Concepts in Physical Education. California: Company.
The
C.V.
Mosby